anestesi inhalasi

38
BAB I PENDAHULUAN Laporan kasus ini akan membahas pasien perempuan usia 35 tahun dengan diagnosis soft tissue pada metacarpal sinistra yang akan dilakukan tindakan eksisi dengan rencana anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka. A. Identitas Pasien No. Catatan Medik : 38-51-15 Nama : Ny. TF Usia : 35 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Status : Menikah Alamat : Jakarta Timur Pekerjaan : Ibu rumah tangga Tanggal masuk RS : 6 Mei 2012 Tanggal pemeriksaan : 7 Mei 2012 B. Anamnesis Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 7 Mei 2012 Keluhan Utama : Benjolan. Keluhan Tambahan : Nyeri yang menjalar dari telapak tangan kiri hingga bahu. Riwayat Penyakit Sekarang Pada tanggal 6 Mei 2012, pasien datang ke Poli Bedah RSPAD dengan keluhan utama benjolan. Benjolan terdapat di telapak tangan sebelah kiri yang terjadi sejak kurang Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 1

Upload: ifebrianty

Post on 30-Jul-2015

243 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: anestesi inhalasi

BAB I

PENDAHULUAN

Laporan kasus ini akan membahas pasien perempuan usia 35 tahun dengan diagnosis

soft tissue pada metacarpal sinistra yang akan dilakukan tindakan eksisi dengan rencana

anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka.

A. Identitas Pasien

No. Catatan Medik : 38-51-15

Nama : Ny. TF

Usia : 35 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Alamat : Jakarta Timur

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal masuk RS : 6 Mei 2012

Tanggal pemeriksaan : 7 Mei 2012

B. Anamnesis

Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 7 Mei 2012

Keluhan Utama : Benjolan.

Keluhan Tambahan : Nyeri yang menjalar dari telapak tangan kiri hingga bahu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pada tanggal 6 Mei 2012, pasien datang ke Poli Bedah RSPAD dengan keluhan

utama benjolan. Benjolan terdapat di telapak tangan sebelah kiri yang terjadi sejak

kurang lebih 3 tahun yang lalu. Awalnya benjolan hanya sebesar biji kacang hijau lalu

lama kelamaan membesar hingga sebesar kelereng. Jika benjolan dipegang terasa

kenyal. Selain itu pasien juga merasakan nyeri pada benjolan tersebut yang menjalar

hingga bahu dan bersifat hilang timbul, nyeri terutama dirasakan saat pasien

beraktifitas dengan menggunakan tangan kiri dan berkurang saat beristirahat.

Saat ini pasien tidak ada keluhan pusing, mual, muntah, demam, batuk, pilek, gigi

goyang, pemakaian gigi palsu, konsumsi obat-obat.

Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 1

Page 2: anestesi inhalasi

Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit Jantung : Tidak ada

Penyakit Paru : Tidak ada

Penyakit Asma : Tidak ada

Penyakit Hipertensi : Sejak 3 tahun yang lalu

Penyakit Diabetes Mellitus : Tidak ada

Alergi obat-obatan dan makanan : Tidak ada

Riwayat operasi dan anestesi : Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit Jantung : Tidak ada

Penyakit Paru : Tidak ada

Penyakit Asma : Tidak ada

Penyakit Hipertensi : Tidak ada

Riwayat kebiasaan

Merokok : Tidak ada

Minum alkohol : Tidak ada

Narkotik : Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik ( 7 Mei 2012 )

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Berat Badan : 60 Kg

Tinggi Badan : 154cm

Tanda-Tanda Vital :

Tekanan darah : 140/90

Nadi : 84 x/menit

Pernapasan : 18 x/menit

Suhu : 36.5C

Status Generalis

1. Kepala : Normochepal

2. Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor reflek

Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 2

Page 3: anestesi inhalasi

cahaya langsung +/+ normal, diameter pupil ± 3mm, reflek

cahaya tidak langsung +/+ normal

3. Hidung : Tidak ada deviasi septum, discharge -/-,, napas cuping hidung

tidak ada, sekret tidak ada, perdarahan tidak ada

4. Mulut dan gigi : Oral hygiene baik, bibir tidak kering, Mallampati 1

5. Telinga : Normotia, liang telinga lapang +/+ normal, Serumen tidak

ada, perdarahan tidak ada, membran timpani utuh.

6. Leher : Trakea tidak deviasi, KGB dan tiroid tidak membesar

7. Thoraks : Paru

Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi : Sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak

Palpasi : Ictus Cordis kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kanan-kiri kesan tak melebar

Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop

(-)

8. Abdomen : Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Nyeri tekan (+) pada daerah Suprapubik,

hepar , lien tidak teraba

Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen

9. Ekstremitas : Superior – Inferior : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

Cappilary Refill Test < 2”

10. Ruas Tulang belakang : Bentuk, postur dan gerakan dalam batas normal.

Status Lokalis

Tampak massa pada telapak tangan kanan sebesar kelereng, warna sama

dengan kulit, dan saat diraba teraba massa pada telapak tangan sebelah kiri, ukuran

2x1,5x1 cm, konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, dan nyeri tekan.

Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 3

Page 4: anestesi inhalasi

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Pemeriksaan darah rutin :

o Hemoglobin : 12,7 mg/dl (12-16 mg/dl)

o Hematokrit : 40 mg/dl (37-47%)

o Eritrosit : 4.7 juta/uL(4.3-6.0 juta/uL)

o Leukosit : 7000 /uL (4800-10800/uL)

o Trombosit : 368.000 /uL (150.000-400.000/uL)

o MCV : 86 fl (80-96 fl)

o MCH : 27 pg (27-32 pg)

o MCHC : 32 mg/dl (32-36 g/dL)

o Masa Perdarahan : 1 menit 30 detik (1-3 menit)

o Masa Pembekuan : 4 menit (1-6 menit)

Kimia

o Protein total : 6.3 g/dl (6-8.5 g/dl)

o Albumin : 4.8 g/dl (3.5-5 g/dl)

o Globulin : 1.5 g/dl (2.5-3.5 g/dl)

o SGPT (ALT) : 10 mg/dl (<40 mg/dl)

o SGOT (AST) : 19 mg/dl (<35 mg/dl)

o Ureum : 25 mg/dl (20-50 mg/dl)

o Creatinin : 1.2 mg/dl (0.5-1.5 mg/dl)

o Asam urat : 6.2 mg/dl (3.5-7.5 mg/dl)

o Natrium : 137 mEq/L (135-145 mEq/L)

o Kalium : 4.4 mEq/L (3.5-5.3 mEq/L)

o Klorida : 101 mEq/L (97-107 mEq/L)

o Glukosa Puasa : 95 mg/dl (90 - 100 mg/dl)

o Glukosa 2 jam pp : 132 mg/dl (<140 mg/dL)

2. EKG : Dalam batas Normal

3. Foto Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal. Aorta tidak

membesar, mediastinum superior tidak melebar, kedua hilus tidak menebal, tidak

Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 4

Page 5: anestesi inhalasi

tampak infiltrat dikedua lapangan paru, kedua sinus kostofrenikus lancip, dan

tulang-tulang intact.

E. Diagnosis

Soft tissue pada metacarpal sinistra

F. Penggolongan Status Fisik Pasien Menurut ASA

ASA II dengan hipertensi grade I terkontrol

G. RencanaPembedahan

Eksisi

H. Rencana Anestesi

Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka

I. Kesimpulan

Pasien, seorang perempuan usia 35 tahun dengan diagnosis soft tissue pada

metacarpal sinistra yang akan dilakukan tindakan eksisi dengan rencana anestesi umum

inhalasi dengan sungkup muka.

Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 5

Page 6: anestesi inhalasi

BAB II

LAPORAN OPERASI

I. PERSIAPAN PASIEN

Diruang perawatan (7 Mei 2012)

a. Informed consent bertujuan untuk memberitahu kepada pasien tindakan medis apa

yang akan dilakukan kepada pasien, bagaimana pelaksanaannya, kemungkinan,

hasilnya, dan resiko tindakan yang akan dilakukan.

b. Surat persetujuan yang telah ditandatangani oleh pasien atau keluarga. : merupakan

bukti tertulis dari pasien atau keluarga pasien yang menunjukkan persetujuan akan

tindakan medis yang akan dilakukan sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan keluarga pasien tidak akan mengajukan tuntutan.

c. Pasien dipuasakan sejak pukul 05.00 WIB tanggal 8 Mei 2012, tujuannya untuk

memastikan bahwa lambung pasien telah kosong sebelum pembedahan untuk

menghindari kemungkinan terjadinya muntah dan aspirasi isi lambung yang akan

membahayakan pasien.

d. Bila ada gigi palsu sebaiknya dilepaskan agar tidak mengganggu kelancaran proses

intubasi (bila kemungkinan akan dilakukan anestesi umum dengan ETT nafas kendali

jika anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka gagal). Dan bila ada perhiasan

seperti cincin sebaiknya diberikan kepada keluarga pasien.

Diruang Persiapan (8 Mei 2012)

a. Identifikasi pasien

Pendataan kembali identitas pasien di kamar operasi dengan melakukan anamnesa

singkat yang meliputi berat badan, umur, riwayat penyakit, riwayat kebiasaan dan lain

sebagainya.

b. Pasien masuk kamar persiapan dengan memakai baju yang telah dipersiapkan

c. Pemeriksaan fisik pasien di ruang persiapan : TD = 120/80 mmHg, Nadi = 80

Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 6

Page 7: anestesi inhalasi

x/menit, Suhu = 36.0C, RR = 18 x/menit.

d. Pasien masuk kamar operasi dan dibaringkan dimeja operasi kemudian dilakukan

pemasangan EKG, manset dan kanulasi tepi untuk infus.

e. Pemeriksaan tanda-tanda vital.

II. PERSIAPAN ALAT

Alat Anestesi Umum Inhalasi dengan Sungkup Muka

1. Sepasang sarung tangan

Gambar 1. Sarung tangan

(Dikutip dari:

http://www.alibaba.com/product-tp/114738498/Natural_Latex_Examination_Glo

ves_For_Surgery.html)

2. Mesin Anestesi

Gambar 2. Mesin dan Monitor Anestesi

(Dikutip dari : www.gmpol.com/AnesthesiMachines)

Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 7

Page 8: anestesi inhalasi

-Komponen I : sumber gas, flowmeter dan vaporizer

-Komponen II : sirkuit napas / system ventilasi yaitu open , semi open , semiclose

-Komponen III alat penghubung sistem ventilasi dengan pasien yaitu sungkup muka

dan pipa ombak

3. Elektrokardiografi ( EKG )

4. Sfigmomanometer digital

5. Oksimeter/saturasi

6. Suction

7. Guedel

8. Sungkup muka ( face mask )

Gambar 3. Sungkup muka

( Dikutip dari:www.gmpol.com/facemask )

9. Balon pernafasan

10. Infus set dan cairan infus

Gambar 4. Infus set

Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 8

Page 9: anestesi inhalasi

( Dikutip dari :www.suntikputihdanpelangsing.com)

11. Plester

Alat Anestesi Umum

Alat-alat anestesi umum dipersiapkan bila anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka

tidak berhasil dilakukan.

1. Mesin anestesi 11. Plester/Tape: Hypafix

2. Monitor EKG 12. Mandrin

3. Sphygmomanometer 13. Magill

4. Pulse Oxymetri 14. Spuit 20cc

5. Laringoskop 15. Suction

6. Stetoskop 16. Lubricating Gel

7. Endotracheal Tube 3 ukuran,

yaitu No. 6.5; 7; 7.5

8. Face Mask Adult

9. Pipa Y-piece

10. Oropharyngeal Airway

Anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka 9

Page 10: anestesi inhalasi

III. PERSIAPAN OBAT

1. Anestesi Umum : Fortanes (dalam sediaan 5mg/5ml)

Phetidin (

Propofol (dalam sediaan 200mg/20ml)

2. Maintanance (rumatan) :

- Sevoflurane

- N2O

- Oksigen

3. Obat Emergensi : Sulfas Atropin (dalam sediaan 0.25mg/ml)

Epinephrine (dalam sediaan 1mg/ml)

Ephedrine (dalam sediaan 50mg/ml dilarutkan dalam 10 ml NaCl

menjadi 5mg/ml)

Prostigmin (dalam sediaan 0.5mg/ml)

Aminophylline (dalam sediaan 240mg/10ml)

4. Obat –obat lainnya : Adona (dalam sediaan 50mg/10ml)

As.tranexsamid (dalam sediaan 50mg/5ml)

Ethiferan (dalam sediaan 10mg/2ml)

Ondansentron (dalam sediaan 4mg/2ml)

Kalmethasone (dalam sediaan 4mg/ml)

Dolgesik (dalam sediaan 100/2ml)

Lidocain (dalam sediaan 40mg/2ml)

IV. PELAKSANAAN ANESTESI

1. Pukul 13.15

Pasien dibaringkan di atas meja operasi

Memasang infuse RL 500 ml

Memasang monitor EKG dan oksimeter pulse

Mengukur TD : 110/80 mmHg, nadi : 80 x/menit

2. Pukul 13.20

Pemberian Premedikasi Fortanes 2mg, phetidin 60mg

Induksi dengan profol 120 mg

Setelah itu diberikan Sevoflurane. Konsentrasi Sevoflurane mula-mula

tinggi 5 vol % agar anestesinya dalam sehingga pasien tertidur .

Page 11: anestesi inhalasi

Setelah anestesi cukup dalam, dilakukan pemeliharaan anestesi dengan

pemberian sevoflurane 2,5 vol % dengan perbandingan N2O : O2 = 2 :

2 liter/mnt

3. Pukul 13.25

Operasi dimulai

4. Pengawasan Anestesi

Anestesi diberikan pada pukul 13.20 – 14.10. Operasi dimulai pada pukul 13.25 dan selesai

pukul 14.05.

PUKULPUKUL TEKANAN DARAHTEKANAN DARAH NADINADI KETERANGANKETERANGAN

13.15 110/80 mmHg 80x/menit IVFD RL 500 cc

13.20 110/80 mmHg 82x/menitFortanes 2mg, phetidin 60 mg,

propofol 120 mg

13.30 112/80 mmHg 76x/menit

13.45 130/80 mmHg 70x/menitEthiferan 8 mg, dan tramadol

100 mg

13.55 120/80 mmHg 80x/menit Ceftriaxone 1 gr

14.00 120/80 mmHg 80x/menit

14.05 118/79 mmHg 89x / menit Operasi selesai

5. Pukul 14.05

Operasi selesai

6. Pukul 14.10

Anestesi dihentikan, nadi 89 x/menit, TD 118/79 mmHg, SpO2 99 %

Setelah pasien dapat dibangunkan dan diberi oksigen murni pasien dibawa ke

recovery room.

