telaah jurnal fix

19
 TELAAH JURNAL SENIN, 4 AGUSTUS 2014 FIRST URINARY TRACT INFECTION IN NEONATES, INFANTS AND YOUNG CHILDREN: A COMPARATIVE STUDY  Oleh: Sintia Eka Aprilia, S.Ked Annisa Nanda Putri, S.Ked Arzi Larga Ghupta, S.Ked Pembimbing: dr. Eka Intan, SpA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FK UNSRI DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK RSMH PALEMBANG 2014

Upload: annisa-nanda-putri

Post on 02-Jun-2018

530 views

Category:

Documents


56 download

TRANSCRIPT

Page 1: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 1/19

 

TELAAH JURNAL

SENIN, 4 AGUSTUS 2014

FIRST URINARY TRACT INFECTION IN NEONATES, INFANTS AND

YOUNG CHILDREN: A COMPARATIVE STUDY 

Oleh:

Sintia Eka Aprilia, S.Ked

Annisa Nanda Putri, S.Ked

Arzi Larga Ghupta, S.Ked

Pembimbing:

dr. Eka Intan, SpA

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FK UNSRI

DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK RSMH PALEMBANG

2014

Page 2: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 2/19

TELAAH KRITIS JURNAL

1.  Judul Artikel Jurnal :

 First Urinary Tract Infection in Neonates, Infants and Young Children:

Comparative Study

2.  Gambaran Umum

a.  Latar Belakang

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi yang paling

sering terjadi pada anak, dan prevalensinya sangat dipengaruhi oleh jenis

kelamin dan usia. ISK sering terjadi pada neonatus dan bayi, dengan

 prevalensi yang dilaporkan dari 0,1 sampai 1% pada neonatus, dan

meningkat menjadi 14% dan 5,3% pada neonatus dengan demam dan bayi.

Bakteriuria terdeteksi 0,3% sampai 0,4% dari bayi asimptomatik yang

dipilih secara acak. Selama periode neonatus dan bulan-bulan pertama

kehidupan terdapat pengaruh prevalensi ISK untuk jenis kelamin, yang

sejalan menurun dengan bertambahnya usia. Faktor predisposisi ISK

mencakup obstruksi kongenital, disfungsi katup ureterovesica, phimosis,

 belum maturnya atau menurunnya pertahanan tubuh terhadap patogen

yang dapat memasuki saluran kemih.

Meskipun neonatus memperlihatkan prevalensi ISK yang lebih

 besar dibandingkan dengan bayi / anak dan neonatus meningkatkan

kerentanan ginjal untuk terjadinya ISK,  namun hanya ada sedikit

 penelitian mengenai ISK selama periode neonatal. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk membandingkan temuan klinis, laboratorium dan temuan

 pencitraan pada neonatus dan bayi yang dirawat di rumah sakit untuk

mendokumentasikan kejadian ISK serangan pertama.

 b.  Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan temuan

klinis, laboratorium dan temuan pencitraan pada neonatus dan bayi yang

Page 3: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 3/19

dirawat di rumah sakit untuk mendokumentasikan kejadian ISK serangan

 pertama.

c. 

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak dari

Januari 1998 sampai Desember 2005 

d.  Metode

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : (a) tidak ada riwayat

ISK, (b) tidak ada pengobatan antibiotik sebelum sampel urin diperoleh

untuk biakkan, (c) demam (≥38°C) dan atau peningkatan C-reactive

 protein (CRP) atau laju endap darah (LED) pada pasien di luar periode

neonatal, (d) sampel urin untuk kultur kuantitatif yang diperoleh dari

kateterisasi kandung kemih atau aspirasi kandung kemih suprapubik, (e)

 pertumbuhan spesies bakteri tunggal di dalam kultur urin, (f) usia pasien

<24 bulan dan (g) pelaksanaan ultrasonografi untuk saluran kemih,

voiding cystourethrography (VCUG) dan skintigrafi ginjal dengantechnetium-99 m Dimercapto-succinic acid (99mTc-DMSA). 99mTc-

DMSA skintigrafi ginjal dilakukan pada semua pasien paling lambat 2

minggu setelah diagnosis. Studi pencitraan lain (radionuklida Mag-3 F0

nephrogram dan / atau urografi intravena) dilakukan jika dicurigai

kelainan saluran kemih. Dari 841 pasien terdapat 545 pasien yang

dieksklusikan karena tidak memenuhi satu atau lebih kriteria inklusi.

