askep hd

18
LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA A. Konsep Medis 1. Definisi Hemodialisis (HD) adalah cara pengobatan / prosedur tindakan untuk memisahkan darah dari zat-zat sisa / racun yang dilaksanakan dengan mengalirkan darah melalui membran semipermiabel dimana zat sisa atau racun ini dialihkan dari darah ke cairan dialisat yang kemudian dibuang, sedangkan darah kembali ke dalam tubuh sesuai dengan arti dari hemo yang berarti darah dan dialisis yang berarti memindahkan. 2. Prinsip-Prinsip Yang Mendasari Hemodialisis Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut di bersihkan dan kemudian di kembalikan lagi ke tubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu: difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di keluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memilki konsentrasi tinggi ke cairan yang konsentrasi rendah. Air yang berlebihan akan di keluarkan dari tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat di kendalaikan dengan menciptakan gradien tekanan dengan kata lain, air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat di tingkatkan melalui tekanan negatif yang di kenal dengan ultrafiltrasi. Tekanan negatif ini di

Upload: octa-dners

Post on 24-Jul-2015

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep hd

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMODIALISA

A. Konsep Medis

1. Definisi

Hemodialisis (HD) adalah cara pengobatan / prosedur tindakan untuk memisahkan

darah dari zat-zat sisa / racun yang dilaksanakan dengan mengalirkan darah melalui

membran semipermiabel dimana zat sisa atau racun ini dialihkan dari darah ke cairan

dialisat yang kemudian dibuang, sedangkan darah kembali ke dalam tubuh sesuai dengan

arti dari hemo yang berarti darah dan dialisis yang berarti memindahkan.

2. Prinsip-Prinsip Yang Mendasari Hemodialisis

Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari

darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh

dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah

tersebut di bersihkan dan kemudian di kembalikan lagi ke tubuh pasien.

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu: difusi, osmosis, dan

ultrafiltrasi.

Toksin dan zat limbah di keluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari

darah yang memilki konsentrasi tinggi ke cairan yang konsentrasi rendah.

Air yang berlebihan akan di keluarkan dari tubuh melalui proses osmosis.

Pengeluaran air dapat di kendalaikan dengan menciptakan gradien tekanan dengan kata

lain, air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan

yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat di tingkatkan melalui tekanan negatif

yang di kenal dengan ultrafiltrasi. Tekanan negatif ini di terapkan pada alat ini sebagai

kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluran air karena pasien tidak

dapat mengekresikan air. Kekuatan ini di perlukan untuk mengeluarkan cairan hingga

tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).

3. Akses Pada Sirkulasi Darah Pasien

a. Kateter subklavia dan femoralis :

Akses segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis darurat di capai

melalui kateterisasi subklavia untuk pemakaian sementara. Kateter di masukkan ke dalam

vena subklavia. Kateter femoralis dapat di masukan ke dalam pembuluh darah femoralis

untuk pemakaian segera dan sementara.

Page 2: askep hd

b. Fistula :

Fistula yang lebih permanen di buat melalui pembedahan yang biasanya di lakukan

pada lengn bawah dengan cara menghubungkan atau menyambung pembuluh arteri dengan

vena secara side-to-side atau end-to-end.

c. Tandur :

Dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialisi, sebuah tandur

dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau vena dari sapi atau

tandur vena pasien itu sendiri.

4. Penatalaksanaan pasien yang menjalani hemodialisis jangka panjang

a. Diet dan massalah cairan.

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisis mengingat

adanya efek uremia. Apabila ginajal yang rusak tidak mampu mengekresikan produk akhir

metabolisme, subtansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan

bekerja sebagai racun atau toksin yang di kenal dengan gejala uremik.

b. Pertimbangan medikasi.

Banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien

yang memerlukan obat-obatan harus di pantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar

obat-oabatan dalam darah dan jaringan dapat di pertahankan tanpa menimbulkan

akumulasi toksik.

5. Komplikasi

Komplikasi terapi dialisis sendiri dapat mencakup hal-hal berikut:

1. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan di keluarkan.

2. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika udara

memasuki sistem vaskuler pasien.

3. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi

darah di luar tubuh.

4. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme

meninggalkan kulit.

5. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan

muncul sebagai serangan kejang.