Page 12: anestesi inhalasi

Kebutuhan Cairan

Berat badan pasien = 60 kg

Lama Puasa = 8 jam

Maintenance = 2ml /kgBB

2ml x 60 kg = 120 ml

Pengganti Puasa = (lamanya puasa)8 jam x maintenance

8 jam x 120 cc = 960 ml

Operasi = (berat-ringan operasi)4ml x (bb)60 kg = 240 ml

Jam I = 50% x 960 cc +120 cc+ 240 cc = 840ml

Jam II = 25% x 960cc +120 cc+ 240 cc = 600ml

Cairan yang diberikan selama operasi :

RL I 500 ml

Cairan yang keluar selama operasi:

Urin = minimal

Perdarahan = 50 ml

Instruksi Pasca Bedah

Awasi tekanan darah , nadi, suhu, dan pernafasan

Pasien diperbolehkan makan

Post Anestesi

Tekanan darah pasien setelah operasi adalah nadi 89 x/menit, TD 118/79 mmHg, SpO2 98

%. Kemudian pasien dibawa keruang pemulihan dan dilakukan penilaian terhadap fungsi

vital.

PUKULPUKUL TEKANAN DARAHTEKANAN DARAH NADINADI

14.20 118/79 89

14.30 111/70 77

Penilaian pulih sadar di ruang pulih sadar dengan menggunakan Aldrette Score sebagai

berikut :

- Kesadaran : Mampu berorientasi dengan baik (2)

- Pernafasan : Adekuat (2)

- Tekanan darah : Menyimpang 20 mmhg dari normal (2)

Page 13: anestesi inhalasi

- Aktivitas : 2 ekstermitas yang dapat digerakan (1)

- Warna kulit : Merah (2)

Total score = 9 , pasien diperbolehkan pindah keruang perawatan.

Prognosa

Ad bonam

Page 14: anestesi inhalasi

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Anestesi umum inhalasi adalah anestesi dengan menggunakan gas atau cairan

anestetika yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetika melalui udara

pernapasan.Zat anestika yang dipergunakan berupa suatu campuran gas (dengan O2) dan

konsentrasi zat anestetika tersebut tergantung dari tekanan parsialnya.Tekanan parsial dalam

jaringan otak menentukan daya anesthesia.Zat anestetika disebut kuat apabila dengan tekanan

parsial rendah sudah mampu member anestesia yang adekuat.1

Sungkup muka ( Face Mask ) mengantarkan udara atau gas anastesi dari alat

resusitasi atau system anestesi ke dalam jalan nafas pasien. Bentuknya dibuat sedemikian

rupa sehingga ketika digunakan untuk bernafas spontan atau dengan tekanan positif tidak

bocor dan gas masuk ke semua trakea lewat mulut atau hidung. Bentuk sungkup sangat

beragam tergantung usia danpembuatnya, ukuran 0,3 biasanya digunakan untuk bayi baru

lahir, 0,2, 0,1 dan 1 digunakan pada anak-anak kecil, pada anak-anak yang besar biasanya

ukuran 2 atau 3, pada orang dewasa memakai ukuran 4 atau 5. Biasanya sebagian sungkup

muka dari bahan transparan agar udara ekspirasi kelihatan ( berembun ) dan bila terdapat

muntahan atau bibir terjepit dapat terlihat.2

Indikasi untuk anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka yaitu :3

- Untuk tindakan yang singkat (0,5 – 1 jam)

- Keadaan uum pasien cukup baik ( ASA I atau II )

- Lambung harus kosong

Kontra indikasi anastesi umuminhalasi dengan sungkup muka adalah :

- Operasi – operasi pada daerah muka dan kepala.

- Adanya manipulasi kepala.

Sejarah Anestesi Inhalasi

Kloroform, eter, dinitrogen oksida, dan etil klorida digunakan selama akhir abad 19.

Mereka diikuti pada tahun 1930 dan 1940 oleh etilen, siklopropan, trikloroetilen, isopropenil

vinil eter, dan lain-lain sampai halotan ditemukan pada 1951 dan diperkenalkan pada praktek

klinik pada 1956. Setelah itu, metoksifluran muncul pada awal tahun ’60-an, diikuti enfluran

Page 15: anestesi inhalasi

dan isofluran pada tahun ‘70-an. Metoksifluran ditarik dari pasaran dalam satu dekade karena

berpotensi nefrotoksik. Dua anestesi inhalasi disintesis pada tahun ’70-an tetapi digunakan

pada awal tahun ‘90-an. Yang pertama, sevofluran, diperkenalkan di Jepang pada tahun 1990.

yang kedua, desfluran digunakan di Amerika pada tahun1992. Zat anestesi inhalasi yang

paling sering digunakan adalah dinitrogen oksida, isofluran, dan dua anestesi inhalasi yang

baru saja diperkenalkan sevofluran dan desfluran.

Mekanisme kerja obat anestesi inhalasi sangat rumit masih merupakan misteri dalam

farmakologi modern.Pemberian anestetik inhalasi melalui pernapasan menuju organ sasaran

yang jauh merupakan suatu hal yang unik dalam dunia anestesiologi.

Dalam dunia modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik

ialah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan sevofluran. Obat-obat lain

ditinggalkan, karena efek sampingnya yang tidak dikehendaki misalnya:

1. Eter : kebakaran, peledakan, sekresi bronkus berlebihan, mual-muntah,

kerusakan hepar, baunya merangsang.

2. Kloroform : aritmia, kerusakan hepar.

3. Etil-klorida : kebakaran, peledakan, depresi jantung, indeks terapi sempit, dirusak

kapur soda.

4. Triklor-etilen : dirusak kapur soda, bradi-aritmia, mutagenic

5. Metoksifluran : toksis terhadap ginjal, kerusakan hepar, dan kebakaran.

Farmakokinetik Anestesi Inhalasi

Farmakokinetik anestesi inhalasi mendeskripsikan ambilan, distribusi, metabolisme

dan eliminisasi.

Ambilan dan Distribusi Anestesi Inhalasi

Rangkaian gradien tekanan parsial, mulai pada vaporizer mesin anestesi, selanjutnya

sirkuit nafas anestesi inhalasi, pohon alveolus, darah, dan jaringan akan memastikan gerakan

udara ke depan. Sasaran utama gerakan ini adalah untuk mencapai tekanan parsial seimbang

di seluruh barier jaringan tubuh. Tekanan parsial alveolar menentukan tekanan parsial

anestesi di seluruh jaringan tubuh akhirnya, mereka semua akan menyeimbangkan tekanan

parsial alveolar udara.

Ambilan alveolus atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya:

Page 16: anestesi inhalasi

1. Ambilan oleh paru.

2. Difusi gas dari paru ke darah.

3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.

Hiperventilasi akan menaikkan ambilan alveolus dan hipoventilasi akan menurunkan

ambilan alveolus. Dalam praktek kelarutan zat inhalasi dalam darah adalah faktor utama yang

penting dalam menentukan kecepatan induksi dan pemulihannya.Induksi dan pemulihan

berlangsung cepat pada zat yang tidak larut dan lambat pada zat yang larut.

Kadar alveolus minimal (KAM) atau MAC (minimum alveolar concentration) ialah

kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan untuk

mencegah gerakan pada 50% pasien yang dilakukan insisi standar. Pada umumnya

immobilisasi tercapai pada 95% pasien, jika kadarnya dinaikkan di atas 30% nilai KAM.

Dalam keadaan seimbang, tekanan parsiel zat anestetik dalam alveoli sama dengan tekanan

zat dalam darah dan otak tempat kerja obat.

Konsentrasi uap anestetik dalam alveoli selama induksi ditentukan oleh:

1. Konsentrasi inspirasi.

Teoritis kalau saturasi uap anestetik di dalam jaringan sudah penuh, maka ambilan

paru berhenti dan konsentrasi uap inspirasi sama dengan alveoli. Hal ini dalam

praktek tak pernah terjadi.Induksi makin cepat kalau konsentrasi makin tinggi,

asalkan tak terjadi depresi napas atau kejang laring.Induksi makin cepat jika disertai

oleh N2O (efek gas kedua).

2. Ventilasi alveolar.

Ventilasi alveolar meningkat, konsentrasi alveolar makin tinggi dan sebaliknya.

3. Koefisien darah/gas.

Makin tinggi angkanya, makin cepat larut dalam darah, makin rendah konsentrasi

dalam alveoli dan sebaliknya.

4. Curah jantung atau aliran darah paru.

Makin tinggi curah jantung, makin cepat uap diambil darah.

5. Hubungan ventilasi-perfusi.

Gangguan hubungan ini memperlambat ambilan gas anestetik.

Page 17: anestesi inhalasi

Jumlah uap dalam mesin anestesi bukan merupakan gambaran yang sebenarnya, karena

sebagian uap tersebut hilang dalam tabung sirkuit anestesi atau ke atmosfir sekitar

sebelum mencapai pernapasan.

Cara Pemberian Anestesi Inhalasi

Open drop method

Cara ini dipakai untuk anestetik yang menguap, peralatan yang digunakan

sederhana dan tidak mahal. Zat anestetik diteteskan pada kapas dan diletakkan di

depan hidung penderita sehingga kadar zat anestetik yang dihisap tidak diketahui.

Pemakaiannya boros karena zat anestetik menguap ke udara terbuka.

Semi open drop method

Cara ini hampir sama dengan open drop method, hanya untuk mengurangi

terbuangnya zat anestetik digunakan masker, karbondioksida yang dikeluarkan

sering terhisap kembali sehingga menyebabkan hipoksia. Untuk menghindari hal

ini dialirkan oksigen melalui pipa yang ditempatkan dibawah masker.

Semi closed method

Udara yang dihisap diberikan bersama dengan oksigen murni yang dapat

ditentukan kadarnya, kemudian dilewatkan pada vaporizer sehingga zat anestetik

dapat ditentukan. Sesudah dihisap penderita, udara napas yang dikeluarkan akan

dibuang ke udara. Keuntungan cara pemberian ini adalah dalam anestesi dapat

diatur dengan memberikan kadar tertentu dari zat anestetik, dan hipoksia dapat

dihindari dengan pemberian O2.

