asuhan keperawatan gerontik denagn konstipasi
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN KONSTIPASI
OLEH :Nama : Juliana PurbaNim : A.09.035Prodi : S1 Keperawatan
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANGKONSTIPASI ATAU HEMOROID ADALAH TERHAMBATNYA DEFEKASI (BUANG AIR BESAR) DARI KEBIASAAN NORMAL. DAPAT DIARTIKAN SEBAGAI DEFEKASI YANG JARANG, JUMLAH FESES KURANG, ATAU FESESNYA KERAS DAN KERING.KONSTIPASI JUGA DAPAT DIARTIKAN SEBAGAI KEADAAN DIMANA MEMBENGKAKNYA JARINGAN DINDING DUBUR (ANUS) YANG MENGANDUNG PEMBULUH DARAH BALIK (VENA),SEHINGGA SALURAN CERNA SESEORANG YANG MENGALAMI PENGERASAN FESES DAN KESULITAN UNTUK MELAKUKAN BUANG AIR BESAR.
Defenisi
Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar, biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras dan kadang-kadang disertai kesulitan sampai rasa sakit saat buang air besar (NIDDK, 2000).
Konstipasi adalah suatu keluhan, bukan penyakit (Holson, 2002;Azer, 2001). Pada umumnya konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat variasi yang berlainan antara individu (Azer,2001).
ETIOLOGI Konstipasi merupakan keluhan saluran
cerna terbanyak pada usia lanjut. Terjadi peningkatan dengan bertambahnya usia dan 30-40 % orang di atas 65 tahun mengeluhkan konstipasi (Holson, 2002).
Banyak lansia mengalami konstipasi sebagai akibat dari penumpukan sensasi saraf, tidak sempurnanya pengosongan usus, atau kegagalan dalam menanggapi sinyal untuk defekasi. Konstipasi merupakan masalah umum yang disebabkan oleh penurunan motilitas, kurang aktivitas, penurunan kekuatan dan tonus otot.
Faktor-faktor risiko konstipasi pada usia lanjut:
Obat-obatan: golongan antikolinergik, golongan narkotik, golongan analgetik, golongan diuretik, NSAID, kalsium antagonis, preparat kalsium, preparat besi, antasida aluminium, penyalahgunaan pencahar.
Kondisi neurologik: stroke, penyakit parkinson, trauma medula spinalis, neuropati diabetic.
Gangguan metabolik: hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroidisme.
Kausa psikologik: psikosis, depresi, demensia, kurang privasi untuk BAB, mengabaikan dorongan BAB, konstipasi imajiner.
Penyakit-penyakit saluran cerna: kanker kolon, divertikel, ileus, hernia, volvulus, iritable bowel syndrome, rektokel, wasir, fistula/fisura ani, inersia kolon.
Lain-lain: defisiensi diet dalam asupan cairan dan serat, imobilitas/kurang olahraga, bepergian jauh, paska tindakan bedah parut
PATOFISIOLOGI Defekasi merupakan suatu proses fisiologi
yang menyertakan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan, sentral dan perifer, koordinasi sisitem reflek, kesadran yang baik dan kemampuan fisik untuk mencari tempat BAB.
Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk dan meregangkan ampula rektum yang diikuti relaksasi sfingter anus interna. Untuk menghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi refleks anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang dilayani oleh syaraf pudendus
Manifestasi Klinis
Beberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan konstipasi adalah: (ASCRS, 2002)
Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB Mengejan keras saat BAB Massa feses yang keras dan sulit keluar Perasaan tidak tuntas saat BAB Sakit pada daerah rectum saat BAB Rasa sakit pada daerah perut saat BAB Adanya perembesan feses cair pada pakaian
dalam Menggunakan bantuan jari-jari intuk
mengeluarkan feses Menggunakan obat-obat pencahar untuk bisa
BAB
Penatalaksanaan Tatalaksana Non Farmakologik
Cairan Serat Bowel training Latihan jasmani Evaluasi penggunaan obat
Tatalaksana farmakologik Pencahar pembentuk tinja (pencahar
bulk/bulk laxative) Pelembut tinja Pencahar stimulan Pencahar hiperosmolar enema
pathway gerontik.doc
TINJAUAN KASUS
KASUS
Tn. A berusia 65 tahun datang ke poli umum dengan keluhan tidak bisa buang air besar selama seminggu.Setelah 1 minggu Tn.A bisa BAB dan mengalami nyeri saat defekasi.
Tn. A merasakan nyeri dan penuh perjuangan dalam mengejan. Saat dikaji, klien mengatakan bentuk fesesnya keras dalam minggu ini sampai sekarang. Dari hasil pemeriksaan didapatkan :
TD : 150 / 90 mmHgHR : 106x/menitRR : 22x/menitTB : 158 cmBising Usus : 2 x/menit
PENGKAJIAN
BIODATA
Tgl. Pengkajian : 15 Oktober 2012Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki-lakiUsia : 65 tahun Status Perkawinan : DudaAgama : Islam Pendidikan : SMAPekerjaan : Tidak ada Alamat : Jl. MawarTgl masuk : 20 Oktober 2011 Ruang : Poli UmumDiagnosa Medis : Konstipasi
Penanggung JawabNama : Tn. PHubungan dengan klien : Anak klienPekerjaan : WiraswastaAlamat : Gunung Sari
Keluhan UtamaTn. A mengatakan nyeri saat buang air besar.
Riwayat Kesehatan SekarangTn. A mengatakan bahwa sakitnya sudah 1 minggu terakhir ini dan Tn. A juga merasakan perutnya terasa penuh. Klien juga mengatakan bahwa susah buang air besar dan sering buang angin selama 1 minggu terakhir ini.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu1. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan tidak pernah rawat inap di rumah sakit karena tidak pernah mengalami penyakit yang parah sebelumnya, paling hanya sakit ringan yaitu demam, flu.
Tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan bahwa paling hanya dengan obat-obat yang dijual di warung dan kebetulan cocok (2 sampai 3 hari sembuh).
Tindakan yang dilakukanKlien mengatakan bahwa
paling hanya dengan obat-obat yang dijual di warung dan kebetulan cocok (2 sampai 3 hari
sembuh).Riwayat operasiKlien mengatakan tidak pernah di
operasi.Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi. Klien tidak mempunyai pantangan makanan apapun.
Riwayat / Keadaan Psikososial Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan
bahasa Jawa. Persepsi klien tentang penyakitnya : Klien
menganggap penyakitnya mengganggu aktifitas dan mengurangi nafsu makannya. Namun klien tetap bersyukur semua yang dideritanya dan menganggap semua sakit yang dideritanya tersebut sebagai cobaan dari Tuhan.
Konsep diri Body image Tidak ada masalah dengan body image Ideal diri Klien mengharapkan dan selalu berdoa kepada
Tuhan YME agar diberikan ketabahan dalam menghadapi penyakitnya dan kesembuhan walau tidak terlalu mengharap.
Harga diri
Klien senang tinggal di panti karena tercukupi semua kebutuhannya, dan bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Peran diri
Klien seorang duda yang telah ditinggal istrinya karena meninggal kurang lebih 10 tahun lalu. Dari perkawinannya klien memiliki 1 orang anak. Personal identity
Klien merupakan anggota panti Tresna Werdha Abdi di wisma Teratai. Klien merupakan duda dengan 1 anak.
Keadaan Emosi Keadaan emosi klien dalam keadaan stabil. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara
Klien tampak memperhatikan dan menanggapi setiap pertanyaan yang diberikan kepadanya.
Hubungan dengan keluargaHarmonis dengan keluarga yang ada dan masuk ke
panti karena keinginan klien sendiri yang tidak mau menyusahkan keluarga terutama anaknya yang telah berumah tangga.
Hubungan dengan orang lainBaik, klien mau bergaul dengan sesama warga panti terutama dengan anggota satu wisma.
KegemaranMenonton televisi dan duduk-duduk di ruang tamu wisma
Daya adaptasiKlien dapat beradaptasi dengan warga di panti walaupun klien kurang bisa mengikuti kegiatan yang ada di panti seperti pengajian, gotong royong dan senam pagi karena keterbatasan karena penyakitnya.
Mekanisme Pertahanan diriKlien memiliki pertahanan diri yang efektif
Pemeriksaan Fisik• Keadaan Umum:
Klien dalam kondisi baik namun teraba adanya distensi abdomen• Pemeriksaan B1- B6• Brain : Kesadaran compos mentis• Breath : RR: 22 kali /menit, tidak ada suara
nafas tambahan• Blood : TD: 150/90 mmHg; HR: 106x/menit;
tidak ada anemia• Bowel : Sulit BAB, saat BAB terasa
nyeri,terdapat distensi abdomen dengan lingkar perut 50 cm, bising usus 2x/menit ( kurang terdengar ), sering buang angin.• Bladder : normal, 1200cc/ hari, warna kuning• Bone : normal
Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola tidur dan kebiasaanWaktu tidur : siang ± ½ jam dan malam ± 6-7 jamWaktu bangun : klien bangun umumnya/seringnya
jam 05.00 WIB Masalah tidur : tidak ada masalah
Pola EliminasiBAB : tidak lancar dan tidak ada penggunaan laksativ, riwayat perdarahan, tidak ada dan saat mengkaji tidak terjadi diare, karakter feses: Klien mengatakan fesesnya keras.BAK : Pola BAK : ± 5-10 x/hari dan tidak terjadi inkontinensia, Karakter urin: kuning, Jumlah urine : 1200 ml/hari, tidak ada rasa nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK, tidak ada penggunaan diuretik.
Pola makan dan minum Gejala (Subjektif)
Diet type : Jenis makanan yaitu makanan biasa dan jumlah makanan per hari 3 piring dalam per hari. Jarang makan sayur. Kurang suka makanan berserat. Minum 5 gelas sehariKehilangan selera makan : perut terasa penuh
Tanda Objektif TB: 158 cm Bentuk tubuh: normal
Waktu pemberian makanan : pagi, siang dan sore• Jumlah dan jenis makanan: 1 piring sekali makan
dan jenis makanan adalah makanan biasa• Waktu pemberian minuman: Pengambilan air
putih terserah/sesuka hati dan bila teh manis atau susu 2x/hari pagi dan sore hari
Kebersihan/Personal Higiene Pemeliharaan tubuh/ mandi 2x/hari Pemeliharaan gigi/gosok gigi 2x/hari Pemeliharaan kuku/pemotongan kuku kalau panjang
Pola Kegiatan/AktivitasKlien tidak memiliki kegiatan rutin karena penyakitnya, hanya jalan-jalan sebentar dan kadang-kadang berbincang-bincang dengan sesama penghuni wisma.
3.3 analisa data ku.docx
3.4 Diagnosa Keperawatan.docx
4.1 KESIMPULANKonstipasi sering diartikan sebagai
kurangnya frekuensi buang air besar, biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras dan kadang-kadang disertai kesulitan sampai rasa sakit saat buang air besar.
Konstipasi merupakan keluhan saluran cerna terbanyak pada usia lanjut. Terjadi peningkatan dengan bertambahnya usia dan 30-40 % orang di atas 65 tahun mengeluhkan konstipasi.Banyak lansia mengalami konstipasi sebagai akibat dari penumpulan sensasi saraf, tidak sempurnanya pengosongan usus, atau kegagalan dalam menanggapi sinyal untuk defekaasi.
Konstipasi merupakan masalah umum yang disebabkan oleh penurunan motilitas, kurang aktivitas, penurunan kekuatan dan tonus otot.
Beberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan konstipasi adalah kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB, mengejan keras saat BAB, massa feses yang keras dan sulit keluar, perasaan tidak tuntas saat BAB, sakit pada daerah rectum saat BAB, rasa sakit pada daerah perut saat BAB, adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam, menggunakan bantuan jari-jari intuk mengeluarkan feses dan menggunakan obat-obat pencahar untuk bisa BAB.
Penatalaksanaan konstipasi pada lansia dengan tatalaksana non farmakologik : cairan, serat, bowel training, latihan jasmani, evaluasi panggunaan obat. Tatalaksana farmakologik : pencahar pembentuk tinja, pelembut tinja, pencahar stimulant, pencahar hiperosmolar dan enema.
4.2 SARANLansia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya harus manjaga kebutuhan nutrisi yang seimbang seperti memenuhi asupan cairan yang cukup dan makan makanan yang bergizi dan cukup serat, selain itu lansia harus bisa menjaga aktivitas yang cukup dengan olah raga agar tidak terjadi konstipasi. Sebagai perawat kita harus dapat memberikan arahan dan edukasi kepada lansia dan keluarga tentang pencegahan dan penanganan dini bila terjadi konstipasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Juall Lynda. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGCDarmojo, Boedhi&Martono, Hadi. 2006. Buku Ajar Geriatri(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran IndonesiaDoenges, E. Marlyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGCMaryam, R Siti. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba MedikaNoedhi, Darmojo. 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaPudjiastuti, Surini Sri. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGCStanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC