telaah jurnal konstipasi

49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tugas penting dari seorang dokter sebagai klinikus dan ilmuwan adalah berusaha terus-menerus belajar, memperkaya dan menyegarkan diri dengan ilmu pengetahuan dari berbagai sumber ilmiah. Misalnya dengan cara mengikuti acara ilmiah, membaca buku ajar, atau membaca jurnal ilmiah mutakhir. Dalam pendidikan kedokteran, membaca jurnal ilmuah adalah suatu metode yang sangat efektif untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Tujuan akhir membaca jurnal ilmiah bagi seorang dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan adalah untuk menerapkan hasil penelitian kepada pasiennya. Hal ini merupakan suatu pendekatan yang disebut “evidence based medicine”. Agar dalam membaca jurnal ilmiah dokter sebagai klinikus dan dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, setiap dokter harus membekali diri dengan pemahaman yang memadai tentang metodologi penelitian. Jika seorang dokter membaca laporan ilmiah tanpa melakukan telaah kritis, berarti ia tidak mengetahui kelemahan penelitian. Dengan konsekuensi, ia mengadopsi kesimpulan penelitian yang salah tersebut. Dapat kita bayangkan bila dokter kemudian menerapkan pengetahuan yang keliru. 1

Upload: didi-ok

Post on 30-Jan-2016

145 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

jhkhkkh

TRANSCRIPT

Page 1: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tugas penting dari seorang dokter sebagai klinikus dan ilmuwan adalah

berusaha terus-menerus belajar, memperkaya dan menyegarkan diri dengan ilmu

pengetahuan dari berbagai sumber ilmiah. Misalnya dengan cara mengikuti acara ilmiah,

membaca buku ajar, atau membaca jurnal ilmiah mutakhir. Dalam pendidikan kedokteran,

membaca jurnal ilmuah adalah suatu metode yang sangat efektif untuk memperoleh

pengetahuan yang baru. Tujuan akhir membaca jurnal ilmiah bagi seorang dokter sebagai

pemberi pelayanan kesehatan adalah untuk menerapkan hasil penelitian kepada pasiennya.

Hal ini merupakan suatu pendekatan yang disebut “evidence based medicine”.

Agar dalam membaca jurnal ilmiah dokter sebagai klinikus dan dapat memperoleh

manfaat yang sebesar-besarnya, setiap dokter harus membekali diri dengan pemahaman

yang memadai tentang metodologi penelitian. Jika seorang dokter membaca laporan ilmiah

tanpa melakukan telaah kritis, berarti ia tidak mengetahui kelemahan penelitian. Dengan

konsekuensi, ia mengadopsi kesimpulan penelitian yang salah tersebut. Dapat kita

bayangkan bila dokter kemudian menerapkan pengetahuan yang keliru.

Dalam rangka mengaplikasikan cara menelaah jurnal ilmiah, kami memilih artikel

jurnal dengan judul Long-Term Prognosis for Childhood Constipation: Clinical Outcomes

in Adulthood. Kami menelaah artikel tersebut dari sudut pandang Evidence based Medicine

dan Epidemiologi Klinik.

Konstipasi merupakan kelainan yang biasa terjadi pada anak-anak. Selama ini

kepercayaan umum yang menganggap konstipasi fungsional dapat sembuh dengan

sendirinya (self limiting), tidak didukung oleh penelitian follow up jangka panjang. Gejala

persisten dilaporkan pada 30% sampai 52% anak pada penelitian monitoring jangka

panjang ≥ 5 tahun. Anak dengan konstipasi kronis akan menurunkan quality of life-nya,

seperti dilaporkan oleh para orang tua mereka.

Dari penelitian retrospektif awal sebelumnya pada tahun 1991-1999, didapatkan

bahwa frekuensi konstipasi pada orang dewasa yang telah mengalami konstipasi di masa

1

Page 2: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

kanak-kanaknya tidak jauh dari kontrol subyek (25% vs 23,5%). Dengan data tersebut,

diharapkan penelitian ini dapat mengetahui lebih jauh outcomes dari konstipasi masa

kanak-kanak. Semua pasien yang berpartisipasi pada penelitian sebelumnya dimasukkan

sebagai partisipan pada penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah artikel jurnal berjudul “Long-Term Prognosis for Childhood Constipation:

Clinical Outcomes in Adulthood “ telah memenuhi kriteria sebagai sumber yang valid,

penting dan bisa diaplikasikan pada pasien menurut pedoman telaah kritis evidence based

medicine dan epidemiologi klinis?

1.3 Tujuan

Menentukan apakah artikel jurnal berjudul “Long-Term Prognosis for Childhood

Constipation: Clinical Outcomes in Adulthood “ telah memenuhi kriteria sebagai sumber

yang valid, penting dan bisa diaplikasikan pada pasien menurut pedoman telaah kritis

evidence based medicine dan epidemiologi klinis.

1.4 Manfaat

Dengan telaah kritis untuk menentukan validitas artikel jurnal yang berjudul “Long-

Term Prognosis for Childhood Constipation: Clinical Outcomes in Adulthood “, maka

dapat diputuskan layak tidaknya informasi yang terdapat dalam jurnal tersebut untuk

digunakan dalam kegiatan ilmiah atau untuk kepentingan klinis.

2

Page 3: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konstipasi pada masa kanak-kanak

Konstipasi pada masa kanak-kanak (childhood constipation) merupakan penyakit

umum pada anak dengan gejala klinis tinja keluar dengan sulit, keras, tidak basah, dengan

ukuran yang lebih besar dari biasa, atau frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali

seminggu. Konstipasi dapat terjadi apabila satu atau lebih factor yang terkait dengan faktor

anatomi dan fisiologi dalam proses mekanisme buang air besar terganggu. Gangguan dapat

terjadi pada kekuatan propulsive, sensasi rectal, ataupun suatu obstruksi fungsional

pengeluaran (functional outlet). Konstipasi idiopatik apabila tidak dapat dijelaskan

abnormalitas anatomic, fisiologik, radiologic, dan histopatologik sebagai penyebab.

Konstipasi pada masa bayi biasa disebabkan masalah diet atau pemberian minum.

Berak yang nyeri dapat merupakan pencetus primer awal konstipasi pada anak. Pada masa

bayi dan anak, konstipasi kronis dapat disebabkan lesi anatomis, masalah neurologis,

disfungsi neuro muskuler otot intrinsic, efek farmakologis obat, factor metabolic atau

endokrin. Pada masa anak penyebab terbanyak adalah konstipasi fungsional yang biasa

berwal dari kurang makanan berserat, kurang minum, atau kurang aktivitas.

Gejala klinis yang dapat menyertai konstipasi antara lain; anorexia ringan, tenesmus,

flatus berlebihan, nyeri perut, bercak darah pada tinja akibat fisura ani, dan soiling atau

massa tinja pada celana dalam. Penatalaksanaannya berupa Manipulasi diet dengan

menambahkan cairan dan banyak memberikan makanan berserat, serta dicari kemungkinan

makanan/minuman yang telah diterima anak mengandung bahan yang dapat menimbulkan

konstipasi. Selain itu pula dapat diberikan terapi farmakolagis berupa laktulosa untuk

pemampatan tinja, laksan, serta toilet training untuk melatih reflex gastrokolik.