Closed method

Cara ini hampir sama dengan semi closed method, hanya udara ekspirasi dialirkan

melalui NaOH yang dapat mengikat CO2, sehingga udara yang mengandung zat

anestetik dapat digunakan lagi. Cara ini lebih hemat, aman, dan lebih mudah,

tetapi harga alatnya cukup mahal.

Page 18: anestesi inhalasi

OBAT ANESTESI INHALASI1, 4, 5

a. Dinitrogen Oksida ( N2O )

N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak iritatif, tidak

berasa, beratnya 1,5 kali dari udara, tidak mudah terbakar/meledak, dan tidak

bereaksi dengan soda limeabsorber (pengikat CO2). Gas ini bersifat anestetik

lemah tetapi analgesinya kuat. Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai

dalam kombinasi N2O : O2 yaitu 60% ; 40%, 70% ; 30, dan 50% : 50%. Dosis

untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan 20% :

80%, untuk induksi 80% : 20% dan pemeliharaan 70% ; 30%. N2O sangat

berbahaya bila digunakan pada pasien pneumotorak, pneumomediastinum,

obstruksi, emboli udara, dan timpanoplasti. Pada akhir anestesi setelah N2O

dihentikan, maka N2O akan cep;at keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi

pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindarinya kita

harus memberikan O2 100% selama 5-10 menit.

b. Halotan.

Merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mudah menguap,

tidak mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime, dan mudah

diuraikan cahaya.Halotan berkekuatan anestetik 4 – 5 kali eter atau 2 kali

kloroform.Keuntungan penggunaannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak

mengiritasi jalan napas, bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap

syok, jarang menyebabkan mual muntah. Kerugiannya adalah sangat poten,

relatif mudah terjadi overdosis, harus dikombinasi dengan obat analgesi dan

relaksani, menimbulkan hipotensi, aritmia, meningkatkan TIK, menggigil

pasca anestesi, dan sirkulasi yang menyebabkan kematian. Dosis induksi 2 –

4% dan pemeliharaan 0,5 – 2%.

c. Etil Klorida.

Merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah menguap, dan mudah

terbakar . Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun cepat

hilang,.mudah menguap, dan mudah terbakar.

Page 19: anestesi inhalasi

d. Eter (dietil eter).

Merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas, mengiritasi

saluran napas, mudah terbakar/meledak. Tidak bereaksi dengan sida lime

absorber dan dapat terurai oleh udara serta cahaya. Eter dapat digunakan

dengan berbagai metode anestesi.Dosis induksi 10 – 20% volume uap eter

dalam oksigen atau campuran oksigen dan N2O.Dosis pemeliharaan stadium

III 5 15%volume uap eter.

e. Isoflurane (forane).

20oC dan mendidih pada 56,5oC.Dalam hal ini sevofluran serupa dengan

anestetik volatil lainnya dan diberikan melalui vaporisator standar.Sevofluran

kurang bersifat iritan terhadap saluran pernapasan bagian atas dibanding

desfluran, pada induksi menyebabkan lebih sedikit batuk dan laringospasme.

Setelah 30 menit, rasio konsentrasi alveolar terhadap konsentrasi yang

diinspirasi adalah 0,85, dibandingkan dengan 0,99 untuk oksida nitrosa dan

0,73 untuk isofluran. Kelarutan sevofluran jaringan yang rendah (koefisien

partisi lemak/darah,53,4) menimbulkan eliminasi dan keadaan terjaga yang

cepat. Depresi ventilasi mencerminkan efek depresi langsung terhadap pusat

ventilasi meduler dan kemungkinan efek perifer terhadap fungsi otot

interkosta.Relaksasi otot polos bronkus dapat ditimbulkan melalui efek

langsung atau tidak langsung melalui penurunan lalu lintas saraf aferen atau

depresi medularis sentral dari refleks bronkokonstriksi.

Kontraindikasi : Isofluran (floran, aeran) merupakan halogenasi eter yang pada

dosis anestetik atau subanestetik menurunkan laju metabolisme otak terhadap

oksigen, tetapi meninggikan aliran darah otak dan tekanan

intrakranial.Peninggian aliran darah otak dan tekanan intrakranial ini dapat

dikurangi dengan teknik anestesia hiperventilasi, sehingga isofluran banyak

digunakan untuk bedah otak.

Keuntungan penggunaannya adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang

oleh adrenalin serta induksi dan masa pulih cepat.Isofluran dangan konsentrasi

> 1 % terhadap uterus hamil menyebabkan relaksasi kurang responsif jika

diantisipasi dengan oksitosin, sehingga dapat menyebabkan pendarahan pasca

Page 20: anestesi inhalasi

persalinan.Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis biasa jika

menggunakan isofluran.Dikontraindikasikan pada hipovolemik berat.

Dosis induksi 3 – 3,5% dalam O2 atau kombinasi N2O : O2 .

Dosis rumatan 0,5 – 3%.

f. Sevofluran.

Sevoflurane (ultane) merupakan halogenasi eter.Induksi dan pulih dari

anestesi lebih cepat dibandingkan dengan isofluran.Baunya tidak menyengat

dan tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari untuk induksi anestesi

inhalasi disamping halotan.Mempunyai tekanan uap sekitar 162 mmHg pada

1. Pasien dengan lesi katup aorta atau mitral stenotik mentolerir dengan

buruk perubahan tekanan darah dan tahanan vaskular sistemik.

