aktivitas antihipertensi hidrolisat protein susu kedelai

88
AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI SKRIPSI DENI KURNIA PUTERA PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 / 1439 H

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI

HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

SKRIPSI

DENI KURNIA PUTERA

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 / 1439 H

Page 2: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI

HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

DENI KURNIA PUTERA

1111096000011

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 / 1439 H

Page 3: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI

HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

DENI KURNIA PUTERA

1111096000011

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sandra Hermanto, M.Si. Anna Muawanah, M.Si.

NIP. 19750810 200501 1 005 NIP. 19740508 199903 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kimia

Drs. Dede Sukandar, M.Si.

NIP. 19650104 199103 1 004

Page 4: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Aktivitas Antihipertensi Hidrolisat Protein Susu

Kedelai ” telah diuji dan dinyatakan lulus pada sidang Munaqosah Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari

Kamis, 28 Juni 2018. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Sains (S1) Program Studi Kimia.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Dr. La Ode Sumarlin, M.Si. Dr. Siti Nurbayti, M.Si.

NIP. 19750918 200801 1 007 NIP. 19740721 200212 2 002

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sandra Hermanto, M.Si. Anna Muawanah, M.Si.

NIP. 19750810 200501 1 005 NIP. 19740508 199903 2 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Kimia

Dr. Agus Salim, M.Si Drs. Dede Sukandar, M.Si.

NIP. 19720816 199903 1 003 NIP. 19650104 199103 1 004

Page 5: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juni 2018

Deni Kurnia Putera

1111096000011

Page 6: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

ABSTRAK

DENI KURNIA PUTERA. Aktivitas Antihipertensi Hidrolisat Protein Susu

Kedelai. Dibimbing oleh SANDRA HERMANTO dan ANNA MUAWANAH

Susu kedelai merupakan salah satu alternatif produk susu yang diperoleh melalui

ekstraksi kacang kedelai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas

antihipertensi dari hidrolisat protein susu kedelai yang berpotensi sebagai obat

alternatif hipertensi (tekanan darah tinggi). Perlakuan awal protein dipisahkan

dengan teknik presipitasi menggunakan asam klorida 1 M. Selanjutnya presipitat

protein dihidrolisis dengan menggunakan enzim proteolitik pepsin dengan

perbandingan enzim:substrat (1:20). Hidrolisis protein dilakukan selama 0 – 24

jam pada kondisi suhu 37 oC dalam buffer asetat pH 4,5. Hasil hidrolisis protein

ditentukan nilai % DH (Derajat Hidrolisis) dan diidentifikasi profil proteinnya

dengan elektroforesis SDS-PAGE (Sodium dodecyl sulphate polyacrylamide gel

electrophoresis). Uji Aktivitas antihipertensi dilakukan secara in vitro melalui

penghambatan enzim ACE ( Angiotensin Converting Enzyme). Kondisi optimum

hidrolisis protein susu kedelai diperoleh pada waktu 4 jam dengan nilai DH 52,92

% dan aktivitas antihipertensi tertinggi diperoleh dari hidrolisat pada waktu 24

jam dengan nilai %inhibisi ACE sebesar 79,31%. Berdasarkan analisis SDS

PAGE peptide bioaktif yang dihasilkan dari hidrolisis enzimatik memliki bobot

molekul < 10 kDa.

Kata kunci : Antihipertensi, susu kedelai, hidrolisis enzimatik, ACE inhibitor,

SDS PAGE

Page 7: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

ABSTRACT

DENI KURNIA PUTERA. Antihypertensive Activity of Protein Hydrolysate

Soy Milk. Guided by SANDRA HERMANTO and ANNA MUAWANAH

Soy milk is one of the alternative milk product which obtained by soybeans

extraction. The purpose of this research is to discover antihypertensive activity

from soy milk protein’s hydrolizate which potential as an alternative treatment for

antihypertensive (high blood pressure). Protein divided by precipitation using

hydrochloric acid 1M. Precipitated protein then hydrolyzed by using pepsin

proteolitic enzyme with comparison of enzyme: substrate (1:20). Protein

hydrolysis performed at 0 – 24 hours 37o C on acetate buffer pH 4.5. The result of

protein hydrolysis is determined by DH (Hydrolysis Degree) and the protein

profile is identified with SDS-PAGE (Sodium dodecyl sulphate polyacrylamide

gel electrophoresis). Antihypertensive activity test is performed in vitro by

inhibition of ACE (Angiotensin Converting Enzyme) enzyme. The optimum

condition of soy milk protein hydrolysis obtained in 4 hour with DH value 52.2%

and the highest antihypertensive activity is shown by hydrolizate on 24 hour with

79,31% of ACE inhibition. Peptide bioactive which produced from enzymatic

hydrolysis have molecular weight < 10 kDa.

Keywords: Antihypertensive, soy milk, enzymatic hydrolysis, ACE inhibitor,

SDS PAGE

Page 8: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas

rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada

Nabi Muhammad SAW karena berkat jasa Beliaulah manusia di bawa dari zaman

jahiliyah ke zaman yang terang benderang oleh cahaya islam. Alhamdulillah

penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Aktivitas

Antihipertensi Hidrolisat Protein Susu Kedelai”.

Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa pihak-pihak yang terus

memberikan bimbingan serta dukungannya. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Sandra Hermanto, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan saran kepada penulis selama proses penelitian dan

penulisan skripsi ini.

2. Anna Muawanah, M.Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan saran kepada penulis selama proses penelitian dan

penulisan skripsi ini.

3. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si dan Dr. Siti Nurbayti, M.Si selaku dosen

penguji yang telah banyak memberikan masukan dalam penelitian ini.

4. Drs. Dede Sukandar, M.Si., selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Agus Salim, M.Si., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

ix

6. Isalmi Aziz, M.T., selaku Sekretaris Program Studi Kimia Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Kedua Orang Tua, Engking Sukiman (ayah) dan Ipah Tasripah (ibu) yang

selalu medo’akan dan tidak mengenal lelah dalam memberikan dorongan

motivasi kepada penulis.

8. Annisa Septiana selaku rekan satu tim dan teman seperjuangan yang telah

membantu penulis dalam berdiskusi, menyemangati dan mendukung

penelitian ini.

9. Staf laboran Pusat Laboratorium terpadu (PLT), kak Fitrianingsih atas

segala bantuan serta ilmunya.

10. Sahabat-sahabatku dan teman-teman angkatan 2011 kimia yang yang

sudah banyak partisipasinya dalam membantu penulis baik secara

langsung maupun tidak langsung dan semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri, mudah-

mudahan semua bentuk perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan

mendapatkan pahala yang setimpal dari-Nya. Penulis berharap semoga skripsi

yang sederhana ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya

dalam bidang Kimia.

Jakarta, Juni 2018

Penulis

Page 10: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

x

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………………………………………………………………... vi

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… x

DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xiii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xiv

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah …………………….................................................... 7

1.3 Hipotesis Penelitian …………………………………………………….. 7

1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 8

1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 9

2.1 Susu Kedelai ……………………………………………………………. 9

2.2 Peptida Bioaktif ........................................................................................ 13

2.2.1 Produksi Peptida Bioaktif…………………………………............. 14

2.2.2 Sifat Fungsional……………………...…………………................. 16

2.2.3 Sumber-sumber Peptida Bioaktif .................................................... 17

2.2.4 Isolasi dan Identifikasi Peptida Bioaktif………………………….. 18

2.3 Peptida Bioaktif Antihipertensi ...………………………………………. 19

2.4 Hipertensi .................................................................................................. 25

2.5 Antihipertensi ........................................................................................... 27

Page 11: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

xi

2.6 ACE (Angiotensin I Corverting Enzyme)………………………………. 28

2.6.1 Struktur 3D Enzim ACE…………………………………….......... 29

2.6.2 Mekanisme Penghambatan ACE………………….......................... 31

2.6.3 Inhibitor ACE…………………....................................................... 33

2.7 Spektrofotometer UV-VIS ……………………………………………... 37

2.7.1 Prinsip Kera Spektrofotometer UV-VIS …………………............. 38

2.8 Elektroforesis SDS - PAGE ……………………………………………. 41

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 44

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 44

3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 44

3.3 Diagram Alir ............................................................................................. 45

3.4 Prosedur Kerja Penelitian ......................................................................... 46

3.4.1 Pembuatan Susu Kedelai…………………………………….......... 46

3.4.2 Uji Kadar Protein Kasar Susu Kedelai…………………................. 46

3.4.3 Presipitasi Susu Kedelai ................................................................. 47

3.4.4 Pengukuran Kadar Protein Terlarut ………………………............. 48

3.4.5 Hidrolisis Protein Susu Kedelai..................................................... 48

3.4.6 Perhitungan Derajat Hidrolisis....................................................... 49

3.4.7 Analisis SDS PAGE...................................................................... 49

3.4.8 Uji ACE Inhibitor.......................................................................... 50

BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………............... 52

4.1 Presipitasi Susu Kedelai ......................................................................... 52

4.2 Hidrolisis Protein Susu Kedelai............................................................... 53

4.3 Penentuan Derajat Hidrolisis…………………………………………... 55

Page 12: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

xii

4.4 Aktivitas Inhibisi ACE............................................................................ 58

BAB V PENUTUP ……………………………………….......................... 61

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 61

4.2 Saran…………………............................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 62

LAMPIRAN ………………………………………………………………. 68

Page 13: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Susu Kedelai dan Susu Sapi Per 100 Gram ….………… 10

Tabel 2. Kondisi Optimum Enzim Proteoilitik Yang Digunakan ………………….. 48

Tabel 3. Prosedur Pengujian Aktivitas Antihipertensi ………………………. 51

Tabel 4. Analisis Kadar Protein …………………………………………........ 52

Page 14: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pembentukan peptida biokatif melalui hidrolisis protein……….. 14

Gambar 2. Proses produksi peptida biokatif dari protein makanan………… 15

Gambar 3. Beberapa sifat fungsional peptida bioaktif yang diperoleh dari

makanan .……………………………………………………………………. 17

Gambar 4. Prosedur isolasi dan identifikasi peptida bioaktif dari makanan .. 19

Gambar 5. Mekanisme terjadinya hipertensi berdasarkan penyebab ………. 26

Gambar 6. Struktur 3D enzim ACE dengan dimensi rata-rata 72 × 52 × 48 Å. 30

Gambar 7. Skema struktur kristal kaptopril mengikat ke situs aktif ACE … 31

Gambar 8. Pengubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II oleh ACE dan

bradikinin menjadi bradikinin (1-7) ………………………………………... 33

Gambar 9. Tahapan Sintesis Captopril ……………………………………. 34

Gambar 10. Struktur senyawa inhibitor ACE ……………………………... 36

Gambar 11. Mekanisme reaksi pengubahan (Hipuril)-his-leu menjadi asam

hipurat ………………………………………………………………………. 37

Gambar 12. Skema instrumentasi spektrofotometer UV-Vis ……………… 39

Gambar 13. Diagram Alir Penelitian ………………………………………. 45

Gambar 14. Profil hidroilisat protein susu kedelai hasil SDS-PAGE……… 53

Gambar 15 . Kadar Protein Susu Kedelai ………………………………….. 54

Gambar 16. Nilai Derajat Hidrolisis Susu Kedelai ………………………… 55

Gambar 17. Representasi skematik kompleks enzim-substrat dengan 5 situs

pengikatan. Posisi ikatan peptida pada substrat dihitung dari kiri ke kanan

dimana pemutusan terjadi pada ikatan P1-P1’ ……………………………….. 57

Gambar 18. Aktifitas Inhibisi ACE Susu Kedelai …............................................. 59

Page 15: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Kadar Protein Total …………………………… 68

Lampiran 2. Hasil Analisis Derajat Hidrolisis ……………………………… 69

Lampiran 3. Hasil Uji Aktivitas Antihipertensi ……………………………. 70

Lampiran 4. Reagen Uji ACE ………………………………………………. 71

Page 16: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat modern

terutama yang tinggal di perkotaan adalah tekanan darah tinggi. Tekanan darah

tinggi atau hipertensi menjadi salah satu faktor utama penyebab stroke, serangan

jantung, dan gagal ginjal. Bahkan akibat terburuk dari penyakit ini adalah

kematian. Penyakit darah tinggi dapat disebabkan oleh berbagai faktor misalnya

karena konsumsi garam, kolesterol, alkohol, dan kafein yang berlebihan. Faktor

lainnya yang menjadi pemicu penyakit hipertensi adalah kurangnya olahraga dan

obesitas serta faktor genetik (turunan) dan faktor usia yang tidak bisa

dikendalikan (Zuraidah et al., 2012).

Angiotensine Converting Enzyme (ACE) adalah enzim kunci yang

berperan dalam mengatur tekanan darah pada manusia. ACE mengkatalis

hidrolisis dekapeptida angiotensin inaktif menuju vasokonstriktor angiotensin II,

suatu oktapeptida yang berperan dalam mengatur tekanan darah. Selain itu, ACE

juga akan memotong bradikinin suatu vasodilator menjadi fragmen tidak aktif

sehingga akan menaikan tekanan darah. Beberapa pengobatan hipertensi dewasa

ini dimana sebagian besar memberikan efek protektif terhadap organ (Parmley,

1998). Lebih dari 10 jenis inhibitor ACE sintetik saat ini telah tersedia diberbagai

negara sebagai agen monotherapeutic (Brown & Vaughan, 1998).

Page 17: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

2

Pengobatan hipertensi biasanya ditujukan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat hipertensi. Pilihan obat bagi masing-masing penderita hipertensi

bergantung pada efek samping metabolik dan subjektif yang ditimbulkan, adanya

penyakit lain yang mungkin diperbaiki atau diperburuk untuk antihipertensi yang

dipilih, adanya pemberian obat lain yang mungkin berinteraksi dengan

antihipertensi yang diberikan (Ikawati et al., 2008). Obat-obat yang termasuk

dalam golongan ACE inhibitor adalah captopril, ramipril, enalapril, lisinopril,

benazepril, fosinopril, dan lain-lain (Saseen, 2008). Captopril merupakan

golongan ACE inhibitor pertama yang digunakan sebagai obat antihipertensi.

Captopril merupakan ACE inhibitor yang kuat (Jackson, 2006).

Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan manfaat

dan resiko. Keamanan pemakaian obat antihipertensi sintetik perlu diperhatikan.

