bab 1-2.doc

56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembagunan nasional yang bertujuan bahwa setiap penduduk mempunyai kemampuan hidup sehat yaitu keadaan sejahtera badan dan jiwa, dan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut pembangunan kesehatan dilaksanakan secara bertahap ( Depkes RI, 2008 ). Sejalan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan sekarang ini memberikan dampak positif dan negatif. Secara khusus dapat dilihat dari kemajuan teknologi alat transportasi yang memberikan dampak positif yaitu bertambahnya jumlah kendaraan dan makin bertambahnya lalu lintas. Hal ini dapat juga memberikan dampak yang negatif yaitu meningkatnya kasus kecelakaan lalu lintas ( Depkes RI, 2008 ). 1

Upload: erghy-loverzt-sangpencuri-hati

Post on 26-Jan-2016

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembagunan

nasional yang bertujuan bahwa setiap penduduk mempunyai kemampuan hidup

sehat yaitu keadaan sejahtera badan dan jiwa, dan memungkinkan setiap orang

hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut

pembangunan kesehatan dilaksanakan secara bertahap ( Depkes RI, 2008 ).

Sejalan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan sekarang ini

memberikan dampak positif dan negatif. Secara khusus dapat dilihat dari

kemajuan teknologi alat transportasi yang memberikan dampak positif yaitu

bertambahnya jumlah kendaraan dan makin bertambahnya lalu lintas. Hal ini

dapat juga memberikan dampak yang negatif yaitu meningkatnya kasus

kecelakaan lalu lintas ( Depkes RI, 2008 ).

Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak

dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO

telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade tulang dan persendian.

Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalulintas. Kecelakaan

lalulintas ini, selain menyebabkan fraktur. Menurut WHO, juga menyebabkan

kematian ±1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya

adalah remaja atau dewasa muda ( WHO, 2010 ).

1

Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju

industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

yang meningkat otomatis terjadi peningkatan penggunaan alat transportasi /

kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan.

Sehingga menambah “ kesemrautan “ arus lalulintas. Arus lalulintas yang tidak

teratur dapat meningkatkan kecendrungan terjadinya kecelakaan kendaraan

bermotor. Dan kecelakaan juga banyak terjadi pada arus mudik dan arus balik

hari raya idul fitri, kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang

atau fraktur (Kompas. Com, 2008).

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang

keperawatan, untuk memenuhi tuntunan masyarakat. Maka perawat dituntut

untuk memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan

pelayanan secara komprehensif yang meliputi aspek biopsikososial spiritual

melalui pendekatan proses keperawatan, dengan kita sadari dan ilmu pengetahuan

keperawatan sehingga asuhan keperawatan dapat diberikan secara tepat guna

dengan penuh tanggung jawab ( PPNI, 2006 )

Angka kejadian fraktur yang dirawat dirumah sakit umum daerah

Labuang Baji Makassaar mulai tanggal 1 januari sampai 31 Desember 2011

sebanyak 91 orang laki – laki dan 20 orang perempuan ( Medical record Rumah

Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar ).

2

Untuk itu, dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan sesuai dengan pendidikan, maka setiap mahasiswa menyusun suatu

karya tulis ilmiah berupa suatu asuhan keperawatan pada klien secara individu.

Berdasarkan kenyataan di lahan penulis mendapatkan kasus sistem

mukskuloskeletal. Maka pada kesempatan ini penulis dapat menyusun karya tulis

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. “F” Dengan gangguan

Muskuloskeletal ; Fraktur Digity Dextra di Ruang Perawatan Bedah Baji Kamase

II RSUD Labuang Baji Makassar pada tanggal 25 – 27 Juli 2011”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum :

a. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kelainan pada

sistem muskuloskeletal terutama tulang sebagai organ penyangga tubuh

serta prosedur asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

muskuloskeletal dengan fraktur Digity dextra di Ruang Bedah Baji

Kamase II RSUD Labuan Baji Makassar.

b. Untuk melihat kesenjangan antara teori dan kasus Fraktur Digity

dextra di Ruang Bedah Baji Kamase II RSUD Labuan Baji Makassar.

2. Tujuan khusus :

a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan meliputi pengumpulan data,

klasifikasi data, analisa data, dan diagnosa keperawatan pada klien dengan

gangguan muskuloskeletal akibat fraktur Digity dextra.

