askep kgd '' gigitan ular'' akper pemkab muna
TRANSCRIPT
BAB II:TINJAUAN ASKEP GADAR DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN
“GIGITAN ULAR”A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular
2. Anatomi fisiologi kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada
orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis
terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan
kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu .
Kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari
mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Anatomi kulit
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel.Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
pada telapak tangan dan kaki.Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit.Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima
lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berSSSkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut
sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat
dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung
melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel Langerhans).
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”.Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling tebal
pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.
Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin
berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak
mempunyai banyak keriput.Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah.
Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat.Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak.Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara
longgar dengan jaringan di bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut
daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.Berfungsi menunjang suplai darah ke
dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai
barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme.Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme
patogen.Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon
rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan
ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan
elektrolit.Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami
proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa
bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit.
Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan
mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal
kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun,
pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,
ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
3. Etiologi
Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae
4. Patofisiologi
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat
a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise
otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang
terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya
atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu
sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka
bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria,
hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.
c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat patukan
g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
5. Manifestasi Klinis
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang
terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya :
Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
Mulut terasa kering
Pusing, mata berkunang – kunang
Demam, menggigil
Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa
pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah
Reaksi emosi yang kuaat
Penglihatan kembar/kabur, mengantuk
Pingsan
Mual dan atau muntah dan diare
Rasa sakit atau berat didada dan perut
Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki
Sukar bernafas dan berkeringat banyak
Kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham.
6. Penatalaksanaan Medic
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi
perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.
a. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan
pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan
autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan,
termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan
turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat
harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support. Tenangkan pasien untuk
menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).]
Pertolongan Pertama :
1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan
menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani
secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang
terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit
berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk
penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa
keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini
telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin
tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat
penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat
aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk
mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
5) Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas,
dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika
sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.
6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang
mengigit kemungkinan berbisa.
7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan
aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak
berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular,
tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder
atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati
pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit hingga satu jam
setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah
gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.
8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat
darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang
bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan
bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari
tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan
tidak memperburuk rasa sakit.
9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor
dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan
tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau
ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas
ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang
terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap
memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu
mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa
memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan
terdapat di sana.
7. Komplikasi
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper.
Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi
kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi
kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau
komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. [5] Perpanjangan
blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.
Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe
cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis terjadi
dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang
dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian umumnya
pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala demam, sakit
kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan penurunan daya tahan, muncul 1 – 2
minggu setelah pemberian antivenin. Presipitasi dari kompleks antigen-immunoglobulin
G (IgG) pada kulit, sendi, dan ginjal bertanggung jawab atas timbulnya arthralgia,
urtikaria, dan glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8 vial antivenin harus
diberikan pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari antihistamin dan steroid.
B. Konsep Asuhan Keperawatan1. Pengumpulan Data
a. Biodata
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa, diagnosa,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. medical record, dan alamat.
Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan klien.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
RSMRS
- Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit
yang sama ketika klien masuk rumah sakit.