Penggunaan obat-obat sintetik antihipertensi sebagian besar ternyata mengandung

resiko dan dapat menyebabkan beberapa efek samping antara lain hipotensi,

oenurunan fungsi ginjal, batuk kering, dan kelainan janin. Hal ini telah

mendorong para peneliti untuk mencari alternatif inhibitor ACE alami yang

dampaknya relatif kecil dan tidak beresiko serta tidak menimbulkan

ketergantungan. Agen inhibitor ACE alami yang telah banyak diteliti antara lain

bersumber dari protein hewani dan protein nabati (Ariyoshi, 1993). Protein susu

merupakan salah satu sumber peptida bioaktif yang dapat berfungsi sebagai

antihipertensi. Peptida ini dapat dibuat melalui hidrolisis enzimatik dengan enzim

proteolitik dan atau melalui fermentasi dengan bakteri asam laktat (FitzGerald et

al., 2004). Beberapa peptida bioaktif susu mampu menghambat aktifitas ACE

Page 18: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

3

secara in vitro dan in vivo (Nakamura et al., 1995; Maeno et al., 1998; Abubakar

et al., 1998; Pihlanto-Leppala et al., 2000). Pada beberapa fragmen peptida ini

juga telah ditemukan memiliki sifat antihipertensi pada hewan dan manusia

(Nakamura et al., 1995).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Lee, et al. (2005) menyebutkan

bahwa hidrolisat kasein susu kambing yang dihidrolisis dengan enzim proteolitik

pepsin selama 48 jam menunjukkan aktifitas penghambatan ACE sebesar 87.8%

sedangkan dengan enzim papain menghasilkan aktifitas sebesar 80.3% setelah

dihidrolisis selama 60 jam. Penelitian lainnya yang dilakukan Geerlings, et al.

(2006) menghasilkan tiga peptida inhibitor ACE yang potensial, dengan sekuen

asam amino TGPIPN, SLPQ dan SQPK dengan nilai IC50 masing-masing adalah

316, 330 dan 354 µmol/L. Berdasarkan hasil pengujian secara in vivo terbukti

ketiganya memiliki kemampuan dalam mengendalikan aktifitas ACE dalam

menurunkan tekanan darah pada jaringan hati, ginjal dan pembuluh aorta pada

hewan percobaan.

Peptida yang bersifat antihipertensi juga telah ditemukan dalam produk

olahan susu (keju, susu, yoghurt) (Mullally et al., 1997; Pihlanto-Leppälä et al,

2002). Laktotripeptida isoleusin-prolin-prolin (Ile-Pro-Pro) dan valin-prolin-prolin

(Val-Pro-Pro) diperoleh dari susu yang difermentasikan. Beberapa keju yang

berasal dari Swiss juga mengandung tripeptida yang sama. Seiring dengan proses

pembuatannya, konsentrasi Ile-Pro-Pro dan Val-Pro-Pro akan meningkat selama

proses pematangan, hingga mencapai 100 mg/kg setelah 4-7 bulan. Fraksi whey

(dadih) seperti dalam produk yoghurt juga ditemukan mengandung dipeptida Tyr-

Page 19: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

4

Pro, yang menunjukkan efek antihipertensi yang signifikan pada tikus

(spontaneously hypertensive rats -SHR) (Matsui et al., 2006).

Salah satu bahan pangan nabati yang kaya akan sumber protein adalah

kedelai. Kedelai merupakan salah satu tanaman budidaya yang banyak

dibudidayakan di dunia khususnya di Asia. Kedelai memiliki beberapa nutrisi

penting termasuk protein dan peptida bioaktif (Huang et al., 2012). Kedelai dapat

menurunkan tekanan darah, mencegah terjadinya hipertensi serta mengurangi

stres oksidatif (Vasdev & Stuckless, 2010.). Beberapa jenis kedelai telah terbukti

memiliki beberapa agen penghasil antioksidan alami karena kaya akan kandungan

senyawa fenolik (Murakami et al., 1984; Drumm et al., 1990) (Scalbert et al.,

2005). Selain itu pula kedelai memiliki beberapa nutrisi penting termasuk protein

penghasil peptida bioaktif yang berfungsi sebagai agen antihipertensi (Shimakage,

et al. 2012). Kinosita et al., (1993) telah melakukan purifikasi dan

mengidentifikasi peptida bioaktif antihipertensi yang diperoleh dari kecap hasil

fermentasi kacang kedelai. Takahama et al., (1993) juga telah melakukan

penelitian antihipertensi dan menghasilkan peptide bioaktif dari kacang kedelai

yang dipermentasi (paste miso). Okamoto et al., (1995) menemukan beberapa

petida bioaktif yang diperoleh dari makanan tradisonal jepang (soybeen natto)

yang difermentasi dengan Bacillus subtilis.

Susu kedelai merupakan salah satu olahan yang merupakan hasil ekstraksi

kedelai oleh air (Muchtadi, 2010). Susu kedelai kaya akan nutrisi dan memiliki

sejumlah protein, zat besi, asam lemak tak jenuh dan niacin yang tinggi, namun

rendah lemak, karbohidrat, kalsium. Rendahnya kandungan lemak jenuh dan

Page 20: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

5

kolesterol dalam susu kedelai dapat mengurangi risiko penyakit jantung (Kim et

al, 2006; Jinapong et al., 2008). Susu kedelai juga aman bagi orang dengan

intoleransi laktosa atau alergi susu sapi dan aman untuk anak-anak dengan

galaktosemia. Selain itu susu kedelai juga relatif lebih murah jika dibandingkan

dengan susu sapi sehingga secara ekonomis bisa dikonsumsi oleh sebagian besar

orang (Subrota et al., 2013).

Al-Qur’an telah menjelaskan tentang ayat-ayat kekuasaan Allah,

sehingga apa yang telah diciptakanNya patut disyukuri dan di pelajari. Allah

berfirman dalam al-Qur’an surat Al Qaf ayat 9 yang berbunyi:

“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami

tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-bijian untuk dipanen”.

(QS. Al Qaf: 9)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah S.W.T telah menurunkan air

kemudian telah ditumbuhkanNya pohon-pohon dan biji-bijian untuk dipanen

sebagai bahan pangan yang memiliki banyak manfaat. Bahan pangan yang

termasuk golongan ini antara lain adalah kacang kedelai. Kadar protein

kacang-kacangan berkisar antara 20-25%, sedangkan pada kedelai mencapai 40%.

Kadar protein dalam produk kedelai bervariasi misalnya, tepung kedelai 50%,

konsentrat protein kedelai 70% dan isolat protein kedelai 90% (Winarsi, 2010) .

Page 21: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

6

Susu kedelai memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai

alternatif penghasil peptida antihipertensi alami. Namun demikian susu kedelai

memiliki beberapa keterbatasan seperti rasa langu yang tidak menyenangkan

untuk beberapa produk makanan, dan juga mengandung rafinosa dan stachyose

yang tidak dapat dicerna oleh manusia sehingga dapat menyebabkan perut

kembung (Thananunkul et al., 1976). Hal ini dapat dikurangi dengan cara

mengolah susu kedelai melalui proses fermentasi sehingga menjadi produk

makanan yang lebih mudah dicerna dan kaya akan nutrisi (Subrota et al., 2013).

Penelitian mengenai protein hidrolisat dari susu kedelai sejauh ini belum

banyak dilakukan. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Tomatsu et al., (2012),

telah menghasilkan delapan agen antihipertensi yang diperoleh dari hidrolisat

protein kedelai melalui perlakuan hidrolisis protease (PROTIN SD-NY10).

Kedelapan peptide bioaktif tersebut anatara lain : FFYY (IC50,1.9 μM), WHP (4.8

μM), FVP (10.1 μM), LHPGDAQR (10.3 μM), IAV (27.0 μM), VNP (32.5 μM),

LEPP (100.1 μM), and WNPR (880.0 μM). Dengan melihat besarnya potensi

peptide bioaktif yang dihasilkan dari protein susu kedelai maka dimungkinkan

sebagaian besar protein kacang kedelai yang larut dalam susu kedelai dapat

dimanfaatkan sebagai sumber penghasil peptide bioaktif antihipertensi. Dalam

penelitian ini telah dilakukan preparasi peptida bioaktif dari hidrolisat susu

kedelai yang dihidrolisis secara enzimatik menggunakan enzim proteolitik pepsin.

Dasar pemilihan enzim ini karena pepsin merupakan salah satu komponen enzim

proteolitik yang mudah didapat dan beberapa hidrolisat protein nabati lainnya

yang menghasilkan peptide bioaktif juga telah terbukti banyak dihasilkan melalui

Page 22: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

7

pemotongan enzim ini. Pengujian aktifitas antihipertensi dilakukan secara in vitro

melalui uji daya hambat fragmen peptida terhadap aktifitas enzim ACE secara

ekperimental dan dibandingkan dengan kontrol positif (obat antihipertensi

sintetik). Hasil hidrolisis enzimatik tersebut diharapkan menghasilkan peptida

bioaktif yang tetap memiliki aktifitas fisiologis khususnya ketika diaplikasikan

secara in vivo dan mampu diserap dalam usus halus untuk selanjutnya

didistribusikan melalui sistem pembuluh darah sebagai agen antihipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah aktifitas antihipertensi peptida bioaktif hasil hidrolisis

protein susu kedelai melalui pengujian secara in vitro?

2. Bagaimanakah karaktersitik peptide bioaktif yang dihasilkan berdasarkan

bobot molekulnya?

3. Apakah enzim proteolitik (pepsin) yang digunakan dalam penelitian ini

mampu menghasilkan peptida bioaktif dengan daya inhibisi yang lebih

baik terhadap enzim ACE (Angiotensin Coverting Enzyme) dibandingkan

dengan kontrol (obat antihipertensi sintetis) ?

1.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah

1. Hidrolisis protein susu kedelai secara enzimatik dengan menggunakan

enzim pepsin mampu menghasilkan fragmen peptide bioaktif yang bersifat

antihipertensi.

Page 23: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

8

2. Peptide bioaktif antihipertensi yang dihasikan dari hidrolisis susu kedelai

memiliki bobot molekul antara 3-10 kDa.

3. Aktifitas antihipertensi peptide bioaktif dari hidrolisat susu kedelai lebih

tinggi dibandingkan dengan kontrol (obat sintetis).

1.4 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan aktifitas antihipertensi fragmen peptida bioaktif yang

dihasilkan dari hidrolisis protein susu kedelai.

2. Menentukan kondisi optimum waktru hidrolisis protein susu kedelai

yang menghasilkan peptida bioaktif dengan aktivitas antihipertensi

tertinggi.

3. Menentukan karakteristik peptide bioaktif dari hidrolisat susu kedelai

berdasarkan bobot molekulnya.

1.5 Manfaat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai potensi

susu kedelai sebagai pangan fungsional yang mampu mencegah hipertensi melalui

proses hidrolisis enzimatik sehingga dapat digunakan sebagai kandidat alternative

obat antihipertensi yang murah dan aman.

Page 24: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Susu Kedelai

Susu kedelai merupakan produk hasil ekstraksi kedelai dengan

menggunakan air, yang mempunyai penampakan dan nilai gizi mirip dengan susu

sapi. Susu kedelai mengandung serat kasar dan tidak mengandung kolesterol

sehingga cukup baik bagi kesehatan. Selain itu susu kedelai tidak mengandung

laktosa sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita Lactose Intolerant. Selama

proses pengolahan susu kedelai menjadi soyghurt, susu kedelai biasanya

mengalami perubahan sifat kimia. (Muchtadi & Sugiyono, 1992). Cahyadi (2007)

menyebutkan bahwa susu kedelai merupakan minuman yang bergizi karena

kandungan proteinnya yang tinggi. Selain itu susu kedelai juga mengandung

lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin A, vitamin B (kecuali

B12). Untuk meningkatkan kandungan gizinya, susu kedelai dapat diperkaya

dengan vitamnin dan mineral yang dibutuhkan tubuh.

Susu kedelai dinilai lebih ekonomis ketimbang susu sapi dan cocok untuk

dikonsumsi oleh beberapa orang yang tidak dapat mengkonsumsi susu sapi. Susu

kedelai memiliki kandungan gizi yang hampir sama seperti susu sapi yakni

diantaranya protein, air dan minyak. Selain itu, susu kedelai juga lebih aman

karena rendah akan lemah jenuh dan kolestrol bahkan susu ini juga dapat

menurunkan kolestrol jahat dan meningkatkan kolestrol baik. Ini sebabnya,

banyak masyarakat yang menyukai susu kedelai untuk sarapan pagi atau di saat

Page 25: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

10

mereka beraktivitas. Baik susu kedelai maupun susu sapi pada dasarnya

merupakan sumber protein yang baik dikonsumsi untuk tubuh. Perbandingan

antara susu kedelai dan susu kedelai dapat di lihat di tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Susu Kedelai dan Susu Sapi Per 100 Gram

Komposisi Susu Kedelai Susu Sapi

Air (%) 88.60

88.60

Kalori (kkal) 52.99 58.00

Protein (%) 4.40 2.90

Karbohidrat (%) 3.80 4.50

Lemak (%) 2.50 0.30

Vit B1 (%) 0.04 0.04

Vit B2 (%) 0.02 0.15

Vit A (%) 0.02 0.20

Kalsium (mg) 15 100

Fosfor (mg) 49 90

Natrium (mg) 2 16

Besi (mg) 1.2 0.1

Asam lemak Jenuh (%) 40-48 60-70

Asam lemak tidak jenuh

(%)

52-60 30-40

Kolesterol (mg) 0 9.2-9.90

Abu (gram) 0.2 0.7

(Sumber : Koswara, 2006)

Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati utama yang

murah dan mudah didapat oleh masyarakat (Deptan, 2009). Kandungan asam

amino lisin yang tinggi pada kedelai dapat meningkatkan kualitas sumber daya

manusia Indonesia (Susanto & Saneto, 1994). Selain itu untuk meningkatkan

produk olahan kedelai menjadi berbagai macam produk seperti tahu (yuba), tauco,

roti, kue-kue, susu kedelai, dan yoghurt (Astawan, 2004).

Kacang kedelai mengandung asam pitat yang tinggi, yang dapat

menghambat penyerapan zat besi dan zink. Kedelai juga mengandung toksik

misalnya anti tripsin yang menghambat kerja enzim tripsin dan bau langu. Kedelai

Page 26: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

11

memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk dapat dikonsumsi secara aman dan

perlu pemanasan untuk merusak zat toksik (Sediaoetama, 1993).

Susu kedelai memiliki kadar protein dan komposisi asam amino yang

hampir sama dengan susu sapi. Keunggulan lain dari susu kedelai dibandingkan

susu sapi adalah susu kedelai tidak mengandung kolesterol. Kandungan protein

dalam susu kedelai dipengaruhi oleh varietas kedelai. Protein susu kedelai

mempunyai susunan asam amino yang mendekati asam amino susu sapi dengan

kandungan asam amino lisin yang lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Susu

kedelai juga memiliki laktosa rendah sehingga dapat digunakan sebagai pengganti

susu sapi bagi orang-orang yang tidak tahan terhadap laktosa susu sapi (Lactose

intolerance) (Astawan, 2004).

Sebuah penelitian yang dilakukan di Eropa menunjukkan bahwa

perempuan yang meminum susu kedelai setiap hari memiliki risiko osteoporosis

56% lebih rendah dibandingkan dengan perempuan yang tidak meminumnya.

Susu kedelai yang kaya dengan kandungan phytoestrogen ternyata bisa membuat

regenerasi tulang menjadi lebih baik. Proses regenerasi tulang dari sel-selnya

disebut sebagai proses osteoblastik dan susu kedelai diyakini akan mampu

membantu proses ini berjalan dengan lebih baik sehingga tulang pun akan

diregenerasi dengan baik dan kekuatannya pun terjaga hingga usia yang tua.

Selain itu, susu kedelai dapat meringankan gejala menopause, seperti sensasi hot

flashes dan keringat di malam hari. Kedelai juga diduga dapat membantu fungsi

kognitif wanita yang berusia di bawah 65 tahun.

Page 27: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

12

Manfaat susu kedelai lainnya tidak terlepas dari kandungan yang ada

dalam kedelai. Beberapa kandungan susu kedelai yang baik bagi tubuh antara lain

:

a. Susu kedelai mengandung protein yang hampir sama banyaknya dengan

susu sapi, tapi dengan kalori yang lebih rendah.

b. Vitamin D penting untuk kesehatan tulang. Banyak susu kedelai yang

dijual telah ditambahkan dengan vitamin D.

c. Vitamin B12 membantu memproduksi sel darah merah sehingga

mencegah anemia. Sumber Vitamin B12 antara lain telur dan produk susu.

Namun, bagi pemakan sayuran alias vegetarian atau mereka yang alergi

terhadap susu sapi, konsumsi susu kedelai membantu melengkapi

kebutuhan Vitamin B12

d. Susu kedelai juga mengandung seng atau zinc yang penting untuk sistem

kekebalan tubuh.

e. Kedelai tinggi akan kandungan asam lemak seperti omega-3 yang dapat

membantu mengurangi kadar lemak darah (kolesterol total dan

trigliserida), sehingga mengurangi risiko penyakit jantung koroner dan

serangan jantung.

f. Kalsium dan magnesium yang terkandung dalam kedelai diduga mampu

membantu mengurangi gejala pra-menstruasi, mengatur kadar gula darah,

dan mencegah sakit kepala sebelah atau migraine (Cahyadi, 2007).

Page 28: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

13

2.2 Peptida Bioaktif

Peptida bioaktif didefinisikan sebagai komponen zat makanan yang

berasal dari atau dihasilkan melalui proses hidrolisis protein dan mampu

memberikan efek fisiologis dalam tubuh (Korhonen & Pihlanto, 2006). Peptida

bioaktif umumnya merupakan fragmen protein yang dihasilkan melalui sistem

pencernaan dengan menggunakan enzim proteolitik spesifik dan atau melalui

fermentasi. Beberapa peptida biasanya tetap dalam keadaan dormant sampai

akhirnya diproses oleh protease spesifik. Enzim proteolitik pencernaan

melepaskan peptida yang telah dihidrolisis menjadi fragmen yang lebih sederhana

yang memberikan efek biologis yang spesifik. Beberapa jenis peptida bioaktif

umumnya terdiri dari 2-20 residu asam amino walaupun ada beberapa yang

memiliki panjang lebih dari 20 residu. Peptida bioaktif ini diserap dalam usus

halus dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah sehingga mereka memiliki

efek fisiologis tertentu dalam sistem metabolisme atau memiliki efek khusus

dalam membantu sistem pencernaan yang ada di usus halus (Vermeirssen et al.,

2004).

Penelitian awal tentang peptida bioaktif dimulai pada 1950-an, dimana

awalnya para peneliti dan ahli teknologi pangan memusatkan perhatian mereka

pada peptida yang mampu mengaktifkan reseptor rasa. Kemudian pada tahun

1978, Yamasaki & Maekawa (1978), mengisolasi "peptida lezat" dari hasil

hidrolisis daging sapi menggunakan papain yang memberikan rasa kaldu yang

khas (umami / gurih). Isolasi peptida bioaktif dilakukan dengan teknik gel filtrasi,

kromatografi pertukaran ion, elektroforesis dan degradasi Edman untuk

Page 29: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

14

menentukan urutan peptida tersebut. Penelitian peptida bioaktif lebih lanjut

diarahkan pada korelasi antara aspek kesehatan dan diet. Protein zat gizi

memainkan peran penting dalam pencegahan berbagai penyakit, dan

mengoptimalkan fungsi kesehatan manusia (Mils et al, 2011).

Peptida bioaktif umumnya memiliki berat molekul yang rendah dan

bersifat hidrofobik. Menurut Meisel dan FitzGerald (2003), peptida bioaktif

umumnya terdiri dari 2-20 asam amino dan banyak peptida bioaktif yang

mempunyai sifat fungsinonal lebih dari satu.

2.2.1 Produksi Peptida Bioaktif

Peptida bioaktif dapat diproduksi dari protein makanan, yaitu dengan cara

memutus ikatan peptida dari protein tersebut, sehingga dihasilkan struktur yang

lebih pendek dengan komposisi dan urutan asam amino tertentu (Gambar 1).

Gambar 1. Pembentukan peptida bioaktif melalui hidrolisis protein

Page 30: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

15

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memutus ikatan peptida, yaitu

hidrolisis enzim (in vitro/in vivo) dan fermentasi (Gambar 2).

Gambar 2. Proses produksi peptida bioaktif dari protein makanan (López-

Fandiño, et al. 2006).

Hidrolisis Enzim

Enzim-enzim tertentu dapat digunakan untuk memutus ikatan peptida,

contohnya tripsin dan pepsin. Sebenarnya peptida bioaktif diproduksi di usus kita,

yaitu dengan cara menghidrolisis protein yang kita konsumsi dengan

menggunakan enzim tripsin dan pepsin yang sudah ada dalam tubuh.

Page 31: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

16

Fermentasi Mikroba

Banyak produk fermentasi terutama yang berbasis susu menggunakan kultur

starter yang mempunyai daya proteolitik tinggi, contoh Lactococcus lactis dan

Lactobacillus helveticus. Mikroba tersebut dapat memecah protein, sehingga

dihasilkan peptida dengan komposisi dan urutan asam amino tertentu. Setiap jenis

mikroba proteolitik mempunyai kemampuan memecah protein berbeda-beda,

perbedaan ini menyebabkan perbedaan jenis peptida bioaktif yang dihasilkan.

Contoh Lb. delbrueckii subsp. Bulgaricus akan memecah β-kasein menjadi Ser-

Lys-Val-Tyr-Pro-Phe-Pro-Gly Pro-Ile (Ashar &Chand, 2004), sedangkan Lb.

helveticus CP90 proteinase akan mengkonversi β-kasein menjadi Lys-Val-Leu-

Pro-Val-Pro-(Glu) (Maeno et al. 1996). Setelah ikatan peptida terputus, tahap

selanjutnya adalah fraksinasi untuk mendapatkan peptida yang spesifik

berdasarkan berat molekul (BM) tertentu. Di industri besar, fraksinasi dilakukan

dengan ultrafiltrasi sehingga dihasilkan peptida dengan BM 1-300 kDa.

2.2.2 Sifat Fungsional

Sifat fungsional dari peptida bioaktif sangat ditentukan oleh susunan asam

amino dari peptida bioaktif tersebut, contoh peptida dengan komposisi dan

susunan asam amino Val-Lys-Glu-Ala-Met-Ala-Pro-Lys mempunyai fungsi

sebagai antioksidan (Herna´ndez-Ledesma et al., 2004). Pada peptida dengan

urutan asam amino Val-Pro-Pro atau Ile-Pro-Pro mempunyai fungsi sebagai ACE

inhibitory (Nakamura et al., 1995). Secara umum sifat fungsional dari peptida

bioaktif yang berasal dari turunan susu dapat dibagi menjadi empat kelompok,

yaitu sifat fungsional yang berkaitan dengan sistem peredaran darah

Page 32: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

17

(cardiovascular system), sistem saraf (nervous system), sistem pencernaan

(gastrointestinal system) dan sistem imun (immune system) (Korhonen &

Pihlanto, 2006).

Gambar 3. Beberapa sifat fungsional peptida bioaktif yang diperoleh dari

makanan (Dziuba & Darewicz, 2007).

2.2.3. Sumber-sumber Peptida bioaktif

Selama lebih dari dua dekade, beberapa peptida bioaktif antihipertensi

telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari berbagai sumber protein hewani

maupun nabati. Protein tersebut terbukti mampu menurunkan tekaan darah pada

hewan percobaan dan pada manusia. Diantara sumber peptida bioaktif tersebut

antara lain bersumber dari protein plasma daging sapi, protein telur, protein ikan

tuna, dan beberapa jenis protein nabati seperti protein susu kedelai, anggur dan

Sifat-sifat turunan

Protein Makanan

Aktivitas

Antioksidan

Sifat

Antikanker

Aktivitas

Antihipertensi

Sifat

Anti-Inflamasi Sifat

Multifungsi

Aktivitas

Antimikroba Pengobatan

Penyakit Hati

Sifat

Penurun Lipid

Sifat

Imunomodulator

Page 33: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

18

jagung (Arihara & Ohata, 2006; Matsui., et al. 2006; Jang, et al., 2011; Pihlanto-

Leppälä, 2000).

2.2.4 Isolasi dan Identifikasi Peptida Bioaktif

Tahapan isolasi dan identifikasi peptida bioaktif yang dihasilkan dari

hidrolisis protein dapat dilihat pada gambar 5. Tahapan pertama adalah protein

yang merupakan sumber peptida bioaktif dihidrolisis secara enzimatik dan

hidrolisat (crude extract) diidentifikasi bioaktifritasnya melalui pengujian secara

in vitro misalnya uji aktifitas antioksidan, antihipertensi, dll. Selanjutnya protein

hirolisat yang memiliki bioaktifitas tertentu difraksinasi berdasarkan ukuran

fragmen peptidanya misalnya dengan teknik presipitasi ammonium sulphat atau

menggunakan membran filtrasi. Selanjutnya fragmen yang telah difraksinasi

dipisahkan dan diindentifikasi dengan teknik yang lain misalnya HPLC,

kromatografi gel filtrasi atau elektroforesis SDS-PAGE (Sodium dodecyl sulphate

acrylamide gel electrophoresis). Fragmen yang telah dimurnikan diuji kembali

bioaktifitasnya dan peptida yang memiliki aktifitas tertinggi diidentifikasi lebih

lanjut dengan LCMS/MS untuk menentukan sekuen asam aminonya. Jika sekuen

asam amino peptida telah dapat ditentukan maka langkah selanjutnya adalah

konstruksi atau sintesis peptida tersebut secara in vitro atau melalui teknik

rekayasa genetik sehingga peptida tersebut dapat diproduksi dalam jumlah besar.

Prosedur isolasi peptida bioaktif dapat dilihat pada gambar 4.

Page 34: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

19

2.3 Peptida Bioaktif Antihipertensi

Peptida bioaktif antihipertensi dapat dihasilkan dari berbagai sumber

pangan antara lain susu, keju dan produk turunannya juga peptida yang berasal

dari sumber protein nabati seperti protein kedelai dan produk fermentasinya yang

sekarang banyak dikembangkan. Peptida bioaktif ini dapat diproduksi melalui satu

atau lebih kombinasi metode berikut :

a. hidrolisis enzimatis

b. fermentasi sumber makanan berdasarkan protein

c. rekombinasi genetik pada sel bakteri

Protein sumber peptida bioaktif (daging, susu, ikan, yoghurt, protein

tumbuhan, dll)

Protein hidrolisat

(Crude extract)

Fraksi peptida bioaktif

(< 10 kDa)

Isolat peptida bioaktif

(<10 residu aa)

Peptida sintetis

(in vitro)

Hidrolisis enzimatik

(enzim proteolitik)

Bioassay (antihipertesi,

antioksidan, antikanker, dll)

(enzim proteolitik)

Fraksinasi & Bioassay

HPLC, SDS-PAGE, Gel Filtrasi

LCMS/MS

Gambar 4. Prosedur isolasi dan identifikasi peptida bioaktif dari makanan

(Arihara & Ohata, 2006)

Page 35: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

20

Hidrolisis enzimatik dilakukan oleh beberapa enzim proteolitik pencernaan.

Menurut literatur cara yang paling umum memproduksi peptida antihipertensi dari

protein makanan lebih banyak dilakukan melalui hidrolisis enzimatik. Beberapa

peptide inhibitor bagi Angiotensin Converting Enzyme (ACE) telah diproduksi

menggunakan enzim pencernaan antara lain pepsin tripsin dan kimotripsin

(Fitzgerald et al., 2004); (Gobbetti et al., 2002). Enzim proteolitik dari tanaman

(papain) dan sumber hewan (misalnya, pepsin dan tripsin), juga telah digunakan

dalam memproduksi peptida antihipertensi (Pihlanto-Leppala, 2000). Berbagai

sumber makanan penghasil peptida antihipertensi telah diproduksi dengan

hidrolisis enzimatik misalnya pada produk susu. Penelitian yang telah dilakukan

pada Maes, et al. (2004) menghasilkan lactokin di Ala-Leu-Pro-Met-Nya-Ile-Arg

(ALPMHIR) sebagai inhibitor ACE. Studi terbaru tentang peptida antihipertensi

dari hidrolisat lactoferr (LFHs) yang dihasilkan oleh tripsin dan proteinase K yang

berbeda bekerja pada sistem renin-angiotensin (RAS) dan endotelin (ET)

(Fernandez-Musoles, 2013).

Di antara sumber tanaman, peptide bioaktif Met-Arg-Trp (MRW) yang

diisolasi dari daun bayam melalui hidrolisis pepsin diketahui dapat menurunkan

tekanan darah melalui prostaglandin D (2) dependent-vasorelaxation dalam SHRs

melalui pengujian secara in vivo (Zhao et al., 2008). Isolat protein kacang yang

dihidrolisis dengan alcalase juga telah terbukti sebagai inhibitor ACE melalui

renin and calmodulin-dependent phosphodiesterase (CaMPDE) (Lie et al., 2011).

