gadar gigitan ular bab 2

Upload: javas-angwyn-sylvester-tristan

Post on 07-Jul-2018

293 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    1/21

    1

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    2.1 Anatomi Ular

    2.1.1 Anatomi Ular

      Memiliki > 1 pasang gigi yang membesar pada rahang atas berupa taring

      Kalenjar bisa : dikelilingi otot kompresor, terletak dibelakang bawah mata

      Saluran bisa membuka kedalam pembungkus pada dasar taring bisa dialirkan

    ke ujung melalui kanal

    2.1.2 Jenis Ular

    Jenis ular dan identifikasi Tidak semua spesies ular memiliki bisa sehingga

     pada kasus gigitan ular perlu dibedakan atas gigitan ular berbisa atau gigitan ular

    tidak berbisa. Ular berbisa yang bermakna medis memiliki sepasang gigi yang

    melebar, yaitu taring, pada bagian depan dari rahang atasnya. Taring- taring ini

    mengandung saluran bisa (seperti jarum hipodermik) atau alur, dimana bisa dapat

    dimasukkan jauh ke dalam jaringan dari korban. Selain melalui taring, bisa dapat juga

    disemburkan seperti pada ular kobra yang meludah dapat memeras bisanya keluar

    dari ujung taringnya dan membentuk semprotan yang diarahkan pada mata korban.

    Efek toksik bisa ular pada saat menggigit mangsanya tergantung pada spesies,

    ukuranular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan (apakah hanya satu atau

    kedua taring menusuk kulit), serta banyaknya serangan yang terjadi. Dari ribuan jenis

    ular yang diketahui hanya sedikit sekali yang berbisa, dan dari golongan ini hanya

     beberapa yang berbahaya bagi manusia. Di seluruh dunia dikenal lebih dari 2000

    spesies ular, namun jenis yang berbisa hanya sekitar 250 spesies. Berdasarkan

    morfologi gigi taringnya, ular dapat diklasifikasikan ke dalam 4 familli utama yaitu:

    1.  Familli Colubridae, kebanyakan ular berbisa masuk dalam famili ini,

    misalnya ular pohon , ular sapi (Zaocys carinatus ), ular tali (Dendrelaphis

     pictus), ular tikus atau ular jali (Ptyas korros), dan ular serasah (Sibynophis

    geminatus). Pada umumnya bisa yang dihasilkannya bersifat lemah.

    2.  Famili Elapidae memiliki taring pendek dan tegak permanen misalnya ular

    cabai (Maticora intestinalis), ular weling (Bungarus candidus), ular sendok

    (Naja sumatrana ), dan ular king kobra (Ophiophagus hannah ), ular welang,

    ular anang dan ular cabai

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    2/21

    2

    3.  Familli Crotalidae/ Viperidae memiliki taring panjang yang secara normal

    dapat dilipat ke bagian rahang atas, tetapi dapat ditegakkan bila sedang

    menyerang mangsanya. Ada dua subfamili pada Viperidae, yaitu Viperinae

    dan Crotalinae .Crotalinae memiliki organ untuk mendeteksi mangsa

     berdarah panas (pit organ), yang terletak di antara lubang hidung dan

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    3/21

    3

    mata.misalnya adalah ular bandotan (Vipera russelli ), ular tanah

    (Calloselasma rhodostoma ), dan ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris

    ), ular hijau dan ular bandotan puspo.

    4. 

    Familli Hydrophidae, misalnya ular laut. Ketiga family ular berbisa yangdisebutkan terakhir ini memiliki jenis bisa kuat yang terdapat di Indonesia.

    Ular tidak berbisa dapat tampak menyerupai ular berbisa. Namun, beberapa

    ular berbisa dapat dikenali melalui ukuran, bentuk, warna, kebiasaan dan suara yang

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    4/21

    4

    dikeluarkan saat merasa terancam. Beberapa ciri ular berbisa adalah bentuk kepala

    segitiga, ukuran gigi taring kecil, dan pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring.

    Tabel 1

    Tidak berbisa Bisa

    Bentuk kepala Bulat Elips, segitiga

    Gigi taring Gigi kecil 2 taring gigi besar

    Bekas gigitan Lengkung seperti U Terdiri dari 2 titik

    Warna Warna-warni Gelap

    Besar ular Sangat bervariasi Sedang

    Pupil ular Bulat Elips

    Ekor ular Bersisik ganda Bentuk sisik tunggal

    Agresifitas Mematuk berulang dan

    membelit sampai tidak

     berdaya

    Mematuk 1 dan 2 kali

    2.1.3 Bisa Ular

    Bisa Ular Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk

    melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa

    tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus.

    Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    5/21

    5

    yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak

    hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks,

    terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik

    2.1.4 Komposisi Bisa UlarBisa ular mengandung lebih dari 20 unsur penyusun, sebagian besar adalah

     protein, termasuk enzim dan racun polipeptida. Berikut beberapa unsur bisa ular yang

    memiliki efek klinis:

    1)  Enzim prokoagulan (Viperidae) dapat menstimulasi pembekuan darah

    namun dapat pula menyebabkan darah tidak dapat berkoagulasi. Bisa dari

    ular Russel mengandung beberapa prokoagulan yang berbeda dan

    mengaktivasi langkah berbeda dari kaskade pembekuan darah. Akibatnya

    adalah terbentuknya fibrin di aliran darah. Sebagian besar dapat dipecah

    secara langsung oleh sistem fibrinolitik tubuh. Segera, dan terkadang antara

    30 menit setelah gigitan, tingkat faktor pembekuan darah menjadi sangat

    rendah (koagulopati konsumtif) sehingga darah tidak dapat membeku.

    2)  Haemorrhagins (zinc metalloproteinase) dapat merusak endotel yang

    meliputi pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan sistemik spontan

    (spontaneous systemic haemorrhage).

    3)  Racun sitolitik atau nekrotik  –   mencerna hidrolase (enzim proteolitik dan

    fosfolipase A) racun polipentida dan faktor lainnya yang meningkatkan

     permeabilitas membran sel dan menyebabkan pembengkakan setempat.

    Racun ini juga dapat menghancurkan membran sel dan jaringan.

    4) 

    Phospholipase A2 haemolitik and myolitik  –   ennzim ini dapatmenghancurkan membran sel, endotel, otot lurik, syaraf serta sel darah

    merah.

    5)  Phospolipase A 2 Neurotoxin pre- synaptik (Elapidae dan beberapa

    Viperidae)  –   merupakan phospholipases A2 yang merusak ujung syaraf,

     pada awalnya melepaskan transmiter asetilkolin lalu meningkatkan

     pelepasannya.

    6)  Post-synaptic neurotoxins (Elapidae)  –   polipeptida ini bersaing dengan

    asetilkolin untuk mendapat reseptor di neuromuscular junction dan

    menyebabkan paralisis yang mirip seperti paralisis kuraonium

    Bisa ular terdiri dari beberapa polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase,

    ATP-ase, 5 nukleotidase, kolin esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase,

    DNA-ase. Enzim ini menyebabkan destruksi jaringan lokal, bersifat toksik terhadap

    saraf, menyebabkan hemolisis atau pelepasan histamin sehingga timbul reaksi

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    6/21

    6

    anafilaksis. Hialuronidase merusak bahan dasar sel sehingga memudahkan

     penyebaran racun.

    2.1.5 Sifat Bisa Ular

    Sifat Bisa Ular Berdasarkan patofisiologis yang dapat terjadi pada tubuhkorban, efek bisa ular dapat dibedakan menjadi:

    1)  Bisa hemotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi jantung dan sistem

     pembuluh darah. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular

    yang menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan

     jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah), sehinggga

    sel darah merah menjadi hancur dan larut (hemolysis) dan keluar menembus

     pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada

    selaput mukosa (lendir) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.

    2)  Bisa neurotoksik , yaitu bisa yang mempengaruhi sistem saraf dan otak.

    Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel saraf

    sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut

    mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka tampak kebiruan dan hitam

    (nekrotik). Penyebaran dan peracunan selanjut nya mempengaruhi susunan

    saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf

     pernapasan dan jantung. Penyebaran bisa ular ke seluruh tubuh melalui

     pembuluh limfe.

    3)  Bisa sitotoksik , yaitu bisa yang hanya bekerja pada lokasi gigitan. Bisa ular

    diproduksi dan disimpan dalam sepasang kelenjar yang berada di bawah

    mata.