3

b. Dapat mengetahui diagnosa keperawatan pada klien gangguan

muskuloskeletal akibat fraktur Digity dextra.

c. Dapat menyusun rencana keperawatan pada klien sesuai dengan prioritas

masalah.

d. Dapat mengetahui tentang cara pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan

dengan fraktur Digity dextra.

e. Dapat mengetahui tentang cara melakukan evaluasi hasil tindakan asuhan

keperawatan pada klien dengan fraktur Digity dextra.

f. Mendapatkan pengalaman dalam mendokumentasikan asuhan

keperawatan dengan klien fraktur Digity dextra.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi penulis

Sebagai pengalaman dan keterampilan melaksanakan Asuhan Keperawatan

pada klien dengan diagnosa fraktur Digity dextra dan sebagai pengalaman

dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.

2. Manfaat bagi pelayanan

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khususnya

di ruangan bedah Baji Kamase II di RSUD Labuan Baji Makassar.

3. Manfaat bagi pendidikan

Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dari pengetahuan

khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa Akper YPPP Wonomulyo Kab.

Polman.

4

4. Manfaat bagi klien/pasien

Sebagai bahan masukan untuk perawatan dan pengobatan dalam mencapai

kesembuhan yang diharapkan.

D. Metode Penulisan

Dalam menyusun karya tulis ini penulis menggunakan metode-metode sebagai

berikut :

1. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku sumber yang ada

hubungannya dengan landasan teori dalam menyusun karya tulis ini.

2. Studi kasus

Metode ini dilakukan melalui pendekatan proses keperawatan yaitu

pengkajian, perencanaan, dan evaluasi dengan jalan observasi, wawancara

dan pemeriksaan fisik serta asuhan keperawatan.

3. Studi dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan jalan membaca status klien terhadap hasil

pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lainnya yang berkaitan dengan

masalah klien.

E. Sistimatika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai karya tulis ini, maka

penyusun menyusun karya tulis ini dengan 5 bab dengan sistematika sebagai

berikut :

5

BAB I : Pendahuluan

Membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II : Membahas landasan teori dari fraktur Digiti Dextra yang terdiri

dari :

a. Konsep dasar medis yaitu : Pengertian, Etiologi, Klasifikasi

Anatomi dan fisiologi tulang, Manifestasi klinik, Komplikasi,

Pemeriksaan Diagnostik dan Penatalaksanaan.

b. Konsep dasar asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian,

Diagnosa Keperawatan, perencanaan, implementasi serta

evaluasi keperawatan.

BAB III : Membahas tinjaun kasus pada klien dengan fraktur Digiti Dextra

di ruang perawatan bedah Baji Kamase II RSUD Labuang Baji

Makassar.

BAB IV : Pembahasan

Bab ini merupakan bab yang membahas kesenjangan antara teori

dan praktek keperawatan yang dilaksanakan.

BAB V : Penutup

Bab yang menguraikan kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

BAB IITINJAUAN TEORITIS

6

A. Konsep Medis

1. Defenisi

a) Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau

patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /

rudapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya truma

(Smeltzer,dkk, 2005)

b) Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma.

fraktur dapat digolongkan sesuai jenis dan arah garis fraktur

(Tambayong ,J, 2006)

c) Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga

fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, kedaan tulang itu sendiri

dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang

terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price, A dan L.Wilson, 2003).

d) fraktur adalah suatau patahan kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi

mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan

korteks, biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau

kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (atau

sederhana) kalau kulit atau salah satu kulit tertembus keadaan ini disebut

fraktur terbuka (atau compound) yang cendrung untuk mengalami

kontaminasi dan infeksi (A.Graham & Louis, S, 2007).

7

e) Jadi penulis berkesimpulan fraktur digity dextra adalah terputusnya

kontinuitas atau keutuhan tulang jari – jari kaki kanan yang biasa

diakibatkan karena Trauma.