Empat peptida ITP, IIP, GQY dan STYQT telah diisolasi oleh enzim protease dari

protein ubi jalar dimana peptide ITP ditemukan untuk menjadi inhibitor ACE

Page 36: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

21

yang paling ampuh berdasarkan hasil studi in vivo pada tikus (Ishiguro et al.,

2012). Oligopeptida jamur dengan urutan LSMGSASLSP juga telah

menghasilkan inhibitor ACE yang disiolasi dari jamur Hypsizygus marmoreus

(Kultivar coklat). Ekstrak tubuh buah yang dimurnikan terbukti memiliki aktifitas

antihipertensi pada SHRs (Kang, et al. 2012). Studi lainnya menunjukkan terdapat

dua inhibitor ACE baru dari tubuh buah Pleurotus cornucopiae yang dimurnikan.

Dengan urutan RLPSEFDLSAFLRA dan RLSGQTIEVTSEYLFRH dengan

massa molekul masing-masing 1.622,85 dan 2037.26 Da (Jang et al., 2011).

Makroalga telah menjadi bagian dari makanan pokok di Asia Timur selama

berabad-abad dan memiliki aplikasi yang luas dalam produk pangan fungsional

dan produk neutrasetikal misalnya pada produk hidrolisat papain dari Palmaria

palmata mentah memeiliki aktifitas penghambatan peptida terhadap renin dengan

sekuen asam amino IRLIIVLMPILMA. Bioaktivitas peptida ini dikonfirmasi oleh

uji penghambatan renin (Fitzgerald et al., 2012). Di antara produk sereal,

hidrolisat gliadin gandum juga dapat bertindak sebagai inhibitor ACE. Peptida Ile-

Ala-Pro hasil hidrolisis protease asam terbukti signifikan mampu menurunkan

tekanan darah pada SHRs secara intraperitoneal (Motoi & Kodama, 2003). Isolat

protein biji rami (FPI) yang kaya arginine diperoleh melalui hidrolisis enzimatik

dengan tripsin dan pronase diamati menghasilkan efek vasodilatasi secara in vivo.

Studi in vivo pada SHRs menyarankan bahwa tingkat penyerapan peptida dapat

dibandingkan dengan cepat pada komposisi asam amino dalam menurunkan

tekanan darah (Udenigwe et al., 2012).

Page 37: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

22

Pada skala besar serin protease alcalase adalah yang paling banyak

digunakan dan merupakan keluarga endo-protease yang mampu mencerna

berbagai protein nabati seperti kacang-kacangan, canola, protein biji bunga

matahari, protein kedelai, beras serta hijau dan cewek kacang menunjukkan

potensi tinggi untuk inhibitor ACE (Pihlanto & Makinen, 2013).

Peptida antihipertensi lainnya banyak dihasilkan dari proses fermentasi.

Kultivar industri fermentasi susu sering dimanfaatkan untuk produksi

antihipertensi karena memiliki secara alamiah meiliki aktifitas proteolitik yang

sangat tinggi. Enzim proteolitik dihasilkan bakteri asam laktat (BAL) seperti

Lactococcus lactis, Lactobacillus helveticus dan L. bulgaricus delbrueckii ssp.

terikat pada dinding sel dan sejumlah peptidase intraseluler, termasuk termasuk

endo peptidase, aminopeptidase, tri peptidase dan dipeptidase (Christensen, et al.

1999). Berdasarkan aktifitas peptidase tersebut, banyak produk komersial yang

telah disintesis untuk uji klinis pengujian efikasi dengan menggunakan subyek

hipertensi yang berbeda.

Sebagian besar protein diet, khususnya protein susu mengandung peptida

aktif fisiologis yang memiliki urutan sekuen protein yang berbeda. Peptida ini

dilepaskan pada sistem pencernaan gastrointestinal atau dalam pengolahan

makanan dan menghasilkan fungsi fisiologis yang berbeda. Peptida bioaktif yang

diperoleh dari susu terbukti memiliki aktifitas antihipertensi, antimikroba,

imunomodulator, antioksidan dan aktifitas pengikatan mineral (Jakala &

Papaatalo, 2010). Dengan demikian produk fermentasi susu dapat menghasilkan

peptida inhibitor ACE yang mampu menurunkan tekanan darah. Beberapa peptida

Page 38: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

23

susu juga telah ditemukan memiliki aktifitas pengikatan reseptor opioid

(Yamamoto and Takano, 1999). Produk fermentasi susu menghasilkan peptida

aktif biologis valyl-prolyl-proline (Val-Pro-Pro) dan isoleucyl-prolyl-proline (Ile-

Pro-Pro) diketahui mampu menurunkan tekanan darah pada tikus hipertensi secara

spontan (Nakamura, et al. 1995). Dua peptida lainnya (Tyr-Pro dan Lys-Val-Leu-

Pro-Val-Pro-Gln) yang dimurnikan dan dikarakterisasi dari fermentasi susu juga

terbukti memiliki aktivitas inhibitor ACE (Maeno et al., 1996) (Yamamoto et al.,

1999). Nurminen et al. (2000) menemukan bahwa alpha-lactorphin (Tyr-Gly-Leu-

Phe) juga mampu menurunkan tekanan darah pada normotensif dan

SHRs. Seppo et al. (2003) melaporkan bahwa produk susu fermentasi bernama

Evolus atau Kaiku Vitabrand, terbukti mampu menurunkan tekanan darah pada

relawan hipertensi selama 8 minggu sebesar -14.9mm. Uji coba lainnya yang

terkontrol pada pria hipertensi mampu menurunkan tekanan darah sistolik dalam

dua minggu sebesar -4.3mm Hg (Mizushima et al., 2004). Sebuah studi pada

hidrolisat kasein (Ameal Peptida) mampu menurunkan tekanan darah sebesar -

6.3mm Hg dalam 6 minggu (Mizuno et al., 2005).

Whey dari susu yang difermenasi oleh Streptococcus thermophilus dan

Lactobacillus bulgaricus bersama dengan penambahan protease yang selanjutnya

difraksinasi menjadi empat fraksi dengan kromatografi gel filtrasi menggunakan

kolom Sephadex G-15 menunjukkan fraksi keempat memiliki rasio efisiensi

inhibisi tertinggi (IER) dan berisi yang peptida Tyr-Pro-Tyr-Tyr, dengan IC50

adalah 90,9 µM dengan penurunan tekanan darah sistolik (SBP) dan tekanan

darah diastolik (DBP) masing-masing sebesar 15,9 dan 15,6 mm Hg pada tikus

Page 39: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

24

SHR setelah 8 minggu pemberian oral whey yang diencerkan (konsentrasi peptida

4,9 mg /ml). Tri peptida yang dihasilkan dari kasein, IPP dan VPP juga mampu

menghambat ACE dan mengurangi kekakuan arteri pada manusia pada

konsentrasi mikromolar yang dihasilkan oleh fermentasi susu dengan Lactobacilli

(Jakala & Papaatalo, 2010). Beberapa peptida antihipertensi lainnya telah

dilaporkan dari fermentasi susu dengan Enterococcus faecalis CECT 5727. Dua

dari peptide teridentifikasi LHLPLP dan LVYPFPGPIPNSLPQNIPP,

menunjukkan aktifitas penghambatan terhadap ACE dengan dengan nilai IC50

sebesar 5mM dan menunjukkan aktivitas antihipertensi pada tikus hipertensi.

Secara khusus, b-kasein f (133-138), menghasilkan peptide bioaktif yang

berpengaruh signifikan pada hewan uji (Quiroz et al., 2007).

Produk kedelai yang difermentasikan, seperti pada produk pangan

tradisional (kecap dan tempe), telah diketahui menjadi salah satu sumber penting

penghasil peptida antihipertensi yang berperan sebagai inhibitor ACE (Cha &

Park, 2005) (Vallabha & Tiku, 2014). Peptida antihipertensi lainnya dari produk

pangan kedelai yang telah diidentifikasi adalah produk kedelai Korea

"chunggugjang" yang diperoleh dari fermentasi kedelai dengan Bacillus subtilis

CH-1023 (Korhonen & Pihlanto 2003). Peptida antihipertensi lainnya telah

diidentifikasi antara lain dalam pasta kedelai (Shin, et al. 2001), kecap (Okamoto

et al., 1995) (Nakahara et al., 2010), natto dan tempe (Gibbs at al., 2004), dan

produk fermentasi kedelai lainnya (Rho et al., 2009) (Ibe et al., 2009).

Page 40: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

25

2.4 Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan

hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri

meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari

biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah.Tekanan darah

melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung

berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan darah

normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100–140

mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi

bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih (Chobanian et al, 2003).

Enzim yang berperan terhadap kasus tekanan darah tinggi adalah enzim

pengonversi angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme, ACE), yang

berhubungan dengan sistem renin angiotensin (Ahhmed & Muguruma, 2010)

Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer (esensial) atau hipertensi

sekunder. Sekitar 90–95% kasus tergolong "hipertensi primer", yang berarti

tekanan darah tinggi tanpa penyebab medis yang jelas. Kondisi lain yang

mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin menyebabkan 5-10%

kasus lainnya (hipertensi sekunder).

Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke, infark miokard

(serangan jantung), gagal jantung, aneurisma arteri (misalnya aneurisma aorta),

penyakit arteri perifer, dan penyebab penyakit ginjal kronik. Bahkan peningkatan

sedang tekanan darah arteri terkait dengan harapan hidup yang lebih pendek.

Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat memperbaiki kontrol tekanan darah

Page 41: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

26

dan mengurangi resiko terkait komplikasi kesehatan. Meskipun demikian, obat

seringkali diperlukan pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup saja terbukti

tidak efektif atau tidak cukup dan biasanya obat harus diminum seumur hidup

sampai dokter memutuskan tidak perlu lagi minum obat.

Menurut Iskandar (2007), hipertensi dapat terjadi akibat beberapa faktor

seperti penyakit gagal ginjal, asupan garam yang tinggi, kelainan endokrin, stres

atau salah pemakaian obat. Tekanan darah juga dipengaruhi Renin Angiotensin

System (RAS) yang melibatkan pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II

oleh enzim pengubah angiotensin (ACE) (Yusuf, 2008).

Gambar 5. Mekanisme terjadinya hipertensi berdasarkan penyebab (Vasdev &

Stuckless, 2010)

Page 42: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

27

2.5 Antihipertensi

Antihipertensi adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati

hipertensi. Antihipertensi juga diberikan pada individu yang memiliki resiko

tinggi untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko terkena

stroke maupun miokard infark. Pemberian obat bukan berarti menjauhkan

individu dari modifikasi gaya hidup yang sehat seperti mengurangi berat badan,

mengurangi konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok, mengurangi stress

dan berolahraga (Nelson, 2010).

Pemberian obat perlu dilakukan segera pada pasien dengan tekanan darah

sistolik ≥ 140/90 mmHg. Pasien dengan kondisi stroke atau miokard infark

ataupun ditemukan bukti adanya kerusakan organ tubuh yang parah (seperti

mikroalbuminuria, hipertrofi ventrikel kiri) juga membutuhkan penanganan segera

dengan antihipertensi (Nelson, 2010).

Pada dasarnya pengobatan dengan antihipertensi itu penting agar pasien

dapat mencapai tekanan darah yang dianjurkan. Level tekanan darah yang

diharapkan pada pasien hipertensi yang tidak disertai komplikasi adalah 140/90

mmHg atau lebih rendah bila memungkinkan, sedangkan pada pasien mengalami

insiden kerusakan organ akhir atau kondisi seperti diabetes, level tekanan darah

yang diharapkan adalah 130/90 mmHg, dan pada pasien proteinuria (>1 g / hari)

diharapkan tekanan darah di bawah 150/75 mmHg (Nelson, 2010). Adapun tujuan

pemberian antihipertensi yakni: (Ferder et al., 1987 and Shetty, 2003)

1. Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang muncul

akibat gagal jantung.

Page 43: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

28

2. Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang lebih

parah dan mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada.

3. Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien

yang sudah terkena serangan serebrovaskular.

4. Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan

hipertensi maternal.

2.6 ACE (Angiotensin I Converting Enzyme)

ACE (Angiotensin-converting enzim) adalah enzim yang berperan dalam

sistem renin-angiotensin tubuh yang mengatur volume ekstraseluler (misalnya

plasma darah, limfa, dan cairan jaringan tubuh), dan vasokonstriksi arteri. Fungsi

utama ACE adalah mengubah angiotensin (Ang I) I menjadi (Ang II), dan

degradasi bradikinin. Reseptor AT1 ada di berbagai organ seperti ginjal, kelenjar

adrenalin, jantung, pembuluh darah dan otak.

Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua

pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh yang pertama,

yaitu vasokontriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada

arteriol dan sedikit lebih lemah pada vena. Konstriksi pada arteriol akan

meningkatkan tahanan perifer, akibatnya akan meningkatkan tekanan arteri.

Konstriksi ringan pada vena-vena juga akan meningkatkan aliran balik darah vena

ke jantung, sehingga membantu pompa jantung untuk melawan kenaikan tekanan

(Guyton & Hall, 1997).

Cara utama kedua angiotensin meningkatkan tekanan arteri adalah dengan

bekerja pada ginjal untuk menurunkan eksresi garam dan air. Ketika tekanan

Page 44: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

29

darah atau volume darah dalam arteriola eferen turun (kadang-kadang sebagai

akibat dari penurunan asupan garam), enzim renin mengawali reaksi kimia yang

mengubah protein plasma yang disebut angiotensinogen menjadi peptida yang

disebut angiotensin II. Angiotensin II berfungsi sebagai hormon yang

meningkatkan tekanan darah dan volume darah dalam beberapa cara. Sebagai

contoh, angiotensin II menaikan tekanan dengan cara menyempitkan arteriola,

menurunkan aliran darah ke banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Angiotensin

II merangsang tubula proksimal nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air.

Hal tersebut akan jumlah mengurangi garam dan air yang diekskresikan dalam

urin dan akibatnya adalah peningkatan volume darah dan tekanan darah

(Campbell et al., 2004).

2.6.1 Struktur 3D enzim ACE

Struktur enzim ACE pertama kali ditentukan dari struktur kompleks

inhibitor dengan enzim ACE yakni kompleks ACE dengan Lisinopril yang telah

dilaporkan oleh Natest et al., (2003) yang ditentukan dari struktur kristal enzim

tersebut. Telah diketahui bahwa struktur enzim terdiri dari 27 heliks (96% dari

total residu asam amino) dan 6 struktur β-strands. Bentuk struktur enzim secara

3D membentuk struktur ellipsoid (dengan dimensi rata-rata 72 × 52 × 48 Å)

dengan jarak residu kontak ke pusat aktif sebesar 30 Å dan dibagi menjadi dua

sub-domain (Gambar 6).

