analisis jurnal ku
DESCRIPTION
ANTRANSCRIPT
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN KARAKTERISTIK
INDIVIDU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS
DI JAKARTA, 2003-2005
A. ABSTRAK
1. Kelebihan : dalam jurnal ini sudah dipaparkan secara jelas tentang penyakit
leptospirosis (penyakit kencing tikus), di DKI Jakarta, selain itu juga di
jelaskan tujuan, rancagan metode penelitian, hasil, dan kesimpulan.
B. PENELITI
Penelitian ini dilakukan oleh Mari Okatini, Rachmadhi Purwana, I Made Djaja
C. PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan
dan karakteristik individu terhadap kejadian leptosfirosis di Jakarta 2003 –
2005. Penularan leptospirosis pada manusia ditularkan oleh hewan yang
terinfeksi kuman leptospira yang biasanya masukmelalui conjunctiva atau
kulit yang terluka. Pada kulit yang utuh infeksi dapat pula terjadi apabila
seseorang kontak dengan air, tanah, dan tanaman yang terkontaminasi urin
tikus atau hewan lain yang sakit leptospirosis dalam waktu yang lama
Dalam penelitian sudah ditampilkan tujuan umum dan tujuan khusus
dan tinjauan pustaka walaupun sekilas.
Pada pendahuluan belum ditampilkan rumusan masalah dan kerangka
konsep dan belum dicantumkan data skizofrenia dari dunia sehingga masalah
kurang meruncing. Dalam penelitian ini juga peneliti tidak mencantumkan
penelitian lain yang pernah meneliti tentang leptospirosis. Penelitian lain yang
meneliti tentang leptospirosis perlu dicantumkan guna mengetahui keaslian
penelitian yang akan dilakukan.
D. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian sudah dicantumkan metodologi penelitian dengan deskriptif
secara cross sectional. rancangan Kasus Kontrol. Populasi dan sampel sudah
dicantumkan serta criteria Analisis bivariat dengan uji Chi-square serta untuk
menguji hubungan antara faktor lingkungan dan karakteristik individu
terhadap kejadian leptospirosis dilakukan analisis multivariat dengan Regresi
Logistik Ganda.
E. HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian sudah dicantumkan hasil analisis yang meliputi :
deskripsi factor Tingkat Pengetahuan dengan kejadian leptospirosis, deskripsi
Pendidikan dengan kejadian leptospirosispenataan rumah, deskripsi factor
kondisi air limbah, dan deskripsi social ekonomi
Dari hasil penelitian didapatkan hubungan hubungan faktor lingkungan dan
karakteristik individu terhadap kejadian penyakit leptospirosis
F. PEMBAHASAN
Dari hasil analisis diketahui bahwa perilaku yang buruk tidak
berhubungan dengan kejadian leptospirosis, namun jika dilihat dari resiko
yang ditimbulkan terlihat bahwa perilaku yang buruk mempunyai peluang
1,36 kali terkena leptospirosis dibandikan dengan perilaku yang baik. Hal ini
sesuai dengan teori Dharmojono (2001), bahwa untuk menghindari
kontaminasi leptospira pada tubuh manusia diwajibkan untuk mengenakan
masker, sarung tangan, pakaian kerja dan sepatu boot 6.
Berdasarkan analisis membuktikan bahwa pendidikan setelah dikontrol
dengan variabel lain sangatlah bermakna terhadap kejadian leptospirosis.
Pendidikan responden yang rendah mempunyai resiko yang lebih tinggi
terhadap kejadian leptopirosis dibandingan dengan pengetahuan tinggi.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gindo MS (2002), bahwa dalam
kasus antrax dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
semakin rendah terjadinya penularan penyakit antrax 9.
Berdasarkan hasil analisis multivariabel regresi logistik diketahui
bahwa faktor dominan terhadap kejadian leptospirosis adalah pendidikan,
pengetahuan, sarana air bersih, keadaan dan penataan rumah yang melum
memadai. Dari hasil perhitungan logit ternyata diperoleh komponen dan
penataan rumah mempunyai probabiliti kejadian penyakit leptospirosis lebih
tinggi dibandingkan variabel lain.
Dari hasil analisis diketahui bahwa perilaku yang buruk tidak
berhubungan dengan kejadian leptospirosis, namun jika dilihat dari resiko
yang ditimbulkan terlihat bahwa perilaku yang buruk mempunyai peluang
1,36 kali terkena leptospirosis dibandikan dengan perilaku yang baik. Hal ini
sesuai dengan teori Dharmojono (2001), bahwa untuk menghindari
kontaminasi leptospira pada tubuh manusia diwajibkan untuk mengenakan
masker, sarung tangan, pakaian kerja dan sepatu boot 6.
Berdasarkan analisis membuktikan bahwa pendidikan setelah dikontrol
dengan variabel lain sangatlah bermakna terhadap kejadian leptospirosis.
Pendidikan responden yang rendah mempunyai resiko yang lebih tinggi
terhadap kejadian leptopirosis dibandingan dengan pengetahuan tinggi.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gindo MS (2002), bahwa dalam
kasus antrax dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
semakin rendah terjadinya penularan penyakit antrax 9.
Berdasarkan hasil analisis multivariabel regresi logistik diketahui
bahwa faktor dominan terhadap kejadian leptospirosis adalah pendidikan,
pengetahuan, sarana air bersih, keadaan dan penataan rumah yang melum
memadai. Dari hasil perhitungan logit ternyata diperoleh komponen dan
penataan rumah mempunyai probabiliti kejadian penyakit leptospirosis lebih
tinggi dibandingkan variabel lain.
G. KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam kesimpulan menjawab tujuan, dimana dalam kesimpulan sudah
dijelaskan mengenai hasil karakteristik responden berdasarkan pendidikan,
pengetahuan masyarakat, sarana air bersih, komponen dan penataan rumah
Tetapi belum dicantumkan saran dan dalam jurnal tidak dijelaskan mengenai
manfaat penelitian. Dalam jurnal juga belum terdapat beberapa saran yang
dijelaskan oleh peneliti: yaitu bagi responden, bagi masyarakat, bagi institusi
pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan. Baiknya ditambahkan saran
untuk peneliti sendiri, dan pada implikasi keperawatan.