maamkalah gigitan ular yenita.docx

27
ASUHAN KEPERAWATAN GADAR GIGITAN ULR MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat II Dosen Pembimbing : Ns.Veny Mayumi Gultom S.kep Disusun oleh: Yenita Rosyani (30.01.12.0055) SEKOLAH TINGGI KESEHATAN PERDHAKI CHARITAS

Upload: yenitarosyani

Post on 07-Nov-2015

66 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN GADAR GIGITAN ULR MAKALAHDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas IndividuMata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat IIDosen Pembimbing : Ns.Veny Mayumi Gultom S.kep

Disusun oleh:Yenita Rosyani (30.01.12.0055)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN PERDHAKI CHARITASPROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANPALEMBANGTAHUN AKADEMIK 2014/2015KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini berjudul ASUHAN KEPERAWATAN GADAR GIGITAN ULAR. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat II.Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibuk Veny Mayumi Gultom S.kep.Ners yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perlu perbaikan dan penyempurnaan, baik dari segi materi maupun pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang.Demikianlah, semoga makalah ini bermafaat bagi pembaca dan dapat ikut mem- berikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Palembang, april 2015

Penulis

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL iKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah1.3 Tujuan Penulisan1.4 Manfaat PenulisanBAB II TINJAUAN TEORI2.1 Konsep Dasar Medis2.1.1 Pengertian2.1.2 Anatomi Fisiologi2.1.3 Patofisiologi2.1.4 Patoflow diagram 2.1.7 Penatalaksanaan2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan2.2.1 Pengkajian2.2.2 Diagnosa2.2.3 Intervensi2.2.4 Implementasi2.5.5 Evaluasi BAB III JURNALBAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan4.2 SaranDAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BLAKANG Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa.

1.2. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :1. Mahasiswa/i dapat memahami konsep penyakit karena gigitan ular2. Mahasiswa/i dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan pada pasien gigitan ular3. Mahasiswa/i dapat mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gigitan ular

1.3. MANFAAT PENULISAN Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :1. Bagi MahasiswaHasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa memahami askep gigitan ular2. Bagi PerawatHasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya perawat agar mengetahui askep gadar gigtan ular dan mampu menerapkan asuhan keperawatannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diaplikasikan pada pelayanan kesehatan.

3. Bagi Institusi PendidikanHasil penulisan makalah ini diharapkanbisa meningkatkan pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi sekolah atau instansi kesehatan.

BAB IITINJAUAN TIORI

2.1. KONSEP DASAR MEDIS2.1.1. PENGERRTIANGigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa.Bisa ular adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Yang mempengaruhi sistem multiorgan, terutama neurologik, kardiovaskuler, dansistem pernapasan. (Suzanne Smaltzer dan Brenda G. Bare, 2001: 2490)Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya toksin bias ulartergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun binatang adalah merupakan campuran dariberbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ, beberapa mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meninngkatkan keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun bergantung pada dari bagaimana binatang menggunakan toksinya. Racun mulut bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya, seringkali mengandung factor letal. Racun ekor bersifat defensif dan bertujuan mengusir predator, racun bersifat kurang toksik dan merusak lebiih sedikit jaringan Ular yang berbisa memiliki ciri ciri yaitu bentuk kepala segi empat panjang, gig taring kecil, dan memiliki bekas gigitan luka halus berbentuk lengkungan. Sedangkan ular yang tidak berbisa memiliki ciri ciri sebagai berikut bentuk kepala segitiga, dua gigi taring besar di rahang atas, dan bekas gigitan dua luka gigitan utam akibat gigi taring.

2.1.2. ANATOMI DAN FISIOLOGIAnatomi fisiologi kulit Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu .

1. Epidermis Adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :a) Stratum Korneum, terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.b) Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan tidak tampak pada kulit tipis.c) Stratum Granulosum ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar d) Stratum Spinosum, memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.e) Stratum Basale (Stratum Germinativum), terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).2. Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True Skil. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :a) Lapisan papiler, tipis mengandung jaringan ikat jarang. b) Lapisan retikuler, tebal terdiri dari jaringan ikat padat. Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi. 3. Subkutis Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.Fisiologi Kulit Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin

2.1.3. ETIOLOGIKarena gigitan ular yang berbisa, yang terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapiade, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkakn perubahan local, seperti edema dan perdarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalamwaktu 8 jam .Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada 2 macam:a) Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak(menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine ( dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender)pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.b) Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitarluka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti sarafpernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.

2.1.4. MANIFESTASI KLINISGejala - gejala awal terdiri dari satu atu lebih tanda bekas gigitan ular, di antaranya : rasa terbakar, nyeri ringan, dan pembengkakan local yang progresif. Bila timbul parestesi, gatal dan mati rasa perioral atau fasikulasi otot fasial, berarti envenomasi yang bermakna sudah terjadi. Bahaya gigitan ular racunpelarut darah ada kalanya timbul setelah satu atau dua hari, yaitu timbulnya gejala-gejala hemorrhage (pendarahan) pada selaput tipis atau lender pada rongga mulut, gusi, bibir, padaselaput lendir hidung, tenggorokan atau dapat juga pada pori-pori kulit seluruh tubuh. Pendarahan alat dalam tubuh dapat kita lihat pada air kencing (urine) atau hematuria, yaitu pendarahan melalui saluran kencing. Pendarahan pada alat saluran pencernaan seperti usus dan lambung dapat keluar melalui pelepasan (anus). Gejala hemorrhage biasanya disertai keluhan pusing-pusing kepala, menggigil, banyak keluar keringat, rasa haus,badan terasa lemah,denyutnadi kecil dan lemah, pernapasan pendek, dan akhirnya mati.

2.1.5. PATOFISIOLOGIBisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang kelenjar di bawah mata.Bisa ular dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring yang terdapat di rahang atas. Gigi taring ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada rattle snake (ular derik) yang besar. Dosis bisa setiap gigitan tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan terakhir, derajat ancaman yang dirasakan ular, dan ukuran mangsa. Lubang hidung ular merespon panas yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan ular untuk mengubah-ubah jumlah bisa yang akan dikeluarkan. Semua metode injeksi venom ke dalam korban (envenomasi) adalah untuk mengimobilisasi secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar bisa terdiri dari air. Protein enzimatik pada bisa menginformasikan kekuatan destruktifnya. Bisa ular terdiri dari bermacam polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase, ATP-ase, 5 nukleotidase, kolin esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA-ase. Mangsa gigitan ular jenis Elapidae, biasanya akan mengalami pendarahan kesan dari pada luka yang berlaku pada saluran darah dan pencairan darah merah yang mana darah sukar untuk membeku. Pendarahan akan merebak serta merta dan biasanya akan berterusan selama beberapa hari. Pendarahan pada gusi, muntah darah, ludah atau batuk berdarah dan air kencing berdarah adalah kesan nyata bagi keracunan bisa ular jenis Elapidae. Walaupun tragedi kematian adalah jarang, kehilangan darah yang banyak akan mengancam nyawa mangsa. Bila tidak mendapat anti venom akan terjadi kelemahan anggota tubuhdan paralisis pernafasan. Biasaya full paralysis akan memakan waktu lebih kurang 12 jam, pada beberapa kasus biasanya menjadi lebih cepat, 3 jam setelah gigitan. Beberapa Spesies ular dapat menyebabkan terjadinya koagulopathy. Tanda - tanda klinis yang dapat ditemui adalah keluarnya darah terus menerus dari tempat gigitan, venipunctur dari gusi, dan bila berkembangakan menimbulkan hematuria, haematommisis, melena dan batuk darah 2.1.6. KOMPLIKASIa. Syok hipovelemikb. Edema paruc. Gagal nafasd. Kematian

2.1.7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Pemeriksaan laboratorium dasarb. Pemeriksaan darah: hitung sel darah lengkap, penentuan gol darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, hitung trombositc. urinalisisd. penentuan kadar gula darahe. BUN dan elektrolitf. Pemeriksaan fibrinogeng. Fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan, wakatu retrasi bekuan

2.1.8. PENATALAKSANAAN 1. Pertama kali yang ditangani adalah kondisi gawat yang mengancam nyawa ( prinsip ABC) kesulitan bernafas memerlukan ETT (endo tracheal tube) dan ventilator. Gangguan sirkulasi darah memerlukan cairan intra vena dan mungkin berbagai obat untuk menanggulangi gejala yang timbul : nyeri, kesemutan, pembengkakan.2. Monitor tanda tanda kegawatan pernafasan dankardiovaskuler.3. Siapkan ICU /ventilatorbila sewaktu waktu terjadi gangguan pernafasan.4. Pasang intra venous line dengan jarum besar, berikanSABU 2ampul/ dalam 500 cc Dextrose 5% / NaCL fisiologis, minimal 2000 cc per 24 jam. Maksimum pemberian SABU20ampul per24 jam. Bila jenis ular yang mengigit diketahui dan ada SABU yang sesuai berarti SABUmonovalendiberikan, atau alternatif bila ular penggigit tidak diketahui dapat diberikan bisapolivalen.5. Rawat /tutup luka denganbalutan sterildan salep / kasa antibiotic /antiseptic.6. Waspadai terjadikompartemen sindrom:5P(pain, pallor, pulselessness, paralysis, pale)7. Berikan terapi suportif :tetanustoxoid, antibiotikPertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban. selanjutnya lakukan prinsip :a. R = Reassureyakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan korban,kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepatmenyebar ke tubuh. terkadang pasien pingsan / panik karena kagetb. I = Immobilisationjangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidakberjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang:lakukan tehnik balut tekan ( pressure-immoblisation ) pada daerah sekitar gigitan(tangan atau kaki) lihat prosedur pressure immobilization (balut tekan)c. G = Getbawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.d. T =Tell the Doctorinformasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul padakorban.

