benih dan persemaian acara 1 9
TRANSCRIPT
Adnan Hidayat Hasibuan
Agus Yanto PanjaitanBawa Goklas Tambunan
Bayu Meido PriyankaDermansyah Sianturi
Doni ApriantoHaratua Simamora
Riswandi Siboro
KELOMPOK 1
ACARA 1PENGUMPULAN BIJI
1.2TUJUAN Untuk mengetahui metode
pengumpulan benih Untuk mengetahui kualitas pohon induk
penghasil benih yang baik
BAB IIIMETODELOGI
Lokasi dan waktu praktikum Sekitaran rektorat 28 Maret 2012
Bahan dan alat Bahan yang digunakan dalam acara ini
adalah pohon induk yang sedang berbuah seperti pohon akasia, sengon, mahoni, dll.
Alat yang digunakan yaitu bambu/galah untuk mengambil buah yang tinggi, kantong kertas untuk wadah buah yang telah dikumpulkan, hagameter, d-tape
Cara kerja Cari pohon yang sedang berbuah, lalu tentukan pohon mana yang
akan diambil buahnya berdasarkan pertimbangan kualitas pohon induk.
Buah yang ada dipohon diambil dengan cara dipanjat, menggunakan bantuan alat, atau dapat juga dengan cara memungut buah yang jatuh ditanah disekitar pohon induk.
Catat kondisi pohon induk yang menghasilkan buah tersebut (kenampakan fenotipnya(meliputi tinggi pohon, diameter pohon, diameter tajuk, kelurusan batang, tinggi bebas cabang, menggarpu/tidak.
Catat kriteria buah yang masak berdasarkan kenampakan fisiknya seperti bentuk warna buah, kekerasan/kelunakan, merekah/tidak.
Biji yang di dalam buah tersebut dikeluarkan, lalu segera ditimbang per 100 biji untuk mengetahui berat segar biji tersebut per 100 biji, lakukan hal ini sebanyak 3 kali ulangan untuk diambil rata-ratanya.
Biji yang ada tersebut juga ditimbang per 100 gram untuk mengetahui berapa jumlah biji yang ada. Lakukan hal ini sebanyak 3 kali ulangan untuk diambil rata-ratanya.
Perlakuan tersebut diatas dikerjakan untuk setiap jenis pohon pada 1 pohon induk, kemudian diulang 3 kali pada pohon induk yang berbeda pada masing-masing jenis pohon.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
•Kenampakan fisik
Nama
Pohon
Tinggi TBC D batang D tajuk Kelurusan Menggarpu/
tidak(m) (m) (cm) (cm) batang
Flamboyan 5 m 3 m 23,248 cm 6 cm Tidak Menggarpu
Mahoni 12 m 2 m 31,210 cm 7 cm Lurus Menggarpu
•Kenampakan fisik buah
Nama pohon
Bentu
k Warna
Keras/
lunak
Merekah/
tidak
Flamboyan Bagus Coklat muda Lunak Merekah/tidak
Mahoni Bagus Coklat tua Keras/lunak Tidak
•Berat biji per 100 biji
Nama
Pohon
Berat 1
(gr)
Berat 2
(gr)
Berat 3
(gr)
Berat rerata
(gr)
Flamboyan 43,74 gr 43,79 gr 43,83 gr 88,87 gr
Mahoni 43,74 gr 43,79 gr 88,63 gr 43,78 gr
•Berat biji per 100 gr
Nama
pohon
Jumlah 1
(gr)
Jumlah 2
(gr)
Jumlah 3
(gr)
Berat rerata
(gr)
Mahoni 112 gr 113 gr 112 gr 112,33 gr
Flamboyan 228 gr 228 gr 229 gr 228,36 gr
4.2 PembahasanKegiatan pengumpulan biji bertujuan untuk menyediakan biji/benih pada waktu
tertentu dimana kondisi pohon penghasil biji tidak sedang berbuah. Biji yang berkualitas biasanya berasal dari pohon induk yang berfenotipe baik, akan tetapi pohon yang berfenotipe baik hanya menghasilkan biji dalam jumlah yang sedikit.
