makalah blok 22 sharania
Post on 25-May-2017
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Stroke Iskemik Disertai dengan Penurunan Kesadaran
Sharania Manivannan
102011438- B9
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
shania_flora@yahoo.com
Pendahuluan
Sistem saraf merupakan suatu sistem dalam tubuh yang vital. Sistem saraf terdiri atas
tiga bagian, yaitu susunan saraf pusat, susunan saraf tepi, dan susunan saraf otonom. Susunan
saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Susunan saraf tepi terdiri atas urat
saraf yang berasal dari otak dan sumsum tulang belakang. Susunan saraf otonom terdiri dari
saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
Stroke merupakan masalah kesehatan yang sudah lama sekali dikenal di dunia
kedokteran. Namun demikian, hingga kini, stroke masih menjadi masalah kesehatan yang
serius dan belum dapat diturunkan angka kejadiannya secara signifikan. Stoke adalah
terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah nontraumatik yang terjadi secara akut pada
suatu fokal area di otak, yang berakibat terjadinya keadaan iskemia dan gangguan fungsi
neurologis fokal maupun global, yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung
menimbulkan kematian. Secara tipikal, stroke bermanifestasi sebagai munculnya defisit
neurologis secara tiba-tiba, seperti kelemahan gerakan ataupun kelumpuhan, defisit sensorik
1 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
atau bisa juga gangguan berbahasa. Stroke secara garis besar terbagi menjadi dua jenis, yaitu
stroke iskemik dan stroke hemoragik.1
Anamnesis
Dalam menegakkan diagnosis stroke disamping keluhan utama perlu ditanyakan data seperti
umur, jenis kelamin, status perkawinan, keterangan mengenai daerah tempat tinggal
sekarang, pekerjaan, riwayat obatan dan lain-lain. Pertanyaan lainyang dapat ditanyakan pada
pasien yang mempunyai keluhan seperti dalam kasus dan untuk menegakkan pemeriksaan
fisik stroke adalah:
Apakah pasien menderita strok atau bukan
Status pasien secara keseluruhan, termasuk di sini adalah tekanan darah, gula darah,
keadaan kardiorespirasi, keadaan hidrasi, elektrolit, asam-basa, keadaan ginjal dan
lain-lain.
Mengetahui sejarah kesehatan pasien
o Selalunya berlaku onset mendadak (biasanya beberapa saat) dimana
berlakunya deficit fungsi saraf seperti lemah, baal, dysphasia dan lain-lain
o Kapan deficit fungsi saraf yang pertama dikenalpasti? Adakah ia berlaku tiba-
tiba atau bertambah buruk dari suatu masa?
o Apakah symptom yang berlaku? Lemah, baal, kesemutan, diplopia, dysphasia
atau kemunduran fungsi otot?
o Terdapat keluhan lain seperti sakit kepala, nausea, muntah atau rasa sesak?
o Terdapat defek nuerologis sejak akhir-akhir ini? (seperti TIA atau amaurosis
fugax?)
o Adakah ahli keluarga atau sesiapa yang mengetahui atau melihat sewaktu
serangan berlaku?
o Ada masalah seperti aspirasi atau berlaku kerusakaan saraf setelah
kecekalakan (jatuh)?
o Adakah pasien mengalami kecelakaan akhir-akhir ini atau trauma kepala?
(subdural atau extrasubdural hematoma)?
o Seberapa jauh ketidakmampuan akibat gangguan saraf dan adakah berlaku
gangguan fungsi?
Mengetahui riwayat kesehatan pasien dahulu2 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
o Terdapat sebarang strok, TIA, amaurosis fugax, pingsan atau subarachnoid
haemorrhage?
o Adakah terdapat penyakit vascular seperti stenosis carotid, arterosklerosis
koroner, penyakit vascular perifer?
o Adakah terdapat pendarahan atau tendensi penyumbatan?
o Adakah kemungkinan punca emboli (seperti fibrilasi atrial, katup prostetik,
stenosis carotid atau carotid/vertebral dissection?
o Adakah sejarah hipertensi, hiperkolesterolaemia atau merokok?
