bab ii konstipasi anak

Upload: jariah

Post on 07-Jul-2018

360 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    1/16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Fisiologi dan Pola Buang Air Besar

    Mekanisme buang air besar dirangsang oleh gerakan peristaltik akibat adanya

    masa tinja di dalam rektum. Rangsangan sensori pada kanal anus akan menurunkan

    tonus sfingter anus internus, sehingga terjadilah proses defekasi.1

    Dua refleks defekasi yang terjadi:1,13,14

    1. Refleks defekasi intrinsik Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi

    suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus unuk memulai

    gelombang peristaltik mendekati anus. egitu gelombang peristaltik mendekati

    anus, sfingter anal interna tidak menutup dan bila sfingter ani e!terna tenang

    maka feses keluar.". Refleks defekasi parasimpatis

    Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal #ord

    $sa#rum "%4& dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan

    rektum. 'inyal%sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik 

    melemaskan sfingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi intrinsik.

    3

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    2/16

    4

    Relaksasi otot puborektal yang menyebabkan mekanisme yang berperan

    dalam proses buang air besar. 'elain itu proses buang air besar dirangsang oleh

    adanya gerak peristaltik akibat adanya masa tinja di dalam rektum. Rangsangan

    sensori pada kanal anus akan menurunkan tonus sfingter anus internus sehingga

    terjadi proses defekasi. (roses dia)ali dengan relaksasi otot puborektal yang

    menyebabkan sudut anorektal melebar, diikuti oleh relaksasi otot le*ator yang

    menyebabkan pembukaan kanal anus. uang air besar terjadi akibat adanya bantuan

    dari tekanan intra%abdominal yang meningkat akibat penutupan glottis, fiksasi

    diafragma, dan kontraksi otot abdomen. +rekuensi mempunyai korelasi dengan

    )atu transit gastrointestinal. nak%anak dengan frekuensi kurang dari 4 kali

    Gambar 1. Fisiologi defekasi14

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    3/16

    5

    seminggu memiliki )aktu transit lebih dari 33 jam. Keadaan ini lebih rendah se#ara

     bermakna dibandingkan dengan anak yang mempunyai pola normal.13

    +rekuensi pada anak menurun seiring dengan pertambahan usia. erikut

    ini merupakan frekuensi normal defekasi pada anak:

    Tabel 1 frekuensi normal defekasi ada anak !"1#"11

    Umur $efekasi%minggu $efekasi%&ari

    #'( bulan

    ASI

    Formula

    -%4-%"/

    ",0",

    )'1! bulan -%"/ 1,/1'( *a&un 4%"1 1,4

    +( *a&un 3%14 1,

    B. $efinisi

    D memiliki definisi konstipasi yaitu ketidakmampuan melakukan e*akuasi

    tinja se#ara sempurna, yang ter#ermin dari 3 aspek yaitu, berkurangnya frekuensi

     berhajat biasanya, tinja lebih keras dari sebelumnya, dan pada palpasi abdomen teraba

    massa tinja $skibala& dengan atau tanpa disertai enkopresis.  Konstipasi adalah

    kesulitan defekasi atau berkurangnya frekuensi defekasi tanpa melihat apakah

    tinjanya keras atau tidak. Konstipasi merupakan kesulitan defekasi yang terjadi

    menimbulkan nyeri dan distress pada anak. Konstipasi adalah suatu perubahan dalam

    frekuensi dan konsistensi dibandingkan pola defekasi indi*idu yang bersangkutan

    yaitu frekuensi berhajat lebih jarang dan tinja lebih keras dari biasanya. Definisi

    lainnya adalah buang air besar kurang dari 3 kali per minggu atau ri)ayat buang air 

     besar dengan tinja yang banyak dan keras.1

    ,. -idemiologi

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    4/16

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    5/16

    7

     bertambahnya usia, dan pada de)asa berkisar antara 3%4/ jam. erkurangnya

    akti*itas fisik pada indi*idu yang sebelumnya aktif menjadi tidak aktif merupakan

