tugas prof (crohn disease)
Post on 18-Jul-2016
21 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
DEFINISI
Crohn disease adalah proses inflamasi idiopatik yang dapat terjadi pada saluran cerna mulai dari
mulut hingga anus. satu dari tiga kasus melibatkan hanya usus halus, dan paling sering terjadi
pada ileum terminal (ileitis). Sekitar separuh dari kasus-kasus yang terjadi melibatkan usus halus
dan colon, paling sering terjadi pada ileum terminal dan proksimal kolon asendens (ileo-colitis).
Pada 15-20% kasus, hanya terjadi pada daerah colon. Pada crohn disease dapat muncul inflamasi
mukosa dan ulserasi, striktur, pembentukan fistula, dan abses.
TANDA DAN GEJALA
Peradangan kronis
Karena daerah yang diserang oleh penyakit ini bervariasi dan beratnya inflamasi yang terjadi,
tanda dan gejala yang muncul dapat bervariasi. Gejala yang muncul dapat berupa demam sub-
febris, malaise, penurunan berat badan, dan kurang energi. Keluhan juga dapat berupa diare,
tanpa ada darah dan keluhan ini dapat hilang timbul. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
nyeri tekan pada perut kanan bawah. Pada palpasi dapat diraba masa lembut pada perut bagian
bawah yang menunjukan terjadinya penebalan pada dinding usus yang mengalami peradangan.
Obstruksi intestinal
Dapat terjadi penyempitan usus sebagai akibat dari inflamasi yang terjadi, spasme, dan stenosis
akibat jaringan fibrotic. Pasien dapat mengeluh kembung setelah makan, kram perut.
Fistulisasi dengan atau tanpa infeksi
Fistula yang terbentuk ke arah msenterika bisa bersifat asimtomatik, namun dapat muncul gejala
abses pada intra abdominal atau retroperitoneal. Gejala yang muncul antara lain demam, adanya
massa pada daerah abdomen, dan leukositosis. Fistula yang terbentuk dari kolon menuju usus
halus dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan bakteri sehingga muncul diare, penurunan
berat badan dan malnutrisi. Fistula yang mengarah pada vesica urinaria atau vagina dapat
memunculkan infeksi yang berulang. Fistula enterocutaneous biasanya terjadi pada luka bekas
pembedahan.
Perianal disease
Gejala yang dapat muncul antara lain fisura pada anus, abses perianal, dan pembentukan fistula.
Manifestasi ekstraintestinal
Ulkus oral merupakan salahsatu gejala ekstraintestinal yang terjadi pada crohn disease.
Peningkatan resiko terjadinya batu empedu dikarenakan malabsorbsi garam empedu dari ileum
terminal. Pemebentukan batu kalsium oksalat atau urat dapat terjadi di ginjal sehingga terjadi
nephrolithiasis.
Pemeriksaan laboratorium
Keterkaitan antara temuan laboratorium dan gejala klinis kurang memberikan informasi yang
berhubungan. Hasil laboratorium dapat menggambarkan mengenai aktifitas inflamasi atau
gangguan nutrisi yang terjadi sebagai bentuk komplikasi dari crohn disease. Pemeriksaan hitung
jenis dan serum albumin harus dilakukan pada pasien yang diduga mengalami crohn disease.
Anemia dapat terjadi sebagai akibat dari inflamasi kronis, mucosal blood loss, defisiensi besi,
atau malabsorbsi vitamin B12. Leukositosis dapat terjadi sebagai akibat inflamasi yang terjadi
atau pembentukan abses. Hipoalbuminemia dapat terjadi dikarenakan intestinal protein loss
(protein losing enteropathy). Malabsorbsi, atau peradangan kronis. Peningkatan LED terjadi
karena inflamasi yang kronis. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk memeriksa bakteri pathogen
yang menginfeksi tubuh pasien.