2. Anatomi fisiologi

a. Anatomi

1) Kaki kita terdiri dari 28 tulang. Yaitu

a) 7 tulang tarsal

1) Kalkaneus

2) Landaian

3) Medial cuneiform

4) Intermediate cuneiform

5) Lateral yang runcing

6) Berbentuk kubus

7) Navicular

b) 5 tulang metatarsal (masing masing tersusun dari garis tulang ibu

jari kaki ke jari kelingkin)

c) 5 tulang proksimal falang (masing masing tersusung dari garis

tulang ibu jari kaki kejari kelingkin)

d) 4 tulang falang tengah (masing – masing tersusung dari jari kaki

kedua dari ibu jari sampai kejari kelingkin )

e) 5 tulang distal falang (masing masing tersusung dari garis tulang

ibu jari kaki kejari kelingkin)

8

f) 2 tulang sesamoid tulang di bawah kepala 1 metakarpal

Gambar 1.1tulang kaki terlihat dari atas

Tulang talus menghubungkan kaki dengan tulang tibia. Ini terdiri

dari tiga bagian kepala, leher dan tubuh. Pada tulang ini otot tidak terikat.

Ini berartikulasi dengan calcaneum, navicular dan tibia dan fibula masing

– masing membentuk talo-navicular, sendi talo-kalkanealis (subtalar) dan

pergelangan kaki.

9

Kalkaneus di tulang tarsal terbesar. Ini membentuk tumit kaki. Ini

menyediakan lampiran penting untuk Achilles tendon dan otot-otot

fleksor jari-jari kaki yang lebih rendah. Ini berartikulasi dengan tulang

berbentuk kubus lereng dan membentuk talo-kalkanealis dan calcaneo-

sendi berbentuk kubus.

Tulang navicular berartikulasi dengan kepala lereng dan tulang

runcing. Ini menyediakan lampiran penting untuk otot tibialis posterior.

Tulang berbentuk kubus berartikulasi dengan tulang metatarsal 4 dan 5

dan dengan kalkaneus membentuk sendi calcaneo-berbentuk kubus.

Tulang runcing mengartikulasikan dengan 1, 2 dan 3 tulang metatarsal.

Tulang metatarsal dan phalangeal membentuk jari-jari kaki. Tulang

metatarsal terdiri dari dasar, poros dan kepala. Dasar berartikulasi dengan

paku dan tulang berbentuk kubus. Kepala berartikulasi dengan dasar

falang proksimal.

Gambar 1.2

Tulang kaki tampilan dari sisi luar

10

Gambar 1.3

Bagian tulang metatarsal

11

Gambar 1.4Tulang kaki tampilan dari sisi dalam

2) Otot-otot penting dari kaki dan fungsi mereka

a) Gastrosoleus (betis) otot plantar-flex (berdiri di atas jari-jari kaki)

b) Tibialis anterior otot dorsi-fleksi (menarik jari-jari kaki keatas)

kaki.

Kedua gerakan di atas terjadi pada sendi pergelangan kaki.

a) Tibialis anterior dan posterior bertanggung jawab untuk inversi

(bergerak ke arah dalam kaki) dari kaki.

b) Peroneus longus dan brevis bertanggung jawab untuk eversi

(bergerak ke arah luar kaki) dari kaki.

Kedua gerakan-gerakan ini terjadi pada sendi talo-kalkanealis

(subtalar). Otot ekstensor bertanggung jawab untuk gerakan ekstensi

jari-jari kaki. Otot fleksor bertanggung jawab untuk gerakan fleksi

jari-jari kaki.

12

Gambar 1.5 Otot Kaki

Anatomi kaki termasuk lengkungan kaki yang berjumlah dua yaitu

13

a) lengkungan membujur

b) lengkungan melintang

Lengkungan longitudinal lebih berkembang di sisi dalam kaki

dibandingkan dengan sisi luar di mana hampir datar. Puncak lengkungan

adalah tulang talus. Pilar posterior tulang kalkaneus. Pilar anterior

dibentuk oleh tulang tarsal dan metatarsal. Pilar anterior lagi dibagi

menjadi kolom (dalam) medial dan kolom (luar) lateral. Kolom medial

dibentuk oleh navicular, cuneiform dan 1, tulang metatarsal 2 dan 3.