3

Page 4: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

2.2 Prognosis dari Sudut Pandang Epidemiologi Klinik

Prognosis adalah prediksi perjalanan penyakit mulai sejak didiagnosa. Prognostik

faktor penting untuk epidemiologi klinik karena implikasinya adalah bahwa kita akan dapat

meramal penyakit berdasarkan keberadaan faktor-faktor tersebut sehingga akan dapat

diambil tindakan selanjutnya secara efektif, efisien dan etis.Karena bagaimanapun juga,

kita tahu bahwa perjalanan penyakit pada tiap-tiap individu sangatlah bervariasi karena

adanya sifat-sifat genetik dan lingkungan yang unik. Oleh karena itu apabila telah

diketahui adanya prognostik faktor yang diperoleh dengan cara studi epidemiologi klinik

maka setidaknya akan terdapat keseragaman cara pandang terhadap penyakit tersebut.

Studi dalam hal prognosis dapat dilakukan melalui studi kohort, baik yang historis maupun

yang bersamaan (concurrent). Pasien dikumpulkan pada permulaan periode waktu, dan

diamati selama periode tersebut dan perjalanan penyakitnya dideskripsikan sebagaimana

timbulnya keluaran sejak waktu itu. 3

Tujuan dasar dari epidemiologi klinik adalah untuk mengembangkan dan

menerapkan metode epidemiologi berdasar pengamatan klinik yang akan menghasilkan

kesimpulan yang sahih/valid. Epidemiologi klinik menjembatani hubungan antara

kedokteran klinik dan ilmu dasar kedokteran dan dengan demikian dapat memperkuat

pengambilan keputusan klinik.3

Demikian halnya dalam menentukan prognosis suatu penyakit penting untuk

menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi suatu prognosis itu buruk/baik yang telah

diuji secara valid.

Dalam hal penilaian kriteria jurnal prognosis perlu diperhatikan :

1. Inception cohort : pasien diidentifikasi pada saat paling awal dan pada titik yang

seragam (insepsi) dalam perjalanan penyakitnya, sehingga yang meninggal dan yang

hidup tetap dimasukkan bersama pasien yang tetap sakit.

2. Refferal pattern discribed : alur pasien saat dimasukkan dalam studi harus

dijabarkan (dari pusat kesehatan yang primer atau tersier, dll) dimana hal ini akan

dapat menimbulkan sampling bias yaitu bias yang terjadi pada saat pengambilan

sampel.

3.

4

Page 5: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

Dalam hal ini ada 4 macam bias yang perlu diperhatikan :

o Sentripetal bias : berkaitan dengan lokasi perawatan/balai pengobatan.

o Popularity bias : berhubungan dengan perlakuan istimewa keahlian, dimana

perawatan pada suatu jenis penyakit dengan penuh perhatian karena keahlian

mengenal dan mengawasi suatu kasus yang lebih daripada kasus yang lain.

o Refferal filter bias : berhubungan dengan seleksi setiap tingkatan kemajuan

rujukan.

o Diagnosic acces bias : berhubungan dengan perbedaan akses kepada teknologi

klinik dimana keuangan dan geografi menyebabkan perbedaan kemampuan untuk

mendapatkan teknologi klinik yang dipergunakan mengidentifikasi pasien untuk

memenuhi persyaratan diikutkan dalam penelitian.

Cara menanggulangi sampling bias : randomisasi sampel, restriksi kriteria sampel,

matching sampel, stratifikasi sampel, standarisasi perhitungan sampel, multivariabel

analisis hasil, best case/worst case analisis.

3. complete follow up achieved : apakah pelaksanaan pengamatan dapat diikuti secara

lengkap (dalam hal jumlah sampel awal sama dengan jumlah sampel akhir

pengamatan), apabila lebih dari 20% hasil dari studi tersebut tidak dapat diikuti maka

hasil dari studi/penelitian tersebut tidak berguna untuk dibaca.

4. Dibangun dan digunakannya outcome yang objektif dengan cara digambarkan secara

eksplisit, objektif, konsisten

5. Apakah penilaian terhadap outcome yang ada dilakukan secara ”blind”. Dalam hal

ini perlu diperhatikan adanya :

o Diagnostic suspection bias : bias karena orang yang bekerja di klinik mengetahui

faktor-faktor prognosis secara detail dan segala aspek yang mempengaruhi.

o Expectation bias : bias karena seorang patolog/radiolog menilai hasil pemeriksaan

spesimen dipengaruhi oleh gambaran klinik yang ditemui.

6. Apakah dilaksanakan pengendalian faktor diluar faktor prognosa, dimana harus

diyakinkan bahwa tidak ada faktor lain yang berdampak terhadap lamanya menderita

penyakit dan prognosis dari penyakit tersebut.

5

Page 6: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

2.3  Artikel Jurnal ” Long-Term Prognosis for Childhood Constipation: Clinical Outcomes

in Adulthood”

Prognosis Jangka Panjang Konstipasi Masa Kanak-kanak: Hasil Klinis pada masa

Dewasa

ABSTRAK

TUJUAN Penelitian ini menguji prognosis jangka panjang untuk anak-anak dengan

konstipasi pada masa dewasa dan mengidentifikasi faktor-faktor prognostik yang

berhubungan dengan hasil klinis.

METODE Dalam sebuah rumah sakit tersier Belanda, dimasukkan sebagai objek yaitu

anak-anak (5-18 tahun) yang didiagnosis konstipasi fungsional yang memenuhi syarat.

Setelah protokol perawatan 6 – 8 minggu, calon follow-up dilakukan evaluasi pada 6 dan

12 bulan dan setiap tahun. Hasil klinis yang baik didefinisikan sebagai ≥3 buang air besar

per minggu selama ≥ 4 minggu, dengan ≤ 2 episode inkontinensia tinja per bulan, tanpa

menggunakan pencahar.

HASIL Sebanyak 401 anak (260 laki-laki 141 perempuan, umur rata-rata: 8 tahun [kisaran

interkuartil: 6-9 tahun]), dengan follow-up median 11 tahun (kisaran interkuartil: 9-13

tahun). Tingkat drop-out selama follow-up adalah 15%. Hasil klinis yang baik yang dicapai

dengan 80% dari pasien pada usia 16 tahun. Selanjutnya, proporsi ini tetap konstan pada

75%. Sedikitnya hasil klinis pada usia dewasa dikaitkan dengan: usia lebih tua saat onset

(rasio odds [OR]: 1,15 [95% confidence interval [CI]: 1,02-1,30]; P = 0,04), menunda

onset dengan kunjungan pertama ke rawat jalan klinik (OR: 1,24 [95% CI: 1,10-1,40]; P

= .001), dan menurunkan frekuensi buang air besar pada awal penelitian (OR: 0,92 [95%

CI: 0,84-1,00]; P = 0,03).

KESIMPULAN Seperempat anak-anak dengan konstipasi fungsional terus mengalami

gejala pada usia dewasa. Beberapa faktor prognosis yang menentukan outcome saat

dewasa. Rujukan ke klinik khusus harus dipertimbangkan pada tahap dini untuk anak-anak

yang tidak responsif terhadap pengobatan lini pertama.

6

Page 7: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

PASIEN DAN METODE

Pasien

Semua pasien yang berpartisipasi dalam salah satu studi klinis pada konstipasi anak

antara 1991 dan 1999 telah memenuhi syarat untuk inklusi. Dalam penelitian, konstipasi

fungsional didefinisikan sebagai frekuensi buang air besar <3 kali per minggu; episode

inkontinensia tinja per minggu; ukuran yang lebih besar dari biasanya setidaknya sekali

setiap 7 sampai 30 hari, atau massa perut atau dubur teraba pada pemeriksaan fisik. Hanya

pasien dengan usia ≥5 tahun yang telah menerima pengobatan pencahar untuk ≥ 2 bulan

sebelum presentasi awal yang masuk inklusi. Anak-anak dengan konstipasi dengan

penyebab organik atau retardasi mental dan anak-anak yang menggunakan obat yang

mempengaruhi fungsi pencernaan, selain obat pencahar,dieksklusi. 

Follow up Monitoring dan Pengumpulan Data

Setelah kunjungan terakhir pengobatan intensif dan mendapatkan protokol

pengobatan 6-8 minggu, tindak lanjut evaluasi dilakukan setelah 6 bulan dan setiap tahun

sampai 2005. Antara tahun 2005 dan 2007, setiap pasien yang masih dalam kohort

dihubungi sekali lagi. Tindak lanjut evaluasi dilakukan selama kunjungan klinik rawat

jalan atau melalui telepon ketika anak telah keluar dari klinik rawat jalan. Jika kontak

telepon gagal, maka surat keterangan itu dikirimkan ke alamat saat ini pasien. Surat ini

berisi informasi studi, undangan untuk menghubungi departemen gastroenterology anak

untuk tindak lanjut evaluasi, dan bentuk nonresponse yang bisa dikembalikan dalam

amplop. Subyek yang ditunjukkan pada setiap saat selama periode follow-up bahwa

mereka tidak lagi ingin berpartisipasi dalam kohort tindak lanjut tidak dihubungi lebih

lanjut. Jika terbukti salah alamat, maka peneliti mencoba untuk mendapatkan rincian

kontak baru dari dokter terakhir umum pasien yang dikenal atau dari arsip kota di mana

pasien terakhir terdaftar.

Pada setiap wawancara follow-up, sebuah kuesioner standar yang digunakan untuk

memperoleh informasi mengenai hasil klinis saat ini. Data mengenai frekuensi buang air

besar, konsistensi feses dan ukuran, buang air besar yang menyakitkan, frekuensi

7

Page 8: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

inkontinensia fecal, sakit perut, dan menggunakan pencahar didasarkan pada periode 6

minggu sebelum evaluasi tindak lanjut. Selain masa 6 minggu, semua kambuh antara

mengikuti sebelumnya dan saat-up evaluasi didokumentasikan.

Definisi Hasil Klinis

Sebuah hasil klinis yang baik selama periode follow-up didefinisikan sebagai

frekuensi buang air besar ≥3 kali per minggu untuk jangka waktu ≥4 minggu dan <2

episode inkontinensia tinja per bulan, tanpa penggunaan obat pencahar dalam 4 minggu

sebelumnya (kategori 1). Untuk penilaian yang lebih rinci dari hasil klinis, 3 kategori

tambahan yang ditetapkan, yaitu, sekelompok anak-anak dengan hasil klinis yang baik

dengan penggunaan pencahar (kategori 2) dan 2 kelompok dengan hasil klinis yang buruk,

baik tanpa (kategori 3) atau dengan (kategori 4) penggunaan pencahar. Seorang anak

dianggap telah mengalami kambuh ketika frekuensi buang air besar turun menjadi <3 kali

per minggu dan / atau fecal incontinence frekuensi meningkat menjadi lebih dari satu kali

per dua minggu setelah hasil klinis awalnya baik.

Analisis Statistik

Karakteristik Baseline kohort dilaporkan secara deskriptif. Perbandingan antara

pasien dengan follow-up data lengkap dan mereka yang putus dilakukan dengan uji Mann-

Whitney U untuk hasil berkelanjutan dan dengan x 2 tes untuk hasil dikotomis. Untuk

setiap follow up pasti, distribusi pasien dalam 4 kategori yang didefinisikan dari hasil

klinis dihitung.

Generalized estimating equation (GEE) digunakan untuk mendapatkan informasi

tentang hubungan antara karakteristik klinis dan hasil klinis pada orang dewasa. Dalam

analisis GEE, 4 kategori hasil klinis dikurangi menjadi hasil biner, yaitu, hasil klinis yang

baik ( kategori 1 dan 2) terhadap hasil klinis yang buruk (kategori 3 dan 4). Untuk

memperhitungkan kemungkinan fluktuasi gejala konstipasi dari tahun ke tahun, usia

dewasa didefinisikan sebagai 16 sampai 18 tahun. Oleh karena itu, semua pengamatan

yang tersedia untuk setiap pasien dalam rentang usia ini dimasukkan. Faktor dasar yang

telah ditetapkan, termasuk jenis kelamin, usia saat onset konstipasi, delay (yaitu, waktu

8

Page 9: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

antara onset dan presentasi pertama ke klinik rawat jalan anak pencernaan) frekuensi, dan

buang air besar dan frekuensi fecal incontinence pada presentasi pertama ke klinik rawat

jalan, telah dimasukkan ke dalam model tanpa strategi pemilihan tambahan. Faktor-faktor

kandidat dipilih berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Sebuah model GEE multivariat

digunakan, dan hasil yang dinyatakan dengan 95% interval kepercayaan (CI) dan sesuai

hasil x2. Selain itu, frekuensi dan waktu kambuh untuk pasien dengan hasil klinis yang baik

pada usia dewasa disajikan dalam kurva Kaplan-Meier.

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS 12.0.2 (SPSS, Chicago, IL)

dan SAS 9.1 (SAS Institute, Cary, NC). Signifikansi statistik diterima pada P <0,5.

HASIL

Baseline Karakteristik dan Kelengkapan Data Follow up antara 1991 dan 1999, total 416

pasien dengan konstipasi fungsional,dimasukkan di dalam 2 studi klinis. Dari kelompok ini, 15

anak-anak dieksklusi dari tindak lanjut studi karena perlakuan salah dalam protokol penelitian.

Oleh karena itu, sebanyak 401 anak-anak dengan konstipasi fungsional (65% laki-laki, umur

rata-rata pada entri: 8 tahun [interkuartil rentang [IQR]: 6-9 tahun]), termasuk dalam studi ini.

Durasi rata-rata tindak lanjut pemantauan 11 tahun (IQR: 9-13 tahun). Karakteristik Baseline

disajikan pada Tabel 1.

TABLE 1 Baseline Characteristics (N = 401)

Age, median (IQR), y 8 (6–9)

Gender, %

    Male 65

    Female 35

Age of onset, median (IQR), y 3 (0–4)

Defecation frequency

    Median (IQR), times per wk 2 (1–4)

9

Page 10: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

    <3 times per wk, % 71

Fecal incontinence frequency

    Median (IQR), times per wk 10 (5–21)

     2 times per wk, % 89

    No fecal incontinence, % 8

Large stools, % 68

Hard stools, % 40

Painful defecation, % 47

Abdominal pain, % 54

Abdominal scybalus, % 22

Rectal scybalus, % 30

Positive family history findings, % 14

Selama ini pada penelitian follow up, ada tingkat drop-out 15% (n = 62). Dari 339 pasien

yang tersisa (85%), 244 pasien (72%) mencapai usia 18 tahun. Ketidak mampuan untuk

menindaklanjuti pemantauan terjadi karena beberapa alasan berikut: (1) tidak ada informasi

kontak dapat diambil (n = 14); (2) tidak ada respon undangan tertulis untuk menghubungi

departemen gastroenterology anak untuk tindak lanjut evaluasi ( n = 33); (3) subyek menolak

berpartisipasi lebih lanjut (n = 7); (4) subyek telah meninggal dalam kecelakaan mobil (n = 1);

atau (5) alasan lain (n = 7). Subyek yang drop out berbeda dari pasien yang tetap dalam studi

follow-up sehubungan dengan usia pada kunjungan pertama ke klinik rawat jalan, dengan usia

median 7 tahun (IQR: 6-9 tahun) dan 8 tahun (IQR: 7-10 tahun; P = .01), masing-masing. Tidak

ada perbedaan lainnya pada karakteristik awal ditemukan (data tidak ditampilkan).