Tanda dan gejala klinis yang ditemukan, patogen yang diisolasi dalam

 biakkan urin, parameter laboratorium (termasuk jumlah sel darah putih

(WBC), jumlah trombosit, LED, konsentrasi CRP dan urinalisis

mikroskopik) dianalisis pada 296 pasien dan dibandingkan antara

kelompok neonatus dan kelompok bayi / anak-anak. Kultur urine

kuantitatif dan pemeriksaan mikroskopis dari spesimen urin dilakukan

seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Page 4: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 4/19

  Cystograms diperoleh berdasarkan teknik radiografi dengan bahan

kontras iodin dan dievaluasi dengan menggunakan sistem penilaian

internasional.  Renal parenchyma radionuclide scintigraphy menggunakan

99mTc-DMSA dilakukan sesuai dengan guidelines dari  European

 Association of Nuclear Medicine  untuk   skintigrafi ginjal. Scan ginjal

dengan 99mTc-DMSA dianggap abnormal untuk lesi akut ketika satu atau

lebih area fokal mengalami penurunan uptake kortikal atau penurunan

uptake difus dalam 99mTc-DMSA dan bentuk luar ginjal dipertahankan.

Pasien dengan lesi akut dalam scanning ginjal dengan 99mTc DMSA

dianggap memiliki pielonefritis akut.

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 12.0

(SPSS Inc, USA). Uji chi-square dengan koreksi kontingensi, Fisher ’s

exact test, Mann –Whitney U test dan unpaired t-test digunakan untuk

 penentuan statistik.

e. 

Hasil

Pasien dibagi dalam dua kelompok: (a) kelompok "neonatus", yang

termasuk 62 pasien yang berusia dibawah 30 hari dan (b) kelompok "bayi /

anak-anak" yang terdiri dari 234 pasien, yang termasuk usia 30 hari sampai

usia 24 bulan. Terdapat 181 bayi (1 bulan sampai 12 bulan) dan 53 anak

(13 bulan sampai 24 bulan). Semua neonatus cukup bulan dan sebelumnya

tidak pernah dirawat di rumah sakit untuk kondisi apapun.

Di antara 296 pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini, 166

(56%) adalah laki-laki dan 130 (44%) adalah perempuan. Terdapat 51

(82%) laki-laki dan 11 (18%) anak perempuan di antara 62 neonatus dan

115 (49%) laki-laki dan 119 (51%) anak perempuan di antara 234 bayi /

anak-anak (odds ratio 4,8, 95% confidence interval 2,4 sampai 9,7). Tak

satu pun dari neonatus laki-laki dalam penelitian ini telah disirkumsisi.

Usia rata-rata episode ISK serangan pertama, pada neonatus

laki-laki dan wanita masing-masing adalah 19,5 hari dan 18,0 hari, (z =

-0,27, P = 0.79), sedangkan pada bayi laki-laki dan perempuan / anak-

Page 5: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 5/19

  anak adalah 4 bulan dan 8,5 bulan. Masing-masing, terdapat

 perberbedaan signifikan secara statistik (z = -5,6, P <0,0001).

Bakteri terisolasi yang paling sering di antara 296 pasien adalah E.

coli (72,6%) diikuti oleh Proteus mirabilis, Klebsiella pneumoniae,

Klebsiella oxytoca, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa,

Enterobacter aerogenes dan Morganella morganii. Bakteri Gram-positif

yang diisolasi hanya pada dua neonatus dan lima bayi. Analisis statistik

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan, sehubungan dengan

spesies bakteri yang diisolasi dalam kultur urine, diantara neonatus dan

 bayi / anak-anak (P = 0.39). E. coli adalah patogen dominan dan tumbuh di

72,6% dari kultur urin, baik pada neonatus dan bayi / anak-anak. Tingkat

signifikan lebih rendah dari E. coli yang menginduksi ISK diamati pada

anak laki-laki dari pada anak perempuan, yaitu, anak laki-laki secara

signifikan lebih sering terkena bakteri Gram-negatif selain E. coli

dibandingkan anak perempuan (x2 = 10.22, P = 0,0022). ISK akibat

 bakteri gram negatif selain E. coli lebih sering pada anak laki-laki dari

 pada anak perempuan pada semua kelompok umur.

 Neonatus lebih sering muncul demam dengan temperatur yang

tidak tinggi (ringan) yang berlangsung singkat, sedangkan bayi / anak-

anak sering dengan suhu yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama.

Demam menghilang segera setelah pengobatan; durasinya secara signifikan

lebih pendek pada neonatus dibandingkan pada bayi / anak-anak.

Berlangsung lebih dari 3 hari pada 14 dari 234 bayi / anak-anak.

Selanjutnya, neonatus dengan ISK sering memiliki gejala non-spesifik

seperti sulit makan, ikterus, letargi, dan grunting. Tidak ada perbedaan yang

signifikan untuk hitung WBC, ESR, konsentrasi CRP, atau urinalisis

mikroskopis antara neonatus dan bayi / anak-anak (P> 0,05).

ISK untuk serangan pertama, tidak ada perbedaan signifikan secara

statistik dalam kejadian refluks, kelainan saluran kemih selain refluks atau

 pielonefritis pada neonatus dan bayi / anak-anak. Pada perbandingan

neonatus, bayi di luar periode neonatal (1 bulan sampai 12 bulan) dan anak-

Page 6: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 6/19

anak (13 bulan sampai 24 bulan) menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan dalam kejadian refluks, kelainan saluran kemih selain refluks

atau pielonefritis; Namun, ada sedikit penurunan dalam tingkat refluks

(24%, 21% dan 17%, masing-masing) dan sedikit peningkatan dalam

tingkat pielonefritis (39%, 39% dan 43%, masing-masing) dengan

 bertambahnya usia.

Refluks vesicoureteral (VUR) terdeteksi pada 14 dari 51 (27%)

neonatus laki-laki dan satu dari 11 neonatus perempuan (Fisher exact test P

= 0.27). Pada kelompok bayi / anak-anak ada 22 dari 115 (19%) anak laki-

laki dan 25 dari 119 (21%) anak perempuan dengan refluks (x2 = 0,038, P

= 0,845). Dari 62 pasien dengan refluks, 29 dengan refluks bilateral (24

 bayi / anak-anak dan lima neonatus) dan 33 dengan refluks unilateral (23

 bayi dan sepuluh neonatus). terdapat 20 refluks ureter pada neonatus (dua

grade II, delapan grade III, tiga grade IV dan tujuh grade V) dan 71 pada

 bayi / anak-anak (lima grade I, 22 grade II, 23 grade III, 16 grade IV dan

lima grade V). Refluks berat (grade III atau lebih) dalam satu ureter

terdapat pada 30 pasien (sepuluh neonatus dan 20 bayi / anak-anak),

sedangkan dua reflux ureter berat terdapat pada 16 pasien (empat neonatus

dan 12 bayi / anak-anak). Peningkatan keparahan VUR tidak berhubungan

dengan penyakit bilateral (x2 = 0.00, P> 0.999).

Kelainan saluran kemih muncul dengan frekuensi yang sama antara

neonatus, bayi / anak-anak berjenis kelamin pria dan wanita. Kelainan

saluran kemih terdeteksi empat dari 51 (8%) laki-laki dan satu dari 11

neonatus perempuan (Fisher exact test P> 0.999). Pada kelompok bayi /

anak-anak, 11 dari 115 (10%) anak laki-laki dan sembilan dari 119 (8%)

 perempuan memiliki kelainan saluran kemih (P = 0,754). Tingkat

keseluruhan kelainan saluran kemih adalah 9% untuk anak laki-laki dan 8%

untuk anak perempuan (P = 0.84). Kelainan saluran kemih: derajat variabel

hidronefrosis pada 13 pasien, uretero-hidronefrosis satu, pelvocaliectasis

empat, double collecting system sembilan, posterior urethral valve dua dan

divertikula kandung kemih dua. Empat pasien memiliki dua atau lebih

Page 7: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 7/19

kelainan secara bersamaan. Congenital dysplastic kidneys terdeteksi pada

satu neonatus dan empat bayi / anak-anak (dua laki-laki dan tiga

 perempuan). VUR grade IV atau V terdapat di sisi homolateral dari empat

 pasien dengan ginjal displastik, dan uretero-hidronefrosis, satu.

Pielonefritis lebih sering terjadi pada neonatus dan bayi / anak

 perempuan. meskipun perbedaan antara neonatus tidak signifikan secara

statistik. Pielonefritis terdapat pada 19 dari 51 (37%) laki-laki dan lima dari

11 neonatus perempuan (Fisher exact test P = 0.74). Pada kelompok bayi /

anak-anak ada 37 dari 115 (32%) anak laki-laki dan 57 dari 119 (48%)

 perempuan dengan pielonefritis (P = 0.020). Secara keseluruhan, 34% dari

anak laki-laki dan 47% anak perempuan dengan pielonefritis (P = 0.038).

Selain itu, pielonefritis terdeteksi pada 40 (65%) dari 62 pasien dengan

VUR (dalam sembilan dari 15 neonatus dan 31 dari 47 bayi / anak-anak)

dan 78 (33%) dari 234 pasien tanpa VUR (dalam 15 dari 47 neonatus dan

63 dari 187 bayi / anak-anak) (P <0,0001). Selain itu, 21 (84%) dari 25

 pasien dengan kelainan saluran kemih selain refluks (empat dari lima

neonatus dan 17 dari 20 bayi / anak-anak) dengan lesi pyelonephritic,

sedangkan hanya 97 (36%) dari 271 pasien tanpa kelainan saluran kemih

memiliki lesi ginjal (dua puluh dari 57 neonatus dan 77 dari 214 bayi /

anak-anak) (P <0,0001).

 Neonatus dengan refluks secara statistik lebih sering terinfeksi oleh

 bakteri Gram-negatif selain E. coli daripada neonatus tanpa refluks, E. coli

adalah bakteri dominan (Fisher exact test P = 0.0008). Bakteri Gram-

negatif selain E. coli yang diisolasi pada neonatus dengan refluks yaitu K.

 pneumoniae enam, P. mirabilis dua dan P. vulgaris dalam satu kasus. Satu

neonatus dengan refluks memiliki uretral valve sebagai malformasi

tambahan.

Pada bayi / anak-anak dengan atau tanpa refluks bakteri dominan

adalah E. coli (x2 = 0.88, P = 0.35), meskipun dominan hanya sedikit

 bakteri Gram-negatif selain E. coli diamati pada pasien VUR (Tabel 4).

 Namun, enam dari 13 bayi / anak-anak dengan refluks berat (bilateral reflux

Page 8: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 8/19

grade III atau lebih) bakteri gram negatif selain E. coli diidentifikasi. Tabel

4 menunjukkan bahwa agen penyebab pielonefritis pada neonatus lebih

sering jenis bakteri gram-negatif selain E. coli (tidak signifikan secara

statistik) dan spesies bakteri yang diisolasi pada neonatus dan bayi / anak-

anak dengan atau tanpa kelainan urologi selain refluks tidak berbeda secara

signifikan (P> 0,05).

Pengobatan pada semua pasien dimulai sebelum hasil kultur urin

diperoleh, diikuti dengan adaptasi terhadap tes kerentanan antibiotik.

Digunakan kombinasi ampisilin dan aminoglikosida atau generasi ke3

sefalosporin (cefotaxime atau ceftriaxone) diikuti dalam banyak kasus oleh

antibiotik oral, biasanya cefixime. Kerentanan terhadap ampisilin,

aminoglycosida dan sefalosporin generasi ketiga masing-masing adalah

51%, 98% dan 96%. Semua pasien kecuali dua pasien, mendapat

setidaknya satu dari agen ini dan tidak membutuhkan perubahan antibiotik.

Dua pasien dengan antibiotik diganti menjadi imipenem-cilastatin,

 berdasarkan profil kerentanan. Neonatus menerima antibiotik, secara total,

selama rata-rata ± SD dari 13,9 ± 4,1 hari (kisaran 9 hari sampai 24 hari)

dan secara intravena untuk 10,9 ± 2,8 hari (kisaran 5 hari sampai 22 hari).

Bayi diobati dengan antibiotik untuk total 14,8 ± 4,3 hari (kisaran 7 hari

sampai 28 hari) dan intravena untuk 9,6 ± 3,3 (kisaran 0-24 hari) hari.

Semua pasien, neonatus dan bayi / anak-anak, cepat berespon terhadap

terapi antibiotik.

f. 

Diskusi

Dari data diatas menunjukkan bahwa infeksi saluran kemih pada

neonatus memiliki perbedaan penting dibandingkan dengan infeksi saluran

kemih pada bayi dan anak-anak. Hal ini juga ditetapkan bahwa infeksi

saluran kemih selama periode neonatal dan bayi muda memiliki prevalensi

 bermacam-macam yang dibandingkan dengan bayi muda dan anak-anak,

dengan dominan laki-laki. Wettergren et al. mengamati bahwa anak-anak di

 bawah usia 2 bulan, bakteriuria secara signifikan lebih sering terjadi pada

Page 9: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 9/19

anak laki-laki dari pada anak perempuan, sedangkan, ketika anak-anak

 berusia antara 6 bulan dan 12 bulan frekuensi bakteriuria lebih tinggi pada

anak perempuan. Anak perempuan dengan usia < 2 bulan lebih rentan

terhadap ISK daripada anak laki-laki. Hasil ini menunjukkan anak laki-laki

dominan mengalami ISK selama periode neonatal namun rasio hampir

sama antara anak laki-laki untuk anak perempuan selama masa bayi dan

masa anak- anak.

Peningkatan insiden refluks dan kelainan saluran kemih pada anak

laki-laki selama periode neonatal telah dilaporkan sebagai alasan penting

 Namun, pada penelitian ini kejadian refluks sama antara neonatus pria dan

wanita serta pada bayi laki-laki dan perempuan / anak-anak, meskipun

 jumlah neonatus perempuan rendah. Selain itu, tidak ada perbedaan yang

signifikan secara statistik yang ditemukan antara neonatus dan bayi laki-

laki dan perempuan / anak-anak tentang kejadian kelainan saluran kemih

selain refluks. Hal ini sesuai dengan penelitian Clepper et al. yang juga

melaporkan kejadian refluks pada neonatus laki-laki dan perempuan sama.

Jantunen et al juga menyatakan bahwa kejadian kelainan saluran kemih

secara signifikan sama antara bayi laki-laki dan perempuan yang lebih tua

dari 1 bulan. Hasil ini menunjukkan bahwa kejadian ISK lebih dominan

terjadi pada laki-laki selama periode neonatal. Phimosis menjadi faktor

 predisposisi penting untuk ISK pada neonatus laki-laki. Tak satu pun dari

neonatus laki-laki dalam penelitian ini telah disirkumsisi.

Pada penelitian ini, tingkat VUR adalah 24% pada neonatus dan 20%

 pada bayi / anak-anak. Sementara itu, tingkat kelainan saluran kemih adalah

8% pada neonatus dan 9% pada bayi / anak-anak yang menderita ISK

serangan pertama. Hal ini sesuai dengan penelitian Wang et al., Gerard et

al., dan Clepper et al., yang melaporkan refluks atau malformasi saluran

kemih terjadi sebesar 20%-33% pada neonatus. Hasil ini menunjukkan

 bahwa peningkatan insiden ISK selama bulan-bulan pertama kehidupan

 bukan karena peningkatan terjadinya refluks dan kelainan saluran kemih.

Page 10: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 10/19

 Namun, hal ini berlawanan dengan penelitian lain yang melaporkan bahawa

tingkat VUR sekitar 50% pada neonatus dengan bakteriuria atau ISK.

Demam adalah gejala utama pada neonatus dan bayi / anak-anak

dengan ISK, dan turunnya demam adalah penanda klinis yang penting

untuk menandakan adanya perbaikan. Meskipun terjadinya demam pada

 bayi baru lahir dan bayi / anak-anak tidak berbeda secara signifikan, namun

demam pada bayi / anak-anak secara signifikan lebih tinggi dan lebih lama

dibandingkan pada bayi baru lahir. Waktu sampai terjadinya apyireksia

 pada neonatus adalah 0,7 hari dan pada bayi / anak-anak 1,2 hari. Namun,

durasi yang lebih singkat pada neonatus yang demam mungkin disebabkan

akibat kecemasan dan kewaspadaan orang tua baru yang memberi

 perawatan kepada neonatus lebih cepat daripada bayi / anak-anak. Terdapat

 perbedaan yang signifikan dalam durasi demam setelah awal pengobatan

antara penelitian Bachur dan penelitian Dayan et al. Perbedaan ini terjadi

akibat populasi diteliti berbeda atau cara pengukuran temperatur yang

 berbeda-beda. Selain itu, gejala non-spesifik, seperti susah makan, letargi,

grunting dan ikterus, muncul lebih sering pada bayi baru lahir dibandingkan

 pada bayi / anak-anak.

Dalam sebuah penelitian terbaru dilaporkan bahwa bakteri Gram-

negatif selain E. Coli jarang ditemui pada ISK. Pada penelitian ini kultur

urine dengan bakteri Gram-negatif selain E. coli tumbuh terutama pada

 bayi laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Jantunen et al. yang juga

menemukan bahwa bakteri E. coli selain menyebabkan pielonefritis akut

secara signifikan lebih sering pada anak laki-laki dari pada anak perempuan.

Selain itu patogen dalam kultur urin selain E. coli merupakan faktor risiko

untuk adanya kelainan saluran kemih yang signifikan, terutama VUR, pada

 bayi yang lebih tua dari 1 bulan dan lebih muda dari 24 bulan. Selain itu,

Honkinen et al. Melaporkan bahwa, ISK serangan pertama pada anak-anak

disebabkan oleh Klebsiella atau spesies enterokokus, namun tingkat VUR

hampir dua kali lipat pada mereka yang terinfeksi oleh E. coli. Pada

 penelitian ini bakteri gram negatif selain E. Coli lebih sering ditemukan

Page 11: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 11/19

 pada bayi / anak-anak yang lebih tua dari 1 bulan dengan VUR grade

apapun, tetapi perbedaannya secara statistik tidak signifikan. Namun, pada

 bayi / anak-anak dengan refluks dilatasi refluks, bakteri Gram-negatif selain

E. coli mendominasi. Hal ini sesuai dengan temuan dari studi dari Hansson

et al. yang telah menunjukkan bahwa infeksi disebabkan oleh bakteri non-

E. coli di 6% dari anak-anak tanpa VUR, 7% dengan nilai VUR grade I- II

dan 22% dengan grade VUR III-V. Dalam penelitian ini, dari semua

neonatus dengan VUR tidak ada kelainan saluran kemih lain kecuali satu

orang neonatus, namun bakteri Gram-negatif selain E. coli mendominasi.

Meskipun jumlah neonatus rendah, perbedaannya signifikan secara statistik,

menunjukkan bahwa hasil positif dalam kultur urin neonatus dengan bakteri

Gram-negatif selain E. coli merupakan faktor risiko untuk VUR. Temuan

ini sesuai dengan peneilitian dari Clepper et al , yang melaporkan bahwa

VUR didiagnosis empat kali lebih tinggi pada neonatus dengan ISK yang

disebabkan oleh spesies yang Klebsiella dibanding E.coli

Beberapa penelitian mengevaluasi hubungan usia dan temuan kelainan

scan ginjal DMSA. Menurut Tappin et al. dan Ditchfield et al.

menunjukkan bahwa anak-anak usia di bawah 2 tahun lebih mungkin untuk

memiliki temuan abnormal pada scan ginjal DMSA daripada anak-anak

yang lebih tua. Namun, kelainan scan ginjal lebih sering ditemukan pada

anak-anak >1 tahun dibandingkan dengan mereka yang lebih muda, dimana

 populasi penelitian ini hanya dibatasi untuk anak-anak ISK dengan

demam. Pada penelitian ini neonatus dan bayi / anak-anak (<24 bulan)

memiliki frekuensi yang sama untuk lesi pyelonephritic selama ISK

serangan pertama, didokumentasikan oleh scanning ginjal dengan 99mTc-

DMSA, meskipun ada sedikit peningkatan kejadian pielonefritis dengan

 bertambahnya usia. Penelitian ini memasukkan neonatus simtomatik dan

 bayi / anak-anak dengan demam dan atau konsentrasi CRP dan LED

meningkat. Penelitian ini juga menunjukan bahwa lesi pyelonephritic lebih

sering terjadi pada wanita dibandingkan pada laki-laki (signifikan secara

Page 12: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 12/19

statistik) meskipun jenis kelamin tidak memiliki perbedaan yang signifikan

 pada penelitian lain

Scanning ginjal dengan 99mTc-DMSA selama ISK serangan pertama

menunjukkan lesi ginjal pyelonephritic pada 39% dari neonatus dan 40%

 bayi / anak-anak. Kerusakan ginjal terdeteksi lebih sering pada pasien

dengan VUR atau kelainan pada saluran kemih. Hal ini sesuai dengan

temuan Caione et al. yang menemukan bahwa VUR umumnya terkait

dengan kerusakan ginjal dan penurunan fungsi parenkim yang semakin

menurun sesuai dengan tingkat keparahan VUR. Selain itu, scanning ginjal

dengan 99mTc-DMSA selama ISK serangan pertama mengungkapkan

 bahwa lima pasien dengan high-grade refluks atau uretero-hidronefrosis

memiliki ginjal displastik.

Perjalanan penyakit pada semua pasien neonatus dan bayi / anak-

anak dengan ISK serangan pertama tidak rumit, dan tidak satupun dari

 pasien yang dipindahkan ke perawatan lebih tinggi

g.  Kesimpulan

Penelitian ini mengevaluasi karakteristik dasar neonatus dan bayi /

anak yang dirawat di rumah sakit dengan ISK serangan pertama. Terdapat

 banyak kemiripan penting antara ISK pada neonatus dan pada bayi / anak,

seperti : patogen yang sama, kejadian sebanding pielonefritis, refluks dan

kelainan saluran kemih lainnya, serta outcome dari penyakit. Di sisi lain,

terdapat perbedaan yang signifikan, seperti peningkatan kejadian ISK, laki-

laki mendominasi, tanda dan gejala lebih ringan pada periode neonatus, dan

 peningkatan terjadinya bakteri Gram-negatif selain E. coli pada neonatus

dengan refluks. Studi pencitraan setelah kejadian ISK serangan pertama

dianjurkan, terutama jika terinfeksi bakteri selain E. coli untuk mendeteksi

kelainan saluran kemih dan kerusakan ginjal.

Page 13: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 13/19

3. 

Telaah Kritis

Berdasarkan jurnal Critical Appraisal on Journal of Clinical Trials:2012,

critical appraisal merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti

(evidence-based medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara

cermat dan sistematis suatu artikel penelitian untuk menentukan reabilitas,

validitas, dan kegunaannya dalam praktik klinis. Komponen utama yang

dinilai dalam critical appraisal adalah validity, importancy, dan

applicability. Tingkat kepercayaan hasil suatu penelitian sangat

 bergantung dari desain penelitian dimana uji klinis menempati urutan

tertinggi. Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian

dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi.

Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya

dalam menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak

digunakan sebagai referensi.

Evaluasi Jurnal

Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari

komponen pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi. Masing-masing

komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan

apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai

referensi.

a. 

Latar Belakang

Komponen-komponen yang harus dipenuhi pada latar belakang jurnal

antara lain:

Page 14: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 14/19

 

Secara garis besar, latar belakang jurnal ini telah memenuhi

komponen-komponen yang harusnya terpapar dalam latar belakang. Pada

latar belakang jurnal, telah dijelaskan bahwa belum ada data mengenai

 penelitian sejenis. Pada jurnal tidak dipaparkan hipotesis penelitian

namun sudah dipaparkan mengenai tujuan dari penelitian.

 b.  Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitan ini sudah cukup baik karena peneliti telah

memaparkannya secara jelas dilakukannya penelitian ini, yaitu untuk

membandingkan klinis, laboratorium dan temuan pencitraan pada neonatus

dan bayi yang dirawat di rumah sakit untuk mendokumentasikan kejadian

ISK untuk yang pertamakalinya.

c.  Metode Penelitian

Page 15: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 15/19

 

Pada metode jurnal djelaskan secara detail mengenai populasi dan

sampel serta kriteria inklusi namun kriteria eksklusi tidak dijelaakan secara

rinci. Pada jurnal ini disebutkan mengenai desain penelitian namun peneliti

tidak menjelaskan secara detail desain penelitian yang akan dilakukan,

cara mengolah data, metode analisis data. Variabel yang akan digunakan

Page 16: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 16/19

dalam penelitian ini cukup jelas dipaparkan namun tidak menjelaskan

secara detail pembagiannya.

d.  Hasil Penelitian

Hasil penelitian dalam jurnal ini, telah memenuhi komponen-komponen

yang harus ada dalan hasil penelitian jurnal. Dalam hasil penelitian, telah

dipaparkan jumlah dan persentasi masing-masing variabel, apakah data di

 bandingkan dengan data yang didapatkan sebelumnya, bagaimana hasil

keluaran, apakah angka yang didapat signifikan secara statistik.

e.  Diskusi

Pada jurnal, terdapat hasil penelitian, perbandingan dengan penelitian

sebelumnya dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Page 17: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 17/19

 

Penilaian VIA (Validity, Importancy, Applicability)

I.  Study validity

Research question

--Is the research question well-defined that can be answered using this study

design?

Ya, penelitian dengan menggunakan design penelitian pada jurnal ini dapat

menjawab tujuan dari dilakukannya penelitian.

 Does the author use appropriate methods to answer their questions?

Ya, peneliti menggunakan metode deskriptif analitik yang dapat menjawab tujuan

dari penelitian.

 Is the data collected in accordance with the purpose of research?

Ya sesuai, karena data yang dikumpulkan melalui rekam medik dapat menjawab

tujuan dari penelitian.

Randomization

--Was the randomization list concealed from patients, clinicians and researchers?

Ya, pada jurnal disebutkan bahwa peneliti mengambil data dari rekam medik oleh

karena itu sampel pada penelitian ini tidak diketahui oleh pasien, klinisi, maupun

 peneliti itu sendiri.

Interventions and co-interventions

--Were the performed interventions described in sufficient detail to be followed by

others?

Page 18: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 18/19

Pada penelitian ini tidak ada intervensi dari peneliti karena peneliti

menggunakan data dari rekam medik.

--Other than intervention, were the two groups cared for in similar way of

treatment?

Tidak ada intervensi dalam perlakuan terhadap kedua kelompok karena peneliti

menggunakan data dari rekam medik.

II. Applicability

Using results in your own setting

--Are your patient so different from those studied that the results may not apply to

them?

Tidak, karena untuk menegakkan diagnosis ISK terlebih dahulu dari anamnesis,

 pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium yang sesuai dengan penelitian

ini seperti demam, gejala simptomatis lain dan temuan lab yang khas dan jika

diperlukan menggunakan pemeriksaan penunjang lainnya.

--Is your environment so different from the one in the study that the methods could

not be use there?

Ya, karena untuk menegakkan diagnosis ISK cukup berdasarkan anamnesis,

temuan klinis, temuan laboratorium. Pemeriksaan penunjang yang digunakan

adalah USG dan MSU rutin, dan bila perlu dilakukan pemeriksaan sintigrafi

radionuklid atas indikasi tertentu. 

III. Importance

--Is this study important?

Page 19: Telaah Jurnal Fix

8/10/2019 Telaah Jurnal Fix

http://slidepdf.com/reader/full/telaah-jurnal-fix 19/19

Ya, penelitian ini penting karena hasil penelitian ini dapat membantu dokter

untuk mempertimbangkan diagnosis ISK pada neonatus, bayi, dan anak

 berdasarkan epidemiologi, temuan klinis dan temuan laboratorium.

Kesimpulan : Penelitian pada jurnal ini Valid, Important dan Applicable.