inhalasi isoflurane

39
REFERAT ANESTESI INHALASI ISOFLURANE Dokter Pembimbing : dr. Hari Krisdiyanto Sp.An Disusun Oleh : Jose Tymothy Manuputty (11.2012.262) KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI

Upload: jose-manuputty

Post on 16-Dec-2015

68 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

anestesi

TRANSCRIPT

REFERAT ANESTESI INHALASI ISOFLURANE

Dokter Pembimbing :dr. Hari Krisdiyanto Sp.An

Disusun Oleh :Jose Tymothy Manuputty (11.2012.262)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAPERIODE 9 FEBRUARI 28 FEBRUARI 2014RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUSBAB IPENDAHULUAN

Seperti diketahui oleh masyarakat bahwa setiap pasien yang akan menjalani tindakan invasif, seperti tindakan bedah akan menjalani prosedur anestesi. Anestesi sendiri secara umumberarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagaiprosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.1

Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.1,2

Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total, yaitu hilangnya kesadaran secara total, anestesi lokal -, yaitu hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh), anestesi regional yaitu hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.2,3

Usaha menekan rasa nyeri pada tindakan operasi dengan menggunakan obat telah dilakukan sejak zaman dahulu, termasuk pemberian alkohol dan opioidum secara oral. Pada masa kini, usaha menekan rasa nyeri (anaestesi) dibahagikan menjadi dua; anaestesi umum dan anaestesi regional.Anestesi umum (general anesthesia) adalah keadaan yang dihasilkan ketika pasien menerima obat untuk amnesia, analgesia, kelumpuhan otot, dan sedasi. Seorang pasien yang teranestesi umumakan berada dalam keadaan tidak sadar yang terkontrol dan reversibel. Anestesi memungkinkan pasien untuk mentolerir prosedur bedah yang dapat menimbulkan rasa sakit tak tertahankan, mempotensiasi eksaserbasi fisiologis yang ekstrim, dan menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan.

Stadium anestesi umum meliputi analgesia, amnesia, hilangnya kesadaran, terhambatnya sensorik dan reflex otonom, dan relaksasi otot rangka. Untuk menimbulkan efek ini, setiap obat anestesi mempunyai variasi tersendiri bergantung pada jenis obat, dosis yang diberikan dan keadaan secara klinis. Anestetik yang ideal akan bekerja secara tepat dan baik serta mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian dihentikan. Dalam mengadministrasikan serta menjalankan anaestesi umum ini, seroang perlu melakukan pemeriksaan preoperatif terlebih dahulu untuk melihat dan mengantisipasi komplikasi yang dapat terjadi pada saat operasi berjalan. Seorang ahli anaestesi perlu mengetahui daripada saat anamnesis hingga saat operasi selesai dalam menjamn kesehatan dan keselamatan pasien yang dibawah tanggung jawabnya. Dalam Referat ini akan di bahas mengenai Obat inhalasi Isofluran dalam prosedur anestesi.1,2,3

BAB IIPENGENALAN ANESTESI INHALANGeneral anaesthesia atau anaestesi umum adalah keadaan melakukan tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversibel) menggunakan administrasi satu atau lebih agen anaestesi umum. Komponen anaestesi yang ideal terdiri daripada keadaan hipnotik, analgesia dan relaksasi otot. Anaestesi umum ditandai oleh tujuannya yang termasuk:- Analgesia loss of response to pain Amnesia loss of memory Immobility loss of motor reflexes Unconsciouness loss of consciousness Skeletal muscle relaxationKeadaan anaestesi biasanya disebut sebagai anaestesi umum, ditandai oleh tahap tidak sadar yang diinduksi, yang selama itu rangsang operasi hanya menimbulkan respons autonom. Oleh karena itu, pasien tidak boleh diberikan gerak volunteer, namun masih terjadi perubahan di dalam gerak pernafasan dan kardiovaskular yang dapat terlihat dengan mesin anaestesi. Keadaan anestesi berbeda dengan keadaan analgesia, yang didefinisikan sebagai hilangnya deria nyeri. Banyak teori telah dikemukan, tetapi sampai sekarang belum ada keterangan yang memuaskan tentang jalan kerja obat anaestesi. Ditinjau dari aspek vaskularisasi, obat anaestetika yang diadministrasikan akan menyebar ke jaringan terutama pada jaringan yang kaya pembuluh darah seperti otak sehingga kesadaran menurun atau hilang di samping menghilangkan rasa sakit.1,2Berdasarkan teori neurofisiologis, diyakini bahawa anaestesi terjadi karena perubahan neurotransmisi di berbagai bahagian SSP. Kerja neurotransmiter di pascasinaps akan diikuti dengan pembentukan second-messenger yang selanjutnya mengubah transmisi di neuron. Di samping acetylcholine sebagai neurotransmitter klasik, dikenal juga cathecolamine, serotonin, GABA, adenosine, serta berbagai asam amino dan petida endogen yang bertindak sebagai neurotransmitter atau yang memodulasi neurotransmiter di SSP, misalnya asam glutamat dengan mekanisme hambatan pada reseptor NMDA. Opiat, kalsium dan NO diduga berperan dalam mekanisme kerja anaestetik ini. Kalsium dikenal sebagai neuroregulator karena anaestesi inhalasi dapat mengubah kadar kalsium intrasel dan ini mempengaruhi keterangsangan neuron. NO pula dikenal sebagai neuromodulator yang diduga berperan dalam mengatur tingkat kesadaran. NO terlibat dalam komunikasi intrasel melalui produksi cGMP dan melalui beberapa jalur neurotransmisi lainnya. NO ini mengaktfkan adenilat siklase untuk menghasilkan cGMP, suatu pengatur proses intrasel yang berperanan penting dalam neurotransmisi. Akhir ini terbukti bahawa sasaran kerja anaestetik inhalasi maupun intravena adalah GABAAreceptor-chloride channel, suatu komponen membran neuron yan berperan dalam transmisi sinaps penghambat (inhibitory sinatic transmission).2,3Anaestetik inhalasi terbukti mengubah ambang rangsang neuron di beberapa bagian SSP yang sangat peka terhadap anaestetik. Letupan impulse pada neuron ini dapat dihambat secara total oleh kadar anestetik minimum halothane, sementara neuron tetangganya hanya mengalami sedikit perubahan. Dulu diyakin bahawa anaestesi merupakan proses supraspinal, tetapi beberapa bukti memperlihatkan bahawa hilangnya respons motorik pada anaestesia lebih disebabkan oleh kerja anaestetika di medula spinalis. Di otak, anaestetika inhalasi menghambat transmisi sinaps di sistem retikularis asendens, korteks serebri dan hipokampus. Penyampaian informasi sensoris dari talamus ke bahagian tertentu di korteks, sangat peka terhadap anaestetik. Di medula spinalis, anaestetik mengubah respons sensoris dari kornu dorsalis terhadap rangsangan nyeri maupun rangsangan lainnya yang tidak menimbulkan nyeri. Beberapa anaestetika yang menguap dapat menekan neuron motorik spinalis. Selain itu, anaestetik inhalasi mempengaruhi aktivitas neuron spinalis secara tidak langsung dengan mengubah masukan dari otak melalui sistem modulasi desendens. Walaupun tempat kerja anaestetik di SSP beragam, terdapat ciri kerja yang unik di tingkat molekul. Misalnya, diambatnya penglepasan neurotransmiter di presinaps dan dihambatnya arus neurotransmitter di pasca sinaps ternyata terjadi akibat gangguan anaestetik pada situs molekuler. Konsep yang menyatakan persamaan cara kerja anaestetik pada struktur molekul ini dikenal sebagai unitary theory of narcosis.1

