anatomi fisiologi sistem respiratori atas

24
LAPORAN DISKUSI KELOMPOK KECIL BLOK II SISTEM RESPIRASI MODUL 5 RESPIRASI PADA KEADAAN KHUSUS Tutor : dr. Fransiska Sihotang Disusun Oleh : Kelompok 6 Ahmad Kafi (1410015040) Dimas Razaqa Umar (1410015047) Aditya Rahman Rosean Y. (1410015062) Della Oktavia Setyorini (1410015020) Cindy Wira P. (1410015021) Faradiba Maulidina (1410015041)

Upload: ahmad-kafi

Post on 27-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

TRANSCRIPT

Page 1: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK II SISTEM RESPIRASI

MODUL 5 RESPIRASI PADA KEADAAN KHUSUS

Tutor : dr. Fransiska Sihotang

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2014

Disusun Oleh : Kelompok 6

Ahmad Kafi (1410015040)

Dimas Razaqa Umar (1410015047)

Aditya Rahman Rosean Y. (1410015062)

Della Oktavia Setyorini (1410015020)

Cindy Wira P. (1410015021)

Faradiba Maulidina (1410015041)

Ayu Wira Oktalia (1410015042)

Riski Ayu Rimadani (1410015065)

Zuhaidah Karimah (1410015066)

Muhammad Amrillah (1310015059)

Page 2: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat

dan hidayah-Nyalah laporan diskusi kelompok kecil ini ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari DKK kami

mengenai Modul 5 respirasi pada keadaan khusus dalam Blok II Sistem Respirasi. Laporan

ini secara menyeluruh membahas mengenai saluran respirasi atas. Laporan ini dibuat sebagai

bukti jalannya diskusi kelompok kecil kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

terselesaikannya makalah ini, antara lain :

1. dr. Fransiska Sihotang yang telah membimbing kami kami dalam

melaksanakan diskusi kelompok kecil (DKK) ini.

2. Teman-teman kelompok 6 yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya

sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik

dan dapat menyelesaikan makalah hasil diskusi kelompok kecil (DKK)

kelompok 6.

3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

angkatan 2014 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari dalam laporan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran

dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan

dari isi laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini.

Samarinda, 20 November 2014

Kelompok 6

i

Page 3: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................... 3

1.2 Tujuan Pembelajaran................................................................ 3

1.3 Manfaat Pembelajaran.............................................................. 3

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN

1. Skenario .................................................................................. 4

2. Identifikasi Istilah/ konsep....................................................... 4

3. Identifikasi Masalah................................................................. 4

4. Analisa Masalah....................................................................... 5

5. Strukturisasi.............................................................................. 5

6. Identifikasi Tujuan Belajar....................................................... 6

7. Belajar Mandiri........................................................................ 6

8. Sintesis..................................................................................... 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................... 13

3.2 Saran......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA…………............................................................ 14

ii

Page 4: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernapasan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, memiliki tujuan utama

untuk menyediakan kebutuhan Oksigeen dan mengeluarkan Karbon Dioksida yang

berlebihan. Gas tersebut berguna untuk metabolisme sel. Cara agar Oksigen dapat masuk

kedalam tubuh dan sampai ke jaringan dan agar gas hasil Karbon Dioksida hasil dari

metabolisme sel dapat dikeluarkan meliputi proses ventilasi, difusi, perfusi. Proses difusi atau

pertukaran gas dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial di udara dan alveolus.

Tekanan total parsial udara adalah 760 mm Hg. Tekanan parsial adalah tekanan independen

suatu gas dalam campuran beberapa gas lainnya. Namun pada ketinggian tertentu tekanan

tersebut dapat berubah dan menganggau jalannya pernafasan.

Maka dari itu pada DKK kali ini kami membahas mengenai respirasi dalam keadaan

khusus secara mendalam.

1.2 Tujuan

Berdasarkan skenario yang diberikan pada modul 4 ini, kami telah

mengidentifikasikan beberapa tujuan pembelajaran kami sebagai berikut.

