acara ii

16
ACARA II PENENTUAN SIFAT FISIK DAN KIMIA LEMAK DAN MINYAK A. Tujuan Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan sifat fisik dan kimia beberapa jenis minyak, yaitu berat jenis dan angka penyabunan. B. Tinjauan Pustaka Penentuan nilai iodin dan nilai saponifikasi lemak dan minyak sangat penting untuk memperkirakan tingkat unsaturation dan rata-rata berat molekul. Terutama, yang nilai iodin dan nilai saponifikasi dari minyak ikan yang diperlukan untuk mendefinisikan kualitasnya, karena asam lemak komposisi minyak ikan bervariasi dengan menangkap musim ini dan daerah, dan ada minyak ikan yang termasuk tidak hanya triasilgliserol (TAG) tetapi juga lilin ester atau diacyl gliseril eter. Meski metode titrasi ini umumnya digunakan sebagai metode untuk menentukan iv dan sv lemak dan minyak, sulit untuk mendapatkan hasil yang dapat diandalkan. Para analis yang diperlukan untuk menggunakan teknik terampil dan metode titrasi mengambil lebih dari 1 jam untuk menyelesaikan sampel. Yang nilai iodin dan sv dari minyak nabati yang dapat dihitung dengan komposisi asam lemak diperkirakan oleh gas cair kromatografi (GLC). Namun, metode GLC tidak mampu menghitung nilai iodin dan nilai saponifikasi dari minyak ikan, karena komposisi asam lemak dari minyak ikan rumit dan semua asam lemak tidak dapat benar-benar diidentifikasi (Endo, 2005). Nilai saponifikasi ditentukan menurut metode titremetri yang dibahas oleh Pearson (1981). Dua gram sampel minyak ditimbang ke dalam labu kerucut dan ditambahkan 25 ml ethanolic kalium hidroksida. Kemudian direflux untuk 2 jam dengan stirrer dari waktu ke waktu. Satu ml phenolphthalein ditambahkan dan dititrasi dengan 0.5 N asam klorida (HCl). Proses yang sama dilakukan untuk penentuan blanko (Atinafu, 2011).

Upload: denanda-andini

Post on 03-Jan-2016

61 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Acara II

ACARA II

PENENTUAN SIFAT FISIK DAN KIMIA LEMAK DAN MINYAK

A. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan sifat fisik dan kimia

beberapa jenis minyak, yaitu berat jenis dan angka penyabunan.

B. Tinjauan Pustaka

Penentuan nilai iodin dan nilai saponifikasi lemak dan minyak

sangat penting untuk memperkirakan tingkat unsaturation dan rata-rata berat

molekul. Terutama, yang nilai iodin dan nilai saponifikasi dari minyak ikan

yang diperlukan untuk mendefinisikan kualitasnya, karena asam lemak

komposisi minyak ikan bervariasi dengan menangkap musim ini dan daerah,

dan ada minyak ikan yang termasuk tidak hanya triasilgliserol (TAG) tetapi

juga lilin ester atau diacyl gliseril eter. Meski metode titrasi ini umumnya

digunakan sebagai metode untuk menentukan iv dan sv lemak dan minyak,

sulit untuk mendapatkan hasil yang dapat diandalkan. Para analis yang

diperlukan untuk menggunakan teknik terampil dan metode titrasi mengambil

lebih dari 1 jam untuk menyelesaikan sampel. Yang nilai iodin dan sv dari

minyak nabati yang dapat dihitung dengan komposisi asam lemak

diperkirakan oleh gas cair kromatografi (GLC). Namun, metode GLC tidak

mampu menghitung nilai iodin dan nilai saponifikasi dari minyak ikan,

karena komposisi asam lemak dari minyak ikan rumit dan semua asam lemak

tidak dapat benar-benar diidentifikasi (Endo, 2005).

Nilai saponifikasi ditentukan menurut metode titremetri yang

dibahas oleh Pearson (1981). Dua gram sampel minyak ditimbang ke dalam

labu kerucut dan ditambahkan 25 ml ethanolic kalium hidroksida. Kemudian

direflux untuk 2 jam dengan stirrer dari waktu ke waktu. Satu ml

phenolphthalein ditambahkan dan dititrasi dengan 0.5 N asam klorida (HCl).

Proses yang sama dilakukan untuk penentuan blanko (Atinafu, 2011).

Page 2: Acara II

Asam lemak tak jenuh khususnya rentan terhadap proses oksidatif

yang melibatkan pembentukan asam lemak radikal bebas yang dapat

kemudian bereaksi dengan molekul oksigen untuk menghasilkan radikal

peroksida dan peroksidasi lipid (Sherwin, 1978) dan produk-produk yang

tidak diinginkan dengan bau yang tajam dan sifatnya yang beracun (Cheeke,

1991). Selama proses oksidatif sekunder produk termasuk keton,

malonaldehyde dan asam yang dihasilkan (Lin et al.,) tahun 1989. Nilai

gizinya paling sedikit lemak tengik atau feed hasil kerugian dalam gizi dan

ekonomi. Kualitas lemak makanan tidak hanya mempengaruhi kinerja hewan

pertumbuhan dan kesehatan tetapi juga mempengaruhi kualitas daging ayam

pedaging dan produk daging (Anjum, 2004).

Tanaman kacang tanah (Arachishipogea L) termasuk tanaman

polongpolongan atau legium kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia.

Tanaman ini merupakan salah satu tanaman palawija jenis leguminoceae yang

memiliki kandungan gizi cukup tinggi antara lain protein, karbohidrat dan

minyak (Andaka, 2009).

Sekarang pemanfaatan kacang tanah makin luas dari minyak nabati

hingga selai. Kandungan minyak yang terdapat di dalam kacang tanah cukup

tinggi yaitu berkisar antara 40-50% dan merupakan minyak nabati yang bebas

kolesterol. Karena kandungan minyaknya cukup tinggi maka kacang tanah

merupakan sumber minyak yang penting. Minyak kacang tanah seperti juga

minyak nabati lainnya merupakan salah satu kebutuhan manusia, yang

dipergunakan baik sebagai bahan pangan (edible purpose) maupun bahan

non pangan (Andaka, 2009).

Sebagai bahan pangan minyak kacang tanah digunakan untuk

minyak goreng, bahan dasar pembuatan margarin mayonaise, salad dressing,

mentega putih (shortening)dan mempunyai keunggulan bila dibandingkan

dengan minyak jenis lainnya karena dapat dipakai berulang-ulang untuk

menggoreng bahan pangan. Sebagai bahan non pangan, minyak kacang tanah

digunakan dalam industri sabun, face cream, shaving cream, pencuci rambut

dan bahan kosmetik lainnnya. Dalam bidang farmasi minyak kacang tanah

Page 3: Acara II

dapat dipergunakan untuk campuran pembuatan adrenalin dan obat asma

(Andaka, 2009).

Minyak kasar hasil ekstraksi selalu mengandung asam lemak bebas

sebagai hasil aktifitas enzim lipase terhadap gliserida selama minyak tersebut

disimpan. Besarnya asam lemak tersebut digunakan sebagai ukuran kualitas

minyak. Makin besar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak

tersebut maka kualitasnya makin rendah. Minyak atau lemak yang disimpan

pada kondisi penyimpanan yang tidak baik apabila diolah atau dimanfaatkan

akan dihasilkan minyak atau lemak dengan kandungan asam lemak bebas

tinggi (Ketaren, 2008).

Minyak mempunyai arti yang sangat luas, yaitu senyawa yang

berbentuk cairan pekat pada suhu ruangan dan tidak larut dalam air.

Berdasarkan sumbernya, minyak dibagi menjadi 2 macam, yaitu minyak bumi

(mineral oilsatau petroleum) dan minyak dari mahluk hidup (lipidaatau

lipids). Adapun minyak dari mahluk hidup terbagi lagi menjadi minyak nabati

(vegetable oils)dan minyak hewani (animal oils). Minyak hewani lebih

popular disebut dengan istilah lemak (fats)karena pada umumnya berbentuk

padat pada suhu ruangan (Susanto, 2008). Minyak kacang tanah merupakan

campuran ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang yang sering

disebut trigliserida. Trigliserida terbentuk dari asam lemak jenuh dan asam

lemak tak jenuh. Minyak kacang tanah mengandung 76–82 persen asam

lemak tak jenuh yang terdiri dari 40–45 persen asam oleat (C17H33COOH)

dan 30–45 persen asam linoleat (C17H31COOH). Asam lemak jenuh

sebagian besar terdiri dari asam palmitat (C15H31COOH), sedangkan kadar

asam miristat (C13H27COOH) sekitar 5 persen. Kandungan asam linoleat

yang tinggi akan menurunkan kestabilan minyak. Kestabilan minyak akan

bertambah dengan cara hidrogenasi atau penambahan anti-oksidan (Andaka,

2009).

Minyak kelapa merupakan zat makanan yang diperlukan

sebagai sumber kalori. Dalam bidang pangan, selain berfungsi sebagai

sumber energi bagi tubuh juga berguna sebagai media penghantar panas

Page 4: Acara II

dan penambah cita rasa. Pembuatan minyak kelapa kasar (crude – oil)

terdiri dari dua cara, yaitu:

1. Rendering

Merupakan suatu cara yang sering digunakan untuk mengekstraksi minyak

kelapa dengan cara pemanasan. Daging kelapa segar diparut dan diambil

santannya kemudian dilakukan pemanasan. Minyak akan mengapung

dipemukaan sehingga dapat dipisahkan. Tetapi cara ini membutuhkan

bahan bakar yang cukup banyak.

2. Pengepresan

Proses ini dilakukan dengan pengoprasian kopra. Menggunakan tekanan

hidrolik atau screw proses. Dengan Cara itu minyak tidak dapat seluruhnya

diekstraksi.

(Utami, 2008).

Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan ke dalam

minyak asam laurat karena kandungan asam larutannya paling besar Jika

dibandingkan dengan asam lemak yang lainnya. Berdasarkan tingkat

ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan lod (iodine value), maka

minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam golongan non drying oils, karena

bilangan iod minyak berkisar antar 7,5— 10,5. Warna coklat pada minyak

yang mengandung protein dan karbohidrat bukan disebabkan oleh zat warna

alamiah tetapi oleh reaksi browning. Warna ini merupakan hasil reaksi dari

senyawa karbonil (berasal dari pemecahan peroksida) dengan asam amino

dari protein dan terjadi terutama pada suhu tinggi. Warna pada minyak kelapa

disebabkan oleh zat warna dan kotoran – kotoran lainnya. Zat warna alamiah

yang terdapat pada minyak kelapa adalah karotene yang merupakan

hidrokarbon tidak jenuh dan tidak stabil pada suhu tinggi (Utami, 2008).

Berbagai penelitian ilmiah beberapa tahun terakhir membuktikan

bahwa minyak kelapa murni (virgin coconut oil = VCO) mengandung asam

lemak jenuh yang unik dan berbeda dari asam lemak jenuh pada umumnya.

Asam lemak jenuh dalam minyak kelapa adalah asam lemak jenuh rantai

sedang dan pendek. Dewasa ini peran minyak kelapa sebagai komponen obat

Page 5: Acara II

mulai meningkat dibandingkan minyak nabati lainnya. Minyak nabati lainnya

atau minyak sayur mengandung asam lemak tak jenuh cukup tinggi yang

mudah teroksidasi jika kontak dengan udara pada suhu tinggi dan dapat

berubah menjadi trans fatty acidjika dipanaskan. Asam lemak trans ini dapat

meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) sehingga dapat

menimbulkan penyakit jantung koroner, hipertensi, dan stroke. Sedangkan

minyak kelapa murni secara dominan disusun oleh medium chains fatty acids

(MCFA), seperti : asam laurat (48%), asam kaprat (7%), asam kaprilat (8%),

dan asam kaproat (0,5%). MCFA dalam tubuh dipecah dan digunakan untuk

menghasilkan energi, dan jarang disimpan sebagai lemak tubuh atau

menumpuk dalam pembuluh nadi. Minyak kelapa memiliki kadar asam lemak

tak jenuh ganda omega-3, asam eikosapentaeinoat (EPA) dan asam asam

dokosaheksaenoat (DHA) yang dapat menurunkan Very Low Densit

Lipoprotein(VLDL) (Widiandani, 2010).

Kelarutan dalam alkohol sangat dipengaruhi oleh komponen-

komponen senyawa dalam minyak atsiri tersebut. Semakin banyak

kandungan fraksi yang tidak teroksigenasi (non-oxygenated), misalnya

terpen (walaupun ada juga terpen teroksigenasi), parafin, sesquiterpene,

dan lain-lain, maka daya kelarutan minyak atsiri tersebut akan semakin

rendah (Sumangat dan Ma’mun, 2003). Menurut Guenther (1987),

persenyawaan oxygenatedumumnya memiliki kelarutan yang lebih baik

sebagai contoh adalah : alkohol, aldehid, keton dan fenol, sedangkan

persenyawaan ester dan fenol -ester mempunyai kelarutan yang lebih kecil.

Fraksi terpen agak sukar larut dalam alkohol encer, sedangkan parafin

dan sesquiterpene sama sekali tidak larut dalam alkohol. Sinamaldehid

termasuk dalam senyawa yang teroksigenasi, dan juga merupakan

senyawa utama pada minyak atsiri kulit kayu manis. Sehingga diduga

tidak adanya beda nyata nilai kelarutan dalam alkohol pada masing-

masing perlakuan disebabkan karena kandungan utama dalam minyak atsiri

yang dihasilkan dari bermacam-macam perlakuan tersebut sama-sama

Page 6: Acara II

didominasi oleh senyawa sinamaldehid dan senyawa teroksigenasi lainnya

(Yuliarto, 2012).

C. Metodologi

1. Alat

a. Piknometer

b. Timbangan

c. Pipet tetes

d. Termometer

e. Elenmeyer 200 ml

f. Buret

g. Tabung reaksi

h. Pipet ukur 1 ml

i. Propipet

j. Pendingin balik

k. hotplate

2. Bahan

a. Minyak kelapa parut basah dan kering

b. Minyak kacang tanah

c. Minyak kemiri

d. Lemak ayam

e. Lemak sapi

f. Aquades

g. Larutan KOH

h. Indikator PP

i. Larutan standar HCl 0,5 N

Page 7: Acara II

3. Cara Kerja

a. Penentuan Berat Jenis

Ditimbang 2 piknometer kosong

Diisi dengan minyak, dan yang lain diisi dengan air

Ditimbang piknometer beserta isinya

Ditentukan bobot jenisnya pada suhu pengukuran

Ditentukan berat jenisnya pada suhu 25 oC

Page 8: Acara II

b. Penentuan Angka Penyabunan

Ditimbang minyak sebanyak 5 gr

Ditambah 50 ml KOH

Ditutup dengan pendingin balik

Dididihkan selama 30 menit

Dititrasi kelebihan larutan KOH dengan HCl 0,5 N

Dihitung angka penyabunan

Page 9: Acara II

D. Hasil dan Pembahasan

1. Berat Jenis Minyak

Tabel 2.1 Hasil Penentuan Berat Jenis Minyak

Kel Sampel Berat

(pikno+sampel)

Berat

pikno Berat air BJ

1 Minyak kelapa

parut basah

38,850 15,624 25,276 0,979

7 40,777 17,369 25,236 0,923

2 Minyak kelapa

parut kering

40,434 17,103 25,344 0,921

8 39,525 15,910 25,613 0,932

3 Minyak

kacang tanah

39,989 16,802 25,365 0,914

9 39,722 16,433 25,430 0,916

4 Minyak kemiri

39,235 16,136 25,036 0,923

10 39,316 16,090 25,081 0,926

5 Lemak ayam

73,429 27,950 49,827 0,913

11 73,304 27,570 49,857 0,917

6 Lemak sapi

73,797 28,587 50,157 0,901

12 73,512 28,289 50,107 0,903

Sumber : Laporan Sementara

Berat jenis adalah besaran murni tanpa dimensi maupun

satuan. Berat jenis suatu zat adalah beratnya per volume satuan. Berat

jenis merupakan sifat yang cocok untuk statika fluida atau cairan dengan

permukaan bebas dan merupakan bilangan tak berdimensi yang sama

dengan besarnya kerapatan ini bila dinyatakan dalam kg/L. Cara ini dapat

digunakan untuk semua minyak dan lemak yang dicairkan. Alat yang

digunakan untuk penentuan ini adalah piknometer.

Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis dari

beberapa sampel minyak yaitu minyak kelapa pemanasan, minyak

kacang tanah pengempaan, lemak ayam, dan lemak sapi. Penentuan berat

jenis dari masing-masing sampel minyak ini dilakukan dengan

membandingkan antara selisih berat (piknometer+minyak) dan berat

piknometer kosong dengan selisih berat (piknometer+air) dan berat

piknometer kosong pada volume dan suhu yang sama. Suhu air pada saat

pengukuran adalah 28 oC.

Page 10: Acara II

Pada penentuan berat jenis minyak ini diperoleh data seperti

yang tersaji pada table 2.1. Dari data yang telah diperoleh berat jenis

sampel minyak kelapa parut basah sebesar 0,919 dan 0,923. Sampel

minyak kelapa parut kering memiliki berat jenis sebesar 0,921 dan 0,932.

Pada minyak kacang tanah, berat jenis yang dimiliki adalah sebesar 0,914

dan 0,916. Menurut Ketaren (1986) berat jenis minyak kacang tanah

berkisar antara 0,910–0,915. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang

didapat. Minyak kemiri memiliki berat jenis 0,923 dan 0,926. Berat jenis

pada lemak ayam sebesar 0,913 dan 0,917. Menurut Griffinind (2007)

sampel lemak ayam memiliki berat jenis sekitar 0,840. Data ini tidak

berbeda jauh dengan teori yang telah disebabkan. Dan berat jenis pada

lemak sapi sebesar 0,902 dan 0,903. Menurut Udayana (2002) berat jenis

lemak minyak sapi berkisar antara 0,889-0,938. Berat jenis ini sudah

sesuai dengan teori.

Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa

sampel dengan berat jenis terbesar hingga terkecil secara berturut-turut

adalah minyak kemiri, minyak kelapa parut, minyak kacang tanah, lemak

ayam, dan terakhir adalah lemak sapi.

Page 11: Acara II

2. Angka Penyabunan

Tabel 2.2 Hasil Penentuan Angka Penyabunan Minyak

Kel Sampel ml HCl (tb) ml HCl (ts) Angka

Penyabunan

1 Kelapa parut

basah

87,2 46,7 250,389

7 87,2 35,7 288,451

2 Kelapa parut

kering

87,2 48,5 214,798

8 87,2 42,5 250,365

3 Kacang tanah

87,2 50 208,357

9 87,2 58 163,549

4 Kemiri

87,2 54,7 182,032

10 87,2

5 Lemak ayam

87,2 69 73,93

11 87,2 49,5 211,158

6 Lemak sapi

87,2 51,81 198,275

12 87,2 25 348,382

Sumber : Laporan Sementara

Bilangan penyabunan adalah mg KOH yang dibutuhkan untuk

menyabunkan 1 gr lemak (Winarno, 2004). Hal serupa juga diungkapkan

Ketaren (1986) bilangan penyabunan merupakan jumlah alkali yang

dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah contoh minyak. Besarnya

bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul. Hal ini dapat

dijelaskan dengan semakin panjang rantai hidrokarbon suatu munyak,

maka akan semakin kecil proporsi molar gugus karboksilat yang akan

bereaksi dengan basa. Penentuan bilangan penyabunan dapat dilakukan

pada semua jenis minyak dan lemak.

Pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan angka

penyabunan dari beberapa sampel minyak yaitu minyak kelapa parut,

minyak kacang tanah, minyak kemiri, lemak ayam, dan lemak sapi.

Penentuan angka penyabunan ini dilakukan dengan menimbang sampel

minyak sebanyak 5 gr dalam elenmeyer 200 ml. ditambah 50 ml larutan

KOH yang dibuat dari 56 gr KOH dalam 1 L alcohol. Setelah itu ditutup

dengan pendingin balik, didihkan dengan hati-hati selama 30 menit.

Selanjutnya didinginkan dan ditambahkan 3 tetes indicator

Page 12: Acara II

phenolphthalein (pp) dan dititrasi kelebihan KOH dengan larutan standar

HCl 0,5 N. untuk mengetahui kelebihan larutan KOH maka dibuat titrasi

blanko, yaitu dengan prosedur yang sama tetapi tanpa sampel minyak.

Kemudian ditentukan besarnya angka penyabunan minyak tersebut.

Penentuan angka penyabunan pada beberapa minyak dan

lemak diperoleh data yang tercantum pada tabek 2.2. berdasarkan hasil

yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa untuk semua sampel

baik berupa minyak kelapa parut, minyak kemiri, minyak kacang tanah,

lemak ayam, dan lemak sapi hasil perolehan bilangan penyabunan belum

sesuai dengan teori. Menurut Suhardiyono (1988) bilangan penyabunan

untuk minyak kelapa sekitar 255-256 mgr KOH/gr sampel. Sedangkan

bilangan penyabunan minyak kelapa pemanasan yang diperoleh sebesar

250,389 dan 288,452 mgr KOH/gr sampel. Menurut Carolina (2008)

bilangan penyabunan untuk minyak kacang tanah sekitar 185-195 mgr

KOH/gr sampel. Namun pada praktikum didapatkan data bilangan

penyabunan untuk minyak kacang tanah sebesar 208,357 dan 163,549

mgr KOH/gr sampel. Selanjutnya menurut Anonim (2010) bilangan

penyabunan untuk lemak ayam adalah sebesar 138 mgr KOH/gr sampel.

Pada praktikum didapatkan nilai sebesar 73,93 dan 211,157 mgr KOH/gr

sampel. Angka penyabunan untuk lemak sapi menurut Anonim (2010)

yaitu sebesar 140 mgr KOH/gr sampel tidak sesuai dengan teori karena

hasil perolehan bilangan penyabunan hasil praktikum untuk lemak sapi

198,275 dan 348, 382 mgr KOH/gr sampel.

Perbedaan perolehan angka penyabunan antara data praktikum

dengan teori adalah hal ini dimungkinkan karena proses ekstraksi minyak

dilakukan dengan adanya kotoran yang ikut dalam proses ekstraksi

sehingga dapat mempengaruhi besarnya bilangan penyabunan yang

dihasilkan.

Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat diketahui pula

bahwa sampel dengan bilangan penyabunan terbesar hingga terkecil

secara berturut-turut adalah lemak sapi, minyak kelapa parut, minyak

Page 13: Acara II

kemiri, minyak kacang tanah, dan lemak ayam. Menurut Sudarmadji

(1989) angka penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat

molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam

lemak rantai karbon pendek berarti mempunyai berat molekul relatif

kecil akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya

minyak dengan berat molekul besar mempunyai angka penyabunan

relatif kecil.

Menurut Ketaren (1986) minyak kelapa berdasarkan

kandungan asam lemak mengandung 84% trigliserida dengan 3 molekul

asam lemak jenuh. 12% trigliserida dengan 2 molekul asam lemak jenuh

dan 4% trigliserida dengan 1 molekul asam lemak jenuh dan digolongkan

dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling

besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Menurut

Sudarmadji (1989) bobot molekul untuk asam laurat sebesar 200.

Sedangkan pada sampel kacang tanah memiliki bilangan penyabunan

yang cukup besar. Menurut Ketaren (1986) minyak kacang tanah

mengandung 76-82% asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari 40-45%

asam oleat dan 30-35% asam linoleat. Karena kandungan asam linoleat

yag terbesar maka minyak kacang tanah tergolong dalam minyak asam

linoleat. Menurut Sudarmadji (1989) bobot molekul untuk asam linoleat

sebesar 278.

Pada sampel lemak ayam bilangan penyabunan paling kecil

sehingga berat molekulnya paling besar. Menurut Muchtadi (2008),

lemak ayam mengandung 31% asam lemak jenuh (palmitat dan stearat).

47% lemak mono tidak jenuh (palmitat dan oleat), dan 22% lemak poli

tidak jenuh (linoleat dan stearat). Karena kandungan asam oleat yang

terbesar maka lemak ayam tergolong dalam minyak asam oleat. Menurut

Sudarmadji (1989) bobot molekul untuk asam oleat sebesar 283. Menurut

Muchtadi (2008) lemak sapi mengandung 52% asam lemak jenuh

(palmitat dan stearat), 44% lemak mono tidak jenuh (palmitoleat dan

oleat), dan 4% lemak poli tidak jenuh (linoleat dan stearat). Karena

Page 14: Acara II

kandungan asam palmitat dan stearat yang terbesar maka lemak sapi akan

memadat pada suhu ruang. Bobot molekul untuk asam palmitat sebesar

256.

Faktor yang mempengaruhi angka penyabunan adalah berat

molekul, kandungan asam-asam lemak yang terkandung di dalamnya,

semakin besar berat molekulnya, semakin kecil perolehan angka

penyabunan, seperti dalam data praktikum lemak ayam yang

mengandung lemak paling rendah, namun ada perbedaan untuk minyak

kacang tanah memiliki angka penyabunan yang besar, karena di dalam

minyak kacang tanah mengandung linolear yang tinggi sehingga dapat

menurunkan kestabilan minyak kacang tanah, sehingga untuk minyak

kacang tanah berat molekul tidak begitu berpengaruh.

E. Kesimpulan

Dari praktikum acara ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berat jenis adalah besaran murni tanpa dimensi maupun satuan.

2. Berat jenis suatu zat adalah beratnya per volume satuan.

3. Berat jenis merupakan sifat yang cocok untuk statika fluida atau cairan

dengan permukaan bebas dan merupakan bilangan tak berdimensi yang

sama dengan besarnya kerapatan ini bila dinyatakan dalam kg/L.

4. Berat jenis terbesar hingga terkecil secara berturut-turut adalah minyak

kemiri, minyak kelapa parut, minyak kacang tanah, lemak ayam, dan

terakhir adalah lemak sapi.

5. Bilangan penyabunan adalah mg KOH yang dibutuhkan untuk

menyabunkan 1 gr lemak.

6. Bilangan penyabunan terbesar hingga terkecil secara berturut-turut adalah

lemak sapi, minyak kelapa parut, minyak kemiri, minyak kacang tanah,

dan lemak ayam.

7. Minyak yang disusun oleh asam lemak rantai karbon pendek berarti

mempunyai berat molekul relatif kecil akan mempunyai angka

penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul

besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil.

Page 15: Acara II

8. Angka penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul

minyak dan lemak secara kasar.

Page 16: Acara II

DAFTAR PUSTAKA

Andaka, Ganjar. 2009. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan

Pelarut n-Heksana. Jurnal Teknologi, Vol 2 No 1, 80-88.

Anjum, M.I. 2004. Effect Of Fresh Versus Oxidized Soybean Oil On Growth

Performance, Organs Weights And Meat Quality Of Broiler Chicks.

Pakistan Vet. J., 24(4): 2004

Atinafu, Dimberu G. 2011. Estimation of total free fatty acid and cholesterol

content in some commercial edible oils in Ethiopia, Bahir DAR. Journal

of Cereals and Oil seeds Vol. 2(6), pp. 71-76.

Carolina, Desy. 2008. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan Iodin

dari Minyak Hasil EKstraksi Minyak Kacang Tanah dengan Pelarut n-

Heksana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Endo, Yashusi et al. 2005. Rapid Determination of Iodine Value and

Saponification Value of Fish Oils by Near-Infrared Spectroscopy. Vol.

70, Nr. 2, 2005—Journal Of Food Science.

Ketaren 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit UI Press. Jakarta.

Sudarmadji, Slamet. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit

Liberty. Yogyakarta.

Utami, Lucky I. 2008. Pengambilan Minyak Kelapa dengan Proses Fermentasi

Menggunakan Scharomyces ceriviceae Amobil. Jurnal Penelitian Ilmu

Teknik Vol 8 No 2 : 86-95.

Widiandani, Tri. 2010. Upaya Peningkatan Kualitas Minyak Kelapa yang Dibuat

dari Cocos nucifera L dengan Berbagai Kimiawi dan Fisik. Departemen

Kimia Farmasi, Fak. Farmasi Universitas Airlangga Surabaya.

Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia. Jakarta.

Yuliarto, Fuki. 2012. Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi ) Destilasi

Air dan Destilasi Uap Air) Terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu

Manis (Cinnamomum burmannii). Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1

Oktober 2012.