Lateral kolom yang dibentuk oleh tulang metatarsal berbentuk kubus dan

4 dan 5. Transverse lengkungan yang terbaik yang dikembangkan di

persimpangan dari tulang metatarsal dengan tulang berbentuk kubus dan

runcing. Fungsi dari lengkungan kaki adalah untuk mengirimkan berat

tubuh memadai saat berjalan di permukaan tidak rata

3) Aliran darah pada kaki

Aspek lain yang penting dari anatomi kaki adalah pasokan darah kaki

yang datang dari tiga arteri. yaitu :

a) Tibialis anterior

b) Tibialis posterior

c) Peroneal Arteri

14

Gambar 1.5

Suplai darah ke kaki

Arteri tibialis anterior adalah cabang dari arteri politeal. A.

poplitea kemudian terus menyusuri bangsal dan terbagi menjadi arteri

tibialis peroneal dan posterior. Arteri tibialis anterior pasokan darah ke

bagian depan kaki. Tibialis posterior pasokan darah ke bagian posterior

dan bagian dalam kaki. Arteri peroneal memasok darah ke aspek luar

kaki.

Arteri tibialis anterior terus ke bawah dan pulsa yang dapat diraba

di depan sendi pergelangan kaki. Di kaki terus sebagai arteri dorsalis

pedis. Pulsa arteri ini dapat dirasakan hanya proksimal ke ruang web

pertama. Arteri dorsalis pedis memberikan off arteri arkuata bahwa

seiring dengan cabang-cabangnya memasok empat jari kaki luar. Arteri

dorsalis pedis terus turun untuk memasok kaki besar.

15

Arteri tibialis posterior lewat di belakang pergelangan kaki

kemudian angin ke bagian dalam. Berikut pulsa dapat dirasakan di

belakang malleoli medial. Bergerak ke arah telapak kaki ini terbagi

menjadi dua cabang yang disebut arteri plantar lateral dan medial yang

memasok satu-satunya. Arteri peroneal turun ke bawah dan terbagi

menjadi cabang yang memasok aspek posterior dan luar tumit.

b. Fisiologi

Setiap trauma dapat menyebabkan cedera pada tulang. Pada

umumnya patah tulang merupakan keadaan kritis terutama bila disertai

perdarahan atau shock yang mempunyai kekerasan dan dan kekuatan

optimal, serta kemampuan untuk sembuh dengan cepat. Pada umumnya

hanya benturan yang sangat keras yang mematahkan tulang, bila hal ini

terjadi maka timbul kerusakan berat pada jaringan periosteum

Bila terjadi fraktur pembuluh darah disertai dengan tulang

periosteum akan membentuk hematoma disekelilig fraktur dan darah

mengalir ke otot-otot sehingga terjadi pembengkakan. Dalam berbagai

tingkatan kerusakan tersebut dan menimbulkan nyeri, derformitas,

bengkak, kiposis, perubahan suhu dan warna kulit sehingga bila

pertolongan terlambat dapat menimbulakan Malunion (tulang tidak

menyatu) (A.Graham & Louis, S, 2007)

3. Etiologi

a. Trauma Langsung / Direck

16

Yaitu fraktur yang terjadi dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa,

misalnya benturan atau pukulan yang mengakibatkan fraktur.

b. Trauma Tidak Langsung / Indirec

Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat

terjadi fraktur pada pergelangan tangan, kolum arargikum humeri, supra

kondiler dan klavikula.

c. Trauma Ringan

Yaitu trauma ringan yang terjadi pada tulang rapuh. (A.Graham & Louis,

S, 2007)

4. Insiden

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2009 terdapat dari 7

juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang

mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki

prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni sekitar

46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan

dimana terjadi disintegritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden

kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat

berpengaruh terhadap kejadian fraktur. (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKERDAS) oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi

17

kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh,

kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa

terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829

kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang

(8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur

sebanyak 236 orang (1,7%). (Depkes RI, 2007).

Sedangkan angka kejadian peraktur yang dirawat di rumah sakit

umum daerah Labuang Baji Makassar mulai tanggal 1 januari sampai 31

Desember 2011 sebanyak 91 orang laki – laki dan 20 orang perempuan.

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2009

didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan

jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Dari hasil survey tim

Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45%

mengalami kecacatan fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas

dan bahkan depresi, dan 10% ,mengalami kesembuhan dengan baik. (Depkes

RI, 2009).

5. Jenis – jenis Fraktur

a. Complete fracture (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah

ulang, luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi

tulang.

b. Closed fracture (simple frakltur), tidak menyebabkan robeknya kulit,

gritas kulit masih utuh.

