anestesia inhalasi

28
ANESTESIA INHALASI Obat-obat anestesia inhalasi adalah obat-obat anestesia yang berupa gas atau cairan yang mudah menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien. Campuran gas atau uap obat anestesia dan oksigen masuk mengikuti udara inspirasi, kemudian mengisi seluruh rongga paru, selanjutnya mengalami difusi dari alveoli ke kapiler sesuai dengan sifat fisik dari masing-masing gas. Anestesi inhalasi adalah obat yang paling sering digunakan pada anestesia umum. Penambahan sekurang-kurangnya 1% anestetik volatil pada oksigen inspirasi dapat menyebabkan keadaan tidak sadar dan amnesia, yang merupakan hal yang penting dari anestesia umum. Bila ditambahkan obat intravena seperti opioid atau benzodiazepin, serta menggunakan teknik yang baik, akan menghasilkan keadaan sedasi/hipnosis dan analgesi yang lebih dalam. Kemudahan dalam pemberian (dengan inhalasi sebagai contoh) dan efek yang dapat dimonitor membuat anestesi inhalasi disukai dalam praktek anestesia umum. Tidak seperti anestetik intravena, kita dapat menilai konsentrasi anestesi inhalasi pada jaringan dengan melihat nilai konsentrasi tidal akhir pada obat-obat ini. Sebagai tambahan, penggunaan gas volatil anestesi lebih murah penggunaanya untuk anestesia umum. Hal yang harus sangat diperhatikan dari anestesi inhalasi adalah sempitnya batas dosis terapi dan dosis yang mematikan. Sebenarnya hal ini mudah diatasi,dengan memantau konsentrasi jaringan dan dengan mentitrasi tanda-tanda klinis dari pasien. 1

Upload: dindaaputria

Post on 23-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Anestesia inhalasi

TRANSCRIPT

Page 1: Anestesia Inhalasi

ANESTESIA INHALASI

Obat-obat anestesia inhalasi adalah obat-obat anestesia yang berupa gas atau cairan

yang mudah menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien. Campuran gas atau uap

obat anestesia dan oksigen masuk mengikuti udara inspirasi, kemudian mengisi seluruh

rongga paru, selanjutnya mengalami difusi dari alveoli ke kapiler sesuai dengan sifat fisik

dari masing-masing gas.

Anestesi inhalasi adalah obat yang paling sering digunakan pada anestesia umum.

Penambahan sekurang-kurangnya 1% anestetik volatil pada oksigen inspirasi dapat

menyebabkan keadaan tidak sadar dan amnesia, yang merupakan hal yang penting dari

anestesia umum. Bila ditambahkan obat intravena seperti opioid atau benzodiazepin, serta

menggunakan teknik yang baik, akan menghasilkan keadaan sedasi/hipnosis dan analgesi

yang lebih dalam. Kemudahan dalam pemberian (dengan inhalasi sebagai contoh) dan efek

yang dapat dimonitor membuat anestesi inhalasi disukai dalam praktek anestesia umum.

Tidak seperti anestetik intravena, kita dapat menilai konsentrasi anestesi inhalasi pada

jaringan dengan melihat nilai konsentrasi tidal akhir pada obat-obat ini. Sebagai tambahan,

penggunaan gas volatil anestesi lebih murah penggunaanya untuk anestesia umum. Hal yang

harus sangat diperhatikan dari anestesi inhalasi adalah sempitnya batas dosis terapi dan

dosis yang mematikan. Sebenarnya hal ini mudah diatasi,dengan memantau konsentrasi

jaringan dan dengan mentitrasi tanda-tanda klinis dari pasien.

Obat anestesi inhalasi biasanya dipakai untuk pemeliharaan pada anestesi umum,

akan tetapi juga dapat dipakai sebagai induksi, terutama pada pasien anak-anak. Gas

anestesi inhalasi yang banyak dipakai adalah isofluran dan dua gas baru lainnya yaitu

sevofluran dan desfluran. sedangkan pada anak-anak, halotan dan sevofluran paling sering

dipakai. Walaupun dari obat-obat ini memiliki efek yang sama (sebagai contoh : penurunan

tekanan darah tergantung dosis), namun setiap gas ini memiliki efek yang unik, yang

menjadi pertimbangan bagi para klinisi untuk memilih obat mana yang akan dipakai.

Perbedaan ini harus disesuaikan dengan kesehatan pasien dan efek yang direncanakan sesuai

dengan prosedur bedah.

1

Page 2: Anestesia Inhalasi

Berdasarkan kemasannya, obat anestesia umum inhalasi ada 2 macam, yaitu :

1. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap :

a. Derivat halogen hidrokarbon.

- Halothan

- Trikhloroetilen

- Khloroform

b. Derivat eter.

- Dietil eter

- Metoksifluran

- Enfluran

- Isofluran

2. Obat anestesia umum yang berupa gas

a. Nitrous oksida (N2O)

b. Siklopropan

Sejarah Anestesia Inhalasi

Anestesi inhalasi pertama digunakan di Kekaisaran Islam, yang terdiri dari spons

direndam dalam persiapan narkotika. Spons tersebut diletakkan di atas wajah dari individu

yang menjalani operasi.

