asuhan keperawatan dengan gastritis
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib di penuhi seorang
manusia untuk bertahan hidup. Keadaan ini dibuktikan dengan adanya sistem pencernaan
atau traktus gastrointestinal yang merupakan salah satu sistem yang mendukung tubuh
manusia. Sistem pencernaan atau gastrointestinal terdiri dari beberapa organ, yaitu mulut,
esofagus, gaster, colon dan anus. (Mansjoer A, 2000 ).
Sistem pencernaan akan terganggu apabila salah satu atau beberapa organ pencernaan
terjadi inflamasi, kerusakan, maupun ketidaknormalan. Salah satu gangguan pencernaan
yang paling sering dijumpai dan diderita masyarakat adalah gastritis atau di masyarakat
umum sering disebut dengan penyakit maag atau dalam istilah kesehatan dikenal dengan
gastritis.
Budiana (2006), mengatakan bahwa Gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan bahkan
diperkirakan diderita lebih dari 1,7 milyar. Pada negara yang sedang berkembang infeksi
diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada Tn. H dengan
gastritis erosive di ruang perawatan Edelweys 7.1 RSUD Sukoharjo
2. Tujuan khusus
Laporan ini dibuat untuk :
a. Melakukan pengkajian pada pasien Gastritis.
b. Melakukan analisia data pada pasien Gastritis.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul.
d. Merumuskan intervensi keperawatan.
e. Melakukan tindakan keperawatan.
f. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
PEMBERIAN CAIRAN INTRAVENA
A. PENGERTIAN
Pemberian cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh ke dalam
pembuluh vena untuk memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit, darah,
maupun nutrisi (Perry & Potter, 2006). Pemberian cairan intravena disesuaikan dengan
kondisi kehilangan cairan pada klien, seberapa besar cairan tubuh yang hilang. Pemberian
cairan intravena merupakan salah satu tindakan invasif yang dilakukan oleh perawat.
B. TUJUAN
Tujuan terapi intravena (Rhoad, J, & Bonnie, J., M, 2008):
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
2. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit.
3. Memperbaiki keseimbangan asam dan basa.
4. Memberikan tranfusi darah.
5. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena.
6. Membantu pemberian nutrisi secara parenteral.
C. KOMPETENSI DASAR LAIN YANG HARUS DIMILIKI UNTUK MELAKUKAN
TINDAKAN TERSEBUT
Perawat harus mengetahui jenis dan ukuran kanula infuse, jenis cairan yang akan diberikan,
cara menghitung tetesan infuse. Kanula infuse yang digunakan harus yang mudah
dimasukkan, menggunakan trauma yang sedikit (gunakan yang terkecil), dan alirannya
lancar. Ukuran kanul yang digunakan tergantung dari tujuan pemberian infuse, tipe cairan dan
ukuran atau kondisi vena.
- 18 Gauge (ungu) untuk darah atau memasukkan banyak cairan.
- 20 Gauge (pink) untuk pemberian obat yang lama atau pemberian 2-3 liter cairan/hari.
- 22 Gauge (biru) untuk pemberian obat yang lama, klien kanker dan vena kecil.
- 24 Gauge (kuning) untuk bayi, anak atau dewasa yang venanya kecil/ rapuh.
Cara menghitung tetesan infuse
2
Rumus =
� Jenis cairan infus
1. Berdasarkan osmolalitasnya dibagi menjadi:
a) Isotonik (245-340 mOsm/L)
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas
plasma. Batas osmolaritas cairan tubuh normalnya yaitu 280-295 mOsm/L
(Phillips, 2005). Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel,
misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Contoh cairan
isotonik, yaitu NaCl 0,9 %, ringer laktat, komponen-komponen darah (Albumin 5
%, plasma), dextrose 5 % dalam air (D5W).
b) Hipotonik (<245 mOsm/L)
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada osmolalitas
plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler dan
menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian cairan ini
umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air
masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel
tersebut akan membesar atau membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari
kompartemen intravaskuler ke dalam sel. Cairan ini dikontraindikasikan untuk
pasien dengan risiko peningkatan TIK. Pemberian cairan hipotonik yang
berlebihan akan mengakibatkan deplesi cairan intravaskuler, penurunan tekanan
darah, edema seluler, kerusakan sel. Karena larutan ini dapat menyebabkan
komplikasi serius, klien harus dipantau dengan teliti. Contoh cairan hipotonik,
yaitu dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %, NaCl 0,45 %, dan NaCl 0,2 %.
c) Hipertonik (>375 mOsm/L)
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada osmolaritas
plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat menyebabkan kelebihan
dalam sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel ke intravaskuler,
sehingga menyebabkan sel-selnya mengkerut. Cairan ini dikontraindikasikan
untuk pasien dengan penyakit ginjal dan jantung serta pasien dengan dehidrasi.
Contoh cairan hipertonik, yaitu D 5% dalam saline 0,9 %, D 5 % dalam RL,
Dextrose 10 % dalam air, Dextrose 20 % dalam air, Albumin 25.
3
2. Pembagian cairan berdasarkan kelompoknya:
a) Kristaloid
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume
expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna
pada pasien yang memerlukan cairan segera. Contohnya, ringer laktat.
b) Koloid
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar
dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya
hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya,
albumin dan steroid.
Cara menghitung kebutuhan cairan
1) Berdasarkan berat badan
Rumus : 50 cc x kg BB / 24 Jam= ………cc/hari
*Setiap kenaikan suhu 1oC diberi tambahan 12-15 %
2) Berdasarkan kebutuhan kalori/hari
Rumus: Kebutuhan energi/hari (kkal) x 1 ml = …….. ml/hari
Cara menghitung tetesan infus
1. Jumlah cairan : waktu pemberian = ………
ml/jam
ml/jam x drip tetes = ………… tetes/menit
60 menit
2. Jumlah cairan x faktor tetesan = ………… tetes/menit
waktu pemberian x 60 menit
D. INDIKASI, KONTRAINDIKASI, DAN KOMPLIKASI
1. INDIKASI
a. Asering: dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,
demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma
dan digunakan sebagai nutrisi.
b. Ringer laktat: deficit ECF seperti kehilangan cairan karena luka bakar, perdarahan,
dan dehidrasi, serta asidosis metabolik
c. NaCl 0,45%: klien dengan hipovolemik dengan hiponatremia
4
d. NaCl 0,9%: rehidrasi, meningkatkan volume cairan intraselular dan diberikan jika RL
tidak cocok (alkalosis, retensi K+), untuk klien yang mengalami trauma kepala serta
mengencerkan eritrosit sebelum transfusi, serta klien yang mengalami kehilangan Na
> Cl, misal diare.
e. Dekstrosa 5%: mengganti kekurangn cairan tubuh dan tidak boleh diberikan pada
klien yang mengalami trauma kepala.
f. Dekstrosa 5% dengan NaCl 0,45%: sebagai cairan awal untuk hidrasi
g. Dekstrosa 5% dengan NaCl 0,9%: deficit ECF pada pasien dengan penurunan jumlah
Na atau Cl serta asidosis metabolik.
h. KA-EN 1B: sebagai larutan awal bila status elektrolit belum diketahui seperti pada
kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam), <24 jam
pasca operasi,
i. KA-EN 3A dan 3B: rumatan untuk kasus pasca operasi (>24-48 jam), larutan rumatan
nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan
kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas.
j. KA-EN 4A: larutan rumatan untuk bayi dan anak, tepat digunakan untuk dehidrasi
hipertonik.
k. Amiparen: infeksi berat, kwashiorkor, pasca operasi, total parenteral nutrition
l. Aminovel-600: nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI, penderita GI yang
dipuasakan, kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma, dan
pasca operasi.
2. KONTRAINDIKASI
a. Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau thrombosis.
b. Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh
c. Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis
d. Vena yang sklerotik atau bertrombus
e. Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula
f. Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit
g. Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)
h. Lengan yang mengalami luka bakar
5
3. KOMPLIKASI
a. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh
darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat
memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
b. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh
darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
c. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus
yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
d. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
e. Syok ringan: tubuh bereaksi terhadap zat yang diinjeksikan ke dalam sistem sirkulasi
yang terlalu cepat. Tanda: sakit kepala, nadi cepat, pingsan, dan dyspnea.
f. Kelebihan volume cairan: kondisi yang disebabkan ketika terlalu banyak volume
cairan yang dimasukkan ke dalam sistem sirkulasi. Tanda: meningkatnya tekanan
darah, kesulitan bernapas (dyspnea).
E. ALAT DAN BAHAN
1. Larutan yang benar
2. Jarum yang sesuai (abbocath, wing needle/butterfly)
3. Set infus
4. Selang intravena
5. Alkohol dan swab pembersih yodium-povidon
6. Torniket
7. Sarung tangan bersih sekali pakai 2 buah
8. Kasa atau balutan trasparan dan larutan atau salep yodium-povidon
9. Plester
10. Handuk/pengalas tangan
11. Kain dan perlak alas
12. Tiang IV
13. Bengkok
14. Gunting
6
F. ANATOMI TARGET TINDAKAN
Vena metacarpal : terdapat dipunggung telapak tangan. Pemasangan IV didaerah ini
terasa lebih nyeri karena banyak ujung saraf. Pada orang tua, vena metacarpal lebih
mudah pecah.
Vena cafalika : tidak mengganggu mobilisasi namun pada orang gemuk lebih sulit dicari.
Vena basalika : nyeri
Vena mediana basilica : mudah didapat karena vena lebih besar dan dekat dengan arteri
brakhialis.
G. ASPEK KEAMANAN DAN KESELAMATAN
Pada klien lansia sebisa mungkin gunakan jarum yang ukurannya paling kecil untuk
mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran darah lebih lancar sehingga
hemodilusi cairan IV atau obat-obatan meningkat.
Hindari pemasangan di bagian dominan karena mengganggu kemandirian lansia.
Gunakan tourniquet yang tidak terlalu kencang.
Pasang traksi pada kulit di bawah tempat insersi
Minimalkan pemakaian plester karena jaringan kulit lansia rapuh.
H. PROSEDUR
1. Baca status dan data klien untuk memastikan program terapi IV
2. Cek alat-alat yang akan digunakan
3. Cuci tangan
4. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
5. Perkenalkan nama perawat
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
8. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
9. Tanyakan keluhan klien saat ini
10. Jaga privasi klien
11. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
12. Tinggikan tempat tidur sampai ketingian kerja yang nyaman
13. Letakkan klien dalam posisi semifowler atau supine jika tidak memungkinkan (buat klien
senyaman mungkin)
7
14. Buka kemasan steril dengan meanggunakan tehnik steril dan sarung tangan bersih
15. Periksa larutan dengan menggunakan lima benar dalam pemberian obat
16. Buka set infus, pertahankan sterilitas kedua ujungnya
17. Letakkan klem yang dapat digeser tepat di bawah ruang drip dan gerakkan klem pada
posisi off
18. Lepaskan pembungkus lubang slang IV pada kantung larutan IV plastik tanpa menyentuh
ujung tempat masuknya alat set infus
19. Tusukkan set infus ke dalam kantong atau botol cairan (untuk kantong, lepaskan penutup
protektor dari jarum insersi selang, jangan menyentuh jarumnya, dan tusukkan jarum ke
lubang kantong IV. Untuk botol, bersihkan stopper pada botol dengan menggunakan
antiseptik dan tusukkan jarum ke karet hitam stopper botol IV.
20. Gantungkan botol infus yang telah dihubungkan dengan set infus pada tempat yang telah
disediakan (pertahankan kesterilan set infus)
21. Isi selang infus dengan cairan, pastikan tidak ada udara dalam selang (terlebih dulu
lakukan pengisian pada ruang tetesan/the drip chamber). Setelah selang terisi, klem
dioffkan dan penutup ujung selang infus ditutup
22. Beri label pada IV dengan nama pasien, obat tambahan, kecepatan pemberian.
23. Pasang perlak kecil/pengalas di bawah lengan/tangan yang akan diinsersi
24. Kenakan sarung tangan sekali pakai, sehingga sarung tangan menjadi double.
25. Identifikasi aksesibilitas vena untuk pemasangan kateter IV atau jarum
26. Posisikan tangan yang akan diinsersi lebih rendah dari jantung, pasang torniket mengitari
lengan, di atas fossa antekubital atau 10-15 cm di atas tempat insersi yang dipilih (jangan
memasang torniket terlalu keras untuk menghindari adanya cidera atau memar pada kulit).
Pastikan torniket bisa menghambat aliran IV. Periksa nadi distal.
27. Pilih vena yang berdilatasi baik, dimulai dari bagian distal, minta klien untuk mengepal
dan membuka tangan (apabila belum menemukan vena yang cocok, lepaskan dulu
torniket, dan ulangi lagi setelah beberapa menit).
28. Bersihkan tempat insersi dengan kuat, terkonsentrasi, dengan gerakan sirkuler dari tempat
insersi ke daerah luar dengan larutan yodium—povidon, biarkan sampai kering. Klien
yang alergi terhadap yodium, gunakan alkohol 70 % selama 30 detik.
29. Lakukan pungsi vena, fiksasi vena dengan menempatkan ibu jari tangan yang tidak
memegang alat infus di atas vena dengan cara meregangkan kulit. Lakukan penusukan
dengan sudut 20-30°, tusuk perlahan dengan pasti
8
30. Jika tampak aliran darah balik, mengindikasikan jarum telah masuk vena.
31. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan tarik jarum sedikit lalu teruskan plastik IV
kateter ke dalam vena
32. Stabilkan kateter IV dengan satu tangan dan lepaskan torniket dengan tangan yang lain
33. Tekan dengan jari ujung plastik IV karteter, lalu tarik jarum infus keluar
34. Sambungkan plastik IV kateter dengan ujung selang infus dengan gerakan cepat, jangan
menyentuh titik masuk selang infus
35. Buka klem untuk memulai aliran infus sampai cairan mengalir lancar
36. Fiksasi sambungan kateter infus (apabila sekitar area insersi kotor, bersihkan terlebih
dulu)
37. Oleskan dengan salep betadin di atas area penusukan, kemudian tutup dengan kasa steril,
pasang plester
38. Atur tetesan infus sesuai ketentuan
39. Beri label pada tempat pungsi vena dengan tanggal, ukuran kateter, panjang kateter, dan
inisial perawat.
40. Lepaskan dan buang sarung tangan dan rapikan persediaan yang digunakan
41. Cuci tangan
42. Berikan reinforcement positif
43. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
44. Akhiri kegiatan dengan baik
45. Observasi klien setiap jam untuk menentukan respon terhadap terapi cairan (jumlah cairan
benar sesuai program yang ditetapkan, kecepatan aliran benar, kepatenan vena, tidak
terdapat infiltrasi, flebitis atau inflamasi).
I. HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN BAGI PERAWAT DALAM
MELAKUKAN TINDAKAN.
- Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru.
- Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi.
- Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain.
- Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan.
- Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir.
9
- Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan, periksa
ujung kateter terhadap adanya embolus.
- Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester dibersihkan memakai
kapas alkohol atau bensin (jika perlu)
J. HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIDOKUMENTASIKAN SETELAH
MELAKUKAN TINDAKAN
a) Tipe cairan
b) Respon terhadap pemberian cairan IV
c) Tempat insersi
d) Jumlah yang diinfuskan
e) Kecepatan aliran
f) Integritas kulit
g) Ukuran dan tipe kateter atau jarum
h) Kepatenan sistem IV
i) Waktu infus dimulai
j) Respon terhadap pemberian cairan IV
10
DAFTAR PUSTAKA
Ignatavicius, D. D. dan Workman, M. L. (2006). Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking for
Collaborative Care. Vol.1. 5th Ed. USA: Elsevier.
McCann, J. A. S. (2004). Nursing Procedures. 4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Phillips, L. D. (2005). IV Therapy Notes: Nurse’s Clinical Pocket Guide. China: Imago.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (1997). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and Practice.
4th Ed. St. Louise, MI: Elsevier Mosby, Inc.
_______. (2005). Clinical Nursing Skill & Technique. 6th Ed. St. Louise, MI: Elsevier Mosby,
Inc.
Rhoad, J. & Bonnie, J., M. (2008). Clinical Nursing S
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
GAMBARAN KASUS
Tn. H datang ke rumah sakit pada tanggal 14 Agustus 2012 dengan keluhan mual, batuk. Dari
hasil pemeriksaan dokter, Tn. H didiagnosis gastritis erosiva dan dianjurkan untuk mondok.
TTV saat datang ke rumah sakit TD 150/100 mmHg. Keadaan Umum: lemah, kesadaran:
compos mentis, nyeri ulu hati.
A. PENGKAJIAN
- Tanggal masuk : 14 Agustus 2012
- Tanggal pengkajian : 17 Agustus 2012
- No register/CM : 194146
- Diagnosa Medis : Gastritis Erosiva
1. IDENTITAS KLIEN
Nama :Tn.H
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 66 tahun
Pekerjaan : Swasta
Status perkawinan : Kawin
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Kadutan 1/5 Lengking, Bulu, Sukoharjo
Penanggung jawab klien
Nama : Tn. Sukandi
Pekerjaan : -
Alamat : Kadutan 1/5 Lengking, Bulu, Sukoharjo
Hubungan dengan klien : Anak
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan Utama :
12
Tn. H mengatakan merasakan lemas, mual, batuk, serta nyeri ulu hati seperti tusuk-
tusuk.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 minggu yang lalu Tn. H mengeluh nyeri ulu hati, mual, muntah serta lemas.
Nyeri terasa bertambah jika melakukan aktifitas berat dan berkurang jika pasien
beristirahat. Nyeri dirasakan hilang, timbul, dan sering, disertai mual dan badan
lemah. Tn. H juga mengeluh sulit bernafas. Kemudian klien dibawa berobat ke rumah
sakit melelui IGD dan dianjurkan untuk dirawat.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tn. H mempunyai riwayat penyakit gastritis sejak setahun yang lalu, namun belum
pernah dirawat sebelumnya. Pasien juga mempunyai kebiasaan merokok 3 terakhir
dengan 3-4 batang per hari.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama
atau penyakit berat lainnya
Genogram:
Keterangan:
: Perempuan meninggal : Laki-laki meninggal
: Perempuan : Tn. H.
: Laki-laki ......... : Dalam satu rumah
13
c. Pengkajian Biologis
1) Rasa aman dan nyaman
Tn. H terlihat gelisah menahan sakit yang dirasakan pada perut sebelah kiri hilang
timbul, klien juga mengeluh nafas terganggu.
2) Aktivitas istirahat dan tidur
(a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/ Minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ ROM
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat Bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan dengan alat
4 : Tergantung total
(b) Istirahat
Saat di rumah
Semenjak mempunyai riwayat sakit Tn. H sering menggunakan waktu
istirahatnya dengan beristirahat di rumah.
14
Saat di rumah sakit
Tn. H mengatakan selama dirawat di rumah sakit Tn. H menggunakan waktu
istirahatnya dengan baik karena klien merasa lemas kadang – kadang klien juga
terbangun untuk berkemih.
(c) Tidur
Sebelum di rawat di rumah sakit
Tn. H mengatakan tidur selama ± 5-6 jam setiap hari, pola tidur Tn.H tidak teratur.
Saat dirawat
Tn. H mengatakan selama di rawat di rumah sakit klien belum dapat tidur dengan
nyenyak karena klien mengeluh sesak nafas pada dada dan sering terbangun untuk
berkemih.
3) Cairan
Sebelum dirawat
Klien minum ± 900 ml air mineral setiap hari dan klien tidak suka minum alkohol.
Selama dirawat.
Klien minum ± 700 ml air mineral setiap hari dan klien tidak suka minum alkohol
Terpasang infus asering 20 tpm pada tanggal 16 agustus 2012.
4) Nutrisi
Sebelum dirawat
Klien mengatakan makan 3x/hari, habis 1 porsi.
Selama dirawat
Klien mengatakan makan 3x/ hari, habis ¼ porsi nafsu makan berkurang terdapat
pantangan terhadap makanan pedas, asam dan makanan keras. Dan tidak ada alergi
terhadap makanan.
5) Status Eliminasi
a. Eliminasi Feses
Sebelum dirawat :
Klien mengatakan BAB lancar frekuensi 2x/ hari warna kekuningan, kosnsitensi
lembek, bau khas tidak terdapat keluhan.
Selama dirawat :
Klien mengatakan BAB tidak lancar dengan frekuensi 1x/ hari konsistensi
lembek, warna kehitaman, bau khas, klien mengeluh susah BAB dan
menggunakan alat bantu pispot saat BAB.
15
b. Eliminasi Urine
Sebelum dirawat :
Klien mengatakan BAK teratur dengan frekuensi 4 – 5x/hari warna kuning jernih
dengan jumlah 1000 – 1500/ hari tidak ada keluhan.
Selama dirawat :
Klien mengatakan BAK tidak lancar dengan frekuensi 6 – 7x/ hari warna kuning
keruh, dengan jumlah 1000 – 1500/ hari terdapat keluhan nyeri saat BAK
intensitasnya keluar sedikit – sedikit saat BAK.
6) Kebutuhan Oksigen dan karbondioksida
(a) Status Pernafasan
- Dypsneu
- O2 : 4 liter/ menit
- Ekspirasi : pendek
Klien menggunakan alat bantu pernafasan berupa oksigen, klien nyaman pada
posisi semifowler, klien mengatakan tidak ada alergi terhadap debu – debuan.
(b) Status Kardiovaskuler
- Nadi 88x/ menit
- Pusing
- Capilari revil > 3 detik
Klien tampak lemas selama mempunyai riwayat penyakit gastritis erosiva.
7) Personal Hygiene
Sebelum dirawat :
Klien mengatakan mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/ hari, keramas 3x/ minggu, ganti baju
2x/ hari, secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Selama dirawat :
Klien mengatakan mandi 2x/ hari, klien tidak pernah gosok gigi, ganti baju 1x/ hari,
tidak pernah mencuci rambut selama di rumah sakit. Dalam melakukan personal
hygiene klien memerlukan bantuan orang lain karena lemas dan pusing.
8) Sex
Hubungan klien dengan keluarganya baik – baik saja terutama dengan istri dan
anaknya klien mempunyai 3 anak.
d. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
1) Psikologi
16
(a) Status Emosi
Saat ini klien merasa tidak nyaman dengan penyakitnya dan klien ingin cepat
sembuh.
(b) Konsep Diri
(1) Identitas Diri
Klien dapat menjelaskan nama, umur, alamat dan pekerjaan dengan jelas.
(2) Gambaran Diri
Klien seorang pekerja swasta.
(3) Peran Diri
Di dalam keluarga klien berperan sebagai kepala keluarga.
(4) Ideal Diri
Klien ingin menjadi yang terbaik di keluarganya karena klien adalah
seorang kepala keluarga yang mempunyai 3 orang anak.
(5) Harga Diri
Selama sakit klien mengatakan tidak merasa malu terhadap kondisinya saat
ini.
2) Hubungan Sosial
Klien sangat ramah dengan masyarakat disekitarnya hal ini di buktikan dengan
banyak masyarakat dan sanak saudara yang menenggoknya.
3) Spiritual
Klien beragama islam, selama sakit klien tidak menjalakan shalat dan hanya
berdoa saja kepada ALLAH SWT. Semoga cepat sembuh.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran: Compos mentis
2) Klien kondisinya lemah.
3) Tanda-tanda vital
Tanggal / jam 17 Agustus 2012 / 10.00 WIB
TD (mmHg) 160/80 mmHg
Nadi 88x/ menit
17
RR 20x/ menit
Suhu ( oC ) 36,7 ‘C
4) Pertumbuhan fisik
- Sebelum masuk rumah sakit (1 minggu yang lalu)
BB = 45 Kg TB= 148 cm
- Saat di rawat di rumah sakit (tanggal 17 Agustus 2012)
BB = 40 Kg TB= 148 cm
Terjadi penurunan berat badan sebesar: 5 Kg
Perhitungan:
IMT = BB = 18,27
TB (m)2
Indeks masa tubuh pasien tergolong: underweight
b. Pemeriksaan Cepalo Caudal
1) Kepala
Yang Dikaji Keterangan
Bentuk Lonjong
Rambut Warna hitam bercampur putih, berminyak, distribusi merata.
Mata Simetris, pupil isokor kanan kiri, reflek pupil terhadap cahaya positif , konjungtiva tidak anemis, seklera tidak ikterik, sruktur kornia tampak jernih tidak terdapat nyeri tekan.
Telinga Bentuk simetris kanan dan kiri keadaan telinga agak kotor, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan pada tulang telinga, fungsi pendengaran baik, Warna coklat.
Hidung Masih bisa membedakan bau – bauan, keadaan hidung kotor terdapat sekret. Lubang nares simetris tidak terdapat nyeri tekan hidung.
Mulut Mukosa bibir kering, keadaan bibir normal dapat berbicara dengan jelas, kondisi gigi masih utuh, warna lidah putih nafas berbau, tidak berdahak.
2) Leher
Bentuk simetris, terdapat pembesaran kelenjar getah bening di daerah belakang leher, tidak terdapat lesi dan pembesran tyroid. Warna kulit coklat dan tidak ada nyeri tekan.
18
3) Dada
Tanggal 17 Agustus 2012
Inspeksi Bentuk simetris, frekuensi pernafasan 20x/ menit
Palpasi Tidak terdapat iktus cordis, tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi Cor : Redup
Pulmo : resonan
Auskultasi Cor : S1, S2 murni
Pulmo : Tidak terdapat suara tambahan diparu atas.
4) Abdomen
Tanggal 17 Agustus 2012
Inspeksi Warna sawo matang, bentuk datar, tidak terdapat jejas.permukaan ulu hati tampak tegangg.
Auscultasi Peristaltik usus 36x/ menit.
Perkusi Bunyi timpani, tidak ada cairan, tidak kembung.
Palpasi Terdapat nyeri tekan pada epigastrium.
5) Anus Dan RectumInspeksi : tidak terpasang alat bantu.Palpasi : tidak teraba penumpukan urine.
6) Ekstremitas
Tanggal 17 Agustus 2012
Ekstremitas atas
Kekuatan otot 3, jari lengkap, gerak simetris, terpasang infus jenis asering 20 tpm di tangan kanan.
Ekstremitas bawah
Kekuatan otot 3, terdapat edema, jari lengkap, tidak ada varises, gerak simetris.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium (Tgl. 14 Agustus 2012)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Status
Creatinin 1,47 0,6 – 1,1 Tinggi
19
Glukosa 88,4 70 – 120 Normal
SGOT 24, 21 0 – 25 Normal
SGPT 14, 13 0 – 29 Normal
Urea 42,27 10 – 50 Normal
b. Laboratorium (Tgl. 16 Agustus 2012)
Permeriksaan Hasil Nilai Normal Status
WBC 11.0 4.5-10.3 Tinggi
RBC 3.78 4-5.2 Normal
HGB 10.4 11.5-15.5 Rendah
HCT 30.0 37-47 Normal
MCV 79.4 80-99 Rendah
MCH 27.5 27-31 Normal
PLT 372 150-450 Normal
BDW 14.8 11.5-14.5 Tinggi
MPV 3.0 7.2-161 Rendah
MCHC 34.7 33-37 Normal
c. Hasil (Pemeriksaan Penunjang: Foto Rontge, EKG)
5. TERAPI MEDIS
Nama Pasien : Tn. H
No. CM. :194146
Tgl Terapi :16 Agustus 2012
Nama Obat Dosis
Asering 20 tpm
Omeprazole 1/24
Asam tranex 500/8 jam
Vitamin K
Bilas Lambung/ 6 jam
Tgl terapi: 17 Agustus 2012
Nama obat Dosis
Ufotaxine 1/12
Ranitidine 1/12
20
Antalgin 1/5
Amoxilin Per 24 jam
Metal prednisolen 645/24 jam
NaCl 0,5 % 20tpm
Vitamin K
Kalnex 250/8 jam
Tgl terapi: 18 Agustus 2012
Nama obat Dosis
NaCl 0,5 % 20 tpm
Vitamin K
Kalnex 250/8 jam
Ranitidin 1A/ 24 jam
Asering 20 tpm
Tgl terapi: 19 Agustus 2012
Nama Obat Dosis
NaCl 0,5 % 20 tpm
Ranitidine 1A/ 12 jam
Vitamin K
Kalnex 250/8 jam
Asering 24 tpm
Cefotaxin 19/12 jam
Antalgin 19/8 jam
Infus RL 20 tpm
21
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi
1. Ds:
Klien mengeluh nyeri pada Eigastrium dengan skala 3
Do:
Nyeri tekan pada daerah epigastrium, klien tampak meringis, abdomen
tegang, nyeri terasa tajam seperti ditusuk-tusuk
Gangguan rasa nyaman : nyeri Lesi sekunder daerah gastritis
2 Ds:
Klien mengeluh mual dan nafsu makan berkurang
Do:
Porsi makan yang dhabiskan hanya ¼ porsi saja
Berat badan pasien selama di rumah sakit:
BB= 40 Kg TB= 148 Cm
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Mual-mual, produksi asam lambung meningkat
3 Ds:
Klien mengatakan sulit tidur, nyeri pada ulu hati
Do:
Klien tampak lemas, klien tidak dapat tidur dengan nyenyak selama di
rumah sakit
Gangguan pemenuhan istirahat, tidur
Stimulus nyeri pada epigastrium
22
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan adanya peradangan pada gaster2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungn dengtan intake kurang akibat mual-mual3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat, tidu berhubungn dengan adanya nyeri pada epigastrium
23
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA : Tn. H NO CM : 194146UMUR : 66 tahun P.N : - DIAGNOSA MEDIS : Gastritis erosiva
NODIAGNOSA
KEPERAWATANTUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TTD
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungn dengan agen injury biologis: adanya peradangan pada gaster
NOC:
Pin level
Pain control
Comfort level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman:
nyeri pada klien dapat teratasi dengan, kriteria
hasil:
Klien secara verbal mengatakan nyeri
berkurang atau hilang dengan managemen
nyeri
Klien mampu mengontrol nyeri
Klin mampu mengenali nyeri
Klien secara verbal mengatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
TTV dalam rentang normal Langsung
nominalny
NIC:
Pain Managemen
Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karekteristik, durasi, frekuensi, kualitans dan
faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Evaluasi pengalaman rasa nyeri masa lampau
Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyri masa
lampau
Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan interpersonal)
Kolaborasidengan dokter pemberian obat
analgesik untuk mengurangi nyeri
Monitor TTV setiap 8 jam
24
2 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual-mual
NOC:
Nuritional status: food and fluid intake
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan status nutrisi klien normal
dengan, kriteria hasil:
Intake nutrien normal
Adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan
Tidak ada tanda malnutrisi
NICL:
Nutrition manageman
Kajia adanya alergi makanan
Berikan substansi gula
Berikan makamnan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Ajarkan pada klien bagaimana mambuat catatan
makanan harian
Berikan ionformaso pada klien tenteng kebutuhan
nutrisi
Kaji kemempuan klien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Monitor turgor kulit klien
Monitor adanya tanda mual, muntah
Monitor kalori dan intake nutrisi
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat, tidur berhubungan dengan adanya nyeri pada epigastrium
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan gangguan istirahat, tidur
pada klien daoat teratasi dengan, kriteria hasil:
Klien secara verbal mengatakan dapat
tidur dengan nyenyak dengan intensitas 6
NIC
Atur posisi tidur klien senyaman mungkin
Ciptakan lingkungn tenag dan nyaman
Lakukan identifikasi faktor yang mempengaruhi
masalah tidur
Lakukan pengurangan distraksi lingkungn dan hal
25
– 7 jam/ hari
Wajah klien tampak segar
Pola tidur klien teratur
TTV dalam batas normal
yang dapat mangurangi tidur
Berikan pendidikan kesehatan
Pantau TTV Klien setiap 8 jam
D. IMPLEMNTASI/CATATAN KEPERAWATAN
NAMA : Tn. H NO. CM : 194146
UMUR :66 tahun P. N :
Diagnosa Keperawatan: Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan agen injury biologis: adanya peradangan pada gaster
Hari/tanggal Jam
IMPLEMENTASI RESPON PASIEN EVALUASI TTD
Jum’at, 17
Agustus
2012/ 10.00
WIB
- Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif
- Mengobservasi respon nonverbal
pasien terhadap ketidaknyamanan
- Mengkaji TTV
- Melakukan evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Membantu klien untuk memilih
penanganan nyeri yang tepat
- Pasien kooperatif terhadap
pengkajian yang telah dilakukan
- Pasien mengatakan nyeri pada ulu
hati sedikit berkurang
- TD= 160/80, N= 88x/ menit, S=
36,7 0C
S: pasien mangatakan nyeri pada ulu
hati pada skala 3
p: nyeri tekan pada ulu hati
q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
r: pasien tampak meringis
s: skala 3
t: nyeri timbul hilang
O: pasien meringis menahan nyeri
Pasien tampak lemah, TD: 160/80,
N: 88x/menit, S= 36,70C
26
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
: melakukan evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Sabtu, 18
Agustus
2012/10.00
WIB
- Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif
- Mengobsevasi respon nonverbal
pasien terhadap ketidaknyamanan
- Melakukan teknik distraksi dan
relaksasi nafas dalam
- Pantau TTV
- Pasien kooperatif terhadap
pengkajian yang telah dilakukan
- Pasien mengatakan nyeri kembali
muncul kemudian hilang
- Pasien mengikuti teknik
penanganan nyeri dengan baik
S: pasien mengatakan nyeri pada ulu
hati sudah cukup teratasi
p: nyeri tekan pada dada
