apakah alergi bersifat herediter

6
Apakah alergi bersifat herediter? Ya, alergi bersifat herediter dikarenakan faktor resiko terjadinya kelainan alergi sendiri selain karena faktor lingkungan seperti obat-obatan dapat pula berasal dari riwayat keluarga. Material genetic ayah dan ibu yang diturunkan pada anaknya selain sifat fisiologis, dapat pula kelainan fisiologis atau biasa disebut penyakit bawaan, dalam hal ini adalah kelainan alergi, misalnya dari gen ayah mempunyai riwayat penyakit alergi, tetapi dari gen ibu tidak mengandung penyakit alergi maka anaknya bisa terturun alergi, bisa tidak alergi tergantung material genetic mana yang lebih kuat. Namun, disini karena adanya penggabungan 2 material genetic, maka juga dikenal dengan sifat yang muncul dan sifat yang tidak muncul (alias membawa). Bisa jadi anak tersebut tidak muncul alerginya, tetapi dia membawa sifat alergi yang tidak muncul pada dirinya dari ayahnya. Secara mudahnya, misalnya : Bila ayah memiliki gen alergi, dilambangkan dengan Aa Dan ibu memiliki gen non alergi (normal), dilambangkan dengan aa Maka : Aa >< aa Anaknya : AA ; Aa; Aa; aa (AA dan Aa artinya alergi; aa artinya tidak alergi) sehingga kemungkinan anaknya mengalami kelainan alergi sebesar 75%, lebih besar bila dibandingkan resiko anak tidak mengalami kelainan alergi.

Upload: aulia-mursyida

Post on 11-Aug-2015

63 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Apakah Alergi Bersifat Herediter

Apakah alergi bersifat herediter?

Ya, alergi bersifat herediter dikarenakan faktor resiko terjadinya kelainan alergi

sendiri selain karena faktor lingkungan seperti obat-obatan dapat pula berasal dari

riwayat keluarga. Material genetic ayah dan ibu yang diturunkan pada anaknya selain

sifat fisiologis, dapat pula kelainan fisiologis atau biasa disebut penyakit bawaan, dalam

hal ini adalah kelainan alergi, misalnya dari gen ayah mempunyai riwayat penyakit

alergi, tetapi dari gen ibu tidak mengandung penyakit alergi maka anaknya bisa terturun

alergi, bisa tidak alergi tergantung material genetic mana yang lebih kuat. Namun, disini

karena adanya penggabungan 2 material genetic, maka juga dikenal dengan sifat yang

muncul dan sifat yang tidak muncul (alias membawa). Bisa jadi anak tersebut tidak

muncul alerginya, tetapi dia membawa sifat alergi yang tidak muncul pada dirinya dari

ayahnya.

Secara mudahnya, misalnya :

Bila ayah memiliki gen alergi, dilambangkan dengan Aa

Dan ibu memiliki gen non alergi (normal), dilambangkan dengan aa

Maka :

Aa >< aa

Anaknya : AA ; Aa; Aa; aa (AA dan Aa artinya alergi; aa artinya tidak alergi) sehingga

kemungkinan anaknya mengalami kelainan alergi sebesar 75%, lebih besar bila

dibandingkan resiko anak tidak mengalami kelainan alergi.

Selain itu, terdapat gen yang berasal dari material genetic tersebut yang

merupakan penyebab dari kelainan elergi, misalnya pada penderita asma dan atopi

dermatitis, gen yang mengkode kerentanan terhadap asma dan atopi dermatitis berada

pada kromosom 11q12-13. Gen tersebut mengkode pembentukan reseptor subunit β IgE

(FcεRI). Gen lain yang terlibat pada asma dan dermatitis atopi terletak pada kromosom

5q31-33. Kromosom 5q31-33 paling tidak membawa empat gen yang menyebabkan

terjadinya kerentanan pada penyakit dermatitis dan asma atopi. Pertama, terdapat bagian

cluster gen berpautan kuat yang mengkode sitokin yang diperlukan untuk meningkatkan

respon TH2, yaitu gen yang diperlukan untuk melakukan class switching pada

pembentukan IgE, pertahanan hidup eosinofil, dan proliferasi sel mast. Kelompok gen

ini meliputi gen yang mengode pembentukan IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-13, dan GM-

Page 2: Apakah Alergi Bersifat Herediter

CSF (granulocyte-macrophage colony stimulating factor). Dalam hal tertentu, variasi

genetik pada bagian promoter gen pengkode IL-4 berasosiasi dengan peningkatan IgE

pada suatu individu. Variant promoter menyebabkan peningkatan ekspresi gen reporter

pada model eksperimen dan telah dibuktikan pada system in vivo pada peningkatan level

IL-4. Gen set kedua pada kromosom 5 adalah famili TIM (pada sel T, domain

imunoglobulin dan domain mucin) yang mengode protein permukaan pada sel T. Pada

mencit protein Tim-3 secara spesifik diekspresikan pada sel TH1 dan mengurangi

respon TH1, sedangkan Tim-2 dan juga Tim-1 lebih cenderung diekspresikan TH2 dan

berfungsi mengurangi respon TH2. Mencit yang mempunyai perbedaan varian gen TIM

mempunyai perbedaan dalam hal kepekaan terhadap reaksi alergen maupun produksi IL-

4 dan IL-13 oleh sel T. Pada manusia variasi gen TIM berhubungan dengan kepekaan

respon saluran pernafasan terhadap bahan-bahan irritant. Dalam hal ini otot polos

bronkus dari individu tertentu akan mengalami kontraksi sebagaimana yang terlihat pada

asma.

Gen ketiga yang ditengarai terkait dengan kerentanan terhadap reaksi alergi

adalah gen penyandi p40. Protein p40 merupakan salah satu subunit dari dua subunit IL-

12. IL-12 mempunyai peran meningkatkan respon TH1. Variasi gen penyandi p40

terkadang dapat menurunkan produksi IL-12, kondisi tersebut terjadi pada penderita

asma yang parah. Gen keempat yang diduga menyebabkan kerentanan terhadap asma

dan dermatitis adalah gen penyandi reseptor β-adrenergic. Variasi reseptor β-adrenergic

dengan perubahan respon otot polos terhadap ligan endogen maupun ligan dari obat-

obatan.

Selain itu, para ilmuwan menduga ada gen-gen yang secara khusus hanya

berhubungan dengan masalah alergi. Sebagai contoh adalah penyakit asma. Pada

penyakit ini telah ditemukan bukti ada beberapa gen bekerja minimal pada tiga aspek

yakni, produksi IgE, respon inflmasi, dan respon terhadap perlakuan klinik tertentu.

Polimorfisme gen pada kromosom 20 yang menyandi ADAM33, suatu

metalloproteinase, yang diekspresikan oleh sel-sel otot polos dari bronkus dan juga

diekspresikan oleh fibroblas paru mempunyai kaitan erat dengan asma dan hiperreaktif

bronkus. Hal ini merupakan contoh variasi gen pada kasus inflamasi paru dan perubahan

anatomi-patologi pada saluran pernafasan, sehingga menyebabkan peningkatan

kerentanan terhadap asma.

Pengelompokan gen yang menimbulkan kerentanan penyakit ditemukan pada

pengkode MHC pada kromosom 6p21, dan juga pada beberapa bagian lain. Ada

sedikit tumpang tindih antara gen penyandi asma dan penyandi dermatitis atopi,

hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik yang spesifik berperan pada dua

penyakit tersebut. Terdapat pula overlap antara gen pembawa asma dan penyakit

Page 3: Apakah Alergi Bersifat Herediter

autoimun., dan juga antara penyakit psoriasis yang derupa inflamasi kulit dan

dermatitis atopi.

Gen Polimorfisme MekanismeIL-4 Variasi promoter Variasi ekspresi IL-4IL-4Rα Variasi struktur Peningkatan signal

dalam merespon IL-

Afinitas reseptor β

IgE yang tinggi

Variasi struktur Efek yang berbeda-

beda atas ligasi

Gen MHC kelas II Variasi struktur Peningkatan

presentasi peptida

yang berasal dari Lokus TCR-α Penanda

mikrosatelit

Meningkatkan

pengenalan sel T

terhadap peptida dari ADAM33 Variasi struktur Variasi remodeling

saluran pernafasanReseptor adrenegic-

β-2

Variasi struktur Peningkatan

hiperreaktif bronkus5-Lipoxygenase Variasi promoter Variasi produksi

leukotrinFamili gen TIM Variasi promoter

dan struktur

Keseimbangan

regulasi rasio

Gambar 4. Gen yang berpotensi sebagai penyebab kerentanan terhadap

asma. Gen ini juga berpengaruh pada terapi bronkodilator dengan

menggunakan agonist β2-adrenergic. Pasien yang mempunyai kelemahan dalam

memproduksi enzim tidak dapat menunjukkan adanya respon yang membantu

penyembuhan saat treatment dengan menggunakan obat yang dapat melakukan

inhibisi terhadap produksi 5-lipoksigenase. Contoh ini merupakan contoh efek

parmakogenetik dimana varian genetik mempunyai dampak terhadap respon

pengobatan.

Kekomplekan di atas menggambarkan tantangan secara umum dalam

mengidentifikasi sifat penyakit alergi berdasarkan gen.

Page 4: Apakah Alergi Bersifat Herediter