gigitan anjing
DESCRIPTION
STASE BEDAHTRANSCRIPT
Disusun oleh: Galuh Kinanti Kusuma Ayu 2010730042
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAHRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKARWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Pembimbing: dr. Usman Wahid, Sp.B
REFRESHING
GIGITAN ANJING
Definisi Luka gigitan → cedera yang disebabkan oleh
mulut dan gigi hewan liar, hewan peliharaan, atau manusia.[1] Jenis Pajanan
WHO [8]
Jenis kontak adalah sebagai berikut :
• Menyentuh atau memberi makan hewan, jilatan pada kulit.Kategori I
• Gigitan, cakaran kecil atau lecet tanpa pendarahan, jilatan pada kulit yang luka.
Kategori II
• Gigitan/cakar single atau multiple, air liur dari jilatan yang mengkontaminasi selaput mukosa, gigitan atau cakaran kelelawar.
Kategori III
Hewan liar hewan yang ganas dan pemakan daging, misalnya harimau, singa, hiu, atau bila hewan terganggu atau terkejut (usaha membela diri).[1]
Hewan peliharaan jinak kalau disakiti atau diganggu, sedang memelihara anaknya, sedang makan, atau ketika sakit.[1]
Hewan menggigit tanpa alasan yang jelas harus curiga
hewan menderita penyakit yang menular melalui
gigitannya, misalnya RABIES[1]
> Kerusakan jaringan
secara umum
> Perdarahan serius bila pembuluh
darah besar terluka
> Infeksi oleh bakteri atau
patogen lainnya,
seperti rabies
> Awal dari peradangan dan gatal-
gatal.
Luka gigitan penting untuk diperhatikan karena dapat menyebabkan:[1]
Tipe-tipe Gigitan Anjing[2]
Tipe Scissor : Merupakan tipe gigitan anjing yang benar. Dimana gigi taring atas dan bawah bertemu dan menggigit sangat erat seperti gunting. Tipe Overshot : Gigi taring atas lebih cranial daripada gigi taring bawah. Tipe Undershot : Gigi taring bawah lebih cranial daripada gigi taring atas. Tipe Pincer : Gigi taring atas tepat bertemu dengan taring bawah.
Ciri-ciri Anjing Gila[2]
Tampak tidak sehat, gelisah,
dan agresif
Keluar air liur berlebihan dan lidah terjulur
Mata anjing merah
Suka menyendiri dan
berada di tempat gelap
Ekor ditekuk diantara kedua kaki belakang
Menggigit apa saja yang ada
disekitanya, baik benda-benda
maupun orang, bahkan pemilik
anjing yang selama ini akrab
dengannya
Takut cahaya (fotofobi)
Tidak mau makan dan minum tapi
merasa sangat haus
Takut air Takut suara
Rabies
• Rabies berasal dari bahasa latin “rabere” arti marah.[2]
• bahasa Sanskrit “rabhas” yang bermakna kekerasan.[2]
• Yunani : “Lyssa” “kegilaan”.[2]
• Rabies merupakan simbol bagi penyakit yang menyerang anjing dan membuat anjing seperti gila (”mad Dog” ).[2]
• Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan syaraf pusat hewan berdarah panas dan manusia (zoonosis)[1]
Definisi
Etiologi
Rabies disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus (dari bahasa Yunani Lyssa, yang berarti mengamuk atau kemarahan) family Rahbdoviridae (dari bahasa Yunani, Rhabdos, yang berarti batang).[1,2]
Sifat-sifat Virus Rabies[1]
Virus rabies tergolong virus berukuran besar.
Mati oleh sinar matahari dan cahaya ultraviolet, larutan formalin, asam kuat, atau dipanaskan lebih dari 56oC selama satu jam.
Virus ini dapat tahan hidup beberapa minggu dalam suhu lemari es
Mampu hidup lebih dari satu tahun dalam suhu mendekati titik beku.
Infeksi didapat dengan masuknya virus melalui perlukaan kulit atau mukosa, biasanya akibat gigitan anjing, tetapi bisa juga akibat gigitan kucing atau mamalia lain yang terinfeksi virus ini.
Penularan Virus Rabies[5]
Kontak gigitan
• Melalui gigitan dari inang yang air liurnya sudah terinfeksi virus rabies
Kontak non gigitan• Goresan, luka
terbuka ataupun selaput lendir (seperti pada mata, hidung & mulut) yang terkontaminasi dengan air liur yang mengandung virus atau zat lain dari hewan yang menderita rabies
Patofisiologi[7]
Gejala Klinis[1]
• Demam, nyeri kepala, rasa lemah, nyeri tenggorokan, dan anoreksia. Yang khas ialah nyeri menelan akibat spasme otot menelan. Disfagia spastik yang sangat nyeri, menjadi dasar gejala “takut (minum) air”.
1. Stadium
Prodromal • Mulai gelisah, tak dapat tidur dan
menunjukkan kelakuan yang aneh. Perubahan kelakuan dapat berupa apati, diam, menarik diri, dan tidak kenal orang lagi.
• Keadaan ini sering berubah menjadi hiperaktivitas sampai agitasi dan agresivitas dengan kecenderungan ingin menggigit. Sering juga timbul konvulsi.
2. Stadium
Rangsangan
• Pada tahap kelumpuhan yang timbul karena kematian neuron dapat menyusul tiba-tiba dengan hipoksemia, aritmia jantung, hemiparesis, koma, sampai kematian.
3.Stadium Paralitik
Diagnosis [2,3,4]
Anamnesis Pemeriksaan fisik
Laboraturium (isolasi virus, Flourescent
Antibodies Test (FAT))
Negri bodies [2,3,4]
Penatalaksanaan
Cuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun/deterjen selama 10’-15’. [1]
Beri antiseptik (alkohol 70 %, betadine) [1]
Indikasi Pengobatan[9]
Luka resiko rendah : [9]
Jilatan pada kulit luka Garukan atau lecet
(erosi, ekskoriasi) Luka kecil disekitar
tangan, badan dan kaki.
diberi Vaksin Anti Rabies (VAR) saja
Beri VAR + SAR
Luka resiko tinggi : [9] Jilatan/luka pada mukosa Luka diatas daerah bahu Luka pada jari tangan/kaki Luka pada genetalia Luka yang lebar/dalam Luka yang banyak (multipel)
Untuk kontak (dengan air liur atau saliva hewan tersangka/hewan rabies atau penderita rabies), tetapi tidak ada luka maka tidak perlu diberikan pengobatan VAR maupun SAR.[9]
Sedangkan apabila kontak dengan air liur pada kulit luka yang tidak berbahaya, maka diberikan VAR atau diberikan kombinasi VAR dan SAR apabila kontak dengan air liur pada luka berbahaya.[9]
Dosis dan Cara Pemberian VAR[9]
Vaksin PVRV (Purufied Vero Rabies Vaccine) terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml. Sesudah digigit : IM pada deltoideus kanan dan
kiri Dosis : 0,5 ml dengan 4 kali pemberian yaitu
hari ke 0 (dua kali pemberian sekaligus), hari ke 7 satu kali pemberian dan hari ke 21 satu kali pemberian
Dosis dan cara pemberian VAR bersamaan dg SAR sesudah digigit = diatas + Ulangan 0,5 ml hari ke 90
Dosis dewasa dan anak sama
Suckling Mice Brain Vaccine (SMBV) mempunyai kemasan yang terdiri dari dos berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml dan Dos berisi 5 ampul @ 1 dosis intra kutan dan 5 ampul pelarut @ 0,4 ml. Sesudah digigit : Subkutan disekitar pusar Ulangan : intrakutan di fleksor lengan bawah
Dosis untuk vaksinasi dasar pada anak adalah 1 ml, dewasa 2 ml diberikan 7 kali pemberian setiap hari, untuk ulangan dosis pada anak 0,1 ml dan dewasa 0,25 ml diberikan pada hari ke 11, 15, 30 dan hari ke 90.
Dosis dan cara pemberian bersamaan dengan SAR sesudah
digigit : cara pemberian sama dengan diatas diberikan pada hari ke 11, 15, 25, 35 dan hari ke 90
Dosis dan cara pemberian SAR[9]
Serum heterolog (Equine Rabies Immunoglobin = ERIG)
Kemasan bentuk vial (1 vial @ 5 cc : 1000 IU/vial. )
Cara pemberian ; disuntikkan secara infiltrasi disekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra muscular
Dosis 40 IU/KgBB atau 0,5cc/kgBB diberikan bersamaan dengan pemberian VAR hari ke 0, dengan melakukan skin test terlebih dahulu
Serum homolog (Human Rabies Immune Globulin=HRIG)
Kemasan bentuk vial 2 ml ( 1 ml= 150 IU) Cara pemberian ; disuntikkan secara
infiltrasi disekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra muscular
Dosis 20 IU/kgBB diberikan bersamaan dengan pemberian VAR hari ke 0, dengan sebelumnya dilakukan skin test
VAR untuk pengebalan sebelum digigit
(Pre Exposure Immunization) [9]
• Disuntikkan secara IM didaerah deltoideus, Dosis 0,5 ml hari 0, 28, ulangan : 1 th selanjutnya setiap 3 th
Cara pemberia
n Pertama
• Disuntikkan secara IC, dosis dasar, 0,1 ml hari ke 0, 7 dan hari ke 28, Ulangan diberikan tiap 6 bulan – satu tahun
Cara pemberian Kedua
Vaksin PVRV
• Disuntikkan secara IC di bagian fleksor lengan bawah. Dosis dasar 0,1 ml untuk anak dan 0,25 ml untuk dewasa, pemberian hari 0, 21, dan 42. Untuk ulangan dosis 0,1 ml untuk anak dan 0,25 untuk dewasa setiap 1 tahun
Cara pemberia
n
Vaksin SMBV
Prognosis
Prognosis rabies selalu fatal karena sekali gejala rabies telah tampak hampir semua selalu kematian 2-3 hari sesudahnya sebagai akibat gagal napas/henti jantung ataupun paralisis generalisata. Berbagai penelitian dari tahun 1986-2000 melibatkan lebih dari 800 kasus gigitan anjing pengidap rabies di Negara endemis segera mendapat perawatan luka, pemberian VAR dan SAR mendapatkan angka survival 100%.[3]
Daftar Pustaka1. Sjamsuhidayat-de Jong.
2015. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta : EGC.
2. Gompf SG. Rabies. [Online]. 2011 Des 12; [14 screens]. Available from : URL : http://emedicine.medscape.com/article/220967-overview
3. Harijanto PN, Gunawan CA. 2009. Rabies. Dalam: Sudoyo A, Setiyohadi, Alwi I, editors. 4. Buku ajar Ilmu penyakit dalam. Edisi 3. Jakarta: InternaPublising. h. 2924-2930.
4. Harsono. 2011. Buku ajar neurologi klinis. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
5. Center for Disease Control and Prevention. Rabies. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/rabies/prevention/index.html.
6. Rohkamm R. 2004. Color Atlas of Neurology. New York: Thiema Stuttgart,
7. Price, Silvia A. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC
8. World Health Organization. WHO: Guides for post-exposure prophylaxis. Diunduh dari: http://www.who.int/rabies/human/postexp/en/
9. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia .Petunjuk Perencanaan dan Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka/ Rabies di Indonesia.Bakti Husada. 2011