analisis jurnal tifah
DESCRIPTION
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnTRANSCRIPT
ANALISIS JURNAL METODOLOGI RISET PENELITIAN
KEPERAWATAN
COMMUNITY PSYCHIATRIC NURSING: A SURVEY OF PATIENTS
AND PROBLEM
OLEH
OLEH :
NOOR LATIFAH
I1B111019
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2013/2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peneliti menemukan bahwa kelainan kejiwaan merupakan hal yang
dikonsultasikan tertinggi kedua dalam praktek umum setelah penyakit
pernapasan. Dalam studi ini memanfaatkan Klasifikasi Penyakit
Internasional ( ICD ), tapi pasien sering menunjukkan kondisi yang kurang
baik seperti gangguan suasana hati atau masalah perilaku ringan sehingga
tidak sesuai dengan indeks ini . Selain itu, banyak pasien psikiatrik
berpotensi untuk meminta bayaran dan menuntut berbagai hal yang
berkepanjangan atas waktu yang diberikan kepada praktisi jika investigasi
dilakukan sebelum pengobatan . Hal ini bertentangan dengan latar
belakang yang telah dikembangkan oleh pelayanan keperawatan kejiwaan
masyarakat di West Lothian.
Banyak uraian tentang peran, perkembangan dan aspirasi
profesional dari perawat kejiwaan masyarakat telah dipublikaskan. Sedikit
informasi yang tersedia, namun dapat mengukur aktivitas keperawatan
jiwa masyarakat dan memberikan kesan keseluruhan terhadap efektivitas
mempekerjakan perawat.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari tulisan ini adalah sebagai survei aktivitas pelayanan
keperawatan jiwa masyarakat.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, karena desain ini
cocok untuk tujuan penelitian. Peneliti menggunakan prinsip-prinsip
metode orientasi masalah dengan checklist standar.
2
D. Hasil Penelitian
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi
variabel penelitian. Produk koefisien korelasi Pearson Momen dihitung
untuk menilai hubungan antara variabel penelitian.
Sebanyak 556 rujukan dibuat untuk pelayanan keperawatan jiwa
masyarakat selama periode laporan. (Tabel 1) Sebagian besar 82 % (441
pasien) merupakan rujukan langsung dari dokter umum. (Tabel 2)
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien dirujuk ke tiga praktisi di
Livingston New Town dan berisi banyak rujukan ke pelayanan kejiwaan
yang pertama. (Tabel 3) Wanita yang menikah merupakan kelompok
terbesar yang dirujuk, dan perempuan dirujuk dua kali lebih banyak
dibandingkan dengan laki-laki. (Tabel 4) Rujukan pada wanita biasanya
dua kali lebih sering dibandingkan laki-laki dan empat kali lebih sering
pada usia 25 sampai 34 tahun. Lebih dari setengah ( 53 % ) dari semua
pasien berusia antara 25 dan 44 tahun .
(tabel 5) Karena banyak kesulitan pasien yang juga bervariasi,
sebanyak 804 masalah dikonsultasikan oleh semua pasien yang dirujuk.
Semua kelompok masalah menunjukkan; 38 persen dari masalah yang
terkait dengan suasana hati / emosi dan ini merupakan yang paling banyak
dirujukkan kepada perawat psikiatri, diikuti oleh masalah perilaku (23 %)
dan masalah sosial (19 %). Analisis data menunjukkan bahwa 56 % dari
masalah perilaku dikaitkan dengan penyalahgunaan alkohol dan 4 % dari
masalah pemikiran berkaitan dengan skizofrenia.
Penindakan lebih lanjut dari 556 rujukan adalah sebagai berikut :
451 pasien ( 81 % ) dipulangkan kembali ke perawatan dari dokter umum
mereka, 72 pasien ( 13 % ) memerlukan pemeriksaan kejiwaan dan
pengobatan lebih lanjut; 44 pasien dirawat di rumah sakit , dan sisanya 33
pasien pindah ke luar kota atau meninggal dunia. 44 pasien yang dirujuk
ke rumah sakit menerima pengobatan skizofrenia , penyakit depresi dan
alkoholisme.
3
Masalah mood / emosi, jenis masalah yang paling sering
dikeluhkan, lima kali lebih banyak pada wanita yang dirujuk untuk
pertama kalinya, 62 % dari pasien dalam kelompok melakukan konsultasi
dengan layanan keperawatan jiwa hanya dalam tiga bulan. Demikian pula,
62 % ( 507/804 ) dari jumlah masalah yang dapat diselesaikan dalam
waktu tiga bulan, menunjukkan manfaat bagi pasien agar dapat
menghindari rujukan ke rumah sakit jiwa.
Pada pasien laki-laki yang diteliti, masalah yang paling sering
ditemui yaitu masalah mood / emosi dan penyalahgunaan alkohol.
Sebaliknya, pasien wanita memiliki lebih banyak masalah yang bersifat
sosial dan perilaku daripada pasien laki-laki, masalah kejiwaan juga
cenderung lebih sering terjadi pada wanita, tetapi hanya terjadi sedikit
masalah penyalahgunaan alkohol.
Tiga puluh tujuh dari masalah yang dikonsultasikan oleh pasien
sampel adalah disebabkan oleh kejiwaan. Delapan belas persen dari pasien
yang dirujuk ( 103 ) menganggur dan dalam hal ini masalah perilaku
proporsi - penyalahgunaan alkohol dan kesulitan dengan hubungan
interpersonal – adalah masalah yang paling sering dikonsultasikan. Selama
periode laporan tidak ada peningkatan rujukan dari para pengangguran
yang terlihat.
E. Pembahasan
Dokter umum merupakan yang paling sering merujukkan pasien ke
pelayanan keperawatan kejiwaan masyarakat. Setengah dari rujukan
tersebut membuat pasien-pasien berkonsultasi dengan pelayanan kejiwaan
untuk pertama kalinya. Konsultasi langsung ke pelayanan mungkin
membantu pasien untuk dapat mengatasi kecemasan yang biasanya sering
dirujukkan ke fasilitas yang berbasis rumah sakit yang bersifat tradisional.
Dari seluruh daerah, pasien yang paling sering dirujukkan adalah
perempuan yang tidak memiliki riwayat kejiwaan yang diketahui
4
sebelumnya. Wanita yang berusia antara 25-34 tahun berkonsultasi pada
perawat kejiwaan empat kali lebih banyak daripada laki-laki.
Memprediksi tingkat rujukan dengan mengacu pada jumlah
praktisi saja sudah terbukti tidak akurat, dengan 61 % dari semua rujukan
berasal dari tiga praktisi di Livingston. Perubahan personil dalam praktek
kejiwaan di Livingston membuat perbandingan jumlah rujukan kepada
personil secara individu menjadi tidak akurat.
Frekuensi pasien yang dirujuk oleh dokter umum menyiratkan
bahwa mereka menganggap bahwa perawat kejiwaan masyarakat memiliki
kemampuan yang tidak dimiliki oleh staf kesehatan lain atau secara
alternatif perawat kejiwaan mampu menilai dan mengobati pasien dengan
lebih baik. Berkenaan dengan yang terakhir, pelayanan keperawatan
kejiwaan masyarakat mampu menetapkan keadaan pasien secara langsung,
dan perawatan langsung di rumah pasien jika diperlukan. Sebuah fasilitas
yang memungkinkan pasien untuk mengatasi masalah mereka dalam
lingkungan rumah bisa menjadi sangat penting untuk kesuksesan
konseling.
Peneliti tidak mengatakan bahwa perawat kejiwaan masyarakat
memiliki kemampuan yang lebih bagus dari kelompok konselor atau
profesional lain. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
konseling dengan perawat kejiwaan dapat mengurangi jumlah masalah
yang dialami oleh pasien, biasanya dalam waktu yang relatif singkat.
Telah diakui bahwa remisi spontan dan perubahan yang bermanfaat
lainnya pada diri pasien dapat menjelaskan penyelesaian masalah yang
cepat dari proporsi pasien. Namun, data memberikan dukungan sementara
dengan temuan Marks dan rekan-rekannya, yang dalam mengadvokasi
konsep perawat kejiwaan sebagai terapis, mencatat bahwa 'pengobatan
pada fase akut dapat menghentikan perkembangan gejala kronis lebih
parah yang dapat merusak keluarga dan merusak keadaan kejiwaan’.
Temuan bahwa relatif sedikit pasien dalam sampel ini memerlukan
pemeriksaan kejiwaan lebih lanjut sesuai dengan Sainsbury, yang
5
menyatakan bahwa psikiater hanya melihat satu dari 20 pasien yang
divonis oleh dokter umum mengalami kelainan jiwa.
E. Kesimpulan dan Saran
Penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan keperawatan
kejiwaan masyarakat yang efektif berurusan dengan berbagai masalah
kejiwaan dan memberikan intervensi dan pengobatan yang cepat, sering
kali dalam waktu yang singkat. Dengan demikian mengingat praktisi
kejiwaan yang langka dalam Pelayanan Kesehatan Nasional, adalah
mungkin bahwa pelayanan keperawatan kejiwaan masyarakat terpadu
dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam penanganan masalah
kejiwaan dari pasien dalam pengaturan keperawatan primer .
6