Anestesi inhalasi modern yang pertama adalah karbon dioksida dan asam nitrat.

Akan tetapi, karbon dioksida tidak pernah benar-benar digunakan secara teratur sebagai

anestesi inhalansi. Sedangkan asam nitrat lebih sering digunakan, dan masih digunakan

sampai sekarang.

Keberhasilan oksida nitrat sebagai anestesi umum inhalansi pertama kali dicatat oleh

ahli kimia Inggris, Humphrey Davy, yang menerbitkan sebuah makalah tentang subjek pada

tahun 1800-an. Salah satu pemakaian oksida nitrat pertama yang sukses adalah ekstraksi gas

gigi tanpa rasa sakit yang dilakukan oleh William Thomas Green Morton pada tahun 1846.

Selama tahun 1800-an, ada beberapa anestesi volatil yang telah digunakan untuk

kepentingan klinis akan tetapi mengandung gas-gas yang mudah terbakar, seperti dietil eter,

2

Page 3: Anestesia Inhalasi

cyclopropane dan divinyl eter. Beberapa gas yang tidak mudah terbakar juga ada, seperti

kloroform dan trikloroetilen, namun gas-gas ini dihubungkan dengan kejadian keracunan

hepar (hepatotoksik) dan meracuni saraf (neurotoksik). Pada awal tahun 1930-an penelitian

tentang turunan dari zat kloroform yang mengandung halogen mengindikasikan bahwa zat

yang tidak mudah terbakar dapat dibuat dengan menggunakan bahan fluoride organik.

Kemajuan pengetahuan tentang kimia fluorin pada tahun 1940-an, menghasilkan

penggabungan molekul fluorin dengan biaya yang masih dapat diterima. Kemajuan tentang

fluorin pada awalnya didorong oleh ketertarikan terhadap peran fluorin dalam produksi

bahan bakar aviasi beroktan tinggi dan pengayaan uranium-235.

Kemajuan-kemajuan ini merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan

anestesi modern saat ini. Pada masa itu, setidaknya ada 46 senyaawa yang mengandung

fluorin disintesis oleh dr.Earl McBee dalam penelitian yang didukung oleh secret

Manhattan project dan oleh the mallinkrodt company. Walaupun tidak ada satupun dari zat

ini yang secara pasti teruji manfaatnya pada manusia, beberapa zat ini memiliki kedekatan

struktur dengan zat yang saat ini kita kenal dengan nama halotan. Fluorin adalah halogen

yang memiliki berat atom yang paling rendah. Penggantian gas halogen lain pada molekuk

eter dengan fluorin, akan menghasilkan penurunan titik didih, peningkatan stabilitas, dan

secara umum, mengurangi toksisitas. Ion fluoride juga mengurangi hidrokarbobon yang

mudah terbakar dari kerangka molekul eter.

pada tahun 1951, halotan disintesis dan di uji coba secara luas kepada hewan oleh

Suckling di laboratorium ICI di Inggris. Halotan diperkenalkan pada praktek klinik pada

tahun 1956 dan secara cepat meluas pemakaiannya, dikarenakan sifatnya yang tidak mudah

terbakar dan memeliki solubilitas yang rendah terhadap jaringan. Halotan relatif memiliki

ketajaman (pungency) yang rendah dan potensi yang tinggi, sehingga dapat diberikan pada

konsentrasi insipirasi yang tinggi untuk menghasilkan anestesia. Halotan terbukti dapat

diterima melalui jalur inhalasi baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak.

Keuntungan lain yang dimiliki halotan adalah insiden nausea dan muntah yang lebih rendah

dari gas-gas volatil pendahulunya.

Walaupun halotan memiliki keuntungan-keuntungan, namun kekurangan tetap ada.

Efek halotan yang paling dapat dipantau adalah mensensitisasi miokardium terhadap

katekolamin, dan kemudian, terungkap bahwa metabolit intermediet dari halotan, berperan

3

Page 4: Anestesia Inhalasi

dalam nekrosis hepar. Hal ini menyebabkan tuntutan untuk mencari gas-gas anestesi yang

lebih baik.

Antara tahun 1959 dan 1966, Terrel dan para koleganya di ohio medical products

(sekarang baxter) mensintesis lebih dari 700 senyawa senyawa ke 347 dan 469 secara

berturut-turut adalah metil etil eter enfluran dan isofluran yang di-halogenasi dengan fluorin

dan clron. Uji coba klinis dari enfluran dan isofluran dilaksanakan hampir secara paralel,

melibatkan baik relawan manusia dan studi pada pasien. Bertahun-tahun kemudian,

beberapa senyawa yang dilakukan oleh terrel diperiksa ulang. Salah satu senyawa, yaitu

senyawa ke 653, sangat sulit untuk di sintesis karena sifatnya yang mudah meledak dan juga

karena senyawa ini tekanan yang mendekati 1 atm, sehingga tidak mungkin untuk

memberikannya pada pasien dangen alat vaporizer standar. Bagaimanapun juga, senyawa ini

secara utuh terhalogenisasi oleh fluoran, sehingga dipredikis memiliki solubilitas yang

rendah pada darah. Setelah masalah sintesis dan pemberian pada pasien dapat dipecahkan,

senyawa ini kemudian diperkenalkan dengan nama desfluran, dan mulai digunakan pada

praktek klinik pada tahun 1993.

Senyawa lain yang di jelaskan pada awal tahun 1970 oleh Wallin dan para koleganya

di travenol laboratories yang sedang mengevaluasi isopropil eter terfluorinisasi. Salah satu

senyawa ini memiliki potensi menjadi agen anestetik, yang sekarang kita kenal dengan

nama sevofluran. Seperti dersfluran, senyawa ini memiliki solubilitas yang rendah karena

adanya fluoronasi dari molekul eter. Laporan menyebutkan bahwa sevofluran melepaskan

fluoride organik dan nonorganik baik pada hewan maupun pada manusia, sehingga obat ini

tidak terlalu dikembangkan dan dipasarkan. Pada saat hak paten di pindahkan ke ohio

medical products, uji coba lebih lanjut mengungkap kerusakan yang significant oleh soda

lime, meningkatkan kewaspadaan terhadap keamanan, sehingga tidak dilakukan evaluasi

lebih lanjut.

Setelah hak paten kadaluarsa, maruishi pharmaceutical di jepang mengambil alih

uji coba dan pengembangan sevofluran, kemudian menyebarkan pemakaiannya secara

umum di jepang pada bulan juli 1990. Karena cepatnya sevofluran diterima dan catatan

keamanan yang baik di Jepang, Abboi laboratories memulai percobaan laboratorium dan

klinik dengan sevofluran di Amerika Serikat. Setelah keamanan terjamin, sevofluran

kemudian diperkenalkan pada prakte klinik di Amerika Serikat pada tahun 1995.

4

Page 5: Anestesia Inhalasi

Perbedaan yang paling penting antara dua anestetik baru, yaitu sevofluran dan

desfluran, dengan isofluran, adalah pada farmakokinetiknya. Keduanya memiliki solubilitas

pada darah yang rendah, sehingga meningkatkan bersihan dari tubuh dan mudahnya

mengatur kedalaman anestesi. Karakteri dari kedua obat inilah yang membuat mereka sesuai

untuk anestesi ambulatori pada praktik anestesi modern.

Dalam praktek anestesiogi masa kini, obat-obatan anestetik inhalasi yang umum

digunakan untuk praktek klinik ialah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan

sevofluran. Obat-obatan lain sudah ditnggalkan, karena efek sampingnya yang tidak

dikehendaki, misalnya :

1. Eter : kebakaran, peledakan, sekresi bronkus berlebihan, mual munatah,

kerusakan hepar, baunya yang merangsang.

2. Kloroform : aritmia, kerusakan hepar.

3. Etil-klorida : kebakaran, peledakan, deresi jantung, indeks terapi yang sempit, dan

mudah dirusak kapur soda.

4. Triklor-etilen : dirusak kapur soda, bradi-aritmia, mutagenik

5. Metoksifluran : toksis terhadap ginjal, kerusakan hepar dan kebakaran.

Prinsip Farmakokinetik

Farmakokinetik sebagai suatu cabang ilmu dimulai dengan mempelajari obat-obatan

noninhalasi sebelum konsep tersebut diterapkan pada anestesi inhalasi. Kety pada tahun

1950 adalah orang pertama yang meneliti farmakokinetik dari agen inhalasi secara sistemik.

Obat anestesi inhalasi berbeda secara substansial dari obat lainnya karena wujudnya yang

berupa gas dan diberikan secara inhalasi. Ini membuat farmakokinetiknya menjadi unik.

Farmakologi obat dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu farmakokinetik dan

farmakodinamik. Farmakodinamik dapat diartikan dengan apa yang dilakukan obat terhadap

tubuh. Termasuk di dalamnya efek yang diingikan dan efek samping dari obat, serta

perubahan di tingkat molekul dan sel untuk mencapai efek tersebut. Sedangkan

farmakokinetik adlah apa yang dilakukan tubuh terhadap obat, yang meliputi bagaimana

perjalanan obat, bagaimana obat ini bertransformasi, dan mekanisme seluler dan molekuler

yang mendasari proses ini.

5

Page 6: Anestesia Inhalasi

Farmakokinetik obat sistemik terdiri dari empat fase yaitu absorpsi, distribusi,

metabolisme, dan ekskresi. Absorbsi adalah fase dimana obat masuk dari port d’entry

(contoh : traktus digestivus, paru-paru, otot) samapai ke aliran darah. Obat intravena tidak

memiliki fase absorpsi karena obat ini langsung dimasukkan ke dalam aliran darah.

Distribusi adalah fase dimana obat dibawa dari jaringan tempatnya masuk ke tubuh.

Metabolisme merupakan suatu proses fisiokimia dimana suatu zat di dalam tubuh organisme

hidup disintesis (anabolisme) atau dirombark (katabolisme); tetapi dalam knteks obat

anestesi, hanya perombakan obat yang lebih diutamakan. Dan terakhir, ekskresi adalah fase

dimana obat yang telah berubah atau pun belum dibawa keluar dari jaringan atau darah ke

berbagai sistem ekskresi (seperti empedu, udara ekspirasi, urin) untuk dikeluarkan dari

tubuh.

Dalam pembahasan obat anestetik inhalasi, ada beberapa perubahan dalam

penyampaian terminologinya. Fase absorpsi biasa disebut ambilan, fase metabolisme

disebut biotransformation, dan fase ekskresi dikenal dengan eliminasi.

Keistimewaan dari anestesi inhalasi

Kecepatan, bentuk gas, dan cara pemberian

Obat anestesi inhalasi oadalh obat yang paling cepat mulai kerjanya, dan dalam

pemakaian anestesi umum tetap dalam batas aman. kecepatan juga berarti efixien. Induksi

dan pemulihan yang cepat akan memberikan bebrapa keuntungan diantranya meminimalkan

waktu di kamar operasi dan di ruang pemulihan, serta pasien akan lebih cepat pulang.

Secara teknis, satu-satunya anestesi inhalasi yang berwujud gas murni adalah nitrous

oksida, sementara anestesi inhlasi yang poten itu berupa uap dari cairan volatil. Akan tetapi

untuk kemudahan, semuanya disebut gas karena ketika masuk ke dalam paru-paru berada

dalam fase gas. Dalam bentuk gas, tidak perbedaan yang signifikan dari sifat-sifat ideal gas.

Obat-obat ini semuanya tidak terionisasi dan memiliki berat molekul yang rendah. Dengan

begitu akan memudahkan untuk berdifusi dengan cepat tanpa memerlukan bantuan untuk

berdifusi atau zat aktif untuk membawanya dari aliran darah menuju ke jaringa.

Keuntungan lainya dari gas ialah dapat dihantarkan ke dalam aliran darah melalui rute

khusus yang tersedia pada semua pasien, yaitu paru-paru.

6

Page 7: Anestesia Inhalasi

Kecepatan, bentuk gas, dan paru-paru sebagai tempat masuk merupakan kombinasi

yang sangat menguntungkan dari anestesi inhalasi, yaitu kemampuan untuk menurunkan

konsentrasi dalam plasma semudah dan secepat meningkatkan konsentrasinya.

Mekanisme kerja

Mekanisme kerja obat anestetik inhlasi sangat rumit, dan masih merupakan misteri

dalam farmakologi modern. Pemberian anestetik inhalasi melalui pernapasan menuju organ

sasaran yang jauh merupakan suatu hal yang unik dalam dunia anestesiologi.

Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya :

1. Ambilan alveolus.

2. Difusi gas dari paru ke darah.

3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.

Hiperventilasi akan menaikkan ambilan alveolus dan hipoventilasi akan menurunkan

ambilan alveolus. Dalam praktek, kelarutan zat inhalasi dalam darah adalah faktor utama

yang penting dalam menentukan kecepatan induksi dan pemulihannya. Induksi dan

pemulihan berlangsung cepat pada zat yang tidak larut dan lambat pada yang larut.

Kecepatan induksi anestesi, seperti yang telah disebutkan di atas dipengaruhi salah

satunya oleh kelarutan zat anestesi di dalam darah, yang tergantung dari potensi masing=-

masing zat anestesi. Derajat potensi ini ditentukan oleh Kadar alveolus minimal (KAM) atau

MAC (minimum alveolar concentration). MAC ialah kadar minimal zat tersebut dalam

alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan untuk mencegah gerakan pada 50%

pasien yang dilakukan insisi standar. Pada umumnya imobilisasi tercapai pada 95% pasien,

jika kadarnya dinaikkan di atas 30% nilai MAC. Makin tinggi MAC, maka makin rendah

potensi zat anestesi tersebut. Dalam keadaan seimbang, tekanan parsial zat anestetik dalam

alveoli sama dengan tekanan zat dalam darah dan otak tempat kerja obat.

Konsentrasi uap anestetik dalam alveoli selama induksi ditentukan oleh :

1. Konsentrasi inspirasi

Teoritis kalau saturasi uap anestetik di dalam jaringan sudah penuh, maka ambilan

paru berhenti dan konsentrasi uap inspirasi sama dengan alveoli. Hal ini dalam

praktek tak pernah terjadi. Induksi makin cepat kalau konsentrasi makin tinggi,

7

Page 8: Anestesia Inhalasi

asalkan tak terjadi depresi nafas atau kejang laring. Induksi makin cepat jika disertai

oleh N2O (efek gas kedua).

2. Ventilator alveolar

Ventilasi alveolar meningkat, konsentrasi alveolar makin tinggi dan sebaliknya.

3. Koefisien darah/gas

Makin tinggi angkanya, makin cepat larut dalam darah, makin rendah konsentrasi

dalam alveoli dan sebaliknya.

4. Curah jantung atau aliran darah paru

Makin tinggi curah jantung, makin cepat uap diambil darah.

5. Hubungan ventilasi-perfusi

Gangguan hubungan ini memperlambat ambilan gas anestesi.