Obatan yang diambil
o Adakah pasien menggunakan obatan antikoagulasi seperti warfarin atau
antiplatelet seperti aspirin?
o Adakah pasien mengambil trombolitik akhir-akhir ini?
Riwayat keluarga dan sosial
o Adakah dalam keluarga yang merokok?
o Mengetahui riwayat pasien samada merokok atau mengambil alkohol.1
Pemeriksaan Fisik
Adakah pasien dalam keadaan sihat atau tidak sihat?
Pastikan jalan pernapasan pasien dipertahan dan dijaga. Ini memerlukan kaedah
recovery position atau intubasi
Periksa tahap kesadaran pasien dengan menggunakan Glasgow Coma Score
Tingkat coma pasien menurut Glasgow Coma Score adalah:
Ringan: 13-15
Moderat: 9-12
Berat: 3-8
Berdasarkan kasus, pasien:
lengan dan tungkai kanan tidak dapat digerakkan= 1
tidur terus, tidak bisa dibangunkan = 1
tidak dapat berbicara= 1
Totalnya adalah 3, yaitu tergolong dalam koma yang berat.
Memeriksa keseimbangan dan postur badan pasien.
3 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
Memeriksa pemeriksaan neurological yang menyeluruh, selalunya berlaku deficit
neurological fokal (lemah pada satu sisi tubuh).
Memeriksa adakah berlaku gangguan koordinasi? Adakah cirri-ciri lesi serebelar?
Adakah reflex berkurang atau meningkat?
Pasien harus menjalani pemeriksaan fisik lengkap yang berfokus pada sistem berikut:
1. Sistem pembuluh perifer. Lakukan auskultasi pada arteri karotis untuk mencari
adanya bising (bruit) dan periksa tekanan darah di kedua lengan untuk
diperbandingkan.
2. Jantung. Perlu dilakukan pemeriksaan jantung yang lengkap, dimulai dengan
auskultasi jantung dan EKG-12 sadapan. Murmur dan disritmia merupakan hal yang
harus dicari, karena pasien dengan fibrilasi atrium, infark miokardium akut atau
penyakit katup jantung dapat mengalami embolus obstruktif.
3. Retina. Periksan ada tidaknya cupping diskus optikus, perdarahan retina dan kelainan
diabetes.
4. Ekstremitas. Evaluasi ada tidaknya sianosis dan infark sebagai tanda-tanda embolus
perifer.
5. Pemeriksaan neurologic. Sifat intactness diperlukan untuk mengetahui letak dan luas
suatu stroke.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1) Hitung darah tepi lengkap: diskrasia darah, polisitemia, trombositopenia atau
trombositosis atau infeksi sebagai faktor risiko stroke.
2) Waktu protrombin, waktu protrombin parsial: ditujukan kepada penderita dengan
antibodi antifosfolipid (waktu protrombin parsial memanjang).
3) Analisa urin: hematuria terjadi pada endokarditis bakterialis subakut (SBE) dengan
stroke iskemik oleh karena emboli.
4) Kecepatan sedimentasi (LED): peningkatan LED menunjukkan kemungkinan adanya
vaskulitis, hiperviskositas atau SBE sebagai penyebab stroke.
5) Kimia darah: peningkatan kadar glukosa, kolesterol atau trigliserida dalam darah.
4 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
6) Pungsi lumbal: Bila cairan serebrospinalis (CSS) mengandung darah (eritrosit) dan
tekanannya meningkat (200mmH2O), pungsi lumbal mendukung adanya perdarahan.1,2
Pencitraan
1) Foto rontgen dada: pelebaran ukuran jantung sebagai suatu sumber emboli pada suatu
stroke atau akibat hipertensi lama; dapat menemukan suatu keganasan yang tidak diduga
sebelumnya.
2) Elektrokardiogram: dapat menunjukkan adanya aritmia jantung, infark miokard baru, atau
pelebaran atrium kiri.
3) CT scan
- Untuk membedakan stroke hemoragik atau iskemik, tidak dapat digunakan pemeriksaan
klinis atau pemeriksaan cairan serebrospinalis (LCS), melainkan menggunakan CT
scan/MRI.