2. Konsentrasi alveolar minimum (MAC) tertinggi pada 6 bulan pertama

kehidupan dan sedikit lebih rendah pada neonatus.

3. Sevofluran melintasi sawar plasenta, dan derajat depresi janin dan

neonatus (hipotensi, hipoksia, asidosis) berbanding langsung dengan

dalam dan lamanya anestesia ibu.

4. Penggunaannya merupakan kontraindikasi pada pasien dengan gangguan

kejang dan kerentanan genetic yang dicurigai terhadap hipertermia

maligna.

Efek Samping Utama

Kardiovaskuler: hipotensi, aritmia

Pulmoner: depresi pernafasan, apne

SSP: pusing, euforia, peningkatan aliran darah otak dan tekanan intracranial

GI/Hati: mual, muntah, ileus

GU: gangguan fungsi ginjal

Metabolik: hipertermia maligna

g. Enfluran (2 kloro-1,1,2-trifluoroethyl ether).

Merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah menguap,

tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan sodalime.Penggunaan enfluran

Page 21: anestesi inhalasi

relative jarang karena efeknya terhadap ginjal dan hati.Efek depresi napas

lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih iritatif disbanding

halotan.Depresi terhadap sirkulasi lebih kuat dibanding halotan, tetapi lebih

jarang menimbulkan aritma.Efek relaksasi terhadap otot lurik lebih baik

dibanding halotan. Dosis induksi 2 – 4,5% dikombinasi dengan O2 atau

campuran N2O : O2 . Dosis rumatan 0,5 – 3%.

h. Desfluran

Desfluran (suprane) merupakan halogensi eter dengan rumus bangun dan efek

klinisnya mirip isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan

anestetik volatil lain, sehingga perlu menggunakan vaporizer khusus (TEC-6).

Titik didihnya mendekati suhu ruangan (23,5’C). Potensinya rendah (MAC 6,0

%). Ia bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi. Efek

depresi napasnya seperti isofluran dan etran.Desfluran merangsang jalan napas

atas, sehingga tidak digunakan untuk induksi anestesia.

Page 22: anestesi inhalasi

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus ini, pasien dengan Pasien, seorang perempuan usia 35 tahun dengan

diagnosis soft tissue pada metacarpal sinistra yang akan dilakukan tindakan eksisi dengan

rencana anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang didapat,

pasien ini dapat digolongkan dalam ASA II karena pasien memiliki riwayat hipertensi

terkontrol sejak 3 tahun yang lalu.

Sebelum tindakan operasi, dilakukan persiapan pra anestesi 1-2 hari sebelum operasi

dilaksanakan. Tujuan dilakukannya persiapan pra anestesi adalah :

1. Untuk mempersiapkan mental dan fisis pasien secara optimal

2. Merencanakan dan memilih tehnik dan obat-obat anestetik yang sesuai

3. Menentukan klasifikasi yang sesuai (berdasarkan klasifikasi ASA)

Rencana anestesi pada pasien ini adalah anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka.

Analgesia inhalasi ialah anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestetika yang mudah

menguap (volatile agent) sebagai zat anestetika melalui udara pernapasan. Alasan pemilihan

tehnik anestesi berdasarkan indikasi sebagai berikut:

- Durasioperasinya relative singkat dan faktor resikonya lebih rendah

- Pada pemeriksaan fisik dan penunjang diketahui bahwa keadaan umum pasien cukup

baik (ASA II)

- Lambung dalam keadaan kosong karena pasien dipuasakan sejak pukul 05.00 WIB

- Daerah yang akan dioperasi bukan pada daerah muka dan kepala

Tehnik anestesi umum inhalasi napas spontan dengan sungkup muka

1. Pasien dibaringkan di atas meja operasi, kemudian dipasang monitor EKG dan manset

sfigmomanometer. Lalu kita lakukan pemeriksaan tanda vital dan pemasangan infuse RL.

Pemilihan infus RL ini dikarenakan agar pasien tidak kekurangan glukosa sehabis puasa.

2. Kemudian premedikasi diberikan fortanes 2mg sebagai obat penenang. Masukkan obat

analgetik Pethidin 60 mg yang berguna untuk menghilangkan rasa nyeri dan sakit pada

saat pembedahan dan nyeri pasca pembedahan.

Page 23: anestesi inhalasi

3. Kemudian induksi secara inhalasi dikerjakan dengan pemberian sevoflurane dengan

konsentrasi mula – mula 5vol %. Setelah pasien tertidur serta reflek bulu mata hilang,

sungkup muka ditempatkan pada muka, dagu ditahan atau sedikit ditarik ke belakang

( posisi kepala ekstensi ), angulus mandibula ditarik ke atas agar jalan nafas bebas tidak

bocor. Jari kelingking diramus mandibula, jari telunjuk merapatkan sungkup muka

dengan dagu, sedangkan jempol merapatkan sungkup ke bagian hidung. Sehingga jari I

danII membentuk huruf C. dan jari ke III-V membentuk huruf E.

Sementara tangan kiri operator memegang sungkup muka, tangan kanan sekali – sekali

memompa balon pernafasan untuk membantu pernafasan pasien ( menekan balon sedikit

pada saat pasien inspirasi sesuai dengan tidal volume pasien).

4. Kedalaman anestesi dinilai dari tanda-tanda mata (bola mata menetap), nadi tidak cepat

dan terhadap rangsang operasi tidak banyak berubah. Jika stadium anestesi sudah cukup

dalam, rahang sudah lemas, masukkan pipa orofaring (guedel) kedalam mulut untuk

menjaga lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menyebabkan obstruksi jalan

nafas. Mata pasien di plester agar mata pasien tidak terbuka dan kornea tidak menjadi

kering. Sungkup di pasangkan kembali dan di pegang sampai anestesi selesai.

5. Lalu masukkan profol 120mg sebagai induksi.

6. Selama operasi tanda-tanda vital dan kembang kempis balon harus tetap dipantau untuk

menghindari hal-hal yang tidak diiinginkan selama anestesi

7. Selama operasi, maintenance sevoflurane 2,5 vol%. N2O: O2= 2:2

8. Saat menjelang berakhirnya operasi ( penjahitan kutis ) sevoflurane dikurangi menjadi

0,5 – 1 vol % dan dihentikan beberapa menit sebelum operasi selesai.

9. Setelah operasi selesai sevoflurane dihentikan, pasien diberikan O2 murni selama

beberapa menit untuk mencegah hipoksia difusi.

10. Pada saat pasien sudah berada di Recovery Room oksigenasi dengan O2 tetap diberikan,

kemudian dilakukan fungsi vital menurut Aldrette Score:

- Kesadaran : Compos mentis, dapat dibangunkan.

- Pernafasan : Spontan, pasien dapat nafas dalam

Page 24: anestesi inhalasi

- Tekanan Darah : 111/70mmHg

- Nadi : 70x/menit.

-Saturasi O2 : 99%.

Penilaian pulih sadar dengan Aldrete’s Score

Nilai 2 1 0

Kesadaran Sadar, orientasi

Baik

Dapat

dibangunkan

Tdk dapat

Dibangunkan

Warna Kulit

Merah muda,

tanpa oksigenasi,

Sa O2> 92%

Pucat/kehitaman,

perlu oksigenasi,

Sa O2> 90%

Sianosis, dengan

oksigenasi,

Saturasi O2

tetap < 90%

Aktivitas 4 ekstremitas

dapat digerakkan

Hanya 2

ekstremitas yang

dapat digerakkan

Tdk ada

ekstremitas yang

dapat digerakkan

Respirasi Dapat bernafas

dalam & batuk

Napas dangkal

dan sesak Apnoe / obstruksi

Tekanan

darah

Perubahan

tekanan

darah < 20%

Perubahan

tekanan

darah 20 – 30%

Perubahan

tekanan

darah > 50%

.

Page 25: anestesi inhalasi

Pada pasien ini :

- Kesadaran : 2

- Pernafasan : 2

- Tekanan darah : 2

- Aktivitas : 1

- Warna kulit : 2

- Jumlah nilai pulih sadar : 9

Kesimpulan : Pasien diperbolehkan pindah keruang perawatan.

Page 26: anestesi inhalasi

BAB V

KESIMPULAN

Pada kasus ini, pasien dengan Pasien, seorang perempuan usia 35 tahun

dengan diagnosis soft tissue pada metacarpal sinistra yang akan dilakukan tindakan

eksisi dengan rencana anestesi umum inhalasi dengan sungkup muka.

Durasinya operasinya relative singkat (kurang dari 1 jam) dan faktor resikonya

lebih rendah

Keadaan umum pasien baik (ASA II)

Lambung dalam keadaan kosong karena pasien dipuasakan sejak pukul 05.00

WIB

Daerah yang akan dioperasi bukan pada daerah muka dan kepala

Selama anestesi dan operasi barlangsungtidak didapati kendali/masalah. Dan

Setelah operasi berhasil pasien segera dipindahkan ke ruang pulih sadar. Dan berdasarkan

kriteria skala pulih sadar yang dinilai pada pasien ini, didapatkan penilaian pulih sadar

dengan nilai 9, yang bermakna pasien dapat dipindahkan ke dalam ruang perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: anestesi inhalasi

1. Mangku G, Senapathi TGA, dalam Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi,

Indeks, Jakarta, 2010.

2. Ronald D. Miller, Miller’s Anesthesia, Seventh edition.

3. Mansjoer A. Suprohaita, Wardhani WI. Et all (editor), Kapita Selekta Kedokteran,

Jilid 2, edisi 3, 2001 : Media Aesculapius – FK UI

4. Latief SA. Suryadi KA. Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi

kedua, 2002, Jakarta : Bagian Anestesiologi dan terapi intensif FK UI

5. Muhiman M. Thaib MR, Sunatrio S. et all (editor), Anestesiologi, 1989, Jakarta :

Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI