acara iii
DESCRIPTION
hidroponikTRANSCRIPT
ACARA III
NUTRISI HIDROPONIK
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman memerlukan hara atau nutrisi untuk dapat menjalankan
fungsi fisiologisnya.Nutrisi pada tanaman dibutuhkan dalam pertumbuhan
karena merupakan bagian dari sel-sel dalam tubuh tanaman ataupun
berfungsi melancarkan berlangsungya proses metabolisme, sel-sel baru
selalu dibentuk selama tanaman itu hidup baik untuk perkembangan organ
maupun sel. Nutrisi yang digunakan oleh tanaman biasa disebut dengan
unsur hara tanaman.
Pada teknik budidaya tanaman dengan secara konvensional, tanaman
mendapatkan asupan nutrisi dari tanah dan bahan yang ditambahkan pada
tanah. Proses serapan nutrisi tanaman pada tanah tidak dapat kita kontrol
dengan baik karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan
penyerapan unsur hara itu sendiri, hal tersebut berbeda dengan apa yang
dilakukan pada budidaya secara hidroponik. Budidaya tanaman secara
hidroponik menjadikan faktor nutrisi sebagai sesuatu yang dapat diukur dan
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan
dibudidayakan.Praktikum pembuatan nutrisi dalam hidroponik dilakukan
supaya mahasiswa mengetahui takaran yang tepat dalam pembuatan nutrisi
sesuai dengan kebutuhan tiap tanaman. Praktikum ini juga dapat
mamberikan kita keterampilan mengenai cara penghitungan kebutuhan
nutrisi tanaman sehingga dapat memiliki keterampilan dalam membuatan
larutan nutrisi hidroponik secara mandiri.
2. Tujuan
Praktikum Hidroponik acara III ini bertujuan untuk:
a. Mengenal jenis garam teknis yang biasa digunakan dalam pembuatan
larutan nutrisi untuk hidroponik
b. Membuat komposisi larutan nutrisi mix AB untuk budidaya tanaman
sayuran (komponen hasil berupa bagian batang dan daun)
c. Mengukur tingkat kepekatan larutan nutrisi berdasarkan indicator nilai
konduktivitas listrik (EC)
d. Menganalisis hubungan antara kepekatan larutan nutrisi (berdasarkan
volume larutan pekat A dan B yang digunakan tiap 1000 ml larutan
nutrisi) dengan nilai EC.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara III ini dilaksanakan pada Jum’at,20 Oktober 2013,
pukul13.00 WIB, bertempat di Rumah Kaca B, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.Pemberian
nutrisi pada tanaman dapat diberikan melalui akar dan daun tanaman.Aplikasi
melalui akar dapat dilakukan dengan merendam atau mengalirkan larutan pada
akar tanaman. Larutan nutrisi dibuat dengan cara melarutkan garam-mineral ke
dalam air. Ketika dilarutkan dalam air, garam-mineral ini akan memisahkan diri
menjadi ion. Penyerapan ion-ion oleh tanaman berlangsung secara kontinue
dikarenakan akar-akar tanaman selalu bersentuhan dengan larutan
(Suwandi 2006).
Unsur-unsur nutrisi penting dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok
berdasarkan kecepatan hilangnya dari larutan (Bugbee 2003). Kelompok pertama
adalah unsur-unsur yang secara aktif diserap oleh akar dan hilang dari larutan
dalam beberapa jam yaitu N, P, K dan Mn. Kelompok kedua adalah unsur-unsur
yang mempunyai tingkat serapannya sedang dan biasanya hilang dari larutan agak
lebih cepat daripada air yang hilang (Mg, S, Fe, Zn, Cu, Mo, Cl). Kelompok
ketiga adalah unsur-unsur yang secara pasif diserap dari larutan dan sering
bertumpuk dalam larutan (Ca dan B).
N, P, K, dan Mn harus tetap dijaga pada konsentrasi rendah dalam larutan
untuk mencegah akumulasi yang bersifat racun bagi tanaman. Konsentrasi yang
tinggi dalam larutan dapat menyebabkan serapan yang berlebihan, yang dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan hara. Nitrogen mempunyai pengaruh yang
paling besar terhadap pertumbuhan, hasil, dan kualitas tanaman sayuran Kim
(1990). N untuk larutan hidroponik disuplai dalam bentuk nitrat. N dalam bentuk
ammonium nitrat mengurangi serapan K, Ca, Mg, dan unsur mikro. Kandungan
amonium nitrat harus di bawah 10 % dari total kandungan nitrogen pada larutan
nutrisi untuk mempertahankan keseimbangan pertumbuhan dan menghindari
penyakit fisiologi yang berhubungan dengan keracunan amonia. Menurut Chaney
dan Coulombe (1982), konsentrasi fosfor yang tinggi menimbulkan defisiensi Fe
dan Zn sedangkan K yang tinggi dapat mengganggu serapan Ca dan Mg.
Larutan nutrisi juga dapat dipertahankan dan dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.Hal
ini mendasari adanya sistem kontrol secara sederhana maupun otomatis pada
larutan nutrisi.Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH merupakan
komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat tertentu untuk
optimalisasi tanaman.Suhu dan pH larutan nutrisi dikontrol dengan tujuan agar
perubahan yang terjadi oleh penyerapan air dan ion nutrisi tanaman (terutama
dalam hidroponik dengan sistem yang tertutup) dapat dipertahankan. Suhu yang
terlalu rendah dan terlalu tinggi pada larutan nutrisi dapat menyebabkan
berkurangnya penyerapan air dan ion nutrisi, untuk tanaman sayuran suhu optimal
antara 5-150 C dan tanaman buah antara 15-250 C. Beberapa tanaman sayuran
dan buah dipertahankan mempunyai tingkat pH dan EC tertentu yang optimal
(Savvas and Manos2009).
Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan
faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik,
sehingga harus tepat dari segi jumlah komposisi ion nutrisi dan suhu.Larutan
nutrisi ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg) dan
unsur mikro (B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn). Pada umumnya kualitas larutan
nutrisi ini diketahui dengan mengukur electrical conductivity (EC) larutan
tersebut (Tim Karya Tani Mandiri 2010).
Dalam pembuatan larutan nutrisi, baik untuk sayuran daun, batang dan
daun, bunga serta buah, dibuat dua macam pekatan A dan B. Kedua pekatan
tersebut baru dicampur saat akan digunakan. Pekatan A dan B tidak dapat
dicampur karena bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion sulfat
dalam pekatan B akan terjadi endapan kalsium sulfat sehingga unsur Ca dan S
tidak dapat diserap oleh akar. Tanaman pun menunjukkan gajala defisiensi Ca dan
S. Begitu pula bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion fosfat dalam
pekatan B akan terjadi endapan ferri fosfat sehingga unsur Ca dan Fe tidak dapat
diserap oleh akar (Sutiyoso 2009).
Pembuatan nutrisi untuk sistem hidroponik juga harus memperhatikan jenis
nutrisi yang digunakan serta hubungan antar nutrisinya. Beberapa nutrisi memiliki
hubungan yang bersifat sinergi dan ada pula yang bersifat antagonistik. Hubungan
sinergi terjadi apabila penyerapan suatu nutrisi dapat memicu ketersediaan nutrisi
lain. Hubungan antagonis terjadi apabila penyerapan nutrisi tertentu
mengakibatkan tidak terserapnya nutrisi lainnya. Akan tetapi sifat antagonis dapat
dimanfaatkan untuk efek toksik beberapa elemen seperti penambahan Sulfur pada
jenis tanah tertentu untuk mengurangi efek toksik dari Molybdenum (Novitasari
2011).
Efisiensi penggunaan larutan nutrisi berhubungan dengan kelarutan hara
dan kebutuhan hara oleh tanaman. Bila EC tinggi maka larutan nutrisi semakin
pekat, sehingga ketersediaan unsur hara semakin bertambah. Begitu juga
sebaliknya, jika EC rendah maka konsentrasi larutan nutrisi rendah sehingga
ketersediaan unsur hara lebih sedikit (Sufardi 2001).
Pemberiannutrisipada seladadapat membuatnya tumbuh seperti pada
tanah. Adapun besarnya EC pada awal pemindahan bibit dan beberapa hari
setelah itu berbeda. Biasanya padaawal bibit dipindahkan pada sistem
hidroponik, EC-nya sebesar EC 1.0- 1.2 dan ph 5.8-6.2, baru setelah 20 hari EC-
nya ditambahkan menjadi 1.5- 2.0 ms/cm. Baru setelah 35 hari selada tersebut
dapat dipanen (Susila dan Koerniawati 2004).
C. Metodologi Praktikum
1. Alat
a. Timbangan
b. Ember
c. Gelas takar
d. EC- meter
e. Alat tulis
f. Penggaris
2. Bahan
Kemikalia yang terdiri atas Kalsium nitrat, Kalium nitrat, Fe-
EDTA, Kalium dihidro fostat, Amonium sulfat, Magnesium sulfat, Cupri
sulfat, Zinc sulfat, Asam borat, Mangan sulfat, Amonium molibdat, air.
3. Cara Kerja
a. Menimbang kemikalia dengan jumlah sesuai komposisi (untuk
menghasilkan larutan nutrisi sebanyak 300 L).
b. Komposisi A terdiri atas : Kalsium nitrat, Kalium nitrat, Fe-EDTA.
c. Komposisi B terdiri atas : Kalium dihidro fosfat, Amonium sulfat,
Magnesium sulfat, Cupri sulfat, Zinc sulfat, Asam borat, Mangan sulfat,
Amonium molibdat.
d. Mengukur nilai EC dari air yang akan digunakan sebagai pelarut
(dicacat sebagai EC air).
e. Melarutkan tiap-tiap komposisi garam A dan B masing-masing ke dalam
30 L, sehingga tersedia larutan pekat A dan larutan pekat B.
f. Membuat simulasi pengukuran nilai EC pada berbagai perimbangan
penggunaan larutan pekat A dan B dalam 1 L larutan nutrisi siap pakai.
g. Membuat grafik hubungan antara volume larutan pekat A dan B yang
digunakan tiap 1000 ml larutan nutrisi (X) dengan nilai EC (Y)
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Pengukuran Nilai EC pada Berbagai Perimbangan Penggunaan Larutan Pekat A dan B
Volume larutan pekat A (ml)
Volume larutan pekat B (ml)
Volume air (ml)Nilai EC
larutan nutrisi50 50 900 1,9675 75 850 2,9100 100 800 4,16125 125 750 2,5150 150 700 5,2750 50 900 1,9275 75 850 2,5100 100 800 3,98125 125 750 2,7150 150 700 5,5050 50 900 1,875 75 850 2,24
Sumber: Data Rekapan
2. Pembahasan
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk
fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan
kesehatan.Pemberian nutrisi pada tanaman dapat diberikan melalui akar dan
daun tanaman.Aplikasi melalui akar dapat dilakukan dengan merendam atau
mengalirkan larutan pada akar tanaman. Larutan nutrisi dibuat dengan cara
melarutkan garammineral ke dalam air. Ketika dilarutkan dalam air, garam-
mineral ini akan memisahkan diri menjadi ion. Penyerapan ion-ion oleh
tanaman berlangsung secara kontinyu dikarenakan akar-akar tanaman selalu
bersentuhan dengan larutan (Suwandi 2006).
Prinsip dasar dari nutrisi pada sistem hidroponik adalah menyediakan
atau memberikan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk yang telah
tersedia atau larutan. Nutrisi yang berada dalam bentuk larutan lebih mudah
diserap oleh akar tanaman karena usaha yang dibutuhkan akar untuk
menyerap tidak terlalu tinggi Pemberiannya nutrisi ini dapat dilakukan dengan
menyiramkan, menggenangi, mensirkulasi atau meneteskannya ke
tanaman.Perantaranya tidak menggunakan tanah tanah melainkan melainkan
bahan-bahan yang bersifat porus.
Dalam pembuatan nutrisi hidroponik biasanya akan dibagi menjadi dua
bagian yaitu stok A dan stok B. Pembagian ini perlu dilakukan agar tidak
terjadi reaksi antara ion Ca dengan ion PO atau ion SO. Reaksi tersebur akan
membentuk CaSO4 dan Ca3(PO4)2. Kedua senyawa tersebut akan mengendap
sehingga akan menyulitkan tanaman dalam menyerap unsur hara.
a) Nitrogen (N) : Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam
tanaman. Sekitar 75% dari seluruh N yang dibutuhkan tanaman diperoleh
dari fixasi N. Tanaman yang kahat N terlihat kerdil, daun hijau kekuningan,
daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat mati.
b) Fosfor (P) :Unsur hara P berguna untuk energi transfer dan pengangkutan
hasil metabolisme di dalam tanaman, merangsang pembentukan akar dan
pembungaan. Tanaman yang kahat P antara lain kerdil, daun sempit, daun
berwarna kemerahan atau keunguan dan pembentukan buah/biji
berkurang.
c) Kalium (K) :Fungsi hara K berperan dalam proses fotosintesa,
pengangkutan hasil asimilasi, metabolisme air dan aktifitas enzim. Gejala
kahat K terlihat pada batang dan daun yang lemah sehingga mudah rebah,
daun berwarna hijau tua kebiruan, adanya warna kuning mulai ujung daun
mengering, kadang- kadang timbul bercak coklat terutama pada ujungnya.
d) Belerang (S) :Unsur hara S merupakan salah satu komponen protein dalam
tanaman, sehingga jumlah yang diperlukan setara dengan hara P. Gejala
kekurangan unsur hara S mirip dengan kekahatan N dan agak susah
membedakannya. Warna kunung lebih jelas pada daun muda.
e) Kalsium (Ca) :Unsur hara Ca berpengaruh pada pembentukan bintil akar,
berperan dalam hidrolisa ATP dan fosfolipid, merupakan kofaktor
beberapa enzim gejala kekahatan unsur hara Ca, antara lain pucuk daun
agak putih, menggulung, keriting atau salah bentuk dan perakaran tidak
normal.
f) Magnesium (Mg) :Magnesium (Mg) merupakan unsur hara yang penting
dalam proses pembentukan khlorofil, sehingga ikut berperan dalam proses
fotosintesa. Kekahatan unsur Mg terlihat pada daun yang agak
bergelombang dan melengkung ke bawah, timbul gejala khlorosis
interveinal pada daun tua.
Menurut Sutiyoso (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,5.
Pada EC yang terlampau tinggi, tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara
lagi karena telah jenuh. Aliran larutan hara hanya lewat tanpa diserap akar.
Batasan jenuh untuk sayuran daun adalah EC 4,2. Di atas angka tersebut,
pertumbuhan tanaman akan stagnan. Bila EC jauh lebih tinggi maka akan
terjadi toksisitas atau keracunan dan sel-sel akan mengalami
plasmolisis.Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH merupakan
komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat tertentu
untuk optimalisasi tanaman.Pengelola hidroponik harus secara khusus
memperhatikan pH baik pada air ataupun pada larutan hara yang
digunakan.pH yang terlalu asam tidak baik untuk pertumbuhan tanaman,
karena sejumlah komponen zat vital di dalam larutan hara akan mengendap
menjadi garam yang tidak larut. Hal ini akan menjadikan hara tersebut tidak
dapat diserap tanaman. Kerusakan-kerusakan juga dapat dilihat pada bagian
tanaman lainnya, seperti pada sistem perakaran, terbakarnya ujung akar, daun
yang layu, dan muncul bercak-bercak jaringan yang mati.
Dari hasil tabel terlihat bahwa semakin besar volume larutan pekat
yang digunakan dan semakin sedikitnya air yang digunakan akan membuat
nilai dari EC larutan nutrisi semakin meningkat atau dengan kata lain larutan
nutrisi semakin pekat. Dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin
tinggi pula arus listrik yang dihantarkan (karena pekatnya kandungan garam
dan akumulasi ion mempengaruhi kemampuan untuk menghantarkan listrik
larutan nutrisi tersebut). Pada praktikum ini di dapat hasil pada perbandingan
volume larutan 50 ml dengan air 900 mlmempunyai nilai EC rata-rata 1,96.
Volume larutan pekat 75 ml dengan volume air 850 ml mempunyai nilai EC
rata-rata 2,9. Volume larutan pekat 100 ml dengan volume air 800 ml
mempunyai nilai EC rata-rata 4,16. Volume larutan pekat 125 ml dengan
volume air 750 ml mempunyai nilai EC rata-rata 2,5. Volume larutan pekat
150 ml dengan volume air 700 ml mempunyai nilai EC sangat tinggi yaitu
dengan rata-rata 5,27. Kelompok kami, Barokah mendapatkan pengamatan
EC dengan perbandingan larutan pekatan A dan B masing-masing 100 ml
dengan penambahan air sebanyak 800 ml untuk membuat larutan bervolum
1000 ml. Nilai EC yang diperoleh denga perbandingan tersebut adalah 3,98,
menandakan bahwa konduktifitas listrik dalam larutan bernilai 3,98. Semakin
tinggi garam yang terdapat dalam air, semakin tinggi EC-nya. Konsentrasi
garam yang tinggi dapat merusak akar tanaman dan mengganggu serapan
nutrisi dan air Suwandi dan Rosliani (1994) Setiap jenis dan umur tanaman
membutuhkan larutan dengan EC yang berbeda-beda. Kebutuhan EC
disesuaikan dengan fase pertumbuhan, yaitu ketika tanaman masih kecil, EC
yang dibutuhkan juga kecil. Semakin meningkat umur tanaman semakin besar
EC-nya.
Beberapa faktor penting dalam menentukan formula nutrisi hidroponik
Suwandi dan Rosliani(1994) : (1) garam yang mudah larut dalam air. (2)
kandungan sodium, khlorida,amonium dan nitrogen organik, atau unsur-unsur
yang tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman harus diminimalkan. (3)
komposisi digunakan bahan yang bersifat tidak antagonis satu dengan yang
lainnya dan (4) dipilih yang ekonomis.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengamatan acara III
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Prinsip teknik hidroponik ini adalah memberikan nutrisi sesuai
kebutuhan tanaman dalam bentuk yang tersedia dan mudah diserapa
tanaman.
b. Setiap tanaman memerlukan EC yang berbeda sesuai dengan produk
yang akan diambil.
c. Semakin kecil jarakperbandingan larutan nutrisi dengan air yang
ditambahkan semakin tinggi pula nilai EC.
d. Serapan tanaman, kondisi lingkungan semisal suhu dan kelembaban
akan memacu perubahan EC
e. Faktor penting dalam pembuatan larutan nutrisi: jenis garam, ada
tidaknya unsur yang merugikan, sifat garam yang digunakan dan nilai
ekonomis.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum acara ini adalah
sebaiknya sebaiknya tiap mahasiswa atau setidaknya tiap kelompok diberi
kesempatan dalam pembuatan larutan nutrisi (pekatan A dan pekatan B).
DAFTAR PUSTAKA
Bugbee B 2003.Nutrient management in recirculating hydroponik culture.Paper presented at The South Pacific Soil-less Culture Conference. Palmerston North, New Zealand.
Chaney R. and B. Coulombe 1982. Effect of phosphate on regulation of Fe-stress in soybean and peanut. J. Plant Nutr 5(8): 121-144.
Kim Kwang-Young 1990. Status and prospect of hydroponics crop production in Korea. International Seminar on Hydroponic Culture of High Value Crops in the Tropics, in Malaysia.
Marsoem S 2002.Tantangan dan prospek pengembangan usaha hidroponik.Dalam :Pelatihan aplikasi teknologi hidroponik untuk pengembangan agribisnis perkotaan.Creata-IPB. Bogor.
Novitasari Euis 2011. Hidroponik Stroberi. http://euisnovitasari.blogspot.com.Diakses pada tanggal 05 November 2013.
Savvas D, and Manos G 2009. Automated Composition Control of Nutrient Solution in Closed Soilless Culture Systems. J.Agric.Eng.Res. 73(2) : 29-33.
Sufardi 2001. Meningkatkan Hasil Jagung pada Utisol Muatan Berubah dengan Aplikasi Beberapa Amandemen Tanah, Hasil dan Efisiensi Pupuk Fosfat.Agrista Vol 5 (1): 12-22.
Susila AD 2006.Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bogor:Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.
Susila AD dan Y Koerniawati 2004.Pengaruh volume dan jenis media tanampada pertumbuhan dan hasil tanaman selada dalam teknologi hidroponiksistem terapung.Bul. Agron. 32(3) : 16-21
Sutiyoso Yos 2009. Hidroponik Ala Yos. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suwandi A 2006. Pengaruh Penggunaan Kompos Kambing sebagai Tambahan Larutan Anorganik dalam Sistem Hidroponik Rakit Apung pada Budidaya Selada (Lactuca sativa L.)Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Bogor: Universitas Djuanda.
Suwandi dan R Rosliani 1994. Efisiensi formula larutan nutrisi dalam kultur agregat tomat. Lap. Hasil Penel. Lembang: Balithor.
Tim Karya Tani Mandiri 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. Bandung. Nuansa Aulia.