jurnal ku (1)

13
1 Dosen, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA 2 Mahasiswa, Universitas Hasanuddin, [email protected], INDONESIA Stabilitas Aspal Poros Menggunakan Pecahan Limbah Beton Pengganti Batu Pecah Dengan Bahan Pengikat Liquid Asbuton M. W. Tjaronge 1, A. B. Muhiddin 1 , M. I. Muin 2 Abstrak: Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, maka peranan sebuah jalan sangat penting sebagai prasarana perhubungan darat untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa, serta sebagai faktor penunjang laju pertumbuhan ekonomi. Agar transportasi berjalan lancar, diperlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kondisi fisik dari jalan seperti tingkat kekesatan aspal, genangan-genangan air di permukaan jalan, tingkat kebisingan jalan adalah hal penting dari segi keamanan dan kenyamanan pengguna jalan. Persentase angka tertinggi terjadinya kecelakaan lalu lintas jalan raya di Indonesia terjadi pada musim hujan. Oleh karena itu salah satu tipe perkerasan yang berfungsi untuk mengurangi dampak tersebut diatas, yaitu dengan dikembangkannya teknologi Aspal Porus. Masalah utama dalam pekerjaan beraspal di Indonesia adalah kebutuhan aspal nasional tidak dapat dipenuhi dari produksi aspal dalam negeri, sehingga setengah dari jumlah tersebut masih harus diimpor. Sementara ketersedian aspal minyak yang semakin terbatas dan harganya yang cenderung naik seiring dengan kenaikan harga pasar minyak mentah dunia. Oleh karena itu Aspal Buton merupakan material alam yang terdapat di Pulau Buton Provinsi Sulawesi Tengah belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena masih kalah bersaing dengan aspal minyak, hal ini disebabkan karena Asbuton masih perlu pemurnian terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan untuk campuran perkerasan. Suatu proses pemurnian Asbuton tanpa pencampuran aspal minyak telah berhasil membuat liquid Asbuton yang mengandung bitumen aspal sebesar 70% dan mineral sebesar 30% (Nur Ali, 2011). Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah kebutuhan dan ketersediaan volume material, yang sangat besar tetapi ketersediaan material tersebut di alam tentu sangat terbatas. Untuk itu, diperlukan inovasi yang mampu menghasilkan kualitas konstruksi jalan yang memenuhi standar namun dapat menggunakan material yang seminim mungkin. Penggunaan kembali pecahan limbah beton sebagai pengganti agregat kasar pantas diteliti karena memanfaatkan agregat yang tidak terpakai dan ramah lingkungan, juga diharapkan akan mampu memberikan hasil yang memuaskan. Metode yang di gunakan dalam pengujian sampel adalah metode Marshall Test Kata kunci: Liquid Asbuton, Limbah Beton, Aspal Poros, Marshall Test. PENDAHULUAN 1

Upload: muhammad-suhendra

Post on 20-Feb-2016

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Ku (1)

1Dosen, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA2Mahasiswa, Universitas Hasanuddin, [email protected], INDONESIA

Stabilitas Aspal Poros Menggunakan Pecahan Limbah Beton Pengganti Batu Pecah Dengan Bahan Pengikat Liquid Asbuton

M. W. Tjaronge 1, A. B. Muhiddin 1, M. I. Muin 2

Abstrak: Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, maka peranan sebuah jalan sangat penting sebagai prasarana perhubungan darat untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa, serta sebagai faktor penunjang laju pertumbuhan ekonomi. Agar transportasi berjalan lancar, diperlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kondisi fisik dari jalan seperti tingkat kekesatan aspal, genangan-genangan air di permukaan jalan, tingkat kebisingan jalan adalah hal penting dari segi keamanan dan kenyamanan pengguna jalan. Persentase angka tertinggi terjadinya kecelakaan lalu lintas jalan raya di Indonesia terjadi pada musim hujan. Oleh karena itu salah satu tipe perkerasan yang berfungsi untuk mengurangi dampak tersebut diatas, yaitu dengan dikembangkannya teknologi Aspal Porus. Masalah utama dalam pekerjaan beraspal di Indonesia adalah kebutuhan aspal nasional tidak dapat dipenuhi dari produksi aspal dalam negeri, sehingga setengah dari jumlah tersebut masih harus diimpor. Sementara ketersedian aspal minyak yang semakin terbatas dan harganya yang cenderung naik seiring dengan kenaikan harga pasar minyak mentah dunia. Oleh karena itu Aspal Buton merupakan material alam yang terdapat di Pulau Buton Provinsi Sulawesi Tengah belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena masih kalah bersaing dengan aspal minyak, hal ini disebabkan karena Asbuton masih perlu pemurnian terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan untuk campuran perkerasan. Suatu proses pemurnian Asbuton tanpa pencampuran aspal minyak telah berhasil membuat liquid Asbuton yang mengandung bitumen aspal sebesar 70% dan mineral sebesar 30% (Nur Ali, 2011). Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah kebutuhan dan ketersediaan volume material, yang sangat besar tetapi ketersediaan material tersebut di alam tentu sangat terbatas. Untuk itu, diperlukan inovasi yang mampu menghasilkan kualitas konstruksi jalan yang memenuhi standar namun dapat menggunakan material yang seminim mungkin. Penggunaan kembali pecahan limbah beton sebagai pengganti agregat kasar pantas diteliti karena memanfaatkan agregat yang tidak terpakai dan ramah lingkungan, juga diharapkan akan mampu memberikan hasil yang memuaskan. Metode yang di gunakan dalam pengujian sampel adalah metode Marshall Test

Kata kunci: Liquid Asbuton, Limbah Beton, Aspal Poros, Marshall Test.

PENDAHULUAN

Lapis permukaan perkerasan jalan merupakan lapis yang langsung bersentuhan dengan permukaan roda kendaraan. Distribusi beban roda yang diterima lapis permukaan jauh lebih besar dari lapis di bawahnya. Alasan inilah menyebabkan lapis permukaan dirancang dengan mutu bahan yang lebih baik dengan syarat teknis yang lebih tinggi. Bila konstruksi perkerasan aspal yang digunakan berorientasi pada kekuatan (stabilitas tinggi) dapat menggunakan gradasi rapat (dense-graded), untuk fleksibilitas dan durabilitas menggunakan gradasi senjang (gap-graded) sedangkan untuk tujuan permeability dapat

menggunakan gradasi terbuka/seragam (open-graded).

Hal ini menuntut diperlukannya suatu desain perkerasan jalan yang mampu mengatasi dampak-dampak yang sering ditimbulkan dari struktur perkerasan jalan yang ada saat ini seperti tingkat kecelakaan yang tinggi, kebisingan dan lain-lain, dengan kata lain membutuhkan konstruksi perkerasan yang memenuhi syarat sehingga pelayanan ruas jalan menjadi lebih maksimal.

Salah satu alternatif untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan adalah dengan menggunakan lapisan perkerasan aspal porus (porous asphalt), rongga aspal porus berfungsi untuk meneruskan aliran air ke

1

Page 2: Jurnal Ku (1)

1Dosen, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA2Mahasiswa, Universitas Hasanuddin, [email protected], INDONESIA

saluran samping dan lapisan dasar yang kedap air untuk mencegah air meresap ke lapis subbase dan badan jalan sehingga genangan air di atas permukaan jalan yang seringkali terjadi setelah hujan dan mengganggu kelancaran arus lalu lintas dapat diminimalisir.

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan bahan pengikatnya, menurut Sukirman (1999), konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan menjadi a) Konstruksi perkerasan lentur (flexible

pavement), yaitu perkerasan menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya;

b) Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat.

c) Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur.Aspal merupakan salah satu jenis dari

konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai pengikat pada suhu tertentu. Aspal adalah zat perekat (cementitious) berwarna hitam atau gelap, yang dapat diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi.

Beton daur ulang merupakan campuran yang diperoleh dari proses ulang material sejenis sebelumnya. Beberapa perbedaan kualitas, sifat-sifat fisik dan kimia agregat daur ulang menyebabkan perbedaan sifat-sifat material beton yang dihasilkan. Antara lain menurunnya kuat tekan, kuat tarik, dan modulus elastisitasnya. Proses pertama dari daur ulang limbah beton ialah beton bekas di masukkan dalam crusher sehingga menjadi agregat dengan ukuran yang diinginkan. Lalu agregat hasil dari

limbah beton di campur dalam mesin cold recycler dengan menambahkan semen dan unsur-unsur lain sehingga terbentuklah material CTB (Cement Treated Base).

