rinitis alergi

27
RINITIS ALERGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut : bersin, hidung tersumbat, hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga dapat terlibat. Rinitis alergi merupakan penyebab tersering dari rinitis. Rinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi peradangan yang diperantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret hidung cair, bersin-bersin, dan gatal pada hidung dan mata. Rinitis alergi mewakili permasalahan kesehatan dunia mengenai sekitar 10 – 25% populasi dunia, dengan peningkatan prevalensi selama dekade terakhir. Rinitis alergi merupakan kondisi kronik tersering pada anak dan diperkirakan mempengaruhi 40% anak-anak. Sebagai konsekuensinya, rinitis alergi berpengaruh pada kualitas hidup, bersama-sama dengan komorbiditas beragam dan pertimbangan beban sosial-ekonomi, rinitis alergi dianggap sebagai gangguan pernafasan utama. Tingkat keparahan rinitis alergi diklasifikasikan berdasarkan pengaruh penyakit terhadap kualitas hidup seseorang. Diagnosis

Upload: raff-habibie-rizzkhanbjm

Post on 26-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RINITIS ALERGI

RINITIS ALERGI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai dengan gejala

kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut : bersin, hidung tersumbat, hidung

gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga dapat terlibat. Rinitis alergi

merupakan penyebab tersering dari rinitis.

Rinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi peradangan yang

diperantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret hidung cair, bersin-bersin, dan gatal

pada hidung dan mata. Rinitis alergi mewakili permasalahan kesehatan dunia mengenai sekitar

10 – 25% populasi dunia, dengan peningkatan prevalensi selama dekade terakhir. Rinitis alergi

merupakan kondisi kronik tersering pada anak dan diperkirakan mempengaruhi 40% anak-anak.

Sebagai konsekuensinya, rinitis alergi berpengaruh pada kualitas hidup, bersama-sama dengan

komorbiditas beragam dan pertimbangan beban sosial-ekonomi, rinitis alergi dianggap sebagai

gangguan pernafasan utama. Tingkat keparahan rinitis alergi diklasifikasikan berdasarkan

pengaruh penyakit terhadap kualitas hidup seseorang. Diagnosis rinitis alergi melibatkan

anamnesa dan pemeriksaan klinis yang cermat, lokal dan sistemik khususnya saluran nafas

bawah.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1        Bagaimana definisi rhinitis alergi ?

1.2.2        Bagaimana etiologi rhinitis alergi ?

1.2.3        Bagaimana klasifikasi rhinitis alergi ?

1.2.4        Bagaimana Patofisiologi rhinitis alergi ?

1.2.5        Bagaimana Manifestasi rhinitis alergi

1.2.6        Bagaimana insiden rhinitis alergi terjadi ?

Page 2: RINITIS ALERGI

1.2.7        Bagaimana evaluasi diagnostik rinitis?

1.2.8        Bagaimana penatalaksanaan rhinitis alergi ?

1.2.9        Bagaimana komplikasi rhinitis alergi ?

1.2.10    Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien rhinitis alergi ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui rhinitis alergi 

1.3.2 Tujuan Khusus

a.       Untuk mengetahui definisi rhinitis alergi

b.      Untuk mengetahui etiologi rhinitis alergi

c.       Untuk mengetahui klasifikasi rhinitis alergi

d.      Untuk mengetahui patofisiologi rhinitis alergi

e.       Untuk mengetahui manifestasi rhinitis alergi

f.       Untuk mengetahui insiden rhinitis alergi terjadi

g.      Untuk mengetahui evaluasi diagnostik alergi rinitis

h.      Untuk mengetahui penatalaksanaan rhinitis alergi

i.        Untuk mengetahui komplikasi rhinitis alergi

j.        Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien rhinitis alergi

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi rhinitis alergi

Rhinitis alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan dan

diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitive I). Rhinitis adalah suatu

inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ). Rhinitis adalah

peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )

Page 3: RINITIS ALERGI

Sedangkan menurut WHO ARIA 2001adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-

bersin, rhinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang

diperantari oleh IgE.

2.2 Etiologi

2.2.1 Rinitis Alergi

Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang secara

genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelas memiliki peran penting.

Pada 20 – 30 % semua populasi dan pada 10 – 15 % anak semuanya atopi. Apabila kedua orang

tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih besar atau mencapai 50 %. Peran lingkungan

dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan

merangsang respon imun yang secara genetik telah memiliki kecenderungan alergi.

Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk bersama udara

pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu binatang, jamur, serbuk sari, dan

lain-lain.

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang

diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :

Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam

setelahnya Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam

dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.

a. Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

         Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau,

serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur

         Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat,

ikan dan udang

         Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan

lebah

         Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya

bahan kosmetik atau perhiasan

Page 4: RINITIS ALERGI

b. Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap

besar :

1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik

2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral, system

selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan

maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system

tersebut maka berlanjut ke respon tersier

3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan

c. Sedangkan klasifikasi yang lebih baru menurut guideline dari ARIA, 2001 (Allergic Rhinitis

and its Impact on Asthma) disdasarkan pada waktu terjadinya gejala dan keparahannya

adalah:

Berdasarkan lamanya terjadi gejala

Klasifikasi Gejala dialami selama

Intermitten Kurang dari 4 hari seminggu, atau kurang dari 4

minggu setiap saat kambuh.

Persisten Lebih dari 4 hari seminggu, atau lebih dari 4

minggu setiap saat kambuh.

Berdasarkan keparahan dan kualitas hidup

Ringan Tidak mengganggu tidur, aktivitas harian,

olahraga, sekolah atau pekerjaan. Tidak ada

gejala yang mengganggu.

Sedang sampai berat Terjadi satu atau lebih kejadian di bawah ini:

1.      Gangguan tidur

2.      gangguan aktivitas harian, kesenangan, atau olah

raga

3.      gangguan pada sekolah atau pekerjaan

4.      gejala yang mengganggu

a.      Rinitis Nonalergi

1.      Rinitis vasomotor

Keseimbangn vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :

Page 5: RINITIS ALERGI

a)      Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti: ergotamin,

klorpromazin, obat antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.

b)      Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang tinggi, dan bau

yang merangsang

c)      Faktor endokrin, seperti : kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme

d)     Faktor psikis, seperti : cemas dan tegang ( kapita selekta)

2.      Rinitis Medikamentosa

Rinitis Medikamentosa merupakan akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes

hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan

sumbatan hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini disebabkan oleh pemakaian obat yang

berlebihan (Drug Abuse).

3.      Rinitis Atrofi

Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman

spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok,

Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan

hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.

2.3 Klasifikasi rhinitis alergi

2.3.1 Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:

a.    Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan

sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai

hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi

tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.

b.   Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh

infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor. 

2.3.2 Rhinitis berdasarkan penyebabkannya dibedakan menjadi :

a.   Rhinitis alergi

Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan laki-

laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh

alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara. Meskipun

Page 6: RINITIS ALERGI

bukan penyakit berbahaya yang mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius

karena karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Tak hanya aktivitas sehari-hari

yang menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan semakin

mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi karena telah menjadi kronis. Rhinitis alergi

Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa hidung,

dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman.

Berdasarkan waktunya, Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:

1.      Rinitis alergi musiman (Hay Fever)

Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar

rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu

dan polusi udara atau asap.

2.      Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)

Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan))

diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu

rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat

c.    Rhinitis Non Alergi

Rhinitis non allergi disebabkan oleh infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial,

masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa,

penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif.

Berdasarkan penyebabnya, rhinitis non alergi di golongkan sebagai berikut:

Tipe-tipe rinitis non alergi adalah:

1.      Rinitis Infeksiosa

Rinitis infeksiosa biasanya disebabkan oleh infeksi pada saluran pernafasan Bagian

atas, baik oleh bakteri maupun virus. Ciri khas dari rinitis infeksiosa adalah lendir hidung yang

bernanah, yang disertai dengan nyeri dan tekanan pada wajah, penurunan fungsi indera

penciuman serta batuk.

2.      Rinitis Non-Alergika Dengan Sindroma Eosinofilia

Penyakit ini diduga berhubungan dengan kelainan metabolisme prostaglandin. Pada

hasil pemeriksaan apus hidung penderitanya, ditemukan eosinofil sebanyak 10-20%. Gejalanya

berupa hidung tersumbat, bersin, hidung meler, hidung terasa gatal dan penurunan fungsi

indera penciuman (hiposmia).

Page 7: RINITIS ALERGI

3.      Rinitis Okupasional

Gejala-gejala rinitis hanya timbul di tempat penderita bekerja. Gejala-gejala rinitis

biasanya terjadi akibat menghirup bahan-bahan iritan (misalnya debu kayu, bahan kimia).

Penderita juga sering mengalami asma karena pekerjaan.

4.      Rinitis Hormonal

Beberapa penderita mengalami gejala rinitis pada saat terjadi gangguan keseimbangan

hormon (misalnya selama kehamilan, hipotiroid, pubertas, pemakaian pil KB). Estrogen

diduga menyebabkan peningkatan kadar asam hialuronat di selaput hidung. Gejala rinitis pada

kehamilan biasanya mulai timbul pada bulan kedua, terus berlangsung selama kehamilan

dan akan menghilang pada saat persalinan tiba. Gejala utamanya adalah hidung tersumbat

dan hidung berair.

5.      Rinitis Karena Obat-obatan (rinitis medikamentosa)

Obat-obatan yang berhubungan dengan terjadinya rinitis adalah dekongestan topikal,

ACE inhibitor, reserpin, guanetidin, fentolamin, metildopa, beta-bloker,

klorpromazin,gabapentin, penisilamin, aspirin, NSAID, kokain, estrogen eksogen, pil KB.

6.      Rinitis Gustatorius

Rinitis gustatorius terjadi setelah mengkonsumsi makanan tertentu, terutama makanan

yang panas dan pedas.

7.      Rinitis Vasomotor

Rinitis vasomotor diyakini merupakan akibat dari terganggunya keseimbangan sistem

parasimpatis dan simpatis. Parasimpatis menjadi lebih dominan sehingga terjadi pelebaran

dan pembengkakan pembuluh darah di hidung. Gejala yang timbul berupa hidung tersumbat,

bersin-bersin dan hidung berair. Gangguan vasomotor hidung adalah terdapatnya gangguan

fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas

parasimpatis. Rinitis vasomotor adalah gangguan pada mukosa hidung yang ditandai

dengan adanya edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar pada mukosa hidung apabila

terpapar oleh iritan spesifik. Etiologi yang pasti belum diketahui, tetapi diduga sebagai

akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor dimana sistem saraf parasimpatis relatif

lebih dominan. Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang

berlangsung temporer, seperti emosi, posisi tubuh, kelembaban udara, perubahan suhu luar,

latihan jasmani dan sebagainya, yang pada keadaan normal faktor-faktor tadi tidak dirasakan

Page 8: RINITIS ALERGI

sebagai gangguan oleh individu tersebut. Merupakan respon non spesifik terhadap

perubahan perubahan lingkungannya, berbeda dengan rinitis alergi yang mana merupakan

respon terhadap protein spesifik pada zat allergennya. Faktor pemicunya antara lain alkohol,

perubahan temperatur / kelembapan, makanan yang panas dan pedas, bau – bauan yang

menyengat ( strong odor ), asap rokok atau polusi udara lainnya, faktor – faktor psikis seperti :

stress, ansietas, penyakit – penyakit endokrin, obat-obatan seperti anti hipertensi, kontrasepsi

oral.

2.4 Patofisiologi

Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa

hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang

kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan

mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta

limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen

hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan

yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan

nonspesifik suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).

2.5 Manifestasi Klinis

1)   Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari

6 kali).

2)      Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan yang obstruksi dan rinorea.

Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik berupa edema mukosa hidung,

konka berwarna merah gelap atau merah tua, dapat pula pucat. Permukaanya dapat licin atau

berbenjol. Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit, namun pada golongan

rinorea, sekret yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah banyak.

3)      Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening

dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang

menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.

4)      Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.

Page 9: RINITIS ALERGI

5)      Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.

6)      Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu yang ekstrim, udara

lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.

7)      Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya napas berbau (sementara pasien

sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau, gangguan penciuman, sakit kepala,

dan hidung tersumbat.

8)      Pada penderita THT ditemukan ronnga hidung sangat lapang, kinka inferiordan media hipotrofi

atau atrofi, sekret purulen hijau, dan krusta berwarna hijau

2.6 Insiden Rhinitis Alergi

Rinitis tersebar di seluruh dunia, baik bersifat endemis maupun muncul sebagai KLB. Di

daerah beriklim sedang, insidensi penyakit ini meningkat di musim gugur, musim dingin, dan

musim semi. Di daerah tropis, insidensi penyakit tinggi pada musim hujan. Sebagian besar

orang, kecuali mereka yang tinggal di daerah dengan jumlah penduduk sedikit dan terisolasi, bisa

terserang satu hingga 6 kali setiap tahunnya. Insidensi penyakit tinggi pada anak-anak di bawah

5 tahun dan akan menurun secara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur.

Rinitis merupakan salah satu penyakit paling umum yang terdapat di amerika Serikat,

mempengaruhi lebih dari 50 juta orang. Keadaan ini sering berhubungan dengan kelainan

pernapasan lainnya, seperti asma. Rhinitis memberikan pengaruh yang signifikan pada kualitas

hidup. Pada beberapa kasus, dapat menyebabkan kondisi lainnya seperti masalah pada sinus,

masalah pada telinga, gangguan tidur, dan gangguan untuk belajar. Pada pasien dengan asma,

rinitis yg tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi asmanya.

Karena rinitis alergik ditimbulkan oleh tepung sari atau kapang (mold) yang terbawa

angin, keadaan ini dditandai oleh insiden musiman di Negara empat musim :

         Awal musim semi- teung sari ( pollen) pohon (oak, elm,poplar)

         Awal musim panas (rose fever) – tepung sari rerumputan(Timothy, red-top)

         Awal musim gugur – tepung sari gulma (ragweed)

         Setiap tahunya, serangan dimulai dan berakhir pada waktu yang kurang-lebih sama.

Spora kapang yang hangat dan lembab. Meskipun pola musiman yang kaku tidak

terdapat, spora ini muncul pada awal musim semi, bertambah banyak selama musim panas dan

berkurang serta menghilang menjelang turunnya salju yang pertama.

2.7  EVALUASI DIAGNOSIS

Page 10: RINITIS ALERGI

2.7.1 Anamnesis

Anamnesis sangat penting, karena seringkali serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa.

Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. Gejala rinitis alergi yang khas

adalah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal,

terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini

merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process).

Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari lima kali setiap serangan, terutama

merupakan gejala pada RAFC dan kadang-kadang pada RAFL sebagai akibat dilepaskannya

histamin. 1

Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung

dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Rinitis

alergi sering disertai oleh gejala konjungtivitis alergi. Sering kali gejala yang timbul tidak

lengkap, terutama pada anak. Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan

utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien.1 Gejala klinis lainnya dapat berupa

‘popping of the ears’, berdeham, dan batuk-batuk lebih jarang dikeluhkan.4

2.7.2        Pemeriksaan Fisik

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai

adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi.

Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan bila fasilitas tersedia. Gejala spesifik lain pada anak

adalah terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi karena stasis vena

sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic shiner.1

Selain dari itu sering juga tampak anak menggosok-gosok hidung, karena gatal, dengan

punggung tangan. Keadaan ini disebut sebagai allergic salute. Keadaan menggosok ini lama

kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsumnasi bagian sepertiga bawah,

yang disebut sebagai allergic crease.1

Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan

menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid). Dinding posterior faring

tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal.

Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue). 1

2.7.3        Pemeriksaan Penunjang

a.    In vitro

Page 11: RINITIS ALERGI

Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE

total (prist-paper radio imunosorbent test) sering kali menunjukkan nilai normal, kecuali bila

tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga

menderita asma bronkial atau urtikaria. Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan

alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi. Lebih

bermakna adalah dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked

Immuno SorbentAssay Test). 1

Pemeriksaan sitologi hidung, walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai

pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan

kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (5 sel/lap) mungkin disebabkan alergi makanan,

sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri.1

b.    In vivo

Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau

intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-point Titration/SET). SET dilakukan untuk

alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat

kepekatannya. Keuntungan SET, selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial

untuk desensitisasi dapat diketahui. 1

Untuk alergi makanan, uji kulit seperti tersebut diatas kurang dapat diandalkan. Diagnosis biasanya

ditegakkan dengan diet eliminasi dan provokasi (³Challenge Test´).1

Alergen ingestan secara tuntas lenyap dari tubuh dalam waktu lima hari. Karena itu pada Challenge

Test, makanan yang dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari,

selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan dari

menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang dengan meniadakan suatu jenis makanan. 1

2.8 Penatalaksanaan

Hindari kontak & eliminasi, Keduanya merupakan terapi paling ideal. Hindari kontak dengan

alergen penyebab, sedangkan eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan).

Simptomatik : Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid

a.      Antihistamin

Page 12: RINITIS ALERGI

Antihistamin yang sering digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oral dibagi

menjadi dua yaitu generasi pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai antihistamin sedatif serta

generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai antihistamin nonsedatif.

Efek sedative antihistamin sangat cocok digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan tidur

karena rhinitis alergi yang dideritanya. Selain itu efek samping yang biasa ditimbulkan oleh obat

golongan antihistamin adalah efek antikolinergik seperti mulut kering, susah buang air kecil dan

konstipasi. Penggunaan obat ini perlu diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan

tekanan intraokuler, hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular.

Antihistamin sangat efektif bila digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar allergen.

Penggunaan antihistamin harus selalu diperhatikan terutama mengenai efek sampingnya.

Antihistamin generasi kedua memang memberikan efek sedative yang sangat kecil namun secara

ekonomi lebih mahal.

b.      Dekongestan

Dekongestan topical dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang beraksi pada

reseptor adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi. Topikal dekongestan

biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau spray. Penggunaan dekongestan jenis ini hanya

sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi secara sistemik (Dipiro, 2005). Penggunaan obat ini

dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis karena

penggunaan obat-obatan). Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan

antara lain rasa terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat ini

memerlukan konseling bagi pasien.

Sistemik dekongestan onsetnya tidak secepat dekongestan topical. Namun durasinya biasanya

bisa lebih panjang. Agen yang biasa digunakan adalah pseudoefedrin. Pseudoefedrin dapat

menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat walaupun digunakan pada dosis terapinya (Dipiro,

2005). Obat ini harus hati-hati digunakan untuk pasien-pasien tertentu seperti penderita

hipertensi. Saat ini telah ada produk kombinasi antara antihistamin dan dekongestan. Kombinasi

ini rasional karena mekanismenya berbeda.

c.       Nasal Steroid

Merupakan obat pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan untuk rhinitis

seasonal. Nasal steroid diketahui memiliki efek samping yang sedikit.

Page 13: RINITIS ALERGI

Obat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan ipatropium

bromida.

Operatif : Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami

hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan

kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.

Imunoterapi : Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi

membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung

lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking

antibody dan untuk alergi ingestan.

2.9 Komplikasi

Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip

hidung.

Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan

terutama kita temukan pada pasien anak-anak.

Sinusitis kronik

Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan

adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a.   Identitas

Nama

jenis kelamin

umur

bangsa

b.   Keluhan utama

1.   Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal Riwayat peyakit

dahulu

Page 14: RINITIS ALERGI

2.   Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.

c.    Riwayat keluarga

Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien

d. Pemeriksaan fisik :

- Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid

- Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi

e. Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan nasoendoskopi

Pemeriksaan sitologi hidung

Hitung eosinofil pada darah tepi

Uji kulit allergen penyebab

3.2 Diagnosa

Diagnosia Keperawatan

Berdasarkan data-data yang dikumpilkan dari hasil anamnesis riwayatsakit dan pemeriksaan

jasmani, diagnosis keperawatan yang utama bagi pasien mencakup:

1.      Pola pernafasan tidak efektif yang berhubungan dengan reaksi alergik

2.      Kurang pengetahuan tentang alergi dan modifikasi gaya hidup serta praktek perawatan mandiri

seperti yang dianjurkan

3.      Kerusakan koping terhadap kondisi kronik dan kebutuhan terhadap perubahan lingkungan

4.      Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung

5.      Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore

Masalah kolaborasi/ komplikasi potensial

Berdasarkan data-data hasil pengkajian, komplikasi potensial dapat mencakup:

1.      Anafilaksis

2.      Gangguan pernafasan

3.      Reaksi yang merugikan terhadap obat

4.      Ketidak patuhan terhadap pengobatan atau terapi

3.3 Intervensi

a.      Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental.

Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan

Kriteria :

Page 15: RINITIS ALERGI

1.      Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

2.      Jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi Rasional

a. Kaji penumpukan secret yang ada

b. Observasi tanda-tanda vital.

c. Kolaborasi dengan team medis

a. Mengetahui tingkat keparahan dan

tindakan selanjutnya

b. Mengetahui perkembangan klien sebelum

dilakukan operasi

c. Kerjasama untuk menghilangkan obat

yang dikonsumsi

2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan

medis

Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang

Kriteria :

a. Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya

b. Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kecemasan klien

2. Berikan kenyamanan dan ketentaman

pada klien :

Temani klien

- Perlihatkan rasa empati( datang

dengan menyentuh klien )

3. Berikan penjelasan pada klien tentang

penyakit yang dideritanya perlahan,

tenang seta gunakan kalimat yang

jelas, singkat mudah dimengerti

4. Singkirkan stimulasi yang berlebihan

misalnya :

- Tempatkan klien diruangan yang

1. Menentukan tindakan selanjutnya

2. Memudahkan penerimaan klien terhadap

informasi yang diberikan

3. Meningkatkan pemahaman klien tentang

penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut

sehingga klien lebih kooperatif

4. Dengan menghilangkan stimulus yang

mencemaskan akan meningkatkan ketenangan

Page 16: RINITIS ALERGI

lebih tenang

- Batasi kontak dengan orang lain

/klien lain yang kemungkinan

mengalami kecemasan

5. Observasi tanda-tanda vital.

6. Bila perlu , kolaborasi dengan tim

medis

klien.

5. Mengetahui perkembangan klien secara dini.

6. Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan

klien

2. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental.

Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan

Kriteria :

a. Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

b. Jalan nafas kembali normal terutama hidung

3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung

Tujuan : Klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman

Kriteria : Klien tidur 6-8 jam sehari

Intervensi Rasional

a. Kaji kebutuhan tidur klien.

b. ciptakan suasana yang nyaman.

c. Anjurkan klien bernafas lewat

mulut

d. Kolaborasi dengan tim medis

pemberian obat

a. Mengetahui permasalahan klien dalam

pemenuhan kebutuhan istirahat tidur

b. Agar klien dapat tidur dengan tenang

c. Pernafasan tidak terganggu.

d. Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung

4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore

Tujuan : Klien dapat mengembalikan citra diri dan mengembangkan metode koping yang sesuai dengan

diri semdiri

Kriteria : Mampu meningkatkan rasa percaya diri

Dapat menerima penyakit yang diderita

Intervensi Rasional

a. Dorong individu untuk bertanya a. memberikan minat dan perhatian,

Page 17: RINITIS ALERGI

mengenai masalah, penanganan,

perkembangan dan prognosis

kesehatan

b. ajarkan individu menegenai

sumber komunitas yang tersedia,

jika dibutuhkan (misalnya : pusat

kesehatan mental)

c. dorong individu untuk

mengekspresikan perasaannya,

khususnya bagaimana individu

merasakan, memikirkan, atau

memandang dirinya

memberikan kesempatan untuk

memperbaiakikesalahan konsep

b. pendekatan secara komperhensif dapat

membantu memenuhi kebutuhan pasienuntuk

memelihara tingkah laku koping

c. dapat membantu meningkatkan tingkat

kepercayaan diri, memperbaiki harga diri,

mrnurunkan pikiran terus menerus terhadap

perubahan dan meningkatkan perasaan

terhadap pengendalian diri

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro,

2005).Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

Alergen Inhalan,Alergen Ingestan,Alergen Injektan,Alergen Kontaktan,

Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar :

Respon Primer,Respon Sekunder,Respon Tersier

Penatalaksanaannya :

Hindari kontak & eliminasi, Keduanya merupakan terapi paling ideal. Hindari kontak dengan

alergen penyebab, sedangkan eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan). Simptomatik :

Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid

4.2 Saran

Page 18: RINITIS ALERGI

penyusun sangat membutuhkan saran, demi meningkatkan kwalitas dan mutu makalah yang

kami buat dilain waktu. Sehingga penyusun dapat memberikan informasi yang lebih berguna

untuk penyusun khususnya dan pembaca umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

-Mansjoer, arif dkk. 1993. Kapita Selekta Kedokteran Jilid.1 Edisi 3. jakarta : Media

Aesculapius

- Price, silvya A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4. Jakarta : EGC

-Smeltzer, suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

universitas indonesia

hendy.2010. Kumpulan askep.http://hendy-kumpulanaskep.blogspot.com/ Diakses tanggal 13

september pukul : 16.10