askep ensephalitis kel 2 kelas ii.a.docx

36
Makalah Keperawatan Medikal Bedah I “Ensephalitis” Oleh Kelompok II: Izzi Wahyuni (133110204) Nanda Rusyda (133110211) Imelda Indriani (133110205) Nova Zuliana (133110212) Laila Maharani (133110206) Nurfadilla (133110213) Lethievia Adzro Junesya (133110207) Poppy Apriyani (133110214) Mardiatul Muharami (133110208) Rahma Puji Astuti (133110215) Miftahul Hasanah (133110209) Ranti Wulandari (133110216) Muthia Febriano (133110210) Tingkat II A

Upload: nathan-becker

Post on 21-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Makalah Keperawatan Medikal Bedah I

“Ensephalitis”

Oleh Kelompok II:

Izzi Wahyuni (133110204) Nanda Rusyda (133110211)

Imelda Indriani (133110205) Nova Zuliana (133110212)

Laila Maharani (133110206) Nurfadilla (133110213)

Lethievia Adzro Junesya (133110207) Poppy Apriyani (133110214)

Mardiatul Muharami (133110208) Rahma Puji Astuti (133110215)

Miftahul Hasanah (133110209) Ranti Wulandari (133110216)

Muthia Febriano (133110210)

Tingkat II A

Dosen Pembimbing: Ns. Zolla Ameli Lida, M.Kep.Anak

Poltekkes Kemenkes RI Padang

Prodi D III Keperawatan padang

2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan ridho-Nya

telah memberi petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan judul

“Ensephalitis”

Sebuah karya sebenarnya sulit dikatakan sebagai usaha satu orang, tanpa adanya

bantuan orang lain. Demikian juga makalah ini, makalah ini tidak mungkin dapat

terselesaikan tanpa adanya bantuan serta kritik dan saran yang membangun dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu penulis menyelesaikan makalahini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Segala komentar,

kritik maupun tanggapan mengenai makalah ini akan diterima dengan senanghati . Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Atas segala masukan tersebut penulis

mengucapkan terimakasih.

Padang, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................

Daftar Isi..................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................................

B. RumusanMasalah..............................................................................................................

C. Tujuan

a. Tujuan Umum...............................................................................................................

b. Tujuan Khusus..............................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi............................................................................................................................

B. Anatomi dan Fisologi......................................................................................................

C. Etiologi..............................................................................................................................

D. Klasifikasi........................................................................................................................

E. Patofisiologi.....................................................................................................................

F. WOC................................................................................................................................

G. Manifestasi Klinis..............................................................................................................

H. Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................................

I. Penatalaksanaan................................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian........................................................................................................................

B. Diagnosa...........................................................................................................................

C. Intervensi..........................................................................................................................

D. Implementasi...................................................................................................................

E. Evaluasi ............................................................................................................................

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi intrakranial dapat melibatkan jaringan otak (ensefalitis), sumber penyebab

dapat berupa dari bakteri, virus atau bahkan jamur (fungi) dan hasilnya atau

penyembuhannya dapat komplit atau (sembuh total) dan sampai pada menimbulkan

penurunan neurologis dan juga sampai terjadi kematian. Virus masuk tubuh pasien melalui

kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke

seluruh tubuh dengan beberapa cara: Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput

lendir permukaan atau organ tertentu.

Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing,

protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000)

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS (Central Nervus System) yang

disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non purulent.

B. Rumusan Masalah

1. Apa deefenisi ensephalitis?

2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi Sistem Persyarafan?

3. Bagaimana Etiologi Ensephalitis?

4. Bagaimana Klasifikasi Ensephalitis?

5. Bagaimana Patofisiologi Ensephalitis?

6. Bagaimana WOC Ensephalitis?

7. Bagaimana Manifestasi Klinis Ensephalitis?

8. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Ensephalitis?

9. Bagaimana Penatalaksanaan Ensephalitis?

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami tentang Asuhan

Keperawatan Ensephalitis

b. Tujuan Khusus

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi

Ensephalitis adalah infeksi jaringan otak yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus

tau mkro organisme lain yang non purulent.