     predisposisi. 'tress dan perubahan akti*itas rutin sehari%hari dapat mengubah

    frekuensi defekasi, seperti liburan, berkemah, masuk sekolah kembali setelah liburan,

    ketersediaan toilet dan masalah psikososial, dapat menyebabkan konstipasi.3,0,1-

    Kebiasaan menahan tinja $retensi tinja& yang berulang akan meregangkan

    rektum dan kemudian kolon sigmoid yang menampung bolus tinja berikutnya. inja

    yang berada di kolon akan terus mengalami reabsorbsi air dan elektrolit dan

    membentuk skibala. 'eluruh proses akan berulang dengan sendirinya, yaitu tinja yang

    keras dan makin besar%nyeri )aktu berhajat dan seterusnya.13

    ila konstipasi menjadi kronik, massa tinja berada di rektum, kolon sigmoid,

    dan kolon desenden dan bahkan seluruh kolon. Distensi tinja kronis sebagai akibat

    Gambar !. Pa*ofisiologi kons*iasi14

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    6/16

    8

    retensi tinja menyebabkan menurunnya kemampuan sensor terhadap *olume tinja,

    yang sebetulnya merupakan panggilan atau rangsangan untuk berhajat.14

    6ingkaran setan terus berlangsung: tinja keras%nyeri )aktu berhajat%retensi

    tinja%tinja makin banyak%reabsorbsi air%tinja makin keras dan makin besar%nyeri

    )aktu berhajat%dan seterusnya.14

    -. -*iologi

    (enyebab tersering konstipasi pada anak adalah1"

    1. +ungsional

    ". +isura ani3. nfeksi *irus dengan ileus

    4. Diet

    -. 7bat%obatan: anestesi, analgesik narkotik, opuat, antikolinergik dan

    simpatomimetik, antikon*ulsan dan diet ketogenik, antimotilitas, antipsikotik,

    anti depresan, barium untuk pemeriksaan radiologis, penghambat kanal kalsium,

    antidisritmia, mineral $alumunium, kalsium, besi, timbal, merkuri, arsen,

     bismuth&, antiinflamasi non steroid.

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    7/16

    9

    Tabel (. Penebab kons*iasi berdasarkan umur11

    Neona*us%Bai

    %  Meconium plug 

    % Penaki* /irs0&rung% Fibrosis kis*ik 

    % alformasi anorek*al ba2aan" *ermasuk anus imerfora*a" s*enosis ani"

    anal band % Chronic idiopatic intestinal pseudo-obstruction

    % -ndokrin3 &io*iroid% Alergi susu sai% e*abolik3 diabe*es insiidus" renal *ubular asidosis

    % e*ensi *in5a% Peruba&an die*

    Toddler dan umur !'4 *a&un

    % Fissura ani" re*ensi *in5a% Toilet refusal 

    % Alergi susu sai% Penaki* /irs0&rung segmen endek % Penaki* saraf3 sen*ral a*au muskular dengan &io*oni% edulla sinalis3 meningomielokel" *umor" tethered cord 

    Usia sekola&

    % e*ensi *in5a

    % Ke*ersediaan *oile* *erba*as% Ke*erba*asan kemamuan mengenali rangsang fisiologis% Preokuasi dengan kegia*an lain

    % Tethered cord 

    Adolesen

    %  Irritabel bowel syndrome

    % Je5as medulla sinalis 6ke0elakaan" *rauma7% $ie*% Anoreksia

    % Ke&amilan

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    8/16

    10

    %  Laxative abuse

    Segala usia

    % efek saming oba*" eruba&an die*" aska oerasi% ri2aa* oerasi anal'rek*um% re*ensi *in5a dan enkooresis akiba* dis*ensi *in5a kronis% eruba&an ak*i8i*as fisik" de&idrasi% &io*iroid