Stadium Anestesia UmumSemua zat anaestetik menghambat SSP secara bertahap yang pada awalnya dihambat adalah fungsi yang kompleks, dan yang paling akhir di hambat adalah medula oblongata tempat pusat vasomotor dan pernafasan. Guedel membagi anaestesia umum dalam 4 stadium:2- Stadium I (Analgesia)

Dimulai sejak saat pemberian anaestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini, pasien tidak lagi merasakan nyeri, tetapi masih tetap sadar dan dapat mengikuti perintah. Pada stadium ini dapat dilakukan tindakan pembedahan ringan

Stadium II (Eksitasi)Dimulai seja hilangnya kesadaran sampai munculnya pernafasan yang teratur yang merupakan tanda dimulainya stadium pembedahan. Pada stadium ini pasien tampak mengalami delirium dan eksitasi dengan gerakan di luar kehendak. Pernafasan tidak teratur, kadang apnea dan hiperpnea, tonus otot rangka meninggi, pasien meronta, kadang sampai mengalami inkontinensia, dan muntah. Ini terjadi karena hambatan pada pusat inhibisi

Stadium III (Pembedahan)Dimulai dengan timbulnya kembali pernafasan yang teratur dan berlangsung sampai pernafasan spontan hilang. Keempat tingkat dalam stadium pembedahan ini dibedakan dari perubahan pada gerakan bola mata, refleks bulu mata dan konjungtiva, tonus otot, dan lebar pupil yang mengambarkan semakin dalamnya pembiusan. Tingkat I Pernafasan teratur, spontan, dan seimbang antara pernafasan dada dan perut, gerakan bola mata terjadi di luar kehendak, miosis sedangkan tonus otot rangka masih ada. Tingkat II pernafasan teratur tetapi frekuensinya lebih kecil, bola mata tidak bergerak, pupil mata melebar, otot rangka mulai melemas, dan refleks laring hilang sehingga pada tingkat ini dapat dilakukan intubasi Tingkat III Pernafasan perut lebih nyata daripada pernafasan dada karena otot interkostal mulai lumpuh, relaksasi otot rangka sempurna, pupil lebih lebar tetapi bulum maksimal Tingkat IV pernafasan perut sempurna karena otot interkostal lumpuh total, tekanan darah mulai menurun, pupil sangat lebar dan refleks cahaya hilang. Pembiusan dielakkan mencapai tingkat ini karena pernafasan spontan melemah.

Stadium IV(Depresi Medula Oblongata)Dimulai dengan melemahnya pernafasan perut dibanding stadium III tingkat IV, tekanan darah tidak dapat diukur karena pembuluh darah kolaps, dan jantung berhenti berdenyut. Keadaan ini segera disusul kematian, kelumpuhan nafas di sini tidak dapat diatasi dengan pernafasan buatan, bila tidak didukung oleh alat bantu nafas dan sirkulasi.Selain derajat kesadaran, relaksasi otot, dan tanda depresi medula oblongata, ahli anaestesi menilai dalamnya anaestesia dari respons terhadap rangsangan nyeri yang ringan sampai kuat. Rangsangan yang kuat terjadi sewaktu pemotongan kulit, manipulasi peritoneum, kornea, mukosa uretra terutama bila ada peradangan. Nyeri sedang terasa ketika terjadi manipulasi pada fascia, otot dan jaringan lemak, sedangkan nyeri ringan terasa ketika terjadi pemotongan dan penjahitan usus, atau pemotongan jaringan otak.

Anestesi InhalasiPada dasarnya, anaestetika umum dibedakan atas dua cara, yaitu secara inhalasi dan intravena. Walaupun demikian, secara tradisional, anaestetik umum dapat diberikan dengan menggunakan berbagai jenis sistem anestesi, yakni dengan sistem tetes terbuka, tetes setengah terbuka, semi-tertutup Mappleson dan tertutup. Eter Halothane, enfluran, metoksifluran, ethylchloride dan fluroksen merupakan cairan yang mudah menguap sehingga dulu di kelompokkan dalam anestetis yang menguap teteapi semuanya digunakan secara inhalasi setelah diuapkan dengan vaporizer dan biasanya dicampur dengan anaestetik gas, yakni nitrogen monoksida atau siklopropan. Berbeda dengan yang lain, eter, thylchloride dan fluroksen sangat mudah terbakar sehingga kini tidak banyak digunakan. Terlepas daripada cara penggunaannya suatu anaestetik yang ideal sebenarnya harus memperlihatkan tiga efek utama yang dikenal sebagai Trias Anaestesia yaitu efek hipnotik, efek analgesia dan efek relaksasi otot.3Semua anaestesi inhalasi adalah derivat eter kecuali halotan dan nitrogen. Anaestetik inhalasi yang sempurna adalah yang; masa induksi dan masa pemulihannya singkat dan aman; peralihan stadium anaestesi terjadi cepat; relaksasi ototnya sempurna; berlangsung cukup aman; dan tidak menimbulkan efek toksik atau efek samping berat dalam dosis anaestetik yang lazim. Dengan penggunaan anaestetik intravena kerja singkat dan obat pelemas otot, tiga hal pertama dapat dicapai. Sementara itu, teknik anaestetik kombinasi telah memungkinkan penggunaan dosis yang lebih kecil dan lebih aman, maka toksisitas anaestetik menjadi satu-satunya penentu diterimanya suatu anaestetik inhalasi baru1,3.Dalamnya anestesi bergantung kepada kadar anaestesi di SSP, dan kadar ini ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi transfer anaestetik dari alveoli paru ke darah dan dari darah ke jaringan otak, begitu pula masa pemulihan setelah pemberiannya dihentikan. Membran alveoli dengan mudah dapat dilewati zat anaestesi secara difusi dari alveoli ke aliran darah dan sebaliknya. Faktor yang menentukan kecepatan transfer anaestetik di jaringan otak ditentukan oleh:

Kelarutan anaestesi dalam darahKelarutan ini dinyatak sebagai koefisien partisi darah/gas yaitu perbandingan anatara kadar anestetik dalam darah dengan kadarnya dalam udara inspirasi pada saat dicapai keseimbangan. Anaestetik yang sukar larut mempunyai koefisien yang sangat rendah. Ketika berdifusi ke dalam darah, anaestetik yang sukar larut, hanya memerlukan sedikit molekul untuk menaikkan tekanan parsialnya sehingga tekanan parsial gas di dalam darah segera naik dan induksi anaestesia terjadi lebih cepat. Sebaliknya untuk anaestetik yang mudah larut, diperlukan jumlah yang lebih banyak untuk menaikkan tekanan parsial di daerah sehingga timbulnya induksi lebih lama2,3.

Kadar anestesi dalam udara inspirasiKadar anestesi dalam campuran gas yang dihirup menentukan tekanan maksimum yang dicapai di alveoli maupun kecepatan naiknya tekanan parsial di arteri. Kadar anaestetik yang tinggi akan mempercepat transfer anaestetik ke darah sehingga akan meningkatkan kecepatan induksi anaestesia. Tekanan parsial N2O dalam arteri mencapai 90% tekanan parsial dalam udara yang dihirup sesudah 20 menit, sedangkan eter mencapai sesudah 20 jam. Untuk mempercepat induksi, anaestetik yang tingkat kelarutannya sedang dikombinasikan dengan anaetetik yang sukar larut dengan cara meninggikan dulu tekanan parsial dalam udara yang dihirup. Setelah induksi dicapai, tekanan parsial dalam udara inspirasi diturunkan untuk mempertahankan anaestesia.2,3

Ventilasi ParuHiperventilasi mempercepat masuknya anaestetik gas ke sirkulasi dan jaringan, tetapi hal ini hanya nyata pada anaestetik yang larut baik dalam darah seperti halotan dan dietileter. Untuk anaestetik yang sukar larut dalam darah, pengaruh ventilasi ini tidak begitu nyata karena kadar di darah ateri cepat mendekati kadar alveoli.2,3

Kecepatan aliran darah parubertambah cepat aliran darah paru, bertambah cepat pemindahan anaestetik dari udara inspirasi ke darah. Namun, hal itu akan memperlambat peningkatan tekanan darah arteri sehingga induksi anaestesia akan lebih lambat khususnya oleh anaestetik dengan tingkat kelarutan sedang dan tinggi.2,3

Perbedaan tekanan parsial anestetik dalam arteri dan venaPerbedaan ini terutama bergantung pada ambilan anestetik oleh jaringan. Darah vena yang kembali ke paru mengandung anaestetik yang lebih sedikit daripada darah arteri. Semakin besar perbedaan kadar anaestetik, maka keseimbangan dalam jaringan otak akan semakin lama tercapai.Ambilan anaestetik oleh jaringan ditentukan oleh faktor yang sama dengan yang mempengaruhi transfer anaestetik dari paru ke darah, terutama koefisien partisi darah:jaringan. Tekanan parsial dalam jaringan juga meningkat bertahap sampai dicapai keseimbangan. Pada fase induksi, perbedaan kadar arteri-vena ini sangat dipengaruhi oleh banyaknya perfusi suatu jaringan. Di otak, jantung, hati dan ginjal yang perfusinya sangat baik, kadar anaestetik awal dalam darah vena rendah sekali sehingga perbedaan kadar anaestetik dalam arteri-vena sangat besar, maka keseimbangan kadar anaestetik dalam darah arteri akan tercapai dengan lambat. Pada fase pemeliharaan, anaestetik akan terus didistribusikan ke berbagai jaringan dan umumnya tergantung dari kelarutan anaestetik dalam darah.2,3

FarmakodinamikDasar terjadinya stadium anaestesi adalah adanya perbedaan kepekaan berbagai bagian SSP terhadap anestetik. Sel-sel substansia gelatinosa di kornu dorsalis medula spinalis peka sekali terhadap anaestetik. Penurunan aktivitas neuron di daerah ini menghambat transmisi sensorik dari rangsang nosispetik, inilah yang menyebabkan terjadinya tahap analgesia. Stadium II terjadi akibat aktivitas neuron yang kompleks pada kadar anestetik yang lebih tinggi di otak. Aktivitas ini antara lain berupa penghambatan berbagai neuron inhibisi bersamaan dengan dipermudahnya penglepasan neurotransmitter eksitasi. Selanjutnya, depresi hebat pada jalur naik di sistem aktivasi retikuler dan penekanan aktivitas refleks spinal menyebabkan pasien masuk ke stadium III. Neuron di pusat napas dan pusat vasomotor relatif tidak peka terhadap anaestetik kecuali pada kadar yang sangat tinggi. Apa yang menyebabkan perbedaan kepekaan berbagai bagian SSP ini masih perlu diteliti.1

Efek samping dan toksisitasDelirium dapat terjadi selama induksi dan pada masa pemulihan dengan anaestesia inhalasi walaupun telah diberikan medikasi praanaestetik. Muntah dapat menyebabkan aspirasi bila terjadi sewaktu induksi atau sesudah operasi. Enfluran dan halotan menyebabkan depresi miokard yang dose-related, sedangkan isofluran dan desfluran tidak. Isofluran dan N2O dapat menyebabkan takikardia, sedangkan enfluran tidak banyak mempengaruhi frekuensi jantung. Halotan dapat menyebabkan bradikardia melalui stimulasi vagal. Aritmia supraventrikel biasanya dapat diatasi kecuali bila curah jantung dan tekanan arteri menurun.aritmia ventrikel jarang terjadi, kecuali bila timbul hipoksia atau hiperkapnea. Halotan menimbulkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin, sehingga penggunaan adrenalin, noradrenalin, atau isoproterenol bersama halotan akan menyebabkan aritmia ventrikel. Halotan berbahaya diberikan pada pasien yang merasa khawatir berlebihan, karena keadaan tersebut disertai kadar katekolamin yang tinggi.1,2Depresi napas dapat timbul pada semua stadium selama anaestesia inhalasi. Oleh karena itu keadaan pernafasan pasien perlu diperhatikan selama pemberian anaestetik inhalasi. Anaestetik inhalasi juga menekan fungsi mukosilier saluran napas, sehingga anaestesia yang berlama-lama dapat menimbulkan penumpukan lendir. Namun, anaestetik inhalasi bersifat bronkodilator. Dengan sifat ini, halotan dan sevofluran menjadi pilhan untuk induksi anaestesia pada pasien yang menderita sumbatan jalan napas. Anaestetik inhalasi juga bersifat iritatif bagi jalan nafas, tetapi ini hanya menimbulkan masalah pada desfluran.Gangguan fungsi hati ringan sering timbul pada penggunaan anaestetik inhalsi, tetapi jarang terjadi gangguan yang serius. Sebagian kecil pasien dapat mengalami hepatitis oleh halotan. Mekanisme terjadinya hepatotoksisitas oleh halotan ini belum jelas benar, tetapi diduga berdasarkan pembentukan radikal bebas menimbulkan kerusakan sel hati atau respons imun. Dapat terjadi pemekatan urin dan oliguria reversibel karena menurunnya aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus, dan ini dapat dicegah dengan pemberian cairan yang cukup dan menghindari anaestesia yang dalam. Metoksifluran secara langsung dapat menimbulkan kerusakan tubuli ginjal dan gagal ginjal, sehingga tidak boleh digunakan pada pasien gangguan fungsi ginjal atau pasien yang mendapat obat nefrotoksik seperti streptomisisn dan tetrasiklin. Nefrotoksisitas metoksifluran terjadi karena metabolismenya oleh enzim hat dan ginal menghasilkan ion fluor, jadi bergantng pada dosis. Maka dianjurkan penggunaan dosis minimal pada pemberian metoksifluran yang lama. Isofluran, enfluran, dan sevofluran melepaskan lebih sedikit fluor, sedangkan halotan sama sekali tidak membebaskan fluor. Sevofluran tidak dimetabolisme melainkan dihancurkan oleh CO2 yang terdapat pada penjerap di alat anaestesia.2Suhu badan menurun karena vasodilatasi dan penekanan mekanisme termoregulasi; menggigil pascabedah bisa timbul akibat anaestetik inhalasi kuat. Hipertermia maligna jarang terjadi, tetapi sering fatal pada orang tertentu yang mendapat anaestetik inhalasi kuat. Sindroma hipertermia maligna dapat memicu terjadinya takikardia, dan hipertensi, kekakuan otot hebat, hiperkalemia, dan gangguan asam basa sampai asidosis. Sindroma ini tampaknya dipengaruhi oleh faktor genetik. Patologi yang terjadi pada sindroma ini adalah meningkatnya kalsium bebas di sel otot oleh karena itu pengobatannya adalah dantrolen dan tindakan suportif lain untuk menurunkan suhu serta menjaga keseimbangan asam basa. Anaestetik inhalasi meningkatkan aliran darah ke otak dan ini dapat berbahaya bagi pasien tumor otak, atau mereka yang memang mengalami tekanan tinggi intrakranial.2Hipokapnia yang iinduksi oleh hiperventilasi akan menghentikan peningkatan tekanan intrakranial tersebut. Karena itu, halotan baru bisa diberikan pada pasien dengan kerosakan intrakranial setelah dilakukan hiperventilasi. Sedangkan isofluran dapat diberikan bersamaan dengan tindakan hiperventilasi. Pemberian enfluran pada pasien seperti ini harus hati-hati, sebab keadaan hipokapnia dapat menimbulkan kejang. Kejang jarang terjadi bila kadar enfluran dipertahankan pada 1.5%-2%. Tiopental menimbulkan vasokonstriksi serebral sehingga dapat digunakan untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial selama penggunaan anaestetik inhalasi. Enfluran halotan dan N2O terbukti teratogenik pada hewan coba. Efeknya pada manusia belum diketahui maka penggunaannya tidak dianjurkan pada kehamilan trimester pertama. Pemberian anaestetik inhalsi dosis tinggi pada partus lama menyebabkan depresi neonatus. Wanita yang melahirkan normal pervaginam tidak memerlukan anaestesia umum, cukup dilakukan anaestesia lokal. Pada operasi Caesar, pajanan anaestetik inhalasi terhadap fetus relatif singkat, tetapi kadar yang tinggi dapat merelaksasikan otot uterus sehingga meningkatkan perdarahan pascasalin.2

Pemakaian IsofluranIsofluran ialah eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi isofluran mirip enfluran, tetapi secara farmakologis sangat berbeda. Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi membuat pasien menahan nafas dan terbatuk. Setelah pemberian medikasi pra anaestetik, stadium induksi dilalui kurang dari 10 menit dengan lancar dan sedikit eksitasi bila diberikan bersama N2O-O2. Umumnya digunakan anaestetik IV barbiturat untuk mempercepat induksi. Tanda yang digunakan untuk mengamati kedalaman anaestesia adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi napas, dan meningkatnya frekuensi denyut jantung. Isofluran merelaksasikan otot rangka lebih bak dan meningkatkan efek pelumpuh otot depolarisasi maupun nondepolarisasi lebih dari yang ditimbulkan oleh enfluran. Dengan demikian dosis isofluran maupun pelumpuh ototnya dapat dikurangi. Selain itu, meningkatnya aliran darah ke otot rangka dapat mempercepat eliminasi pelumpuh otot.2Tekanan darah turun cepat dengan makin dalamnya anaestesi tetapi berbeda dengan efek enfluran, curah jantung dipertahankan oleh isofluran. Hipotensi lebih disebabkan oleh vasodilatasi di otot. Pembuluh koroner juga berdilatasi dan aliran koroner dipertahankan walaupun kosumsi O2 berkurang. Dengan kerjanya yang demikian isofluran dipandang lebih aman untuk pasien dengan penyakit jantung dibandingkan dengan halotan atau enfluran. Tetapi ternyata, isofluran dapat menyebabkan iskemia miokardium melalui fenomena coronary steal, yaitu pengalihan aliran darah dari daerah yang perfusinya buruk ke perfusi yang lebih baik. Kecenderungan timbulnya aritia pun amat kecil, sebab isofluran tdak menyebabkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin.2,3Pada anaestesia yang dalam dengan isofluran tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada pemerian enfluran. Isofluran meningkatkan aliran darah otak sementara metabolisme otak hanya menurun sedikit. Sirkulasi otak tetap responsif terhadap CO2 maka hiperventilasi bisa menurunkan aliran darah, metabolisme otak dan tekanan intrakranial. Keamanan isofluran pada wanita hamil, atau waktu partus, belum terbukti. Isofluran dapat merelaksasikan otot uterus sehingga tidak dianjurkan untuk analgesik pada saat persalinan. Penurunan kewaspadaan mental terjadi 2-3 jam sesudah anaestesi tetapi tidak terjadi mual muntah atau aksitasi sesudah operasi. Isofluran yang mengalami biotransformasi jauh lebih sedikit. Asam trifluoroasetat dan ion fluor yang terbentuk jauh di bawah batas yang merusak sel. Belum pernah dilaporkan gangguan fungsi ginjal dan hati sesudah penggunaan isofluran.2,3

1) DeskripsiIsoflurane suatu obat anestesi volatile yang induksinya cepat dan pemulihannya cepat, tidak iritasi dan tidak menimbulkan sekresi. Seperti halnya halotan dan enfluran, Isoflurane berefek bronkhodilator, tidak menimbulkan mual-muntah, dan bersifat kompatibel dengan epineprin. Efek penurunan tekanan darah sama besarnya dengan halotan, hanya berbeda dalam mekanisme kerjanya. Halotan menurunkan tekanan darah, terutama dengan mendepresi miokardium dan sedikit vasodilatasi. Ethrane menurunkan tekanan darah dengan mendepresi miokardium dan vasodilatasi perifer. Isoflurane menurunkan tekanan darah terutama dengan vasodilatasi perifer dan hampir tidak mendepresi miokardium.

2) IndikasiUntuk inhalasi umum inhalasi baik sebagai induksi maupun maintenance anestesi. Anestesi umum untuk digunakan pada pasien dari segala usia.

3) Kontra Indikasi Sangat sensitive terhadap obat anestesi halogen. Diketahui atau dicurigai mudah mengalami demam yang hebat (malignant hyperthermia). Pernah mendapat anestesi isoflurane atau obat halogen lainnya dan terjadi ikterus atau gangguan fungsi hepar atau eosinophilia pada masa pasca anestesi. Nonselective MAO Inhibitor. Tekanan intrakranial tinggi Hipovolemia Hipotensi

4) Peringatan khusus penggunaan IsofluranVaporisers khusus dikalibrasi untuk isoflurane harus digunakan sehingga konsentrasi anestesi dapat dikontrol secara akurat. Hipotensi dan peningkatan depresi pernafasan sebagai anestesi dapat diperdalam. Laporan dari perpanjangan QT, terkait dengan torsade de pointes (dalam kasus luar biasa, yang fatal), telah ditemukan.Perhatian harus dilakukan dalam mengelola anestesi umum, termasuk isoflurane, untuk pasien dengan gangguan mitokondria. Isoflurane, seperti agen inhalasi lainnya, memiliki efek relaksasi pada uterus dengan potensi risiko perdarahan uterus. Penilaian klinis harus diamati ketika menggunakan isoflurane selama anestesi obstetri. Pertimbangan harus diambil untuk menggunakan konsentrasi terendah dari isoflurane dalam operasi kandungan .Kasus dengan meningkatnya carboxyhaemoglobin telah dilaporkan dengan penggunaan agen inhalasi fluorinated (yaitu, desflurane, enfluran dan isofluran).. Isoflurane telah dilaporkan dapat berinteraksi dengan absorben karbon dioksida kering untuk membentuk karbon monoksida. Untuk meminimalkan risiko pembentukan karbon monoksida dalam rebreathing dan kemungkinan tingkat carboxyhaemoglobin tinggi, penyerapan karbon dioksida seharusnya tidak kering.Kasus yang jarang terjadi dari panas yang ekstrim, asap dan / atau kebakaran spontan dalam mesin anestesi telah dilaporkan selama anestesi umum dengan obat dalam kelas ini bila digunakan bersama dengan absorben CO2 kering, khususnya yang mengandung kalium hidroksida (misalnya Baralyme). Ketika seorang dokter mencurigai bahwa penyerap CO2 mungkin kering, harus diganti sebelum pemberian isoflurane. Indikator warna yang paling penyerap CO2 tidak selalu berubah sebagai akibat dari kekeringan. Oleh karena itu, kurangnya perubahan warna yang signifikan tidak harus diambil sebagai jaminan hidrasi yang memadai. Absorben CO2 harus diganti secara rutin terlepas dari keadaan indikator warna.Seperti halnya anestesi umum, isoflurane seharusnya hanya diberikan dalam lingkungan anestesi yang cukup dilengkapi oleh klinisi yang akrab dengan farmakologi obat dan terkualifikasi melalui pelatihan dan pengalaman untuk mengelola pasien.Karena tingkat anestesi dapat diubah dengan cepat dan mudah dengan isoflurane, hanya vaporizer yang memberikan prediksi output dengan akurasi yang wajar, atau teknik di mana inspirasi dan ekspirasi dapat dipantau. Tingkat hipotensi dan depresi pernafasan dapat memberikan beberapa indikasi anestesi.Laporan menunjukkan bahwa isoflurane dapat menghasilkan kerusakan hati mulai dari kenaikan sementara ringan enzim hati hingga nekrosis hati yang fatal dalam beberapa kasus yang sangat jarang terjadi. Telah dilaporkan bahwa paparan sebelumnya anestesi hidrokarbon terhalogenasi, terutama jika interval kurang dari 3 bulan, dapat meningkatkan potensi kerusakan hati. Sirosis, hepatitis virus atau pra-ada penyakit hati lainnya bisa menjadi alasan untuk memilih obat bius selain anestesi halogenasi.Terlepas dari anestesi yang digunakan, maintenance hemodinamik yang normal adalah penting untuk menghindari iskemia miokard pada pasien dengan penyakit arteri koroner.Isoflurane nyata meningkatkan aliran darah otak pada tingkat yang lebih dalam anestesi. Mungkin ada kenaikan sementara tekanan cairan serebrospinal yang sepenuhnya reversibel dengan hiperventilasi.Isoflurane harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Dalam kasus seperti hiperventilasi mungkin diperlukan.Penggunaan isoflurane pada pasien hipovolemik, hipotensi dan lemah belum pernah diteliti. Sebuah konsentrasi yang lebih rendah dari isoflurane direkomendasikan untuk digunakan pada pasien ini.Semua relaksan otot umum digunakan adalah nyata potensial oleh isoflurane, efek yang paling mendalam dengan agen non-depolarisasi.Isoflurane dapat menyebabkan sedikit penurunan fungsi intelektual selama 2-4 hari setelah anestesi. Kelelahan neuromuscular dapat dilihat pada pasien dengan penyakit neuromuskuler, seperti myasthenia gravis. Isoflurane harus digunakan dengan hati-hati pada pasien ini.Isoflurane dapat menyebabkan depresi pernafasan yang dapat ditambah dengan premedikasi narkotika atau agen lain yang menyebabkan depresi pernafasan. Respirasi harus diawasi dan jika perlu, dibantu Selama induksi anestesi, air liur mengalir dan sekresi trakeobronkial dapat meningkatkan dan dapat menjadi penyebab laryngospasm, terutama pada anak-anak Perhatian harus dilakukan ketika isoflurane digunakan pada anak-anak kecil karena keterbatasan penggunaan pada kelompok usia ini.1,2,3Pada individu yang rentan, anestesi isoflurane dapat memicu otot rangka menjadi hipermetabolik dan menyebabkan kebutuhan oksigen yang tinggi dan sindrom klinis yang dikenal sebagai hipertermia maligna. Sindrom ini mencakup gejala spesifik seperti kekakuan otot, takikardia, takipnea, sianosis, aritmia, dan tekanan darah tidak stabil. (Hal ini juga harus dicatat bahwa banyak dari tanda-tanda spesifik mungkin muncul dengan anestesi ringan, hipoksia akut, dll). PaO2 dan pH dapat menurun, dan hiperkalemia dan defisit basa mungkin muncul. Pengobatan termasuk penghentian agen (misalnya isoflurane), intravena dantrolene natrium, dan penerapan terapi suportif. Terapi tersebut mencakup upaya yang kuat untuk mengembalikan suhu tubuh normal, pernapasan dan peredaran darah, dan pengelolaan gangguan elektrolit-cairan asam-basa. (Konsultasikan resep informasi untuk dantrolene natrium intravena untuk informasi tambahan mengenai manajemen pasien.) Gagal ginjal mungkin muncul kemudian.2,3Penggunaan agen anestesi inhalasi telah dikaitkan dengan peningkatan langka di tingkat kalium serum yang telah mengakibatkan aritmia jantung dan kematian pada pasien anak selama periode pasca-operasi. Pasien dengan laten serta penyakit neuromuskuler yang jelas, terutama Duchenne distrofi otot, tampaknya yang paling rentan. Penggunaan secara serentak dari suksinilkolin telah dikaitkan dengan sebagian besar, tapi tidak semua, dari kasus ini. Pasien-pasien ini juga mengalami peningkatan yang signifikan dalam tingkat creatine kinase serum dan, dalam beberapa kasus, perubahan dalam urin konsisten dengan mioglobinuria. Meskipun kesamaan dalam presentasi untuk hipertermia ganas, tidak ada pasien ini menunjukkan tanda-tanda atau gejala kekakuan otot atau negara hipermetabolik. Awal dan intervensi agresif untuk mengobati hiperkalemia dan tahan aritmia dianjurkan, seperti evaluasi berikutnya untuk penyakit neuromuskuler laten.

Interaksi dengan obat yang lain1.- Agen simpatomimetik beta seperti isoprenalin dan alpha dan agen simpatomimetik beta seperti adrenalin dan noradrenalin harus digunakan dengan hati-hati selama pembiusan isofluran, karena potensi risiko aritmia ventrikel.- MAO inhibitor-non-selektif: Risiko krisis selama operasi. Pengobatan harus dihentikan 15 hari sebelum operasi.

Kombinasi yang membutuhkan tindakan pencegahan dalam menggunakan

Simpatomimetik indirect acting (amfetamin dan turunannya,psikostimulan, penekan nafsu makan, efedrin dan turunannya): Risiko peri-operatif hipertensi. Pada pasien yang menjalani operasi elektif, pengobatan idealnya harus dihentikan beberapa hari sebelum operasi. Adrenalin, dengan suntikan subkutan atau gingiva: risiko aritmia ventrikel yang serius sebagai akibat dari peningkatan denyut jantung, meskipun sensitivitas miokard sehubungan dengan adrenalin yang lebih rendah dengan penggunaan isoflurane dibandingkan dalam kasus halothane.Reaksi kompensasi kardiovaskular mungkin terganggu oleh beta-blocker.

Reagen CYP2E11

Produk obat-obatan dan senyawa yang meningkatkan aktivitas sitokrom P450 isoenzim CYP2E1, seperti isoniazid dan alkohol, dapat meningkatkan metabolisme isoflurane dan menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam konsentrasi plasma fluoride. Penggunaan isoflurane dan isoniazid dapat meningkatkan risiko memperkuat efek hepatotoksik. Antagonis kalsium, di turunan dihidropiridin tertentu: isoflurane dapat menyebabkan hipotensi ditandai pada pasien yang diobati dengan antagonis kalsium. Perhatian harus dilakukan ketika antagonis kalsium digunakan bersamaan dengan anestesi inhalasi karena risiko efek aditif inotropik negatif. Opioid, benzodiazepin dan agen penenang lainnya yang berhubungan dengan depresi pernafasan, dan hati-hati harus dilakukan ketika diberikan serentak dengan isoflurane.Penggunaan bersamaan dari succinylcholine dengan agen anestesi inhalasi telah dikaitkan dengan peningkatan langka di tingkat kalium serum yang telah mengakibatkan aritmia jantung dan kematian pada pasien anak selama periode pasca-operasi.Semua relaksan otot umum digunakan adalah nyata potensial oleh isoflurane, efek yang paling mendalam dengan agen non-depolarizing. Neostigmin memiliki efek pada relaksan non-depolarisasi, namun tidak berpengaruh pada aksi santai isoflurane sendiri. MAC (konsentrasi alveolar minimum) dikurangi dengan pemberian seiring N2O pada orang dewasa Penggunaan dalam Kehamilan. Tidak ada atau terbatas jumlah data dari penggunaan isoflurane pada wanita hamil. Studi pada hewan telah menunjukkan toksisitas reproduksi. Isoflurane hanya boleh digunakan selama kehamilan jika manfaat lebih besar daripada risiko potensial

Penggunaan dalam Sectio Caesar

Isoflurane, dalam konsentrasi sampai dengan 0,75%, telah terbukti aman untuk pemeliharaan anestesi untuk operasi caesar

Ibu menyusui

Hal ini tidak diketahui apakah isoflurane / metabolit diekskresikan dalam air susu manusia. Karena banyak obat-obatan yang diekskresikan dalam air susu manusia, hati-hati harus dilakukan ketika isoflurane diberikan kepada wanita menyusui.

5) Farmakologi 3Farmakokinetik isoflurane adalah inhalasi anestesi gas atau volatil yang memiliki konsentrasi darah berhubungan dengan konsentrasi alveolar melalui koefisien partisi yang ditetapkan, dan distribusi ke jaringan yang juga ditentukan oleh koefisien kelarutan yang relatif konstan di bawah berbagai kondisi. Isoflurane menunjukkan kelarutan yang sangat rendah dalam darah dan jaringan tubuh, jauh lebih rendah dibandingkan enfluran dan halotan, sehingga tekanan parsial (konsentrasi) dalam gas alveolar atau darah arteri meningkat sampai 50% dari tekanan parsial dalam waktu 4-8 menit awal inhalasi, dan 60% nya dalam waktu 15 menit. Tingkat kenaikan sedikit lebih cepat daripada yang diperoleh dengan enfluran (isomer struktural isoflurane) dan jauh lebih cepat (40%) dibandingkan dengan halotan . Umur dapat signifikan mempengaruhi koefisien partisi darah-gas untuk semua anestesi; lebih rendah darah-gas koefisien partisi pada anak-anak menjelaskan sebagian peningkatan yang lebih cepat dalam alveolar tekanan parsial anestesi dalam kelompok ini.Sepanjang dilakukan anestesi, proporsi yang tinggi dari isoflurane dihilangkan oleh paru-paru. Ketika dihentikan dan konsentrasi terinspirasi menjadi nol, sebagian besar isoflurane tersisa dihilangkan dari paru-paru. Sesuai dengan kelarutan rendah, pemulihan dari anestesi isoflurane pada manusia berlangsung cepat.Biotransformasi isoflurane secara signifikan lebih rendah dari enfluran atau halotan. Dalam manusia sekitar 0,2% diberikan jelas sebagai metabolit yang dapat diperoleh kembali (fluoride dan fluor organik), dengan sekitar 50% dari ini diekskresikan dalam urin, metabolit utama yang asam trifluoracetic. Induksi enzim yang berhubungan dengan terapi obat yang sudah ada tidak akan muncul ,menjadi faktor penting dalam metabolisme isoflurane dalam diri manusia, terutama karena metabolisme keseluruhan isoflurane sangat rendah.

Ciri khas lain dari Isofluran:

Isofluran merupakan suatu eter metil etil berhalogenasi yang tidak menyala. Mempunyai tekanan uap sekitar 238 mm Hg pada 20 C dan mendidih pada 48,5 C(760 mm Hg tekanan atmofer). Dalam hal ini isoflurane serupa dengan anestetik volatil lainnya dan dapat diberikan melalui vaporisator standar. Memiliki MAC dalam oksigen sebesar 1,15% atm dan dalam 70 % oksida nitrosa sebesar 0,5 %. Koefisien partisi darah/gas adalah 1,4. Kelarutan yang menengah dalam darah ini dikombinasi dengan potensi yang tinggi berarti suatu induksi anestesia yang cepat. Setelah pemberian 30 menit ratio konsentrasi alveoler terhadap konsentrasi yang diinspirasi adalah 0,73.

6) Dosis 3Isoflurance 1,15 % dalam oksigen murni, dan menjadi 0,5 % bila diberikan bersama Nitrous Oxide 70 % dalam oksigen. Isoflurane harus diberikan menggunakan vaporizar

UMURMAC

KONSENTRASI OXYGEN100 %KONSENTRASI N2O70 %

Bayi s/d 12 bulan1,60 - 1,85 %0,49 - 0,69 %

1 s/d 5 tahun1,50 - 1,60 %0,49 - 0,67 %

6 s/d 10 tahun1,40 %0,58 %

11 s/d 15 tahun1,16 %0,53 %

16 s/d 20 tahun1,25 - 1,30 %1,49 - 0,63 %

21 s/d 40 tahun 1,10 - 1,20 %0,43 - 0,57 %

41 s/d 60 tahun1,00 - 1,10 %0,33 - 0,41 %

Premedikasi 2Obat anticholinergis seperti sulfas atropin mungkin diperlukan untuk mendapatkan efek depresi pada sekresi saliva dan lendir saluran nafas, tapi mungkin meningkatkan efek isoflurane yang lemah untuk meningkatkan denyut jantung.

Induksi 2Isoflurane memiliki bau yang sedikit menyengat maka bila digunakan sebagai induksi sebaiknya dimulai dengan konsentrasi 0,5%. Konsentrasi 1,30 3,00 % biasanya akan membawa kedalam stadium anestesi pembedahan dalam waktu 7 - 10 menit.Dianjurkan agar induksi sebaiknya menggunakan obat barbiturat yang bekerja cepat dengan dosis hipnosis atau propofol atau midazolam untuk menghindari terjadinya batuk dan spasme laring selama induksi bila induksi hanya dengan isoflurane dan oxygen atau isoflurane dan nitrous oxide 70 %.Tekanan darah mungkin sedikit menurun selama induksi tetapi hal ini akan kembali normal setelah terjadi stimulasi pembedahan.Maintanance3Stadium anestesi pembedahan dapat dipertahankan dengan memberikan konsentrasi isoflurane diberikan hanya dengan oxigen 100 % atau dengan Nitrous Oxide kurang dari 70 %.maka konsentrasinya ditambah 0,5 1,00 %, selama maintenance dapat terjadi penurunan tekanan darah yang ada hubungan dengan kedalaman anestesi, semakin lebih dalam stadium anestesi semakin besar penurunan tekanan darahnya.Bila tidak ada faktor lain yang menyebabkan penurunan tekanan darah, terjadi hypotensi ini dalah akibat dari terjadinya vasodilatasi perifer. Kedalaman anestesi yang berlebihan dengan tanda-tanda penurunan tekanan darah yang banyak dapat diatasi dengan menurunkan konsentrasi isoflurane.

Pemulihan3Konsentrasi isoflurane dapat dikurangi menjadi 0,5 % pada saat mulai penjahitan kulit luka bedah, lalu 0 % pada akhir penjahitan luka bedah. Bila digunakan obat pelemas otot dan efeknya masih ada maka harus dilakukan pemulihan fungsi otot sehingga pasien bernafas spontan secara adekuat dan diberikan oxigen murni sampai kesadaran pulih penuh.

6) Efek samping1,2Hypotensi, Depresi pernafasan, Arrythmia, Kenaikan leukosit, Menggigil, Rasa mual dan muntah, Kenaikan denyut nadi yang ringan, Broncospasme, Gangguan fungsi hepar

7) Penatalaksanaan1,2Isoflurane harus disimpan dalam kamar dengan suhu 15 30 C. waktu kadaluarsa 5 tahun.

BAB IIIRINGKASAN

Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. Stadium anestesi umum meliputi analgesia, amnesia, hilangnya kesadaran, terhambatnya sensorik dan reflex otonom, dan relaksasi otot rangka.Anaestesi umum ditandai oleh tujuannya yang termasuk:- Analgesia loss of response to pain Amnesia loss of memory Immobility loss of motor reflexes Unconsciouness loss of consciousness Skeletal muscle relaxation

Keadaan anaestesi biasanya disebut sebagai anaestesi umum, ditandai oleh tahap tidak sadar yang diinduksi, yang selama itu rangsang operasi hanya menimbulkan respons autonom. Oleh karena itu, pasien tidak boleh diberikan gerak volunteer, namun masih terjadi perubahan di dalam gerak pernafasan dan kardiovaskular yang dapat terlihat dengan mesin anaestesi.

Pada dasarnya, anaestetika umum dibedakan atas dua cara, yaitu secara inhalasi dan intravena. Walaupun demikian, secara tradisional, anaestetik umum dapat diberikan dengan menggunakan berbagai jenis sistem anestesi, yakni dengan sistem tetes terbuka, tetes setengah terbuka, semi-tertutup Mappleson dan tertutup. Eter Halothane, enfluran, metoksifluran, ethylchloride dan fluroksen merupakan cairan yang mudah menguap sehingga dulu di kelompokkan dalam anestetis yang menguap teteapi semuanya digunakan secara inhalasi setelah diuapkan dengan vaporizer dan biasanya dicampur dengan anaestetik gas, yakni nitrogen monoksida atau siklopropan. Berbeda dengan yang lain, eter, thylchloride dan fluroksen sangat mudah terbakar sehingga kini tidak banyak digunakan. Terlepas daripada cara penggunaannya suatu anaestetik yang ideal sebenarnya harus memperlihatkan tiga efek utama yang dikenal sebagai Trias Anaestesia yaitu efek hipnotik, efek analgesia dan efek relaksasi otot.

Isofluran ialah eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi isofluran mirip enfluran, tetapi secara farmakologis sangat berbeda. Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi membuat pasien menahan nafas dan terbatuk. Isoflurane suatu obat anestesi volatile yang induksinya cepat dan pemulihannya cepat, tidak iritasi dan tidak menimbulkan sekresi. Seperti halnya halotan dan enfluran, Isoflurane berefek bronkhodilator, tidak menimbulkan mual-muntah, dan bersifat kompatibel dengan epineprin. Efek penurunan tekanan darah sama besarnya dengan halotan, hanya berbeda dalam mekanisme kerjanya.Untuk inhalasi umum ,inhalasi baik sebagai induksi maupun maintenance anestesi. Anestesi umum untuk digunakan pada pasien dari segala usia

Kontra Indikasi Sangat sensitive terhadap obat anestesi halogen. Diketahui atau dicurigai mudah mengalami demam yang hebat (malignant hyperthermia). Pernah mendapat anestesi isoflurane atau obat halogen lainnya dan terjadi ikterus atau gangguan fungsi hepar atau eosinophilia pada masa pasca anestesi. Nonselective MAO Inhibitor. Tekanan intrakranial tinggi Hipovolemia Hipotensi

Farmakodinamik: Isofluran merupakan suatu eter metil etil berhalogenasi yang tidak menyala. Mempunyai tekanan uap sekitar 238 mm Hg pada 20 C dan mendidih pada 48,5 C(760 mm Hg tekanan atmofer). Dalam hal ini isoflurane serupa dengan anestetik volatil lainnya dan dapat diberikan melalui vaporisator standar. Memiliki MAC dalam oksigen sebesar 1,15% atm dan dalam 70 % oksida nitrosa sebesar 0,5 %. Koefisien partisi darah/gas adalah 1,4. Kelarutan yang menengah dalam darah ini dikombinasi dengan potensi yang tinggi berarti suatu induksi anestesia yang cepat. Setelah pemberian 30 menit ratio konsentrasi alveoler terhadap konsentrasi yang diinspirasi adalah 0,73.

Dosis Isoflurance 1,15 % dalam oksigen murni, dan menjadi 0,5 % bila diberikan bersama Nitrous Oxide 70 % dalam oksigen. Isoflurane harus diberikan menggunakan vaporizar .Obat anticholinergis seperti sulfas atropin mungkin diperlukan untuk mendapatkan efek depresi pada sekresi saliva dan lendir saluran nafas, tapi mungkin meningkatkan efek isoflurane yang lemah untuk meningkatkan denyut jantung. Isoflurane memiliki bau yang sedikit menyengat maka bila digunakan sebagai induksi sebaiknya dimulai dengan konsentrasi 0,5%. Konsentrasi 1,30 3,00 % biasanya akan membawa kedalam stadium anestesi pembedahan dalam waktu 7 - 10 menit.

Efek samping dari Isofluran yaitu Hypotensi, Depresi pernafasan, Arrythmia, Kenaikan leukosit, Menggigil, Rasa mual dan muntah, Kenaikan denyut nadi yang ringan, Broncospasme, Gangguan fungsi hepar

Daftar Pustaka

0. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi 2. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002.0. William H.E, Michael T.B, Davison J.K, Kenneth L.H, Carl Rosow et al. Clinical anesthesia of the Massachusetts General Hospital 6th edition: Lippicott Williams and Wilkins: 20020. Zunilda D.S, Elysabeth. Anestetik umum. Dalam Farmakologi dan terapi edisi 5: Departemen Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.