92184766 m antihipertensi

51
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Terima kasih sebelum nya dan sesudah nya kami ucapkan kepada Dosen yang telah banyak membimbing dan orang tua yang telah memberikan motifasi dan segala dukungan nya serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah FARMAKOLOGI (Diuretik dan Antihipertensi) terselesaikan dalam waktu yang telah di tentukan. Pada penulisan makalah ini, kami berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah di mengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan diambil intisari dari materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Makalah ini juga diharapkan dapat digunakan oleh dosen pengajar bidang studi FARMAKOLOGI ((Diuretik dan Antihipertensi), karena kami telah berusaha melengkapi materi sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran yang disempurnakan. Kami menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangan nya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada

Upload: maya-rentina

Post on 06-Aug-2015

69 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 92184766 m Antihipertensi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan kita berbagai macam nikmat,

sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di

alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta

harapan yang kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum nya dan sesudah nya kami ucapkan kepada Dosen yang telah

banyak membimbing dan orang tua yang telah memberikan motifasi dan segala dukungan nya

serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,

sehingga makalah FARMAKOLOGI (Diuretik dan Antihipertensi) terselesaikan dalam waktu

yang telah di tentukan. Pada penulisan makalah ini, kami berusaha menggunakan bahasa yang

sederhana dan mudah di mengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan diambil intisari dari

materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Makalah ini juga diharapkan dapat

digunakan oleh dosen pengajar bidang studi FARMAKOLOGI ((Diuretik dan Antihipertensi),

karena kami telah berusaha melengkapi materi sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran

yang disempurnakan.

Kami menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

serta banyak kekurangan-kekurangan nya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal

pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menuruti

egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk

lebih menyempurnakan makalah-makalah kami dilain waktu. Harapan yang paling besar dari

penyusunan makalah ini ialah, mudah mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik

untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang membaca dan menyempurnakan lagi atau

menganbil hikmah dari judul ini (gaya hidup) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang

telah ada.

Padang ,6 Desember 2011

Penuli

Page 2: 92184766 m Antihipertensi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...4

1.2 Tujuan................................................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian ……………….............. ..………………………………………....5

2.2 Sejarah Antibiotik……………………………………..……………….……...6

2.3 Pembuatan Antibiotik……………………………………..…..………………8

2.4 Klasifikasi Dan Golongan Antibiotik…………………………………………9

2.5 Farmakokinetika Antibiotik…………………………………………..……...14

2.6 Retensi Antibiotik……………………………………………………….…...15

2.7 Mekanisme Kerja Antibiotik……………………………………...…………17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………..……………31

3.2 Saran……………………………………………………………..…………..31

Page 3: 92184766 m Antihipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan di dunia yang sangat penting

dikarenakan angka kejadiannya yang tinggi. Prevalensi tekanan darah tinggi meningkat seiring

dengan peningkatan usia (Ridjab, 2007).

Diuretika merupakan antihipertensi pertama yang terbukti aman sejak awal tahun 60-an.

Obat yang bekerja dengan mengeluarkan natrium dari ginjal ini sempat turun pamornya di tahun

80-an seiring ditemukannya obat-obat antihipertensi baru. Kejatuhan diuretika juga terkait

dengan temuan sebuah survei epidemiologi yang mengatakan adanya peningkatan kematian pada

penderita hipertensi yang menggunakan diuretika. Hal ini terjadi karena selain natrium, kalium

pun ikut menghilang dari tubuh dengan penggunaan diuretika.

1.2Masalah

Dari latar belakang dapat ditarik rumusan masalah yaitu bagaimana kita menggunakan

antihipertensi dan diuretik yang baik dan efisien.

1.3 Tujuan

Penulis ingin mengetahui lebih mendalam tentang Diuretika dan Antihipertensi

Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah farmakologi

sebagai pedoman dalam pembuatan makalah selanjutnya

Page 4: 92184766 m Antihipertensi

BAB 11

LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Antihipertensi

Antihipertensi adalah obat – obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi.

Antihipertensi juga diberikan pada individu yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya

penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko terkena stroke maupun miokard infark.

Pemberian obat bukan berarti menjauhkan individu dari modifikasi gaya hidup yang sehat seperti

mengurangi berat badan, mengurangi konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok,

mengurangi stress dan berolah-raga.

Pemberian obat perlu dilakukan segera pada pasien dengan tekanan darah sistolik ≥

140/90 mmHg. Pasien dengan kondisi stroke atau miokard infark ataupun ditemukan bukti

adanya kerusakan organ tubuh yang parah (seperti mikroalbuminuria, hipertrofi ventrikel kiri)

juga membutuhkan penanganan segera dengan antihipertensi

2.2 Tujuan Pemberian Anthipertensi

Adapun tujuan pemberian antihipertensi yakni

Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang muncul akibat gagal

jantung.

Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang lebih parah dan

mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada.

Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien yang sudah

terkena serangan serebrovaskular.

Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan hipertensi maternal.

Page 5: 92184766 m Antihipertensi

2.3 Efek Samping

Antihipertensi dari golongan diuretik, ACE-inhibitor dan beberapa β-Blocker dapat

menyebabkan reaksi likenoid. ACE-inhibitor juga diasosiasikan dengan kehilangan sensasi pada

lidah dan rasa terbakar pada mulut. ACE–inhibitor dan penghambat reseptor angiotensin II

pernah diimpliksikan bahwa keduanya menyebabkan angioedema pada rongga mulut pada

sekelompok 1% dari pasien yang mengonsumsinya. Meskipun oedema pada lidah, uvula, dan

palatum lunak yang paling sering terjadi,tetapi oedema larynx adalah yang paling serius karena

berpotensi menghambat jalan nafas.

Efek samping obat-obatan antihipertensi pada rongga mulut adalah xerostomia,reaksi

likenoid, Pertumbuhan gingival yang berlebihan,pendarahan yang parah,penyembuhan luka yang

tertunda. Sedangkan efek samping yang sistemik yang paling serius dilaporkan adalah

konstipasi,batuk, pusing,mengantuk,letih,frekuensi berkemih yang meningkat,berkurang nya

konsentrasi,disfungsi seksual dan rasa tidak enak pada perut.