Dari hasil pengamatan diatas, kenampakan fenotipe pohon induk yang diamati adlah tinggi total, tinggi bebas cabang, diameter batang, diameter tajuk, kelurusan batang dan ada atau tidaknya penggarpuan. Pada pohon induk flamboyant dan mahoni terlihat bahwa keadaan fenotipenya baik, karena mempunyai batang yang lurus dan tidak adanya penggarpuan.
Umumnya pohon biji yang ditunjuk sebagai pohon induk mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pohon-pohon lain yang sama spesiesnya, namun kualitasnya lebih baik. Kualitas yang dimaksud berupa sifat yang tampak (fenotipe), misalnya kelurusan batang, kerampingan tajuknya, keindahan percabangannya, tidak adanya gejala percabangan menggarpu, dan laini-lain (Anwar, 2003).
Sedangkan metode pengumpulan biji yang kami gunakan yaitu metode pengumpulan setelah benih jatuh secara alami.Metode : Pengumpulan dilakukan sampai sebagian besar buah dan benih matang jatuh ke tanah.
Keuntungannya :•Menghemat waktu dan biaya tenaga kerjaKerugian/keterbatasan•Benih yang jatuh mudah dimangsa serangga•Pada lantai hutan yang lembab, benih non dormansi akan berkecambah dengan
cepat.•Identitas induk benih kurang jelas•Cara ini tidak dapat dilakukan pada benih yang kecil/kurang menarik perhatian•Mudah terkontaminasi oleh patogen tanahPohon induk yang kami amati adalah pohon flamboyan. Pohonnya bagus.
Sedangkan biji yang dihasilkan juga bagus. Sedangkan pohon kedua yang kami amati yaitu pohon mahoni. Pohonnya bagus dan batangnya lurus dan biji yang dihasilkan juga bagus walaupun agak sedikit ada yang busuk.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KesimpulanDari hasil pengamatan dan pembahasan seperti diatas, maka dapat ditarik kesimpulan :•Biji yang baik biasanya berasal dari pohon induk yang berfenotipe baik.•Biji akan berlimpah pada pohon-pohon yang dominan dan besar terutama pada percabangan atas. Pohon induk yang berfenotipe baik hanya menghasilkan biji dalam jumlah sedikit.•Biji terbentuk paling banyak (melimpah) pada pohon-pohon dominan besar dan biasanya melimpah pada tajuk atas dan mengarah pada percabangan atas.•Pohon yang bagus untuk sumber biji adalah pohon yang memiliki buah yang melimpah.•Buah yang dihasilkan oleh pohon yang diamati secara fisik dapat diketahui bahwa buah tersebut sudah masak secara fisiologis dimana buah sudah merekah dengan sendirinya. Warna kulit buah juag menunjukkan bahwa buah tersebut sudah matang yaitu berwarna coklat. Sedangkan pada fenotip buah yang lainnya bersifat keras dan memang sudah masak.
5.2 Saran•Penetuan pohon induk sebaiknya tidak dilaksanakan disekitar kampus karena pohon-pohon disekitar kampus kebanyakan belum/tidak memenuhi criteria pohon benih.•Selama praktikum hendaknya Co-ass mengawas atau mengontrol praktikan sehingga kegiatan praktikum dapat dipahami oleh praktikan.•Dalam melakukan pengamatan harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak terjadi kesalahpahaman.Evaluasi dan Tugas•Mekanisme Pengumpulan BijiPengumpulan biji biasanya dilakukan pada saat logging, akan tetapi sulit untuk menentukan waktu yang bersamaan dengan kemasakan buah. Teknik pengumpulan biji dengan cara memanjat atau menjolok buah yang sudah masak.•Hubungan antara pohon induk penghasil biji dengan biji yang dihasilkanBiji yang berkualitas baik biasanya berasal dari pohon induk yang berfenotipe baik, hal ini disebabkan karena biji merupakan organ yang berfungsi untuk melestarikan jenis suatu tanamn sehingga sifat dari pohon pohon induk akan diwariskan melalui biji.