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persyarafan

a. Pengertian

Menurut Setiadi, (2007) sistem syaraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk

menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan

tubuh. Dengan pertolongan syaraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar

pengndalian pekerja otot.

b. Sel sel pada sistem syaraf

1. Neuron

Unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari : Badan Sel, yaitu bagian yang

mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Sedangakan Akson adalah suatu

prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian ini

mengahantarkan impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain atau ke ke

badan sel neuron yang menjadi asal akson ( arah menuju ke luar sel ). Maka,

Semua akson dalam sistem syaraf perifer di bungkus oleh lapisan schwann

( neurolema ) yang di hasilkan oleh sel – sel schwann. Kemudian mielin berfungsi

sebagai insulator listrik dan mempercepat hantaran impuls syaraf. Sedangkan

Dendrit adalah Perpanjang sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek yang

berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel tubuh.

2. Neuroglial

Sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi sebagai

jaringan ikat yang mensuport sel dan nervous sistem.

3. Sistam komunikasi sel

Rangsangan ini di sebut stimulus, sedangkan yang di hasilkan dinamakan respon.

Alat penghantar stimulus yang berfungsi menerima rangsangan disebut

reseptor,sedangkan yang menjawab stimulus di sebut efektor seperti otot,sel ,

kelenjar atau sebagainya.

c. Sistem Syaraf Pusat

1. Perkembangan Otak

Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang

mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal,yaitu:

a) Otak depan menjadi hamisfer serebri, korpus striatum, talamus, serta

hipotalamus. Fungsinya menerima dan mengintegrasikan informasi mengenai

kesadaran dan emosi.

b) Otak tengah,mengkoordinir otot yang berhubungan dengan penglihatan dan

pendengaran. Otak ini menjadi tegmentum, krus serebrium, korpus

kuadriigeminus.

c) Otak belakang ( pons ), bagian otak yang menonjol kebnyakan tersusun dari

lapisan fiber ( berserat ) dan termasuk sel yang terlibat dalam pengontrolan

pernafasan. Otak belakang ini menjadi :

Pons vorali, membantu meneruskan informasi. Medula oblongata,

mengendalikan fungsi otomatis organ dalam( internal ). Serebelum,

mengkoordinasikan pergerakan dasar.

2. Pelindung Otak

a) Kulit kepala dan rambut

b) Tulang tengkorak dan columna vetebral

c) Meningen ( selaput otak )

3. Bagian – bagian Otak

a) Hemifer cerebral ( otak besar )di bagi menjadi 4     lobus, yaitu :

1) Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertanggung jawab untuk

proses berfikir

2) Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang merupakan sensasi

perabaan, tekanan, dan sedkit menerima perubahan temperatur.

3) Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata. 

4) Lobus temporalis, mengandung area auditory yang menerima sensasi dari

telinga.

Area khusus otak besar (cerebrum ) adalah :

Somatic sensory area yang menerima impuls dari reseptor sensory tubuh.

Primary motor area yang mengirim impuls ke otot skeletal broca’s area yang

terliabat dalam kemampuan bicara.

b) Cerebelum ( otak kecil )

Fungsi cerebelum mengmbalikan tonus otot di luar kesadaran yang merupakan

suatu mekanisme syaraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian

terhadap :

1) Perubahan ketegangan dalam otot untuk mempertahankan keseimbangan dan

sikap tubuh,

2) Terjadinya kontraksi dengan lancar dan teratur pada pergerakan di bawah

pengendalian kemauan dan mempunyai aspek keterampilan.

4. Medulla Spinallis

Disebut juga sumsum tulang belakang. Yang terlindung di dalam tulang belakang

dan berfungsi untuk mengadakan komunikasi anatara otak dan semua bagian

tubuh serta berperan dalam : gerak reflek, berisi pusat pengontrolan yang penting,

heart rate contol atau denyut jantung, pengaturan tekanan darah, pernafasan,

menelan, muntah.

d. Susunan Syaraf Perifer

Sistem syaraf perifer menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf pusat ( CNS )

dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS. Susunan syaraf terbagi menjadi 2,

yaitu :

1. Susunan syaraf somatic

Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur aktivitas otot

sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem pergerakan otot yang di

sengaja atau tanpa sengaja

2. Susunan syaraf otonom

Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot sadar

atau serat lntang, dengan membawa informasi ke otot halus atau otot jantung yang

dilakuakan otomatis.Menurut fungsinya susunan syaraf otonom terdiri dari dua bagian

yaitu:

a) Susunan syaraf simpatis

b) Susunan syaraf para simpatis( Setiadi,2007).

C. Etiologi

1. Mikroorganisme: bakteri, protozoa, cacing jamur, spirokaeta dan virus.

Macam-macam ensephalitis virus menurut robin:

a. Infeksi virus yang bersifat epidermik:

- Golongan enterovirus : poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO

- Golongan virus ARBO : western equire encephalitis, St.lois encephalitis, estern

equire encephalitis, japanese B. Encephalitis, Murray valley encephalitis.

b. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes zoster,

limfogranuloma, mumps, limphotic,dan jenis lain yang di anggap disebabkan oleh

virus tetapi belum jelas.

c. Ensephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca

vaksina, infeksious dan jenis yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak

spesifik.

2. Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.

3. Keracunan : arsenik, CO.

D. Klasifikasi

Klasifikasi menurut Soedarmo dkk, (2008) adalah:

1. Ensefalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan perkembang biakan

virus ekstraneural yang hebat

2. Ensefalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi otak lambat

dan kerusakan otak ringan

3. Infeksi asimptomatik yang ditandai oleh hmpir tidak adanya viremia, sangat

terbatasnya replikasi ekstraneural.

4. Infeksi persisten.

Meskipun Indonesia secara klinis dikenal banyak kasus encephalitis tetapi baru

Japanese B encepalitis yang ditemukan (Soedarmo dkk,2008).

E. Patofisilogi

Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk

ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:

a. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ

tertentu.

b. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah Kemudian menyebar ke

organ dan berkembang biak di organ tersebut.

c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan selaput lendir

dan menyebar melalui sistem saraf. Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai

dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri

ekstremintas dan pucat . Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku,

gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa

Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak

F. WOC Ensephalitis

Virus / Bakteri

Mengenai CNS

Insevalitis

Tik Kejaringan Susun Non Saraf Pusat

Panas/Sakit kepala

Muntah- muntah Kerusakan- kerusakan susunan

Rasa Nyaman

Mual Saraf Pusat

BB Turun - Gangguan Penglihatan Kejang Spastik

- Gangguan Bicara

Nutrisi Kurang - Gangguan Pendengaran Resiko Cedera

- Kelemahan Gerak Resiko Contuaktur

- Gangguan Sensorik dan Motorik

G. Manifestasi Klinis

1. Demam

2. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan

3. Pusing

4. Muntah

5. Nyeri tenggorokan

6. Malaise

7. Nyeri ekstremitas

8. Pucat

9. Halusinassi

10. Kejang

11. Gelisah

12. Gangguan kesadaran

H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan cairan sereborospinal

Warnah dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel

limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glukosa dalam batas normal.

2. Pemeriksaan EEG

Memperlihatkan proses inflamasi yang edifusi “bilateral” dengan aktivitas rendah

3. Pemeriksaan virus

Ditemukan virus pada cns didapatkan kenaikan titer antibody yang spesifik terhadap

virus penyebab.

I. Penatalaksanaan

Obat-obat antikonvulsif untuk memberantas kejang segera diberikan secara

intramusuler atau intravena tergantung pada kebutuhan, misalnya luminal atau valium.

‘’Intravenous fluid drip’’ langsung dipasang. Cairan bergantung pada anak.

a. Isolasi : isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli atau rangsangan dari luar dan

sebagai tindakan pencegahan.

b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur obat yang mungkin di anjurkan oleh dokter:

1. Ampicilin :200mg/kg BB/24 Jam, dibagi 4 dosis.

2. Kemicetin : 100 mg/kg bb/24 jam dibagi 4 dosis.

3. Bila ensefalitis disebabkan oleh virus (HSV). Acyclovir diberikan secara

intravena dengan dosis 30 mg/kg bb per hari, dan dilanjutkan selama 10-14 hari

untuk mencegah kekambuhan.

c. Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial.

d. Mengontrol kejang, obat anti konfulsif diberikan segera untuk memberantas

kejang.obat yang diberikan adalah valium dan atau luminal. Dan valium dapat

diberikan dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg bb/ kali.

e. Mempertahankan ventilasi, berdasarkan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan

(2-3menit).

f. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas diri klen

Nama klien, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, bangsa, bahasa, pendidikan,

pekerjaan, status pernikahan,alamat / no telp, tgl masukrmh sakit, no register,dx medis,

sumber informasi, tanggal pengkajian.

2. Riwayat kesehatan sekarang

a. Alasan masuk : hal yang mendorong klien mencari pertolongan tenaga kesehatan

b. Keluhan utama :     Panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, kejang, kesadaran

menurun, Gelisah ,muntah-muntah , sakit kepala. Dan perkembangan penyakit saat

ini dan sekarang (here and now) yang masih dirasakan harus menggambarkan

kriteria PQRST.

c. Upaya dan terapi yang telah di lakukan untuk mengatasinya :

3. Riwayat kesehatan yang lalu

Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita

penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram tiga generasi, Identifikasi penyakit yang pernah di derita / sedang di derita

keluarga, riwayat penyakit keturunan, penyakit ensefalitis yang diderita keluarga.

5. Riwayat psikososial

Pola peran berhubungan dengan keluarga baik dan tidak ada masalah.

6. Pemenuhan kebutuhan dasar

a. Nutrisi & Cairan

Pemenuhan Nutrisi Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan

dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh. Pada pasien dengan Ensefalitis biasanya

ditandai Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan. Status Gizi yang

berhubungan dengan keadaan tubuh. Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah

karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.

b. Eliminasi:

Kebiasaan Defekasi sehari-hari Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak

dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi. Kebiasaan Miksi sehari-hari

Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.

Jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka

produksi irine akan menurun, konsentrasi urine pekat.

c. Istirahat/Tidur

Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat

dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.

d. Personal Higiene

Dapat di temukan berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri dan

dapat menimbulkan ketergantungan.

e. Pola Aktifitas

1) Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan, karena Ensefalitis dengan

gizi buruk mengalami kelemahan.

2) Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak

dilakukan latihan positif.

3) Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada gizi buruk maka dilakukan

latihan pasif sesuai ROM (range of motion)

4) Kekuatan otot berkurang karena Ensefalitis dengan gizi buruk .

5) Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena

infeksi berat,aktifitas turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum, gangguan

pertumbuhan.

6) F.    Seksualitas

7) Dapat menyebabkan masalah pada klien dalam berhubungan dengan

pasangannya. Dapat terjadi perubahan pola pola seksualitas yang membutuhkan

konsultasi/konseling lebih lanjut.

8) G.   Spiritualitas

9) Dapat terjadi gangguan dalam melaksanakan ibadah rutin yang biasa klien

lakukan berhubungan dengan keterbatasan gerak dan nyeri yang dapat

mempengaruhi kegiatan  ibadah rutin yang biasa di lakukan klien sehari-hari.

10) Sosial

11) Faktor menderita ensefalitis, dapat menyebabkan kerusakan interaksi social klien

dengan keluarga atau orang lain : perubahan peran ; isolasi diri.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen dari patogen. Statis cairan

tubuh. Penekanan respon inflamasi (akibat obat). Pemajanan orang lain terhadap

patogen.

2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema serebral

yang mengubah atau menghentikan aliran darah arteri atau vena

3. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi atau inflamasi, toksin dalam sirkulasi

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Resiko infeksi

Defenisi: mengalami

peningkatan resiko terserang

organisme patogenik.

MK: Risiko infeksi

berhubungan dengan

diseminata hematogen dari

patogen. Statis cairan tubuh.

Penekanan respon inflamasi

(akibat obat). Pemajanan orang

lain terhadap patogen.