- Dapat membantu menetukan lokasi dan ukuran abnormalitas, seperti daerah vaskularisasi,
superficial atau dalam, kecil atau luas.
- Stroke iskemik : adanya daerah hipodens tampak setelah beberapa jam pada CT scan.
Pada MRI, stroke iskemik lebih sensitif.
- Stroke hemoragik : setelah perdarahn langsung timbl daerah hiperdens.
4) MRI
- MRI kadang dapat menunjukkkan adanya iskemia serebri pada stadium awal, sebelum
dapat terlihat pada CT-scan dan sering bial pada pemeriksaan CT-scan tetap negatif
- MRI sering dapat menunjukkan adanya infark pada batang otak, serebelum, atau lobus
temporalis yang tidak terlihat pada CT-scan
5) Arteriografi
- Mengidentifikasi suatu lesi yang dapat dikoreksi denga operasi seperti aneurisma
intakranial dan AVM, stenosis arteria karotis, dan plak arteria karotis yang mengalami
ulserasi
- Membantu memastikan diagnosis
- Memastikan diagnosis sebelum dikerjakan pemberian antikoagulansia
6) Elektroensefalografi (EEG)
- Dapat membantu menentukan lokalisasi gangguan fungsi kortikal, dan kadang-kadang
pada lesi thalamus.2
5 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
Diagnosa banding
Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan intrakranial non
traumatik. Pada strok hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah
yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir
70% kasus strok hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik meliputi
perdarahan di dalam otak (intracerebral hemorrhage) dan perdarahan di antara bagian dalam
dan luar lapisan pada jaringan yang melindungi otak (subarachnoid hemorrhage). Gangguan
lain yang meliputi perdarahan di dalam tengkorak termasuk epidural dan hematomas
subdural, yang biasanya disebabkan oleh luka kepala. Gangguan ini menyebabkan gejala
yang berbeda dan tidak dipertimbangkan sebagai stroke. Berikut ini adalah penjelasan lebih
rinci mengenai jenis-jenis stroke hemoragik:
Intracerebral hemorrhage (perdarahan intraserebral)
Perdarahan intraserebral terjadi karena adanya ekstravasasi darah kedalam jaringan parenkim
yang disebabkan ruptur arteri perforantes dalam. Stroke jenis ini berjumlah sekitar 10% dari
seluruh stroke tetapi memiliki persentase kematian lebih tinggi dari yang disebabkan stroke
lainnya. Diantara orang yang berusia lebih tua dari 60 tahun, perdarahan intraserebral lebih
sering terjadi dibandingkan perdarahan subarakhnoid.3
Subarachnoid hemorrhage (perdarahan subarakhnoid)
Perdarahan subarakhnoid adalah perdarahan ke dalam ruang (ruang subarachnoid) diantara
lapisan dalam (piamater) dan lapisan tengah (arachnoidmater) para jaringan yang
melindungan otak (meninges). Penyebab yang paling umum adalah pecahnya tonjolan pada
pembuluh (aneurisma). Biasanya, pecah pada pembuluh menyebabkan tiba-tiba, sakit kepala
berat, seringkali diikuti kehilangan singkat pada kesadaran. Perdarahan subarakhnoid adalah
gangguan yang mengancam nyawa yang bisa cepat menghasilkan cacat permanen yang
serius. Hal ini adalah satu-satunya jenis stroke yang lebih umum terjadi pada wanita.3
6 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
Gambar 3 Apabila arteri pecah, darah dipaksa masuk ke dalam tisu otak, merosakkan sel-sel sehingga
bahagian otak itu tidak dapat berfungsi.3
Diagnosa kerja
Stroke iskemik
Stroke iskemik disebut juga stroke sumbatan atau stroke infark dikarenakan adanya
kejadian yang menyebabkan aliran darah menurun atau bahkan terhenti sama sekali pada area
tertentu di otak, misalnya terjadinya emboli atau trombosis. Penurunan aliran darah ini
menyebabkan neuron berhenti berfungsi. Aliran darah kurang dari 18 ml/100 mg/menit akan
mengakibatkan iskemia neuron yang sifatnya irreversibel. Hampir sebagian besar pasien atau
sebesar 83% mengalami stroke jenis ini. Aliran darah ke otak pada stroke iskemik terhenti
karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau adanya
bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak.
Penyumbatan dapat terjadi di sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak. Misalnya
suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga menyebabkan
berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap arteri karotis dalam
keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Terjadinya hambatan dalam aliran
darah pada otak akan mengakibatkan sel saraf dan sel lainnya mengalami gangguan dalam
suplai oksigen dan glukosa. Bila gangguan suplai tersebut berlangsung hingga melewati batas
toleransi sel, maka akan terjadi kematian sel. Sedangkan bila aliran darah dapat diperbaiki
segera, kerusakan dapat diminimalisir.4
7 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
Gambar 2 Gumpalan darah tersekat di arteri dan menghalang perjalanan darah.3
Epidemiologi
Strok merupakan penyakit yang terutama mengenai populasi usia lanjut. Insidens pada
usia 75-84 tahun sekitar 10 kali dari populasi berusia 55-64 tahun. Di Inggris, strok
merupakan penyakit kedua setelah infark miokard akut sebagai penyebab kematian utama,
sedangkan di Amerika strok masih merupakan penyebab kematian ketiga. Dengan makin
meningkatnya upaya pencegahan terhadap hipertensi, diabetes mellitus dan gangguan lipid,
insidens strok di Negara-negara maju makin menurun. Strok non hemoragik merupakan strok
yang tersering didapatkan, sekitar 80% dari semua otak. Sekitar 80% sampai 85% stroke
adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar
pada sirkulasi serebrum.4
Faktor Resiko
Faktor risiko yang tidak boleh dikawal:
Umur: Kadar strok adalah dua kali ganda bagi setiap 10 tahun apabila seseorang itu
melebihi umur 55 tahun.
Jantina : Lelaki mempunyai kadar risiko yang lebih tinggi daripada perempuan.
Perempuan yang menggunakan pil perancang, dan merokok, mempunyai kadar risiko
yang lebih tinggi daripada perempuan-perempuan lain.
Keturunan
8 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
Faktor risiko yang boleh dikawal:
Darah tinggi : Semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggilah risikonya. Sebab
utama kadar strok berkurangan ialah kerana adanya rawatan berkesan.
Penyakit Jantung: Jantung yang berpanyakit merupakan satu pam yang lemah dan
boleh menjadi sumber darah beku. Beberapa faktor penyakit koronari (aras
kolesterol yang tinggi, merokok) juga merupakan faktor-faktor risiko strok.
Merokok
Kiraan sel darah merah yang tinggi : Ketinggian kandungan sel darah merah
adalah satu faktor risiko untuk strok kerana ini menyebabkan darah menjadi pekat
dan memudahkan pembentukan darah beku.
Serangan strok sementara (TIA): Keadaan ini mempunyai ciri-ciri strok tetapi
pulih dalam masa kurang dari 24 jam. Serangan strok sementara adalah amat
penting; ia menandakan kemungkinan berlakunya strok. Ia selalunya dirawat dengan
ubat yang menahan daripada berlakunya pembekuan darah.4
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya stroke iskemik secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu
akibat trombosis atau akibat emboli. Diperkirakan dua per tiga stroke iskemik diakibatkan
karena trombosis, dan sepertiganya karena emboli. Akan tetapi untuk membedakan secara
klinis, patogenesis yang terjadi pada sebuah kasus stroke iskemik tidak mudah, bahkan sering
tidak dapat dibedakan sama sekali. Trombosis dapat menyebabkan stroke iskemik karena
trombosis dalam pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya oklusi (gerak menutup atau
keadaan tertutup) arteri serebral yang besar, khususnya arteri karotis interna, arteri serebri
media, atau arteri basilaris. Namun, sesungguhnya dapat pula terjadi pada arteri yang lebih
kecil, yaitu misalnya arteri-arteri yang menembus area lakunar dan dapat juga terjadi pada
vena serebralis dan sinus venosus.5
Stroke karena trombosis biasanya didahului oleh serangan TIA (Transient ischemic
attack). Gejala yang terjadi biasanya serupa dengan TIA yang mendahului, karena area yang
mengalami gangguan aliran darah adalah area otak yang sama. TIA merupakan defisit
neurologis yang terjadi pada waktu yang sangat singkat yaitu berkisar antara 5-20 menit atau
dapat pula hingga beberapa jam, dan kemudian mengalami perbaikan secara komplit.
Meskipun tidak menimbulkan keluhan apapun lagi setelah serangan, terjadinya TIA jelas
9 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
merupakan hal yang perlu ditanggapi secara serius karena sekitar sepertiga penderita TIA
akan mengalami serangan stroke dalam 5 tahun. Dalam keadaan lain, defisit neurologis yang
telah terjadi selama 24 jam atau lebih dapat juga mengalami pemulihan secara komplit atau
hampir komplit dalam beberapa hari. Keadaan ini kerap diterminologikan sebagai stroke
minor atau reversible ischemic neurological defisit (RIND).5
Emboli menyebabkan stroke ketika arteri di otak teroklusi oleh adanya trombus yang
berasal dari jantung, arkus aorta, atau arteri besar lain yang terlepas dan masuk ke dalam
aliran darah di pembuluh darah otak. Emboli pada sirkulasi posterior umumnya mengenai
daerah arteri serebri media atau percabangannya karena 85% aliran darah hemisferik berasal
darinya. Emboli pada sirkulasi posterior biasanya terjadi pada bagian apeks arteri basilaris
atau pada arteri serebri posterior. Stroke karena emboli memberikan karakteristik dimana
defisit neurologis langsung mencapai taraf maksimal sejak awal (onset) gejala muncul.
Seandainya serangan TIA sebelum stroke terjadi karena emboli, gejala yang didapatkan
biasanya bervariasi. Hal ini dikarenakan pada TIA yang terjadi mendahului stroke iskemik
karena emboli, umumnya mengenai area perdarahan yang berbeda dari waktu ke waktu.
Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir didalam darah yang
kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat
karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu
katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral, yang paling sering terjadi pada
penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung
atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium). Embolil emak terbentuk jika lemak
dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di
dalam sebuah arteri.4,5
Manifestasi Klinik
Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang terganggu. Gangguan
pembuluh darah otak yang memberikan pasokan darah ke lobus frontal dan parietal akan
memberikan gejala kelemahan anggota gerak dan gannguan rasa (misalnya kebas di separuh
anggota gerak). Stroke yang menyerang cerebellum memberikan gejala pusing berputar
(vertigo).
10 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
Secara umumnya:
1) Kelumpuhan anggota gerak: Rasa semut-semut dan kebas secara tiba-tiba pada
sebahagian badan, rasa lemah, kebas atau lumpuh bahagian muka, kaki atau tangan secara
tiba-tiba, Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
2) Wajah perot.
3) Gangguan bicara : pelo/afasia karena kelumpuhan saraf otak nomor 12 atau lobus fronto-
temporal di otak, celaru/keliru, susah bertutur atau memahami pertuturan orang secara
tiba-tiba.
4) Pusing berputar/vertigo: Sukar berjalan, pusing atau hilang imbangan atau koordinasi
secara tiba-tiba.
5) Nyeri kepala: Sakit kepala yang kuat tanpa sebab tertentu.
6) Penurunan kesadaran.
7) Perubahan tingkah laku.
8) Penurunan tajam penglihatan: Penglihatan kabur tiba-tiba pada sebelah mata atau kedua-
dua mata, gangguan lapang pandang, penglihatan ganda.
9) Gangguan menelan.
10) Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
11) Pergerakan yang tidak biasa.
12) Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.6
Penatalaksanaan
Pendekatan pada terapi darurat memilki tiga tujuan:
1. Mencegah cedera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik non
infark
2. Membalikkan cedera saraf sedapat mungkin
3. Mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel di daerah penumbra
iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang glutamat.