Hasil klinis Selama Periode Follow up distribusi pasien dalam  4  kategori  hasil  klinis

didefinisikan  untuk  follow up per tahun  ditunjukkan pada  Gambar 1. Setelah  1  tahun,  50%

anak  mencapai  hasil  klinis yang  baik,  dengan  11%  dari  anak-anak  masih  menggunakan

obat pencahar.  Setelah itu,  meningkat  secara bertahap dalam  proporsi  pasien  dengan

keberhasilan  klinis  terlihat,  dari  64%  pada  evaluasi  follow up  5  tahun  sampai dengan

81%  pada  evaluasi  10  tahun.  Pada saat  itu,  hanya 4%  pasien  yang  masih  dirawat  dengan

obat pencahar,  dengan 3%  mencapai  hasil  klinis yang baik  dan  1%  hasil  klinis yang

10

Page 11: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

buruk.  Setelah  10  tahun,  tingkat keberhasilan  secara keseluruhan  pada umumnya  stabil

pada  ~ 80%.

Gambar 1.  hasil klinis follow up pasien pertahun, dibagi ke dalam 4 kategori hasil. Angka di baris atas di

atas bar menunjukkan jumlah pasien untuk follow up evaluasi setiap tahun.Angka di baris  kedua  menunjukkan

jumlah  pasien yang tercapai untuk tindak lanjut evaluasi setiap tahun.

Hasil klinis sesuai dengan  umur  biologis  digambarkan  dalam  Gambar 2. Selama masa

kanak-kanak, peningkatan yang stabil dalam hasil klinis yang baikdidapatkan  dari  50%  pada

usia  5  tahun menjadi 80% pada usia 16 tahun. Setelah itu,  tingkat  keberhasilan  pada  usia

dewasa tetap konstan pada ~ 75%.Menggunakan Laksatif pada usia 18 tahun hanya terbatas pada

10 pasien dengan hasil klinis yang baik dan 1 pasien dengan hasil klinis yang buruk.

Gambar 2. hasil klinis pasien menurut umur biologis, dibagi ke dalam 4 kategori hasil. Angka di atas  bar

menunjukkan  jumlah pasien yang tercapai pada usia tertentu selama follow up.Angka di baris  kedua  menunjukkan

jumlah  pasien follow up pada usia masing-masing.

11

Page 12: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

Faktor prognostik untuk Konstipasi Persisten di Usia Dewasa sebanyak 333 pasien

mencapai usia 16 tahun. Dari data,didapatkan 302 (63% laki-laki) yang mengikuti follow up.

Follow up untuk pasien antara 16 dan 18 tahun dilibatkan dalam model GEE multivariat untuk

analisis. Hasil klinis ditemukan secara signifikan berkorelasi dengan 3 karakteristik dasar, yaitu

penundaan (rasio odds [OR]: 1,24 [95% CI: 1,10-1,40]; P = .001), usia saat onset (OR: 1,15

[95% CI: 1,02-1,30]; P = 0,04), dan frekuensi buang air besar (OR: 0,92 [95% CI: 0,84-1,00]; P

= 0,03). Gender dan frekuensi inkontinensia fekal tidak berkorelasi dengan hasil klinis. Untuk

ilustrasi, . seorang pasien laki-laki yang mengalami gejala awal pada usia 3 tahun dan datang

untuk pertama kalinya di klinik rawat jalan dengan penundaan 5 tahun, melaporkan frekuensi

buang air besar dua kali per minggu dan 10 episode inkontinensia tinja per minggu. Perkiraan

resiko hasil klinis yang buruk untuk pasien ini menjadi 16%. Jika penundaan antara onset dan

kunjungan pertama ke klinik rawat jalan hanya 1 tahun, maka perkiraan resiko untuk hasil klinis

yang buruk pada usia dewasa (16-18 tahun) akan turun sampai 7%. Jika dilakukan penundaan

sampai 9 tahun, maka perkiraan resiko akan meningkat menjadi 31%.

Perkiraan resiko hasil klinis yang buruk pada usia dewasa pada variabel onset timbulnya

konstipasi, yaitu 11% untuk pasien yang memulai onset konstipasi saat lahir, dibandingkan

dengan 24% pada anak dengan keluhan dimulai pada usia 7. Frekuensi buang air besar rendah

(sekali per minggu) pada presentasi pertama berhubungan dengan perkiraan resiko hasil klinis

yang buruk pada usia dewasa 17%, dan akan menurun menjadi 11% untuk pasien dengan

frekuensi buang air besar 7 kali per minggu.

Relaps pada masa dewasa setelah pencapaian hasil klinis yang baik pada usia dewasa,

kambuh terjadi secara signifikan lebih sering pada wanita dibandingkan dengan pria (Gambar 3).

Dalam 1 tahun setelah keberhasilan klinis, tingkat relaps adalah sama untuk perempuan dan laki-

laki (5% dan 4%). Setelah itu, frekuensi kambuh kumulatif meningkat menjadi 28% setelah 5

tahun dan 40% setelah 7 tahun untuk perempuan, dibandingkan dengan 12% dan 20%, masing-

masing, untuk pria (P = 0.01).

12

Page 13: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

Gambar 3.  kumulatif proporsi pasien yang mengalami relaps setelah  hasil  klinis yang  baik  pada  usia  dewasa,

menunjukkan tingkat yang lebih signifikan untuk kambuh bagi perempuan, dibandingkan dengan laki-laki (P = .01)

DISKUSI

Studi jangka panjang menunjukkan bahwa, untuk 25% dari anak-anak dengan konstipasi

fungsional, gejala bertahan sampai dewasa. Hasil klinis pada usia dewasa dikaitkan dengan usia

yang lebih tua saat onset, lagi delay antara onset dan presentasi pertama ke klinik rawat jalan

pediatric gastroenterologi, dan frekuensi buang air besar lebih rendah pada presentasi pertama.

Kekambuhan pada usia dewasa juga lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.

Sejalan dengan pengamatan awal penelitian, tingkat hasil klinis yang baik pada populasi

penelitian menunjukkan peningkatan yang stabil pada periode tindak lanjut menggunakan

Laksatif dalam subkelompok anak-anak , dengan hasil klinis yang buruk terbatas. Pada awal

waktu follow-up 6 bulan, dua pertiga anak-anak dengan hasil klinis yang buruk tidak lagi

diterapi pencahar; dan pada waktu 10 tahun, hanya 4% dari pasien masih menggunakan obat

pencahar. Hasil ini terjadi kemungkinan besar dapat dijelaskan oleh fakta bahwa pasien sudah

lelah mengambil obat pencahar untuk waktu yang lama tanpa hasil yang baik. Selain itu, banyak

orangtua yang enggan untuk memberikan anak-anak mereka pencahar untuk waktu yang cukup

lama. Untuk saat ini, bagaimanapun, tidak ada bukti kuat bahwa penggunaan laksatif jangka

panjang mengarah ke toleransi atau menyebabkan kerusakan mukosa atau kerusakan saraf kolon.

Sebaliknya, follow up tampaknya menunjukkan bahwa beberapa anak dengan hasil klinis

yang buruk mencapai kesembuhan selama bertahun-tahun tanpa menggunakan pencahar. Tingkat 13

Page 14: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

keberhasilan menunjukkan peningkatan yang stabil sejalan dengan usia biologis. Pada studi ini

pula, disimpulkan bahwa anak dengan inkontinensia fecalis fungsional, mencapai tingkat

kesembuhan yang baik pada masa pubertas. Pada umumnya selama pubertas, mereka belajar

lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, sehingga tidak lagi menahan keinginan

untuk buang air besar.

