telaah jurnal medscape (1)

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kajian kritis terhadap bukti sangat penting dilakukan untuk mengetahui isi setiap makalah atau jurnal. Dalam epidemiologi klinik, kemampuan mengkaji suatu penelitian sangat diperlukan karena ketidakmampuan dalam hal tersebut dapat menyebabkan salah persepsi terhadap hasil suatu penelitian. Telaah kritis jurnal merupakan hal yang sangat diperlukan sebelum informasi yang kita peroleh dari jurnal tersebut dapat kita terapkan karena tidak semua jurnal/makalah valid dapat diterima sebagai tambahan ilmu pengetahuan. Dalam pendidikan kedokteran, membaca jurnal ilmiah adalah suatu metode yang sangat efektif untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Tujuan akhir membaca jurnal ilmiah bagi seorang dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan adalah untuk menerapkan hasil penelitian kepada pasiennya. Hal ini merupakan suatu pendekatan yang disebut “evidence based medicine”. Agar dalam membaca jurnal ilmiah, dokter sebagai klinikus dapat memperoleh manfaat yang sebesar- besarnya, setiap dokter harus membekali diri dengan pemahaman yang memadai tentang metodologi penelitian. Jika seorang dokter membaca laporan ilmiah tanpa 1

Upload: otchiputri

Post on 28-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

bbb

TRANSCRIPT

Page 1: Telaah Jurnal Medscape (1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kajian kritis terhadap bukti sangat penting dilakukan untuk mengetahui isi

setiap makalah atau jurnal. Dalam epidemiologi klinik, kemampuan mengkaji

suatu penelitian sangat diperlukan karena ketidakmampuan dalam hal tersebut

dapat menyebabkan salah persepsi terhadap hasil suatu penelitian. Telaah kritis

jurnal merupakan hal yang sangat diperlukan sebelum informasi yang kita peroleh

dari jurnal tersebut dapat kita terapkan karena tidak semua jurnal/makalah valid

dapat diterima sebagai tambahan ilmu pengetahuan. Dalam pendidikan

kedokteran, membaca jurnal ilmiah adalah suatu metode yang sangat efektif untuk

memperoleh pengetahuan yang baru. Tujuan akhir membaca jurnal ilmiah bagi

seorang dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan adalah untuk menerapkan

hasil penelitian kepada pasiennya. Hal ini merupakan suatu pendekatan yang

disebut “evidence based medicine”.

Agar dalam membaca jurnal ilmiah, dokter sebagai klinikus dapat

memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, setiap dokter harus membekali diri

dengan pemahaman yang memadai tentang metodologi penelitian. Jika seorang

dokter membaca laporan ilmiah tanpa melakukan telaah kritis, berarti ia tidak

mengetahui kelemahan penelitian. Dengan konsekuensi, ia mengadopsi

kesimpulan penelitian yang salah tersebut. Dapat kita bayangkan bila dokter

kemudian menerapkan pengetahuan yang keliru.

Dalam rangka mengaplikasikan cara menelaah jurnal ilmiah, kami memilih

artikel jurnal dengan judul “Is The Beck Anxiety Inventory a Good Tool to Assess

the Severity of Anxiety?” Kami menelaah artikel tersebut dari sudut pandang

evidence based medicine sebelum diterima sebagai tambahan ilmu pengetahuan.

1

Page 2: Telaah Jurnal Medscape (1)

1.2. Rumusan Masalah

Apakah artikel jurnal berjudul “Is The Beck Anxiety Inventory a Good Tool to

Assess the Severity of Anxiety?” telah memenuhi kriteria sebagai sumber yang

valid, penting dan dapat diaplikasikan pada pasien menurut telaah klinis evidence

based medicine?

1.3. Tujuan

Menentukan apakah artikel jurnal berjudul “Is The Beck Anxiety Inventory a

Good Tool to Assess the Severity of Anxiety?“ telah memenuhi kriteria sebagai

sumber yang valid, penting dan dapat diaplikasikan pada pasien menurut pedoman

telaah kritis evidence based medicine.

1.4. Manfaat

Dengan telaah kritis, untuk menentukan validitas artikel jurnal yang

berjudul “Is The Beck Anxiety Inventory a Good Tool to Assess the Severity of

Anxiety?“, maka dapat diputuskan layak atau tidaknya informasi yang terdapat

dalam jurnal tersebut untuk digunakan dalam kegiatan ilmiah atau untuk

kepentingan klinis

.

2

Page 3: Telaah Jurnal Medscape (1)

BAB II

RESUME JURNAL

2.1. Judul

Is The Beck Anxiety Inventory a Good Tool to Assess the Severity of

Anxiety? (Apakah Beck Anxiety Inventory merupakan Suatu Alat yang Baik untuk

Menilai Keparahan Kecemasan?)