Page 45: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

30

Gambar 6. Struktur 3D enzim ACE dengan dimensi rata-rata 72 × 52 × 48 Å

(Natesh, et al., 2003)

Bagian rongga diisi oleh empat heliks dan satu β-strand. Tiga dari struktur

heliks berisi residu asam amino yang bermuatan dan membatasi akses polipeptida

yang lebih besar ke arah sisi aktif enzim. Dua ion klorida terikat untuk bagian

dalam enzim yang berdekatan dengan sisi aktif enzim yang mengandung ion Zn

(II). Sisi aktif yang mengandung Zn(II) terikat pada HEXXH + E motif (His 383,

His 387 and Glu 411) dan satu molekul air yang berikatan koordinasi pada posisi

keempat.

Dari struktur kristal X-ray, diketahui bahwa kaptopril mengikat ke situs

aktif ACE melalui bagian tiol. ACE– kaptopril kompleks distabilkan oleh ikatan

hidrogen tambahan yang berinteraksi dengan gugus karbonil kaptopril melalui

His353 (2.54 A˚) dan residu-Nya 513 (2.69 A˚). Kelompok fenolik –OH Tyr520

berinteraksi dengan salah satu oksigen karboksilat dari proline moiety.9,19.

Selanjutnya, diamati bahwa fenolik -OH dari Tyr520 dan t-nitrogen His353

Page 46: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

31

diposisikan dalam jarak dekat dengan residu karboksilat dari bagian prolin (2,66

A˚dan 3,74 A˚ (Gambar 7).

Gambar 7. Skema struktur kristal kaptopril mengikat ke situs aktif ACE

(Bhaskar J. Bhuyan & Govindasamy Mugesh, 2011)

2.6.2 Mekanisme Penghambatan ACE (Angiotensin I converting enzyme)

Mekanisme penghambatan aktifitas ACE berkaitan dengan penurunan

tekanan darah dalam suatu tahapan yang diatur oleh sistem renin-angiotensin

(RAS). Renin suatu protease yang disekresikan sebagai respon dari stimulasi

fisiologis akan memotong protein angiotensinogen untuk menghasilkan

dekapeptida inaktif angiotensin I. Pemutusan angiotensin I dengan melepaskan

dua residu asam amino dari ujung C-terminal melalui bantuan ACE akan

menghasilkan oktapeptida aktif angiotensin II yang berfungsi sebagai

vasokonstriktor potensial yang akan menaikan tekanan darah (Gambar 7). Di sisi

lain, ACE juga berperan dalam sistem kellikreinkinin (KKS) yang mengkatalisis

degradasi nonapeptida bradiokinin yang merupakan vasodilator (suatu sistem

Page 47: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

32

pengaturan tekanan darah) dimana dengan penambahan inhibitor ACE,

mekanisme tersebut mampu dikendalikan dengan menghasilkan efek hipotensif

dengan cara mencegah pembentukan angiotensin II dan degradasi bradikinin yang

akan menurunkan tekanan darah pasien.

Pada tahun 1981, hipotesis mekanisme penghambatan enzim ACE telah

dijelaskan oleh Skegs et al., (1981) dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan

terdapat dua domain ACE (N-terminal and C-terminal domains). Domain C-

terminal memiliki sifat highly chloride ion-dependent (sangat bergantung pada ion

klorida), yang mengkatalisis pengubahan Ang1 menjadi Ang II (Gambar 7).

Sedangkan bagian N-terminal yang memiliki sisi aktif yang sama dengan domain

C-terminal yang akan mengkatalisis inaktifasi bradikinin dan tidak bergantung

pada anion. Sekuen asam amino ACE telah ditentukan oleh Soubrier et al.,

(1988) berdasarkan sekuen nukleotidanya dimna sisi aktif enzim terdiri dari

HEXXH + E binding motif untuk pengikatan ion Zn(II) pada sisi aktif. Enzim

ACE terdapat dalam dua bentuk isoenzim yaitu somatic ACE (sACE) dan

testicular ACE (tACE) yang ditranskripsi dari gen yang sama pada jaringan yang

spesifik. sACE merupakan polipeptida tunggal (single sub domain) dengan 1277

residu asam amino sdangkan tACE merupakan glikoproatein dengan 701 residu

asm amino. sACE terdapat dalam dua domain homolog (N dan C-domain) dengan

dua sisi aktif yang conserve dengan tACE meupakan protein single domain.

Selanjutnya tACE mengkatalisis konversi Ang I menjadi Ang II sedangkan sACE

mengkatalisis pengubahan bradikinin menjadi bradikinin (1-7) (Gambar 8).

Page 48: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

33

Gambar 8. Pengubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II oleh ACE dan

bradikinin menjadi bradikinin (1-7) (Bhuyan dan Mugesh, 2011)

2.6.3 Inhibitor ACE

Pada tahun 1960an, beberapa ilmuan telah mempelajari mekanisme RAS

dan KKS dan inhibisi enzim ACE serta kaitannya dengan penurunan tekanan

darah. Tahun 1965, untuk pertama kalinya ditemukan bahwa peptida dari bisa ular

Bothrops jararaca dapat menekan aktifitas potensial bradikinin (Ferreira, 1965).

Selanjutnya pada tahun 1968, Bakhle menemukan bahwa ekstrak yang sama dapat

menginhibisi pembentukan Ang II dari Ang I secara in vitro. Dua tahun

kemudian, Ng dan Vane mendemonstrakikan efek penghambatan ACE dari

peptida tersebut secara in vivo. Ekstrak peptida dari bisa ular untuk pertama kali

dimurnikan oleh Ferreira et al, (1970) di Squibb Institute for Medical Research

dan inhibitor potensial ACE teridentifikasi sebagai nonapeptida (teprotide).

Page 49: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

34

Pada beberapa dekade kemudian nonapeptida bisa ular digunakan sebagai

obat antihipertensi yang disuntikkan. Namun demikian penggunaan nonapeptida

ini secara oral tidak dapat dimungkinkan. Kelemahan tersebut telah mendorong

para peneliti untuk mencari obat antihipertensi yang dapat digunakan secara oral

dengan struktur yang hampir mirip dengan peptida tersebut. Pada tahun 1976,

Chusman dan Ondetti telah berhasil mensintesis captropil, suatu inhibitor ACE

pertama yang dapat digunakan secara oral. Captopril merupakan inhibitor

kompetetif ACE dan mengandung residu prolin yang akan terikat pada sisi aktif

enzim dan membentuk jembatan thiol dengan Zn (II). Inhibitor ini telah diakui

oleh FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat sebagai obat

antihipertensi sejak 1981. Adapun tahapan sintesis captopril adalah sebagaimana

dijelaskan pada gambar 9.

Gambar 9. Tahapan Sintesis Captopril (Cushman & Ondetti, 1977)

Resolusi diastereonmer pada pusat optik merupakan satu tahapan penting

dalam sintesis captopril dimana senyawa tersebut memiliki konfigurasi (S,S) yang

menghasilkan 3 keuntungan lingkungan kimia terhadap efek inhibisi ACE

Page 50: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

35

dibanding konfigurasi (R,S). Hal itu bisa dicapai dengan mereaksikan

diastereomer tersebut dengan disikloheksil amina dalam kloroform dan asetonitril.

Setelah penemuan captopril sebagai inhibitor ACE, beberapa senyawa

lainnya telah ditemukan dengan basis struktur dan kemampuan yang mirip dengan

senyawa tersebut diantaranya zofenopril (2), enalapril (3), fosinopril (4), lisinopril

(5), ramipril (6), tandolapril (7), perindopril (8), spirapril (9), rentiapril (10),

alacepril (11), benzapril (12), quinapril (13), moexipril (14), cilazapril (15)

(Cushman & Ondetti, 1999); (Patchett et al., 1980); (Petrillo, et al., 1983).

Kebanyakan dari inhibitor-inhibitor tersebut mengandung residu prolin atau

derivatnya seperti terlihat pada Gambar 10.

Page 51: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

36

Gambar 10. Struktur senyawa inhibitor ACE (Phacet et al., 1980)

Beberapa inhibitor ACE dapat dikelompokkan berdasarkan basis interaksi

mereka dengan pusat sisi aktif enzim yang mengandung Zn (II). Senyawa

inhibitor seperti enalarpril, lisinopril, ramipril, spirapril, berinteraksi melalui

mekanisme inhibitor kompetititf dengan berikatan pada sisi aktif enzim. Dengan

demikian reaktifitas gugus samping dan stereokimia inhibitor memegang peranan

sangat penting.

Aktifitas penghambatan enzim ACE dapat diukur baik secara in vitro

maupun in vivo. Pengujian secara in vitro dapat dilakukan melalui metode

Page 52: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

37

spektroskopi kolorimetri yang melibatkan pengubahan (Hipuril)-his-leu menjadi

asam hipurat dan dipeptida His-leu seperti pada gambar 11.

Gambar 11. Mekanisme reaksi pengubahan (Hipuril)-his-leu menjadi asam

hipurat (Cushman dan Ondetti, 1999)

Metode yang sering digunakan untuk mengukur aktifitas penghambatan

ACE telah dikembangkan oleh Cushman dan Cheung (1977), didasarkan pada

metode pengukuran spektrofotometri melalui uji penghambatan pembentukan

asam hipurat dan pengukuran nilai IC50 pada panjang gelombang 228 nm dengan

menggunakan Hippuryl-His-Leu (HHL) sebagai substrat. Nilai IC50 yang rendah

menunjukkan aktifitas yang kuat dari inhibitor dimana hanya dengan konsentrasi

yang rendah, inhibitor tersebut mampu menghambat aktifitas enzim ACE sebesar

50%.

2.7 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.

Spektrofotometer menghasilkan namanya sinar dari spectrum dengan panjang

gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang

ditransmisikan atau diabsorbsi. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur

energy relatif jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan

sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan fotometer

Page 53: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

38

adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara ini

diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada

fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan

trayek pada panjang gelombang tertentu (Gandjar,2007)

Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi daerah UV-Vis karena

mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan

ke tingkat energi yang lebih tinggi. Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda

dengan cahaya yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau

cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer.

Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap warna biru dari spektrum

sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang

terdapat pada spektrum sinar tampak.

2.7.1 . Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Vis

Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu

daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya

yang diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum

elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar

gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada panjang gelombang

mikro (Marzuki Asnah 2012). Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu

dan sinar tampak umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang

lebar, semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak. Oleh

karena itu mereka mengandung electron, baik yang dipakai bersama atau tidak,

yang dapat dieksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu

Page 54: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

39

absorbsi terjadi tergantung pada bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul.

Elektron dalam satu ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan

energy tinggi, atau panjang gelombang pendek, diperlukan eksitasinya (Wunas,

2011) Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini

memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.

Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca

langsung dicatat oleh detektor dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun

grafik yang sudah diregresikan (Yahya, 2013). Secara sederhana instrument

spektrofotometeri yang disebut spektrofotometer terdiri dari : Sumber cahaya –

monokromatis – sel sampel – detector- read out

Gambar 12. Skema instrumentasi spektrofotometer UV-Vis

Fungsi masing-masing bagian:

1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis

dengan berbagai macam rentang panjang gelombang.

2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu

mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi

Page 55: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

40

cahaya monokromatis. Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi

atau penyebar cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya

atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel

sampel. Pada gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu

keluar

3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel - UV, VIS dan

UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya

terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari

silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat

dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya

pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Kuvet biasanya berbentuk

persegi panjang dengan lebar 1 cm.

4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan

mengubahnya menjadi arus listrik. Macam-macam detector yaitu Detektor

foto (Photo detector),Photocell, misalnya CdS, Phototube, Hantaran foto,

Dioda foto, Detektor panas

5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat

listrik yang berasal dari detector. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan

dalam spektrofotometri adalah :

a. Pada saat pengenceran alat alat pengenceran harus betul-betul

bersih tanpa adanya zat pengotor

b. Dalam penggunaan alat-alat harus betul-betul steril

c. Jumlah zat yang dipakai harus sesuai dengan yang telah ditentukan

Page 56: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

41

d. Dalam penggunaan spektrofotometri uv, sampel harus jernih dan

tidak keruh

e. Dalam penggunaan spektrofotometri uv-vis, sampel harus

berwarna.

2.8 Elektrofresis SDS-PAGE

Elektroforesis adalah suatu teknik pemisahan yang memisahkan analit

berdasarkan kemampuannya bergerak dalam medium konduksi yang biasanya

berupa larutan bufer dan akan memberikan respons setelah ditambahkan medan

listrik (Harvey, 2000). Jika suatu zat bermuatan diberi potensial, maka zat tersebut

akan berpindah sepanjang medium yang kontinu ke arah katode atau anode sesuai

dengan muatan yang dibawanya.

Elektroforesis SDS-PAGE termasuk ke dalam kelompok elektroforesis

zona/wilayah, yaitu kelompok elektroforesis yang dibedakan berdasarkan medium

penyangganya. Elektroforesis SDS-PAGE menggunakan gel buatan sebagai

medium penyangga. Gel yang digunakan terbentuk dari polimerisasi akrilamida

dengan N, N’- metilena bis akrilamida sehingga terbentuk ikatan silang karena

polimerisasi akrilamida sendiri hanya menghasilkan ikatan linear yang tidak

membentuk gel kaku (Girindra, 1993).

Salah satu metode PAGE yang umumnya digunakan untuk analisa

campuran protein secara kualitatif adalah SDS‐PAGE (Sodium Dodecyl Sulfate

Polyacrilamide Gel Electroforesis). Prinsip penggunaan metode ini adalah

migrasi komponen akril amida dengan N.N` bisakrilamida. Kisi – kisi tersebut

berfungsi sebagai saringan molekul sehingga konsentrasi atau rasio akrilamid

Page 57: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

42

dengan bisakrilamid dapat diatur untuk mengoptimalkan kondisi migrasi

komponen protein. Metode ini sering digunakan untuk menentukan berat molekul

suatu protein disamping untk memonitor pemurnian protein (Wilson & Walker,

2000). SDS‐PAGE dilakukan terhadap protein tak larut dengan kekuatan ion

rendah dan dapat menentukan apakah suatu protein termasuk monomerik atau

oligomerik, menetapkan berat molekul dan jumlah rantai polipeptida sebagai

subunit atau monomer.