2.1.9. PENCEGAHAN

2.2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 2.2.1. PENGKAJIAN Pengkajian keperawatan gawat darurat pada pasien terkena gigitan ular1. Pengkajian Primary survey1) Lakukan penilaian ABC2) A airway:kaji apakah ada muntah, perdarahan3) B breathing:kaji kemampuan bernafas akibat kelumpuhan otot-otot pernafasan, sesak nafas 4) C circulation:nilai denyut nadi dan perdarahan pada bekas patukan, Hematuria, Hematemesis / hemoptisis5) Nilai tingkat kesadaran

2. Secondary survey1) keluhan utama 2) Pengkajian head to toe3) Penting menentukan diagnosa patukan ular berbisa

3. Pengkajian tersier (pemeriksaan penunjang)

2.2.2. DIAGNOSA 1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin2) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perawatan di rumah sakit/prosedur isolasi, mengingat pengalaman trauma, ancaman kematian atau kecacatan.3) Hipertermi berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus

2.2.3. INTERVENNSI 1) Polanapas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksinIntervensi :1. Auskultasi bunyi nafasR/ Kesulitan pernapasan dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmonal/edema interstisial, atelektasis.2. Pantau frekuensi pernapasanR/ Pernapasan cepat/dangkal terjadi karena hipoksemia, stres, dan sirkulasi endotoksin.3. Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggiR/ memberi rasa nyaman pasien 4. Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalamR/ membantu dalam pemenuhan O25. Batasi pengunjung klienR/ membiarkan pasien utnuk dpt istirahat dng tenang 6. Pantau GDAR/ mengetahui kadar O2 dalam darah7. Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)R/ membantu proses pernafasan

2) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perawatan di rumah sakit/prosedur isolasi, mengingat pengalaman trauma, ancaman kematian atau kecacatan.Intervensi:1. Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur perawatan.R/ Pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesalahan konsep dan meningkatkan kerja sama.2. Tunjukkan keinginan untuk mendengar dan berbicara pada pasien bila prosedur bebas dari nyeri.R/ Membantu pasie terdekat untuk mengetahui bahwa dukungan tersedia dan bahwa pembrian asuhan tertarik pada orang tersebut tidak hanya merawat luka.3. Kaji status mental, termasuk suasana hati/afek.R/ Pada awal, pasien dapat menggunakan penyangkalan dan represi untuk menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan. Beberapa pasien menunjukkan tenang dan status mental waspada, menunjukkan disosiasi kenyataan, yang juga merupakan mekanisme perlindungan.

4. Dorong pasien untuk bicara tentang luka setiap hari.R/ Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus menerus untuk membuat beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan.5. Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan jawaban terbuka/jujur.R/ Pernyataan kompensasi menunjukkan realitas situasi yang dapat membantu pasien/orang terdekat menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi.

3) Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamusIntervensi :1. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesisR/ Suhu 38,9-41,1oC menunjukkan proses penyakit infeksi akut.2. Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidurR/Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.3. Beri kompres mandi hangatR/ Dapat membantu mengurangi demam, karena alkohol dapat membuat kulit kering.4. kolaborasi dlm pemberian antipiretikR/Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

2.2.4. IMPLEMENTASI Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di tentukan dan kondisi yang ada pada pasien.

2.2.5. EVALUASI Evaluasi merupakanlangkahterakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.a) Menunjukan GDA dan frekuensi dalam batas normal dengan bunyi nafas vesikulerb) Tidak mengalami dispnea atau sianosisc) Mendemontrasikan suhu dalam batas normal

BAB IIIJURNAL

BAB IVPENUTUP

4.1. KESIMPULAN Bersadarkan pemaparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa asma bronkhial sangat berbahaya bagi kehidupan, bahkan komplikasi terbesar dapat mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu tenaga kesehatan sangat penting mengetahui bagaimana asuahn keperawata pada pasien gigitan ular, termasuk etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaannya. Agar supaya penanganan yang tepat dapat diberikan dengan baik dan hal-hal yang buruk yang merugikan kedua belah pihak dapat diatasi

4.2. SARANHidup terbebas dari penyakit adalah bagian yang membahagiaan bagi manusia namun terkadang saat hidup mengalami sakit juga merupakan bagian dari kehidupan manusia yang mencemaskan manusia. Sehingga kerjasama seluruh institusi harus saling terjalin agar kondisi kesehatan masyarakat yang baik dapat terlaksana. Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien yang mengalami gigitan ular dan paham bagaimana patofisiologi yang terjadi pada pasien yang mengalami penyakit tersebut. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA