anemia

13

Click here to load reader

Upload: adityapermana77

Post on 18-Nov-2015

53 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Anemia

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANAnemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal.Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memnuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atu hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit.Harus diingat bahwa terdapat keadaan-keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa ertitrosit, seperti pada dehidrasi , perdarahan akut dan kehamilan. Permasalahan yang timbul adalah berapa kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit paling rendah yang dianggap anemia. Kadar hemoglobin dan eritrosit sangat bervariasi tergantung pada usia,jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal seta keadaan fisiologis tertentu seperti misalnya kehamilan.(Aru. W.Sudoyo, 2009)Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM,kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematokrit) perl 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan konfirmasi laboratorium. (Sylvia A.Price, 2005).Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang. Kelainan ini merupakan penyebab debilitas kronik (chronic debility) yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi serta kesehatan fisik. Oleh karena frekuensinya yang demikian sering, anemia terutama anemia ringan seringkali tidak mendapat perhatian dan dilewati oleh para dokter di praktek klinik.

BAB IIPEMBAHASAN2.1. Pengertian Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin (Hb) di bawah nilai normal sesuai usia dan jenis kelamin. Diagnosis anemia ditegakkan berdasarkan temuan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan gejala klinis yang sering tidak khas. Berdasarkan derajat dari anemia maka WHO dan National Cancer Institute (NCI) mengklasifikasikan anemia menjadi 4 kelompok.Tabel 1 : pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI

Sumber : WHO 2006

Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun. Secara fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia.

Tabel 2 : batasan kadar hemoglobin berdasarkan usia

2.2. Patogenesis Anemia Sel darah merah (SDM) atau eritrosit adalah cakram bikonkaf tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8m, tebal bagian tepi 2 m dan ketebalannya berkurang di bagian tengah menjadi hanya 1 mm atau kurang. Karena lunak dan lentur maka selama melewati mikrosirkulasi sel sel ini mengalami perubahan konfigurasi. Stroma bagian luar membran sel mengandung antigen golongan darah A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang.Komponen utama SDM adalah hemoglobin protein (Hb), yang mengangkut sebagian besar oksigen dan sebagian kecil fraksi karbon dioksida dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraselular. Molekul-molekul Hb terdiri atas 2 pasang rantia polipeptida (globin) dan 4 kelompok heme, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sesuai.Rata- rata orang dewasa memiliki jumlah SDM kira-kira 5 juta per milimeter kubik,masing-masing SDM memilki siklus hidup sekitar 120 hari. Keseimbangan tetap dipertahankan antara kehilangan dan penggantian normal sel darah sehari-hari. Produksi SDM dirangsang oleh hormon glikoprotein,eritropoietin, yang diketahui terutama bersal dari ginjal, dengan 10% berasal dari hepatosit hati. Produksi eritropoietin dirangsang oleh hipoksia jaringan ginjal yang disebabkan oleh perubahan perubahan tekanan 02 atmosfer, penurunan kandungan 02 darah arteri, dan penurunan konsentrasi hemoglobin. Eritropoietin merangsang sel-sel induk untuk memulai proliferasi dan maturasi sel-sel darah merah. Maturasi bergantung pada jumlah zat-zat makanan yang adekuat dan penggunaannya yang sesuai, seperti vitamin B12, asam folat,protein, zat besi dan tembaga.Dalam keadaan adanya penyakit ginjal atau tidak adanya ginjal, anemia menjadi sangat berat karena hati tidak dapat memasok cukup eritropoetin. (Guyton, 2001)Seiring dengan SDM yang semakin tua, sel tersebut menjadi kaku dan fragil, akhirnya pecah. Hemoglobin terutama difagosit di dalam limpa,hati, dan sumsum tulang serta direduksi menjadi globin dan heme. Globin masuk kembali ke dalam kumpulan asam amino. Besi dibebaskan dari heme, dan bagian yang lebih besar diangkut oleh protein plasma transferin ke sumsum tulang untuk produksi SDM. Sisa besi disimpan di hati dan jaringan tubuh lain dalam bentuk feritin dan hemosiderin untuk digunakan di kemudian hari. Sisa bagian heme direduksi menjadi karbon monoksida (CO) dan bliverdin. CO diangkut dalam bentuk karboksihemoglobin, dikeluarkan melalui paru. Biliverdin direduksi menjadi bilirubin bebas yang kemudian perlahan lahan dilepas ke dalam plasma, tempat bilirubin bergabung dengan albumin plasma kemudian ke dalam sel-sel hati untuk diekskresi ke dalam kanalikuli empedu (Ganong, 1999) Perubahan massa SDM menimbulkan dua keadaan yang berbeda. Jika jumlah SDM kurang, maka timbul anemia. Sebaliknya, keadaan yang jumlah SDMnya terlalu banyak disebut polisitemia.