    F. Ge5ala Klinis

    (enyebab tersering konstipasi adalah menahan defekasi akibat pengalaman

    nyeri pada defekasi sebelumnya, biasanya disertai fissura ani. (ada anamnesis

    didapatkan ri)ayat berkurangnya frekuensi defekasi. ila konstipasi menjadi kronik,

     jumlah defekasi per hari atau per minggu mungkin bukan indikator terper#aya untuk 

    konstipasi pada anak. )alnya ditandai dengan gejala pola defekasi yang jarang dan

    sudah berjalan beberapa bulan atau tahunan. iasanya timbul gejala lainnya seperti

    distensi abdomen yang hilang sesudah defekasi, tinja keras, dan atau sangat besar 

    yang menyumbat, tinja yang #air diantara yang keras. noreksia dan kurangnya

    kenaikan berat badan yang akan membaik jika konstipasi sudah diatasi. erbagai

     posisi menahan tinja dapat pula diamati pada anak%anak seperti menyilangkan kedua

    kaki, menarik kaki kanan dan kiri bergantian kedepan dan ke belakang $seperti

     berdansa& merupakan manu*er untuk menahan tinja yang jika diamati kadang

    menyerupai kejang."0

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    9/16

    11

    nkontinensia urin dan infeksi saluran kemih seringkali berkaitan dengan

    konstipasi pada anak. Kadangkala, retensi urin, megakistik, dan refluks *esikoureter 

    ditemukan pada anak dengan kostipasi kronis.18,"

    (emeriksaan fisik didapatkan distensi abdomen dengan bising usus normal,

    meningkat, atau berkurang. Massa abdomen dapat teraba atau pada kasus yang kronis

    didapatkan massa tinja di daerah epigastrium. +issura ani serta ampula rekti yang

     besar dan lebar merupakan tanda penting pada konstipasi.18,19

    Tabel 4. Pemeriksaan fisik ada anak dengan kons*iasi1)

    bdomen

    % Distensi

    % ati dan limpa% Massa tinja

    nspeksi anus

    % (osisi

    % danya tinja di sekitar anus atau #elana

    % ;ritema sekitar anus% Skin tags

    % +issura ani

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    10/16

    12

    % onus

    % Kekuatan

    % Refleks kremaster % Refleks tendon

    G. $iagnosis

    Menentukan diagnosis konstipasi minimal didapatkan salah satu gejala

     berikut:/,11

    1. Defekasi kurang dari 3 kali seminggu

    ". =yeri saat 3. mpaksi rektum

    4. danya massa feses di abdomen

    Kriteria untuk anak berusia diatas 4 tahun agak berbeda, digunakan kriteria

    sebagai berikut:18,19

    1. +rekuensi kurang atau sama dengan dua kali seminggu tanpa menggunakan

    laksatif 

    ". Dua kali atau lebih episode soiling>enkopresis dalam seminggu

    3. eraba masa feses di abdomen atau rektum pada pemeriksaan fisik.

    /. Komlikasi

     =yeri perut atau rektum dan enkopresis atau kebo#oran $tidak 

    disengaja?involuntary& tinja #air atau lembek di sekitar massa tinja merupakan

    komplikasi primer konstipasi pada anak, hal inilah yang mendorong orang tua

    memba)a anaknya ke dokter. ;nuresis terjadi lebih dari 42 anak dengan

    enkorporesis. eberapa kasus enuresis menghilang apabila massa tinja die*akuasi

    sehingga memungkinkan kandung kemih mengembang. Kompilikasi urologis lainnya

    adalah dilatasi kolon distal sehingga meningkatkan frekuensi miksi dan obstruksi

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    11/16

    13

    ureter kiri, kemudian dapat menyebabkan berkurangnya tonus kolon yang

    mengakibatkan in*aginasi, yang dapat bermanifestasi prolaps rekti setelah defekasi.

    (rolaps kolon ringan yang berlangsung lama dapat berakibat ulkus iskemik pada

    dinding mukosa rektum $ulkus soliter& yang se#ara klinis tampak sebagai tinja yang

     berlendir dan berdarah apapun konsistensi tinjanya. ritasi difus pada kolon akibat

    tinja yang amat keras bahkan dapat menyebabkan protein-losing enteropathy.3,4,-,8

    'indrom stasis terlihat pada pseudo%obstruksi. 'tigma sosial yang berkaitan

    dengan sering flatus dan ke#epirit yang menimbulkan bau tidak sedap dapat

    mempengaruhi anak. 'ebagian besar anak dengan enkorporesis kronis akan

    menyangkal bila ditanyakan mengenai masalah enkorporesisnya dan bahkan sering

    menyembunyikan #elana dalamnya karena ke#epirit.8

    Tabel 9 Komlikasi kons*iasi kronis ada anak 

    % =yeri: anus atau abdomen

    % +issura ani% ;nkopresis

    % ;nuresis

    % nfeksi salurah kemih>obstruksi ureter % (rolaps rektum

    % lkus soliter  

    % 'indrom stasis akteri tumbuh lampau

    +ermentasi karbohidrat, maldigesti

    Dekonjugasi asam empedu

    steatorea

    I. Pemeriksaan Penun5ang

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    12/16

    14

    (emeriksaan dilakukan pada kasus tertentu yang di#urigai mempunyai

     penyebab organik.1,",4,-,8

    1. +oto polos abdomen

    ". Melihat kaliber kolon dan massa tinja di kolon. ila re#tal tou#her tidak dapat

    dilakukan atau tidak teraba adanya distensi rektum oleh massa tinja.

    3. arium enema

    4. Men#ari penyebab seperti Morbus irs#hprung dan obstruksi usus.

    -. iopsi hisap rektum

    8. Melihat adanya ganglion mukosa rektum se#ara histopatologis untuk memastikan

    adanya penyakit irs#hprung.

    9. Manometri

    /. Menilai motilitas kolon

    0. 6ainnya, men#ari penyebab organik lain, seperti hipotiroidisme, ultrasonografi

    abdomen, MR.

    Gambar (. Fo*o olos abdomen

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    13/16

    15

    J. Ta*alaksana

    atalaksana konstipasi fungsional meliputi:

    1. ;dukasi orangtua

    nak dianjurkan banyak minum dan mengkonsumsi karbohidrat dan serat. uah%

     buahan seperti pepaya, semangka, bengkuang, dan melon yang mengandung banyak 

    serat dan air betujuan untuk melunakkan tinja. 'erat dan sorbitol banyak didapatkan

     pada prune, pear, dan apel dapat dikonsumsi dalam bentuk jus untuk meningkatkan

    frekuensi defekasi dan melunakkan tinja.1,9,1/

    Makanan berserat akan mudah dihan#urkan oleh bakteri di dalam usus. Makanan

    serat dibedakan menjadi " bentuk yaitu insoluble fibre  dan soluble fibre. 'elain itu

    serat dapat meningkatkan retensi air shingga dapat melunakkan tinja, memper#epat

    )aktu singgah di dalam kolon dan meningkatkan frekuensi .",9,1/

    ". ;*akuasi tinja $disimpaction&

     Fecal impaction adalah massa tinja $skibala& yang teraba pada regio abdomen

     ba)ah, rektum yang dilatasi dan penuh dengan tinja yang ditemukan pada re#tal

    tou#her atau tinja yang berlebihan dalam kolon yang terlihat pada foto abdomen.1

    ;*akuasi perlu dilakukan sebelum terapi rumatan, dilakukan dengan obat oral

    atau rektal. (rogram dilakukan selama "%- hari sampai e*akuasi lengkap dan

    sempurna.1

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    14/16

    16

    (ada terapi per oral, digunakan mineral oil $parafin li@uid& dosis 1-%3 ml>tahun

    umur $maksimal "4ml per hari& ke#uali bayi. 6arutan polietilen glikol $(;A& "