Terapi yang terbukti efektif dalam memulihkan fungsi otak dan memperkecil kerusakan
neuron setelah stroke iskemik adalah:
1. Aspirin yang diberikan dalam 24 jam
2. Terapi trombolitik yang diberikan dalam dalam 3 jam
11 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
3. Perawatan intensif di unit stroke khusus
Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan
apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat
penghancur bekuan darah. Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus
untuk memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan
(misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke. Pada
completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran darah ke daerah
tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan
pembedahan. Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan
atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang
akan datang.
Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang. Untuk mengurangi pembengkakan
dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut, biasanya diberikan manitol atau
kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu
bernapas) untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu, perlu perhatian
khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit untuk mencegah
timbulnya luka di kulit karena penekanan. Aspirin 300 mg sehari sekali harus diberkan beitu
diagnosis pasti stroke iskemik ditegakkan.7
Komplikasi
Serangan stroke tidak berakhir dengan akibat pada otak saja. Gangguan emosional dan fisik
akibat terbaring lama tanpa dapat bergerak di tempat tidur adalah bonus yang tak dapat
dihindari. Setelah mengalami stroke, beberapa penderita juga mengalami gangguan kesehatan
yang lain seperti berikut.
a) Depresi
Penderita stroke umumnya mengalami stress berat atau depresi ketika kembali dari rumah
sakit setelah menjalani perawatan. Hal ini biasanya disebabkan karena rat-rata penderita
stroke tidak sembuh total.
b) Darah beku
Darah beku mudah terbentuk pada jaringan yang lumpuh, terutama pada kaki sehingga
menyebabkan pembengkakan yang menggangu. Selain itu, pembekuan darah juga dapat
12 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
terjadi pada arteri yang mengalirkan darah ke paru-paru (emboli paru-paru) sehingga
penderita sukit bernapas dan dalam beberapa kasus sering mengalami kematian.
c) Memar (dekubis)
Jika penderita stroke menjadi lumpuh, penderita harus sering dipindahkan dan digerakkan
secara teratur agar bagian pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit tidak terluka akibat
terhimpit alas tempat tidur. Bila luka-luka tidak dirawat, bisa terjadi infeksi. Keadaan ini
akan menjadi semakin buruk bila penderita dibiarkan terbaring di temapat tidur yang
basah karena keringat.
d) Otot mengerut dan sendi kaku
Kurang gerak akan menyebabkan sendi menjadi kaku dan nyeri. Misalnya, jika otot-otot
betis mengerut, kaki terasa sakit ketika harus berdiri dengan tumit menyentuh lantai. Hal
ini biasanya ditangani dengan fisioterapi.
e) Pneumonia (radang paru)
Ketidakmampuan untuk bergerak setelah mengalami stroke membuat pasien mungki
mengalami kesulitan menelan dengan sempurna atau sering terbatuk-batuk sehingga
cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya dapat terjadi pneumonia.
f) Nyeri pundak
Otot-otot di sekitar pundak yang mengontrol sendi-sendi pundak akan mudah cedera pada
waktu penderita diganti pakaiannya, diangkat, atau ditolong untuk berdiri. Untuk
mencegahnya, biasanya tangan yang terkulai ditahan degan sebilah papan atau kain
khusus yang dikaitkan ke pundak atau leher agar bertahan pada posisi yang benar. Bila
anda menolong penderita stroke untuk berdiri, lakukan dengan cara yang benar agar tidak
membuat otot-otot daerah tersebut terbebani terlalu berat.6,7
Pencegahan
Pencegahan primer
Menurunkan hipertensi yang merupakan factor risiko paling prevalen dan telah
dibuktikan bahawa penurunan tekanan darah memiliki dampak yang sangat besar
pada risiko stroke.
Antikoagulasi oral harus digunakan sebagai profilaksis primer terhadap semua pasien
dengan fibrilasi atrium yang berisiko tinggi mengalami stroke
Penghidap hipertensi, usia lebih dari 75 tahun, embolisme sistemik
atau berkurangnya fungsi ventrikel kiri13 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
Penatalaksanaan diabetes yang baik. Meningkatnya kadar gula darah berkepanjangan
berkait erat dengan disfungsi endotel, yang memicu pada atheroskelosis
Strategi kesehatan masyarakat atau populasi
Mengurangkan perilaku berisiko pada seluruh populasi dengan
melakukan peraturan dan pendidikan
Strategi risiko tinggi
Upaya untuk orang-orang yang memiliki risiko stroke di atas rata-rata
Pada semua kelompok usia dan di semua kategori risiko, perempuan
memiliki risiko absolute yang lebih rendah daripada laki-laki.
Pencegahan sekunder
Mengacu kepada strategi untuk mencegah kekambuhan stroke
Pendekatan utama: mengendalikan hipertensi, CEA dan memakai obat antiagregat
antitrombosit
Aggrenox adalah satu-satunya kombinasi aspirin dan dipiridamol yang telah
dibuktikan efektif untuk mencegah stroke sekunder.8
Prognosis
Prognosis thrombosis cerebri ditentukan oleh lokasi dan luasnya infark, juga keadaan
umum pasien. Umumnya makin lambat penyembuhannya, maka semakin buruk
prognosisnya. Pada emboli cerebri, prognosis ditentukan juga dengan adanya emboli dalam
organ-organ yang lain. Bila pasien dapat mengatasi serangan yang akut, prognosis
kehidupannya baik. Dengan rehabilitasi yang aktif, banyak penderita dapat berjalan lagi dan
mengurus dirinya.8,9
Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf manusia, yang dapat
berakibat pada kelumpuhan sistem-sistem lainnya. Secara umum patologi stroke berlangsung
secara progresif dan bertahap, mulai dari gejala stroke ringan hingga dapat menyebabkan
kematian. Secara garis besar, stroke dibagi menjadi stroke iskemik (karena penyumbatan
pembuluh darah) dan stroke hemoragik (karena pecahnya pembuluh darah) yang memiliki
gejala bervariasi sesuai daerah yang terserang.
14 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
Stroke memiliki beberapa faktor resiko yang dapat mendukung perkembangan stroke
yang terdiri dari dua jenis faktor, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis
kelamin, herediter, dan ras) dan yang dapatdimodifikasi (berbagai penyakit degeneratif dan
gaya hidup). Pencegahan penyakit stroke dapat dilakukan dengan meminimalisir faktor resiko
yang dapat dimodifikasi tersebut, seperti mengatur pola hidup dan mengkonsumsi makanan.
Daftar pustaka
1. Jonathan Gleadle. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Editor bahasa
Indonesia: Amilia Safitri. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. Hlm 176-77
2. G.G.Wahyu. Stroke Hanya Menyerang Orang Tua?. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2009.
Hlm 43-46
3. Pemeriksaan Fisik pada Penderita Stroke. 10 Februari 2008. Diunduh dari
http://baioe.wordpress.com/2008/02/10/pemeriksaan-fisik-pada-penderita-stroke/ . 7
Disember 2013
4. P.L.Lawrence, L.W.Howard. Buku Saku Neurologi. Editor bahasa Indonesia: J.S.Wita.
Edisi 5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;2001. Hlm 22-35
5. Apakah yang menyebabkan stroke. Diunduh dari
http://www.nasam.org/bahasa/pencegahan-menyebabkan-strok.php . 6 Disember 2013
6. Lionel Ginsberg. Lecture Notes: Neurologi. Editor bahasa Indonesia: Amalia Safitri, Rina
Astikawati. Edisi 8. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. Hlm 89-99.
7. Rizaldy Pinzon, Laksmi Asanti. Awas stroke! Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan,
dan Pencegahan. Edisi 1. Yogyarkata : Penerbit ANDI; 2010. Hlm 15-21.
8. B.B.Fransisca. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika; 2008. Hlm 56-65.
9. B. Mahendra, Evi Rachmawati. Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Jakarta : Penerbit
Penebar Swadaya. Hlm 7-28.
15 |*Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: shania_flora@yahoo.com
top related