Penggunaan SDS‐PAGE bertujuan untuk memberikan muatan negatif

pada protein yang akan dianalisa. Protein yang terdenaturasi sempurna akan

mengikat SDS dalam jumlah yang setara dengan berat molekul protein tersebut

(Dunn,1989). Denaturasi protein dilakukan dengan merebus sampel dalam

buffer yang mengandung β‐merkaptoetanol (berfungsi untuk mereduksi ikatan

disulfide), gliserol dan SDS (Wilson dan Walker,2000). Muatan asli protein akan

digantikan oleh muatan negatif dari anion yang teikat sehingga kompleks

protein‐SDS memiliki rasio muatan per berat molekul yang konstan. (Hames,

1987).

Polimerisasi dapat terjadi dengan cepat pada suhu kamar dengan adanya

katalis dan inisiator. Katalis dan inisiator yang umum digunakan ialah

N,N’,N’,N’– tetrametilenadiamina (TEMED) dan amonium persulfat (APS)

sebagai sumber radikal bebas yang akan menginisiasi pembentukan polimer

(Caprette, 2005). Pada metode ini, digunakan natrium dodesil sulfat (SDS) dan β-

merkaptoetanol. SDS merupakan detergen anionik yang bersama dengan β-

merkaptoetanol dan pemanasan menyebabkan rusaknya struktur tiga dimensi

Page 58: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

43

protein menjadi konfigurasi acak. Hal ini disebabkan oleh pecahnya ikatan

disulfide yang selanjutnya tereduksi menjadi gugus-gugus sulfidril.

Pergerakan partikel di dalam medium bergantung pada ukuran partikel

dan ukuran medium penunjang. Ukuran pori dari gel akan ditentukan oleh

konsentrasi gel poliakrilamida. Protein yang besar mempunyai mobilitas yang

lebih lambat dibandingkan dengan kompleks protein yang lebih kecil. Bobot

molekul protein dapat ditentukan dengan kalibrasi menggunakan standar protein

yang sudah diketahui bobot molekulnya (Rybicki et al, 1996). Teknik

elektroforesis gel banyak digunakan baik di bidang kimia maupun biokimia,

karena teknik ini memiliki banyak keuntungan, di antaranya ialah memiliki daya

resolusi tinggi, sederhana, dan mudah dibawa (Girindra, 1993).

Page 59: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang dimulai pada bulan Februari 2017 hingga April 2018.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat gelas, vortex, ph

meter, alat elektroferesis (MiniProtean III Cell Electroforesis, Bio-Rad),

spektrofotometri Uv-Vis (Lamda 25 Perkin Elmer). Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu susu kedelai (kacang kedelai diperoleh dari pasar tradisional

Jatinegara), asam klorida 1 M, aquades, larutan buffer asetat, enzim pepsin

(Porcine gastric mucosa, activity 0.8-2.5 units g-1 protein) dari Sigma Chemical

Co. (USA), enzim ACE (Angiotensin Converting Enzyme, rabbit lung) diperoleh

dari Sigma Chemical Co.(USA). N-Hippuryl-His-Leu (Hydrate Powder) 98%

(HPLC grade), larutan BSA (Bovin Serum Albumin), asam asetat, buffer PBS

(phosphate buffered saline) dan ammonium sulfat, perak nitrat untuk larutan

staining.

Page 60: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

45

3.3 Diagram Alir Penelitian

Gambar 13. Diagram Alir Penelitian

Preparasi Susu

Kedelai

Kadar Protein

Total

Presipitasi ( HCl 1N)

Uji Kadar Protein

Terlarut

Presipitat

Hidrolisis Protein

0 jam, 1 jam, 4 jam, 6 jam, 16 jam, 24

jam

Uji DH SDS PAGE

Uji Aktivitas

Antihipertensi

Analisis Data

Page 61: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

46

3.4 Prosedur Kerja Penelitian

3.4.1 Pembuatan susu kedelai

Sebanyak 200 gram kacang kedelai di cuci dan direndam dalam air selama

12 jam. Setelah itu kacang kedelai dibersihkan dari kulitnya. Kacang kedelai yang

sudah dibersihkan diblender dan ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 3 dari

volume kacang kedelai. Kemudian disaring dan dipanaskan selama 15 menit.

3.4.2 Uji kadar protein kasar susu kedelai (AOAC, 1992)

Tahapan analisis total nitrogen terdiri dari tiga tahap yakni destruksi,

destilasi dan titrasi. Tahap destruksi dilakukan dengan cara sebanyak 2,5 g sampel

dimasukkan ke dalam labu mikro Kjeldahl dan ditambahkan 0,1 g K2SO4, 10 mg

HgO dan 0,1 mL H2SO4, selanjutnya didestruksi selama 1 - 1,5 jam dengan

kenaikan suhu secara bertahap sampai cairan menjadi hijau tosca.

Tahap destilasi dilakukan dengan cara 5 mL aquadest dimasukkan secara

perlahan lewat dinding labu dan digoyang perlahan agar kristal yang terbentuk

larut kembali. Isi labu dipindahkan ke dalam alat destilasi dan labu dibilas 5-6 kali

dengan 1-2 mL aquadest. Air cucian dipindahkan ke dalam labu destilasi dan

ditambahkan 8-10 mL larutan NaOH 5%. Erlenmeyer 250 mL diletakkan di

bawah kondensor yang berisi 5 mL larutan H2BO3 dan 2-4 tetes indikator

metilenred-metilen blue. Ujung kondensor harus terendam di bawah larutan

H2BO3. Destilasi dilakukan sehingga diperoleh sekitar 15 mL destilat.

Tahap titrasi dilakukan dengan cara sebanyak 25 mL larutan HCl 0,01 N

dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan indikator fenolftalein

1%. Kemudian larutan HCl 0,01 N dititrasi dengan NaOH 0,01 N yang telah

Page 62: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

47

distandarisasi. Volume titrasi NaOH diukur hingga warna larutan menjadi merah

muda. Selanjutnya dapat dihitung normalitas larutan HCl dengan perrsamaan :

Tahapan selanjutnya adalah destilat dititrasi dengan HCl 0,01 N yang sudah

distandarisasi. Destilat diencerkan dalam erlenmeyer hingga menjadi 50 mL.

Selanjutnya dilakukan titrasi dengan HCl 0,01 N terstandar sampai terjadi

perubahan warna menjadi abu-abu. Volume HCl 0,01 N terstandar yang

diperlukan untuk titrasi diukur. Volume HCl 0,01 N standar yang digunakan

untuk titrasi blanko dicatat. Penetapan blanko dilakukan sama dengan sampel.

Tahap selanjutnya adalah perhitungan persen Nitrogen dan kadar protein pada

sampel dengan rumus sebagai berikut :

Kadar protein (g/100 g bahan basah) = %N x Faktor konversi

(Faktor Konversi Susu kedelai : 5,75)

3.4.3 Presipitasi susu kedelai

Sebelum diperoleh protein hidrolisat, dilakukan presipitasi susu kedelai

(450 mL) dengan menambahkan beberapa tetes NaOH 1N sampai pH 8.85,

kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit, lalu di

sentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm selama 20 menit. Supernatan lalu diambil

dan dilarutkan dalam gelas piala yang ditambahkan HCl 1N sampai pada pH 4.5.

Page 63: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

48

Larutan kemudian di sentrifugasi kembali pada kecepatan 6000 rpm selama 20

menit, supernatant dibuang dan endapan protein dikumpulkan dan dikeringkan

lalu ditimbang.

3.4.4 Pengukuran Kadar Protein Terlarut (Lowry, 1951)

Penentuan kadar protein dilakukan menurut metode Lowry, yakni dengan

menggunakan 1 mL larutan A (20mM CuSO4.5H2O dan 30mM Na-sitrat) dan 50

mL larutan B (0,1M Na2CO3 dan 0,1M NaOH). Campuran reaksi dihomogenkan

dengan vortex dan didiamkan selama 10 menit. Selanjutnya larutan D (regen Folin

ciocalteu 1 N) sebanyak 0,5 mL ditambahkan ke dalam campuran reaksi,

dihomogenkan dengan vortex dan didiamkan selama 30 menit. Campuran reaksi

diukur pada 750nm dan konsentrasi protein ditentukan dengan kurva standar

bovine serum albumin (BSA).

3.4.5 Hidrolisis Protein Susu Kedelai

Hidrolisis protein susu kedelai dilakukan dengan menggunakan pepsin

(mg) yang ditambahkan ke dalam presipitat protein susu kedelai dengan

perbandingan protein : enzim (20:1). Hidrolisis dilakukan dalam buffer asetat

pada kondisi suhu dan pH sesuai dengan aktifitas optimum enzim (Tabel 2).

Tabel 2. Kondisi optimum hidrolisis proteolitik yang digunakan

Enzim Buffer pH Suhu (oC)

Waktu

inkubasi

Pepsin Asetat 0.05M 4.5 37 0-24 jam

Page 64: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

49

Selama proses inkubasi, sebanyak 5 mL campuran diambil setiap interval

0, 1 jam , 2 jam , 4 jam, 16 jam dan 24 jam, diukur nilai derajat hidrolisisnya

dengan menggunakan metode Hoyle and Merrit (1994). Setelah proses inkubasi

selesai, masing-masing campuran hidrolisat dipanaskan pada suhu 98oC selama 5-

10 menit untuk menginaktivasi enzim.

3.4.6 Perhitungan Derajat Hidrolisis ( Hoyle dan Merrit, 1994 )

Derajat hidrolisis dihitung dengan metode SN-TCA (Hoyle dan Merritt

1994). Sebanyak 2 mL hidrolisat protein ditambahkan TCA 10% (v/v) sebanyak 2

mL. Campuran tersebut kemudian didiamkan selama 30 menit agar terjadi

pengendapan, kemudian disentrifugasi (kecepatan 7.800 g, selama 15 menit, 4oC).

Supernatan dianalisis denganmenggunakan metode lowry (Lowry, 1951)). Derajat

hidrolisis dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

3.4.7 Analisis Protein Hidrolisat dengan SDS-PAGE (Laemli, 1970)

Elektroforesis SDS-PAGE (sodium dodecyl sulphate poliacrilmide gel

electrophoresis) dilakukan dengan menggunakan metode standar (Laemmli,

1970), menggunakan alat Mini-Protean II Slab Cell Electrophoresis (Bio Rad).

Sampel protein hidrolisat hasil hidrolisis enzimatik didenaturasi dengan buffer

sample (Tris-Cl 150mM pH 6.8, SDS 6.25%, -merkaptoetanol, gliserol 25%,

bromophenol blue 2,5 mM) dengan perbandingan protein dan buffer 2:1, dan

dididihkan selama 10 menit serta disentrifugasi selama 5 menit. Alat

Page 65: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

50

elektroforesis disiapkan, Gel poliakrilamid dibuat dari larutan stok akrilamid &

bisakrilamid (30%T, 2,67C), stacking buffer (Tris-HCl 0,5M pH 6.8), resolving

buffer (Tris-HCl 1,5M pH 8.8), 10%SDS, APS dan TEMED sebagai katalis.

Setelah gel bagian bawah (resolving gel) terbentuk, stacking gel dimasukkan di

bagian atasnya dan dibuat cetakan untuk menempatkan protein sampel. Formulasi

gel untuk resolving gel adalah 12% sedangkan untuk stacking gel adalah 4%

(Data formulasi gel selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Elektroforesis

sampel dilakukan pada tegangan 150 volt selama 60 menit berikut protein marker

sebagai pembanding. Untuk staining protein digunakan Coomasie briliant blue

0.1% (w/v). Hasil staining dicuci dalam larutan metanol : asam asetat

(40%:7.5%).

3.4.8 Uji ACE Inhibitor (Chusman Cheung 1971 dikembangkan oleh

Arihara et al., 2001)

Sampel hidrolisat protein sebanyak 15 µL dicampur dengan 125 µL buffer

Na-borat 100 mM (pH 8,3) yang mengandung 7,6 mM HipHis-Leu dan 608 mM

NaCl (Lampiran 10), kemudian di preinkubasi selama 5 menit pada suhu 37 oC di

dalam waterbath. Reaksi dimulai dengan penambahan 50 µL enzim ACE (100

mU/ml) yang dilarutkan dalam aquadest. Campuran diinkubasi selama 30 menit

pada suhu 37 oC. Digunakan aquadest sebanyak 50 µL sebagai pengganti enzim

pada blanko. Reaksi dihentikan dengan penambahan 125 µL HCl 1N. Asam

hipurat yang dilepaskan diekstrak dengan menambahkan 750 µL etil asetat lalu

divorteks dan disentrifugasi pada kecepatan 13.760 g (12.000 rpm) selama 10

menit. Sebanyak 500 µL lapisan atas dari supernatan dikumpulkan dan

Page 66: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

51

dikeringkan pada suhu 90 oC selama 30 menit (untuk blanko dan kontrol

dilakukan perlakuan yang sama) dengan menggunakan waterbath. Asam hipurat

yang dihasilkan dilarutkan dalam 1 mL aquadest lalu divortex dan diukur

besarnya absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 228 nm.

Prosedur penambahan bahan

uji ACE inhibitor dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Prosedur Pengujian Aktivitas Antihipertensi

Aktivitas ACE inhibitor dihitung menurut persamaan berikut :

Dimana :

A = absorbansi sampel,

B = absorbansi blanko,

C = absorbansi kontrol (sampel diganti dengan aquadest )

Sampel

(µL)

Blanko

(µL)

Kontrol

(µL)

Sampel Protein 15 15 -

Aquades - - 15

Substrat HHL 125 125 125

BSA 10 10 10

Enzim ACE (0.1

U/mL)

50 - 50

Aquades - 50 -

HCl 1N 125 125 125

Etil asetat 750 750 750

Volume Total 1.075 1.075 1.075

Page 67: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Presipitasi Susu Kedelai

Presipitasi susu kedelai dilakukan dengan penambahan asam klorida (HCl

1 N) hingga diperoleh presipitat. Sebelum dilakukan presipitasi susu kedelai

dihitung nilai kadar protein kasarnya. Kadar protein kasar pada susu kedelai

diukur berdasarkan jumlah nitrogen total yang dikandungnya, sehingga ada

kemungkinan molekul-molekul lain yang bukan protein tetapi mengandung

nitrogen ikut terukur sebagai nitrogen total (AOAC, 1992). Kadar protein kasar

susu kedelai dapat dilihat pada table 4.

Tabel 4. Kadar Protein Kasar Susu Kedelai

Hasil Analisis (Koswara, 2006)

Kadar Protein

(per 100 mL)

2,56 % 4,40 %

Kadar protein susu kedelai pada penelitian diperoleh sebesar 2,56%,

sedangkan menurut Koswara (2006) kadar protein susu kedelai adalah sebesar

4,40%. Kadar protein susu kedelai yang diperoleh pada penelitian ini lebih kecil

dibandingkan penelitian sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar

protein susu kedelai diantaranya adalah kualitas kacang kedelai yang digunakan,

kadar air dalam susu, serta proses pembuatan susu kedelai itu sendiri.

Page 68: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

53

4.2 Hidrolisis Protein Susu Kedelai

Proses hidrolisis dilakukan dalam buffer asetat 0.05 M, pH 4.5 pada kondisi

suhu 37oC selama 0-24 jam. Setiap interval 1, 4, 6, 16 dan 24 jam dilakukan

pencuplikan hidrolisat lalu diamati profil proteinnya dengan SDS-PAGE. Hasil

analisis profil protein hidrolisat susu kedelai dapat dilihat pada Gambar 14 .

Gambar 14. Profil hidroilisat protein susu kedelai hasil Pengujian SDS-PAGE

Pada hasil pengujian SDS-PAGE didapatkan ketebalan pita protein yang

berbeda pada setiap waktu hidrolisis, dimana pada waktu hidrolisis 1-4 jam

protein dengan bobot 35 kDa masih terlihat namun setelah waktu hidrolisis 6-24

jam mulai hilang dan muncul pita protein dengan bobot molekul yang lebih

Kolom sampel

M 0 1 4 6 16 24

245 180 140 100

75

60

45

35

25 20 15 10

BM

Page 69: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

54

rendah (<10 kDa) . Albert et.al., (2002) menjelaskan bahwa ketebalan pita protein

menunjukkan konsentrasi protein tersebut, dimana protein dengan intensitas yang

lebih tebal memiliki konsentrasi yang lebih tinggi.

Pengujian kadar protein dilakukan dengan metode Lowry yang

mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (Folin-Ciocalteauphenol)

yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam protein. Reaksi ini

menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara 500 - 750 nm, tergantung

sensitivitas yang dibutuhkan. Metode ini lebih sensitif untuk protein konsentrasi

rendah dibanding metode biuret (Soeharsono, 2006). Pengukuran kadar protein

pada susu kedelai dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15 . Kadar Protein Hidrolisat Susu Kedelai

Berdasarkan data di atas, susu kedelai dengan variasi waktu hidrolisis

selama 16 jam sebelum hidrolisis memiliki kadar protein paling tinggi dan variasi

waktu penyimpanan selama 6 jam memiliki kadar protein paling rendah.

Berdasarkan pada data di atas terjadi perubahan konsentrasi setelah hidrolisis, hal

147, 35

192,36

283,15

232,23

283,47

242,83

,

50

100

150

200

250

300

0 1

1 4 6 16 24

Ko

nse

ntr

asi (

pp

m)

Waktu Hidrolisis (jam)

Page 70: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

55

ini dikarenakan pada saat hidrolisis terjadi penguraian protein menjadi peptida

atau asam amino penyusunnya. Waktu hidrolisis 16 jam memiliki kadar peptida

yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.

4.3 Penentuan derajat hidrolisis (DH)

Degree of hydrolysis (DH) didefinisikan sebagai proporsi peptida yang

terbelah dalam suatu hidrolisat protein. Beberapa metode dikembangkan untuk

menentukan Degree of hydrolisis (DH), salah satunya adalah SN-TCA. Nilai

derajat hidrolisis dapat dipengaruhi oleh konsenterasi enzim dan waktu fermentasi

yang digunakan. Derajat hidrolisis merupakan salah satu parameter dasar yang

perlu dikendalikan karena sifat dari hidrolisat protein berhubungan erat dengan

parameter tersebut (Apiwatanapiwat et al., 2009). Hasil pengukuran DH

hidrolisat susu kedelai dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Nilai Derajat Hidrolisis (DH) Susu Kedelai

Berdasarkan hasil pengujian, nilai derajat hidrolisis (% DH) terbaik

diperoleh pada waktu 4 jam dengan nilai derajat hdrolisis sebesar 52,92%,

26,21

27,74

52,92

50,41

36,10

39,09

0

10

20

30

40

50

0 1 4 6 16 24

%

DH

Waktu hidrolisis (jam)

Page 71: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

56

namun terjadi penurunan pada waktu 6 jam dan 16 jam dan naik kembali pada

waktu hidrolisis 24 jam. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada saat proses

hidrolisis dilakukan pengocokan secara manual sehingga reaksi hidrolisis yang

dilakukan kurang optimal.

Hidrolisis protein susu kedelai ini dilakukan secara enzimatik dengan

menggunakan enzim pepsin. Menurut Hernandez (2011), untuk mendapatkan

peptida dengan sifat antihipertensi umumnya dengan menggunakan hidrolisis

secara enzimatik menggunakan enzim pencernaan seperti pepsin dan tripsin

ataupun dengan menggunakan mikroorganisme yang memiliki enzim proteolitik

seperti bakteri dan jamur.

Hidrolisis secara enzimatis lebih menguntungkan dibanding secara

kimiawi, karena dapat menghasilkan asam-asam amino bebas dan peptida dengan

rantai pendek yang bervariasi (Pangastuti & Triwibowo, 1996). Menurut Kunts

(2000) cara ini akan lebih menguntungkan karena memungkinkan untuk

memproduksi hidrolisat fragmen peptida yang berbeda sehingga mempunyai

kemungkinan yang sangat luas terkait dengan sifat fungsional atau sifat nutrisinya

sebagai ACE inhibitor. Proses hidrolisis harus dapat ditunjukkan bahwa jumlah

peptida yang terpotong merupakan hasil dari aktivitas proteolitik. Menurut Vastag

et al. (2010), derajat hidrolisis dipengaruhi oleh kondisi hidrolisi seperti

perbandingan enzim dan substrat, suhu, dan waktu hidrolisis. Reaksi hidrolisis

enzimatik menggunakan pepsin dapat dilihat pada Gambar 17.

Page 72: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

57

Gambar 17. Representasi skematik kompleks enzim-substrat dengan 5 situs

pengikatan. Posisi ikatan peptida pada substrat dihitung dari kiri ke

kanan di mana pemutusan terjadi pada ikatan P1-P1’.

Tingginya derajat hidrolisis menunjukkan bahwa hampir separuh jumlah

protein pada susu kedelai terhidrolisis selama proses enzimatis. Menurut

Hernandez (2011), besarnya nilai DH menunjukkan tingkat kemudahan protein

tersebut terhidrolisis di mana semakin besar nilai DH semakin mudah protein

tersebut terhidrolisis. DH juga berkaitan dengan jumlah asam amino bebas atau

jumlah protein terlarut. Tinggi rendahnya derajat hidrolisis sangat ditentukan oleh

lamanya waktu inkubasi dan konsentrasi enzim yang digunakan. Konsentrasi

enzim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan tingkat

degradasi enzim proteolitik. Pada proses hidrolisis dengan menggunakan enzim

Situs Hidrolisis

Polipeptida Fragmen Polipeptida

R dan R’ = Leu, Phe, dan Thr (disukai) ; juga menghidrolisis ester

Page 73: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

58

proteolitik, substrat protein akan diubah menjadi produk hidrolisat berupa

senyawa oligopeptida dengan ukuran dan bobot molekul yang lebih rendah.

4.4. Aktivitas Inhibisi ACE

ACE memiliki regulasi dalam tekanan darah pada tubuh manusia melalui

cara pembentukan Angiotensin II. Pencegahan ACE dalam pembentukan

Angiotensin II dapat dilakukan dengan mengahmbat sisi aktif ACE.

Penghambatan sisi aktif ACE dapat dilakukan dengan peptida biokatif. Peptida

bioaktif nantinya akan berikatin dengan sisi aktif ACE sehingga mencegah

angiotensin I berikatn dengan sisi aktif tersebut.

Hasil pengukuran aktivitas inhibisi ACE oleh ACE inhibitor dapat dilihat

pada Gambar 17. Aktvitas inhibisi terbesar didapatkan pada susu kedelai dengan

waktu hidrolisis 24 jam sebesar 79,31%. Kaptopril digunakan sebagai kontrol

dengan persen inhibisi sebesar 90%. Kaptropil adalah obat antihipertensi yang

menghambat pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II dengan mengikat

sisi aktif dari ACE. Kaptropil memiliki afinitas yang tinggi terhadap ACE dan

berkompetisi secara kompetitif dengan substrat untuk mencegah terbentuknya

angiotensin II (Rui et al., 2013).

Page 74: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

59

Gambar 18. Aktifitas Inhibisi ACE Hidrolisat Susu Kedelai

Berdasarkan penelitian susu kedelai dengan waktu hidrolisis 24 jam yang

dihasilkan pada penelitian ini memiliki aktivitas ACE inhibitor paling tinggi yaitu

sebesar 79,31%. Peningkatan aktivitas yang cukup tinggi pada susu kedelai

berasal dari peptida-peptida yang dihasilkan selama hidrolisis oleh enzim pepsin.

Peptida yang dihasilkan pada proses hidrolisis memiliki afinitas yang kuat

dengan sisi aktif ACE. Kondisi ini akan mengganggu aktivitas katalitik enzim

sehingga aktivitas ACE terhambat dalam menghidrolisis substrat hippuril-histidil-

leusin (HHL) pada uji secara in vitro (Ryan et al., 2011).

Studi literatur menunjukkan bahwa peptida yang berasal dari protein

pangan adalah senyawa bioaktif yang aktivitasnya masih laten ketika berada di

dalam protein asalnya. Proses fermentasi ataupun proses pencernaan

menyebabkan peptida tersebut lepas dari protein asalnya. Apabila protein tersebut

dikonsumsi akan memberikan fungsi fisiologis bagi tubuh manusia, salah satu

adalah aktivitas antihipertensi yang didapat ditunjukkan dengan aktivitas ACE

inhibitor (Ryan et al., 2011). Studi in vivo pada manusia menunjukkan bahwa

peptida ACE inhibitor asal makanan tidak menyebabkan efek hipotensif yang

24

58,33

64,28

27,41

52,17

90

0

20

40

60

80

100

120

0 1 4 6 16 24 captopril

% in

hib

isi A

CE

waktu Hidrolisis (jam)

79,31

Page 75: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

60

akut. Oleh karena itu peptida ACE inhibitor dapat diaplikasikan dalam

pengobatan awal individu penderita hipertensi ringan atau sebagai suplemen

(Jang dan Lee, 2005 ; Norris dan Fitzgerald, 2012).

Page 76: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

61

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

1. Hidrolisis protein susu kedelai dengan enzim pepsin menghasilkan

fragmen peptide bioaktif dengan aktifitas antihipertensi tertinggi (79,31%)

pada waktu hidrolisis 24 jam.

2. Fragmen peptida bioaktif yang dihasilkan melalui hidrolisis enzimatik

memiliki bobot molekul pada kisaran < 10 kDa.

3. Aktifitas antihipertensi peptida bioaktif yang dihasilkan masih lebih

rendah dibandingkan dengan kontrol (captropil).

5.2. Saran

Perlu dilakukan optimasi hidrolisis lebih lanjut dengan perbandingan

enzim/substrat yang berbeda dan pengocokan yang lebih baik serta

menggunakan jenis enzim proteiolitik yang berbeda (papain dan bromelin).

Untuk memastikan potensi hidrolisat susu kedelai sebagai kandidat obat

antihipertensoi perlu dilakukan pengujian lebih lanjut secara in vivo.

Page 77: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

62

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, A., Saito T., Kitazawa, H. Kawai, Y. & Itoh. T. 1998. Structural

analysis of new antihypertensive peptides derived from cheese whey

protein by proteinase K digestion. J. Dairy Sci. 81:3131–3138.

Arihara, K. & Ohata, M. 2006. Functional Properties of Bioactive Peptides

Derived from meat Proteins. In Advanced Technologies for Meat

Processing; Toldra, F., Ed.; Springer: New York, NY, USA, pp. 245–

274.

Ariyoshi, Y. 1993. Angiotensin-converting enzyme inhibitors derived from

food proteins. Trends Food Sci. Technol. 4:139–144.

Brown NJ, Vaughan DE. 1998. Angiotensin-converting enzyme inhibitions.

Circulation, 97:1411–20.

Cahyadi. W. (2007).,Kedelai Kasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Jakarta.

Chabance B., Marteau P., Rambaud J.C., Migliore-SamourD., Boynard M.,

Perrotin P., Guillet R., Jollès P., Fiat A.M., 1998. Casein peptide release

and passage to the blood in humans during digestion of milk or yoghurt.

Chobanian, AV. Bakris, GL. Black, HR. Cushman, WC. Green, LA. Izzo, JL.

Jr, Jones, DW. Barry JM., Oparil, S, Jackson TW., Roccella, EJ. 2003.

Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention,

Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood Pressure, JNC 7,

DOI: 10.1161/01.HYP.0000107251.49515.c2, Downloaded from

http://hyper.ahajournals.org/ by guest on November 17, 2015.

Chiba H & Yoshikawa M. 1991. Bioactive peptides derived from food

proteins. Kagaku to Seibutsu 29, 454±458.

Cushman, D.W., Cheung, H.S., Sabo, E.F. and Ondetti, M.A. 1977. Design of

potent competitive inhibitors of angiotensin-converting

enzyme.Carboxyalkanoyl and mercaptoalkanoyl amino

acids.Biochemistry, 16, 5484–5491.

Page 78: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

63

Drumm, T.D., Gray, J.I. and Hosfield, G.L. (1990).Variability in the

saccharide, protein, phenolic acidand saponin contents for cancer

prevention. Fruits andVegetables. American Chemical Society,

Washington,DC, 353–360.

Dziuba M., Darewicz M., 2007. Food proteins as precursorsof bioactive

peptides – division into families.Food Sci.Technol. Int. 13, 393-404

Expósito I.L., Recio I., 2006.Antibacterial activity of peptides and folding

variants from milk proteins.Int. Dairy J. 16, 1294-1305.

Farrell HM, Jimenez-Flores R, Bleck GT, Brown EM, Butler JE, Creamer LK,

Hicks CL, Hollar CM, Ng-Kwai-Hang KF, Swaisgood HE. 2004.

Nomenclature of the proteins of cows' milk--sixth revision,J Dairy Sci.

Jun;87(6):1641-74.

Ferranti P., Traisci M.V., Picariello G., Nasi A., Boschi V.,Siervo M., Falconi

C., Chianese L., Addeo F., 2004. Casein proteolysis in human milk:

tracing the pattern ofcasein breakdown and the formation of potential

bioactivepeptides. J. Dairy Res. 71, 74-87.Biochimie 80, 155-165

FitzGerald, R. J., B. A. Murray, & D. J. Walsh. 2004. Hypotensive peptides

from milk proteins. J. Nutr. 134:980S–988S.

Geerlings A., Viliar I.C., Zarco F.H., Sanchez M., Vera R., Gomez A.Z. 2006.

Identification and Characterization of Novel Angiotensin-Converting

Enzyme Inhibitors Obtained from Goat Milk. J. Dairy Sci. 89: 3326-

3335.

Huang W.Y, Davidge S.T, Wu J. (2012).Bioactive natural constituents from

food sources – potential use inhypertension prevention and treatment.

Crit Rev Food Sci Nutr. 53:615–630.

Ikawati, Z., Jumiani,S. dan Putu,I.D.P.S., 2008. Kajian Keamanan Pemakaian

Obat Antihipertensi di Poliklinik Usia Lanjut RS DR. Sardjito.

Yogyakarta. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 1:30-41.

Ishiguro K, Sameshima Y, Kume T, Ikeda KI, Matsumoto J, et al. 2012.

Hypotensive effect of a sweetpotato protein digest in spontaneously

Page 79: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

64

hypertensive rats and purification of angiotensin I-converting enzyme

inhibitory peptides. Food Chemistry 131(3): 774-779.

Jang JH, Jeong SC, Kim JH, Lee YH, Ju YC. 2011. Characterisation of a new

antihypertensive angiotensin I-converting enzyme inhibitory peptide

from Pleurotus cornucopiae. Food Chemistry 127(2): 412-418.

Jinapong, N., Suphantharika, M. and Jamnong, P. (2008).Production of instant

Soymilk powdersby ultrafiltration, spray drying and fluidized bed

agglomeration. Journal of Food Engineering 84: 194–205.

Kang MG, Kim YH, Bolormaa Z, Kim MK, Seo GK, 2013. Characterization

of an Antihypertensive Angiotensin I-Converting Enzyme Inhibitory

Peptide from the Edible Mushroom Hypsizygus marmoreus.Biomed Res

Int 283964.

Kim, E.K.; Lee, S.J.; Jeon, B.T.; Moon, S.H.; Kim, B.; Park, T.K.; Han, J.S.;

Park, P.J. 2009. Purification and characterisation of antioxidative

peptides from enzymatic hydrolysates of venison protein. Food Chem.

114, 1365–1370.

Korhonen H., Pihlanto A., 2006. Bioactive peptides: Production and

functionality. Int. Dairy J. 16, 945-960.

Koswara, S. 2006. Susu Kedelai Tak Kalah Dengan Susu Sapi. Bogor:

Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Laemmli UK. 1970. Cleavage of structural proteins during the assembly of the

head of bacteriophage T4. Nature227 (5259): 680–685.

Lee K. J., Kim S. B., Ryu J. S., Shin H. S. & Lim J. W. 2004. Separation and

Purification of Angiotensin Converting Enzyme Inhibitory Peptides

Derived from Goat’s Milk Casein Hydrolysates.Asian-Aust. J. Anim. Sci.

Vol 18, No. 5 : 741-746

Lopez-Fandino, R.; Otte, J.; van Camp, J. 2006.Physiological, chemical and

technological aspects of milk-protein-derived peptides with

antihypertensive and ACE-inhibitory activity.Int. Dairy J.16, 1277–1293.

Maeno, M., N. Yamamoto, and T. Takano. 1996. Identification of an

antihypertensive peptide from casein hydrolysate produced by a

Page 80: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

65

proteinase from Lactobacillus helveticus CP790. J. Dairy Sci. 79:1316–

1321.

Matsui, T.; Matsumoto, K.; Mahmud, T.H.K.; Arjumand, A. Antihypertensive

peptides from natural resources. In Advances in Phytomedicine; Elsevier:

Oxford, UK, 2006; Volume 2, pp. 255–271.

Meisel H., Frister H., 1989. Chemical characterization of bioactive peptides

from in vivo digests of casein. J. Dairy Res. 56, 343-349.

Mizuno S, Matsuura K, Gotou T, Nishimura S, Kajimoto O. 2005.

Antihypertensive effect of casein hydrolysate in a placebo-controlled

study in subjects with high-normal blood pressure and mild hypertension.

Br J Nutr 94(1): 84-91.

Mils S., Ross R.P., Hill C., Fitzgerald G.F., Stanton C., 2011.Milk

intelligence: Mining milk for bioactive substancesassociated with human

Heath. Int. Dairy J. 21, 377-401.

Muchtadi, T. R. & Sugiyono. (1992). Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.

Bogor: Institut Pertanian Bogor

Mullally MM, Meisel H & FitzGerald RJ.1996. Synthetic peptides

corresponding to a-lactalbumin and b-lactoglobulin sequences with

angiotensin-I-converting enzyme inhibitory activity.Biological

Chemistry Hoppe-Seyler 377, 259±260.

Mullally MM, Meisel H & FitzGerald RJ. 1997. Identification of a novel

angiotensin-I-converting enzyme inhibitory peptide corresponding to a

tryptic digest of bovine b-lactoglobulin. FEBS Letters 402, 99±101.

Murakami, H., Asakawa, T., Terao, J. and Matsushita, S. (1984). Antioxidative

stability of tempeh and liberationof isoflavones by of four market

classesof ediblebeans. Journal of Science Food and Agriculture 51:285–

297.

Nakamura Y, Yamamoto N, Sakai K, Takano T. 1995a. Antihypertensive

effects of sour milk and peptides isolated from it that are inhibitors to

angiotensin I-converting enzyme. J Dairy Sci 78(6): 1253-1257.

Page 81: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

66

Nakamura, Y., N. Yamamoto, K. Sakai, A. Okubo, S. Yamazaki, and T.

Takano.1995b. Purification and characterization of angiotensin I-

converting enzyme inhibitors from sour milk.J. Dairy Sci. 78:777–783.

Parmley, W. 1998.Evolution of Angiotensin-converting enzyme inhibition in

hypertension, heart failure, and vascular protection, American Journal of

Medicine, 105, 27S-31S.

Phelan M., Aherne A., FitzGerald R.J., O’Brien N.M., 2009.Casein-derived

bioactive peptides: Biological effects,industrial uses, safety aspects and

regulatory status. Int.Dairy J. 19, 643-654.

Philanto-LeppaÈlaÈ A, Rokka T & Korhonen H. 1998. Angiotensin I

converting enzyme inhibitory peptides derived from bovine milk

proteins. International Dairy Journal, 8, 325±331.

Pihlanto-Leppala, A., P. Koskinen, K. Piilola, T. Tupasela, and H. Korhonen.

2000. Angiotensin I-converting enzyme inhibitory properties of whey

protein digests: Concentration and characterization of active peptides. J.

Dairy Res. 67:53–64.

Pihlanto-Leppälä, A., P. Koskinen, K. Piilola, T. Tupasela and H.Korhonen.

2002. Angiotensin-I converting enzyme inhibitory properties of whey

protein digests: Concentration and characterization of active peptides. J.

Dairy Res. 67:53.

Saseen, J.J. dan Maclaughlin, E.J., 2008, Hypertension dalam Dipiro, J.T.,

Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. dan Posey, L.M.,

(Eds.), Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, Seventh Ed,.

139-168, Mc Graw Hill, New York

Scalbert A, Johnson IT, Saltmarsh M (2005)Polyphenols: antioxidants and

beyond. Am J Clin Nutr. 81:215S–217S.

Seppo L, Jauhiainen T, Poussa T, Korpela R. 2003. A fermented milk high in

bioactive peptides has a blood pressure-lowering effect in hypertensive

subjects. Am J Clin Nutr 77: 326-330.

Sharma, S. Singh, R. Rana, S. 2011, Bioactive Peptides: A Review. Int. J.

Bioautomation, 15 (4), 223-250

Page 82: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

67

Shimizu M., 2004. Food derived peptides and intestinal functions. BioFactors

21, 43-47.

Subrota, H., Shilpa, V, Brij, S., Vandna, K. and Surajit, M.

(2013).Antioxidative activity and polyphenol content in fermented soy

milk supplemented with WPC-70 by probiotic Lactobacilli. Int Food

Research Journal. 20(5): 2125-2131.

Thananunkul, D., Tanaka, M., Chichester, C.O. and Lee,T.C.(1976).

Degradation of raffinose and stachyose insoybean milk and storage of

cultured soy milk drink.Food Microbiology 19: 501–508.

Vasdev, S. dan Stuckless, J. (2010). Antihypertensive Effects of Dietary

Protein and Its Mechanism. International Journal Angiol. 1(19). pp, 7–

20.

Vermeirssen V., Van Camp J., Verstraete W., 2004.Bioavailability of

angiotensin-I-converting enzyme inhibitorpeptides. Br. J. Nutr. 92, 357-

366.

Yamamoto N. 1997. Antihipertensive peptide derived from food proteins.

Biopoly43 : 129-134.

Yamamoto N, Maeno M, Takano T. 1999. Purification and characterization of

an antihypertensive peptide from a yogurt-like product fermented by

Lactobacillus helveticus CPN4. J Dairy Sci 82(7): 1388-1393.

Yamasaki Y., Maekawa K., 1978. A peptide with delicious taste.Agric. Biol.

Chem. 42, 1761-1765.

Zuraidah, M. Apriliadi, N. 2012. Analisis Faktor Risiko Penyakit Hipertensi

Pada Masyarakat di kecamatan Kemuning Kota Palembang, Laporan

Penelitian, Prodi keperawatan, Politeknik Kesehatan Palembang.

Page 83: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

68

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Kadar Protein Total

Sampel Ulangan

Volume (mL) Sampel

(mg)

Kadar

Protein

(%bb) Awal Akhir Terpakai Sampel

1 0,0 0,60 0,60 0,60 506,2 2,562

2 0,0 0,55 0,55 0,55 508,5 2,33

Contoh Perhitungan Kadar Protein Susu Kedelai

Diketahui : Volume blanko : 0,00 mL

N HCl : 0,0671 N

Faktor konversi Nitrogen : 5,75

%N = (mL HCl sampel – mL HCl blanko) x Ar N x FP x 100 / mg sampel

= (0,60 – 0,0 ) x 14,007 x 4 x 100 / 506,2

= 0,4456 %

Kadar Protein = %N x Faktor Konversi

= 0,4456 % x 5,75

= 2,562 %

Page 84: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

69

Lampiran 2. Hasil Analisis Derajat Hidrolisis

Waktu

(jam)

Konsentrasi (ppm) DH

(%) Sebelum Hidrolisis Setelah Hidrolisis

0 562,89 147,35 26,17

1 693,23 192,36 27,74

4 534,00 283,15 53,02

6 460,61 232,23 50,41

16 785,05 283,47 36,10

24 621,18 242,83 39,05

Contoh perhitungan Derajat Hidrolisis (%DH)

% DH = Protein terlarut TCA 100% / Protein total sample x 100%

= Protein Sesudah Hidrolisis / Protein sebelum hidrolisis x 100

= 192,36 / 693,23 x 100%

= 27,74 %

Page 85: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

70

Lampiran 3. Hasil Uji Aktivitas Antihipertensi

Waktu

(jam)

Absorbansi

Sampel

Absorbansi

Blanko

Absorbansi

Kontrol

% inhibisi

0 0,027 0,008 24

1 0,019 0,009 58,33

4 0,015 0,005 0,033 64,28

6 0,024 0,002 27,41

16 0,021 0,010 52,17

24 0,010 0,004 79,31

Contoh perhitungan %inhibisi 0 jam

%inhibisi = (absorbansi kontrol – absorbansi sample) x 100%

(absorbansi kontrol – absorbansi blanko)

= (0,033 – 0,027) x 100%

(0,0333 – 0,008)

= 24 %

Page 86: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

71

Lampiran 4. Reagen uji ACE

1. Buffer borat pH 8,3 takaran 100 ml (50 mM natrium borat dan 200 mM

asam borat)

Na-borat 50 mM = 0,05 M

M =

0,05 M =

g Na-borat = 1,91 g

Asam borat 200 mM = 0,2 M

M =

0,2 M =

g Na-borat = 1,24 g

1,91 g Na-borat + 50 mL aquadest diaduk lalu ditambah 1,24 g asam borat lalu

ditambahkan aquadest sampai volume tepat 100 mL

2. Substrat (HHL dan NaCl dalam Buffer Borat 10 ml)

HHL 7,6 mM dalam 5 mL buffer borat

M =

0,0076 M =

g HHL = 0,016319 g = 16,32 mg

NaCl 608 mM dalam 5 ml buffer borat

M =

0,608 M =

g NaCl = 0,17784 g = 177,84 mg

16,32 mg HHl + 177,84 mg NaCl dilarutkan dalam 10 mL buffer borat dingin lalu

distirer

Page 87: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

72

BIODATA MAHASISWA

IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Deni Kurnia Putera

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21 November 1992

NIM : 1111096000040

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Perumahan Benda Baru, Jalan Bintan Blok E 23

No. 05 Rt 005/017 , Kelurahan Benda Baru,

Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan

Telp/HP. : 0858-1343-1033

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

Taman Kanak-kanak : TK Putra Indonesia 5 Lulus tahun 1999

Sekolah Dasar : SDN Serua 06 Lulus tahun 2005

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 2 Pamulang Lulus tahun 2008

Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 1 Tangerang Selatan Lulus tahun 20011

Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Masuk tahun

2011

PENDIDIKAN NON FORMAL

Kursus/Pelatihan

1. -

Page 88: AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI HIDROLISAT PROTEIN SUSU KEDELAI

73

PENGALAMAN ORGANISASI :

1. Himpunan Mahasiswa Kimia Jabatan staf ahli SEKBID Seni dan Musik

Tahun 2012 sd 2013

2. Himpunan Mahasiswa Kimia Jabatan KABID Internal Tahun 2013 sd 2014

3. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Fakultas Sains dan

Teknologi Jabatan KABID Kewirausahaan Tahun 2013 sd 2014

4. Ikatan Remaja Masjid Nurul Iman Benda Baru Jabatan Wakil Ketua Tahun

2014 sd 2017

5. Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kecamatan Pamulang Jabatan

Anggota Tahun 2016 - 2017

6. Karang Taruna RW 017 Benda Baru Jabatan Ketua Umum Tahun 2017 sd

2020

PENGALAMAN KERJA

1. Praktek Kerja Lapangan (PKL) : PT. PLN Puslitbang/2014

2. Kuliah Kerja Nyata (KKN) : Bogor/2014

3. Owner dan CEO : INISABLON Screen Printing and Apparel

SEMINAR/LOKAKARYA

1. Seminar Nasional Biokimia Mei/2014, Sertifikat Panitia (ada)

*Keterangan Tambahan : -