asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem respiratori oke

43
KATA PENGANTAR Assalamuallaikum.wr.wb Alhamdulilah hirabbilalamin,dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan hidayahNya maka dengan ini kami dapat menyelesaikan makalah dengan lancar. Terselesainya makalah ini berkat kerja sama dari berbagai pihak untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ns Diena Juliana , S.Kep selaku dosen pembimbing kami serta rekan–rekan yang memberikan masukan dan gagasan tentang makalah yang kami susun. Kami menyadari bahwa makalah kami banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari sisi tulisan maupun sistem penulisan, maka dari itu saya mohon maaf dan mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang kami sajikan pada makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Pon tianak, 29 April 2011 Penulis

Upload: heri-sumarlin

Post on 05-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

sistem respiratory lansia adalah

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum.wr.wb

Alhamdulilah hirabbilalamin,dengan memanjatkan puji dan syukur

kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan hidayahNya maka dengan ini kami

dapat menyelesaikan makalah dengan lancar.

Terselesainya makalah ini berkat kerja sama dari berbagai pihak untuk itu

kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ns Diena Juliana , S.Kep selaku dosen

pembimbing kami serta rekan–rekan yang memberikan masukan dan gagasan

tentang makalah yang kami susun.

Kami menyadari bahwa makalah kami banyak terdapat kekurangan dan

kesalahan baik dari sisi tulisan maupun sistem penulisan, maka dari itu saya

mohon maaf  dan mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semoga apa yang kami sajikan pada makalah ini bisa bermanfaat bagi kita

semua.

                                                                                                            Pontianak, 29

April 2011

                                                                          Penulis

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

DAFTAR ISI

Kata

pengantar....................................................................................................................

.i

Daftar

Isi............................................................................................................................ ii

BAB I          PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang.............................................................................................. 1

B.     Tujuan Penulisan............................................................................................ 2

BAB II         TINJAUAN TEORITIS

A.    Perubahan Anfis Sistem Pernafasan Pada Lansia......................................... 4

B.     Faktor-faktor yang memperburuk funsi paru................................................ 6

C.     Patogenesis penyakit paru pada lansia.......................................................... 8

D.    Aspek Klinik................................................................................................. 10

BAB III       ASUHAN KEPERAWATAN PPOM

A.   Pengkajian.................................................................................................... 16

B.     Diagnosa keperawatan.................................................................................. 19

C.    Intervensi...................................................................................................... 20

D.   Evaluasi........................................................................................................ 27

BAB IV       PENUTUP

A.   Kesimpulan................................................................................................... 28

B.    Saran............................................................................................................. 28

Daftar

Pustaka.................................................................................................................. 30

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Apabila taraf hidup masyarakat meningkat, ditambah dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka dapat

memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat. Dampak yang

timbulantara lain angka kejangkitan dan kematian penyakit-penyakit Infeksi

menurun, sedangkan insidensi penyakit lain (misalnya kardiovaskuler)

meningkat. Dampak lainnya ialah usia harapan hidup menjadi lebihmeninggi

dan jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lehih banyak (Mangunegoro,

1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor-faktorlingkungan

yang lain, terjadilah perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada tingkat awal

perubahan itu mungkin merupakan homeostasis martial, kemudian bisa timbul

homeostasis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling akhir terjadi kematian sel

(Kumar et al, 1992). Salah satu organ tubuh yang mengalami perubahan

anatomik-fisiologik akibat bertambahnya usia seseorang adalah sistem

pernafasan.

Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat

timbulpula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-

prnyakit yang diderita kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan penyakit

yang diderita sejak umur muda; (2) akibat gejala sisa penyakit yang pernah diderita

sebelumnya; (3) penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu

(misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya); dan (4) penyakit-

penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit paru yang

diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebab atau kejadian

tersebut (Mangunegoro, I992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi

Martono. 1999)

Insidens. Belum banyak dijumpai laporan para ahli tentang insidensPPOM

orang usia lanjut. Insidens PPOM usia lanjut yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

tahun 1990 — 1991 adalah sebesar 5,6% (Rahmatullah, 1994. Didalam bukuR.Boedi-

Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

Pada kesempatan ini akan diuraikan mengenai gangguan sistem respirasi

pada usia lanjut, meliputi aspek anatomik-fisiologik, aspek epidemiologik, serta

aspek klinik, dan terapi modalitas yang akan diberikan.

B.     Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan terapi modalitas ini adalah :

1.      Mengetahui konsep dasar proses penuaan

2.      Mengetahui perubahan fisiologis pada proses penuaan

3.      Memahami perubahan anatomi dan fisiologis sistem respiratori pada lansia.

4.      Mengetahui masalah-masalah pada perubahan sistem respiratori pada lansia.

5.      Mengetahui dan dapat memberikan gambaran PPOM pada lansia

6.      Memenuhi tugas mata kuliah “ Keperawatan Gerontik I”.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A.  Perubahan Anatomik Fislologik Sistem Pernafasan  Pada

Usia Laniut

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

Pada  orang orang sehat, peruhahan anatomik fisiologik

tersebut merupakanbagian dari proses menua, Usia Ianjut

bukanlah merupakan penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan

yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap

stres atau pengaruh lingkungan. Proses menua melandasi berbagai kondisi yang

terjadi pada usia lanjut (Kumar et al, 1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan

H.Hadi Martono. 1999)

Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah

disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan oleh peayakit yang

menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang harus dipenuhi (Widjayakusumah,

1992. R Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999) :

1.      Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal, artinya

umum terjadi pada setiap orang.

2.        Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti  perubahan

fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam sel dan

bukan oleh faktor luar.

3.                  Proses menua terjadi secant progresif, berkelanjutan, berangsur Iambat dan

tidak dapat berbalik lagi.

4.        Proses menua bersifat proses kemunduran/kerusakan (injury).

1.      Peruhahan anatomik sistem pernafasan

Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai hampir

seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi tel, jaringan atau organ yang

bersangkutan.

Yang mengalami perubahan adalah

a.       Dinding dada : tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulangtulang rawan

mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut epigastrik

relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil.

b.      Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan akibat atrofi.

c.       Saluran nafas : akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis bronkus dan

alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin-cincin tulang rawan bronkus

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

mengalami perkapuran (Widjayakusumah, 1992; Bahar, 1990. Didalam

bukuR.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

d.      Struktur jaringan parenkim paru : bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus membesar

secara progresip, terjadi emfisema senilis (Bahar, 1992). Struktur kolagen dan elastin

dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang sehingga menyebabkan

elastisitas jaringan parenkim pam mengurang. Penurunan elastisitas jaringanparenkim

paru pada usia lanjut dapat karena menurunnya tegangan perrnukaan akibat pengurangan

daerah permukaan alveolus (Taylor et al, 1989; Levinzky, 1995; Bahar, 1990 Didalam

buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

2.      Perubahan-perubahan fisiologik sistem pernafasan

Perubahan fisiologik (fungsi) pada sistem pernafasan yang terjadi antara lain :

a.       Gerak pernafasan: adanya perubahan hentuk, ukuran dada, maupun volume rongga

dada akan merubah mekanika pernafasan, amplitudo pernafasan menjadi dangkal,

timbul keluhan sesak nafas. Kelemahan otot pernafasan menimbulkan

penurunan kekuatan gerak nafas, lebih-Iebih apabila terdapat deformitas rangka

dada akibat penuaan (Bahar, 1990. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi

Martono. 1999)

b.      Distribusi gas. Perubahan struktur anatomik saluran nafas akan menimbulkan

penumpukan Warn dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan pendistribusian

udara nafas dalam cabang-cabang bronkus.

c.       Volume dan kapasitas paru menurun. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1)

kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim parts menurun, (3) resintensi

saluran nafas (menurun sedikit). Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut

terjadi pengurangan ventilasi paru (Bahar. 1190; Widjajakusumah, 1992.Didalam

buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

d.      Gangguan transport gas.

Pada usia lanjut terjadi penurunan Pa02 secara bertahap, yangpenyebabnya

terutama disebabkan (deli adanya ketidakseimhangan ventilasi-perfusi (Mangunegoro,

1992). Selain itu diketahui bahwa pengambilan 02 oleh darah dari alveoli (difusi) dan

transport 02 ke jaringan-jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan

olah raga. Penurunan pengambilan 02 maksimal disebabkan antara lain karena : (1)

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

berbagai perubahan pada jaringan paru yangmenghambat difusi gas, dan (2)

karena berkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnya curah jantung

(Widyakusumah, 1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono.

1999)

e.       Gangguan perubahan ventilasi pain.

Pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya

penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral ataupun pusat-

pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap rangsangan berupa

penurunan Pa02, peninggian PaCO2, perubahan pH darah arteri dan sebagainya

(Bahar, 1990. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

B. Faktor-faktor yang memperburuk fungsi paru

Selain penurunan fungsi paru akibat proses penuaan, terdapat beberapa

faktor yang dapat memperburuk fungsi paru (Silverman dan Speizer, 1996; Tim

Pneumobil Indonesia, 1994. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi

Martono. 1999) Faktor-faktor yang memperburuk fungsi paru antara lain :

1.      Faktor merokok

Merokok akan memperburuk fungsi paru, yaitu terjadi penyempitan saluran

nafas. Pada tingkat awal, saluran nafas akan mengalami obstruksi clan terjadi

penurunan nilai VEP1 yang besarnya tergantung pada beratnya penyakit paru tad.

Pada tingkat lanjut dapat terjadi obstruksi yang iereversibel, timbul penyakit paru

obstruktif menahun (PPOM) (Silverman dan Speizer, 1996; Burrows,

1990. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

2.      Obesitas

Kelebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru seseorang. Pala

obesitas, biasanya terjadi penimbunan lemak pada leher, dada dan (finding perut,

akan dapat mengganggu compliance dinding dada, berakibat penurunan volume paru

atau terjadi keterbatasan gerakan pernafasan (restriksi) dan timbul gangguan fungsi

paru tipe restriktif (Taylor et al, 1989; Levinxky, 1995. Didalam buku R.Boedi-

Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

3.              Imobilitas

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

Imobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat otot-

otot berkontraksi, sehingga kapasitas vital. paksa atau volume paru akan "relatif'

berkurang. Imobilitas karena kelelahan otot-otot pernafasan pada usia lanjut dapat

memperburuk fungsi paru (ventilasi paru). Faktor-faktor lain yang menimbulkan

imobilitas (paru), misalnya efusi pleura, pneumotoraks, tumor paru dan

sebagainya (Mangunegoro, 1992). Perbaikan fungsi paru dapat dilakukan

denganmenjalankan olah raga secara intensif (Rahmatullah, 1993. Didalam

buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

4.      Operasi

Tidak semua operasi (pembedahan) mempengaruhi faal paru.

Daripengalaman para ahli diketahui bahwa yang pasti memberikan pengaruh

faal paru adalah : (1) pembedahan toraks (jantung dan paru); (2) pembedahan

abdomen bagian atas; dan (3) anestesi atau jenis obat anestesi tertentu. Peruhahan

fungsi paru yang timbul, meliputi perubahan proses ventilasi, distribusi gas,

difusi gas serta perfusi darah kapiler paru. Adanya perubahan patofisiologik paru

pasca bedah mudah menimbulkan komplikasi paru: atelektasis, infeksi atau

sepsis dan selanjutnya mudah terjadi kematian, karena timbulnya gagal

nafas (Rahmatullah, 1997. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono.

1999)

C.    Patogenesis penyakit paru pada usia lanjut

Mekanisme timbulnya penyakit yang menyertai usia lanjut dapat dijelaskan atau

dapat dikaitkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut.

Perubahan-perubahan tersebut. adalah :

1.      Perubahan anatomik-fisiologik

Dengan adanya perubahan anatomik-fisiologik sistem pernafasanditambah

adanya faktor-faktor lainnya dapat memudahkan timbulnya beberapa macam

penyakit paru: bronkitis kronis, emfisema paru, PPOM, TB paru, kanker paru dan

sebagainya (Mangunegoro, 1992; Davies, 1985; Widjayakusumah, 1992;

Rahmatullah,1994; Suwondo 1990 a, 1990 b; Yusuf, 1990. Didalam buku R.Boedi-

Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

2.      Perubahan daya tahan tubuh

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

Pada usia lanjut terjadi penurunan daya tahan tubuh, antara lain karenalemahnya

fungsi limfosit B dan T (Subowo, 1993; Roosdjojo dkk, 1988), sehingga penderita

rentan terhadap kuman-kuman pathogen virus, protozoa, bakteri atau jamur

(Haryanto clan Nelwan, 1990, Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi

Martono. 1999)

3.      Perubahan metabolik tubuh

Pada orang usia lanjut sering terjadi peruban metabolik tuhuh, dan paru dapat

ikut mengalami peruban penyebab tersering adalah penyakit-penyakit metabolik

yang bersifat sistemik: diabetes mellitus, uremia, artritis rematoid dan sebagainya.

Fakator usia peranannya tidak jelas, tetapi lamanya menderita penyakit sistemik

mempunyai andil untuk timbulnya kelainanparu tadi (Davies,88. Didalam

buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

4.      Perubahan respons terhadap obat

Pada orang usia lanjut, bisa terjadi bahwa penggunaan obat-ohattertentu

akan nemnemberikansan respons atau perubahan pada paru dansaluran nafas,

yang mungkin perubahan-perubahan tadi tidak terjadi pada usia muda. Contoh,

yaitu penyakit paru akibat idiosinkrasi terhadap obatyang sering digunakan dalam

pengobatan penyakit yang sedang dideritanyayang mana proses tadi jarang terjadi

pada usia muda (Davies, 1985.Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi

Martono. 1999)

5.      Perubahan degeneratif

Perubahan degeneratif merupakan perubahan yang tidak

dapat dielakkaan terjadinya pada individu-individu yang mengalami

proses penuaan. Penyakit paru yang timbul akibat proses

(perubahan) degeneratif tadi, misalnya terjadinya bronkitis kronis, emfisema

paru, penyakit paru obstruktif menahun, karsinoma paru yang terjadinya pada

usia lanjut dan sebagainya (Davies, 1985. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan

H.Hadi Martono. 1999)

6.      Perubahan atau kejadian lainnya

Ada pengaruh-pengaruh lain yang terjadi sebelum atau selama

usialanjut yang dapat mempengaruhi dirinya sehingga dapat

memudahkanpenyakit paru tertentu pada usia lanjut, misalnya :

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

a.       Kebiasaan merokok masa lalu dan sekarang

Merokok yang berlangsung lama dapat menimbulkan perubahan-perubahan

struktur pada saluran nafas, juga dapat menurunkan fungsi sistem

pertahanan tubuh yang diperankan oleh paru dan saluran nafas, sehingga

memudahkan timbulnya infeksi pada paru dan saluran nafas. Merokok selain dapat

memberikan perubahan- perubahan pada saluran nafas, dapat pula memudahkan

timbulnya keganasan paru, PPOM, bronkitis kronis dan

sebagainya (Mangunegoro, 1992. Didalam bukuR.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi

Martono. 1999)

b.      Pengaruh atau akibat kekurangan gizi

Pada usia lanjut telah diketahui terjadi penurunan daya tahantubuh,

terutama respons imun seluler (Roosdjojo, 1988). Inimerupakan konsekuensi

lanjut atas terjadinya involusi kelenjar timus pada usia lanjut. Proses

involusi kelenjar timus menyebabkan jumlah hormon timus yang beredar dalam

peredaran darah menurun, berakibat proses pemasakan limfosit T berkurang dan

limfosit T yang beredar dalam peredaran darah juga berkurang. Imunitas humoral

pada usia lanjut juga terdapat perubahan yang berarti, bahkan terdapat peninggian

kadar autoantibodi (Subowo, 1993). IgA dan IgG terdapat peningkatan,

sedangkan IgM mengalami penurunan.

D.    Aspek Klinik

Ada beberapa penyakit paru yang menyertai orang usia lanjut, yang paruing ada

4 macam: pneumoni, tuberkulosis paru, penyakit paru obstruktif menahun

(PPOM),dan karsinoma paru.

1.      Definisi Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM)

Pengertian. PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguanfungsi

paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya

penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa

observasi beberapa waktu (Mangunegoro, 1992. , Didalam bukuR.Boedi-

Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

PPOM adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis

kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002. ,Didalam

buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

 PPOM merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat

aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.

Termasuk dalam kelompok PPOM adalah bronkitis kronis, emfisema paru

dan penyakit saluran nafas perifer.

2.      Etiologi.

Etiologi penyakit ini belum diketahui. Timbulnya penyakit ini dikaitkan

dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada penderita, antara lain merokok sigaret

yang berlangsung lama, polusi udara, infeksi paru berulang, umur, jenis kelamin, ras,

defisiensi alfa-1 antitripsin, defisiensi antioksidan dan sebagainya. Pengaruh dari

masing-masing faktor resiko terhadap terjadinya PPOM adalah saling memperkuat

dan faktor merokok dianggap yang paling dominan dalam menimbulkan penyakit

ini.

3.      Patofisiologi.

Faktor-faktor resiko yang telah disebutkan di atas akan mendatangkan proses

inflamasi bronkus dan juga menimbulknn kerusakan pada dinding bronkiolis

terminal. Akibat dari kerusakan yang timbul akan terjadi obstruksi bronkus keel

(bronkiolus terminal), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.

Udara yang pada saat inspirasi mudah masuk ke dalam alveoli, saat ekspirasi

banyak yang terjebak. dalam alveolus dan terjadilah penumpukan

udara (airtrapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafasdengan

segara akibat-akibatnya. Adanya obstruksi dini saat awal ekspirasi akan menimbulkan

kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru:

ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan

(Brannon, et al, 1993. ,Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono.

1999)

4.      Gambaran klinik. Gambaran klinik yang ditemukan adalah gambaran penyakit

paru yang mendasari ditambah tanda-tanda klinik akihat terjadinya obstruksi

bronkus. Gambaran klinik bila diamati secara cermat akan mengarah pada dua hal

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

atau dua tipe pokok: (1) mempunyai gambaran klinik dominan ke arah bronkitis

kronis (blue bloater type); dan (2) gambaran klinik predominant ke arah

emfisema (pink puffer type).

5.      Diagnosis.

Diagnosis PPOM ditegakkan dengan metode yang lazim (terarah dan

sistimatik), meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan kelemahan badan, batuk, sesak nafas,

sesak nafas waktu aktivitas clan nafas berbunyi, mengi atau wheeze. Oleh karena

perjalanan penyakitnya lambat, maka anamnesis harus dilakukan secara hati-hati dan

teliti.

Pada pemeriksaan fisik, pada penderita tingkat penyakitnya masih awal

mungkin tidak ditemukan kelainan. Adanya ekspirasi yang memanjang merupakan

petunjuk kelainan dial. Pada penyakit tingkat lanjut, tampak bentuk dada seperti tong,

ditemukan penggunaan otot-otot bantu nafas, suara nafasmelemah, terdengar suara

mengi yang lemah. Kaitting ditemukan (gerak) pernafasan paradoksal. Selain itu

dapat ditemukan edema kaki, mites dan jari tabuh (Mangunegoro, 1992; Das Jardin dan

Burton, 1995).

Pemeriksaan faal paru merupakan pemeriksaan penunjang yang penting, untuk

mendiagnosis PPOM. Untuk menentukan apakah pada penderila terdapat obtruksi

saluran nafas dapat dilakukan pemeriksaan dengan spirometri ( spirogram) atau

memeriksa nilai arus puncak ekspirasi (APE) dengan alat sederhana, yaitu

menggunakan mini Wright

Peak Plow Meter. Pengukuran volume ekspirasi paksa satu detik pertama(VEP I )

merupakan pemeriksaan akurat, standar, mudah dilakukan dengan spirometer, dan

dapat digunakan untuk melihat beratnya obstruksi saluran nafas(Mangunegoro,

1992. , Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

Tingkatan hemoglobin dalam darah itu dapat memperkirakan adanya Polycytemia,

yang mengakibatkan terjadinya Hypoxemia secara perlahan-lahan. Tingkatan PPOM

menurut National Institu Of Health Lung and Blood. Bethesda 2001

TINGKATA

NNILAI / DERAJAT PERSENTASI VEP I

0 Resiko Spirometry Normal

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

Gejala menaun ( batuk,

produksi sputum )

I Ringan ≥ 80 %

II Sedang < 80 %

III Berat < 30 %

6.      Penatalaksanaan.

Dalam penatalaksanaan penderita PPOM perlu diperhatikau faktor-faktor

yang dapat memperjelek perjalanan penyakit, yang hams dicegah terjadinya pada

penderita. Apabila faktor-faktor tadi sudah ada pada penderita, hendaknya

diusahakan .meniadakannya atau menguranginya. Faktor-faktor yang dapat

memperjelek keadaan penyakit penderita, misalnya :

a.                     Faktor-faktor resiko, yaitu faktor yang dapat memperjelek penyakit, misalnya

kebiasaan merokok, polusi udara dan lingkungan pekerjaan, faktor genetik, infeksi

(saluran nafas) dan perubahan cuara.

b.         Derajat obstruksi saluran nafas yang terjadi. Oleh karena itu identifikasi

komponen-komponen yang memungkinkan terdapatnya reversibilitas (obstruksi) sangat

perlu dilakukan.

c.          Tahap perjalanan penyakit. Perjalanan penyakit PPOM lambat progresif. Oleh

karena itu perlu diketahui apakah penyakit PPOM sedang tenang atau progresif

perjalanannya.

Penyakit lain di luar paru, misalnya sinusitis, faringitis dan sebagai- nya

(Mangunegoro, 1992. , Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono.

1999)

Tujuan penatalaksanaan PPOM adalah:

a.      Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala, tidak hanya pada fase akut,

tetapi juga pada fase kronik.

b.     Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.

c.      Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih

awal (Mangunegoro, 1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono.

1999)

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

     Penanganan untuk penderita PPOM usia lanjut adalah sebagai berikut :        

a.         Meniadakan faktor etiologik/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,

menghindari polusi udara..

b.         Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.

c.         Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi, antimikroba tidal(

perlu diberikan. Pemberian anti-mikroba hams tepat sesuai dengan kuman penyebab

infeksi, yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.

d.        Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Pent gunaan

kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronko spasme) masih

kontroversial.

e.         Pengobatan simtomatik ( lihat tanda dan gejala yang muncul )

1.        Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran

2.        Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2

3.        Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infus

f.          Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul. Pengobatan

oksiogen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat: 1

— 2 liter/menit.

g.         Tindakan rehabilitasi.

Rehabilitasi. Tindakan rehabilitasi terhadap penderita meliputiAktivitas-

aktivitas berikut :

1)      Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus.

2)      Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukanpernafasan

yang paling efektif baginya

3)      Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan  tujuan uatukmemulihkan

kesegaran jasmaninya.

4)      Vocational guidance : usaha yang dilakukan terhadap pendeiita agarsedapat-

dapat kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula.

5)      Pengelolaan psikososial: terutama ditujukan untuk penyesuaian diripenderita

dengan penyakit yang dideritnnya.

7.      Pencegahan penyakit paru pada usia lanjut

Proses penuaan pada seseorang tidak bisa dihindari. Perubahan struktur

anatomik maupun fisiologik alami juga tidak dapat dihindari, Pencegahan terhadap

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

timbulnya penyakit-penyakit paru pada usia lanjut dilakukan pada prinsipnya

dengan meningkatkan daya tahan tubuhnya dengan memperbaiki keadaan gizi,

menghilangkan hal-hal yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, misalnya

menghentikan kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya.

Pencegahan terhadap timbulnya beberapa macam penyakit dilakukan

dengan Fara yang lazim.

a.     Usaha pencegahan infeksi paru/saluran nafas

Usaha untuk mencegahnya dilakukan dengan jalan menghambatmengurangi

atau meniadakan faktor-faktor yang mempengaruhitimbulnya infeksi. Hal positif

yang dapat dilakukan misalnya denganmelakukan vaksinasi dengan vaksin

pneumokok untuk menghindaritimbulnya pneumoni, tetapi sayangnya pada usia

lanjut vaksinasi inikurang berefek (Mangunegoro, 1992. Didalam buku R.Boedi-

Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

b.     Usaha mencegah timbulnya TB paru.

Yang bisa dilakukan ialah menghindari kontak person denganpenderita

TB paru atau mengbindari Fara-cara penularan lainnya.

c.      Usaha pencegahan timbulnya PPOM atau karsinoma paru.

Sejak usia muda, bagi orang-orang yang beresiko tinggi terhadap timbulnya

kelainan paru (PPOM dan karsinoma paru), perlu dilakukanpemantauan secara

berkala: (1) pemeriksaan foto rontgen toraks, dan (2)pemeriksaan faal paru, paling

tidak setahua sekali. Sangat dianjurkanbagi mereka yang beresiko tinggi tadi

(perokok berat dan laki-laki)menghindari atau segera berhenti merokok

(Mangunegoro, 1992.Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono.

1999)

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN

(PENYAKIT PARU OBSRUKSI MENAHUN) PPOM

      Dalam hal ini kelompok mengangkat askep PPOM  pada lansia dikarenakan

penyakit ini sangat menonjol (berdasarkan buku Pedoman Pengelolaan Kesehatan

Pasien Geriatri hal 39 tahun 200)

A.      Pengkajian

Pengkajian pada pernafasan dengan klien PPOM yang didasarkan pada

kegiatan sehari – hari. Ukur kualitas pernafasan antara skala 1 sampai 10. Dan

juga mengidentifikasi faktor sosial dan lingkungan yang merupakan faktor

pendukung terjadinya gejala. Perawat juga mengidentifikasi type dari gejala yang

muncul antara lain, tiba-tiba atau membahayakan dan faktor presipitasi lainnya

antara lain perjalanan penularan temperatur dan stress.

Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk dan kesimetrisan dada,

Respiratory Rate dan Pola pernafasan, posisi tubuh menggunakan otot bantu

pernafasan dan juga warna, jumlah, kekentalan dan bau sputum.

Palpasi dan perkusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap

peningkatan gerakan Fremitus, gerakan dinding dada dan penyimpanan

diafragma. Ketika mengauskultasi dinding dada pada dewasa tua / akhir

seharusnya diberi cukup waktu untuk kenyamanan dengan menarik nafas dalam

tanpa adanya rasa pusing (dizzy) (Loukenotte, M.A, 2000).

Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang bisa digunakan sebagai pedoman

untuk mendapatkan riwayat kesehatan yang jelas dari proses penyakit :

1.         Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan pernapasan ?

2.         Apakah aktivitas meningkatkan dispnea? Jenis aktivitas apa?

3.         Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas?

4.         Kapan selama siang hari pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

5.         Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?

6.         Apa yang pasien ketahui tentang penyakit dan kondisinya?

Data tambahan dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan; pertanyaan

yang patut dipertimbangkan untuk mendapatkan data lebih lanjut termasuk :

1.         Berapa frekuensi nadi dan pernapasan pasien?

2.         Apakah pernapasan sama dan tanpa upaya?

3.         Apakah pasien mengkonstriksi otot-otot abdomen selama inspirasi?

4.         Apakah pasien menggunakan otot-otot aksesori pernapasan selama

pernapasan?

5.         Apakah tampak sianosis?

6.         Apakah vena leher pasien tampak membesar?

7.         Apakah pasien mengalami edema perifer?

8.         Apakah pasien batuk?

9.         Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien?