q:pasien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk
r: pasien cukup tenang
s:skala nyeri 3
t:nyeri berkurang
O: pasien tampak lemah,
TD: 120/80, N:60x/menit,
S: 36,80C
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
:melakukan tindakan efektif
penanganan nyeri
Minggu, 19
Agustus
2012/10.00
- Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif
- Mengobsevasi respon nonverbal
- Pasien sangat antusias saat
dilakukan pengkajian
- Klien mangatakan nyeri
S :pasien mengatakan nyeri pada skala
1
O :pasien tampak nyaman
27
WIB pasien terhadap ketidaknyamanan
- Melakukan kompres hangat pada
daerah yang nyeri
- Mengukur TTV
berkurang
- Pasien tampak nyaman
TD: 110/80, N: 60x/menit,
S: 36,00C
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Diagnosa keperawatan: Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual-mual
Jum’at, 17
Agustus
2012/ 11.00
WIB
- Memberikan makanan yang telah
dikonsultasikan oleh ahli gizi
- Memberi informasi tentang kebutuhan
nutrisi
- Menurunkan stress psikologi
- Mengkaji kemampuan pasien untuk
mendapat nutrisi yang baik
- Pasien tampak mual-mual
- Pasien paham tentang apa yang
disampaikan
S: pasien mengeluh tidak nafsu
makan
O: klien tampak lemah dan lesu
A: pemenuhan kebuhan nutrisi
belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
: mengkaji kemampuan pasien
untuk mendapat nutrisi yang baik
Sabtu, 18
Agustus
2012/ 11.00
WIB
- Memberikan makanan yang disukai
sedikit demi sedikit tapi sering dengan
memperhatikan jumlah kalori
- Menata ruang senyaman mungkin
- Menyajikan makanan yang mudah
- Pasien mengatakan nafsu makan sedikit bertambah
- Pasien nyaman dengan kondisi ruang yang bersih
S: pasien mengatakan nafsu makan
mual-mual masih ada
O: porsi makan habis ½ porsi
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
28
dicerna
- Mengurangi gejala penyakit yang dapat
menyebabkan penurunan nafsu makan
Mengurangi gejala penyakit yang
dapat menyebabkan penurunan
nafsu makan
Minggu, 19
Agustus
2012/11.00
WIB
- Mengkaji kemampuan pasien untuk
mendapat nutrisi yang baik
- Menyajikan makanan selagi hangat
- Mengurangi gejala yang dapat
menyebabkan penurunan nafsu makan
S:pasien mengatakan mual sudah berkurang
O:porsi makan yang disediakan habis ½ porsi
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
Menyajikan makanan selagi hangat
Diagnosa keperawatan: Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat, tidur berhubungan dengan adanya nyeri pada epigastrium
Jum’at, 17
Agustus
2012/20.00
WIB
- Melakukan pengkajian pola tidur pasien
- Melakukan tindakan kenyamanan pada pasien
- Melakukan pengkajian adanya faktor yang menyebabkan ganggaun tidur
Pasien mengeluh terganggu dalam bernafas dan sering berkemih
S: pasien mengatakan belum bisa tidur dengan nyenyak
O: pasien tampak gelisah
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Mengkaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur
Sabtu, 19
Agustus
2012/ 20.00
WIB
- Menciptakan lingkungan tidur yang
tenang
- Melakukan tindakan kenyamanan pada
Pasien tampak nyaman S: pasien mengatakan dapat tidur
nyenyak
O:pasien tampak segar
29
pasien
- Menganjurkan pasien untuk mandi
sebelum tidur
- Membersihkan tidur sehingga tempat
tidur nyaman
- Manganjurkan pasien untuk latihan
relaksasi
A:masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
E. CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA : Tn. H NO CM :194146
UMUR : 66 tahun P. N :
Hari/tanggal
Jam EVALUASI TTD
Minggu, 19 Agustus 2012
10.00 WIB
S:pasien mengatakan nyeri pada skala 1
O:pasien tampak nyaman
A: masalah teratasi
Minggu, 19 Agustus 2012
11.00 WIB
S:pasien mengatakan mual sudah berkurang
O: porsi makan yang disediakan habis ½ porsi
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
30
Mengurangi gejala penyakit yang dapat menurunkan nafsu makan
Minggu, 19 Agustus 2012
20.00 WIB
S: pasien dapat tidur dengan nyenyak
O:pasien tampak segar
A: masalah teratasi
31
DISCHARGE PLANING
1. Ajarkan tentang teknik memberi makan dan kebuituhan nutrisi
2. Jelaskan factor penyebab mual dan menghindari factor pencetus
3. Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, efek samping
4. Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan
32