1. Untuk dapat mengetahui respirasi pada saat berada di ketinggian

2. Untuk dapat mengetahui respirasi pada saat berolahraga

1.3 Manfaat

1. Mahasiswa mampu memahami mekanisme respirasi pada saat berada ketinggian

2. Mahasiswa mampumemahami mekanisme respirasi pada saat berolahraga

3

Page 5: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skenario

PINGSAN SAAT MENDAKI GUNUNG TAMBORA

Dini hari di sebuah desa Doro Mboha Kabupaten Dompu NTB, tampak sekelompok Tim

ekspedisi vulkanologi yang bersiap-siap melakukan pendakian Gunung Tambora dengan

ketinggian 2.850 meter. Salah seorang diantaranya bernama Pak Bambang yang tampak sehat

dan segar bugar. Sesaat kemudian Tim mulai bergerak mendaki gunung dan Pak Bambang

mendaki dengan bersemangat, sampai pada ketinggian 1.150 meter Dia tampak bernapas

lebih cepat dan dalam. Setelah beristirahat sejenak Tim melanjutkan perjalanan ke arah

kaldera yang terletak di ketinggian 1.950 meter, akan tetapi sebelum mencapai kaldera Pak

Bambang merasa ototnya lebih lemah dan sangat mengantuk dan akhirnya jatuh pingsan.

Paramedik yang mendampingi tim ekspedisi langsung menangani Pak Bambang dan

menduga Pak Bambang mengalami hipoksia akut.

2.2 Identifikasi Istilah

Berdasarkan pada Blok 2 Modul 3 ini, kami mengidentifikasi beberapa istilah asing

yang berkaitan dengan sistem memori yaitu sebagai berikut.

Ekspedisi : perjalanan penyelidikan ilmiah suatu daerah yang kurang dikenal. Vulkanologi : ilmu pengetahuan tentang gunung berapi Pingsan : suatu keadaan kehilangan kesadaran secara mendadak, kurangnya

aliran O2 di darah dalam otak. Paramedik : profesi yang memberikan pelayanan medis Hipoksia akut : kurangnya oksigen di tingkat jaringan yang bersifat mendadak. Kaldera : kawah gunung berapi yang sangat besar karena ledakan atau

runtuhan gunung berapi

2.3 Identifikasi Masalah

Sesuai kasus yang disajikan pada skenario, kami dapat mengidentifikasikan beberapa

masalah yang timbul dalam kasus tersebut sebagai berikut.

1. Mengapa pak Bambang bernafas lebih cepat dan dalam ?2. Mengapa pak Bambang mengalami lemah otot dan mudah mengantuk kemudian

pingsan ?

4

Page 6: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

3. Bagaimana paramedik menduga pak bambang hipoksia akut ?4. Mengapa hanya pak bambang yang terkena hipoksia akut ?5. Bagaimana cara menangani hipoksia akut pada pak bambang ?

2.4 Analisa Masalah

Berdasarkan masalah – masalah yang telah berhasil kami identifikasikan, kami dapat

menyimpulkan beberapa pendapat dalam diskusi sebagai hipotesa awal kami sebagai berikut.

1. - Karena tekanan berkurang- Agar pak bambang dapat memenuhi kebutuhan oksigennya.

2. Karena Otot membutuhkan ATP maka pak bambang bernafas dalam karena kekurangan oksigen, kurangnya oksigen di otak menyebabkaan kantuk dan kemudian pingsan.

3. Karena ciri-ciri yang tampak pada pak bambang seperti otot melemah, mual, sakit kepala, euforia, kejang adalah ciri-ciri hipoksia akut.

4. a. Karena tingkat aklimatisasi pak bambang yang rendah. b. Karena kurangnya istirahat saat mendaki dan mendaki yang terlalu cepat.

5. Dengan menggunakan pertolongan sinkop saat pingsan yaitu posisi kepala lebih rendah dari kaki, dan dibawa ke tempat yang lebih rendah .

2.5 Strukturisasi

5

Respirasi pada Keadaan Khusus

Kontrol Respirasi Pada Keadaan Khusus

Respirasi pada ketinggian

Rendahnya PO2

Aklimatisasi

Respirasi pada saat olahraga

Page 7: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

2.6 Identifikasi Tujuan Belajar

Kami menentukan beberapa tujuan dan hal – hal lain yang perlu dipelajari lebih lanjut

secara mandiri, yaitu sebagai berikut :

1. Fisiologis dan Kontrol pernapasan pada respirasi khusus 2. Acute-Mountain Sickness dan Cronic Mountain Sickness 3. Aklimatisasi dalam jangka panjang dan jangka pendek4. Penangangan hipoksia akut dan kronik

- Ciri-ciri- Perbedaan

2.7 Belajar Mandiri

Pada tahap ini masing-masing anggota diskusi kelompok kecil melakukan belajar

secara mandiri sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditentukan sebelumnya untuk

mengetahui lebih dalam terhadap materi yang akan dibahas pada diskusi kelompok kecil 2.

2.8 SINTESIS

1. Fisiologi pada saat berada pada ketinggian seperti berada diatas gunung

Pada saat seseorang diatas pegunungan maka secara otomatis tubuhnya akan

melakukan aklimatisasi sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi diatas pegunungan.

Pada saat diatas pegunungan tekanan atmosfer menjadi rendah sehingga menyulitkan

proses pernapasan didalam tubuh. Mengapa tekanan atmosfer yang rendah dapat

menghambat proses pernapasan karena pada saat tekanan atmosfer diatas pegunungan

terjadi penurunan, kadar atau fraksi oksigen tidak mengalami pengurangan sehingga

tekanan parsial oksigen di tempat tinggi menjadi turun dibawah normal dan berkisar

100 mmHg. Karena tekanan parsial oksigen diatmosfer menurun maka menyebabkan

tubuh mengaklimatisasi guna untuk menyesuaikan tekanan parsial oksigen di alveoli

dan di atmosfer. Jika seseorang gagal dalam melakukan aklimatisasi maka seseorang

tersebut akan mengalami hipoksia akut dan acute mountain sickness. Cara tubuh

untuk mengaklimatisasi terhadap perbedaan tekanan parsial yaitu dengan cara :

1. Jika ada terjadi penurunan PO2 di dalam arteri maka akan secara otomatis akan

ditangkap oleh kemoreseptor perifer karena pada dasarnya kemoreseptor perifer

ini merangsang kuat terhadap PO2 arteri. Letak kemoreseptor perifer ini terletak di

badan karotis dan badan aorta yang masing-masing terletak dipercabangan arteri

karotis komunis disisi kanan dan kiri dan diarkus aorta.

6

Page 8: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

2. Karena adanya penurunan PO2 arteri secara signifikan (yaitu jika PO2 arteri turun

dibawah 60 mmHg) akan merangsang kemoreseptor untuk mengirimkan neuron

ke badan medulla untuk mempercepat dan memperdalam ventilasi untuk

memenuhi kebutuhan PO2 dalam darah.

3. Bentuk rangsangan atau tindakan yang dilakukan oleh kemoreseptor ini hanya

terjadi jika terjadi kekurangan PO2 didalam darah, bukan karena kurangnya kadar

oksigen didalam darah.

4. Jika ada terjadi peningkatan Pco2 didalam arteri maka akan merangsang

kemoreseptor sentral. Sebenarnya kemoreseptor sentral bukan merangsang

langsung terhadap Pco2 didalam darah melainkan hanya merangsang H+ yang

berada didalam CES (Cairan Ekstrasel) otak. Kemoreseptor sentral ini berada

dibatang otak. Zat-zat yang bisa dilalui didalam CES otak hanyalah senyawa gas

seperti O2 dan CO2. Karena adanya kadar H+ yang tinggi dalam CES otak maka

kemoreseptor sentral akan mengirimkan sinyal ke pusat pernapasan di medulla

untuk meningkatkan ventilasi guna untuk mengeluarkan CO2 keluar dari tubuh

menuju atmosfer.

Fisiologi pada saat melakukan kegiatan atau exercise

Pada saat kita berolahraga tubuh kita pasti memerlukan oksigen yang lebih banyak

untuk memenuhi proses metabolisme didalam tubuh terutama diotot (pada saat kita

berolahraga). Untuk mencukupi kebutuhan oksigen ini maka pernapasan pun akan

menjadi cepat dan dalam. Bentuk penyesuaian tubuh terhadap kegiatan atau exercise

juga hampir mirip dengan proses aklimatisasi saat berada di ketinggian. Penyebab

peningkatan ventilasi ini dapat dipengaruhi oleh 3 faktor kimiawi yaitu : peningkatan

Po2, peningkatan Pco2 dan peningkatan H+ akan tetapi tampaknya bukan hal ini yang

terjadi. Selain faktor kimiawi ada juga faktor lain yang berperan dalam respons

ventilasi terhadap olahraga yaitu :

1. Reflex yang berasal dari gerakan tubuh. Reseptor sendi dan otot yang tereksitasi

selama kontraksi otot secara reflex merangsang pusat pernapasan, meningkatkan

ventilasi secara mendadak. Bahkan gerakan pasif anggota badan.