10.     Bagaimana status sensorium pasien?

11.     Apakah terdapat peningkatan stupor? Kegelisahan?

Hal-hal yang juga perlu dikaji adalah :

1. Aktifitas / istirahat

Keletihan , kelemahan, malaise, ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari-hari

karena  sulit bernafas.

2. Sirkulasi

Pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan tekanan darah,takikardi.

3. Integritas ego

Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan,peka rangsang

4. Makanan / cairan

Mual / muntah, anoreksia, ketidakmampuan untuk makan karena distress

pernafasan, turgor kulit buruk, berkeringat.

5. Higiene

Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas

sehari-hari, kebersihan buruk, bau badan.

6. Pernafasan

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

Nafas pendek, rasa dada tertekan, dispneu, penggunaan otot bantu pernafasan.

7.    Keamanan

Riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat atau faktor lingkungan.

8.    Seksualitas

Penurunan libido.

9.    Interaksi sosial

Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, keterbatasan mobilitas

fisik.

(Doengoes, 2000 :152 ).

B.       Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim pada lansia dengan PPOM, antara lain :

1.         Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan tertahannya sekresi.

2.         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen.

3.         Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan in adekuat pertahanan

primer dan sekunder, penyakit kronis.

4.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disprisa,

kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual / muntah.

5.         Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan

kebutuhan oksigen, kelemahan, dispnea.

6.         Defisit pengetahuan tentang PPOM berhubungan dengan kurang informasi,

salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat / keterbatasan kognitif

( Doenges, 2000).

Sedangkan diagnosa menurut Luckenotte,antara lain :

1.         Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d tertahannya sekresi.

2.         Gangguan pertukaran gas b.d berkurangnya suplai oksigen.

3.         Berkurangnya perawatan kesehatan b.d ketidakefektifan koping individu.

4.         Resiko infeksi b.d in adekuat pertahanan primer dan sekunder, dan penyakit

kronik.

5.         Defisit pengetahuan : PPOM b.d kurangnya informasi.

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

6.         In adekuat nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan atau absorbsi

7.         Berkurangnya peran b.d perubahan persepsi diri dan perubahan kapasitas fisik

dalam menjalankan peran.

8.         In efektif pola nafas b.d kelemahan muskuloskeletal dan penurunan energi atau

fatique.

9.         Ketidakmampuan untuk melakukan ventilasi secara spontan b.d kelemahan

otot pernafasan.

10.     Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan

permintaan

(Loukenotte, M.A, 2000).

C.      Intervensi / Perencanaan

No

Dx

Diagnosa

KeperawatanTujuan Dan KH Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifa

n jalan nafas

berhubungan

dengan

tertahannya

sekresi.

Tujuan :

Mengefektifkan

jalan nafas

Hasil yang

diharapkan : -

Mempertahankan

jalan nafas paten

dengan bunyi

nafas bersih / jelas

- Menunjukkan

perilaku untuk

memperbaiki

bersihan jalan

nafas

Misal : Batuk

efektif dan

mengeluarkan

sekret.

1.      Auskultasi bunyi nafas,

catat adanya bunyi nafas,

misal : mengi, krekels,

ronki.

2.      Kaji / paruau frekuensi

pernafasan, catat rasio

inspirasi mengi (emfisema)

3.      Kaji pasien untuk posisi

yang nyaman misal:

peninggian kepala tempat

tidur, duduk dan sandaran

tempat tidur.

4.      Pertahankan polusi

lingkungan minimum debu,

asap dll

5.      Bantu latihan nafas

abdomen / bibir

6.      Ajarkan teknik nafas

1.      Beberapa derajat bronkus

terjadi dengan obstruksi jalan

nafas dan tidak

dimanifestasikan adanya bunyi

nafas adventisius

2.      takipnea ada pada beberapa

derajat dan dapat ditemukan

pada penerimaan / selama

stress / adanya proses infeksi

akut

3.      Peninggian kepala tempat

tidur mempermudah fungsi

pernafasan dengan

menggunakan gravitasi, namun

pasien dengan slifres berat

akan mencari posisi yang

paling mudah untuk bernafas

4.      Pencitus tipe reaksi alergi

pernafasan yang dapat

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

dalam batu efektif

7.      Berikan obat sesuai

indikasi

mentrigen episode akut.

5.      Memberikan pasien beberapa

cara untuk mengatasi dan

mengontrol dispnea dan

menurunkan jebakan udara.

6.      Batuk dapat menetap tetapi

efektif khususnya bila pada

lansia,sakit akut, atau

kelemahan

7.      Membantu dalam proses

penyembuhan.

2. Gangguan

pertukaran gas

berhubungan

dengan suplai

oksigen

Tujuan :

Memenuhi suplai

oksigen pada

tubuh.

Kriteria hasil yang

diharapkan :

- Menunjukkan

perbaikan ventilasi

dan oksigenasi

jaringan adekuat

yang bila dalam

rentang

normal + bebas

gejala distres

pernafasan.

- Berpartisipasi

dalam program

pengobatan dalam

tingkat

kemampuan /

situasi.

1.      Kaji frekuensi kedalaman

pernafasan, catat

penggunaan otot aksesori,

nafass bibir,

ketidakmampuan bicara /

berbincang.

2.      Tinggikan kepala tempat

tidur, bantu pasien untuk

memilih posisi yang mudah

untuk bernafas.

3.      Dorong mengeluarkan

sputum: Penghisapan bila

diindikasikan.

4.      Kaji / awasi secara rutin

kulit dan warna membran

mukosa

5.      Awasi tanda vital dan

irama jantung

6.      Awasi / gambaran seri

GDA dan nadi, oksimetri

7.      Berikan oksigen tambahan

1.      Berguna dalam evaluasi

distress pernafasan dan

kronisnya proses penyakit.

2.      Pengiriman oksigen dapat

diperbaiki dengan posisi duduk

tinggi, dan latihan nafas untuk

menurunkan kolaps jalan nafas,

dispnea dan kerja nafas.

3.      Kental, tebal, banyaknya

sekresi adalah sumber utama

gangguan pertukaran gas

4.      Sianosis mungkin perifer

(terlihat pada kuku) atau

sentral (terlihat sekitar bibir /

daun telinga) keabu-abuan dan

dianosis sentral

mengindikasikan beratnya

hipoksemia.

5.      Takikarena, disritimia, dan

perubahan TD dapat

menunjukkan efek hipoksemia

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

yang sesuai dengan indikasi

hasil GDA dan toleransi

pasien.

sistemik pada fungsi jantung.

6.      PaCO2. Biasanya meningkat

(bronkhitis, emfisema) dan

PaCO2 secara umum menurun,

sehingga hipoksia terjadi

dengan derajat lebih / lebih

besar

7.      Dapat memperbaiki /

mencegah buruknya hipoksia.

3.

Resiko tinggi

terhadap infeksi

berhubungan

dengan in

adekuat

pertahanan

primer dan

sekunder,

penyakit kronis.

Tujuan :

Mencegah

terjadinya infeksi.

Kriteria hasil yang

diharapkan :

- Menyatakan

pemahaman

penyebab / faktor

resiko individu

-  Mengidentifikasi

intervensi untuk

mencegah /

menurunkan

resiko infeksi

- Menunjukkan

teknik, perubahan

pola hidup untuk

meningkatkan

lingkungan yang

aman.

1.      Awasi suhu

2.      Kaji pentingnya latihan

nafas, batuk efektif,

perubahan posisi sering, dan

masukan cairan adekuat.

3.      Tunjukkan dan bantu

pasien tentang pembuangan

tisu dan sputum

4.      Dorong keseimbangan

antara aktifitas dan istirahat

5.      Dapatkan spesimen

dengan batuk / penghisapan

untuk pewarnaan kuman

gram kultur / sensitivitas.

6.      Berikan anti mikrobia

sesuai indikasi

1.      Demam dapat terjadi karena

infeksi / dehidrasi

2.      Aktifitas ini meningkatkan

mobilisasi dan pengeluaran

sekret untuk menurunkan

resiko terjadi infeksi paru.

3.      Cegah penyebaran patogen

melalui cairan

4.      Menurunkan konsumsi /

kebutuhan keseimbangan

oksigen dan memperbaiki

pertahanan pasien terhadap

infeksi, meningkatkan

penyembuhan.

5.      Dilakukan untuk

mengidentifikasikan organisme

penyebab dan kerentanan

6.      Dapat diberikan untuk

organisme khusus yang

teridentifikasi dengan

kulturdan sensitivitas, atau

diberikan secara profilaktik

karena resiko tinggi.

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

4.

Perubahan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan dispnea,

kelemahan efek

samping obat,

produksi

sputum,

anoreksia,

mual / muntah.

Tujuan :

Memenuhi

kebutuhan nutrisi

klien secara

adekuat

Kriteria hasil yang

diharapkan :

- Menunjukkan

peningkatan berat

badan menuju

tujuan yang tepat.

- Menunjukkan

perilaku

perubahan pola

hidup untuk

meningkatkan

dan /

mempertahankan

berat yang tepat.

1.      Kaji kebiasaan diet,

masukan makanan saat ini,

catat derajat kesulitan

makan, evalusi BB dan

ukuran tubuh.

2.      Tunjukkan dan bantu

pasien tentang pembuangan

tisu dan sputum

3.      Dorong keseimbangan

antara aktifitas dan istirahat

4.      Dapatkan spesimen

dengan batuk / penghisapan

untuk pewarnaan kuman

gram kultur / sensitivitas.

5.      Berikan anti mikrobia

sesuai indikasi

1.      Pasien distress pernafasan

akut sering anoreksia karena

dispnea, produksi sputum dan

obat

2.      : Aktifitas ini meningkatkan

mobilisasi dan pengeluaran

sekret untuk menurunkan

resiko terjadi infeksi paru

3.      Menurunkan konsumsi /

kebutuhan keseimbangan

oksigen dan memperbaiki

pertahanan pasien terhadap

infeksi, meningkatkan

penyembuhan.

4.      Dilakukan untuk

mengidentifikasikan organisme

penyebab dan kerentanan

terhadap berbagai anti

mikrobia.

5.      Dapat diberikan untuk

organisme khusus yang

teridentifikasi dengan

kulturdan sensitivitas, atau

diberikan secara profilaktik

karena resiko tinggi.

5. Intoleransi

aktifitas

berhubungan

dengan

keseimbangan

antara suplay

dan kebutuhan

Tujuan :

Mengembalikan

aktifitas klien

seperti semula.

Kriteria hasil yang

diharapkan :

- Melaporkan /

1.      Evaluasi respons pasien

terhadap aktifitas. Catat

laporan dispnea,

peningkatan kelemahan /

kelelahan dan perubahan

tanda vital selama dan

setelah aktivitas.

1.      Menetapkan kemampuan /

kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi

2.      Meminimalkan kelelahan dan

membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen.

3.      Mengurangi kelelahan

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

oksigen,

kelemahan,

dispnea.

Menunjukkan

peningkatan

toleransi terhadap

aktifitas yang

dapat diukur

dengan tak adanya

dispnea,

kelemahan

berlebihan, dan

tanda vital dalam

rentang normal.

2.      Bantu aktivitas perawatan

dini yang diperlukan.

Berikan kemajuan

peningkatan aktivitas

selama fase penyembuhan.

3.      Ajarkan klien untuk

mengurangi aktivitas yang

dapat menimbulkan

kelelahan

6. Defisit

pengetahuan

tentang PPOM

berhubungan

dengan kurang

informasi, salah

mengerti

tentang

informasi,

kurang

mengingat /

keterbatasan

kognitif.

Tujuan : Klien

mampu untuk

mengetahui

tentang

pengertian /

informasi PPOM.

Kriteria hasil yang

diharapkan :

- Menyatakan

pemahaman

kondisi / proses

penyakit dan

tindakan

- Mengidentifikasi

hubungan tanda /

gejala yang ada

dari proses

penyakit dan

menghubungkan

dengan faktor

penyebab

1.      Jelaskan / kuatkan

penjelasan proses penyakit

individu

2.      Instruksikan / kuatkan

rasional untuk latihan nafas,

batuk efektif dan latihan

kondisi umum.

3.      Diskusikan obat

pernafasan, efek samping +

reaksi yang tak diinginkan

4.      Tekankan pentingnya

perawatan oral / kebersihan

gigi

5.      Diskusikan faktor individu

yang meningkatkan kondisi

mis: udara terlalu kering,

angin, lingkungan dengan

suhu ekstrem, serbuk, asap

tembakau, sprei aerosol,

polusi udara.

6.      Diskusikan pentingnya

1.      Menurunkan ansietas dan

dapat menimbulkan perbaikan

partisipasi pada rencana

pengobatan.

2.      Nafas bibir + nafas

abdominal / diafragmatik

menguatkan otot pernafasan,

membantu meminimalkan

kolaps jalan nafas kecil dan

memberikan individu arti

untuk mengontrol dispnea.

3.      Pasien ini sering mendapat

obat pernafasan banyak

sekaligus yang mempunyai

efek samping hampir sama +

potensial interaksi obat

4.      Menurunkan pertumbuhan

bakteri pada mulut, dimana

dapat menimbulkan infeksi

saluran nafas atas.

5.      : Faktor lingkungan ini dapat

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

mengikuti perawatan medik,

foto dada periodik dan

kultur

menimbulkan iritasi bronkial

menimbulkan peningkatan

produksi sekret dan hambatan

jalan nafas.

6.      Pengawasan proses penyakit

untuk membuat program terapi

untuk memenuhi perubahan

kebutuhan dan dapat

membantu mencegah

komplikasi

 ( Doenges, 2000 : 152).

D. Evaluasi

Fokus utama pada klien Lansia dengan PPOM adalah untuk mengembalikan

kemampuan dalam ADLS, mengontrol gejala, dan tercapainya hasil yang

diharapkan. Klien Lansia mungkin membutuhkan perawatan tambahan di rumah,

evaluasi juga termasuk memonitor kemampuan beradaptasi dan menggunakan

tehnik energi conserving, untuk mengurangi sesak nafas, dan kecemasan yang

diajarkan dalam rehabilitasi paru. Klien Lansia membutuhkan waktu yang lama

untuk mempelajari tehnik rehabilitasi yang diajarkan. Bagaimanapun, saat

pertama kali mengajar, mereka harus mempunyai pemahaman yang baik dan

mampu untuk beradaptasi dengan gaya hidup mereka.(Leukenotte, M A, 2000 :

502)

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

BAB IV

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Pada usia lanjut terjadi penularan analomik-fisiologik paru dan saluran

nafas, antara lain berupa pengurangan elastic recoil paru; kecepatan arus

ekspirasi, tekanan oksigen acted serta respons pusat reflek pernafasan terhadap

rangsangan oksigen arteri atau hiperkapnia. Hal-hal tersebut berpengaruh pada

mekanisme perthanan tubuh terhadap timbulnya penyakit paru

Penyakit paru yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah infeksi

saluran nafas akut bagian bawah PPOM. Berhagai cara dapat dilakukan untuk

pencegahan terhadap timbulnya infeksi pernafasan akut bagian

bawah, PPOM. Untuk mencegab melanjunya penurunan fungsi paru, antara

lain dapat diatasi dengan melakukan olah raga atau latihan fisik yang teratur, selain

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

meningkatkan taraf kesehatan usia lanjut. Laju penurunan fungsi paru dapat

diketahui dengan pemeriksaan faal paru secara berkala.

B.       Saran

1.         Untuk Lansia

Menghindari faktor resiko :

a.         Anjurkan klien untuk tidak merokok

b.        Anjurkan klien untuk cukup istirahat

c.         Anjurkan klien untuk menghindari alergen

d.        Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas

e.         Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup

2.         Untuk keluarga

Memberikan dukungan :

a.         Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian pada klien

b.        Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi klien

c.         Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang kondusif

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Guyton, Arthur C. 1945. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC.

Lueckenotte, A.G. 2000. Gerontologic nursing. St. Louis Mosby, INC.

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni

Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.

Matteson, M.A and MC, Connel, E.S. 1988. Gerontological nursing : Concept and Practice.

Philadelphia : WB Sounders Company.

Price, Syna, A and Wilson, Lorraine M. 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis proses-proses

Penyakit, edisi ke-4. Jakarta : EGC.

R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono (1999). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan usia

lanjut) edisi ke-3. Jakarta : EGC.

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Respiratori Oke

Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC.

Wood, Under J.C.E. 1996. Patologi Umum dan Sistemik. Jakarta : EGC.