2.3. Tanda Dan Gejala Klinis Anemia Tanda-tanda Anemia:1. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L) 2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucatGejala- gejala klinis dari anemia Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:A. Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.B. Sistem Saraf: akibat anoksia pada organ ini dapat timbul sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.C. Gejala dari sistem saluran pencernaan makanan akibat anoksia dapat timbul tidak suka makan, muntah-muntah, flatulensi, perasaan tidak enak pada perut bagian atas, obstipasi dan diare. D. Sistem Urogenital: akibat anoksia dapat timbul gangguan haid dan kadang-kadang hipermenorrhoe dan libido menurun.E. Epitel: akibat anoksia nampak warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus. 2.4. Klasifikasi Anemia berdasarkan patofisiologinya : 1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumusm tulangGangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino, serta gangguan pada sumsum tulang.2. Perdarahan Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi.3. HemolisisHemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis anemia:1. Anemia normositik normokrom. Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 101 fl, MCH 23 31 pg , MCHC 26 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.

2. Anemia makrositik hiperkrom Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia)3. Anemia mikrositik hipokrom Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %).Penyebab anemia mikrositik hipokrom:1. Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.2. Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.3. Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.

Gambar : morfologi sel darah merah pada anemia.

2.5. Diagnosis anemia 1. Anamnesa keluhan anemia dan penyebabnya terutama perdarahan2. Pemeriksaan fisik yang penting meliputi anemia, perdarahan, ikterus, pembesaran hati, limpa, kelencer getah bening dan kelainan fisik dari penyakit dasarnya.3. Pemeriksaan laboratorium yang meloputi pemeriksaan darah lengkap (Hb, HCT, RBC,WBC,PLT), indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC). Hapusan darah tepi dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan penyebab dari anemia. Pengobatan anemia 1. Cari penyebabnya berikan pengobatan yang memadai.2. Bila anemia timbul sekunder akibat penyakit lain, dengan pengobatan penyakit dasarnya anemia akan membaik. Pada anemia jenis ini umumnya tidak diperlukan obat-obat antianemia kecuali bila progresif dan timbul keluhan3. Transfusi darah hanya diberikan pada :a. Perdarahan akut yang disertai dengan perubahan hemodinamikb. Pada anemia yang kronis, progresif dan terdapat keluhaan (Packed Red Cell) 4. Bila terdapat kegagalan faal jantung penderita harus istirahat total dan diberikan diuretik.

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanAnemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematokrit) perl 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan konfirmasi laboratorium.Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena: 1) Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang; 2) Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan): 3) Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya(hemolisis).Terdapat bermacam-macam cara pendekatan diagnosis anemia antara lain adalah pendekatan tradisional,morfologik, fungsional dan probabilistik serta pendekatan klinis.Pemeriksaan untuk diagnosis anemia meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan penyaring, pemeriksaan darah seri anemia, pemeriksaan sumsum tulang dan pemeriksaan khusus.Klasifikasi untuk anemia dapat dibuat berdasarkan gambaran morfologik dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi. Dalam klasifikasi ini anemia dibagi menjadi tiga golongan : Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV