acara ii benih

19
II. UJI DAYA KECAMBAH BENIH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Benih merupakan faktor utama penentu keberhasilan usahatani. Benih disarankan bermutu tinggi sebab benih harus menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju. Pentingnya pemilihan kualitas benih yang akan dipergunakan tidak boleh diabaikan. Pengolahan atau prosesing dan penyimpanan benih merupakan suatu kegiatan di antara kegiatan dalam teknologi benih yang memiliki arti sangat penting. Benih merupakan bahan tanam yang sangat penting dalam melakukan kegiatan budidaya. Hal itu dikarenakan benih merupakan komponen perkembangbiakan sehingga dapat berkecambah dan menjadi individu atau tanaman baru. Benih yang baik merupakan benih ketika masak fisiologis dimana benih memiliki berat kering dan viabilitas maupun vigor yang optimal. Keadan setelah masak fisiologis maka kondisi benih akan menurun. Pengujian benih penting dilakukan untuk mengetahui mutu kualitas kelompok benih. Pengujian benih merupakan metode untuk mendapatkan benih yang unggul baik secara genetis dan fisik. Pengujian benih merupakan analisis beberapa

Upload: najihfikriyah

Post on 30-Sep-2015

239 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Acara II Benih

TRANSCRIPT

20

II. UJI DAYA KECAMBAH BENIH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Benih merupakan faktor utama penentu keberhasilan usahatani. Benih disarankan bermutu tinggi sebab benih harus menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju. Pentingnya pemilihan kualitas benih yang akan dipergunakan tidak boleh diabaikan. Pengolahan atau prosesing dan penyimpanan benih merupakan suatu kegiatan di antara kegiatan dalam teknologi benih yang memiliki arti sangat penting.

Benih merupakan bahan tanam yang sangat penting dalam melakukan kegiatan budidaya. Hal itu dikarenakan benih merupakan komponen perkembangbiakan sehingga dapat berkecambah dan menjadi individu atau tanaman baru. Benih yang baik merupakan benih ketika masak fisiologis dimana benih memiliki berat kering dan viabilitas maupun vigor yang optimal. Keadan setelah masak fisiologis maka kondisi benih akan menurun.

Pengujian benih penting dilakukan untuk mengetahui mutu kualitas kelompok benih. Pengujian benih merupakan metode untuk mendapatkan benih yang unggul baik secara genetis dan fisik. Pengujian benih merupakan analisis beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologis sekumpulan benih yang biasanya didasarkan pada perwakilan sejumlah contoh benih. Salah satu contoh pengujian benih adalah uji daya kecambahan benih.

Daya kecambah biji erat hubungannya dengan pemasakan biji. Perkecambahan adalah suatu peristiwa atau proses pada biji yang terjadi sesudah panen atau biji berkecambah setelah biji tersebut masak. Biji dapat berkecambah jauh sebelum tercapai kemasakan fisiologis atau sebelum tercapai berat kering maksimum. Daya kecambah akan meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai maksimum tetapi sesudah itu akan menurun dengan kecapatan yang sesuai dengan keadaan lapangan. Berdasarkan uraian di atas maka pengujian daya kecambah ini penting dilakukan agar dapat mempersiapkan benih yang bermutu.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya praktikum acara uji daya kecambah benih ini adalah untuk mengetahui daya kecambah benih dan kecepatan kecambah benih.

B. Tinjauan Pustaka

Perkecambaahan dimulai dari munculnya pertumbuhan aktif yang ditandai dengan pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisilologis dan morfologis. Peristiwa tersebut adalah seperti imbibisi dan absorbsi air, hidrasi jaringan, absorbsi O2, pengaktifan enzim pencernaan, transfer molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio, peningkatan respirasi dan amsimilasi, inisiasi pembelahan dan pembesaran sel serta munculnya embrio (Imran et al 2002).

Proses perkecambahan benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik yang berpengaruh adalah susunan kimiawi benih yang berhubungan dengan daya hidup benih. Sifat ketahanan ini meliputi masalah kadar air benih, kegiatan enzim dalam benih dan kegiatan-kegiatan fisik atau biokimiawi dari kulit benih, sedangkan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah air, gas, suhu dan oksigen. Kulit benih dan struktur disekitarnya dapat mempengaruhi kemampuan perkecambahan benih melalui penghambatan terhadap penyerapan air, pertukaran gas, difusi inhibitor endogenous atau penghambatan pertumbuhan embrio (Sutariati 2008).

Mutu benih yang baik merupakan dasar bagi produksi pertanian yang lebih baik. Mutu benih meliputi mutu genetik, fisiologik dan fisik. Salah satu pengujian mutu benih secara fisiologik yaitu dengan pengujian daya kecambah (viabilitas). Daya kecambah benih yaitu kemampuan benih untuk dapat berkecambah normal pada kondisi lingkungan yang serba optimum dalam waktu tertentu yang dinyatakan dalam persen. Sedangkan perkecambahan adalah pemunculan dan perkembangan dari embrio menjadi plumula dan radikula yang menunjukkan akan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi yang memungkinkan. Pengujian dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan lingkungan yang serba optimum dengan menggunakan beberapa metode pengujian (Ditjenbun 2014).

Viabilitas benih mencakup daya kecambah atau daya tumbuh, kecepatan berkecambah dan kekuatan berkecambah. Daya kecambah benih adalah kemampuan atau persentase benih berkecambah pada kondisi optimum, kecepatan berkecambah adalah waktu yang diperlukan benih atau bibit untuk berkecambah. Kekuatan berkecambah adalah kemampuan benih untuk berkecambah pada kondisi lapang (Cipta 2008).

Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya menentukan persentase perkecambahan total. Pengujian ini dibatasi pada pemunculan dan perkembangan struktur-struktur penting dari embrio, yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum. Kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan terssebut dinilai sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu dinilai sebagai mati (Sutopo 2002).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara uji daya kecambah benih dilaksanakan pada Senin, 3 November 2014 pukul 07.30-09.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat:

1) Bak Perkecambahan/gelas plastik

2) Kertas buram (kertas perkecambahan)

3) Cawan Petri/Petridish

b. Bahan:

1) Benih jagung (Zea mays)

2) Benih terong (Solanum melongena)

3) Benih jeruk (Citrus sp)

3. Cara Kerja

a. Menyiapkan benih perkecambahan berupa kertas dan pasir

b. Mengecambahkan benih pada media perkecambahan dalam pasir (DP), pada kertas (PK), antar kertas (AK) dan pada kertas digulung dalam pasir (PKDP)

c. Menempatkan substratum perkecambahan pada bak perkecambahan

d. Menjaga kelembaban benih

e. Mengamati: benih yang normal, abnormal dan yang mati. Melakukan perhitungan sejak hari pertama hingga terakhir

f. Menghitung daya kecambah

g. Menggambar kecambah normal dan beserta bagian-bagiannya.

4. Pengamatan yang Dilakukan

Pengamatan yang dilakukan pada acara uji daya kecambah benih meliputi kecambah normal, abnormal dan yang mati, daya kecambah dan kecepatan kecambah serta perhitungan daya kecambah.

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1Hasil Pengamatan Uji Daya Kecambah Dalam Pasir (DP)

Benih

Ul.

Kondisi Benih

DK (%)

Panjang Akar (cm)

Tinggi Tanaman (cm)

Normal

Abnormal

Jagung

(Zea mays)

1

V

-

100

12

3

2

V

-

100

11,2

4,3

3

V

-

100

11

2,7

4

V

-

100

10

1,3

5

-

V

100

1,5

-

Terong

(Solanum melongena)

1

-

-

0

-

-

2

-

-

0

-

-

3

-

-

0

-

-

4

-

-

0

-

-

5

-

-

0

-

-

Jeruk

(Citrus sp.)

1

-

-

0

-

-

2

-

-

0

-

-

3

-

-

0

-

-

4

-

-

0

-

-

5

-

-

0

-

-

Sumber: Laporan Sementara

2. Analisa Data :

a. Jagung (Zea mays) pada Perlakuan DP

1) Daya Kecambah (DK) Ulangan 1

DK =

= 100%

2) Daya Kecambah (DK) Ulangan 2

DK =

= 100%

3) Daya Kecambah (DK) Ulangan 3

DK =

= 100%

4) Daya Kecambah (DK) Ulangan 4

DK =

= 0%

5) Daya Kecambah (DK) Ulangan 5

DK =

= 0%

b. Terong (Solanum melongena) Perlakuan DP

1) Daya Kecambah (DK) Ulangan 1

DK =

= x 100%

= 0%

2) Daya Kecambah (DK) Ulangan 2

DK =

= x 100%

= 0%

3) Daya Kecambah (DK) Ulangan 3

DK =

= x 100%

= 0%

4) Daya Kecambah (DK) Ulangan 4

DK =

= x 100%

= 0%

5) Daya Kecambah (DK) Ulangan 5

DK =

= x 100%

= 0%

c. Jeruk (Citrus sp.) pada Perlakuan DP

1) Daya Kecambah (DK) Ulangan 1

DK =

= x 100%

= 0%

2) Daya Kecambah (DK) Ulangan 2

DK =

= x 100%

= 0%

3) Daya Kecambah (DK) Ulangan 3

DK =

= x 100%

= 0%

4) Daya Kecambah (DK) Ulangan 4

DK =

= x 100%

= 0%

5) Daya Kecambah (DK) Ulangan 5

DK =

= x 100%

= 0%

3. Pembahasan

Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Menurut Sudjadi (2006) pada tahap perkecambahan ini embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan biji berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula.

Penting sekali malekukan pengujian benih, dalam hal ini pengujian terhadap daya kecambah benih. Menurut Danuarti (2005) daya berkecambah benih menunjukkan kemampuan benih untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Pengujian daya kecambah benih ialah pengujian sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan. Daya kecambah yang tinggi menunjukan bahwa benih tersebut memilki viabilitas benih yang baik.

Pengujian benih penting dilakukan, salah satunya adalah uji daya kecambah benih. Uji Daya Kecambah (viabilitas) benih dipakai untuk menilai suatu benih untuk dipasarkan atau membandingkan antar seed lot karena viabilitas merupakan gejala pertama yang tampak pada benih yang menua. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapang yang serba optimum (Satriya 2011).

Menurut Sutopo (2004) terdapat kriteria untuk mengevalusi kecambah pada benih:

a. Kecambah normal, yaitu kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran baik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan akar seminal maka akar ini tidak boleh kurang dari dua kali panjang benih, perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan-jaringannya, pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik, di dalam atau muncul dari koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yang normal, memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil.

b. Kecambah abnormal, yaitu kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah dan akar primer yang pendek, kecambah yang bentuknya cacat, perkembangannya lemah atau kurang seimbang dari bagian-bagian yang penting, plumula yang terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon yang membengkok, akar yang pendek, koleoptil yang pecah atau tidak mempunyai daun, kecambah yang kerdil, kecambah yang tidak membentuk klorofil. Kecambah yang lunak, untuk benih pohon-pohonan bila dari mikropyle keluar daun bukannya akar.

c. Kecambah mati kriteria ini ditujukan pada benih-benih yang busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan, tetapi bukan dalam keadaan dorman.

d. Benih keras merupakan benih yang pada akhir uji daya kecambah masih keras karena tidak menyerap air disebabkan oleh kulit biji yang impermeable, dianggap sebagai benih keras.

e. Benih yang belum busuk tetapi tidak berkecambah, kriteria ini dilihat pada benih yang tidak busuk, atau masih hidup dan sudah mengalami pembeng-kakan tatapi belum berkecambah. Untuk benih-benih yang demikian harus disebutkan sebagai persentase tersendiri dan dapat diberi perlakuan tertentu yaitu diperpanjang waktu pengujiannya, diberi perlakuan khusus atau uji biokimia.

Ada beberapa jenismedia atau substrat pengecambahan yang sering digunakan dalam pengujian benih yaitu kertas dan pasir. Substrat kertas biasanya diletakan pada baki perkecambahan atau cawan petri. Pengujian dengan media pasir dilakukan apabila pengecambahan contoh benih dengan substrat kertas tidak berkecambah atau menghasilkan perkecambahan yang tidak dapat dinilai. Sterilisasi perlu dilakukan sebelum media tersebut digunakan sebagai media perkecambahan, media pasir yang dianjurkan sebagai media perkecambahan adalah tidak mengandung bahan yang tidak beracun, pHnya 6,0-7,5 dan berukuran 0,05-0,8 mm (Sutopo 2009).

Pada praktikum uji daya kecambah ini benih yang digunakan adalah benih jagung (Zea mays), terong (Solanum melongane) dan jeruk (Citrus sp) yang dikecambahkan menggunakan metode DP (Dalam Pasir). Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa dari masing-masing benih yang diulang lima kali, pada benih jagung DKnya mencapai 100%. Namun, pada benih terong dan jeruk sama sekali tidak tumbuh, DKnya 0%. Hal ini dapat disebabkan karena benih yang dikecambahkan sudah kadaluarsa, sehingga tidak layak untuk ditanam. Selain itu juga menunjukkan bahwa benih yang diuji coba mempunyai viabilitas benih yang sangat rendah.

Faktor-faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan zat-zat penghambat perkecambahan, sedangkan faktor luarnya antara lain air, suhu, oksigen, cahaya dan medium perkecambahan. Imbibisi dapat mengaktifkan enzim-enzim perombakan yang menjadikan karbohidrat, protein dan lemak menjadi senyawa-senyawa aktif. Faktor yang menyebabkan kegagalan benih dalam praktikum kali ini adalah kondisi benih itu sendiri yang kurang baik seperti kadar air, viabilitas yang rendah, vigor yang rendah, genetik yang kurang baik dan faktor lingkungan yang kurang mendukung untuk tumbuhnya benih.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum acara uji daya kecambah benih ini maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Perkecambahan merupakan proses pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embrionic axis di dalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk benih (seedling).

b. Uji daya kecambah menunjukkan kemampuan benih untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai pada jangka waktu yang telah ditentukan.

c. Ciri kecambah normal, yaitu sistem perakaran baik, perkembangan hipokotil yang baik, pertumbuhan plumula yang sempurna, pertumbuhan epikotil yang sempurna, memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil.

d. Ciri kecambah abnormal, yaitu kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah, akar primer yang pendek, kecambah cacat, perkembangannya lemah

e. Berdasarkan hasil pengamatan, DK benih jagung (Zea mays) 100%, terong (Solanum melongane) dan jeruk (Citrus sp) memiliki DK 0%.

f. Faktor penyebab kegagalan benih dalam berkecambah adalah kondisi benih seperti kadar air, viabilitas yang rendah, vigor yang rendah, genetik yang kurang baik dan faktor lingkungan yang kurang mendukung tumbuhnya benih.

2. Saran

Praktikum ini sudah berjalan dengan baik namun akan lebih baik jika praktikan dapat memelihara benih yang dikecambahkan agar hasilnya sesuai yang dikehendaki.

DAFTAR PUSTAKA

Cipta R 2008. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Jakarta: Redaksi Rineka Cipta.

Danuarti 2005. Uji Cekaman Kekeringan pada Tanaman. Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1): 22-31.

Ditjenbun 2014. Pengujian Daya Berkecambah Benih Kenaf Dengan Uji Antar Kertas. http://www.ditjenbun.pertanian.go.id. Diakses pada 5 Desember 2014.

Imran, Syamsuddin dan Efendi 2002. Analisis Vigor Benih Padi (Oryza sativa L.) pada Lahan Alang-alang. J Agrista 6(1): 81 86.

Satriya CP 2011. Pengujian Benih di Laboratorium. http://distan.pemda-diy.go.id. Diakses pada 5 Desember 2014.

Sudjadi B 2006. Biologi 1A. Jakarta: Yudhistira.

Sutariati G 2008. Peningkatan Performansi Benih Cabai (Capsicum annum L.) dengan Perlakuan Invigorasi Benih. http://tumoutou.net. Diakses pada 5 Desember 2014.

Sutopo 2002. Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sutopo 2004. Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sutopo 2009. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

12