    ml>kg>jam $maksimal 1 ml>jam& diberikan dengan pipa nasogstrik selama 4 jam

     per hari.1,11,"","-

    e*akuasi dengan obat per rektal menggunakan enema fosfat hipertonik $3 ml>kg "

    kali sehari maksimal 8 kali enema&, enema garam fisiologis $8%1 ml& atau 1"

    ml mineral oil. (ada bayi digunakan suposituria>enema gliserin "%- ml.1,1,10,"1

    3. erapi rumatan

    'etelah e*akuasi berhasil terapi dilanjutkan untuk men#egah kekambuhan. erapi

    rumatan meliputi inter*ensi diet, modifikasi perilaku dan pemberian laksatif untuk 

    menjamin inter*al defekasi yang normal dengan e*akuasi tinja yang sempurna.11

    4. Modifikasi perilaku

    Toilet training   segera setelah makan pagi dan malam, anak dianjurkan untuk 

     buang air besar. erikan )aktu 1%1- menit bagi anak untuk . ila dilakukan

    se#ara teratur mengembangkan refleks gastrokolik pada anak berhasil melakukan

    defekasi. 'ebaiknya berikan pujian pada anak disetiap usahanya untuk .""

    nak dilatih untuk meningkatkan sensasi rektum, menguatkan dan mengontrol

    sfingter anus, serta meningkatkan koordinasi kontraksi dan relaksasi otot se#ara

     benar. eberapa penulis mengemukakan bah)a latihan ini berguna untuk konstipasi

    kronis dan enkopresis, namum beberapa laporan terakhir meragukan efektifitasnya,

    karena mereka tidak menemukan hasil yang berbeda dengan terapi kon*ensional.

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    15/16

    17

    (ada anak dengan  soiling  akibat nonretensi tinja, penambahan laksatif pada terapi

    biofeedback training  juga tidak memperlihatkan hasil yang berbeda dibanding terapi

    biofeedback training  saja. (eran pembedahan pada kasus konstipasi pada anak hanya

     pada kasus tertentu, seperti obstruksi  pelvic outlet , inersia kolon, atau kombinasi

    keduanya.""

    ila #ara diatas tidak berhasil, perlu dikonsulkan ke ahli psikiatri anak.

    erikut ini kriteria untuk merujuk anak dengan konstipasi kepada psikiatri antara lain:

    • Ke#urigaan kearah psikopatologi primer 

    • (sikopatologi sekunder yang berhubungan dengan konstipasi

    • idak responsif terhadap terapi yang telah diberikan dengan alasan yang tidak 

     jelas

    -. Medikamentosa

    7bat umumnya masih diperlukan pada terapi rumatan. 6aktosa $larutan 92&

    dapat diberikan dengan dosis 1%3 ml>kg>hari dalam " kali pemberian. Mineral oil

    $ parafin liquid & diberikan 1%3 ml>kg>hari, tetapi tidak diberikan pada bayi dan

    anak dengan gangguan ginjal. ila respon terapi belum memadai, mungkin perlu

    ditambahkan #isapride ," mg>kg>kali untuk 3%4 kali per hari selama 4%- minggu.

    erapi rumatan dapat dikurangi kemudian dihentikan. (engamatan masih perlu

    dilakukan karena angka kekambuhan tinggi, dan pada pengamatan jangka panjang

     banyak anak yang masih memerlukan terapi rumatan sampai adolesen."-,"8,"9,"/,"0

    (enambahan asam palmitat, prebiotik oligosakarida dan whey protein yang

    terhidrolisa sebagian dapat menyebabkan feses menjadi lunak pada anak konstipasi,

  • 8/18/2019 BAB II konstipasi anak

    16/16

    18

    tetapi tidak terdapat perbedaan frekuensi defekasi. (robiotik dapat meningkatkan pro%

    fermentasi karbohidrat, sehingga dapat dipakai untuk penanganan konstipasi.

    (emberian  Bifi dobacterium lactis 8 ! 10