Keluhan utama : Nyeri
Riwayat keluhan utama
P : nyeri
Q : Terus menerus
R : seluruh persendian,dada, dan perut
S : 4(0-5)
T : saat beraktifitas
Riwayat kesehatan dahulu
- Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
- Riwayat pemakaian obat-obatan
c. Pengkajian primer
Airwaya. Pengkajian Primer
1) Airway
Jalan napas bersih
Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
Peningkatan frekunsi napas
Napas dangkal
Distress pernapasan
Kelemahan otot pernapasan
Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Pingsan
berkeringat banyak
Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang – kunang
4) Disability
Dapat terjadi penurunan kesadaran
Triase : merahAnalisa data
Data Penyebab Masalah
Peningkatan frekunsi napas Bisa ular mengandung toksin yang Gangguan pola
Napas dangkal
Distress pernapasan :
pernapasan cuping hidung,
takipneu, retraksi
Menggunakan otot-otot
pernapasan
Kesulitan bernapas :
sianosis
bersifat neurotoksin
↓
Merangsang saraf perifer atau sentral
↓
Menyebabkan paralise otot otot lurik
↓
Kelumpuhan / kelemahan otot otot
pernapasan
↓
Kompensasi tubuh dengan cara napas
yang dalam dan cepat
↓
Sesak
↓
Gangguan pola napas
napas
Penurunan curah jantung :
gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Pingsan
berkeringat banyak
Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang –
kunang
Bisa ular yang mengadung toksin yang
bersifat kardiotoksin dan cytotoksin
↓
Mengakibatkan terganggunya otot otot
jantung
↓
Kerusakan otot jantung
↓
Penurunan curah jantung
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelumpuhan otot pernapasan
b. Penurunan curah jantung
Tindakan Gawat Darurat
a. Gangguan pola napas
1) Jika terjadi henti nafas lakukan langkah (Breathing), lakukan bantuan pernafasan
dengan cara mouth to mouth atau dengan ambu bag
2) Terapi oksigen
3) Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong
4) Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau
PEEP
5) Pemantauan hemodinamik/jantung
b. Penurunan curah jantung
1) Jika terjadi henti jantung lakukan langkah C (Circulation), pijat jantung luar
bergantian dengan bantuan pernafasan. Frekuensi 15 kali kompresi jantung : 2
kali hembusan ambu bag
2) Kaji / pantau tekanan darah
3) Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat
frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra
4) Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrahatkan korban, kepanikan akan
menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat penyebaran ke
tubuh, terkadang, pasien pinsan dan panic karena kaget
5) Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien hindari
situasi stress
d.Pengkajian Sekunder 1) Pengumpulan Data
Aktivitas / Istrahat
Gejala : a. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
b. Klien mengatakan pinggang terasa pegal
Tanda ; Klien nampak lemah
Makanan dan Cairan
Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah
Tanda ; Klien nampak mual dan muntah
Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
Rasa sakit atau berat didada dan perut
Pusing, mata berkunang – kunang
Tanda ; Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular
Tanda-tanda tusukan gigi
Integritas ego
Gejala : Klien mengatakan takut dengan keadaannya
Tanda ; Reaksi emosi yang kuat, kaget
E .pengkajian psikososial
Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya seperti
hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.
f. pemeriksaan penunjang
2) Pengelompokan Data
Data Subyektif
c. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
d. Klien mengatakan pinggang terasa pegal
e. Klien mengatakan merasa mual dan muntah
f. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
g. Rasa sakit atau berat didada dan perut
h. Pusing, mata berkunang – kunang
i. Klien mengatakan takut dengan keadaannya
Data Obyektif
j. Klien nampak lemah
k. Reaksi emosi yang kuat, kaget
l. Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular
m. Ekspresi wajah meringis
n. Tanda-tanda tusukan gigi
o. Klien nampak mual dan muntah
3) Analisa Data
Data Penyebab MasalahDs : Gigitan ular yang berbisa Intoleransi
p. Klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktivitas
q. Klien mengatakan pinggangnya
terasa pegal
Do :
r. Klien nampak lemah
↓
Toksin masuk ke tubuh
↓
Merangsang saraf saraf
↓
Kelemahan otot
↓
Intoleransi aktivitas
aktivitas
Ds :
s. Klien mengatakan rasa sakit di
seluruh persendian tubuh
t. Klien mengatakan rasa sakit atau
berat didada dan perut
u. Klien mengatakan pusing, mata
berkunang – kunang
Do :
v. Nampak pembengkakan pada
luka gigitan ular
w. Ekspresi wajah meringis
Gigitan ular berbisa yang
mengandung toksin
↓
Merangsang saraf saraf seluruh
tubuh
↓
Merangsang pengeluaran
bradikin, prostaglandin
↓
Impuls di sampaikan ke SSP
bagian korteks serebri
↓
Thalamus
↓
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
Ds :
x. Klien mengatakan takut dengan
keadaannya
Do :
y. Reaksi emosi yang kuat, kaget
Gigitan ular berbisa yang
mengandung toksin
↓
Mempengaruhi saraf saraf
↓
Kurang informasi
Cemas
↓
Koping individu tidak efektif
↓
Cemas
2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot ototc. Cemas berhubungan kondisi yang memburuk
3. Rencana tindakan keperawatan Nyeri berhubungan dengan gigitan ular
Tupan :
Setelah diberi askep selama beberapa hari gangguan nyaman nyeri klien teratasi
Tupen :
Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat
berkurang dengan kriteria :
Klien melaporkan tidak nyeri lagi
Ekspresi wajah tidak meringis
Intervensi
1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri
R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan
dalam menentukan tindakan selanjutnya
2) Atur posisi klien senyaman mungkin
R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul
3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi
R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak klien
untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup
R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang cukup
sehingga mengurangi itensitas nyeri
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas
secara mandiri dengan kriteria :
Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri
Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan
Intervensi
1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga
perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari
3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien
R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi
support dalam pemulihan kesehatan
4) Anjurkan klien untuk istrahat dan tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu
R/ Menstabilkan stamina klien serta aktivitas yang kurang mengurangi
penyebaran toksin.
Cemas berhubungan kondisi yang menurun
Tupan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien hilang
Tupen :
Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien beransur ansur hilang
Intervensi
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
R/ Lingkungan yang tenang membantu klien untuk dapat beristrahat dengan
cukup
2) Anjurkan klien untuk tidak panic
R/ Tindakan panic dan kaget mempercepat penyebaran toksin di dalam tubuh
3) Berikan informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penanganannya dan
tindakan yang akan dilakukan
R/ Membantu menghindari penyebaran toksin yang cepat serta membantu
menambah wawasan klien akan gigitan ular
4. Implementasi dan Evaluasi
D
X
Hari/
tgl
ja
m
Implementasi Hari/
tgl
ja
m
Evaluasi
1 1) Mengkaji skala
nyeri,
frekuensi,dan
lokasi
Hasil:
-nyeri klien
berkurang
2) mengatur posisi
klien senyaman
mungkin.
Hasil:
-posisi klien dapat
dirubah setiap saat.
3)mengajarkan
klien tehnik
relaksasi dan
distraksi
Hasil:
-klien dapat
mengikuti instruksi
perawat
4)menciptakan
lingkungan yang
aman dan tenang
S:klien
mengatak
an
nyerinya
sudah
berkuran
g
O: klien
nampak
istrahat
dengan
tenang
A:masala
h agak
mulai
teratasi
P:interve
nsi di
pertahank
an
dan anjurkan klien
beristrahat yang
cukup
Hasil:
-klien bisa istrahat
dengan tenang
karena pengunjung
disaran agar tidak
ribut dalam
ruangan
2 1)memantau kemampuan klien dalam
melakukan aktifitas sehari-hari
Hasil:
-klien dapat melakukan aktifitas secara
bertahap
2) membantu klien dalam melakukan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Hasil:
-klien dapat melakukan aktifitas dalam
pemenuhan kebutuhan
3) menganjurkan klien untuk ikut serta
dalam tindakan pemulihan kesehatan klien
Hasil:
-klien dapat mengukuti anjuran tim medis
dalam proses pemulihan
4) menganjurkan klien untuk istrahat dan
tidak melakukan aktifitas yang tidak perlu.
Hasil:
-klien dapat mengikuti anjuran yang
diberikan oleh perawat
S:klien
mengatak
an sudah
bisa
menerim
a dan
memaha
mi
anjuran
perawat
O: klien
nampak
terlihat
lega
A:
masalah
belum
teratasi
P:
intervensi
dilanjutk
an
3 1)menciptakan lingkungan yang sehat
Hasil:
-klien merasa nyaman dengan keadaan
rumah sakit
2) menganjurkan klien untuk tidak panik
Hasil:
-klien dapat mengikuti saran perawat
3) memberikan informasi yang cukup
mengenai gigitan ular serta penangananya
dan tindakan yang dilakukan
Hasil:
-klien mulai menerima keadaanya
S: kliem
mengatak
an sudah
mulai
menerim
a
skeadaan
ya
O: klien
nampak
lega
P:
intervensi
dilanjutk
an