2.4 Obat Antihipertensi

Pengobatan hipertensi biasanya ditujukan untuk mencegah terjadinya morbiditas dan

mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Terapi farmakologi untuk hipertensi ringan dan sedang

dilakukan secara monoterapi dengan salah satu dari obat berikut : diuretik, β-bloker,

penghambat ACE, antagonis kalsium, dan α-bloker (termasuk α,β-bloker). Antihipertensi

lainnya, yakni vasodilator langsung, adrenolitik sentral (α2 agonis) dan penghambat saraf

adrenergik, tidak digunakan untuk monoterapi tahap pertama, tetapi hanya antihipertensi

tambahan. Jika respon kurang atau parsial, akan dilakukan penambahan obat ke-2 dari golongan

lain sedangkan jika respon kecil, dilakukan penggantian jenis obat.

Pilihan obat bagi masing-masing penderita (individualisasi individu) bergantung pada

(1) efek samping metabolik dan subyektif yang ditimbulkan;

(2) adanya penyakit lain yang mungkin diperbaiki atau diperburuk oleh AH yang dipilih;

(3) adanya pemberian obat lain yang mungkin berinteraksi dengan AH yang diberikan

dan (biaya pengobatan).

Page 6: 92184766 m Antihipertensi

Berikut adalah jenis-jenis atau kelompok obat anti hipertensi :

A. Diuretik

Efek nyang ditimbulkan adalah peningkatan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga

mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. Vasodilatasi perifer yang terjadi disebabkan

adanya penyesuaian pembuluh darah perifer terhadap pengurangan volume plasma terus

menerus. Selain itu, dapat pula terjadi pengurangan kekakuan dinding pembuluh darah dan

bertambahnya daya lentur (compliance) vaskulor)

B. Penghambat Adrenergik

1. Penghambat adrenoreseptor β (β-bloker)

Mekanisme β-adrenergik sebagai anti hipertensi masih belum jelas. Diperkirakan ada

beberapa cara, yakni

pengurangan denyut jantung dan kontraktilitas miokard menyebabkan curah jantung

berkurang. Reflek baroreseptor serta hambatan β2 vaskular menyebabkan resistensi

perifer pada awalnya meningkat;

hambatan pelepasan NE melalui hambatan reseptor β2 prasinaps;

hambatan sekresi renin melalui hambatan rereptor β1 di ginjal; dan

efek sentral. Penurunan TD oleh β-bloker yang diberikan per oral berlangsung lambat.

Efek tampak dalam 24 jam sampai 1 minggu. Pemberian pada orang normal tidak akan

menyebabkan hipotensi.

Β-bloker merupakan obat untuk hipertensi ringan-sedang dengan PJK atau dengan

aritmia supraventrikuler maupun ventrikuler dengan kelainan induksi, pada penderita muda

dengan sirkulasi hiperdinamik dan pada penderita yang memerlukan anti depresi trisiklik atau

antipsikotik (efek β-bloker tidak dihambat oleh obat-obatan tersebut). Semakin muda, β-bloker

semakin efektif dan efek antihipertensi berlangsung lebih lama daripada bertahannya kadar

plasma sehingga kadar plasma tidak dapat digunakan sebagai pedoman terapi.

Page 7: 92184766 m Antihipertensi

Efektivitas berbagai β-bloker sebagai antihipertensi tidak berbeda satu sama lain bila

diberikan dalam dosis ekuipoten. Ada tidaknya ISA, MSA, maupun kemampuan obat masuk ke

otak tidak memberiakn perbedaan efektivitas, tetapi memberikan perbedaan dalam menentukan

pilihan β-bloker yang paling tepat (dengan melihat efek pada penyakit penyerta dan efek

samping).

Efek samping yang mungkin muncul diantaranya adalah bronkospasme, memperburuk

gangguan pembuluh darah perifer, rasa lelah, insomnia, eksaserebrasi gagal jantung, dan

menutupi gejala hipoglikemia; juga, hipertrigliseridemia dan menurunkan kadar kolestrol HDL

(kecuali β-bloker dengan ISA dan labetalol); serta mengurangi kemampuan berolahraga. Efek

samping dapat dikurangi dengan pengaturan diet. Selain itu, pengurangan aliran darah ginjal dan

laju filtrasi glomerulus dapat memperburuk fungsi ginjal.Hipertensi rebound jarang terjadi pada

penghentian β-bloker secara mendadak.

2. Penghambat adrenoreseptor α (α-bloker)

α-bloker yang selektif memblok adrenoreseptor α1 dapat untuk pengobatan

antihipertensi. Alfa-bloker yang non-selektif juga menghambat adrenoseptor α-2 diujung saraf

adrenergik sehingga meningkatkan pelepasan NE. Akibatnya, perangsangan jantung akan

berlebihan.

Alfa-bloker menghambat reseptor α1 di pembuluh darah terhadap efek vasokonstriksi NE

dan E sehingga terjadi dilatasi vena dan arteriol. Alfa-bloker merupakan satu-satunya golongan

AH yang memerikan efek positif pada lipid darah, (mengurangi LDL dan trigliserida serta

meningkatkan HDL). Alfa-bloker juga dapat menurunkan resistansi insulin, mengurangi

gangguan vaskular perifer, memberikan sedikit efek bronkodilatasi dan mengurangi serangan

asma akibat kegiatan fisik, merelaksasi otot polo prostat dan leher kandung kemih sehingga

mengurangi gejala hipertrofi prostat, tidak menggangu aktivitas fisik dan tidak berinteraksi

dengan AINS. Oleh karena itu, obat ini dianjurkan untuk penderita hipertensi disertai diabetes,

dislipidemia, obesitas, gangguan resistensi perifer, asma, hipertrofi prostat, perokok, serta

penderita muda yang aktif secara fisik dan mereka yang menggunakan AINS.

Page 8: 92184766 m Antihipertensi

Efek samping yang mungkin muncul di antaranya adalah hipotensi ortostatik yang dapat

terjadi sejak pemberian beberapa dosis pertama atau saat dilakukan penambahan dosis. Efek

lebih besar ialah kehilangan kesadaran sesaat atau yang ringan ialah pusing kepala ringan.

Fenomen ini dapat terjadi saat pemberian dosis pertama terlalu besar, penderita dengan deplesi

cairan, penderita usia lanjut, atau yang sedang makan AH lain. Toleransi terhadap fenomen

terjadi secara cepat dengan mekanisme yang belum diketahui. Namun, ada juga contoh obat yang

jarang menimbulkan fenomen dosis pertama karena mula kerjanya yang lambat, seperti

doxazosin.

3. Adrenolitik Sentral

Klonidin. Efek hipotensifnya disertai penurunan resistensi perifer. Curah jantung mula-

mula menurun, tetapi kembali lagi ke nilai awal pada pemberian jangka panjang. Klonidin juga

dapat menyebabkan penurunan denyut jantung, antara lain akibat peningkatan tonus vagal.

Klonidin oral biasanya digunakan sebagai obat ke-2 atau ke-3 jika TD sasaran belum tercapai

pada pemberian diuretik. Obat ini dapat juga untuk menggantikan penghambat adrenergik lain

dalam kombinasi 3 obat dengan diuretik dan vasodilator pada hipertensi resisten. Klonidin

berguna pula untuk hipertensi mendesak.

Efek samping yang sering muncul ialah mulut kering dan sedasi (pada 50% penderita),

tetapi efek bisa hilang dalam 12 jam meski obat diteruskan. Efek lain ialah pusing, mual,

konstipasi, atau impotensi. Gejala ortostatik kadang-kadang terjadi. Efek samping sentral

misalnya, mimpi buruk, insomnia, cemas dan depresi. Penggunaan secara tunggal dapat

menyebabkan retensi cairan sehingga mengurangi efek hipotensinya. Oleh karena itu, obat ini

paling baik jika digunakan bersama diuretik.

Guanabenz dan Guanfasin. Sifat farmakologik termasuk efek sampingnya mirip klonidin.

Guanfasin memiliki waktu paruh lebih panjang (14-18 jam), bandingkan dengan guanabenz yang

maksimal dalam 2-4 jam pada pemberian oral.

Metildopa. Metildolpa dapat mengurangi resistensi perifer tanpa banyak mengubah

denyut jantung dan curah jantung. Pada penderita usia lanjut, curah jantung dapat menurun

akibat berkurangnya denyut jantung dan isi sekuncup. Penurunan TD maksimal 6-8 jam setelah

Page 9: 92184766 m Antihipertensi

dosis oral. TD lebih turun jika pasien berdiri dari pada berbaring. Hipotensi ortostatik dapat

terjadi meski tidak seberat yang ditimbulkan penghambat saraf adrenergik. Penggunaan tunggal

dapat menyebabkan retensi cairan sehingga kehilangan efek hipotensifnya (toleransi semu).

Metildopa ditambahkan sebagai obat ke-2 bila TD sasaran belum tercapai dengan diuretik

saja. Obat ini juga efektif jika dikombinasikan dengan tiazid. Selain itu, obat ini juga merupakan

pilihan untuk hipertensi pada kehamilan.

Dosis pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal harus dikurangi karena absorpsi

metidolpa pada pencernaan kurang lengkap. Sekitar 63% diekskresikan tubuh. Pada insufisiensi

ginjal terjadi akumulasi obat dan metabolitnya. Waktu paruh obat 2 jam dan meningkat pada

penderita uremia.

Efek samping yang dapat muncul di antaranya adalah sedasi, hipotensi postural, pusing,

mulut kering, gangguan tidur, depresi mental, impotensi, kecemasan, penglihatan kabur, hidung

tersumbat dan sakit kepala. Efek samping yang lebih serius di antaranya adalah anemia

hemolitik, trombositopenia, leukopenia, hepatitis, dan sindrom seperti lupus.

Efek hipotensif metildopa ditingkatkan oleh diuretik dan dikurangi antidepresi trisiklik

dan amin simpatomimetik. Penghentian mendadak dapat menyebabkan fenomen rebound

(peningkatan TD meningkat.

4. Penghambat saraf Adrenergik

Reserpin dan Alkaloid Rauwolfia. Reserpin mengurangi resistensi perifer denyut jantung

dan denyut jantung. Retensi cairan dapat terjadi jika tidak diberikan bersama diuretik. Reserpin

lebih sering digunakan sebagai obat ke-2 dan merupakan antihipertensi yang baik, terutama saat

dikombinasikan dengan tiazid.

Efek samping yang dapat terjadi di antaranya adalah letargi dan kongesti nasal. Selain itu,

ada pula gejala-gejala seperti bradikardia, mulut kering, diare, mual, muntah, anoreksia,

bertambahnya nafsu makan, hiperasiditas lambung, mimpi buruk, depresi mental, disfungsi

sexual, dan ginekomastia. Penderita dengan riwayat depresi dihindarkan dari penggunaan obat

Page 10: 92184766 m Antihipertensi

ini. Untuk mengurangi efek samping, penggunaan dosis yang rendah pada kombinasi dengan

tiazid dirasakan cukup efektif.

Karena reserpin dapat meningkatkan asam lambung, maka harus diberikan dengan hati-

hati pada penderita dengan riwayat ulkus peptikum. Selain itu, penderita dengan riwayat kolitis

ulseratif juga tidak diperbolehkan karena reserpin dapat meningkatkan tonus dan motilitas

ulseratif. Penderita epilepsi juga tidak dianjurkan karena reserpin dapat menurunkan ambang

kejang.

Guanetidin. Efek hipotensif obat ini disebabkan karena berkurangnya curah jantung

(akibat berkurangnya alir balik vena serta kontraktilitas dan denyut jantung) dan turunnya

resistensi perifer. Guanetidin merupakan venodilator yang kuat sehingga hipotensi ortostatik

yang hebat dan juga hipotensi akibat kegiatan fisik dapat terjadi. Obat ini juga sering

menimbulkan diare dan kegagalan ejakulasi.

Guanetidin sekarang jarang digunakan karena (1) sukar mengatur dosisnya, (2) adanya

AH yang lain, misalnya kaptropil dan minoksidil yang efektif untuk hipertensi resisten dan

kurang menimbulkan efek samping dibanding guanetidin.

Guanadrel. Mekanisme dan efek samping mirip dengan Guanetidin, hanya saja intensitas

diare lebih rendah.

5 Penghambat Ganglion

Trimetafan. Merupakan satu-satunya penghambat ganglion yang masih digunakan di

klinik. Kerjanya singkat dan digunakan untuk (1) menurunkan TD dengan segera pada hipertensi

darurat, terutama aneurisma aorta dissecting yang akut dan (2) menghasilkan hipotensi terkendali

selama bedah saraf atau bedah kardiovaskular untuk mengurangi pendarahan.

Efek samping yang dapat muncul ialah paresis usus dan kandung kemih, hipotensi

ortostatik, penglihatan kabur, dan mulut kering.

C. Vasodilator

Page 11: 92184766 m Antihipertensi

Hidralazin.

Hidralazin merelaksasi otot polos arteriol dengan mekanisme yang belum dapat dipastikan.

Salah satu kemungkinan kerjanya adalah sama dengan kerja nitrat organik dan natrium

nitropusid, dengan melepaskan nitrogen oksida (NO) yang mengaktifkan guanilat siklase dengan

hasil akhir defosforilasi berbagai protein, termasuk protein kontraktil dalam sel otot polos.

Vasodilatasi dapat menyebabkan peningkatan denyut dan kontaktilitas jantung, peningkatan

renin plasma, dan retensi cairan yang justru melawan efek hipotensif obat. Hidralazin

menurunkan TD diastolik lebih banyak daripada TD sistolik dengan menurunkan resistensi

perifer. Oleh karena itu, hidralazin lebih selektif mendilatasi arteriol dari pada vena.

Hidralazin oral biasanya digunakan sebagai obat ke-3 kepada diuretik dan β-bloker.

Retensi cairan akan dihambat oleh diuretik sedangkan refleks takikardia terhadap vasodilatasi

akan dihambat oleh β-bloker. Karena tidak menimbulkan hipotensi ortostatik atau sedasi,

hidralazin dapat ditambahkan sebagai obat ke-2 kepada diuretik untuk penderita usia lanjut yang

tidak dapat mentoleransi efek samping penghambat adrenergik. Pada mereka, refleks

baroreseptor kurang sehingga tidak terjadi takikardia dengan hidralazin tanpa β-bloker.

Hidralazin sekarang jarang digunakan karena masih ada yang lebih aman. Hidralazin IV

digunakan untuk hipertensi darurat, terutama glomerulonefritis akut atau eklamasia.

Absorpsi dari saluran cerna cepat dan hampir sempurna, tetapi mengalami metabolisme

lintas pertama di hati yang besarnya ditentukan fenotip asetilasi penderita. Pada asetilasi lambat,

didapatkan kadar plasma yang tinggi, insiden hipotensi berlebihan dan toksisitas lainnya juga

tinggi sehingga perlu pengecilan dosis.

Efek samping yang dapat muncul ialah retensi natrium dan air bila tidak ada diuretik.

Takikardia diatasi dengan β-bloker. Tanpa β-bloker dan diuretik dapat terjadi iskemia miokard

pada penderita PJK. Hidralazin juga dapat menyebabkan sindrom Lupus.

Minoksidil.

Minoksidil bekerja pada sel otot polos vaskular dengan meningkatkan permeabilitas

membran sel terhadap K+ sehingga terjadi hiperpolarisasi. Dilatasi akan menurunkan resistensi

Page 12: 92184766 m Antihipertensi

perifer dan menurunkan TD sistolik dan diastolik. Efek hipotensif disertai denyut jantung dan

curah jantung.

Minoksidil efektif untuk semua penderita , maka berguna untuk terapi jangka panjang

hipertensi berat yang refrakter terhadap kombinasi 3 obat yang terdiri dari diuretik, penghambat

adrenergik dan vasodilator lain. Minoksidil efektif untuk hipertensi akselerasi atau maligna

dengan penyakit ginjal. Untuk mengatasi retensi cairan dan takikardia, pemberian minoksidil

perlu dilengkapi diuretik dan penghambat adrenergik.

Efek samping yang sering muncul ialah retensi cairan, takikardia, sakit kepala, angina

pectoris (pada penderita PJK). Selain itu, efusi pleural dan perikardial terjadi pada 3% penderita.

Komplikasi terjadi pada penderita gangguan ginjal berat dan mungkin akibat retensi cairan.

Biasanya efusi hilang saat minoksidil dihentikan. Penghentian minoksidil mendadak dapat

menyebabkan hipertensi rebound. Minoksidil biasanya tidak menyebabkan hipotensi ortostatik,

kecuali jika diberikan pada guanetidin. Selain itu adalah hipertrikosis.

Metabolismenya ekstensif terutama menjadi metabolit yang tidak aktif. Kadar plasma

tidak berkorelasi dengan respon terapi.

Diazoksid.

Bekerja pada sel otot polos arteriol, mengaktifkan kanal K+ yang sensitif ATP sehingga

terjadi hiperpolarisasi menyebabkan dilatasi arteriol. Vena tidak dipengaruhi. TD turun dengan

cepat dan denyut jantung beserta curah jantung meningkat.

Obat ini digunakan pada hipertensi darurat. Diazoksid efektif untuk hipertrofi

ensefalopati, maligna dan berat dengan glomerunefritis akut dan kronik. Penurunan TD yang

cepat dapat beresiko iskemia koroner.

Efek samping yang ada misalnya hipotensi, takikardia, iskemia jantung dan otak akibat

hipotensi, azotemia, hipersensitifitas.

Natrium Nitroprusid.

Page 13: 92184766 m Antihipertensi

Gugus nitroso pada molekul natrium nitrosupid akan dilepaskan sewaktu kontak dengan

eritrosit. NO mengaktifkan enzim guanilat siklase pada otot polos pembuluh darah dan

menyebabkan dilatasi arteriol dan venula.

Nitroprusid merupakan obat paling cepat dan selalu efektif untuk pengobatan hipertensi

darurat. Namun, perlu infus kontinyu untuk mempertahankan efek hipotensifnya.

Efek samping yang ada berupa vasodilatasi yang berlebihan, kemudian muntah, mual dan

muscle twitching.Obat ini juga dapat memperburuk hipoksemia arteri pada penderita dengan

PPOM karena mengganggu vasokonstriksi pembuluh darah paru sehingga ventilasi dan perfusi

tidak seimbang.

D. Penghambat Enzim Angiotensin

Penghambat ACE bekerja langsung,yaitu kaptropil dan lisinopril dan ada pula yang tidak

langsung (pro drug).

1 . Sistem Renin-AngiotensinAldoster

Renin disekresi oleh sel jukstglomerular di dinding arteriol aferen dan glomerulus ke

dalam darah bila perfusi ginjal menurun (karena TD turun atau stenosis pada arteri ginjal), bila

terdapat deplesi natrium dan atau terjadi stimulasi adrenergik (melalui reseptor β1).

Renin akan memecah angiotensinogen menjadi angiotensin I (AI). AI akan dikonversi

oleh ACE yang terikat pada endotel yang menghadap ke lumen di seluruh sistem vaskuler,

menjadi Angiotensin II (AII) yang sangat aktif. AII bekerja pada reseptor otot polos vaskuler,

korteks adrenal, jantung dan SSP untuk menimbulkan konstriksi arteriol dan venula (efek pada

arteriol lebih kuat), stimulasi sintesis dan sekresi aldosteron, stimulasi jantung, dan sistem

simpatis dan efek SSP berupa stimulasi konsumsi air dan peningkatan sekresi ADH. Akibatnya

terjadi resistensi perifer, reabsorpsi natrium dan air serta peningkatan denyut jantung dan curah

jantung.

ACE juga kininase II yang mengaktifkan bradikinin yang merupakan vasodilator arteriol

sistemik yang poten, kerjanya melaui EDRF dan prostlagandin.

Page 14: 92184766 m Antihipertensi

Sistem RAA berperan dalam mempertahankan TD dan volume intravaskular saat terdapat

deplesi natrium dan cairan.

Penghambatan ACE akan mengurangi pembentukan AII sehingga TD turun. Karena efek

vasokonstriksi paling kuat antara lain ada di pembuluh darah ginjal, pengurangan AII akan

menimbulkan vasodilatasi renal yang kuat. Penurunan TD oleh penghambat ACE disertai

pengurangan resistensi perifer, tanpa refleks takikardia. Kerja golongan obat ini sepertinya ada

yang melalui sistem kinin. Hambatan inaktivasi bradikinin akan menyebabkan vasodilatasi.

Penghambat ACE efektif untuk hipertensi ringan, sedang , maupun berat. Pada hipertensi

berat, penghambat ACE ditambahkan vasodilator obat ke-3 pada diuretik dan β-bloker.

Penghambat ACE akan lebih efektif pada penderita muda. Pemberian bersama dengan

penghambat adrenergik akan menimbulkan hipotensi berat berkepanjangan.

Efek samping yang mungkin muncul ialah,batuk kering, ganguan pengecapan, rash

eritromatosisn maupun udem angioneurotik. Dosis pertama ACE dapat menimbulkan hipotensi

simptomatik. Selain itu, ada pula gagal ginjal akut, proteinuria, dan hiperkalemia.

E. Antagonis Kalium

Ada beberapa karakteristik untuk obat jenis ini, yaitu :

Golongan dihidropiridin (DHP, nifedipin, nikardipin, isradipin, felodipin, amilodipin)

bersifat vaskuloselektif dan generasi yang baru mempunyai selektivitas yang lebih tinggi.

Sifat ini menguntungkan manusia, karena, tidak ada efek langsung pada nodus SA

danAV, menurunkan resistani perifer tanpa disfungsi jantung berarti, dan relatif aman

dalam kombinasi dengan β-bloker

Bioavailabilitas oral yang rendah dari kebanyakan antagonis kalsium disebabkan oleh

eliminasi presistemik di hati yang tinggi. Dalam hal ini, bioavailabilitas oral

Kadar Puncak yang cepat dicapai kebanyakan antagonis kalsium menyebabkan TD turun

secara cepat, mencetuskan iskemia miokard atau serebral

Metabolism yang hampir sempurna oleh hati dari semua antagonis kalsium menunjukan

bahwa penggunaannya penderita pada sirosis hati dan usia lanjut harus hati hati.

Kombinasi antagonis kalsium dengan β-bloker, penghambat ACE atatu α-bloker

Page 15: 92184766 m Antihipertensi

meberikan efek baik, tetapi hanya memberikan penambahan efek yang kecil saat

kombinasi dengan diuretik. Kombinasi verapamil atau diltiazem dengan β-bloker

memberikan efek antihipertensi yang adiktif. Seperti penggunaan diuretik, pengurangan

garam tidak berguna.

Efek samping yang mungkin dijumpai ialah penurunan TD yang terlalu besar dan cepat,

angina pektoris pada PJK, efek vasodilatasi, edema perifer, bradiaritmia maupun konstipasi.

Kalsium antagonis tidak memiliki efek samping metabolik, baik lipid, karbohidrat maupun asam

urat.

2.5 Farmakologi antihipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah

melebihi normal. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur

tekanan darah kita secara teratur. Di seluruh dunia hipertensi telah menjadi suatu penyakit yang 

dihubungkan dengan angka morbiditas, mortalitas serta biaya (cost) yang tinggi di masyarakat.

Hipertensi juga merupakan faktor risiko penting, yang dapat dimodifikasi, untuk penyakit

jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan penyakit arteri periferal. Untuk

mempermudah pembelajaran dan penanganan, hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan

tingginya tekanan darah dan etiologinya

Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal <120 <80

Page 16: 92184766 m Antihipertensi

Prehipertensi 120-139 80-90

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-100

Hipertensi tingkat 2 >160 >100

(Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan JNC VII, 2003).[1]

Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat dibagi menjadi hipertensi esensial dan hipertensi

sekunder:

1. Hipertensi esensial/hipertensi primer/hipertensi idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan

dasar patologi yang jelas, lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial.

Penyebabnya meliputi faktor genetik (kepekaan terhadap natrium, stress, dll) dan faktor

lingkungan (gaya hidup, stress emosi, dll)

2. Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus. Dapat berupa hipertensi kardiovaskuler

(peningkatan resistensi perifer akibat aterosklerosis), hipertensi ginjal (oklusi arteri

renalis atau penyakit jaringan ginjal), hipertensi endokrin (feokromositoma dan sindrom

Conn) dan hipertensi neurogenik (akibat lesi saraf, menyebabkan gangguan di pusat

kontrol, baroreseptor atau penurunan aliran darah ke otak).[2]

Hipertensi lama dan/atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan organ pada

jantung (hipertrofik ventrikel  kiri), otak (strok akibat pecah pembuluh darah cerebral), ginjal

(penyakit ginjal kronik, gagal ginjal), mata dan pembuluh darah perifer.

Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas

kardiovaskular. Target tekanan darah yang ingin dicapai bila penderita tidak memiliki kelainan

penyerta adalah <140/90 mmHg, sedangkan pasien dengan diabetes melitus atau kelainan ginjal

tekanan darah harus diturunkan di bawah 130/80 mmHg.

Strategi pengobatan hipertensi dimulai dengan perubahan gaya hidup, diet rendah garam,

berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol, aktivitas fisik yang teratur, dan penurunan

berat badan bagi pasien obesitas. Perubahan gaya hidup tersebut dapat dicoba sampai 12 bulan

bagi penderita hipertensi tingkat 1 tanpa faktor risiko dan kerusakan organ. Sedangkan bila

penderita memiliki kelainan penyerta (seperti gagal jantung, pasca infark miokard, penyakit

Page 17: 92184766 m Antihipertensi

jantung koroner, diabetes melitus, stroke) maka terapi farmakologi/obat-obatan harus dimulai

lebih dini mulai dari hipertensi tingkat 1.

Berdasarkan The Joint National Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment

of high blood pressure (JNC) VII pada tahun 2003, tatalaksana hipertensi secara farmakologis

dibagi menjadi dua lini:

1. Lini pertama meliputi diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker), ACE

inhibitor, penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium/calcium

channel blocker.

2. Lini kedua meliputi penghambat saraf adrenergik, penghambat adrenoreseptor alpha (α-

blocker), dan vasodilator

FAKTOR LINGKUNGAN

seperti stress, kegemukan (obesitas) dan kurang olah raga juga berpengaruh terhadap

timbulnya hipertensi essensial. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melal;ui

aktivitas saraf simpatis. saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktifitas.

peningkatan aktifitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak

menentu). apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.

walaupun hal ini belum terbukti , akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lenih

tinggi daripada masyarakat pedesaan. hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang

dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

Berdasarkan populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat

dengan terjadinya hipertensi dikemudian hari.

Olah raga dapat digunakan untuk mengurangi/mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam

ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarakan garam lewat kulit) kebiasaan

lainnya seperti merokok, mengkonsumsi alkohol diuga berpengaruh dalam meningkatkan resiko

hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti.

GEJALA KLINIS

Page 18: 92184766 m Antihipertensi

Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi

essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah

komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. gejala-gejala-gejala

seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi

essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut:

pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa

berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:

Gangguan penglihatan, Gangguan saraf, Gagal jantung,Gangguan fungsi ginjal, Gangguan

serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang

mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma.

sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan

jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup

dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti

kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan

makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat

disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.

Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam arteri

bisa terjadi melalui beberapa cara:

1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya

2. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan

kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung

memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa

untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini

terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan

air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga

meningkat.

Page 19: 92184766 m Antihipertensi

Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan

banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

Berdasarkan faktor pemicu,

Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan

keturunan. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam

keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi

primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu

telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik

mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga,

merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap

timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi

saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf

parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten

(tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap

tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan

lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh

stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan

dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi

dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi

esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume

darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang

mempunyai berat badan normal.

Pencegahan

Page 20: 92184766 m Antihipertensi

Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik

yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga

berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum

diketahui pasti.

Pengobatan

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik

(spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga

dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah

obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan

mengeluarkan garam lewat kulit).

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)

2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga

pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan

pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat

dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh

2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.

Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini

hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai

pelengkap pada pengobatan farmakologis.

Page 21: 92184766 m Antihipertensi

3. Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem

saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak

3-4 kali seminggu.

5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini.

Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.

Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)

sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi

lebih ringan.

Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.

Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada

saat kita beraktivitas ).

Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis

betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan

seperti asma bronkial.

Page 22: 92184766 m Antihipertensi

Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus

harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam

darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang

tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat

harus hati-hati.

Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot

pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek

samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan

pusing.

Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang

dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).

Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul

adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung

(kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.

Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya

yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam

golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit

kepala, pusing, lemas dan mual.

Page 23: 92184766 m Antihipertensi

Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya

hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

2.6 Diuretika

Diuretika adalah antihipertensi pertama yang terbukti aman sejak awal tahun 60-an. Obat

yang bekerja dengan mengeluarkan natrium dari ginjal ini sempat turun pamornya di tahun 80-an

seiring ditemukannya obat-obat antihipertensi baru. Kejatuhan diuretika juga terkait dengan

temuan sebuah survei epidemiologi yang mengatakan adanya peningkatan kematian pada

penderita hipertensi yang menggunakan diuretika. Hal ini terjadi karena selain natrium, kalium

pun ikut menghilang dari tubuh dengan penggunaan diuretika.

Penemuan obat-obat hipertensi baru seperti beta blocker, alfa-blocker, hingga ACE-

inhibitor semakin membuat diuretika tenggelam. Untungnya ada ahli yang masih tetap berpihak

pada diuretika. Menurut mereka, tidak seharusnya diuretika "dikalahkan" hanya melihat satu efek

samping saja tanpa melihat sisi-sisi manfaatnya. Toh, menurut pembela diuretika, kalium yang

hilang sebenarnya bisa diganti dengan suplemen atau konsumsi buah yang cukup

Golongan Diuritik

Diuretik: golongan obat-obatan yang sifatnya meningkatkan produksi air kencing, digunakan sebagai terapi pada penderita tekanan darah tinggi.Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlorothiazide) dan Spironolakton.

Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes) atau pada penderita kolesterol.

Golongan DiuretikDiuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :1. Diuretik osmotic2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase3. diuretik golongan tiazid4. diuretik hemat kalium5. diuretik kuat

Page 24: 92184766 m Antihipertensi

1. Diuretik osmotik

Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :

a. Tubuli proksimal

Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium

dan air melalui daya osmotiknya.

b. Ansa enle

Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan

air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.

c. Duktus Koligentes

Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi

natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau

adanya faktor lain.

Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat

diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.

2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase

Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping

karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya

hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang

seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi

bikarbonat.Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan

meatzolamid.

3. Diuretik golongan tiazid

Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat

reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam)

dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung

(dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal

dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik

yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid,

bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan

Page 25: 92184766 m Antihipertensi

indapamid.

4. Diuretik hemat kalium

Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah

korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan

antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek

obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya

guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses

ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam

keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan

diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama

dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari

magnesium dihambat.

5. Diuretik kuat

Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal

dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini

berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut,

misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila

dosis dinaikkan Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid

Page 26: 92184766 m Antihipertensi

BAB 1V

KASUS PENYAKIT

3.1 Kasus Antihipertensi (Dengan kasus penyakit hipertensi)

Ani, seorang ibu rumah tangga yang berusia 45 tahun sering mengeluhkan kepalanya

yang pusing kepada anaknya. Obat pereda sakit kepala yang bisa dibeli di warung pun sudah

menjadi makanan sehari-hari.

Alangkah terkejutnya Ibu Ani setelah mengetahui dari dokter bahwa dirinya menderita hipertensi

atau lazim disebut penyakit darah tinggi. Hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan tekanan

sistolik 150 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg atau yang umum dinyatakan 150/90 mmHg.

Padahal tekanan darah normal untuk orang dewasa adalah 120/80 mmHg.

dr. Andang Joesoef SpJP(K), Direktur Pelayanan Medis Pusat Jantung Nasional Harapan Kita,

dalam situs www.id.novartis.com mengatakan, ?Tekanan darah 120-139/80-89 mmHg

dikategorikan sebagai pre-hipertensi dan perbaikan dalam gaya hidup dibutuhkan untuk

menurunkan tekanan darah, sedangkan tekanan darah di atas 140/90 merupakan hipertensi yang

membutuhkan pengobatan.?

Dari penjelasan dokter, Ibu Ani yang sebelumnya tidak menyadari dirinya menderita

hipertensi baru mengetahui bahwa salah satu gejala hipertensi adalah pusing atau sakit kepala.

Ibu Ani mengaku senang makanan yang asin dan gurih. Berdasarkan penampilan pun Ibu Ani

yang memiliki bobot 68 kg dan tinggi 156 cm ini terlihat gemuk.

Page 27: 92184766 m Antihipertensi

3.2 Kasus Deuretika (Sirosis Hepatis)

Seorang wanita, usia 56 tahun, datang ke rumah sakit dengan Keluhan utama perut

membesar dan bengkak di kedua kaki. Sepuluh hari sebelum masuk RS pasien merasakan tiba-

tiba kedua tungkai kaki membengkak dan perut membesar. Pasien berobat kemudian rawat inap

di Puskesmas Dlingo selama tujuh hari. Karena tidak ada perbaikan, pasien kemudian dirujuk ke

RSUD Panembahan Senopati Bantul. Selain keluhan kaki dan perut membesar, pasien juga

mengeluhkan mudah lelah, bila beraktivitas berat dada terasa sesak untuk bernafas, perut terasa

sebah, mual, dan muntah. Tidak ada muntah darah. BAK sedikit, warna kecoklatan seperti teh.

BAB, susah, mringkil-mringkil, pernah berwarna hitam, tidak disertai darah. Makan dan minum

sedikit.  Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa dengan

sekarang. Riwayat penyakit DM, hipertensi, jantung, paru-paru disangkal. Riwayat Penyakit

Keluarga. Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan

keluhan pasien sekarang.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan KU baik, tanda vital TD 100/60, HR 64 x/menit, RR 16

x/menit, suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan mata konjungtiva anemis, sklera ikterik. Pemeriksaan

inspeksi abdomen   Perut membuncit, tampak distensi, tak tampak darm countur, darm steifung,

sikatrik, venektasi, dan spider nevi. Pada auskultasi peristaltik usus positif normal, tak terdengar

metallic sound, maupun borborigmi. Palpasi hepar tidak teraba, lien tidak teraba, defans

muskular tidak ada, tidak teraba massa, ballotement tidak ada, tes undulasi positif, nyeri tekan di

regio epigastrium dan hipochondria dextra. Perkusi: redup di seluruh lapangan abdomen,

terdapat pekak beralih. Terdapat eritem Palmaris dextra et sinistra.

Pada pemeriksaan penunjang berupa laboratorium darah lengkap dengan hasil : anemia, eritrosit

dan hematokrit menurun. Peningkatan bilirubin, SGOT dan SGPT. Penurunan kadar albumin.

Pada Rontgen thorax, pulmo dan besar cor normal. Ultrasonografi  kesan chronis renal disease

sinistra dengan cholecystitis dan ascites.

Page 28: 92184766 m Antihipertensi

BAB V

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Kasus Antihipertensi (Dengan kasus penyakit hipertensi)

Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik muda maupun tua, entah

orang kaya maupun miskin. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini.

Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang

tahun 2025.

Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi

memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat alias mematikan. Laporan Komite

Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan

darah yang tinggi dapat meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan gagal

ginjal.

Seiring berubahnya gaya hidup di perkotaan mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi

terus meningkat. Gaya hidup gemar makanan fast food yang kaya lemak, asin, malas berolahraga

dan mudah tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah pasien hipertensi.

Seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darahnya tinggi atau melampaui

nilai tekanan darah yang normal yaitu 120/80 mmHg. Hipertensi pun digolongkan kembali

berdasarkan tekanan darahnya.

Tabel Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120 ? 139 atau 80 ? 89

Hipertensi Stadium I 140 ? 159 atau 90 ? 99

Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Page 29: 92184766 m Antihipertensi

Sumber: JNC 7 (The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan sekunder. Lebih

dari 90% kasus hipertensi termasuk ke dalam kelompok ini, sedangkan prevalensi hipertensi

sekunder hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.

Penyebab hipertensi primer terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan

dapat dilihat dari riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga yang dapat berupa sensitivitas

terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap

vasokontriktor) dan resistensi insulin. Konsumsi garam (natrium) berlebihan, stres psikis dan

obesitas diyakini sebagai penyebab hipertensi yang berasal dari lingkungan.

Hipertensi Masih Bisa Diatasi

Menurut dokter, hipertensi bisa diatasi dengan memodifikasi gaya hidup. Pengobatan

dengan antihipertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil. Dokter pun memiliki

alasan dalam memberikan obat mana yang sesuai dengan kondisi pasien saat menderita

hipertensi.

Tujuan pengobatan hipertensi untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat tekanan

darah tinggi. Artinya tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu

fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup sambil dilakukan pengendalian faktor risiko

kardiovaskular.

Berdasarkan cara kerjanya, obat hipertensi terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu

diuretik, beta bloker, penghambat ACE, antagonis kalsium. Mayoritas pasien dengan tekanan

darah tinggi akan memerlukan obat-obatan selama hidup mereka untuk mengontrol tekanan

darah mereka. Pada beberapa kasus, dua atau tiga obat hipertensi dapat diberikan.

Beberapa studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kombinasi tersebut tidak hanya

menurunkantekanan darah namun juga menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung iskemik.

Page 30: 92184766 m Antihipertensi

Seiring dengan kemajuan dalam bidang farmasi, telah dibuat kombinasi dua obat hipertensi

dalam satu tablet yang mengandung valsartan dan amlodipine.

dr Arieska Ann Soenarta, SpJP(K) Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia menambahkan

bahwa hasil uji klinik terbaru di dunia menunjukkan sebagian besar pasien hipertensi sukses

mengontrol tekanan darah mereka setelah minum dua atau lebih obat hipertensi.

Sebagai praktisi kesehatan, dokter akan menyarankan pasien untuk mengubah gaya hidup sambil

minum satu obat antihipertensi. Namun, jika ternyata tidak berhasil mencapai tekanan darah

yang diharapkan, dokter akan meninjau kembali terapi dengan memberikan dosis yang lebih

besar, atau memerlukan kombinasi obat,? jelas Soenarta.

Penelitian yang lainnya menyarankan penghentian pemakaian obat hipertensi pada pasien

dengan tekanan darah yang tidak terlalu tinggi dan hanya menjalani perbaikan gaya hidup saja.

Perubahan gaya hidup yang paling penting pada studi yang ada adalah penurunan berat badan

dan konsumsi diet rendah garam. Strategi seperti latihan, rencana diet dan terutama perubahan

obat-obatan sebaiknya didiskusikan dengan dokter sebelum diaplikasikan.

Modifikasi Gaya Hidup Sekarang!

Merubah pola hidup tetap merupakan faktor yang berperan besar dalam menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi, sambil meningkatkan efek antihipertensi.

Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:

Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk

menurunkan berat badannya sampai batas ideal.

Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah

tinggi.

Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium

klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang

cukup) dan mengurangi alkohol.

Page 31: 92184766 m Antihipertensi

Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.

Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya

terkendali.

Berhenti merokok.

Masyarakat dengan tekanan darah tinggi sebaiknya menghindari beberapa aktivitas

tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung pada tingkat yang

membahayakan, diantaranya:

sauna atau ruang uap

mandi uap

kolam air hangat

berendam air panas

kolam renang yang hangat

Sangat penting bagi paenderita hipertensi untuk membatasi jumlah waktu yang

dihabiskan untuk aktivitas tersebut diatas hanya kurang dari 10 menit. Setelah terjadinya paparan

terhadap lingkungan ini, pasien sebaiknya duduk menjauh dari sumber panas selama beberapa

menit sebelum berdiri kembali dengan tujuan untuk meminimalkan risiko terjadinya pusing

kepala atau pingsan (sinkope).

Pasien hipertensi harus lebih berhati-hati mengkonsumsi obat-obatan bebas (OTC) yang

mengandung vasokokonstriktor (menyempitkan pembuluh darah), yang dapat menaikkan

tekanan darah. Obat-obatan tersebut seperti:

tetes mata

antihistamin

flu, sinus dan obat batuk (terutama yang mengandung dekongestan)

Pasien hipertensi juga disarankan untuk mengikuti anjuran dokter mengenai pengobatan untuk

mencegah konsekuensi kesehatan yang serius. Pasien juga disarankan untuk berdiskusi dengan

dokter mengenai efek samping atau hal lainnya yang berhubungan dengan pengobatan.

Page 32: 92184766 m Antihipertensi

Hipertensi bukan hanya penyakit orang ?barat.? Kenyataannya epidemi terus hipertensi

meningkat baik di negara maju dan negara berkembang. Jika tidak dikendalikan maka akan

meningkat sebanyak 5O% dalam 15 tahun ke depan.

4.2 Pembahasan Kasus Deuretika (Sirosis Hepatis)

DIAGNOSIS

Sirosis hepatis.

Sirosis hati adalah suatu keadaan irreversibel di mana terjadi kerusakan permanen hati, heparosit yang nekrose digantikan jaringan fibrosis sehingga terjadi fibrosis dan pengerutan hati, di samping proliferasi hepatosit yang dikelilingi jaringan fibrous sehingga terbentuk nodul.

Kriteria diagnosis sirosis hepatis “Soebandiri-Soeharjono” bilamana ditemukan 5 dari 7 kelainan berturut-turut:

1. Eritema palmaris2. Spider nevi3. Asites dengan atau tanpa edema4. Splenomegali5. Hematemesis dan melena6. Rasio albumin/globulin terbalik7. Kolateral di dinding perut atau varises esofagus pada radiografi8.

TERAPI

Penatalaksanaan pasien ini adalah tirah baring dengan diet rendah garam. Perawatan cairan di bangsal menggunakan Infus NaCl 10 – 12 tpm. Obat-obatan yang diberikan antara lain diuretik Spironolacton 1 x 100 mg dikombinasi dengan Furosemid II amp./24 jam (I.V.). Keluhan saluran pencernaan ditangani dengan Ranitidine I amp.l/12 jam (I.V.), Metoclopramide I amp./8 jam (I.V.), Antacida 3 x I tablet (dikunyah). Pasien juga diberikan Sulfas Ferous 1 x I tablet dan Vitamin B12 3 x I tablet untuk meningktkan hemoglobin.

Sirosis hati adalah suatu keadaan irreversibel di mana terjadi kerusakan permanen hati, heparosit yang nekrose digantikan jaringan fibrosis sehingga terjadi fibrosis dan pengerutan hati, di samping proliferasi hepatosit yang dikelilingi jaringan fibrous sehingga terbentuk nodul.

Kriteria diagnosis sirosis hepatis “Soebandiri-Soeharjono” bilamana ditemukan 5 dari 7 kelainan berturut-turut:

Page 33: 92184766 m Antihipertensi

9. Eritema palmaris10. Spider nevi11. Asites dengan atau tanpa edema12. Splenomegali13. Hematemesis dan melena14. Rasio albumin/globulin terbalik15. Kolateral di dinding perut atau varises esofagus pada radiografi

Penatalaksanaan ascites dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :

Istirahat (tirah baring) Diet rendah garam . Untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah

garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus dirawat. Konsumsi garam sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari atau 400-800 mg/hari. Restriksi  cairan (800-1000 mL/hari) disarankan pada pasien dengan hiponatremia (serum sodium <125 meq/L).

Diuretik. Diuretik meningkatkan ekskresi (pengeluaran) air dan garam dari ginjal-ginjal. Regimen (aturan) diuretik yang direkomendasikan dalam setting dari ascites yang berhubungan dengan hati adalah kombinasi dari spironolakton dan furosemid. Meminum obat-obat ini bersama pada pagi hari secara khas dianjurkan untuk mencegah buang air kecil yang seringkali sewaktu malam hari. Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretic adalah hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan encepalophaty hepatic, maka pilihan utama diuretic adalah spironolacton, dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respon diuretik dapat dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari (tanpa oedem kaki) atau 1 kg/hari (dengan oedem kaki). Apabila dengan dosis maksimal diuresinya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari. Bila tidak ada respon dosis dapat dinaikkan maksimal 160 mg/hari.

Parasintesis. Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan konservatif. Pada keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis. Mengenai parasintesis cairan asites dapat dilakukan 5-10 liter/hari, dengan catatan harus dilakukan infus albumin sebanyak 6 – 8 gr/liter cairan asites yang dikeluarkan. Ternyata parasintesis dapat menurunkan masa opname pasien. Prosedur ini tidak dianjurkan pada Child’s C, Protrombin < 40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl, trombosit < 40.000/mm3, creatinin > 3 mg/dl dan natrium urin < 10 mmol/24 jam.

Page 34: 92184766 m Antihipertensi
Page 35: 92184766 m Antihipertensi