2.2. Peneliti

1. Anna DT Muntingh, Netherlands Institute of Mental Health and Addiction

(Trimbos Institute), Utrecht, Belanda, EMGO Institute for Health and

Care Research (EMGO+), Amsterdam, Belanda, Department of General

Practice, VU University Medical Centre, Amsterdam, Belanda,

Department of Developmental, Clinical and Cross-cultural Psychology,

Tilburg University, Tilburg, Belanda.

2. Christina M van der Feltz-Cornelis, Netherlands Institute of Mental Health

and Addiction (Trimbos Institute), Utrecht, Belanda, The Netherlands,

Department of Developmental, Clinical and Cross-cultural Psychology,

Tilburg University, Tilburg, Belanda, Academic Psychiatry Department

GGZ Breburg, Tilburg, Belanda.

3. Harm WJ van Marwijk, EMGO Institute for Health and Care Research

(EMGO+), Amsterdam, Belanda, Department of General Practice, VU

University Medical Centre, Amsterdam, Belanda.

4. Philip Spinhoven, Institute of Psychology, Leiden University, Leiden,

Belanda, Department of Psychiatry, Leiden University Medical Centre,

Leiden, Belanda.

5. Brenda WJH Penninx, EMGO Institute for Health and Care Research

(EMGO+), Amsterdam, Belanda, Department of Psychiatry, Leiden

University Medical Centre, Leiden, Belanda, Department of Psychiatry,

3

Page 4: Telaah Jurnal Medscape (1)

VU University Medical Centre, Amsterdam, Belanda, Department of

Psychiatry, University Medical Centre Groningen, Groningen, Belanda.

6. Anton JLM van Balkom, EMGO Institute for Health and Care Research

(EMGO+), Amsterdam, Belanda, Department of Psychiatry, VU

University Medical Centre, Amsterdam, Belanda.

2.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Amsterdam, Groningen, dan Leiden, Belanda.

Waktu : September 2004 sampai Februari 2007.

2.4. Pendahuluan

Dalam pelayanan primer, banyak pasien datang dengan gejala-gejala

kecemasan, namun hal ini jarang dinilai secara sistematis. Untuk memperbaiki

manajemen kecemasan, penilaian keparahan kecemasan (dan pemantauan

selanjutnya) direkomendasikan oleh peneliti dan juga pedoman klinis. Berkenaan

dengan depresi, penggunaan indikator keparahan dalam pelayanan primer

didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pasien menghargai

penggunaan kuesioner sebagai suatu pelengkap untuk penegakan diagnosis oleh

dokter umum mereka dan sebagai bukti bahwa permasalahan mereka ditangani

secara serius. Lagipula, saat kuesioner untuk menilai keparahan digunakan, nilai

keparahan yang lebih tinggi berkaitan dengan perawatan yang lebih baik

(pemberian resep antidepresan yang lebih banyak dan peningkatan rujukan ke

pelayanan sekunder). Selain itu, di beberapa negara insentif ditawarkan ketika

instrumen yang valid digunakan dari awal dan selama pengobatan pasien yang

didiagnosis depresi. Untuk alasan yang sama, penggunaan skala keparahan untuk

menilai gejala-gejala kecemasan di pelayanan primer mungkin dianjurkan. Namun

pertama-tama kita harus menentukan kuesioner mana yang bisa digunakan sebagai

indikator keparahan dalam perawatan primer dan apa karakteristiknya.

Seperti halnya pada gangguan kecemasan berbeda dalam jenis dan gejala-

gejalanya, menilai keparahan kecemasan secara umum mungkin lebih sulit

4

Page 5: Telaah Jurnal Medscape (1)

daripada menilai keparahan depresi. Skala penilaian umum mungkin tidak cukup

spesifik untuk menilai keparahan gangguan kecemasan tertentu (yaitu gangguan

panik atau gangguan kecemasan umum). Namun, pengujian ekstensif untuk

berbagai bentuk kecemasan juga tidak dapat dilaksanakan selama konsultasi

singkat dalam pelayanan primer. Mengingat singkatnya, kesederhanaan, dan

kemampuannya untuk mengukur kecemasan umum, Beck Anxiety Inventory (BAI)

mungkin menjadi kandidat yang baik untuk digunakan sebagai indikator

keparahan. Sejak perkembangannya, BAI telah banyak digunakan untuk

penelitian klinis mengenai perawatan kesehatan mental, terutama untuk mengukur

kecemasan menyeluruh.

Bagaimanapun BAI telah diperdebatkan mengenai fokusnya terhadap

gejala fisiologis terkait gangguan panik. Hasil dari beberapa penelitian ditemukan

bahwa nilai BAI pasien dengan gangguan panik lebih tinggi daripada pasien

dengan gangguan kecemasan menyeluruh. Di sisi lain, ditemukan bahwa pasien

dengan gangguan panik dan pasien dengan gangguan kecemasan lainnya memiliki

nilai signifikan yang lebih tinggi daripada pasien tanpa gangguan kecemasan.

Hebatnya, tidak ada penelitian yang secara khusus meneliti komorbiditas

gangguan kecemasan dan bagaimana hal ini mempengaruhi skor BAI, meskipun

komorbiditas sering terjadi. Selain itu, tidak ada penelitian BAI sebelumnya yang

difokuskan pada populasi layanan primer.

Diduga kualitas lain dari BAI adalah kemampuannya untuk membedakan

kecemasan dan depresi. Meskipun pada pelayanan primer hal tersebut mungkin

kurang penting dibandingkan pengaturan penelitian, penting untuk mengetahui

apakah BAI hanya mengukur kecemasan atau BAI juga sensitif untuk gejala-

gejala depresi. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan tumpang tindihnya

substansi dari BAI dengan gejala depresi, digambarkan dengan korelasi sedang

antara BAI dan skala depresi. Dalam hal perbedaan nilai BAI pada pasien cemas

dan depresi, perbedaan besar ditemukan dalam penelitian validasi asli, tetapi

dalam dua penelitian berikutnya tidak ada perbedaan yang ditemukan. Namun

dalam penelitian ini penulis mempertanyakan hasil karena keterbatasan dalam

metodologi.

5

Page 6: Telaah Jurnal Medscape (1)

Dalam penelitian ini, kami meneliti apakah BAI mencerminkan keparahan

kecemasan pada pasien layanan primer dengan gangguan kecemasan yang

berbeda. Nilai rerata dari beberapa kelompok pasien dibandingkan: kontrol sehat,

pasien dengan satu gangguan kecemasan, pasien dengan beberapa gangguan

kecemasan, pasien dengan satu gangguan depresi, dan pasien dengan

komorbiditas kecemasan-depresi. Kelompok-kelompok diagnostik dipisahkan

menjadi pasien tanpa komorbiditas dan pasien dengan komorbiditas, untuk

memastikan homogenitas kelompok. Dihipotesiskan bahwa nilai BAI pasien

dengan gangguan kecemasan akan lebih tinggi dibandingkan nilai BAI kontrol

sehat atau pasien depresi. Pasien dengan gangguan panik diharapkan memiliki

nilai BAI yang lebih tinggi daripada pasien dalam kelompok gangguan kecemasan

lainnya. Kami juga mengharapkan nilai BAI pasien dengan gangguan

komorbiditas lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa komorbiditas.

2.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah BAI mencerminkan keparahan

kecemasan pada pasien layanan primer dengan gangguan kecemasan yang

berbeda.

2.6. Hipotesis Penelitian

1.Nilai BAI pada pasien dengan gangguan kecemasan akan lebih tinggi

dibandingkan nilai BAI pada pasien kontrol sehat atau pasien depresi.

2.Pasien dengan gangguan panik memiliki nilai BAI lebih tinggi daripada

pasien dalam kelompok gangguan kecemasan lainnya.

3.Pasien dengan gangguan komorbidas memiliki skor yang lebih tinggi

dibandingkan pasien tanpa komorbiditas.

6

Page 7: Telaah Jurnal Medscape (1)

2.7. Metode Penelitian

Peserta

Para peserta dalam penelitian ini direkrut untuk sebuah penelitian kohort

besar: Netherlands Study of Depression and Anxiety (NESDA) / Penelitian

Depresi dan Kecemasan Belanda. Dari basis sub-sampel sebanyak 1.601 pasien

layanan primer dalam kelompok penelitian kohort NESDA, kami memilih semua

pasien yang mengalami gangguan kecemasan atau gangguan depresi berdasarkan

Composite Interview Diagnostic Instrument (CIDI) WHO / Instrumen Diagnostik

Wawancara Gabungan WHO seumur hidup versi 2.1 dan pasien yang tidak

memiliki riwayat kecemasan atau depresi. Klasifikasi diagnosis DSM-IV dalam

bulan terakhir digunakan untuk memastikan gejala-gejala ini. Pasien dengan

riwayat kecemasan atau depresi, tetapi tidak ada diagnosis saat ini, dikeluarkan

dari analisis. Rerata nilai BAI pasien dengan gangguan kecemasan (N = 276) dan

pasien dengan gangguan depresi (N = 155), dibandingkan dengan rerata nilai BAI

dari kelompok kontrol pasien yang tidak memiliki riwayat gangguan kecemasan

atau depresi (N = 513). Protokol penelitian NESDA telah disetujui oleh Komite

Etika Medis VU University Medical Centre.

Prosedur

Sampel layanan primer dalam penelitian NESDA direkrut antara September

2004 dan Februari 2007 melalui 65 dokter umum yang berada di tempat yang

berbeda di Belanda (Amsterdam, Groningen, dan Leiden). Sebuah kuesioner

skrining dikirim ke 23.750 pasien antara 18 dan 65 tahun yang telah berkonsultasi

dengan dokter umum mereka dalam empat bulan terakhir. Kuesioner ini terdiri

dari Kessler - 10 ( K - 10 ), untuk menyaring gangguan afektif, dilengkapi dengan

lima pertanyaan tentang kecemasan (Extended EK - 10 K atau EK-10). EK - 10

menunjukkan sifat psikometrik yang adekuat, dengan sensitivitas .90 dan

spesifisitas .75 untuk mendeteksi gangguan kecemasan atau depresi. Peserta yang

mengembalikan EK-10 ( N = 10706 , 45,9 %) , menilai secara positif ( N = 4592 ,

43 %) , memberikan informed consent ( N = 3420 , 74 %) dan bisa dihubungi

7

Page 8: Telaah Jurnal Medscape (1)

(N = 2995 , 88 %) melakukan wawancara skrining via telepon berdasarkan bentuk

singkat bagian dari CIDI (depresi berat, dysthymia, fobia sosial , gangguan panik,

agoraphobia, dan gangguan kecemasan menyeluruh).

Pasien yang tidak bersedia untuk diwawancarai (N = 267, 9 %) , tidak fasih

berbahasa Belanda (N = 86, 3 %) atau sedang dirawat di sebuah organisasi

kesehatan mental (N = 155, 5 %) dikeluarkan. Semua pasien lain yang diskrining

positif pada skrining via telepon ( N = 1162 , 47 %) dan sampel acak dari pasien

yang diskrining negatif (N = 924) dihubungi untuk wawancara tatap muka.

Sebanyak 437 ( 24 % ) peserta tidak bersedia untuk berpartisipasi dan 39 (2 %)

tidak bisa dihubungi atau tidak fasih berbahasa Belanda, sebanyak 1.610 pasien

layanan primer akhirnya dimasukkan dalam penelitian NESDA dan

menyelesaikan penilaian awal. Rincian lebih lanjut tentang proses perekrutan

dijelaskan di bagian lain. Dari 1.610 peserta NESDA, 9 pasien yang tidak

menyelesaikan BAI dikeluarkan dari analisis. Oleh karena itu, sampel ini terdiri

dari 1.601 pasien, 617 diantaranya memiliki setidaknya satu diagnosis kecemasan

atau depresi, 471 memiliki riwayat kecemasan atau depresi, dan 513 adalah

kontrol yang tidak memiliki riwayat kecemasan atau depresi .

Penilaian

Composite Interview Diagnostic Instrument (CIDI)

Instrumen Diagnostik Wawancara Gabungan versi 2.1 adalah sebuah wawancara

yang mengklasifikasikan diagnosis psikiatri menurut DSM-IV. Instrumen

wawancara ini digunakan secara luas, yang memiliki reabilitas antar penilai yang

baik, test-retest reliabilitas yang tinggi, dan validitas yang tinggi untuk klasifikasi

gangguan depresi dan kecemasan. Wawancara CIDI dilakukan oleh asisten

penelitian yang dilatih khusus. CIDI mengklasifikasikan diagnosa yang ada di

beberapa titik kehidupan pasien (diagnosis seumur hidup), dalam setengah tahun

terakhir dan dalam satu bulan terakhir.

8

Page 9: Telaah Jurnal Medscape (1)

Beck Anxiety Inventory (BAI) 

BAI adalah daftar singkat yang menjelaskan 21 gejala kecemasan seperti

"kegoyahan kaki", "takut" dan "takut kehilangan kontrol". Responden diminta

untuk menilai berapa sering masing-masing gejala ini mengganggu mereka dalam

sepekan terakhir, pada skala mulai dari 0 (tidak sama sekali) hingga 3 (parah, aku

nyaris tidak bisa mengatasinya). Total nilai minimal 0 dan maksimal 63. Skala ini

divalidasi dalam sampel dari 160 pasien rawat jalan psikiatri dengan berbagai

kecemasan dan gangguan depresi, didiagnosis dengan Structured Clinical

Interview (wawancara klinis terstruktur) untuk DSM-III. BAI memiliki

konsistensi internal yang tinggi (Cronbachs α = .92) dan test-retest reliabilitas

lebih dari satu minggu sebesar .75.

Analisis Statistik

Semua analisis dilakukan di SPSS versi 15.0. Analisis regresi dilakukan untuk

menguji perbedaan antara nilai kelompok. Analisis ini dikoreksi untuk usia dan

jenis kelamin, karena usia didistribusikan secara berbeda atas kelompok

diagnostik dan karena pasien perempuan mimiliki nilai yang secara signifikan

lebih tinggi dibandingkan pasien laki-laki dalam total sampel. Semua variabel

dimasukkan secara bersamaan ke dalam analisis. Analisis ini diulang dengan

kelompok-kelompok yang berbeda sebagai kelompok referensi untuk dapat

membandingkan semua kelompok.

2.8. Hasil dan Pembahasan Penelitian

A. Hasil Penelitian

Statistik Deskriptif

Rata-rata usia peserta adalah 45,9 tahun dan sebagian besar pasien adalah

perempuan (68,8%). Hampir sepertiga peserta telah didiagnosis dengan gangguan

kecemasan pada bulan lalu (N = 493, 30,8%). Tabel 1 menunjukkan usia, jenis

kelamin dan diagnosis DSM-IV peserta.

9

Page 10: Telaah Jurnal Medscape (1)

Tabel 1.  Usia, jenis kelamin dan diagnosis DSM-IV peserta (N = 1601)

Banyak pasien dengan diagnosis gangguan kecemasan memiliki

setidaknya satu komorbiditas gangguan kecemasan. Persentase pasien dengan

komorbiditas gangguan kecemasan bervariasi dalam kelompok diagnostik:

komorbiditas kecemasan tertinggi pada pasien dengan gangguan panik atau

gangguan kecemasan menyeluruh (54%) diikuti pasien dengan fobia sosial (51%)

dan pasien dengan agoraphobia sendiri (35%). Hampir setengah (41%) dari pasien

dengan gangguan kecemasan juga menderita gangguan depresi, sedangkan 62%

10

N %

Peserta 1601

Usia (rentang) 45.8 (18–65)Jenis Kelamin Perempuan 1102 68.8%Gangguan Kecemasan 493Usia (rentang) 45.7 (18–65)Jenis Kelamin Perempuan 346 70.2%   Fobia sosial* 68 13.8%   Gangguan panik dengan agoraphobia* Gangguan panik tanpa agoraphobia* Agoraphobia* Gangguan kecemasan menyeluruh* Gangguan kecemasan*Komorbiditas kecemasan dan depresi*Gangguan DepresiUsia (rentang)Jenis Kelamin Perempuan   Dysthymia* Depresi mayor* Gangguan depresi*Komorbiditas depresi dan kecemasan*Pasien dengan riwayat kecemasan dan depresiKontrol (tanpa riwayat kecemasan atau depresi)

4228423476203327

46.2 (18–64)2238

10115203471

531

8.5%5.7%8.5%6.9%15.4%41.2%

68.2%2.4%30.9%4.6%62.1%29.4%

32.0%

Page 11: Telaah Jurnal Medscape (1)

dari pasien dengan gangguan depresi juga didiagnosis dengan gangguan

kecemasan.

Gangguan Kecemasan

Tabel 2 menunjukkan rerata nilai BAI dari kelompok kontrol (tidak ada

riwayat kecemasan dan depresi), pasien dengan satu gangguan kecemasan dan

pasien dengan beberapa gangguan kecemasan. Pasien dengan komorbiditas

depresi dikeluarkan dari analisis ini (n = 203).

Nilai pasien dengan gangguan kecemasan secara signifikan lebih tinggi daripada

kontrol (p <0,001) dan nilai pasien dengan beberapa gangguan kecemasan jauh

lebih tinggi dari semua kelompok lain (p <0.05). Rerata nilai BAI pasien dengan

gangguan panik dan agoraphobia secara signifikan lebih tinggi dari nilai rerata

pasien dengan fobia sosial (p = 0,03) atau agoraphobia saja (p <0,001).

Tabel 2. Rerata nilai BAI pasien dengan gangguan kecemasan yang berbeda

(tanpa komorbiditas depresi) dan kontrol

Diagnosis (bulan lalu) N M SD

Kontrol 513 4.09 5.06

Fobia sosial* 68 12.97 9.03

Gangguan panik dengan agoraphobia* 42 16.00 11.02

Gangguan panic tanpa agoraphobia* 28 13.04 6.61

Agoraphobia* 42 11.62 8.51

Gangguan kecemasan menyeluruh* 34 13.15 5.67

Gangguan kecemasan multipel 76 18.54 8.54

*Single anxiety disorder diagnosisMuntingh et al. BMC Family Practice 2011 12:66 doi:10.1186/1471–2296-12–66

11

Page 12: Telaah Jurnal Medscape (1)

Tabel 3. Rerata nilai BAI pasien dengan gangguan depresi, gangguan kecemasan, dan komorbiditas kecemasan-depresi

Diagnosis (bulan lalu) N M SD

Gangguan depresi 109 13.34 8.72

Gangguan kecemasan 214 13.94 8.69

Komorbiditas kecemasan-depresi 203 21.89 10.95

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien layanan primer dengan

gangguan kecemasan yang berbeda memiliki nilai yang signifikan lebih tinggi

dibandingkan pasien tanpa kecemasan atau depresi . Hasil ini menunjukkan bahwa

BAI mencerminkan pasien layanan primer secara umum. Berkenaan dengan

kelompok diagnostik yang berbeda dari gangguan kecemasan, kami

mengkonfirmasi sebagian fokus yang kuat dari BAI pada gejala panik. Pasien

dengan gangguan panik dan agoraphobia dinilai secara signifikan lebih tinggi

dibandingkan pasien dengan agoraphobia sendiri atau fobia sosial. Namun, pasien

dengan gangguan panik tanpa agoraphobia secara signifikan tidak dinilai lebih

tinggi daripada kelompok lain. Nilai tinggi pasien dengan gangguan panik dan

agoraphobia mungkin dapat dijelaskan oleh tingkat keparahan gangguan tertentu.

Dalam penelitian lain di mana BAI digunakan, perbedaan yang lebih besar

ditemukan antara kelompok pasien dengan gangguan panik dan kelompok

diagnostik lainnya. Salah satu alasan untuk perbedaan dalam temuan ini mungkin

pengaturan dimana penelitian tersebut berlangsung. Sebagian besar penelitian

sebelumnya dilakukan di pusat-pusat pengobatan untuk gangguan kecemasan,

sedangkan peserta dalam penelitian ini secara aktif direkrut dalam layanan primer,

juga termasuk pasien yang terdiagnosis sebelumnya sebagai kecemasan atau

depresi . Ada kemungkinan bahwa lebih banyak pasien layanan primer dengan

bentuk yang lebih ringan dari gangguan panik. Memang nilai rerata pasien dengan

12

Page 13: Telaah Jurnal Medscape (1)

gangguan panik dalam penelitian ini tampaknya jauh lebih rendah daripada nilai

yang dilaporkan dalam penelitian pada pasien layanan sekunder semakin

mendekati nilai pasien dengan gangguan panik dalam sampel epidemiologi. Selain

itu pada analisis penelitian ini, kelompok pasien secara khusus dipilih atas dasar

adanya komorbiditas, sehingga menghasilkan kelompok diagnostik murni. Hal ini

mungkin telah memberikan perkiraan yang lebih akurat dari nilai rerata kelompok

pasien tertentu.

Beck dkk menyatakan bahwa BAI mengukur kecemasan dan

meminimalkan tumpang tindih dengan depresi, tetapi hal tersebut tidak tercermin

dalam hasil penelitian ini. Untuk tujuan praktis , ini merupakan temuan dua sisi.

BAI tampaknya kuat untuk depresi, tetapi tidak sepenuhnya spesifik untuk

kecemasan pada populasi layanan primer. Temuan ini konsisten dengan hasil

penelitian sebelumnya yang membandingkan total nilai BAI pasien depresi dan

cemas. Steer dkk menghubungkan penemuan mereka ke tingkat komorbiditas

yang rendah dalam sampel mereka, tetapi argumen tersebut tidak menghambat

penelitian ini. Mungkin ada beberapa penjelasan mengapa pasien depresi memiliki

nilai yang hampir sama tinggi dengan pasien gangguan kecemasan. Pertama-tama,

sub-ambang kecemasan yang dialami pasien dengan gangguan depresi mungkin

telah meningkatkan nilai kecemasan mereka. Sub-ambang kecemasan tidak dinilai

dalam penelitian ini, tetapi penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa

sejumlah besar pasien depresi juga mengalami beberapa bentuk sub-ambang

kecemasan. Kedua, gangguan somatoform tidak diklasifikasikan dengan

wawancara CIDI, sementara gangguan ini lazim pada pasien layanan primer

dengan gangguan depresi, dan juga dapat menyebabkan gejala-gejala fisiologis

yang dijelaskan dalam BAI. Penjelasan ketiga mungkin bahwa kecemasan dan

depresi berbagi faktor pokok umum, sering disebut sebagai 'afek negatif '.

Terdapat perdebatan panjang tentang pertanyaan ini, menjadi semakin kuat karena

tekanan dari publikasi mendatang DSM-V dan didorong oleh prevalensi

komorbiditas antara kecemasan dan depresi dan gejala tumpang tindih pada skala

kecemasan dan depresi. Berkenaan dengan hipotesis ketiga ini, kepekaan BAI

untuk symptomatologi akan lebih berkualitas daripada kekurangan. Keempat, nilai

13

Page 14: Telaah Jurnal Medscape (1)

total untuk kuesioner laporan diri, secara umum mungkin tidak cukup tepat untuk

mengukur konstruksi yang sulit seperti kecemasan dan depresi . Ada beberapa

bukti bahwa BAI mampu membedakan antara kecemasan dan depresi ketika item

nya berbobot, seperti yang terjadi dalam analisis faktor. Namun bobot item akan

menyulitkan penggunaan BAI sedemikian rupa sehingga penggunaannya tidak

akan layak dalam layanan primer.

Kekuatan penelitian ini adalah ukuran besar dari sampel layanan primer,

didiagnosis dengan wawancara valid yang mengidentifikasi lima gangguan

kecemasan yang berbeda dan dua gangguan depresi. Karena tingginya prevalensi

komorbiditas pada pasien dengan kecemasan dan depresi, seperti sampel besar

yang diperlukan untuk membandingkan subkelompok pasien dengan kecemasan

tertentu atau gangguan depresi. Namun bahkan dalam sampel yang besar ini,

pasien dengan satu gangguan kecemasan tertentu yang langka, membatasi

kekuatan analisis. Keterbatasan lain dari analisis ini adalah distribusi miring nilai.

Meskipun kami dianggap melakukan transformasi log, kami memutuskan untuk

menggunakan nilai mentah untuk memfasilitasi interpretasi dari nilai dalam

praktik klinis .

2.9. Kesimpulan dan Saran Penelitian

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAI mencerminkan keparahan

kecemasan pada pasien layanan primer dengan gangguan kecemasan yang

berbeda. Penggunaan kuesioner seperti BAI dapat meningkatkan perawatan yang

disediakan dan diinginkan dari sudut pandang pasien layanan primer. Namun

karena penggunaan kuesioner dalam layanan primer tidak umum dilakukan, hal

tersebut harus distimulasi dengan pemberian pedoman, pelatihan dan pendidikan.

Penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk mengevaluasi kegunaan dari BAI

dalam memantau tingkat keparahan kecemasan selama pengobatan dan dari waktu

ke waktu. Selain itu, peneliti harus menetapkan kriteria untuk perbaikan dan

remisi sesuai dengan nilai BAI, pada pasien layanan primer. Ketika kuesioner

seperti BAI digunakan dalam kerangka perawatan, seperti manajemen kasus atau

14

Page 15: Telaah Jurnal Medscape (1)

perawatan kolaboratif, hal tersebut secara optimal akan membantu untuk

meningkatkan pengobatan pasien layanan primer dengan gangguan kecemasan.

2.10. Korelasi Isi Jurnal

A. Hasil Penelitian pada Jurnal

1. Hampir setengah (41%) dari pasien dengan gangguan kecemasan

juga menderita gangguan depresi, sedangkan 62% dari pasien

dengan gangguan depresi juga didiagnosis dengan gangguan

kecemasan.

2. Nilai pasien dengan gangguan kecemasan secara signifikan lebih

tinggi daripada kontrol (p <0,001) dan nilai pasien dengan

beberapa gangguan kecemasan jauh lebih tinggi dari semua

kelompok lain (p <0.05). Rerata nilai BAI pasien dengan gangguan

panik dan agoraphobia secara signifikan lebih tinggi dari nilai

rerata pasien dengan fobia sosial (p = 0,03) atau agoraphobia saja

(p <0,001).

B. Kondisi Riil Klinis atau Lapangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien layanan primer

dengan gangguan kecemasan yang berbeda memiliki nilai yang signifikan

lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa kecemasan atau depresi. Hasil ini

menunjukkan bahwa BAI mencerminkan pasien layanan primer secara

umum. Beck dkk menyatakan bahwa BAI mengukur kecemasan dan

meminimalkan tumpang tindih dengan depresi, tetapi hal tersebut tidak

tercermin dalam hasil penelitian ini. Untuk tujuan praktis, hal ini merupakan

temuan dua sisi. Namun BAI tampaknya kuat untuk depresi, tetapi tidak

sepenuhnya spesifik untuk kecemasan pada populasi layanan primer.

Penggunaan kuesioner seperti BAI dapat meningkatkan perawatan

yang disediakan dan diinginkan dari sudut pandang pasien layanan primer.

Namun karena penggunaan kuesioner dalam layanan primer tidak umum

15

Page 16: Telaah Jurnal Medscape (1)

dilakukan, hal tersebut harus distimulasi dengan pemberian pedoman,

pelatihan dan pendidikan.

2.11. Perbandingan Isi Jurnal

Terdapat pembahasan yang menjelaskan perbandingan antara isi jurnal

dengan teori atau hasil penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya.

16

Page 17: Telaah Jurnal Medscape (1)

BAB III

ANALISIS JURNAL (CRITICAL APPRAISAL)

Berikut ini disajikan pembahasan tentang telaah kritis jurnal, ditinjau dari

struktur dan kelengkapan isi makalahnya, yang kami sajikan dalam bentuk tabel:

Critical

ApprasialPoint Critical Appraisal Ya Tdk Keterangan

Judul

Penelitian

Tidak terlalu panjang atau

terlalu pendek

Menggambarkan isi utama

penelitian

Cukup menarik

Tanpa singkatan selain yang

baku

Penulis

Apakah nama penulis

dicantumkan?

Apakah ada institusi penulis

dicantumkan?

Apakah asal institusi penulis

sesuai dengan topik

penelitian?

Bidang

Ilmu

Apakah bidang ilmu

tercantum dalam judul

penelitian?

Bidang ilmu yang terkait

adalah psikiatri, psikologi

perkembangan, klinis dan

cross-cultular.

Apakah latar belakang

penulis (institusi tempat

bekerja) sesuai dengan

bidang ilmu topik penulisan?

17

Page 18: Telaah Jurnal Medscape (1)

Metode

Penelitian

Apakah tujuan penelitian

disebutkan?

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui apakah

BAI mencerminkan

keparahan kecemasan pada

pasien layanan primer

dengan gangguan

kecemasan yang berbeda.

Apakah desain penelitian

sesuai dengan tujuan

penelitian?

Bagaimana level of evidence

dari desain penelitian?Level 2

Bagaimana sampel dalam

penelitian tersebut dipilih?

Sampel layanan primer

dalam penelitian NESDA

direkrut antara September

2004 dan Februari 2007

melalui 65 dokter umum

yang berada di tempat yang

berbeda di Belanda.

Dalam bentuk apa hasil

penelitian disajikan?

Tabel dan

narasi.

Data dianalisis dan

ditampilkan dalam bentuk

tabel serta dianalisis secara

deskriptif.

Apakah uji statistik yg

digunakan?

Analisis

regresi

dilakukan

untuk

Desain penelitiannya adalah

berupa deskriptif analitik.

18

Page 19: Telaah Jurnal Medscape (1)

menguji

perbedaan

antara nilai

kelompok.

Hasil

Penelitian

Apakah hasil penelitian

dapat diimplementasikan di

kedokteran?

Rekomendasinya berupa

upaya stimulasi dengan

pemberian pedoman,

pelatihan dan pendidikan

penggunaan kuesioner BAI

dalam layanan primer

Apakah ada rekomendasi

khusus terhadap hasil

penelitian?

Kesimpul

an dan

saran

Disertakan kesimpulan

utama penelitian

Kesimpulan didasarkan pada

data penelitian

Kesimpulan tersebut sahih

Disertakan saran penelitian

selanjutnya

Daftar

pustaka

Apakah daftar pustaka yg

digunakan up to date?

Sebagian sumber pustaka

tidak up to date.

Daftar pustaka yang

digunakan sesuai dengan

topik penelitian

Apakah daftar pustaka yang

digunakan sesuai topik

penelitian?

Apakah daftar pustaka yang

digunakan dari sumber yang

dapat dipercaya?

Daftar pustaka disusun

sesuai dengan aturan jurnal

19

Page 20: Telaah Jurnal Medscape (1)

Semua yang tertulis pada

daftar pustaka sesuai situasi

pada naskah dan sebaliknya

Keseluruhan makalah ditulis

dengan bahasa yang baik

dan benar, lancar, enak

dibaca, informatif, hemat

kata, dan efektif

Makalah ditulis dengan taat

azas

20

Page 21: Telaah Jurnal Medscape (1)

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Jurnal dengan judul “Is The Beck Anxiety Inventory a Good Tool to Assess

the Severity of Anxiety?” telah memenuhi kriteria sebagai sumber yang valid,

penting dan dapat diaplikasikan pada pasien menurut telaah klinis evidence based

medicine.

4.2. Saran

Agar sebuah jurnal dapat dijadikan sumber referensi yang memenuhi

kriteria sebagai sumber yang valid, penting dan bisa diaplikasikan pada pasien

menurut pedoman telaah kritis evidence based medicine hendaknya para peneliti

lebih memperhatikan kelengkapan isi jurnal dan memperhatikan syarat-syarat

penulisan dalam jurnal tersebut.

Untuk jurnal ini disarankan agar daftar pustaka yg digunakan up to date.

21