18

c. Open fracture ( compound fraktur / komplikata / kompleks),

merupakanfraktur dengan luka pada kulit ( integritas kulit rusak dan

ujung menonjol sampai menembus kulit) atau membrane mukosa sampai

kepatahan tulang.

Fraktur tebuka digradasi menjadi :

Grade I : luka bersih, kurang dari 1 cm panjangnya

Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang

ekstensif

Grade III : luka sangat terkontaminasi, dan mengalami

kerusakan jaringan lunak ekstensif.

d. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang lainnya

membengkok.

e. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.

f. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

g. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.

h. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.

i. Depresi, fraktur dengan fagmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi

pada tulang tengkorak dan wajah).

j. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

belakang).

k. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista

tulang, paget, metastasis tulang, tumor).

19

l. Epifisial, fraktur melalui epifisis.

m. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang

lainnya (Brunner & Suddarth, 2002).

6. Menifestasi Klinis

a. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai sebelum imobilisasi.

Spasme otot yang menyertai frakturmelepaskan bentuk bidai alamia yang

dirancang untuk memindahkan gerakan antar fragmen tulang.

b. Setelah terjadi fraktur bagian-bagian alat dapat digunakan dan cenderung

bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) pergerakan fragmen

dapat menyebabkan deformitas.

c. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya, karena

kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur, fragmen

sering melengkapi satu sama lain.

d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan karena adanya derik tulang

dinamakan krepitasi yang terjadi akibat gerakan antara fragmen atau

dengan lainnya.

7. Komplikasi

Meskipun kebanyakan yang menderita patah tulang setahap demi setahap

akan mengalami proses penyembuhan tetapi ada juga yang menderita ketidak

mampuan fisik akibat komplikasi seperti :

20

a. Mal union : Keadaan di mana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi

terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi,

kependekan.

b. Delayed union : Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 – 5

bulan (tiga bulan untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota

gerak bawah).

c. Non union : Apabila fraktur tidak menyembuh antaran 6 – 8 bulan dan

tidak didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartritis (sendi palsu)

d. Shock perdarahan bila terjadi fraktur yang disertai perdarahan mudah

akan terjadi shock..

e. Infeksi tulang biasanya menyertai fraktur khususnya fraktur terbuka

f. Infeksi vescular fraktur dapat mengganggu aliran darah serta fragmen

tersebut mati.

g. Cedera vascular dan syaraf, kedua organ ini terdapat pada aliran darah

akibat ujung patahan yang tajam yang dapat menimbulkan gangguan

ekremitas dan gangguan syaraf. (Long C. Barbara,2005)

8. Pemeriksaan Diagnositik

a. Hasil Laboratorium

Tidak ada tes khusus untuk mengetahui fraktur. Yang perlu

diketahui adalah Hb, hematokrit, sering rendah disebabkan peredaran

darah yang lemah yang disebabkan karena meningkatnya kerusakan

21

jaringan lurik sangat luas pada masa penyembuhan dan peningkatan

dalam darah.

b. Hasil Radiologi

Pemeriksaan rontgen menentukan lokasi luasnya fraktur, trauma, CT

Scan, MRI, memperlihatkan fraktur yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. (Long C. Barbara,2005)

9. Penatalaksaan Fraktur Secara Umum

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan

pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi (Smeltzer,

2005). Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk mencapai reduksi fraktur

adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang

dipilih untuk mereduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya.

Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan

mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling

berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya, traksi dapat

dilakukan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi

disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan pendekatan

bedah, fragmen tulang dirduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,kawat,

sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk

22

mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan

tulang solid terjadi.

Tahapan selanjutnya setelah fraktur direduksi adalah mengimobilisasi

dan mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar

sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna

dan fiksasi eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips,

bidai,traksi kontin, pin, dan tehnik gips. Sedangkan implant logam digunakan

untuk fiksasi interna.

Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang, dapat

dilakukan dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler,

latihan isometric, dan memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam

memperbaiki kemandirian dan harga diri (Smeltzer, 2005).

Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R yaitu :

a. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian dan

kemudian di rumah sakit.

b. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen tulang

yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya.

c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang untuk

mempertahankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur dan di bawah

fraktur.

d. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur (Price, 2004).