Namun, fakta bahwa seperempat dari anak-anak dengan konstipasi fungsional melaporkan

gejala yang bertahan saat dewasa muda membantah anggapan umum bahwa semua anak-anak

mengatasi konstipasi selama bertahun-tahun. Dalam hal ini, penelitian diperpanjang untuk

mendaptkan hasil klinis lanjutan. Data klinis konstipasi pada usia dewasa yang berkorelasi

dengan 3 karakteristik klinis, yakni, usia yang lebih tua saat onset, penundaan antara timbulnya

gejala dan kunjungan pertama ke klinik rawat jalan, dan frekuensi buang air besar yang rendah

pada awal, kurang. Hal ini tampaknya berbeda dengan temuan sebelumnya untuk kohort, yang

menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi inkontinensia tinja dan terjadinya konstipasi

sebelum usia 1 tahun menghasilkan rata-rata yang lebih rendah. Penjelasan berikut dapat

diberikan untuk hasil yang berbeda dalam waktu yang sama. Penelitian oleh van Ginkel et al

bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor prognostik untuk keberhasilan klinis pertama,

sedangkan penelitian ini menganalisis faktor-faktor klinis yang dikaitkan dengan hasil klinis

pada usia dewasa. Karena sebagian besar anak-anak mencapai hasil klinis yang baik dalam 2

tahun pertama masa tindak lanjut pemantauan, faktor prognostik untuk keberhasilan klinis

pertama dijelaskan oleh van Ginkel et al dapat dianggap sebagai indikator untuk hasil jangka

pendek. Pendapat penelitian ini disimpulkan bahwa semua pasien yang mencapai usia dewasa

dan tidak lagi dilaporkan gejala konstipasi harus dianggap telah mencapai hasil klinis yang baik,

tanpa penggunaan pencahar. Sehingga,kategori 1 dan 2 mendapatkan hasil klinis yang lebih baik

pada usia dewasa dibandingkan kelompok dengan kategori 3 dan 4.

Van Ginkel et al melaporkan bahwa onset yang terlambat ,positif berhubungan dengan

sukses pertama, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa pasien tersebut memiliki risiko lebih

tinggi mengalami konstipasi di masa dewasa. Temuan ini menunjukkan bahwa kelompok ini

lebih mungkin mengalami kambuh setelah sukses awal. Onset konstipasi selama masa remaja

mungkin merupakan ekspresi awal berkesinambungan dari gangguan pencernaan fungsional,

seperti konstipasi dewasa atau IBS konstipasi-dominan. Dalam sebuah penelitian retrospektif

14

Page 15: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

kecil oleh Khan et al, konstipasi anak tampaknya merupakan prediktor IBS di masa dewasa.

Selain itu, penelitian kami menunjukkan bahwa kambuh pada usia dewasa terjadi lebih sering

pada wanita dibandingkan pria. Apakah partisipan wanita mengalami kambuh konstipasi masa

kanak mereka atau gangguan pencernaan baru perlu dikaji lebih lanjut.

Penundaan yang lebih lama antara munculnya gejala dan kunjungan pertama ke klinik

rawat jalan kami dikaitkan dengan hasil klinis yang buruk pada usia dewasa. Sebaliknya, dengan

rujukan sebelumnya ke klinik rawat jalan khusus gastrointestinal, anak-anak dapat menerima

perawatan yang cukup dan cepat. Sebuah penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bayi

dengan gejala konstipasi selama <3 bulan, keberhasilan pengobatan lebih besar daripada mereka

yang gejalanya lebih lama. Peran orang tua dalam mengelola masalah anak mereka buang air

besar mungkin menjadi faktor penunda potensial, serta memberikan kontribusi untuk hasil klinis

yang buruk. Pola asuh orang tua dalam kaitannya dengan toilet training memainkan peranan

penting dalam perawatan konstipasi anak. Studi tambahan dibutuhkan untuk mendukung

persepsi tersebut.

Terakhir, frekuensi buang air besar yang rendah dikaitkan dengan hasil klinis yang buruk.

Hal ini berbeda untuk beberapa studi yang menemukan tidak ada hubungan antara frekuensi

defekasi dan hasil klinis. Bagi anak-anak dengan konstipasi yang tidak dapat disembuhkan ,

bagaimanapun, frekuensi rendah defekasi mungkin mencerminkan dismotilitas kolon primer

yang disebabkan kelainan neuromuskuler atau mungkin timbul dari gangguan motilitas yang

diperoleh setelah bertahun-tahun menderita konstipasi fungsional.

Beberapa keterbatasan penelitian ini perlu ditangani. Populasi penelitian terdiri dari anak-

anak yang dirujuk ke pusat perawatan tersier untuk pengobatan konstipasi kronis. Oleh karena

itu, hasil penelitian tidak dapat digeneralisir langsung kepada anak-anak yang terlihat di pusat-

pusat perawatan primer atau pengaturan pediatrik umum. Selanjutnya, untuk menentukan hasil

klinis pada usia dewasa, kita masih menggunakan definisi konstipasi pediatrik. Di masa tindak

lanjut studi kohort, akan lebih menarik untuk menentukan hasil klinis pada usia dewasa dengan

menggunakan definisi konstipasi fungsional untuk orang dewasa, serta definisi lain gangguan

pencernaan fungsional, untuk menyelidiki apakah konstipasi anak-anak adalah awal dari

gangguan pencernaan fungsional.

15

Page 16: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

KESIMPULAN

Seperempat anakanak dengan konstipasi fungsional akan terus mengalami gejala pada usia 

dewasa. Usia yang lebih tua saat onset,  penundaan  antara timbulnya  gejala  dan rujukan  ke

klinik  gastroenterology  anak , dan penurunan frekuensi buang air besar berkaitan dengan  hasil

klinis  yang buruk pada usia dewasa.Rujukan ke klinik gastroenterology anak  harus

dipertimbangkan pada  tahap dini untuk anak-anak yang tidak responsif terhadap pengobatan lini

pertama.

16

Page 17: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Telaah Jurnal

Judul : Long-Term Prognosis for Childhood Constipation: Clinical

Outcomes in Adulthood

Penulis :

Tujuan Penelitian : Penelitian ini menguji prognosis jangka panjang untuk

anak-anak dengan konstipasi pada masa dewasa dan

mengidentifikasi faktor-faktor prognostik yang

berhubungan dengan hasil klinis

Metode Penelitian : Di sebuah rumah sakit tersier Belanda, dimasukkan anak

usia 5-18 tahun yang didiagnosa konstipasi fungsional

yang memenuhi syarat, lalu diberikan protokol terapi

selama 6-8 minggu. Kemudian pasien difollow-up sampai

dewasa dan diamati outcome konstipasinya.

Hasil Penelitian : Tingkat drop-out selama follow-up adalah 15%. Hasil

klinis yang baik yang dicapai dengan 80% dari pasien pada

usia 16 tahun. Selanjutnya, proporsi ini tetap konstan pada

75%. Sedikitnya hasil klinis pada usia dewasa dikaitkan

dengan: usia lebih tua saat onset (rasio odds [OR]: 1,15

[95% confidence interval [CI]: 1,02-1,30]; P = 0,04),

menunda onset dengan kunjungan pertama ke rawat jalan

klinik (OR: 1,24 [95% CI: 1,10-1,40]; P = .001), dan

menurunkan frekuensi buang air besar pada awal penelitian

17

Page 18: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

Kesimpulan : Seperempat anak-anak dengan konstipasi fungsional terus

s mengalami gejala pada usia dewasa. Beberapa faktor

prognosis yang menentukan outcome saat dewasa. Rujukan

ke klinik khusus harus dipertimbangkan pada tahap dini

untuk anak-anak yang tidak responsif terhadap pengobatan

lini pertama.

Analisis Statistik : Karakteristik Baseline kohort dilaporkan secara

deskriptif. Analisis statistik dilakukan dengan

menggunakan SPSS 12.0.2 (SPSS, Chicago, IL) dan

SAS 9.1 (SAS Institute, Cary, NC). Signifikansi statistik

diterima pada P <0,5.

Perbandingan antara pasien dengan follow-up data

lengkap dan mereka yang putus dilakukan dengan uji

Mann-Whitney U untuk hasil berkelanjutan dan

dengan x 2 tes untuk hasil dikotomis. Untuk setiap

follow up pasti, distribusi pasien dalam 4 kategori yang

didefinisikan dari hasil klinis dihitung.

Generalized estimating equation (GEE) digunakan untuk

mendapatkan informasi tentang hubungan antara

karakteristik klinis dan hasil klinis pada orang dewasa.

Dalam analisis GEE, 4 kategori hasil klinis dikurangi

menjadi hasil biner, yaitu, hasil klinis yang baik ( kategori

1 dan 2) terhadap hasil klinis yang buruk (kategori 3 dan

4).

3.2  Telaah Kritis Struktur dan Kelengkapan Isi Makalah Ilmiah

Berikut ini disajikan pembahasan tentang telaah kritis jurnal, ditinjau dari struktur

dan kelengkapan isi makalahnya, yang kami sajikan dalam bentuk tabel:4

18

Page 19: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

No Aspek Ya Tidak Tidak

Relevan

Judul makalah

1 Tidak terlalu panjang atau terlalu pendek

2 Menggambarkan isi utama penelitian

3 Cukup menarik

4 Tanpa singkatan selain yang baku

Pengarang dan institusi

5 Nama-nama dituliskan sesuai dengan aturan jurnal

Abstrak

6 Abstrak satu paragraf atau tersusun

7 Mencakup komponen IMRAD

8 Secara keseluruhan informative

9 Tanpa singkatan selain yang baku

10 Kurang dari 250 kata

Pendahuluan

11 Terdiri dari dua paragraf atau dua bagian

12 Paragraf pertama mengemukakan alasan dilakukan

penelitian

13 Paragraf kedua menyatakan hipotesis atau tujuan penelitian

14 Didukung oleh pustaka yang relevan

15 Kurang dari satu halaman

Metode

16 Disebutkan design penelitian

17 Disebutkan populasi sumber atau populasi terjangkau

18 Dijelaskan kriteria inklusi dan eksklusi

19 Disebutkan cara pemilihan subyek ( tehnik sampling )

20 Disebutkan perkiraan besar sampel beserta alasannya

21 Besar sampel dihitung dengan rumus yang sesuai

19

Page 20: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

22 Komponen-komponen rumus besar sampel masuk akal

23 Observasi, pengukuran, serta intervensi dirinci sehingga

orang lain dapat mengulanginya

24 Ditulis rujukan bila tehnik pengukuran tidak terinci

25 Pengukuran dilakukan dengan cara tersamar

26 Dilakukan uji keandalan pengukuran ( kappa )

27 Definisi istilah dan variabel penting dikemukakan

28 Ethical clearance diperoleh

29 Persetujuan subyek diperoleh

30 Disebut rencana analisis, batas kemaknaan dan power

penelitian

31 Disebutkan program komputer yang dipakai

Hasil

32 Disertakan tabel karakteristik subyek penelitian

33 Pada studi intervensi karakteristik sebelum intervensi

dibandingkan kesetaraannya

34 Tidak dilakukan uji hipotesis untuk kesetaraan tersebut

35 Disebutkan jumlah subyek yang diteliti

36 Dijelaskan subyek yang drop out dengan alasannya

37 Ketepatan numeric dinyatakan dengan benar

38 Penulisan tabel dilakukan dengan tepat

39 Tabel dan ilustrasi informatif dan memang diperlukan

40 Tidak semua hasil dalam tabel disebutkan pada naskah

41 Semua outcome yang penting disebutkan dalam hasil

42 Subyek yang drop out diikutkan dalam analisis

43 Analisis dilakukan dengan uji yang sesuai

44 Ditulis hasil uji statitstik, degree of freedom dan nilai p

45 Tidak dilakukan analisis yang semula tidak direncanakan

46 Disertakan interval kepercayaan

20

Page 21: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

47 Dalam hasil tidak disertakan komentar dan pendapat

Diskusi

48 Semua hal yang relevan dibahas

49 Tidak sering diulang hal yang dikemukakan pada hasil

50 Dibahas keterbatasan penelitian dan kemungkinan

dampaknya terhadap hasil

51 Disebut penyimpangan dari protokol dan dampaknya pada

hasil

52 Diskusi dihubungkan dengan pertanyaan penelitian

53 Dibahas hubungan hasil dengan teori atau penelitian

terdahulu

54 Dibahas hubungan hasil dengan praktek klinis

55 Efek samping dikemukakan dan dibahas

56 Disebutkan hasil tambahan selama observasi

57 Hasil tambahan tersebut tidak dianalisis secara statistic

58 Disertakan kesimpulan utama penelitian

59 Kesimpulan didasarkan pada data penelitian

60 Kesimpulan tersebut sahih

61 Disebutkan generalisasi hasil penelitian

62 Disertakan saran penelitian selanjutnya

Ucapan Terima Kasih

63 Ucapan terimakasih ditujukan pada orang yang tepat

64 Ucapan terimakasih dinyatakan secara wajar

Daftar Pustaka

65 Daftar pustaka disusun sesuai dengan aturan jurnal

66 Semua yang tertulis pada daftar pustaka sesuai sitasi pada

nas dan sebaliknya

67 Keseluruhan makalah ditulis dengan bahasa yang baik dan

benar, lancar, enak dibaca, infornatif, hemat kata dan

21

Page 22: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

efektif

68 Makalah ditulis dengan taat azas

3.3  Telaah Kritis Jurnal dari Sudut Pandang Epidemiologi Klinis

Berikut ini disajikan pembahasan tentang telaah kritis jurnal prognostik dari sudut

pandang epidemiologi klinis, yang kami sajikan dalam bentuk tabel :

No Petunjuk Komentar

1 Apakah kohort

dikumpulkan sesuai

dengan insepsinya?

YA

Pasien dimasukkan sebagai partisipan saat

pertama kali didiagnosa konstipasi di sebuah

RS tersier

Kata-kata  Metode ; Dalam sebuah rumah sakit

tersier Belanda, dimasukkan sebagai objek yaitu

anak-anak (5-18 tahun) yang didiagnosis

konstipasi fungsional yang memenuhi syarat.

Idealnya harus dicantumkan secara spesifik

mengenai kriteria diagnosis, derajat

kesakitan, demografi dan faktor yang

menambah kesakitan.

Kata-kata  Diagnosis : Dalam penelitian,

konstipasi fungsional didefinisikan sebagai

frekuensi buang air besar <3 kali per minggu;

episode inkontinensia tinja per minggu; ukuran

yang lebih besar dari biasanya setidaknya sekali

setiap 7 sampai 30 hari, atau massa perut atau

dubur teraba pada pemeriksaan fisik. Hanya

pasien, ≥5 tahun yang telah menerima pengobatan

pencahar untuk ≥ 2 bulan sebelum presentasi awal

yang masuk inklusi. Anak-anak dengan konstipasi

dengan penyebab organik atau retardasi mental dan

22

Page 23: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

anak-anak yang menggunakan obat yang

mempengaruhi fungsi pencernaan, selain obat

pencahar, dieksklusi. 

Kata-kata derajat kesakitan  tidak ada

Kata-kata demografi  tidak ada

Kata-kata faktor yang menambah

kesakitan  Sedikitnya hasil klinis pada usia

dewasa dikaitkan dengan: usia lebih tua saat onset

(rasio odds [OR]: 1,15 [95% confidence interval

[CI]: 1,02-1,30]; P = 0,04), menunda onset dengan

kunjungan pertama ke rawat jalan klinik (OR: 1,24

[95% CI: 1,10-1,40]; P = .001), dan menurunkan

frekuensi buang air besar pada awal penelitian

(OR: 0,92 [95% CI: 0,84-1,00]; P = 0,03).

Pada jurnal ini hanya dicantumkan mengenai

kriteria diagnosis penyakit, sedangkan derajat

kesakitan seperti lama menderita penyakit tidak

dijelaskan secara spesifik.

2. Apakah pola rujukan

dijabarkan secara

baik ?

YA

Alur pasien saat dimasukkan dalam studi

harus dijabarkan (dari pusat kesehatan

primer/tersier/dan sebagainya)

Kata-kataMetode : Dalam sebuah rumah sakit

tersier Belanda, dimasukkan sebagai objek yaitu

anak-anak (5-18 tahun) yang didiagnosis

konstipasi fungsional yang memenuhi syarat.

Idealnya sistem rujukan digambarkan secara

baik untuk menghindari kemungkinan adanya

sampling bias seperti centripetal bias, popularity

bias, diagnostic acces bias, referal filter bias.

3. Apakah tindak lanjut Pada jurnal ini dicantumkan mengenai

23

Page 24: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

(follow-up) dilakukan

secara lengkap?

YA

jumlah sampel yang dapat diikuti dan

jumlah yang lost to follow up, beserta

alasan drop out.

Pelaksanaan pengamatan ini diikuti secara

lengkap, dihitung sampai pada akhir

penelitian dan keadaan kliniknya dapat

selalu diikuti.

Kata-kata  Sebanyak 401 anak (260 laki-laki

141 perempuan, umur rata-rata: 8 tahun

[kisaran interkuartil: 6-9 tahun]),

dengan follow-up median 11 tahun (kisaran

interkuartil: 9-13 tahun). Tingkat drop-

out selamafollow-up adalah 15%. Hasil klinis

yang baik yang dicapai dengan 80% dari pasien

pada usia 16 tahun. Selanjutnya, proporsi ini

tetap konstan pada 75%.

Idealnya pelaksanaan pengamatan dapat

diikuti secara lengkap, harus dapat dihitung

sampai pada akhir penelitian dan keadaan

kliniknya dapat selalu diikuti, sebab apabila

lebih dari 20% hasil dari studi tidak dapat

diikuti maka hasil dari studi tersebut tidak

berguna untuk dibaca.

Semua objek dari kohort harus dapat

diperhitungkan pada akhir dari periode tindak

lanjut dan status klinisnya harus diketahui. Hal

ini disebabkan karena pasien tidak menghilang

dari studi hanya karena alasan yang sepele,

nmun mereka meninggalkan/keluar dari studi

disebabkan karena menolak pengobatan,

24

Page 25: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

sembuh, meniggal, mengundurkan diri atau

hanya oleh kelelahan karena terus menerus

diikuti.

4 Apakahdikembangkan

dan digunakan

kriteria keluaran yang

objektif?

YA

Pada jurnal ini kriteria keluaran telah

dinyatakan secara eksplisit, objektif dan

konsisten.

Kata-kata  KESIMPULAN : Seperempat

anak-anak dengan konstipasi fungsional terus

mengalami gejala pada usia dewasa. Rujukan

ke klinik khusus harus dipertimbangkan pada

tahap dini untuk anak-anak yang tidak responsif

terhadap pengobatan lini pertama.

Idealnya kriteria yang dibuat adalah akurat

dan dapat dipakai ulang.

Keluaran prognosis harus dinyatakan secara

eksplisit dan objektif dan diterapkan secara

konsisten

5 Apakah penilaiannya

dilakukan

secarablind ?

TIDAK PERLU

Pada jurnal ini tidak dilakukan

secara blind, tapi dengan metode inception

cohort (dilakukan follow up jangka panjang)

dan tidak memerlukan blinding

Idealnya penilaian dilakukan

secara blind untuk menghindari

adanya diagnostic suspencion bias, dan

expectation bias.

6 Apakah dilakukan

penyesuaian untuk

faktor-faktor

Pada jurnal ini tidak diidentifikasi faktor

luar dan dijustifikasi sebagai faktor yang

mempengaruhi kejadian konstipasi pada

25

Page 26: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

prognostik tambahan

(extraneous)?

TIDAK

dewasa

Idealnya faktor luar dilakukan identifikasi

dan dilakukan penyesuaian sehingga tidak

mempengaruhi hasil penelitian.

Faktor dasar yang telah ditetapkan, termasuk jenis

kelamin, usia saat onset konstipasi, delay (yaitu,

waktu antara onset dan presentasi pertama ke

klinik rawat jalan anak pencernaan) frekuensi, dan

buang air besar dan frekuensi fecal incontinence

pada presentasi pertama ke klinik rawat jalan, telah

dimasukkan ke dalam model tanpa strategi

pemilihan tambahan.

3.4  Telaah Kritis Jurnal dari Sudut Pandang Evidence Based-Practice Workbook

Berikut akan kita cermati jurnal diatas dengan patokan bukua Evidance Based-

Practice Workbook. Ada tiga langkah untuk mengkritisi junal tersebut:

1. Langkah 1: pertanyaan yang diajukan pada jurnal tersebut (PICO)

2. Langkah 2: menguji Internal validity

3. Langkah 3: mengetahui makna dari hasil yang didapatkan pada jurnal

Berikut kita akan mengkaji masing-masing langkah.

Langkah 1: PICO

Patient : Anak usia 5-18 tahun dengan konstipasi

Indicator : Diberikan terapi konstipasi

Comparison : Tanpa diberikan terapi konstipasi

Outcome : Kejadian konstipasi pada usia dewasa

Clinical query : Apakah anak usia 5-18 tahun dengan konstipasi yang diberikan terapi

konstipasi akan tetap mengalami kejadian konstipasi pada usia dewasa?

Langkah 2: Internal Validity

26

Page 27: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

Recruitment: Apakah gambaran sampel pasien yang representative itu diambil

pada kondisi (biasanya diawal) yang sama dari penyakit mereka

Apa yang terbaik? Darimana informasi didapatkan?

Pasien sebaiknya diamati sejak dini

perjalanan penyakitnya, yang disebut

inception cohort.

Pasien pada penelitian ini juga

seharusnya menggambarkan pasien

pada populasi.

Dari Metode Jurnal: “Dalam sebuah

rumah sakit tersier Belanda, dimasukkan

sebagai objek yaitu anak-anak (5-18 tahun)

yang didiagnosis konstipasi fungsional

yang memenuhi syarat”

Jurnal ini:    Ya   Tidak Tidak jelas

Komentar: Pasien- pasien pada penelitian ini diikuti (follow up) sejak pertama

mereka didiagnosis konstipasi di RS tersebut, dan diambil semua pasien (kecuali

mereka yang tidak bersedia) yang datang, sehingga cukup menggambarkan

populasi.

Adjustment : How were patients treated? If sub groups with different prognoses

are identified, did adjustment for important prognostic factors take place?

Apa yang terbaik? Darimana informasi didapatkan?

Penelitian harus melaporkan

perlakuan yang didapatkan penderita

dan menyesuaikan hasil dari

perlakuan. Untuk faktor prognosa

yang baru, karakteristik pasien yang

baru (misal umur, stadium penyakit)

harus dapat memberikan prediksi

hasil yang akan didapatkan oleh

penderita.

Penelitian juga seharusnya

menyesuaikan dengan faktor resiko

yang telah diketahui jadi hasilnya

menambah info prognosa.

Dari Hasil : “…Setelah kunjungan terakhir

pengobatan intensif dan mendapatkan

protokol pengobatan 6-8 minggu, tindak

lanjut evaluasi dilakukan setelah 6 bulan

dan setiap tahun sampai 2005. Antara tahun

2005 dan 2007, setiap pasien yang masih

dalam kohort dihubungi sekali lagi.”

27

Page 28: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

Jurnal ini:    Ya   Tidak Tidak jelas

Komentar: Dilaporkan perlakuan awal pada 6-8 minggu terapi tersebut

(treatment protocol) serta tindak lanjut evaluasi

Maintenance: was the comparable statis of the study groups maintained through

equal management?

Apa yang terbaik? Darimana informasi didapatkan?

Prognosa selalu tergantung pada

terapi, oleh karena itu terapi awal dan

tambahan harus jelas dijabarkan, dan

pemeriksaan yang diberikan harus

menyesuaikan dengan riwayat

perjalanan penyakit.

Dari Metode :

….pengobatan intensif dan mendapatkan

protokol pengobatan 6-8 minggu, tindak

lanjut evaluasi dilakukan setelah 6 bulan

dan setiap tahun…

…pengobatan dengan laksan

masih digunakan sebagian subjek

sampai usia remaja.

Terapi tambahan lain tidak

dijabarkan dalam jurnal ini.

Jurnal ini:    Ya   Tidak Tidak jelas

Komentar: Terapi awal yang diterima pasien adalah protocol perawatan

konstipasi selama 6-8 minggu, dan dilanjutkan dengan follow up, dan terapi lain

tidak dijabarkan secara jelas di jurnal ini.

… and adequate follow up?

Apa yang terbaik? Darimana informasi didapatkan?

Follow up harus cukup lama untuk

mendeteksi outcome of interest. Semua

pasien harus di follow up sampai

muncul outcome of interest atau

kematian. Alasan follow up yang tidak

dapat diikuti, harus dijelaskan dengan

karakteristik pasien-pasien tersebut.

Dari Hasil :

…pada penelitian follow up, ada

tingkat drop-out 15% (n = 62). Dari 339

pasien yang tersisa (85%), 244 pasien

(72%) mencapai usia 18 tahun. Ketidak

mampuan untuk menindaklanjuti

pemantauan terjadi karena beberapa alasan

berikut: (1) tidak ada informasi kontak

28

Page 29: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

dapat diambil (n = 14); (2) tidak ada respon

undangan tertulis untuk menghubungi

departemen gastroenterology anak untuk

tindak lanjut evaluasi ( n = 33); (3) subyek

menolak berpartisipasi lebih lanjut (n = 7);

(4) subyek telah meninggal dalam

kecelakaan mobil (n = 1); atau (5) alasan

lain (n = 7)

Jurnal ini:    Ya   Tidak Tidak jelas

Komentar: Dari metode penelitian, dapat dilihat bahwa metode follow up cukup

baik, dan tingkat Drop Out kurang dari 20%, dengan penjabaran yang cukup

jelas alasan dan karakteristik pasien drop out.

Measurement : Were the subjects and assesors kept blind to which treatment was

being received and/or the measures objective?

Apa yang terbaik? Darimana informasi didapatkan?

Dikatakan ideal bila outcome assessor

dan subjek dibuat blinded dalam

penelitian. Jika outcome objektif

(contohnya kematian) maka blinding

kurang penting. Jika outcomenya

subjektif maka blinding pada outcome

assessor adalah penting.

Dari Metode :

Penelitian ini tidak bersifat blinded.

Jurnal ini:  Ya    Tidak  Tidak jelas

Komentar: Outcome yang diteliti adalah objektif, yaitu konstipasi, dengan

beberapa kriteria yang telah dijabarkan dalam metode penelitian. Sehingga

tidaklah penting assessor dibuat blinded.

Langkah 3:

What measure was used and how large was the treatment effect?

Ditampilkan pada gambar 2, yang dinyatakan bahwa peningkatan yang

29

Page 30: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

stabil dalam hasilklinis yang

baik didapatkan dari 50% pada usia 5 tahun menjadi 80% pada

usia 16 tahun.Setelah itu, tingkat keberhasilan pada usia dewasa tetap konstan

pada ~ 75%.

Frekuensi dan waktu kambuh untuk pasien dengan hasil klinis yang baik pada

usia dewasa disajikan dalam kurva Kaplan-Meier, dengan hasil

bahwa kumulatif proporsi pasien yangmengalami relaps setelah hasil klinis

yang baik pada usia dewasa, menunjukkan tingkat yang

lebih signifikan untuk kambuh bagi perempuan, dibandingkan dengan laki-

laki (P = .01)

Could the effect have been due to chance?

P-value dan

CI

(Confidential

interval)

Pada penelitian, didapatkan faktor prognosa konstipasi yang menetap

pada saat dewasa disebabkan oleh:

usia lebih tua saat onset (rasio odds [OR]: 1,15 [95%

confidence interval [CI]: 1,02-1,30]; P = 0,04)

menunda onset dengan kunjungan pertama ke rawat jalan

klinik (OR: 1,24 [95% CI: 1,10-1,40]; P = .001)

menurunkan frekuensi buang air besar pada awal penelitian

(OR: 0,92 [95% CI: 0,84-1,00]; P = 0,03)

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

30

Page 31: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

Jurnal dengan judul Long-Term Prognosis for Childhood Constipation: Clinical

Outcomes in Adulthood memenuhi persyaratan validitas , penting, dan relevan untuk

digunakan sebagai sumber ilmiah di klinik

4.2 SARAN

1. Protokol terapi pasien konstipasi sebaiknya dijelaskan.

2. Perlakuan dan Terapi saat follow up dilakukan sebaiknya dijelaskan lebih rinci,

dalam penelitian ini hanya dibedakan pasien yang menggunakan laksan dan tidak.

3. Kriteria anak dan dewasa sebaiknya dijelaskan pada awal penelitian, dan subjek pada

akhir penelitian dibedakan lagi menurut umur. Dalam penelitian ini kriteria dewasa

diberi batasan 16 tahun.

31

Page 32: TELAAH JURNAL KONSTIPASI

DAFTAR PUSTAKA

1. Panitia Medik Farmasi dan Terapi : Pedoman Diagnosa dan Terapi RSUD Dokter

Soetomo, Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-

Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo, Surabaya,2008, hal 17-9.

2. Sacket DL, Haynes RB, Guyatt GH, Tugwell P. Clinical Epidemiology : A basic science

for Clinical Medicine, 2nd ed. Little, Brown and Co, 1991.

3. Soeparto, Soedibyo P, Soeroso EP. Epidemiologi Klinis. Penerbit Gramik FK Unair.

1998.

4. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi ke-2. Jakarta:

Sagung Seto.2002. hal 342-344

32