    Bisa dikeluarkan dari taring berongga yang terletak di rahang atasnya. Taring

    ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada rattlesnake besar. Dosis bisa ular tiap gigitan

     bergantung pada waktu yang terlewati sejak gigitan pertama, derajat ancaman yang

    diterima ular, serta ukuran mangsanya. Lubang hidung merespon terhadap emisi

     panas dari mangsa, yang dapat memungkinkan ular untuk mengubah jumlah bisa

    yang dikeluarkan.

    Bisa biasanya berupa cairan. Protein enzimatik pada bisa menyalurkan bahan-

     bahan penghancurnya. Protease, kolagenase, dan arginin ester hidrolase telah

    diidentifikasi pada bisa pit viper. Efek lokal dari bisa ular merupakan penanda

     potensial untuk kerusakan sistemik dari fungsi sistem organ. Salah satu efeknya

    adalah perdarahan lokal, koagulopati biasanya tidak terjadi saat venomasi. Efek

    lainnya, berupa edema lokal, meningkatkan kebocoran kapiler dan cairan interstitial

    di paru-paru.

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    7/21

    7

    Mekanisme pulmoner dapat berubah secara signifikan. Efek akhirnya berupa

    kematian sel yang dapat meningkatkan konsentrasi asam laktat sekunder terhadap

     perubahan status volume dan membutuhkan peningkatan minute ventilasi. Efek

     blokade neuromuskuler dapat menyebabkan perburukan pergerakan diafragma. Gagal

     jantung dapat disebabkan oleh asidosis dan hipotensi. Myonekrosis disebabkan oleh

    myoglobinuria dan gangguan ginjal (Hafid Abdul dkk 1997)

    2.2 Definisi

    Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa.

    Bisa ular adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik

    yang luas atau bervariasi. Yang mempengaruhi sistem multiorgan, terutama

    neurologik, kardiovaskuler, dan sistem pernapasan.(Suzanne Smaltzer.2001)\

    Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera

    ditanganidapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang

    digigit ular atau diduga digigit ular (Sartono 1999).

    2.3 Etiologi

    Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan

    Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan

     pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi

     pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat

    lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam.

    Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam :

    A.  Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic) Bisa ular yang

     bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak

    (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma

    lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan

    larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah,

    mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut,

    hidung, tenggorokan, dan lain-lain

    B.  Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic) Yaitu bisa ular yang merusak dan

    melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang

    menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tandakulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis).

    Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat

    dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan

     jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh

    limfe.

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    8/21

    8

    C.  Bisa ular yang bersifat Myotoksin. Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering

     berhubungan dengan maemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan

    kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.

    D.  Bisa ular yang bersifat kardiotoksin, Merusak serat-serat otot jantung yang

    menimbulkan kerusakan otot jantung.

    E.  Bisa ular yang bersifat cytotoksin. Dengan melepaskan histamin dan zat

    vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler.

    F.  Bisa ular yang bersifat cytolitik Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan

    dan nekrose di jaringan pada tempat gigitan.

    G.  Enzim-enzim Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran

     bisa.

    2.4 Patofisiologi

    Bisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang kelenjar di bawah mata.

    Bisa ular dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring yang terdapat di rahang atas.Gigi taring ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada rattlesnake (ular derik) yang besar.

    Dosis bisa setiap gigitan tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan terakhir,

    derajat ancaman yang dirasakan ular, dan ukuran mangsa. Lubang hidung ular

    merespon panas yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan ular untuk

    mengubah-ubah jumlah bisa yang akan dikeluarkan. (Brian James. 2006)

    Ular koral memiliki mulut yang lebih kecil dan gigi taring yang lebih pendek.

    Hal ini menyebabkan mereka memiliki lebih sedikit kesempatan untuk menyuntikan

     bisa dibanding dengan jenis crotalid, dan mereka menggigit lebih dekat dan lebih

    mirip mengunyah daripada menyerang seperti dikenal pada ular jenis viper. (BrianJames. 2006)

    Semua metode injeksi venom ke dalam korban (envenomasi) adalah untuk

    mengimobilisasi secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar bisa terdiri dari

    air. Protein enzimatik pada bisa menginformasikan kekuatan destruktifnya. Bisa ular

    terdiri dari bermacam polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase, ATP-ase, 5

    nukleotidase, kolin esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA-ase. Enzim

    ini menyebabkan destruksi jaringan lokal, bersifat toksik terhadap saraf,

    menyebabkan hemolisis, atau pelepasan histamin sehingga timbul reaksi

    anafilaksis.(Snakebite, 2005)

