antihipertensi

17
Antihipertensi Dimas Prasetya Adnitama [12330062]

Upload: adnitama04

Post on 18-Jul-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kardiovaskular antihipertensi

TRANSCRIPT

Page 1: Antihipertensi

Antihipertensi

Dimas Prasetya Adnitama [12330062]

Page 2: Antihipertensi

Definisi Hipertensi penyakit kardiovaskular yang umum yang berarti kenaikan

tekanan darah secara persisten. Suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskular yang

progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan.

KlasifikasiTekanan Sistolik (mmHg)

Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89

Hipertensi tahap 1

140 – 159 Atau 90 – 99

Hipertensi tahap 2

≥ 160 Atau ≥ 100

Page 3: Antihipertensi

Patofisiologi

Hipertensi

Hipertensi Primer / Essensial

Hipertensi Primer / Essensial

Penyebab tidak diketahui secara

pasti

Penyebab dapat diketahui secara

pasti

Page 4: Antihipertensi

Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah Terdiri dari : Mekanisme Humoral Regulasi Neoronal Komponen Autoregulasi Perifer Mekanisme endotel Vaskular Kesetimbangan Elektrolit dan Bahan Kimia Lain

Page 5: Antihipertensi

DIAGNOSIS

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai.

Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkatan hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskular, dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/ kebiasaan (seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan, dan sebagainya).

Page 6: Antihipertensi

KLASSIFIKASI TEKANAN DARAH MENURUT WHO/ISH

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normotensi < 140 < 90Hipertensi ringan 140-180 90-105Hipertensi perbatasan

140-160 90-95

Hipertensi sedang dan berat

>180 >105

Hipertensi sistolik terisolasi

>140 < 90

Hipertensi sistolik perbatasan

140-160 < 90

Page 7: Antihipertensi

ANTIHIPERTENSI

obat – obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi. Antihipertensi juga diberikan pada individu yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko terkena stroke maupun miokard infark.

Pemberian obat perlu dilakukan segera pada pasien dengan tekanan darah sistolik ≥ 140/90 mmHg. Pasien dengan kondisi stroke atau miokard infark ataupun ditemukan bukti adanya kerusakan organ tubuh yang parah (seperti mikroalbuminuria, hipertrofi ventrikel kiri) juga membutuhkan penanganan segera dengan antihipertensi.

Page 8: Antihipertensi

TUJUAN

secara umum bertujuan untuk menurunkan resiko morbiditas dan mortalitas yang ditimbulkan akibat hipertensi. Morbiditas dan mortalitas ini berhubungan dengan kerusakan organ target seperti gagal jantung dan penyakit ginjal. Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara nonfarmakologi dan farmakologi.

Page 9: Antihipertensi

PENANGANAN HIPERTENSI Penanganan Non Farmakologis: Edukasi pasien Modifikasi gaya hidup

Penanganan Farmakologis: Beberapa ahli merekomendasikan penggunaan obat antihipertensi

kepada semua pasien dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang gagal merespon terapi non obat. Terapi obat antihipertensi diberikan untuk mencapai nilai target tekanan darah. Target terapi adalah tekanan darah <140/90 mmHg atau 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit diabetes mellitus dan penyakit ginjal kronis, penyakit arteri koroner yang diketahui (infark miokardial, angina), penyakit atherosclerosis vascular non koroner (stroke iskemia, penyakit arterial periferal, dll). Selain itu, pasien dengan penyakit disfungsi ventrikular kiri (gagal jantung) target tekanan darahnya ialah kurang dari 120/80 mmHg

Page 10: Antihipertensi

AGEN ANTIHIPERTENSI INDIVIDUAL UTAMAA. Diuretik Thiazida dan agen berhubungan lainnya (hydrochlorothiazide,

chlorthalidone) Loop diuretik (furosemid, bumetanid, torsemid, asam etakrinat) Diuretik hemat kalium (amiloride, triamterene, spironolactone) Antagonis aldosteronB. Inhibitor Angiotensin Converting Enzyme (ACE Inhibitor)C. Angiotensin Receptor Bloker (ARB)D. Calcium Channel Bloker (CCB)E. β-bloker

Page 11: Antihipertensi

AGEN ANTIHIPERTENSI ALTERNATIF

A. α-BlokerB. Aliskiren C. Agonis Sentral α-2D. ReserpinE. Vasodilator Arterial LangsungF. Agen-agen lainnya

Page 12: Antihipertensi

DIURETIKA

Diuretik, terutama thiazida, merupakan agen utama untuk hipertensi. Terlebih lagi, jika dibutuhkan terapi kombinasi untuk mengontrol tekanan darah, diuretik direkomendasikan sebagai salah satu agen yang digunakan. Terdapat 4 kelas diuretik yang digunakan untuk hipertensi: thiazida, loop diuretik, agen hemat kalium dan antagonis aldosteron.

Mekanisme aksi hipotensif dari diuretik dapat dilihat dari berbagai segi. Penurunan tekanan darah terlihat saat diuretik pertama diberikan disebabkan oleh diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan pada plasma dan stroke volume, yang menurunkan kardiak output dan tekanan darah. Penurunan dalam kardiak output ini menyebabkan peningkatan kompensasi pada resistensi vaskular periferal.

Page 13: Antihipertensi

Inhibitor ACE (Angiotensin Converting Enzyme)Inhibitor ACE merupakan agen lini pertama untuk hipertensi. ACE memfasilitasi produksi angiotensin II dimana mempunyai fungsi utama pada regulasi tekanan darah arterial. ACE didistribusikan di dalam banyak jaringan dan terdapat pada beberapa sel yang berbeda, tetapi lokasi utamanya ialah dalam sel endotelial. Tempat utama untuk produksi angiotensin II ialah di dalam pembuluh darah, bukan di ginjal. Inhibitor ACE memblok ACE (disebut juga bradikinase), juga menginhibisi konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor poten yang juga menstimulasi sekresi aldosteron, menyebabkan peningkatan dalam reabsorbsi natrium dan air bersamaan dengan hilangnya potasium. Dengan memblok ACE, terjadi vasodilatasi dan penurunan aldosteron. Inhibitor ACE juga memblok degradasi bradikinin dan menstimulasi sintesis senyawa pemvasodilatasi lainnya (prostaglandin E2 dan prostasiklin).

Page 14: Antihipertensi

4. Calsium Channel Bloker (CCB)

CCB, baik dihidropiridin dan nondihidropiridin, merupakan agen terapi lini pertama untuk hipertensi. Agen tersebut memiliki compelling indication pada penyakit koroner dan diabetes. Dengan compelling indication tersebut, agen tersebut secara essensial dapat digunakan sebagai tambahan atau untuk menggantikan agen-agen antihipertensi lainnya.

Page 15: Antihipertensi

β-Bloker

β-bloker telah digunakan di dalam banyak uji untuk hipertensi. Dalam kebanyakan uji, diuretik tipe thiazida merupakan agen utama dengan β-bloker ditambahkan untuk peningkatan penurunan tekanan darah. β -bloker akhir-akhir ini digunakan sebagai agen lini pertama untuk terapi hipertensi untuk compelling indication spesifik (post MI, penyakit koroner). Juga adanya terapi tambahan untuk indikasi lainnya (gagal jantung dan diabetes).

Untuk pasien dengan hipertensi tetapi tanpa compelling indication, agen utama lainnya (diuretik tipe thiazida, inhibitor ACE, ARB, dan CCB) harus digunakan sebagai agen utama sebelum digunakan β -bloker.

Page 16: Antihipertensi

ARB

ARB merupakan agen lini pertama untuk hipertensi. Angiotensin II digenerasi oleh 2 jalur enzimatik: RAAS, yang mengikutsertakan ACE, dan jalur alternatif yang menggunakan enzim seperti kimase (diketahui juga sebagai jaringan ACE). Inhibitor ACE menginhibisi hanya efek dari produksi angiotensin II melewati RAAS, dimana ARB menginhibisi angiotensin II dari semua jalur.

ARB secara langsung memblok reseptor angiotensin II reseptor subtipe I yang memediasi efek angiotensin II yang diketahui pada manusia: vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik, dan konstriksi arteriol eferen dari glomerulus. Karena agen tersebut tidak memblok reseptor angiotensin II subtipe II, efek utama dari stimulasi reseptor angiotensin II subtipe II (vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan inhibisi pertumbuhan sel) tetap ada saat ARB digunakan.

Page 17: Antihipertensi

SEKIAN DAN TERIMAKASIH !!