Pemeriksaan penunjang lain untuk diagnosis
Pada sebagian besar kasus, diagnosis awal dari crohn disease didasarkan pada kecocokan antara
gambaran klinis dan pemeriksaan radiografi. pemeriksaan dapat dilakukan untuk melihat
gambaran dari saluran cerna bagian atas dan usus halus. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan
ulserasi, striktur, dan fistula. Untuk mengevaluasi colon dapat dilakukan pemeriksaan barium
enema atau colonoscopy. Dapat juga dilakukan biopsy untuk melihat gambaran histologi dari
colon atau ileum terminal. Pada endoskopi dapat ditemukan gambaran yang khas seperti aphtoid
ulcers, ulserasi berbentuk linear atau stellate, striktur,
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: abses, obstruksi usus halus, pembentukan fistula,
perianal disease, karsinoma, perdarahan intestinal, dan malabsorbsi
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Kram perut dan diare kronis dapat terjadi pada irritable bowel syndrome dan crohn disease,
tetapi pada pemeriksaan x-ray didapatkan gambaran normal pada irritable bowel syndrome.
Demam akut dan nyeri perut kanan bawah dapat menyerupai gejala apendisitis atau Yersinia
Enterocolitica enteritis. Intestinal lymphoma dapat menyebabkan demam, nyeri, kehilangan
berat badan dan gambaran abnormal usus halus pada pada pemeriksaan radiografi yang mirip
dengan crohn disease. Pasien yang mengalami AIDS juga dapat menunjukan gejala demam dan
diare. Segmental colitis dapat terjadi yang disebabkan oleh tuberculosis, Entamoeba Hystolytica,
chlamydia, atau ischemic colitis. Diverticulitis dengan pembentukan abses dapat menyulitkan
dalam membedakannya dengan crohn disease.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan spesifik untuk crohn disease tidak ada, penatalaksanaan ditujukan untuk
mengatasi gejala dan kontrol terhadap proses penyakit.
A. Nutrisi
1. Diet
Pasien harus makan makanan seimbang dengan beberapa batasan tertentu. Pasien
harus menghindari makanan yang mungkin menyebabkan alergi. Jika ada lactose
intolerans maka pemberian produk susu sebaiknya tidak diberikan. pasien dengan
gejala obstruksi harus diet lunak, menghindari makan sayur mentah, popcorn, kacang
dan lain-lain. Pasien juga dapat mengalami malabsorbsi lemak sehingga diet rendah
lemak juga dilakukan. Pemberian suplemen besi juga dapat dilakukan pada pasien
yang mengalami chronic intestinal blood loss. Pemberian vitamin B12 secara
parenteral umumnya dibutuhkan pada pasien yang mengalami penyakit ileum
terminal.
2. Enteral therapy
Enteral therapy dengan elemental diet (contoh: vivonex) dalam 4 minggu cukup
efektif namun resiko relaps setelah diet normal cukup tinggi.
3. Total parenteral nutrition – TPN
Digunakan dalam jangka pendek bagi pasien yang mengalami penurunan berat badan
yang progresif, atau pada pasien menunggu tindakan operasi mengalami malnutrisi
karena obstruksi saluran cerna, hight output fistula, diare berat, atau nyeri perut.
B. Pengobatan symptomatic
Untuk mengatasi diare dapat diberikan cholestyramine 2 – 4 gram atau colestipol 5 gram
dua sampai tiga kali sehari sebelum makan. Loperamide 2 – 4 mg juga dapat diberikan
untuk mengatasi diare tetapi obat ini tidak digunakan pada pasien dengan colitis yang
berat.
C. Specific drug therapy:
1. 5-aminosalicylic acid agents
Sulfasalazine 1,5-2 g dua kali sehari, dapat menurunkan gangguan klinis khususnya
pada pasien yang mengalami gangguan pada colon akan tetapi hanya memberikan
keuntungan yang sedikit pada gangguan usus halus. Mesalamine (Asacol) sangat
berguna dalam mengobati gangguan usus halus pada crohn disease. Dosis yang
digunakan 0,8 – 1,2 g, empat kali sehari.
2. Corticosteroid
Pemberian prednisone 40 – 60 mg per hari diberikan untuk pasien crohn disease.
Setelah pemakaian selama 2 – 3 minggu dilakukan tapering of 5 mg per minggu
sampai dosis pemberian mencapai 20 mg per hari. Kemudian dilakukan tapering of
2,5 mg per minggu.
3. Immunomodulatory drugs
Azathioprine (1-2mg/kg) dan mercaptopurine (50-100mg) efektif pada penatalaksaan
jangka panjang pada crohn disease.
top related