Penatalaksanaan perawat menurut Mansjoer (2006), adalah sebagai berikut :

23

a. Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok dan penurunan

kesadaran, baru periksa patah tulang.

b. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyaman, mencega

komplikasi.

c. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara dini, dan

pemantauan neurocirculatory pada daerah yang cidera adalah :

1) Merabah lokasi apakah masih hangat

2) Observasi warna

3) Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali kapiler

4) Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi pada

lokasi cidera

5) Merba lokasi cidera apaka pasien bisa membedakan rasa sensasi nyeri

6) Observasi apakah daerah fraktur bisa digerakan.

d. Pertahankan kekuatan dan pergerakan

e. Mempertahankan kekuatan kulit

f. Meningkatkan gizi, makanan-makanan yang tinggi serat anjurkan intake

protein 150-300 gr/hari

g. Memperhatikan immobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan tujuan

untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada

tempatnya sampai sembuh.

Tahap-tahap penyembuhan fraktur menurut Brunner dan Suddart (2002) :

1) Inflimasi, tubuh berespon pada tempat cidera terjadi hematom

24

2) proliferasi sel, terbentuknya barang-barang fibrin sehuingga terjadi

revaskularisasi

3) Pembentukan halus, jaringan fibrus yang menghubungkan efek tulang

4) Opsifikasi, merupakan proses penyembuhan pengambilan jaringan tulang

yang baru

5) Remodeling, perbaikan patah yang meliputih pengambilan jaringan yang

mati dan reorganisasi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu system dalam merencanakan Asuhan

Keperawatan yang mempunyai 4 (empat) tahap, yaitu : pengkajian, perencanaan,

pelakasanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dan asuhan keperawatan dalam

asuhan keperawatan sebagai perawatan mengunakan pendekatan

komperhensif yaitu pendekatan bio, psiko, sosial dan spiritual.

Data dasar pengkajian

a. Aktifitas / istirahat

Tanda tanda keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena

mungkin segera fraktur ini terjadi atau secara sekunder karena

pembengkakan sehingga nyeri

b. Sirkulasi

25

Tanda tanda sirkulasi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap

nyeri ansietas) atau hipotensi, kehilangan darah, penurunan nadi, pada

bagian distal yang cedera pengikisian lapisan lembut, pucat pada bagian

yang terkena pembengkakan jaringan otot massa hematoma pada sisi

cedera.

c. Neurovaskuler

Tanda tanda hilang gerakan/sensasi spasme otot, kesemutan tanda-tanda

deformitas (kelainan bentuk)

d. Nyeri/kenyamanan

Tanda-tanda : nyeri berat tiba-tiba pada saat oedema, terlokalisasi pada

jaringan kerusakan tulang dapat berkurang pada immobilisasi tidak ada

nyeri akibat kerusakan saraf spasme kram pada otot (setelah immobilisasi)

e. Keamanan

Tanda-tanda : ulnserasi kulit efulsi jaringan perdarahan dan perubahan

warna pembengkakan lokal dapat meningkat secara betahap atau tiba-tiba

f. Penyuluhan pembelajaran

Klien dan keluarga tentang tata cara perawatan fraktur.

g. Eliminasi

26

Perubahan pola kemih, poliuria, nokturia, kesulitan berkemih, urune

encer, pucat dan kuning.

h. Makanan dan cairan

Hilangnya nafsu makan, mual, muntah

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko terjadinya trauma tambahan berhubungan dengan kurangnya

informasi yang adekuat.

b. Nyeri berhubungan dengan fraktur.

c. Resiko terjadi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

gangguan arteri vena.

d. Menurunnya mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuskuler skeletal pada jari – jari kaki.

e. Gangguan integritas kulit, dekubitus berhubungan dengan penurunan

sirkulasi pada daerah yang tertekan karena imobilisasi.

f. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang

masih basah.

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang

adekuat

(Merilynn E. Doenges,2000)

3. Perencanaan

a. Resiko terjadinya trauma tambahan berhubungan dengan kurangnya

informasi yang adekuat.

27

Data subyektif : -

Data obyektif : klien tidak kooperatif.

Tujuan : Tidak terjadi trauma tambahan dengan kriteria :

- Kestabilan dan

keseimbangan fraktur tetap dipertahankan.

- Menunjukkan

susunan callus dan mulai terjadinuya sambungan pada faktus

sebagaimana mestinya.

Tindakan keperawatan

Intervensi Rasional

-

tulang panjang dapat

dipertahankan

-

tiap hari

-

foto X-Ray

-

penjajakan tulang serta mengurangi

komplikasi misalnya tertundanya

penyembuhan/tulang tidak menyatu

-

mempercepat pertumbuhan jaringan

callus serta penjajakan tulang dapat

Dipertahankan

-

telah terjadi pembentukan callus serta

letak kedudukan tulang

28

b. Nyeri berhubungan dengan fraktur.

Data subyektif : klien mengeluh nyeri, mengeluh bertambah bila

digerakkan.

Data obyektif : Ekspresi wajah meringis, fraktus tibia.

Tujuan :

Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria : tidak mengeluh nyeri, ekspresi

wajah ceria.

Tindakan keperawatan

Intervensi Rasional

-

-

efektif dengan cara tirah baring

-

tanpa mempengaruhi axis tulang

-

nyeri kontrol stres dan cara

relaksasi

-

datangnya nyeri sehingga dapat

menentukan yang akan diberikan

dengan tepat

-

sering dari tulang yang patah

sehingga tidak merangsang saraf

yang menimbulkan nyeri

-

mengurangi rasa nyeri

-

meningkatkan kontrol rasa serta

29

-

pemberian analgetik

meningkatkan kemampuan

mengatasi rasa nyeri dan stres dalam

periode yang lama

-

rasa sakit

c. Resiko terjadi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

gangguan arteri vena.

Data subyektif : klien mengatakan bengkak daerah perifer.

Data obyektif : adanya edema dan hematoma sekitar fraktur, kulit

pucat dan dingin

Tujuan :

Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan dengan kriteria :

- Tidak ada gangguan

hematoma.

- Kulit hangat dan warna

merah.

- Nadi teraba.

- Ada pengisian pada

kapiler.

30

Tindakan keperawatan

Intervensi Rasional

-

serta pengisian kembali pembuluh

darah kapiler

-

pada daerah fraktur

-

serta perhatikan perubahan fungsi

motorik/sensorik

-

seperti gips sirkuler verband dan

lain-lain

-

fraktur jika dibutuhkan

-

kembali kapiler lambat atau tidak

menunjukkan adanya kerusakan arteri

sehingga tidak membahayakan sistem

perfusi jaringan

-

menunjukkan luka pada pembuluh

darah sehingga memerlukan evaluasi

secara segera oleh tim medis untuk

memperbaiki sirkulasi

-

sakit yang berkepanjangan,

menunjukkan adanya kerusakan saraf

-

sirkulasi sehingga tidak

mengakibatkan terbentuknya edema

pada ekstremitas

-

terbentuknya hematom dan akan

merusak sirkulasi

31

d. Menurunnya mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuskuler skeletal ekstremitas bawah.

Data subyektif : Klien mengatakan tidak mampu menggerakkan

ekstremitas bagian bawah.

Data obyektif : Fraktur femur, immobilisasi.

Tujuan :

Klien dapat melakukan mobilitas fisik dengan kritieria : dapat

menggerakkan ekstremitas yang tidak diimobilisasi, dapat

mempertahankan mobilitas pada tingkat possibilitas yang tinggi.

Tindakan keperawatan

Intervensi Rasional

- Ka

ji kemampuan fungsional

- Ba

- Menge

nal kekuatan dan memberikan

informasi yang berhubungan dengan

penyembuhan serta tindakan yang

akan diberikan

- Menin

32

ntu klien melakukan range of

motion pasif/aktif pada

ekstremitas yang sakit maupun

tidak

- Me

ndorong klien melakukan latihan

isometrik untuk anggota badan

yang tidak terpengaruh dengan

imobilisasi

- Ko

laborasi dengan dokter/therapiest

untuk memungkinkan

dilakukannya rehabilitasi

gkatkan aliran darah ke otot dan

tulang, mencegah kontraktur,

mengurangi atrofi dan

mempertahankan mobilitas

tulang/sendi

- Memb

antu menggerakkan anggota badan

serta dapat mempertahankan kekuatan

massa otot

- Bergu

na dalam menggerakkan program

latihan dan aktivitas secara individual

e. Gangguan integritas kulit, dekubitus berhubungan dengan penurunan

sirkulasi pada daerah yang tertekan karena imobilisasi.

Data subyektif : Klien mengatakan rasa panas pada bokong dan

punggung.

Data obyektif : Immobilisasi, warna kulit pada derah punggung dan

bokong pucat

33

Tujuan

Gangguan integritas kulit teratasi dengan kriteria : tidak rasa panas pada

daerah punggung dan bokong, kulit punggung dan bokong berwarna

merah, tidak nyeri.

Tindakan keperawatan

Intervensi Rasional

- Ob

servasi daerah yang tertekan

- Cu

ci tangan sebelum dan sesudah

melakukan perasat

- Be

rsihkan luka dekubitus dengan

obat antiseptic

- Dapat

memberikan gambaran daerah yang

sudah dekubitus, yang sudah terjadi

ischemik jaringan, serta tekanan pada

kulit

- Merup

akan suatu tindakan yang paling

penting untuk mencegah meluasnya

infeksi karena sumber utama

terjadinya kontaminasi oleh mikroba

- Mence

gah masuk dan berkembangnya

kuman dalam luka yang dapat

memperberat luka

- Dapat

34

- Pij

at daerah tulang dan kulit yang

mendapat tekanan dengan

menggunankan lotion

- Ru

bah posisi tidur dengan ganjalan

bantal/kain pada daerah yang

tertekan

- Ma

ndikan klien setiap hari

memperbaiki/meningkatkan sirkulasi

dan mencegah terjadinya lecet pada

kulit

- Mengu

rangi tekanan terus menerus pada

daerah tertekan

- Kulit

bersih dan sirkulasi kulit lancar/baik

f. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang

masih basah.

Tujuan : Luka sembuh dengan kriteria tidak ada tanda-tanda infeksi

Tindakan keperawatan

Intervensi Rasional

- Ob

servasi keadaan luka klien

- M

onitor tanda-tanda vital

- Dapat

mengetahui adanya infeksi secara

dini

- Pening

katan tanda vital merupakan salah

satu gejala infeksi

35

- Gu

nakan tehnik aseptik dan

antiseptik dalam melakukan

setiap tindakan

- Ga

nti balutan setiap hari dengan

menggunakan balutan steril

- Be

ri antibiotik sesuai dengan

program pengobatan

- Memu

tuskan mata rantai kuman penyebab

infeksi sehingga infeksi tidak terjadi

- Menja

ga agar luka tetap bersih dan dapat

menceah terjadinya kontaminasi

- Antibi

otik membunuh kuman penyebab

infeksi

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang adekuat

Data subyektif : klien bertanya tentang penyakitnya.

Data obyektif : tidak kooperatif, gelisah.

Tujuan :

Pemahaman klien terpenuhi dengan kriteria : klien tidak

bertanya tentang penyakitnya, klien lebih kooperatif dalam

prosedur keperawatan.

Tindakan keperawatan

Intervensi Rasional

- Jel - Memb

36

askan prosedur dan tindakan yang

diberikan

- Jel

askan perlunya metode ambulasi

yang tepat

- Ins

truksikan pada klien agar

mengatakan pada perawat bila ada

hal-hal yang tidak menyenangkan

erikan dan meningkatkan

pemahaman klien sehingga dapat

mengerti dan koopertif dengan

tindakan yang diberikan

- Untuk

mencegah terjadinya komplikasi

yang tidak diinginkan dan akan

memperlambat penyembuhan

- Dapat

mengurangi stres dan kegelisahan

4. Pelaksanaan

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-

aktivitas yang telah dicatat dalam renana perawatan pasien. Agar

implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif

maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat

respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta

mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan

diprioritaskan pada upaya untuk : meningkatkan fungsi pernapasan,

37

menghilangkan nyeri dan meningkatkan istirahat, mempertahankan

keseimbangan cairan dan elektrolit, meningkatan asupan nutrisi, memberikan

informasi tentang penyakit, prosedur dan kebutuhan pengobatan.

5. Evaluasi.

Pada tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi

respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa

hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi yang merupakan proses terus

menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana perawatan

yang dilaksanakan.

Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinu, karena

setiap tindakan keperawatan dilakukan, respon pasien dicatat dan dievaluasi

dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan

respon pasien, revisi intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin

diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan

yaitu : pola nafas efektif, nyeri teratasi/terkontrol, tidak terjadi kekurangan

volume cairan, kebutuhan nutrisi terpenuhi, klien mengatakan pemahaman

tentang penyakitnya.

38