6. Kram otot yang nyeri terjadi ketikacairan dan elektrolit dengan cepat meningglkan

ruang ekstrasel.

7. Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi.

Page 3: askep hd

B. Konsep Keperawatan :

1. Pengkajian

a. Pengkajian Pre hemodialisa

Adapun pengkajian klien Pre Hemodialisa yaitu:

1)    Riwayat penyakit, tahap penyakit

2)    Usia

3)    Keseimbangan cairan, elektrolit

4)    Nilai laboratorium: Hb, ureum, creatinin, PH

5)    Keluhan subyektif: sesak nafas, pusing, palpitasi

6)    Respon terhadap dialysis sebelumnya.

7)    Status emosional

8)    Pemeriksaan fisik: BB, suara nafas, edema, TTV, JVP

9)    Sirkuit pembuluh darah.

b. Pengkajian Post HD :

1)    Tekanan darah: hipotensi

2)    Keluhan: pusing, palpitasi

3)    Komplikasi HD: kejang, mual, muntah, dsb

2. Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien yang menjalani hemodialisa

a. Pre Hemodialisa;

1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang familier dengan sumber informasi.

2) Cemas b.d krisis situasional

b. Intra Hemodialisa;

1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelemahan proses pengaturan.

2) Ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan kurang kontrol, ketergantungan pada

dialysis, sifat kronis penyakit

3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasiv.

c. Post Hemodialisa;

1) Resiko cedera berhubungan dengan akses vaskuler dan komplikasi sekunder terhadap

penusukan.

2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan dirumah.

Page 4: askep hd

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda.2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Buku kedokteran

EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

Barner. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarata : Buku kedokteran EGC

Page 5: askep hd

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE(CKD)

1. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengertian

CKD adalah gangguang fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana

kemampuan ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan

dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

B.Etiologi

Hal-hal yang dapat menyebabkan penyakit CKD adalah:

1. Diabetes Mellitus

2. Glumeruonefritis akut

3. Pielonefritis

4. Hipertensi

5. Obstruksi traktus urinarius

6. Lesi herediter (penyakit ginjal polikistik, gangguan fungsi vaskuler, infeksi, medikasi,

agen toksik)

C. Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan

tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron

yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi

walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan

ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut

menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai

poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri

timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien

menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi

ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin

clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya

diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi

setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin

berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

Klasifikasi Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :

- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan

penderita asimptomatik.

Page 6: askep hd

- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea

Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.

- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan

LFG :

- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang

masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2

- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89

mL/menit/1,73 m2

- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2

- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2

- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.

Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat

digunakan dengan rumus :

Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )

72 x creatini serum

Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

D. Manifestasi Klinis

a. Gangguan kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan gagal

jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.

b. Gannguan Pulmoner

Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.

c. Gangguan gastrointestinal

Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam

usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau

ammonia.

d. Gangguan muskuloskeletal

Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet

syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati

( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.

e. Gangguan Integumen

kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan urokrom,

gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.

f. Gangguan endokrim

Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan

aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.

Page 7: askep hd

g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa

biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi,

asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.

h. System hematologi

anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan

eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup

eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan

trombositopeni.

E. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :

a) Konservatif

- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

- Observasi balance cairan

- Observasi adanya odema

- Batasi cairan yang masuk

b) Dialysis

- peritoneal dialysis

biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.

Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD

( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )

- Hemodialisis

Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin.

Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk

mempermudah maka dilakukan :

- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )

c) Operasi

- Pengambilan batu

- transplantasi ginjal

2. KONSEP KEPERAWATAN

A.Pengkajian

1.Aktifitas/istirahat

Gejala: Kelelahan ekstrim, kelemahan, malaise, gangguan tidur

Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak

2.Sirkulasi

Gejala: Riwayat hipertensi lama dan berat, palpitasi, nyeri dada (angina)

Page 8: askep hd

Tanda: Hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum, pitting pada kaki, telapak

tangan pada kaki, disritmia jantung, nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik menunjukkan

hipovolemi, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.

3.Integritas ego

Gejala: Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya, perasaan tak berdaya, tak

ada harapan, tak ada kekuatan.

Tanda: Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.

4.Eliminasi

Gejala: Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare, atau

konstipasi

Tanda: Perubahan warna urin, contoh: kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria

dapat menjadi anuria.

5.Makanan/cairan

Gejala: Peningkatan berat badan cepat(edema),penurunan berat

badan(malnutrisi),anoreksia, nyeri ulu hati,mual muntah,rasa metalik tak sedap pada

mulut(pernapasan amonia),penggunaan diuretik.

Tanda: Distensi abdomen(asites),pembesaran hati(tahap akhir),perubahan turgor kulit\

kelembaban,edema,ulserasi gusi,perdarahan gusi \lidah,penurunan otot,penurunan lemak

subcutan,penampilan tak bertenaga.

6.Neorosensori

Gejala: Sakit kepala,penglihatan kabur, kram otot,kejang.

Tanda: Gangguan status muntah,contoh penurunan lapang perhatian,ketidak manpuan

berkonsenterasi,kehilangan memori, kacau.

7.Nyeri/kenyamanan

Gejala: Nyeri panggul,sakit kepala,kram otot\nyeri kaki(memburuk pada malam hari)

Tanda: Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah.

8.Pernapasan

Gejala: Napas pendek,dispnea nokturnalparoksismal,batuk dengan\tanpa sputum

kental,dan banyak.

Tanda: Thipnea,dispnea,peningkatan frekuensi\kedalaman,batuk produktif.

9.Keamanan

Gejala: Kulit gatal.

Tanda: Pruritus

10.Seksualitas

Gejala: Penurunan libido,amenore,abnormalitas.

11.Interaksi Sosial

Gejala: Kesulitan menentukan kondisi,contohtak mampu bekerja,mempertahankanfungsi

peran biasanyadalam keluarga.

Page 9: askep hd

12.Penyuluhan/pembelajaran

Gejala: Riwayat DM keluarga,penyakit polikistik,nefritis herediter,kalkulus

urinaria,maglinasi.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:

1. Penurunan curah jantung

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

3. Perubahan nutrisi

4. Perubahan pola nafas

5. Gangguan perfusi jaringan

6. Intoleransi aktivitas

7. kurang pengetahuan tentang tindakan medis

8. resti terjadinya infeksi

C. Intervensi

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat

Tujuan:

Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :

mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam

batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler

Intervensi:

a. Auskultasi bunyi jantung dan paru

R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur

b. Kaji adanya hipertensi

R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-angiotensin

(disebabkan oleh disfungsi ginjal)

c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)

R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri

d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas

R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder :

volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)

Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil:

tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output

Intervensi:

a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran,

Page 10: askep hd

turgor kulit tanda-tanda vital

b. Batasi masukan cairan

R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan

R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan

d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan

dan haluaran

R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah

Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan

BB stabil

Intervensi:

a. Awasi konsumsi makanan / cairan

R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi

b. Perhatikan adanya mual dan muntah

R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau

menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi

c. Beikan makanan sedikit tapi sering

R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan

d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan

R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial

e. Berikan perawatan mulut sering

R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang

dapat mempengaruhi masukan makanan

4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui

alkalosis respiratorik

Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil

Intervensi:

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles

R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret

b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam

R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2

c. Atur posisi senyaman mungkin

R: Mencegah terjadinya sesak nafas

d. Batasi untuk beraktivitas

R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia

Page 11: askep hd

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis

Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :

- Mempertahankan kulit utuh

- Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit

Intervensi:

a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya

kemerahan

R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan

pembentukan dekubitus / infeksi.

b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa

R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan

integritas jaringan

c. Inspeksi area tergantung terhadap udem

R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek

d. Ubah posisi sesering mungkin

R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan

iskemia

e. Berikan perawatan kulit

R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit

f. Pertahankan linen kering

R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit

g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan

pada area pruritis

R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera

h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar

R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat,

keletihan

Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi

Intervensi:

a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas

b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan

c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat

d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat

Page 12: askep hd

7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan tindakan medis (hemodialisa) b.d

salah interpretasi informasi.

a. Kaji ulang penyakit/prognosis dan kemungkinan yang akan dialami.

b. Beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala CKD serta

penatalaksanaannya (tindakan hemodialisa ).

c. Libatkan keluarga dalam memberikan tindakan.

d. Anjurkan keluarga untuk memberikan support system.

e. Evaluasi pasien dan keluarga setelah diberikan penkes.

Page 13: askep hd

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)

Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses

Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai

Penerbit FKUI