NOC

Immune status

Knowledge control

Risk control

Kriteria Hasil:

Klien bebas dari

tanda dan gejala

infeksi.

Mendeskripsikan

kemampuan untuk

mencegah timbulnya

infeksi

Menunjukkan

kemampuan untuk

mencegah timbulnya

infeksi

NIC

Infection control

Bersihkan lingkingan

setelah dipakai

pasien

Pertahankan teknik

isolasi

Batasi pengunjung

bila perlu

Instruksikan pada

pengunjung untuk

cuci tangan saat

berkunjung

Pertahankan

lingkungan aseptik

selama pemasangan

alat.

Jumlah leukosit

dalam batas normal

Menunjukkan

perilaku hidup sehat

Tingkatkan intake

nutrisi

Monitor tanda dan

gejala infeksi

sismetik dan lokal

Berikan terapi

antibiotik bila perlu

Monitor kerentangan

terhadap infeksi

2 Resiko ketidakefektifan

perfusi jaringan otak.

Defenisi: resiko mengalami

penurunan sirkulasi jaringan

otak yang dapat mengganggu

kesehatan.

Batasan karakteristik:

Massa trombolplastin

parsial abnormal

Massa protombin abnormal

Segmen ventrikel kiri

akinetik

Fibrilasi atrium

Trauma kepala

hipertensi

MK: Resiko ketidakefektifan

perfusi jaringan otak

berhubungan dengan edema

serebral yang mengubah atau

NOC

circulation status

tissue perfusion:

cerebral

Kriteria Hasil:

Mendemonstrasikan

status sirkulasi

Tekanan sistol dan

diastol dalam rentang

yang diharapkan

Tidak ada tanda

tanda peningkatan

tekanan intrakanial

Berkomunikasi

dengan jelas dan

sesuai kemampuan

Memproses

informasi

NIC

Peripheral Sensation

management

Monitor adanya

daerah tertentu

yang hanya peka

terhadap panas,

dingin, tajam,

tumpul

Monitor adanya

paretise

Instruksilah

keluarga untuk

mengokservasi

kulit jika ada isi

atau laserasi

Gunakan sarung

tangan untuk

proteksi

Batasi gerakan pada

kepala, leher, dan

punggung

menghentikan aliran darah

arteri atau vena

Monitor

kemampuan BAB

Kolaborasi

pemberian

analgetik

Monitor adanya

trombopebilitis

Diskusukan

mengenai penyebab

perubahan sensasi

3 Nyeri akut

Defenisi: pengalaman sensori

dan emosional yang tidak

menyennagkan yang muncul

akibat kerusakn jaringan

yang aktual dan potensial

atau digambarkan dalam hal

kerusakan demikian rupa.

Batasan karakteristik:

Perubahan selera makan

Perubahan tekanan darah

Perubahan frekuensi

jantung

Perubahan frekuensi

pernapasan

Laporan isyarat

Diaforesis

Perilaku distraksi

Mengekspresikan perilaku

Sikap melindungi area

nyeri

MK:Nyeri berhubungan

NOC

Pain level

Pain control

Comfort level

Kriteria Hasil :

Mampu mengontrol

nyeri

Melaporkan bahwa

nyeri berkurang

dengan menggunakan

manajemen nyeri

Mampu mengenali

nyeri (skala, frekuensi

dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri

berkurang

NIC

Pain management

Lakukan pengkajian

nyeri secara

komprehensif

Observasi reaksi non

verbal dari

ketidaknyamanan

Gunakan teknik

terapeutik untuk

mengetahui

pengalaman nyeri

Kaji kultur yang

mempengaruhi

respon nyeri

Evaluasi

pengalaman nyeri

masa lampau

Evaluasi bersama

pasien dan tim

kesehatan lain

tentang

dengan adanya proses infeksi

atau inflamasi, toksin dalam

sirkulasi

ketidakefektifan

kontrol nyeri masa

lampau

Bantu klien dan

keluarga mencari

dukungan

Kontrol lingkungan

yang dapat

mempengaruhi nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan

dengan dokter jika

ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak

berhasil

Evaluasi keefektifan

nyeri

Monitor penerimaan

pasien tentang

manajemen nyeri

Analgesic

Management

Tentukan lokasi,

karakteristik,

kualitas dan derajat

nyeri sebelum

pemberian obat

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang

diperlukan

Berikan analgetik

tepat waktu terutama

saat nyeri hebat

Evaluasi efektifitas

analgesik, tanda dan

gejala.

D. Implementasi

Implementasi adalah : tahap ketika perawat menfgaplikasikan rencana asuhan

keperawatan kedalambentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan

yang telah ditetapkan .

Kemampuan perawat yang harus dimiliki pada tahap implementasi adalah :

kemampuan komunikasi yang efektif. Kemampuan untuk menciptakan hubungan saling

percaya yang saling membantu .kemamapuan untuk teknik psikomotor kemampuan

melakukan observasi,sistematis kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,kemampuan

advokasi dan kemampuan evaluasi.

·        Implementasi tindakan keperawatan dibedakan dibedakan menjadi 3 kategori yaitu

1. Independen yaitu : suatu kegioatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk

dari dokter ,tindakan keperawatan independen antara lain :

a. Mengkaji klien dan keluarga melwalui pemeriksaan fisik untuk mengetahui status

kesehatan .

b. Merumuskan diagnosis sesuai respon klien.

c. Mengidentifikasi tindakan keperawatan.

d. Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan dan medis.

2. Interdependen yaitu : kegiatan uang memerlukan kerjasama dari tenaga kesehatan lain

(mis.ahli gizi,fisioterapi dan dokter).

3. Dependen berhubungan dengan perencanaan tindakan medis / interaksi dari tenaga

medis. Hal lain yang tidak kalah penting pada tahap implementasi ini adlah

mengevaluasi respon atau hasil daritindakan keperawatan yang dilakukan terhadap

klien serta mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan berikut respon

atau hasilnya.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah : tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan

yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yuang teramati dan tujuan atau criteria hasil

akhir yang dibuat pada tahap perencanaan.

Secara umum evaluasi ditunjuk untuk :

1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.

2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.

3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.

Evaluasi terbagi atas dua jenis yaitu : evaluasi formatif dan evaluasi sumatif

1. Evaluasi formatif adalah berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil

tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat

mengimplementasikan rencana keperawatan .

2. Evaluasi sumatif adalah : evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas proses

keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan

memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.

Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adlah melakukan wawancara

pada akhir layanan.menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan keperawatan

mengadakan pertemuan pada akhir layanan.

Ada 3 kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan mencapai tujuan keperawatan :

1. Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang

telah ditentukan .

2. Tujuan tercapai sebagian / klian masih dalam proses pencapaian tujuan

3. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukan sedikit perubahan dan tidak

ada kemajuan .

Evaluasi akhir yang dapat di capai pada penanganan klien dengan Ensefalitis adalah :

1. Klien tidak mengalami infeksi lebih lanjut.

2. Klien mengalami pengurangan tingkat keletihan.

3. Klien dapat meningkatkan atau mempertahankan tingkat mobilitas.

4. Klien mampu mempertahankan aktivitas perawatan mandiri.

5. Klien mengalami perbaikan citra tubuh.

6. Tidak terjadi ansietas.

7. Klien menunjukan pemahaman tentang informasi yang di berikan.

8. Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Encephalitis adalah adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari

encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-

infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-

penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak. 

Etiologi/penyebabnya bias dari berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan

Ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, M. Tuberculosa dan T. Pallidum.

Staphylococcus aureus spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab  Ensefalitis adalah

streptokokus, E. Coli.

Macam-macam Encephalitis virus menurut Robin :

Infeksi virus yang bersifat epidermik

Infeksi virus yang bersifat sporadic

Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca

vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi

traktus respiratorius yang tidak spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

Huda,Amin.2013. Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis dan Nanda.Yogyakarta:Mediaction

Muttaqin Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan.Jakarta: Salemba Medika

Rahman M.1986.Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba.Jakarta.

Tarwoto, dkk.2007.Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta:

Sagung Seto.