2. Peningkatan suhu tubuh. Banyak dari energy yang dihasilkan selama kontraksi

otot diubah menjadi panas dan bukan melakukan kerja mekanis yang

sesunggahnya. Karena peningkatan suhu tubuh merangsang ventilasi maka

produksi panas terkait olahraga ini jelas berperan dalam respons pernapasan

7

Page 9: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

terhadap olahraga. Untuk alas an yang sama, peningkatan ventilasi sering

menyertai demam

3. Pelepasan epinefrin. Hormon medulla adrenal epinefrin juga merangsang

ventilasi. Kadar epinefrin dalam darah meningkat selama olahraga sebagai respons

terhadap lepas muatan system saraf simpatis yang menyertai peningkatan aktivitas

fisik

Impuls dari korteks serebri. Khususnya pada awal olahraga, daerah motoric korteks

serebri dipercayai merangsang secara bersamaan neuron-neuron motorik otot. Hal ini

serupa pada penyesuaian kardiovaskular yang dimulai oleh korteks motoric pada awal

olahraga. Dengan cara ini, regio motoric otak mengaktifkan respons ventilasi dan

sirkulasi untuk menunjang peningkatan fisik yang dilakukannya. Penyesuaian

antisipatorik ini adalah mekanisme regulatorik umpan maju: yaitu, penyesuaian terjadi

sebelum faktor-faktor homeostatic berubah. Hal ini berbeda dari hal yang lebih umum

terjadi yaitu penyesuaian regulatorik untuk memulihkan homeostatis berlangsung

sesudah suatu faktor mengalami perubahan.

2. Acute Mountain Sickness dan Kronic mountain sickness

A.Acute mountain sickness : Sejumlah kecil orang naik ke tempat tinggi dengan

cepat akan sakit mendadak dan dapat meninggal bila tida diberi oksigen atau bila

tidak dipindah ke tempat rendah.Penyakitnya timbul beberapa jam sampai 2 hari

setelah naik ke tempat tinggi.Terdapat 2 peristiwa yang sering terjadi :

a. Edema otak akut : Ini diduga sebagai akibat dari vasodilatasi lokal dari pembuluh

darah otak yang disebabkan oleh hipoksia .Dilatasi anteriol

meningkatkan kapiler,yang selanjutnya menyebabkan

perembesan cairan ke dalam jaringan otak.Edema otak dapat

menjurus ke arah disorientasi berat dan efek-efek lain yang

berkaitan dengan kelainan fungsi otak.

b.Edema paru akut : Penyebab dari hal ini masih belum diketahui,tetapi diduga

sebagai berikut, Hipoksia hebat menyebabkan arteriol paru

mengalami konstriksi,tetapii konstriksi di suatu tempat terjadi

lebih hebat daripada di tempat lainnya,sehingga akan makin

banyak darah yang dipaksa mengalir melalui pembuluh paru

yang tidak mengalami konstriksi.Yamg jumlahnya semakin

8

Page 10: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

sedikit .Sebagai akibatnya ialah tekanan kapiler di tempat-

tempat tersebut menjadi tinggi sekali dan terjadilah edema

lokal.Proses itu kemudian berlanjut dan makin banyak daerah

paru yang mengalami kelainan fungsi yang berat dan dapat

mematikan.Namun biasanya pemberian oksigen akan

memulihkan proses dalam beberapa jam.

B.Cronic mountain sickness : Terkadang,orang yang terlalu lama berdiam di tempat

tinggi dapat menderita hal ini,gejalanya adalah :

1. Sel darah merah dan hematokrit meningkat tinggi sekali.

2. Tekanan arteri pulmonalis meningkat,bahkan melebihi peningkatan normal yang

terjadi pada aklimatisasi.

3. Jantung sisi kanan sangat membesar.

4. Tekanan perifer arteri menurun.

5. Terjadi gagal jantung kongestif.

6. kematian,kecuali dipindah ke tempat yang lebih rendah.

Penyebab dari peristiwa-peristiwa tersebut mungkin 3 hal yaitu :

1.Massa sel darah merah menjadi terlalu besar sehingga viskositas darah meningkat

beberapa kali lipat;hal ini akan menurunkan aliran darah dalam jaringan sehingga

pengangkutan oksigen juga berurang.

2.Arteriol paru mengalami spasme akibat hipoksia baru.Hal ini terjadi akibat

mekanisme kontriksi sebagai reaksi terhadap hipoksia,yang secara normal terjadi

dengan tujuan mengalihkan aliran darah dari alveoli rendah oksigen ke alveoli

tinggi oksigen.

3.Spasme arteriol pulmonalis mengalihkan banyak aliran darah ke pembuluh paru

nonalveolar,sehingga banyak darah paru yang mengalami jalan pintas tanpa

mengalami oksigenisasi,dan hal ini akan lebih mempersulit keadan. Kebanyakan

dari penderita dapat pulih kembali dalam beberapa hari atau minggu setelah

penderita itu dipindahkan ke tempat yang lebih rendah.

C.Subacute mountain sickness : Kurang lebih hampir sama seperti acute

mountain sickness tetapi memiliki sifat persisten dan sembuh dengan turun ke

tempat yang lebih rendah.

9

Page 11: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

3. Aklimatisasi

Aklimatisasi pada PO2 rendah

Sesorang yang tinggal di tempat tinggi selama beberapa hari, minggu, atau

tahun, menjadi teraklimatisasi terhadap PO2 rendah, sehingga efek buruknya terhadap

tubuh makin lama makin berkurang, dan memungkinkan orang tersebut bekerja lebih

berat tanpa mengalami hipoksia atau untuk naik ketempat yang lebih tinggi.

Prinsip-prinsip utama yang terjadi pada aklimatisasi ialah (1) peningkatan

ventilasi paru yang cukup besar, (2) peningkatan jumlah sel darah merah, (3)

peningkatan kapasitas difusi paru, (4) peningkatan vaskularisasi jaringan perifer, dan

(5) peningkatan kemampuan sel dalam menggunakan oksigen sekalipun PO2 rendah.

Aklimatisasi alami pada penduduk asli yang hidup di tempat tinggi

Banyak penduduk yang tinggal di pegunungan seperti Andes dan Himalaya

yang berada di atas ketinggian 13.000 kaki, bahkan sampai ketinggian 17.500-19.000

kaki. Banyak dari penduduk tersebut lahir di ketinggian dan tinggal di sana sepanjang

hidup. Dalam semua aspek aklimatisasi, penduduk asli selalu lebih superior

dibandingkan dengan penduduk luar yang sudah beraklimatisasi sebaik mungkin.

Proses aklimatisasi pada penduduk tersebut sudah dimulai sejak lahir, menyebabkan

ukuran dadanya menjadi lebih besar, sedangkan ukuran tubuh lainnya lebih kecil. Dan

jantungnya (terutama jantung kanan) menjadi lebih besar dibanding orang yang

tinggal di daerah rendah. Jantung kanan yang besar itu menyebabkan tekanan yang

tinggi dalam arteri pulmonalis sehingga dapat mendorong darah melalui kapiler paru

yang telah melebar.

Pengangkutan oksigen oleh darah ke jaringan juga jauh lebih mudah pada

orang-orang di atas. Sebagai contoh, perhatikanlah bahwa PO2 oksigen arteri pada

orang-orang yang tinggal di tempat tinggi hanya 40 mmHg, tetapi karena jumlah

hemoglobinnya lebih banyak, maka jumlah oksigen dalam darah arteri menjadi lebih

banyak dibanding oksigen dalam darah pada penduduk yang tinggal di tempat rendah.

Perhatikan juga bahwa PO2 vena pada penduduk di tempat tinggi hanya 15 mmHg

lebih rendah daripada PO2 vena penduduk di tempat rendah, sekalipun PO2nya

rendah. Ini menunjukkan bahwa pengangkutan oksigen ke jaringan adalah lebih baik

pada penduduk yang secara alami telah mengalami aklimatisasi

10

Page 12: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

4. Hipoksia

berdasarkan jangka waktu : terbagi menjadi 2 yaitu kronis dan akut.

Akut : saat tekanan parsial O2 turun ketika berada di ketinggian tekanan parsial

di alveolus juga turun hingga 60 mm Hg juga frekwensi dan kedalaman

pernapasan maka hal ini akan menyebabkan kekurangan O2 di tingkat jaringan.

Hal ini dapat memicu kemoreseptor perifer mengerimkan impuls aferen ke

kemoreseptor sentral yang mnyebabkan peningkatan frekwensi dan kedalaman

pernapasan.

Kronis : hipoksia kronis tidak hanya terjadi pada orang yang tinggal lama di

ketinggian namun dapat di karenakan oleh penyakit jantung paru yang menahun

yang memberikan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan O2 di tingkat jaringan.

Ciri-cirinya :

Kronis :

Polycythemhia

Hypertropi ventrikel kanan

Dipsnu

Kelelahan

Papill edema

Arrthythmias

Akut:

Takikardia

Meningkatnya frekwensi pernapasan

Dipsnu

Gelisah

Penglihatan yang buram

Europia

Koma

Kematian

Pengobatan : Terapi O2

O2 dapat di berikan dengan cara sebagai berikut :

11

Page 13: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

1) meletakkan kepala pasien di dalam suatu tenda berisi udara yang mengandung

oksigen

2) pasien bernapsan dengan O2 murni atau O2 dengan konsentrasi tinggi dan sebuah

masker

3) pemberian O2 melalui selang intranasal.

Pada hipoksia atmosferik, terapi O2 dapat memperbaiki kekurangan kadar O2

dalam udara inspirasi secra sempurna dan oleh itu memberi hasil terapi 100% efektif.

Pada hipoksia hipoventilasi seseorang yang bernapas dengan O2 100%, setiap kali

bernapas dapat mengalirkan O2 ke dalam alveoli lima kali lebih banyak dari pada bila

bernapas dengan udara normal. Tetapi penggunaan ini tidak berguna pada keadaan

kelebihan CO2 dalam darah yang juga di sebabkan oleh hipoventilasi.

Pada hipoksia yang disebabkan oleh gangguan difusi membran alveolus, pada

dasarnya terjadi efek yang sama seperti pada hipoksia hipoventilasi, karena terapi O2

dapat meningkatan PO2 dalam alveoli paru dari nilai normal kira-kira 100 mmHg

sampai setinggi 600 mmHg. Hal ini meningkatkan gradien tekanan O2 untuk difusi O2

dri alveoli ke darah dari nilai normal 60 mmHg hingga menjadi 560 mmHg atau

peningkatan yang lebih dari 800 %. Manfaatnya bahwa darah paru pada pasien dengan

edema paru mengambil O2 tiga sampai empat kali lebih cepat daripada tanpa terapi.

Pada hipoksia yang disebabkan oleh anemia, kelainan transpor O2 oleh

hemoglobin, defisiensi sirkulais, atau pintasan fisiologis, maka terapi O2 nilainya jauh

lebih rendah, karena dalam alveoli telah terdapat oksigen yang normal. Masalah

sebenarnya adalah salah satu mekanisme atau lebih untuk mengangkut oksigen dari

paru ke jaringan menjadi berkurang. Walaupun demikian, sejumlah kecil O2 tambahan,

antara 7 sampai 30%, dapat di angkut dalam keadaan terlarut dalam darah bila O2

alveolus ditingkatkan hingga mencapai maksimum, walaupun jumlah yang di angkut

oleh hemoglobin sangat berubah. Jumlah O2 tambahan yang sedikit ini mungkin

berbeda antara keadaan hidup dan mati.

Pada berbagai jenis hipoksia akibat penggunaan O2 jaringan yang tidak adekuat,

abnormalis yang terjadi bukan pada pengambilan O2 oleh paru atau pun transpornya ke

jaringan, melainkan karena sistem enzim metabolik jaringan yang tidak mampu

menggunakan O2 yang di kirimkan. Oleh karena itu, masih diragukan terapi O2 adalah

suatu terapi yang bermanfaat.

12

Page 14: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Seseorang manusia selalu menyesuaikan fungsi tubuhnya dimanapun tempatnya untuk

dapat menyesuaikan dengan lingkungan. Proses penyusuaian tersebut adalah aklimatisasi.

Pada skenario yaitu naik gunung, aklimatisasi yang dilakukan adalah peningkatan ventilasi

guna untuk memenuhi kebutuhan oksigen agar terpenuhi. Peningkatan ventilasi ialah suatu

proses aklimatisasi tersebut.

Prinsip-prinsip utama aklimatisasi:

1. Peningkatan ventilasi

2. Peningkatan produksi eritrosit

3. Peningkatan kapasitas difusi

4. Pertumbuhan vaskularisasi jaringan

5. Peningkatan kemampuan sel dalam menggunakan O2

3.2 SARAN

Dengan mengetahui modul ini, dapat mempermudah kita untuk mengetahui proses

proses aklimatisasi. Dan dengan mengetahui ini kita dapat mempersiapkan diri dalam

mendaki gunung

13

Page 15: ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORI ATAS

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, L. (2011). Fisiologi manusia : Dari Sel ke Sistem (Ed. 6). Jakarta : EGC

Guyton, A.C. & Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Ed. 12). Jakarta : EGC

14