    Protease, kolagenase, dan arginin ester hydrolase telah diidentifikasi pada bisa

    ular viper. Neurotoxin merupakan mayoritas bisa pada ular koral. Detail spesifik

    diketahui beberapa enzim seperti berikut ini:

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    9/21

    9

    A.  hyaluronidase memungkinkan bisa dapat cepat menyebar melalui

     jaringan subkutan dengan merusak mukopolisakarida;

    B.  phospholipase A2 memainkan peranan penting pada hemolisis

    sekunder dari efek esterolitik pada membran eritrosit dan

    menyebabkan nekrosis otot; dan

    C.  enzim trombogenik menyebabkan terbentuknya bekuan fibrin yang

    lemah, dimana, pada waktunya mengaktivasi plasmin dan

    menyebabkan koagulopati konsumtif dan konsekuensi hemoragiknya.

    Konsentrasi enzim bervariasi di antara spesies, karena itu

    menyebabkan perbedaan envenomasi. Gigitan copperhead secara

    umum terbatas pada destruksi jaringan lokal. Rattlesnake dapat

    menyisakan luka yang hebat dan menyebabkan toksisitas sistemik.

    Ular koral mungkin meninggalkan luka kecil yang kemudian dapat

    muncul kegagalan bernafas dengan tipe blokade neuromuscular

    sistemik. Efek lokal dari bisa berfungsi sebagai pengingat akan potensi

    kerusakan sistemik dari fungsi system organ. Salah satu efek adalah

     perdarahan; koagulopati bukanlah hal yang aneh pada envenomasi

    yang hebat. Efek lain, edema lokal, meningkatkan kebocoran kapiler

    dan cairan interstisial di paru. Mekanisme pulmonal dapat terpengaruh

    secara signifikan. Efek terakhir, kematian sel lokal, meningkatkan

    konsentrasi asam laktat sekunder terhadap perubahan status volume

    dan membutuhkan peningkatan ventilasi per menit. Efek-efek blokade

    neuromuskuler berakibat pada lemahnya ekskursi diafragmatik. Gagal

     jantung merupakan akibat dari hipotensi dan asidosis. Myonekrosismeningkatkan kejadian kerusakan adrenal myoglobinuria. (Brian

    James. 2006)

    Variasi derajat toksisitas juga membuat bisa ular dapat berguna untuk

    membunuh mangsa. Selama envenomasi (gigitan yang menginjeksikan

     bisa atau racun), bisa ular melewati kelenjar bisa melalui sebuah

    duktus menuju taring ular, dan akhirnya menuju mangsanya. Bisa ular

    merupakan kombinasi berbagai substansi dengan efek yang bervariasi.

    Dalam istilah sederhana, protein-protein ini dapat dibagi menjadi 4

    kategori :

    1. 

    Cytotoxin menyebabkan kerusakan jaringan lokal.

    2.  Hemotoxin, bisa yang menghancurkan eritrosit, atau

    mempengaruhi kemampuan darah untuk berkoagulasi,

    menyebabkan perdarahan internal.

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    10/21

    10

    3.   Neurotoxin menyerang sistem syaraf, menyebabkan paralisis

    transmisi saraf ke otot dan pada kasus terburuk paralisis

    melibatkan otot-otot menelan dan pernafasan.

    4.  Cardiotoxin berefek buruk langsung pada jantung dan mengarah

     pada kegagalan sirkulasi dan syok

    Racun yang merusak jaringan menyebabkan nekrosis jaringan yang luas dan

    hemolisis. Gejala dan tanda yang menonjol berupa nyeri yang hebat yang tidak

    sebanding dengan besar luka, udem, eritema, petekie, ekimosis, bula, dan tenda

    nekrosis jaringan. Dapat terjadi perdarahan di peritoneum atau pericardium, udem

     paru, dan syok berat karena efek racun langsung pada otot jantung. Ular berbisa yang

    terkenal di Indonesia adalah ular kobra dan ular welang yang bisanya bersifat

    neurotoksik. Gejala dan tanda yang timbul akibat bisa jenis ini adalah rasa

    kesemutan, lemas, mual, salivasi, dan muntah. Pada pemeriksaan ditemukan ptosis,

    refleks abnormal, dan sesak nafas sampai akhirnya terjadi henti nafas akibatkelumpuhan otot pernafasan. (Snakebite, 2005)

    2.5 Pathway

    Etiologi Gigitan Ular

    ↓ 

    Traumatic jaringan

    ↓ 

    Kerusakan kulit (Kerusakan

    Integritas kulit)

    ↓ 

    Rusaknya barier tubuh

    ↓ 

    Terpapar dengan

    lingkungan

    ↓ 

    Resti infeksi

    masalah kontinuitas

     jaringan

    ↓ 

    Kerusakan syaraf perifer

    ↓ 

    Menstimulasi

     pengeluaran

    neurotransmitter

    (prostaglandin,

    histamine, bradikinin,

    serotonin)

    ↓ Serabut eferen

    ↓ 

    Medula spinalis

    ↓ 

    Korteks serebri

    Menyebabkan paralise otot

    otot lurik

    ↓ 

    Kelumpuhan / kelemahan

    otot otot pernapasan

    ↓ 

    Kompensasi tubuh dengan

    cara napas yang dalam dan

    cepat

    ↓ 

    Ketidakefektifan

     polanapas  

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    11/21

    11

    Stress

    ↓ 

    Ansietas

    ↓ 

    Gangguan pola istirahat

    dan tidur 

    ↓ 

    Serabut aferen Perdarahan berlebih

    ↓ 

    Perpindahan cairan

    intravaskuler ke

    ekstravaskuler

    ↓ 

    Keluarnya cairan tubuh

    (ketidakseimbangan)

    ↓ 

    Kekurangan volume cairan

    ↓ 

    Resti syok hipovolemik

    Nyeri 

    ↓Kemempuan ambang

     batas tubuh tidak

    menahan

    Syok neurogenik  

    Aktifitas motorik

    terbatas

    ↓ 

    Kekuatan otot menurun

    ↓ 

    Gangguan mobilisasi

    fisik

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    12/21

    12

    2.6 Manifesasi Klinik

    Tanda dan gejala yang umum ditemukan pada pasien bekas gigitan ular adalah

    1.  Ular jenis Neurotoksik

    Ular yang tergolong berbisa neurotoksik ialah keluarga Epiladae yaitu: ularkobra, ular kraits, dan ular karang.

    Gejala yang ditimbulkan :

     Jantung berdenyut tak teratur, diikuti dengan kelemahan seluruh badan dan

     berakhir dengan syok

     Sakit kepala hebat, pusing, mengigau, pikiran terganggu sehingga tidak sadar

     Otot tidak terkordinasi, sehingga tidak dapat mengambil atau memindahkan

     benda kecil

     Sesak nafas karena terjadi kelumpuhan pernapasan

     

    Mual, muntah dan mencret

    2.  Ular jenis Hemolitik

    Ular jenis hemolitik termasuk dalam keluarga Krotaluidae, sering disebut juga

    keluarga pit viper yaitu Rattelesnaker (crotalus), ular Copperhead (Angkis-Trodon),

     pit viper sendiri mengandung beberapa prokoagulan yang mengaktifasi kaskade

     pembekuan darah

    Gejala yang ditimbulkan

     Daerah yang digigit dalam waktu 3-5 menit akan membengkak hebat dan

    terjadi ganggren. Hal ini disebabkan ular itu selalu mengeluarkan racun dan

    enzim proteolitik

     Sakit yang hebat di daerah gigitan

     Daerah yang dihancurkan menembus dinding pembuluh lalu berkumpul di

     jaringan sekitarnya

     Sakit kepala hebat dan haus

     Terjadinya perdarahan dalam usus dan ginjal sehingga terjadi melena dan

    hematuria.

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    13/21

    13

    Efek yang ditimbulkan akibat gigitan ular dapat dibagi 3;

    1.  Efek local

    Beberapa spesies seperti coral snakes, krait akan memberikan efek yang agak

    sulit di diteksi dan hanya bersifat minor tetapi beberapa spesies, gigitanya dapat

    menghasilkan efek yang cukup besar seperti : bengkak, melepuh, perdarahan, memar

    sampai dengan nekrosis. Yang mesti diwaspadai adalah terjadinya syok hipovolemik

    sekunder yang diakibatkan oleh berpindahnya cairan vaskuler ke jaringan akibat efek

    sistemik bisa ular tersebut.

    2. 

    Efek sistemikGigitan ular ini akan menghasilkan efek yang non-spesifik seperti : nyeri

    kepala, mual dan muntah, nyeri perut, diare sampai pasien menjadi kolaps. Gelayang

    ditemukan seperti ini sebagai tanda bahaya bagi petugas kesehatan untuk memberi

     pertolongan segera.

    3.  Efek sistemik spesifik

    Efek sistemik spesifik dapat dibagi berdasarkan :

    -  Koagulopati

     beberapa spesies ular dapat menyebabkan terjadinya koagulopati. Tanda-

    tanda klinis yang dapat ditemukan adalah keluarnya darah terus menerus dari

    tempat gigitan, venipuncture dari gusi dan bila berkembang akan

    menimbulkan hematuria, haematomesis, melena dan batuk darah.

    -   Neurotoksik

    Gigitan ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid paralysis. Ini biasanya

     berbahaya bila terjadi paralisis pada pernafasan. Biasanya tanda-tanda yang

     pertama kali dijumpai adalah pada syaraf kranial seperti ptosis,

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    14/21

    14

    oftalmoplegia progresif bila tidak mendapatkan anti venom akan terjadi

    kelemahan anggota tubuh dan paralisis pernafasan. Biasanya full paralysis

    akan memakan waktu +12 jam , pada beberapa kasus biasanya menjadi lebih

    cepat, 3 jam setelah gigitan.

    Miotoksisitas

    Miotoksisitas hanya akan ditemukan bila seseorang diserang atau digigit

    oleh ular laut. Ular yang berada didaratan biasanya tidak ada yang

    menyebabkan terjadinya miotoksisitas berat. Gejala dan tanda adalah : nyeri

    otot, tenderness, mioglobinuria dan berpotensi untuk terjadinya gagal ginjal,

    hyperkalemia dan kardiotoksisitas.

    Derajat gigitan ular

    1. Derajat 0

      Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam

      Pembengkakan minimal, diameter 1 cm

    2. Derajat 1

      Bekas gigitan 2 taring

      Bengkak dengan diameter 1-5 cm

      Tidak ada tanda tanda sistemik sampai 12 jam

    3. Derajat II

      Sama dengan derajat I

      Petechie, echimosis

       Nyeri hebat dalam 12 jam

    4. 

    Derajat III

      Sama dengan derajat I dan II

      Syok dan distress nafas/petechie, echimosis

    seluruh tubuh

    5. Derajat IV

      Sangat cepat memburuk

    2.7 Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi

     perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit. Perawatan di Lapangan seperti

    kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan pasiensampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan

    autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan,

    termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan

    turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat

    harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support. Tenangkan pasien untuk

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    15/21

    15

    menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).

    (Brian James. 2006)

    Pertolongan Pertama :

    1. 

    Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit

    dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka

    habis.

    2.  Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat

    ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan

    imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap

     posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk

    mengurangi aliran bisa.

    3.  Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk

     penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa

    keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat

    ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini

    semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan

    mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.

    4.  Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat

    menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai

    longgar untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.

    5.  Monitor tanda-tanda vital korban  —   temperatur, denyut nadi, frekuensi

    nafas, dan tekanan darah –  jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap

    waktu jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.6.  Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang

    mengigit kemungkinan berbisa.

    7.  Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat

    dan aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi

    tidak berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan

     jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya

    gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang

    sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular  –  ular masih dapat

    mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). (MedlinePlus Medical

    Encyclopedia , 2006)Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah gigitan

    tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.

    8.  Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat

    darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika

    memasang bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak

    sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    16/21

    16

    memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti

    ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit

    9.  Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek

    mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi

    dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid

    Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai

    ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut

     pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan

     bidai, dengan tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah.

    Teknik ini membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari

     bisa, tapi juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika

    gejala yang signifikan terdapat di sana.

    Sejumlah teknik pertolongan pertama yang lama telah ditinggalkan.

    Penemuan klinik terbaru mendukung hal-hal berikut (MedlinePlus Medical

    Encyclopedia , 2006) :

    a.  Jangan mencoba menghisap bisa dengan mulut dan memotong sisi gigitan.

    Memotong sisi yang tergigit dapat merusak organ yang mendasarinya,

    meningkatkan resiko infeksi, dan tidak membuang racun.

     b.  Jangan gunakan es atau kompres dingin pada sisi gigitan. Es tidak

    mendeaktivasi bisa dan dapat menyebabkan radang dingin.

    c.  Jangan menggunakan kejutan listrik. Kejutan listrik tidak efektif dan dapat

    menyebabkan luka bakar atau masalah elektrik pada jantung

    d. 

    Jangan gunakan alkohol. Alkohol dapat menghilangkan sakit, tapi jugamembuat pembuluh darah lokal berdilatasi, dimana dapat meningkatkan

    absorpsi bisa.

    e.  Jangan menggunakan turniket atau verband yang ketat. Hal ini tidak

    terbukti efektif, dapat meningkatkan kerusakan jaringan, dan dapat

    menyebabkan keharusan amputasi

    f.  Jangan mengangkat sisi gigitan di atas tinggi jantung korban.

    Manajemen di Rumah Sakit Perawatan definitif meliputi pengecekan

    kembali ABC dan mengevaluasi pasien atas tanda-tanda syok (seperti

    takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat, perubahan status mental,

    hipotensi). Rawat dahulu keadaan yang mengancam nyawa. Korban dengan

    kesulitan bernafas mungkin membutuhkan endotracheal tube dan sebuah

    mesin ventilator untuk menolong korban bernafas. Korban dengan syok

    membutuhkan cairan intravena dan mungkin obat-obatan lain untuk

    mempertahankan aliran darah ke organ-organ vital. (Brian James. 2006)

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    17/21

    17

    Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan

    iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-bersih

    dengan air yang mengalir sesegera mungkin dapat membilas dan menghanyutkan bisa

    itu, mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.

    Penderajatan envenomasi membedakan kebutuhan akan antivenin pada korban

    gigitan ular-ular viper. Derajat dibagi dalam ringan, sedang, atau berat. (Brian James.

    2006)

    a.  Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada

    tanda-tanda toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.

     b.  Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema

    lebih dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea,

    vomitus dan penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan

     jumlah hematokrit atau trombosit).

    c.  Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur

    darah, hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin

    time dan tromboplastin time parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal

    dari tes-tes lain yang menunjukkan koagulopati konsumtif.

    Penderajatan envenomasi merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa

     jam, sindrom ringan awal dapat berkembang menjadi sedang bahkan reaksi

    yang berat.

    Beri antivenin pada korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan jika

    korban datang dalam 12 jam setelah gigitan, tanpa melihat adanya tanda-tanda lokalatau sistemik. Neurotoksisitas dapat muncul tanpa tanda-tanda sebelumnya dan

     berkembang menjadi gagal nafas.

    Bersihkan luka dan cari pecahan taring ular atau kotoran lain. Suntikan

    tetanus diperlukan jika korban belum pernah mendapatkannya dalam kurun waktu 5

    tahun terakhir. Beberapa luka memerlukan antibiotik untuk mencegah infeksi.

    (Snakebite, 2005)

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    18/21

    18

    2.8 Pengobatan

    Pengobatan gigitan ular

    Pada umumnya terjadi salah pengertian

    mengenai pengelolaan gigitan ular. Metode penggunaan

    torniket (diikat dengan keras sehingga menghambat

     peredaran darah), insisi (pengirisan dengan alat tajam),

     pengisapan tempat gigitan, pendinginan daerah yang

    digigit, pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus

    dihindarikarena tidak terbukti manfaatnya.

    Terapi yang dianjurkan meliputi:

    a. Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau

    air steril.

     b. Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan

     perban katun elastis dengan lebar + 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan

    kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai

     bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban seperti

    membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar

    aliran darah tidak terganggu.

    Penggunaan torniket tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah

    dan pelepasan torniket dapat menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.

    c. Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi

     penatalaksanaan jalan nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan;

     penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan resusitasi perlu dilaksanakan bilakondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan  shock ,  shock  perdarahan,

    kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat

    terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot rangka,

    serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.

    d. Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban pernah mendapatkan

    toksoid maka diberikan satu dosis toksoid tetanus.

    e. Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara

    intramuskular.

    f. Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut cepat

    mati/panik.

    g. Pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas

     protein, maka sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum

    kuda. Di Indonesia, antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi

    terhadap beberapa bisa ular. Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila

    terdapat kerusakan jaringan lokal yang luas.

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    19/21

    19

    Indikasi SABU(Serum Anti Bisa Ular) adalah adanya gejala venerasi

    sistemik dan edema hebat pada bagian luka. Pedoman terapi SABU mengacu

     pada Schwartz dan Way (Depkes, 2001):

     

    Derajat 0 dan I tidak diperlukan SABU, dilakukan evaluasi dalam 12 jam, jika derajat meningkat maka diberikan SABU

      Derajat II: 3-4 vial SABU

      Derajat III: 5-15 vial SABU

      Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial SABU

    Pengobatan suportif terdiri dari infus NaCl, plasma, atau darah, dan

     pemberian vasopresor untuk menanggulangi syok. Mungkin perlu diberikan

    fibrinogen untuk memperbaiki kerusakan sistem pembekuan. Dianjurkan juga

     pemberian kortikosteroid. (Snakebite, 2005)

    Bila terjadi kelumpuhan pernafasan dilakukan intubasi, dilanjutkan denganmemasang respirator untuk ventilasi. Bila terjadi pembengkakan hebat biasanya perlu

    dilakukan fasiotomi untuk mencegah sindrom kompartemen. Bila perlu, dilakukan

    upaya untuk mengatasi faal ginjal. Nekrotomi dikerjakan bila telah nampak jelas

     batas kematian jaringan, kemudian dilanjutkan dengan cangkok kulit. Bila ragu-ragu

    mengenai jenis ularnya, sebaiknya penderita diamati selama 48 jam karena kadang

    efek keracunan bisa timbul lambat. Gigitan ular tak berbisa tidak memerlukan

     pertolongan khusus, kecuali pencegahan infeksi. (Snakebite, 2005)

    2.9 Pemeriksaan Penunjang

    Jarang terjadi, dokter mungkin perlu berkonsultasi dengan ahli bedah jikaterdapat bukti-bukti sindromkompartemen. Jika perawatan dengan elevasi tungkai

    dan obat-obatan gagal, ahli bedah mungkin perlu melakukan pembedahan pada kulit

    sampai kompartemen yang terkena, disebut fasciotomy. Prosedur ini dapat

    memperbaiki pembengkakan dan penekanan tungkai, berpotensi menyelamatkan

    lengan atau tungkai. Fasciotomi tidak diindikasikan pada setiap gigitan ular, tapi

    dilakukan pada pasien dengan bukti objektif adanya peningkatan tekanan

    kompartemen. Cedera jaringan setelah sindrom kompartemen bersifat reversible tapi

    dapat dicegah. (MedlinePlus Medical Encyclopedia , 2006)

    Studi Laboratorium :

    a.  Penghitungan jumlah sel-sel darah

     b.  Prothrombin time dan activated partial thromboplastin time.

    c.  Fibrinogen dan produk-produk pemisahan darah

    d.  Tipe dan jenis golongan darah

    e.  Kimia darah, termasuk elektrolit, BUN, kreatinin

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    20/21

    20

    f.  Urinalisis untuk myoglobinuria

    g.  Analisa gas darah untuk pasien dengan gejala sistemik

    Studi Imaging

    h.  Radiografi thoraks pada pasien dengan edema pulmoner

    i. 

    Radiografi untuk mencari taring ular yang tertinggal

    Tes lain :

    Tekanan kompartemen dapat perlu diukur. Secara komersial tersedia alat yang

    steril, sederhana untuk dipasang atau dibaca, dan dapat dipercaya (seperti

    Stryker pressure monitor). Pengukuran tekanan kompartemen diindikasikan

     jika terdapat pembengkakan yang signifikan, nyeri yang sangat hebat yang

    menghalangi pemeriksaan, dan jika parestesi muncul pada ekstremitas yang

    tergigit. (Brian James. 2006)

    2.10 Komplikasi

      Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit

    viper. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit.

    Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru

    dapat terjadi. Jarang terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih

    tinggi untuk terjadinya kematian atau komplikasi serius karena ukuran

    tubuh mereka yang lebih kecil. (MedlinePlus Medical Encyclopedia ,

    2006) Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular

    koral.

      Tanda kelemahan, vertigo, nadi cepat,lemah dan tak teratur,

     pembengkakan, dan perubahan warna yang hebat didaerah gigitan penting

    diperhatikan untuk menduga adanya efek keracunan yang lanjut.

      Kemungkinan relaps yang berbahaya timbul 3 hari setelah gigitan.

      Efek keracunan yang timbul dapat sangat berat sehingga sedapat mungkin

     penderita memperoleh perawatan intensif di rumah sakit.

  • 8/18/2019 gadar gigitan ular bab 2

    21/21

    21