Jumlah uap dalam mesin anestesi bukan merupakan gambaran yang sebenarnya,

karena sebagian uap tersebut hilang dalam tabung sirkuit anestesi atau ke atmosfir sekitar

sebelum mencapai pernapasan.

Konsentrasi zat anestesi yang tinggi, ventilasi alveolus yang meningkat, serta

koefisien partisi darah/gas dan koefisien partisi darah / jaringan yang rendah dari suatu zat

anestesi, akan menyebabkan peningkatan tekanan parsial zat anestesi dalam alveolus, darah

dan jaringan. Otak merupakan organ yang banyak mendapat aliran darah, sehingga tekanan

parsial zat anestesi di dalam otak akan cepat meningkat dan pasien cepat kehilangan

kesadaran. Hal tersebut di atas dapat berfungsi dengan baik, apabila fungsi paru-paru baik.

Fungsi paru-paru dapat diketahui antara lain dengan mengukur volume paru-paru. Dalam

klinis, pengukuran yang sering dilakukan dan berguna adalah kapasitas vital, kapasitas paru

total, kapasitas reidu fungsional, dan volume residual. Nilai normal volume tersebut bisa

berbeda-beda, tergantung oleh umur, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, posisi dan

fisik seseorang. Laki-laki dewasa muda (kira-kira 4,6 L) mempunyai kapasitas vital lebih

besar dibandingkan dengan wanita dewasa muda (kira-kira 3,1 L), orang tinggi biasanya

mempunyai kapasitas vital yang lebih besar dibandingkan dengan orang pendek, seorang

atlet terlatih mempunyai kapasitas vital yang lebih besar daripada orang biasa, pada obesitas

terjadi penurunan kapasitas vital, kapasitas residu fungsional, dan kapasitas paru total.

8

Page 9: Anestesia Inhalasi

Penderita penyakit paru-paru, volume-volume tersebut dapat menurun maupun

meningkat.

SEVOFLURAN

Sevofluran merupakan halogenasi eter, hasil dari fluorisasi isopropil metil eter

dengan nama kimia 1-1-1-3-3-3-hexa fluoro 2-propil fluoro-metil-eter atau fluorometil 2-

2-2 trifluoro-1-(trifluorometil) eter-eter dan memilki berat molekul 200,053.

Sevofluran dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak

berbau, stabil di tempat biasa (tidak perlu tempat gelam), dan tidak terlihat adanya

degradasi sevofluran dengan asam kuat atau panas. Obat ini tidak bersifat iritatif terhadap

jalan nafas sehingga baik untuk induksi inhalasi.

Proses induksi dan pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan obat-obat

anestesi inhalasi yang ada pada saat ini. Sevofluran dapat dirusak oleh kapur soda tetapi

belum ada laporan yang membahayakan.

Efek Farmakologi

Terhadap sistem saraf pusat

Efek depresinya pada SSP hampir sama dengan isofluran. Aliran darah otak sedikit

meningkat sehingga sedikit meningkatkan tekanan intrakranial. Laju metabolisme otak

menurun cukup bermakna sama dengan isofluran. Tidak pernah dilaporkan kejadian

kejang akibat sevofluran.

Terhadap sistem kardiovaskuler

Sevofluran relatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia. Nilai mabang arimogenik

epinefrin terhadap sevofluran terletak antara isofluran dan enfluran.

Tahanan vaskuler dan curah jantung sedikit menurun, sehingga tekanan darah sedikit

menurun. Pada 1,2-2 MAC sevofluran menyebabkan penurunan tahanan vaskuler

sistemik kira-kira 20% dan tekanan darah arteri kira-kira 20%-40%. Curah jantung akan

menurun 20% pada pemakaian sevofluran lebih dari 2 MAC. Diabndingkan dengan

isofluran, sevofluran menyebabkan penurunan tekanan darah lebih sedikit.

Sevofluran tidak atau sedikit meyebabkan perubahan pada aliran darah koroner.

Dilatasi arresi koroner yang terjadi akibat sevofluran lebih kecil dibanding isofluran dan

9

Page 10: Anestesia Inhalasi

tidak menimbulkan efek coronary steal, sehingga sevofluran aman dipakai untuk

penderita penyakit jantung koroner atau yang mempunyai resiko penyakit jantung

iskemik, tetapi penelitian pada orang tua di atas 60 tahun, disebutkan bahawa sebaiknya

berhati-hati dlaam memberikan sevofluran konsentrasi tinggi (8%) pada penderita

hipertensi dan riwayat penyakit jantung 9penyakit jantung koroner dan iskemik).

Sevofluran menyebabkan penurunan laju jantung. Mekanisme ini belum jelas,

kemungkinan disebabkan oleh karenna penurunan aktifitas simpatis tanpa perubahan

aktifitas parasimpatis. Penelitian-penelitian menyebutkan bahwa penurunan laju jantung

tidak sampai menyebabkan bradikardi, tetapi kejadian bradikardi pernah dilaporkan pada

bayi.