Pada jalan yang akan direhabilitasi bagian atas perkerasan atau (Base Layer) dikeruk untuk diganti dengan perkerasan baru menggunakan beton hasil daur ulang. Dengan penggunaan teknologi daur ulang limbah beton, beton bekas yang tidak bernilai dan perlu tempat dan biaya dalam pembuangannya dapat digunakan untuk preservasi jalan yang berkualitas serta menghemat penggunaan agregat kasar berupa batu pecah sehingga ramah lingkungan dan menjadi lebih ekonomis daripada menggunakan beton normal.

Agregat sebagai salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Pemakaian agregat sebagai bahan perkerasan jalan perlu diperhatikan mengenai gradasi, kebersihan, kekerasan dan ketahanan agregat, bentuk butir tekstur permukaan, porositas, absorpsi berat jenis dan daya kelekatan aspal.

Berdasarkan besar partikel-partikel agregat dibedakan atas:1. Agregat kasar : agregat > 4,75 mm

menurut ASTM atau > 2 mm menurut AASHTO.

2. Agregat halus : agregat < 4,75 mm menurut ASTM atau < 2 mm dan >0.075 mm menurut AASHTO.

3. Abu batu/mineral filler : agregat halus yang umumnya lolos saringan no. 200.

Aspal buton (liquid Asbuton) sebagai aspal alam harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam program pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia. Aspal Buton memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan aspal minyak yang saat ini harganya terus meningkat seiring dengan kenaikan harga minyak dunia.

1

Page 3: Jurnal Ku (1)

1Dosen, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA2Mahasiswa, Universitas Hasanuddin, [email protected], INDONESIA

Tabel 1 Deposit Asbuton

Liquid Asbuton diproduksi dari Buton Rock Aspal (BRA) dalam bentuk bongkahan, kemudian ukuran diperkecil melalui crusher hingga maximum size 1 inch, selanjutnya dimasukkan ke dalam dryer untuk proses pengeringan dan kadar air dan dipanaskan dengan temperatur 90°C. Selanjutnya masuk dalam ketel dan dipanaskan 130°C, kemudian sampai ke mixer dan dipanaskan lagi dengan temperatur 180°C sehingga seluruh kandungan aspal yang ada dalam batuan keluar, lalu selanjutnya disaring dengan ukuran saringan 2 - 4 mm.

Gambar 1. Proses produksi liquid AsbutoPenggunaan nama Aspal Porus

sangat terkait dengan perilaku atau sifat-sifat campuran beraspal yang menggunakan gradasi agregat dengan jumlah fraksi kasar diatas 85% dari berat total campuran, sehingga struktur yang dihasilkan lebih

terbuka dan berongga. Struktur demikian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengalirkan air baik secara arah vertikal maupun horizontal.

Gambar 2. Sistem aspal porusAspal porus memiliki kemampuan untuk

mengalirkan air. Campuran aspal porus didesain supaya mempunyai kemampuan untuk memperbolehkan air diatas permukaan masuk kedalam lapisan kedap air dan mengalirkan air kesaluran samping. Aspal porus adalah lapisan yg istimewa jika dipergunakan sebagai lapisan aus. Gradasi aspal porus diperoleh dari mencampurkan batu pecah yang bergradasi terbuka (open graded) dengan aspal sehingga mengandung rongga udara yang tinggi pada saat pemadatan.

METODE PENELITIAN

Metode eksperimen sungguhan (True-Experimental Research) digunakan dalam penelitian ini dengan mengadakan kegiatan percobaan di laboratorium. Aspal porus diproduksi dengan menggunakan jenis agregat langsung dari stone cruser dan bitumen yang sama. Selanjutnya dilakukan observasi untuk mengetahui nilai stabilitas Marshall.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian di laboratorium, dengan mengacu pada :a. Standar Nasional Indonesia (SNI),

1

Page 4: Jurnal Ku (1)

1Dosen, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA2Mahasiswa, Universitas Hasanuddin, [email protected], INDONESIA

b. American Association for Testing and Material (ASTM),

c. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO),

d. Jabatan Kerja raya (JKR 2005) Malaysia, Road Engineering Association of Malaysia (REAM, 2008).Untuk memperoleh data sebagai bahan

utama dalam penelitian ini, maka digunakan dua metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi pustaka, untuk memperoleh data sekunder dengan membaca sejumlah buku, artikel-artikel ilmiah sebagai landasan teori dalam menuju kesempurnaan penelitian ini.

b. Pemeriksaan sampel dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan data primer yang akan digunakan dalam menganalisa hasil dari penelitian yang dilaksanakan.

Setelah bahan yang digunakan diuji dan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan untuk campuran aspal porus selanjutnya dibuat komposisi campuran untuk pembuatan benda uji. Komposisi campuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu komposisi campuran menggunakan gradasi terbuka menggunakan agregat pecahan limbah beton lolos saringan ¾” tertahan ½”, batu pecah alam lolos saringan ½” tertahan saringan 3/8” (dengan variasi perbandingan 75:25, 50:50, 25:75) serta agregat halus pasir lolos saringan no. 4 dan tertahan saringan no. 200 dengan kadar 9%. Variasi kadar aspal yang digunakan yaitu 7%, 8%, 9%, dan 10%. dengan komposisi campuran yang menggunakan trial gradations, kemudian pencampuran aspal dengan 5 variasi kadar liquid Asbuton menggunakan 100% liquid Asbuton.

Mix Design Metode Marshall

Salah satu metode untuk menghasilkan design yang baik adalah Marshall Test. Dikembangkan oleh Bruce Marshall dari Misisipi State Highway Department sekitar tahun 1940-an dibuat standard dalam ASTM D 1559-89, dengan membuat beberapa benda uji dengan kadar aspal yang berbeda kemudian di test kadar udara (porosity), stability dan flow. Hasil test diplot terhadap kadar bitumen, kemudian kadar optimum bitumen dipilih, proses ini mengukur secara teliti: porosity, stability, flow, sehingga didapatkan sifat aspal yang awet dan tahan terhadap rutting (penurunan) serta fatigue (retak karena lelah).

Karakteristik Metode Marshall

Unit weight

Unit weight merupakan berat volume kering campuran yang menunjukkan kepadatan campuran beton aspal. Campuran dengan kepadatan yang tinggi akan mempunyai kemampuan menahan beban yang lebih tinggi daripada campuran dengan kepadatan rendah. Unit weight (berat volume) dinyatakan dalam satuan gram/cm3

dan dapat dihitung dengan rumus (Lab. Jalan dan Aspal, 2000) :

Gmb = BW

…………….. (1)

Dimana :

Gmb = Berat volume kering campuran (gram/cm3)

W = Berat benda uji di udara (gram)

B = Volume benda uji (cm3)

1

Page 5: Jurnal Ku (1)

1Dosen, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA2Mahasiswa, Universitas Hasanuddin, [email protected], INDONESIA

Porositas/VIM (Voids in Mix)

VIM (Voids In Mix) merupakan volume pori dalam campuran yang telah dipadatkan atau banyaknya rongga udara yang berada dalam campuran aspal porus. Dalam hal ini perhitungan volume sampel tidak dilakukan dengan perendaman sampel dalam air dikarenakan berat kering permukaan jenuh (SSD) pada aspal porus tidak akan terjadi sebagai akibat dari porusnya campuran, sehingga nilai porositas/VIM dinyatakan dalam bilangan satu angka dibelakang koma atau dalam persen (%) terhadap campuran.

Stability (Stabilitas)

Stability (stabilitas) adalah kemampuan lapis aspal beton untuk menahan deformasi atau perubahan bentuk akibat beban lalu lintas yang bekerja pada lapis perkerasan tersebut. Nilai stabilitas menunjukkan kekuatan dan ketahanan campuran beton aspal terhadap terjadinya perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur (rutting) maupun bleeding. Stabilitas dinyatakan dalam satuan kg dan diperoleh dari pembacaan arloji pada alat uji Marshall dengan rumus sebagai berikut (Lab. Jalan dan Aspal, 2000) :

Stability = O x E’ x Q ………….. (2)

Dimana :

Stability = Stabilitas Marshall (kg)

O = Pembacaan arloji stabilitas (Lbf)

E’ =Angka korelasi volume benda uji

Q = Kalibrasi alat Marshall

Flow ( Kelelehan plastis)

Flow menunjukkan besarnya deformasi dari campuran beton aspal akibat beban yang bekerja pada perkerasan. Flow merupakan salah satu indikator terhadap lentur. Besarnya rongga antar campuran (VIM) dan penggunaan aspal yang tinggi dapat memperbesar nilai kelelehan plastis. Nilai flow diperoleh dari pembacaan arloji kelelehan pada alat uji Marshall dan dinyatakan dalam satuan mm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Serangkaian hasil pengujian sifat fisik agregat untuk mengetahui kelayakan pemakaian agregat sebagai bahan campuran beraspal dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan metode pengujian SNI, hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran .

Tabel 2. Hasil Pengujian sifat-sifat fisik agregat

1

Page 6: Jurnal Ku (1)

1Dosen, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA2Mahasiswa, Universitas Hasanuddin, [email protected], INDONESIA

Tabel 3. Karakteristik Bahan liquid Asbuton

Hubungan antara Zat Additif dengan VIM

GGambar 4.Hubungan antara Zat Additif dengan VIM

Berdasarkan hasil analisis, gambar 4 menunjukkan nilai VIM yang semakin menurun dengan bertambahnya kadar aspal dalam campuran. Hal ini terjadi karena rongga dalam campuran banyak terisi oleh bitumen dengan semakin besarnya kadar liquid Asbuton yang dipakai dalam campuran aspal porus. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sudah memenuhi spesifikasi VIM yang diisyaratkan yaitu 15% - 25%.

Hubungan antara Zat Additif dengan Stabilitas

Gambar 5.Hubungan antara Zat Additif dengan Stabilitas

Berdasarkan hasil analisis, gambar 5 menunjukkan bahwa hubungan antara kadar aspal dengan stabilitas dimana nilai stabilitas pada aspal porus meningkat dengan bertambahnya kadar aspal tetapi ketika mencapai kadar aspal tertentu nilai stabilitas mengalami penurunan.

Hubungan antara Zat Additif dengan Flow

Gambar 6.Hubungan antara Zat Additif dengan Flow

Berdasarkan hasil analisis, gambar 6 memperlihatkan bahwa nilai flow semakin meningkat dengan semakin bertambahnya kadar aspal dalam campuran, hal ini disebabkan oleh pengaruh dari aspal yang bersifat plastis. Flow maksimum yang

1

Page 7: Jurnal Ku (1)

1Dosen, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA2Mahasiswa, Universitas Hasanuddin, [email protected], INDONESIA

diperoleh yaitu 4,17 mm, flow yang diperoleh merupakan indikator terhadap lentur sehingga semakin besar nilai flow mengindikasikan bahwa campuran beraspal semakin lentur. Spesifikasi nilai flow (kelelehan plastis) suatu campuran yaitu 2 mm – 6 mm. Nilai flow yang diperoleh dari hasil penelitian di laboratorium sudah memenuhi spesifikasi untuk campuran aspal porus.

Hubungan antara Zat Additif dengan Marshall Quotient (MQ)

Gambar 7.Hubungan antara Zat Additif dengan Marshall Quotient (MQ)

Berdasarkan hasil analisis pada gambar 7. Parameter marshall quotient (MQ) merupakan perbandingan antara stabilitas dengan flow. Nilai marshall quotient (MQ) merupakan indikator kelenturan campuran yang potensial terhadap keretakan

Kadar Aspal Optimum

Kadar aspal optimum tiap komposisi campuran berbeda-beda, dikarenakan beberapa faktor. Kadar aspal optimum pada komposisi campuran 75:25 terjadi antara 7,5 % - 10% dimana faktor yang sangat mempengaruhi nilai KAO tersebut adalah hubungan nilai batas atas nilai stabilitas karena pada grafik nilai stabilitas yang

memenuhi spesifikasi hanya pada kadar aspal 7,5% - 10%, sedangkan untuk pengujian VIM (porositas), stabilitas, flow dan Marshall Quotient secara keseluruhan nilai kadar aspal 7% - 10% memenuhi standar spesifikasi. Nilai kadar aspal optimum pada komposisi campuran ini terjadi pada 8,7%.

Gambar 8. Kadar Aspal Optimum pada komposisi campuran 75:25

Sedangkan kadar aspal optimum pada komposisi campuran 50:50 terjadi antara 7 % - 10%. Pada komposisi ini semua faktor memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Nilai kadar aspal optimum yang diperoleh adalah 8,5%. Dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Kadar Aspal Optimum pada komposisi campuran 50:50

1

Page 8: Jurnal Ku (1)

1Dosen, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA2Mahasiswa, Universitas Hasanuddin, [email protected], INDONESIA

Kadar aspal optimum pada komposisi campuran 25:75 terjadi antara 7 % - 10%. Pada komposisi ini semua faktor memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Nilai kadar aspal optimum yang diperoleh adalah 8,5%. Dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Kadar Aspal Optimum pada komposisi campuran 25:75

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanDari hasil analisa data yang diperoleh

dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari berbagai variasi campuran agregat limbah beton dengan batu pecah alam sebagai agregat kasar dalam sampel yang telah di uji coba, di peroleh variasi campuran yg sangat baik pada campuran 50:50, dikarenakan memiliki nilai stabilitas paling tinggi.

2. Nilai Kadar Liquid Asbuton Optimum yang diperoleh dari hasil analisis grafik hubungan beberapa parameter yaitu VMA, VIM, stabilitas marshall, flow, dan marshall quotient didapatkan nilai kadar liquid Asbuton optimum yaitu 8,7% dan 8,5%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ali N. Kajian Pemanfaatan Liquid Asbuton Sebagai Bahan Pengikat Asphalt Porous Pada Lapis Permukaan Perkerasan Jalan. Makassar : Mahasiswa S3 Jurusan Teknik Sipil – Universitas Hasanuddin., 2011.

2. Ali N, Samang L, Tjaronge W and Djamaluddin A R. Influence Of Sea Water On The Mechanical Properties Of Porous Asphalt Containing Liquid Asbuton. Hongkong-cina : Proceedings of the Sixth International Conference on Asian and Pacific Coasts (APAC 2011). 2011.

3. Ali N, Tjaronge W, I Ismunandar, A Dwi. Studi Karakteristik Aspsal Porus Yang Menggunakan liquid Asbuton Sebagai Bahan Pengikat Dan Agregat Kasar Gradasi Bina Marga. Makassar : Skripsi Teknik Sipil – Universitas hasanuddin., 2011.

4. Ali, N. 2010. Kajian Pemanfaatan Liquid Asbuton Sebagai Bahan Pengikat Asphalt Porous pada Lapis Permukaan Jalan.

5. Anonim. 2010, Spesifikasi Umum Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.

6. Anonim, 1991, Metode Pengujian Campuran Aspal Dengan Alat Marshal. SNI 06-2489-1991.

7. Colifah. Analisis Korelasi Antara Marshal Stability dan ITS Pada Campuran Beton Aspal. Surakarta : Tesis magister Teknik Sipil - Universitas Muhammadiyah Surakarta., 2010.

8. Djumari , S Joko. Perencanaan Gradasi Aspal Porus Menggunakan Material Local Dengan Metode Pemampatan Kering. Surakarta : Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil – UNS., 2009.

1

Page 9: Jurnal Ku (1)

1Dosen, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA2Mahasiswa, Universitas Hasanuddin, [email protected], INDONESIA

9. Specification for Porous Asphalt. 2008. Road Engineering Association of Malaysia joint with Jabatan Kerja Raya Malaysia.

10. Sukirman, S. Perkerasan Lentur Jalan raya. Bandung:Nova. 1999.

11. Sukirman. S. Beton Aspal Campuran Panas. Bandung:Granit. 2003.

12. Tjaronge, M.W., Ali, N., Ferdi D., Darmawansyah., 2011, Pengaruh

Penambahan Agregat Halus Terhadap Karakteristik Aspal Porus Dengan Liquid Asbuton Sebagai Bahan Pengikat, Skripsi, Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar.

1