anemia

7
ANEMIA DALAM KEHAMILAN Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagi berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan apabila darah itu tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 sampai 36 minggu. (Wiknjosastro, 2005)

Upload: hoshi-miara

Post on 16-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kehamilan

TRANSCRIPT

ANEMIA DALAM KEHAMILAN

ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagi berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan apabila darah itu tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 sampai 36 minggu. (Wiknjosastro, 2005)

Seorang wanita hamil memiliki Hb kurang dari 10g/100ml barulah disebut menderita anemia dalam kehamilan. Karena itu, para wanita hamil dengan Hb antara 10 dan 12 g/100ml tidak dianggap menderita anemia patologik, akan tetapi anemia fisiologik atau pseudoanemia. (Wiknjosastro, 2005)

Etiologi

Menurut Mochtar, 1998. Penyebab anemia pada umumnya adalah :

1. Kurang gizi (malnitrisi)

2. Kurang zat besi dalam diet

3. Malabsorbsi

4. Kehilangan darah yang banyak : persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain.

5. Penyakit-penyakit kronik : TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain.

Masalah

Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800 mg besi, diantaranya 300 mg untuk janin, plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi / hari.

Anemia Defisiensi Besi

Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan resorbsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada perdarahan.

Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar. (Wiknjosastro, 2005)

Gejala dan Tanda

Keluhan lemah, pucat, mudah pingsan sementara tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi, pucat.

Pengaruh anemia dalam kehamilan

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Pelbagai penyulit dapat timbul akibat anemia, seperti :

Abortus

Partus prematurus

Partus lama karena inertia uteri

Perdarahan postpartum karena atonia uteri

Syok

Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum

Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100ml dapat menyebabkan dekompansasi kordis.

Pengaruh anemia bagi hasil konsepsi, seperti :

Kematian mudigah

Kematian perinatal

Prematuritas

Dapat terjadi cacat bawaan

Cadangan besi kurang

Jadi, anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbiditas serta mortalitas ibu dan anak. (Wiknjosastro, 2005)

Penanganan

Terapi anemia defisiensi besi ialah dengan preparat besi oral atau parenteral. Biasanya dapat diberikan garam besi sebanyak 600-1000 mg/hari. Terapi oral ialah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisitrat.

Pemberian preparat 60 mg / hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% / bulan. Efek samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Na-fero bisitrat dibandungkan dengan fero sulfat.

Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan obat besi per-os, ada gangguan penyerapan, penyakit saluran cerna, atau apabila kehamilannya sudah tua.

Kini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 g asam folat untuk profilaksis anemia.

Prognosis

Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan infeksi.

Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak menunjukan Hb yang rendah, namun cadangn besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infantum. (Wiknjosastro, 2005)