Terhadap sistem respirasi

Seperti halnya dengan obat anestesi inhalasi yang lain sevofluran juga menimbulkan

depresi pernapasan yang derajatnya sebanding dengan dosis yang diberikan sehingga

volume tidal akan menurun, tapi frekuensi nafas sedikit meningkat. Pada manusia, 1,1

MAC sevofluran menyebabkan tingkat depresi pernafasan hampir sama dengan halotan

dan pada 1,4 MAC tingkat depresinya lebih dalam daripada halotan. Sevofluran

menyebabkan relaksasi otot polos bronkus, tetapi tidak sebaik halotan.

Terhadap otot rangka

Efeknya terhadap otot rangka lebih lemah dibandingkan dengan isofluran. Relaksasi

otot dapat terjadi pada anestesi yang cukup dalam denga sevofluran. Proses induksi,

laringoskopi dan intubasi dapat dikerjakan tanpa bantuan obat pelemas otot.

Terhadap hepar dan ginjal

tidak ada laporan tentang hepatotoksisitas klinis pada manusia setelah penggunaan

sevofluran oleh lebih dari dua jua orang sejak tahun 1988. Sevofluran menurunkan aliran

darah ke hepar paling kecil dibandingkan dengan enfluran dan halotan.

Ada beberapa bukti, sevofluran menurunkan aliran darah ke ginjal dan

meningkatkan konsentrasi fluoride plasma, tetapi tidak ada bukti hal ini menyebabkan

gangguan fungsi ginjal pada manusia.

10

Page 11: Anestesia Inhalasi

Terhadap uterus

Kontraksi uterus spontan dapat dipertahankan dengan baik dan kehilangan darah

minimal. Tidak terjadi efek buruk pada bayi dan ibu. Penelitian Sharma dkk,

menunjukkan bahwa efek terhadap bayi, perubahan hemodinamik ibu dan efek samping

pasca bedah adalah sebanding antara sevofluran dan isofluran.

Biotransformasi

Hampir seluruhnya dikeluarkan untuk melalui udara ekspirasi, hanya sebagian kecil

2-3% dimetabolisme dalam tubuh. Konsentrasi metabolitnya sangat rendah, tidak cukup

untuk menimbulkan gangguan fungsi ginjal.

Eleminasi

Eleminasi sevofluran oleh paru-paru kurang cepat dibanding desfluran, tetapi masih

lebih cepat dibanding isofluran,enfluran, dan halotan. Sevofluran mengalami

metabolisme di hati (defluoronisasi) kurang dari 5%, membentuk senyawa fluorine,

kemudian oleh enzim glucuronyl tansferase diubah menjadi fluoride inorganik dan

fluoride organik (hexafluoro isopropanol), dan dapat dideteksi dalamdarah serta uruin.

Hexafluoro isopropanol akan terkonjugasi menjadi produk tidak aktif, kemudian

diekskresikan lewat urin. Tidak ada pengaruh nyata pada fungsi ginjal dan tidak bersifat

nefrotoksik.

Penggunaan Klinik

Sama seperti agen volatil lainnya, sevofluran digunakan terutama sebagai komponen

hipnotik dalam pemeliharaan anestesia umum. Disamping efek hipnotik, juga

mempunyai efek analgetik rignan dan relaksasi otot ringan. Pada bayi dan anak-anak

yang tidak kooperatif, sangat baik digunakan untuk induksi.

Untuk mengubah cairan sevofluran menjadi uap, diperlukan alat penguap (vaporizer)

khusus sevofluran.

11

Page 12: Anestesia Inhalasi

Dosis

1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 3,0-5,0%

bersama-sama dengan N2O.

2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 2,0-

3,0%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.

Kontra Indikasi

Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap “drug induced hyperthermia”,

hipovolemik berat dan hipertensi intrakranial.

Keunggulan Dan Kelemahan

1. Keuntungannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak iritatif terhadap mukosajalan

nafas, pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan agen volatil lain.

2. Kelemahannya adalah batas keamanan sempit (mudah terjadi kelebihan dosis),

analgesia dan relaksasinya kurang sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain.

Perbedaan anestetik inhalasi

Perbandingan anestetik inhalasi baik secara fisik –kima maupun secara klinik

farmakologi dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Perbandingan sifat fisik dan kimia anestetik inhalasi

Anesetetik

inhlasi

Nitrous

OksidaHalotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran

Berat molekul 44 197 184 184 168 200

Titik didih (oC) -68 50-50,2 56,6 48,5 22,8-23,5 58,5

Tekanan uap

(mmHg 20oC)

5200 243-244 172-174,5 238-240 669-673 160-170

Bau Manis Organik Eter Eter Eter Eter

Turunan eter Bukan Bukan Ya Ya Ya Ya

Pengawet - Perlu - - - -

12

Page 13: Anestesia Inhalasi

Koef. Partisi

darah/gas0,47 2,4 1,9 1,4 0,42 0,65

Dengan kapur

soda 40oCStabil Tidak Stabil Stabil Stabil Tidak

MAC 37oC

usia 30-55

tahun (tekanan

760 mmHg)

104-105 0,75 1,63-1,70 1,15-1,20 6,0-6,6 1,80-2,0

Tabel 2. Farmakologi klinik anestetik inhalasi

Anestetik

inhalasi

Nitrous

OksidaHalotan Enfluran

Isofluran/

DesfluranSevofluran

CO 0 -* --* 0 0

HR 0 0 ++* + 0

BP 0 -* --* --* --

Kontraktilitas -* ---* --* --* --

SVR 0 0 - -- -

PVR + 0 0 0 0

TIK + ++ ++ + +

CBF + ++ + + +

Kejang - - + - -

Aliran Darah

Hepar- -- -- - -

RR + ++ ++ + +

VT - - - - -

PaCO2 0 + ++ + +

*=Dose Dependent; 0=No Change; -=Decrease; +=Increase

CO=cardiac output; HR=heart rate; BP=blood preasure; SVR=systemic vasculer resistence; PVR=pulmonary

vasculer resistance; TIK=tekanan intrakranial; CBF=cerebral blood flow; RR=respiratory rate; VT=volume

13

Page 14: Anestesia Inhalasi

tidal

MESIN DAN ALAT ANESTESI

Fungsi mesin anestesi adalah menyalurkan gas atau campuran gas anestetik yang

aman ke rangkaian sirkuit anestetik yang kemudian dihisap oleh pasien dan membuang sisa

campuran gas dari pasien. Rangkaian mesin anestesi sangat banyak ragamnya, mulai dari

yang sangat sederhana sampai yang diatur oleh komputer. Mesin yang aman dan ideal ialah

mesin yangmemenuhi persyaratan berikut :

1. Dapat menyalurkan gas anestetik dengan dosis tepat

2. Ruang rugi minimal

3. Mengeluarkan CO2 dengan efisien

4. Bertekanan rendah

5. Kelembaban terjaga dengan baik

6. Penggunaannya sangat mudah dan aman

Mesin anestetik adalah teman akrab anestetis atau anestesiologist yang harus selalu siap

pakai, kalau akan dipergunakan. Mesin anestetik modern dilengkapi langsung dengan

ventilator mekanik alat pantau.

Komponen dasar mesin anestetik terdiri dari :

1. Sumber O2, N2O dan udara tekan

Sumebr O2 dan N2O dapat tersedia secara individual menjadi satu kesatuan mesin

anestetik atau dari sentral melalui pipa-pipa. Rumah sakit besar biasanya

menyediakan O2, N2O dan udara tekan secara sentral untuk disalurkan ke kamar

bedah sentral, kamar bedah rawat jalan, ruang obstetri dan lain-lainnya.

2. Alat pantau tekanan gas

Alat pantau tekanan gas untuk mengetahui tekanan gas pasok. Kalau tekanan gas O2

berkurang maka akan ada bunyi tanda bahaya.

3. Katup penurun tekanan gas

Katup penurun tekanan gas untuk menurunkan tekanan gas pasok yang masih tinggi,

sesuai karakteristik mesin anestesi.

4. Meter aliran gas

Meter aliran gas dari tabung kaca untuk mengatur aliran gas setiap menitnya.14

Page 15: Anestesia Inhalasi

5. Satu atau lebih penguap cairan anestetik

Penguap cairan anestetik dapat tersedia satu, dua, tiga sampai empat.

6. Lubang keluar campuran gas

Lubang keluar campuran gas biasanya berdiameter standar.

7. Kendali O2 darurat

Kendali O2 darurat untuk keadan yang dalpat mengalirkan O2 murni sampai 35-37

liter/menit tanpa melalui meter aliran gas.

Tabung gas dan tambahannya dan penguap diberi warna khusus untuk menghidari

kecelakaan yang mungkin timbul. Kode warna yang telah disepakati ialah seperti tabel 3.

Tabel 3. Kode warna internasional

Oksigen N2O Udara CO2 Halotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran

Putih* BiruPutih-

Hitam**

Abu-

abuMerah Jingga Ungu Biru Kuning

*USA : hijau, **kuning

Mesin anestesi sebelum digunakan harus diperiksa apakah berfungsi denganbaik

atau tidak. Beberapa petunjuk di bawah ini perlu diperhatikan :

15

Sumber O2 Sumber N2O Sumber gas lain

Alat pantau tekanan Alat pantau tekanan Alat pantau tekanan

Katup penurun tekanan

Meter aliran gas

Penguap anestetik volatil

Lubang campuran penguap gas

Kendalli oksigen darurat

Gambar 1. Rangkaian mesin anestetik

Page 16: Anestesia Inhalasi

1. Periksa mesin dan peralatan kaitannya secara visual apakah ada kerusakan atau

tidak, apakah rangkaian sambungannya seduah benar.

2. Periksa alat penguap apakah sudah terisi obat dan penutupnya tidak longga atau

bocor.

3. Periksa apakah sambungan silinder gas atau pipa gas ke mesin sudah benar.

4. Periksa meter aliran gas apakah berfungsi baik.

5. Periksa aliran gas O2 dan N2O.

SISTEM ATAU SIRKUIT ANESTESIA

Sistem penghantar gas atau sistem anestesia atau sirkuit anestesia adalah alat yang

bukan saja menghantarkan gas atau uap anestetik dan oksigen dari mesin ke jalan napas atau

pasien, tetapi juga harus sanggup membuang CO2 dengan mendorongnya dengan aliran gas

segar atau dengan mengisapnya dengan kapur soda.

Sirkuit anestesia umumnya terdiri dari :

1. Sungkup muka, sungkup laring atau pipa trakea.

2. Katup ekspirasi dengan per atau pegas.

3. Pipa ombak, pipa cadang. Bahan karet hitam atau plastik tansparan anti statik, anti

tekuk.

4. Kantong cadang.

5. Tempat masuk campuran gas anestetik dan O2. Untuk mencegah terjadinya

barotrauma akibat naiknya tekanan gas yang mendadak tinggi, katup membatasi

tekanan samapai 50 cmH2O.

Sirkuit anestesi yang populer sampai saat ini ialah sirkuit lingkar (cicle system),

sirkuit magill, sirkuit Bain dan sistem pipa T atau pipa Y dari Ayre.

Tehnik pemberian

Pemberian anestetika inhalasi dibagi menjadi 3 cara, yaitu:

Sistem terbuka, yaitu dengan penetesan langsung keatas kain kasa yang menutupi mulut

atau hidung penderita, contohnya eter dan trikloretilen.

16

Page 17: Anestesia Inhalasi

Sistem tertutup, yaitu dengan menggunakan alat khusus yang menyalurkan campuran

gas dengan oksigen dimana sejumlah CO2 yang dikeluarkan dimasukan kembali

(bertujuan memperdalam pernafasan dan mencegah berhentinya pernafasan atau apnea

yang dapat terjadi bila diberikan dengan sistem terbuka). Karena pengawasan

penggunaan anestetika lebih teliti maka cara ini banyak disukai, contohnya siklopropan,

N2O dan halotan.

Insuflasi gas, yaitu uap atau gas ditiupkan kedalam mulut, batang tenggorokan atau

trachea dengan memakai alat khusus seperti pada operasi amandel.

SISTEM INSUFLASI

Sistem ini diartikan sebagai penghembusan gas anestetik degan sungkup muka

melalui salah satu sistem ke wajah pasien tanpa menyentuhnya. Biasanya dikerjakan pada

bayi atau anak kecil yang takut disuntik atau pada mereka yang sedang tidur supaya tidak

terbangun (induksi mencuri, steal induction). Untuk menghindari penumpukan gas CO2,

alliran gas harus cukup tinggi sekitar 8-10 liter/menit. Sistem ini dapat mencemari udara

sekitarnya.

Ada yang mengartikan, bahwa sistem ini adalah penghembusan campuran gas

anestetik melalui lubang hidung dengan menggunakan pipa nasofaring. Seperti melalui

sungkup, aliran campuran gas juga harus tinggi sekitar 8-10 liter/menit.

TATALAKSANA ANESTESI UMUM INHALASI SUNGKUP MUKA

Indikasi :

1. Pada operasi kecil dan sedang di daerah permukaan tubuh dan berlangsung singkat

denga posisi telentang, tanpa membuka rongga perut.

2. Keadaan umum pasien cukup baik (status fisik I atau II).

3. Lambung dalam keadaan kosong.

Kontra indikasi :

1. Operasi di daerah kepala dan jalan napas.

2. Operasi dengan posisi miring atau tertelungkup.

17

Page 18: Anestesia Inhalasi

Tatalaksana :

1. Pasien telah disiapkan sesuai dengan pedoman

2. Pasang alat pantauu yang diperlukan

3. Siappkan alat-alat dan obat resusitasi

4. Siapkan mesin anestesi dengan sistem sirkuitnya dan gas anestesi yang

digunakannya

5. Induksi dengan pentothal atau dengan obat hipnotik yang lain

6. Berikan salah satu kombinasi obat inhalasi

7. Awasi pola nafas pasien, bial tampak tanda-tanda hipoventilasi berikan nafas

bantuan secara sinkron sesuai dengan irama pasien

8. Pantau denyut nadi dan tekanan darah

9. Apabila operasi sudah selasai, hentikan aliran gas / obat anestesi inhalasi dan berikan

oksigen 100% (4-8 liter/menit) selama 2-5 menit

18

Page 19: Anestesia Inhalasi

DAFTAR PUSTAKA

A Thwaites et all, Inhalation Induction with Sevoflurane; a double blind

comparison with propofol, 1997

E Erturk et all, The Comparison of the effects of Sevoflurane inhalation Anesthesia

and Intravenous Propofol Anesthesia on Oxidative Stress in One Lung Ventilation,

2014

Hurford - Clinical Anesthesia Procedures of the Massachusetts General Hospital

6th ed

John Butterworth, et all, Morgan & Mikhail. Clinical Anesthesiology 5th edition,

Lange; 2013

Laurence Brunton et all, Goodman & Gillman’s The Pharmauceticals Basis of

Therapies 12th edition, 2011

P.G.Barash, B.F.Cullen, R.K.Stoelting - Clinical Anesthesia. 4th edition

19