penatalaksaan konstipasi kronis

12
KONSTIPASI KRONIS DEFINISI Kriteria konstipasi fungsional berdasarkan ROME III: Terdapat 2 atau lebih gejala berikut: Berusaha/mengejan keras pada 25% defekasi atau lebih Feses kental/keras pada 25% defekasi atau lebih Rasa evakuasi yang inkomplit pada 25% defekasi atau lebih Rasa obstruksi anorektal pada 25% defekasi atau lebih Butuh bantuan maneuver manual pada 25% defekasi atau lebih < 3 pergerakan usus perminggu tanpa laksatif, feses yang lebih lunak jarang muncul Kriteria tidak memenuhi untuk diagnosis Irritable Bowel Syndrome Kriteria berlangsung 3 bulan terakhir, dan gejala sudah mulai muncul >6 bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Kriteria diagnosis Irritable Bowel Syndrome (ROME III) Nyeri atau rasa tidak nyaman di perut minilal 3 hari/bulan dalam 3 bulan terakhir, dan disertai 2/lebih gejala berikut: Perbaikan dengan defekasi Onset berhubungan dengan perbuhan frekuensi defekasi Onset berhubungan dengan perubahan bentuk feses

Upload: tmrandy

Post on 26-Oct-2015

75 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penatalaksaan Konstipasi Kronis

KONSTIPASI KRONIS

DEFINISI

Kriteria konstipasi fungsional berdasarkan ROME III:

Terdapat 2 atau lebih gejala berikut:

Berusaha/mengejan keras pada 25% defekasi atau lebih

Feses kental/keras pada 25% defekasi atau lebih

Rasa evakuasi yang inkomplit pada 25% defekasi atau lebih

Rasa obstruksi anorektal pada 25% defekasi atau lebih

Butuh bantuan maneuver manual pada 25% defekasi atau lebih

< 3 pergerakan usus perminggu

tanpa laksatif, feses yang lebih lunak jarang muncul

Kriteria tidak memenuhi untuk diagnosis Irritable Bowel Syndrome

Kriteria berlangsung 3 bulan terakhir, dan gejala sudah mulai muncul >6 bulan sebelum diagnosis ditegakkan.

Kriteria diagnosis Irritable Bowel Syndrome (ROME III)

Nyeri atau rasa tidak nyaman di perut minilal 3 hari/bulan dalam 3 bulan terakhir, dan disertai 2/lebih gejala berikut:

Perbaikan dengan defekasi

Onset berhubungan dengan perbuhan frekuensi defekasi

Onset berhubungan dengan perubahan bentuk feses

ETIOLOGI

Page 2: Penatalaksaan Konstipasi Kronis

John FJ. Review of the Treatment Options for Chronic Constipation. MedGenMed. 2007. 9(2):25.

Page 3: Penatalaksaan Konstipasi Kronis

Farhad FV. Management of Chronic Constipation in The Elderly. The Singapore Family Physician 2009; Vol 3 No.3: 91.

Page 4: Penatalaksaan Konstipasi Kronis

PENATALAKSANAAN

Algoritma Penatalaksanaan Konstipasi Kronis pada Orang Dewasa (Farhad, 2009)

Farhad FV. Management of Chronic Constipation in The Elderly. The Singapore Family Physician 2009; Vol 3 No.3: 91.

Page 5: Penatalaksaan Konstipasi Kronis

Algoritma Penatalaksanaan dan Diagnosis Konstipasi (Hunt and Lacy, 2004)

Hunt R, Lacy B. Diagnosis and management of chronic constipation in the primary care setting. Intern Med World Rep. 2004;1(suppl):3-23

Page 6: Penatalaksaan Konstipasi Kronis

Penatalaksanaan Non Farmakologi

Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik yang kurang meningkatkan resiko 2x terjadinya konstipasi. Pasien dengan gaya hidup sedentary, bed rest yang terlalu lama dan imobilitas berhubungan dengan konstipasi.

Bowel Training

Pasien dengan siklus BAB yang normal biasanya defekeasi pada waktu yang sama setiap harinya. Waktu yang terbaik untuk defekasi adalah pagi setelah bangun tidur dan setelah sarapan. Yang paling penting adalah pasien harus mengenali rangsangan jika ingin defekasi, karena jika tidak maka air pada feses akan terus diabsorpsi sehingga semakin sulit untuk lewat.

Posisi Defekasi

Posisi semisquatting, dapat membantu proses defekasi.

Intake Cairan

Intake cairan merupakan kunci dari penatalaksanaan. Pasien sebaiknya mengkonsumsi air minimal 8 gelas/hari. Sebaiknya hinder kopi, the atau alcohol karena memiliki efek diuretic.

Konsumsi Serat

Konsumsi serat lebih merupakan rekomendasi penatalaksanaan awal konstipasi. Serat bisa didapat dari makanan tinggi serat (buah, sayur) atau supplement serat/bulk supplements Psyllium, methylcellulose, polycarbophil, bran). Penelitian terhadap penggunaan serat ini masih terbatas.

Page 7: Penatalaksaan Konstipasi Kronis

Penatalaksanaan Farmakologi

Farhad FV. Management of Chronic Constipation in The Elderly. The Singapore Family Physician 2009; Vol 3 No.3: 91.

Page 8: Penatalaksaan Konstipasi Kronis

Bulk Laxatives

Meningkatkan berat dan senyawa penarik air pada feses, sehingga feses menjadi lebih berat dan meningkatkan propulsi luminal

Contoh: Physillium (Mulax): ½ - 1 sachet (7gr) /200 ml air 1-3x/hari p.c.

Laksatif Osmotik

Merupakan agen hyperosmolar yang dapat meningkatkan sekresi air ke dalam lumen usus dengan aktivitas osmotic. Dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit, seperti hypokalemia, kelebihan natrium mauun cairan dan diare. Hati-hati pada pasien dengan CHF dan CKD dengan hipermagnesemia.

Contoh:

Mg (OH)2 (Laxasium) sirup 400mg/5ml: 2-4 C sebelum tidur.

Lactulose sirup 3.335mg/5ml: awal 15-45 ml/hari, kemudian 10-25ml/hari

Page 9: Penatalaksaan Konstipasi Kronis

Laksatif Stimulansia

Meningkatkan motilitas dan sekresi usus. Dapat menyebabkan keram perut. Direkomendasikan jika laksatif osmotic gagal.

Co: Bisacodyl supp 10mg: 1 supp /hari

Enema

Dapat menginduksi perkgerakan usus dengan adanya distensi rectum dan kolon.

Co: Monobasic Na Phospate, Dibasic Na Phospahte (19g/7g) enema 113ml: 118 ml dosis tunggal

Agen Lainnya

Probiotik: asam laktat yang dihasilkan bakteri probiotik tersebut dapat meningkatkan motilitas usus dan waktu transit

Colchicine dan misoprostol

Tegaserod dan stool softener sudah tidak digunakan lagi.

Agen Novel

Mengaktifkan channel klorida, sehingga akan mensekresikan cairan usus yang kaya akan klorida. Mekanismenya dengan mengaktifkan channel klorida tipe 2 pada permukaan epitel sel.

Page 10: Penatalaksaan Konstipasi Kronis

REFERENSI

Farhad FV. Management of Chronic Constipation in The Elderly. The Singapore Family Physician 2009; Vol 3 No.3: 91.

Hunt R, Lacy B. Diagnosis and management of chronic constipation in the primary care setting. Intern Med World Rep. 2004;1(suppl):3-23