ACARA IISTRUKTUR BENIH
1.2TUJUANUntuk mempelajari dan mengetahui struktur benih dan embrio
Morfologi dan anatomi biji
MORFOLOGI EMBRIO
BAB IIIMETODELOGI
3.1 Lokasi dan waktu praktikum Laboratorium kehutanan 4 April 2012
3.2 Bahan dan alat Benih tanaman kehutanan (sengon, mahoni, acacia, johar,
pinus ) minimal 10 butir Pisau cutter atau silet Kaca pembesar jarum, pensil, dan kertas
Bak kecambah
3.3 Cara kerja Dari jumlah benih yang tersedia, ambil menurut keperluan,
selanjutnya rendam dalam air dingin selama 12 – 24 jam. Imbibisi ke benih akan melunakkan jaringan benih sehingga mudah untuk dibelah.
Belah benih dengan menggunakan pisau yang tajam secara memanjang dan melintang. Beberapa pemotongan diperlukan untuk menentukan letak embrio dan jaringan didalamnya.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Struktur benih setelah dibelah dan masih dalam keadaan utuh
4.2 PembahasanPada praktikum yang kami lakukan pada struktur benih dan embrio yaitu dengan cara membeLah biji flamboyan dan biji sengon.Berdasarkan 5 sampel yang kami amati terdapat perbedaan yang Nampak jelas, biji yang mempuyai radikal dan ada biji yang belum mempuyai radikal.ada pula biji yang menggelupaskan kulit arinya dan ada biji yang tidak menggelupas. Ada pula bji yang teksturnya.sedangkan pada biji sengon berdasarkan 5 sampelyang kami bandingkan terdapat perbedaan pada kenampakan fisik biji,biji ada yang lunak dan ada yang masih agak keras.dan ada pula biji yang sudah menggelupas dan ada yang belum menggelupas kulitnya.Pada uji belah biji flamboyant dan biji sengon struktur bagian dalam terdiri dari embrio, jaringan makanan dan kulit. Benih unggul :unggul fisik,fisiologis dan genetik Embrio yang belum matang;beberapa species memiliki biji yang perkembangan embrionya tidak secepat jaringan disekelilingnya, akibatnya embrio yang tidak matang gagal untuk berkecambah Resistensi kulit biji thd pertumbuhan embrio.Biji keras membuat pertumb embrio terhalang .
Muncul dan berkembangnya embrio biji menjadi struktur yang menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan tanaman yang normal pada kondisi lingkungan yang sesuai, viabilitas adalah Kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah yang normalDerajat hidup benih, akttivitas metabolisme dan kemampuan enzim mengkatalisasi reaksi metabolisme yang dibutuhkan untuk perkecambahan dan pertumbuhan bibit Viabilitas benih ditentukan dengan banyaknya warna yang menutupi embrio .Bagian-bagian benih
Kulit benih (testa) Kulit benih pada umumnya berasal dari integumen ovul yang mengalami
modifikasi selama proses pembentukan biji berlangsung. Pada legum biasanya terdapat dua lapis kulit benih. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak, sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit dan sentuhan mekanis.
Jaringan cadangan makanan (food reserve). Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan
penyimpan cadangan makanan, yaitu : Kotiledon (kelas dikotiledoneae), Endosperm (kelas monokotiledoneae), Perisperm (fam. Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae), Scutellum (grasses/rumput-rumputan). Cadangan makanan yang tersimpan pada biji umumnya terdri dari karbohidrat, lemak, protein, dan mineral. Komposisi dan persentasenya berbeda tergantung pada jenis biji.
EmbrioEmbrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Embrio yang perkembangannya sempurna akan teriri dari struktur-struktur, calon pucuk, calon akar, cadangan makanan.Embrio terdiri dari:
plumula (bakal daun) radikula (bakal akar) bakal batang (caulicalus atau hipokotil) koleoptil (pada benih graminae)
BAB VKESIMPULAN
Viabilitas adalah Kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah yang normal.
Struktur bagian dalam terdiri embrio . Pada biji embrio berukuran kecil atau
belum sempurna. Embrio adalah tanaman yanag belum
sempurna.
ACARA IIIPENGUJIAN BENIH I
(KADAR AIR BENIH, KEMURNIAN BENIH, DAN BERAT
BENIH)
1.2 TujuanUntuk mengetahui teknik pengukuran kelembaban, kemurnian, dan berat benih sample.
BAB IIIMETODELOGI
Lokasi dan waktu praktikumLaboratorium kehutananApril 2012
Bahan dan alatBenih sengon dan mahoniTimbanganOvenWadah
3.3 Cara kerja•Kadar air benih
•Siapkan salah satu benih kehutanan (sengon, acacia, mahoni, lamtoro) beberapa gram, misal 10 gram. Benih dipotong kecil-kecil untuk menyempurnakan pengeringan bagian dalam.•Timbang berat basah sampai tingkat ketelitian 0,01 g (BB), kemudian di oven selama 17 jam pada suhu 103 C.⁰•Dinginkan benih yang telah dioven kemudian ditimbang berat keringnya (BK).•Hitung kadar air dalam persentase berat basah
Persen KA = x 100%
•Kemurnian benih•Ambil sample benih mahoni, dan benih acacia tanpa diseleksi dari contoh benih (submitted sample) sebanyak 100 gram•Pisahkan benih dari kotorannya (materi asing seperti sayap, sisa-sisa kulit biji, spesies, dll).•Timbang berat benih yang telah dibersihkan dan berat kotoran benih•Hitung kemurnian benih dalam persentase
Kemurnian benih = x 100%
•Berat benih•Gunakan benih sengon dan benih mahoni yang telah dibersihkan•Untuk benih sengon: ambil benih kemudian ditimbang seberat 100 gram (dengan ulangan sebanyak 5 kali) kemudian hitung jumlah benih yang telah ditimbang tersebut. Dari penghitungan tersebut hitunglah berapa banyak jumlah benih dalam 1 kilogram•Untuk benih mahoni : bagi benih menjadi dua bagian yaitu benih tanpa sayap dan benih bersayap. Kemudian masing-masing hitung secara acak 100 buah benih mahoni (ulangan sebanyak 5 kali) kemudian timbang setiap ulangan. Tentukan rata-rata berat per 10 benih mahoni, kemudian hitung berapa berat per 1000 benih. Dari perhitungan tersebut hitunglah berapa banyak benih dalam 1 kg.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
benih berat basah berat kering
sengon 10 gram 9,6 gram
mahoni 10 gram 2,8 gram
Sampel semua benih Berat
Benih murni 88,18 gram
benih sampel 100 gram
4.2 Pembahasan
% Kemurnian benih
Berat benih murni = 88,18 gramBerat benih sample = 100 gram
% kemurnian benih =
x 100%
x 100%
88,18 %Kadar air benih
Sengon : Berat basah : 10 gram Berat kering : 9,6 gram
Kadar air =
=
x 100%
=
x 100%
= 4%Mahoni : Berat basah : 10 gram Berat kering : 2,8 gram
Kadar air = x 100%
= = 72%
Berat benih mahoni1 kg pakai sayap : 100 gram = 159 biji
1 kg = 1590 biji1 kg bersih : 100 gram = 148 biji
1 kg = 1480 biji
BAB VKESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan :Untuk mengetahui apakah suatu benih
berkualitas atau tidak, maka dapat dilakukan dengan pengujian benih terhadap sifat-sifat keaslian, kemurnian, kebersihan, jumlah biji per Kg, kadar air dan viabilitas benih.
Pengujian terhadap benih dengan cara mengecambahkan benih secara langsung di lapangan lebih baik jika dibandingkan dengan pengujian benih secara tidak langsung.
Evaluasi dan Tugas Mekansme fisiologis perkecambahan biji Biji yang sudah masakdan ditabur pada media tumbuh
akan mengalami proses imbibisi, setelah beberapa waktu embrio dalam biji tersebut akan terus berkembang karena keadaan lingkungan yang mendukung (lembab) dan pada waktu tertentu maka akan dapat memecahkan kulit biji.
Teknik perkecambahan benih dibidang kehutanan a. Jati : Dengan cara melakukan pembakaran atau
perendaman untuk memecahkan dormansi kulit biji kemudian ditabur pada media tanam
b. Meranti : Dengan cara memotong ujung dan pangkal kulit biji kemudian ditanam pada media tanam
c. Tembesu : Dilakukan dengan cara merendam biji kemudian ditanam pada media tanam
ACARA IV(UJI PERKECAMBAHAN, UJI
BELAH, DAN UJI PEMOTONGAN EMBRIO)
1.2TUJUANUntuk mengetahui daya kecambah benih dengan menggunakan uji perkecambahan, uji belah (cutting test), dan uji pemotongan embrio (excised embrio test)
BAB IIIMETODELOGI
3.1 Lokasi dan waktu praktikum
Laboratorium Kehutanan 18 April 2012
3.2 Bahan dan alat Benih kehutanan (sengon, acacia, mahoni, lamtoro, johar, pilih salah satu) Media pasir yang sudah disterilkan Bak perkecambahan Pisau silet/cutter Kaca pembesar3.3 Cara kerja
Uji Perkecambahan (germination test) Ambil pasir secukupnya, isikan dengan merata pada bak perkecambahan yang
telah tersedia, selanjutnya basahkan secukupnya Tanam secara teratur 100 benih pada bak perkecambahan, atur untuk empat
ulangan, selanjutnya letakkan pada tempat yang terlindung dari panas dan hujan Amati dengan baik, agar kelembaban media selalu terjaga sampai pengujian
selesai Hitung kecambah normal, abnormal, mati, dan benih yang tidak berkecambah
(kelompokkan menjadi benih keras, benih basah, benih mati, benih kosong) pada hari ke 7 – 14 (tergantung jenis)
Gambarkan kecambah normal dan abnormal Termasuk tipe perkecambahan apa jenis yang anda gunakan untuk pengujian.
•Uji belah (cutting test)•Siapkan masing-masing 10 butir benih mahoni dan sengon dengan pengulangan sebanyak 4 kali, kemudian rendam dalam air hingga kulitnya lunak (rendam kurang lebih selama 16 – 24 jam)•Belah biji-biji yang sudah direndam, amati keadaan biji tersebut antara lain: embrio, endosperm•Biji yang baik memiliki embrio dan endosperm berwarna putih kekuningan/kehijauan•Hitung kondisi biji yang baik dan yang rusakHitung viabilitas benih dengan rumus
Viabilitas Benih (100%) = x 100%
•Uji pemotongan embrio (excised embryo test)•Siapkan masing-masing 10 butir benih mahoni dan sengon dengan pengulangan sebanyak 4 kali, kemudian rendam dalam air hingga kulitnya lunak (rendam kurang lebih selama 16 – 24 jam)•Biji yang telah direndam tersebut dibelah, selanjutnya diamati kondisi e,brio. Benih yang dianggap viabel memiliki kenampakan visual seperti embrio berwarna putih kehijauan, segar, dan tidak terserang oleh serangga dan jamur.•Selanjutnya biji-biji yang memiliki embrio yang bai/viable diambil dan diletakkan di atas media kertas saring yang diletakkan di Petri dish, kemudian dibasahi (dalam keadaan lembab) dan dibiarkan selama 7 – 14 hari untuk berkecambah di dalam ruangan yang bersuhu 25 C.⁰•Embrio yang telah mengalami perkecambahan dihitung dalam bentuk persentase kecambah.•Pisau, jarum, dan Petri dish disterilisasikan terlebih dahulu dengan alcohol 50% untuk mengurangi infeksi jamur.
BAB IVHASIL DAN
PEMBAHASAN4.1Hasil Uji belah (tidak langsung)
1. Viabilitas Biji
Biji Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Baik Buruk Baik Buru
k
Baik Buruk
Lamtoro 10 - 10 - 9 1
•Nilai viabilitas biji ulangan 1= Jumlah biji diamati – jumlah biji jelek x
100 % Jumlah biji diamati
VB = 10 biji – 0 biji x 100 % 10 biji VB = 100 %•Nilai viabilitas biji ulangan 2
= Jumlah biji diamati – jumlah biji jelek x 100 %
Jumlah biji diamati VB = 10 biji – 1 biji x 100 % 10 biji VB = 90 %
•Nilai viabilitas biji ulangan 3 = Jumlah biji diamati – jumlah biji jelek x
100 % Jumlah biji diamati
VB = 10 biji – 1 biji x 100 % 10 biji VB = 90 %
Kebersihan benihKB = Berat benih sampel – berat kotoran x
100 % Berat benih sampel KB = 10 gram – 0,02 gram x 100 % 10 gram KB = 99,8 %
•Kemurnian Benih = Berat benih sampel – berat jenis lain x
100 % Berat benih sampel = 10 gram – 0 gram x 100 % 10 gram = 100 %
•Keaslian Benih
= Berat benih sampel – berat benih varietas lain x 100 %
Berat benih sampel = 10 gram – 0 gram x 100 % 10 gram = 100 %
•Jumlah benih
10 gram benih = 140 butir Maka, Jumlah benih = 140 butir / 10 gram
•Kadar Air Benih (berdasarkan berat basah)
BB = Berat benih basah – berat benih kering x 100 % Berat benih basah•Ulangan 1 Ulangan 2 BB = 10 gr – 9,40 gr x 100 % BB = 10 gr – 9,35 gr x 100
% 10 gr 10 gr BB = 6,5 % BB = 6 % •Ulangan 3 BB = 10 gr – 9,44 gr x 100 % 10 gr BB = 5,6 %
4.2 PEMBAHASANPengujian benih secara tidak langsung pada pengamatan ini dilakukan dengan cara membelah biji lamtoro setelah biji tersebut direndam dengan air panas selama 20 menit. Pengamatannya dilakukan dengan 3 kali ulangan dengan jumlah biji masing-masing ulangan 10 butir. Pengamatan dilakukan terhadap keadaan embrio, endosperm, warna endosperm, dan bagian-bagian biji lainnya. Dari hasil pengamatan tersebut didapat hasil yaitu biji dalam keadaan endosperm yang baik sebanyak 29 butir dengan kondisi endosperm berwarna kuning, kekuningan, kuning keputihan, kuning coklat, kuning kehijauan dan putih kekuningan. Sedangkan biji yang jelek sebanyak 1 butir dengan kondisi endosperm berwarna coklat tua. Sehingga diperoleh nilai viabilitas biji rata-rata dari 3 kali ulangan sebesar 96,66 %.Pada pengujian kebersihan benih didapat nilai kebersihan benih sebesar 99,8%, pada pengujian kemurnian benih diperoleh nilai sebesar 100%, dan pengujian keaslian benih adalah 100%. Nilai kebersihan benih yang mendekati 100% dan nilai kemurnian, keaslian benih ini kemungkinan dikarenakan oleh tindakan praktikan melakukan pencucian dan pemilihan biji terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian kebersihan dan kemurnian benih, akibatnya hanya terdapat sedikit kotoran dan tidak ada berat jenis lain., sehingga nilai kebersihan 99,8% dan kemurnian serta keaslian benih sebesar 100 %. Data yang lain yaitu jumlah benih per 10 gram yaitu sebanyak 140 butir, maka dalam per kg dikalkulasikan sebanyak 14000 butir.Pada kadar air benih, dihitung berdasarkan berat basah dan berat kering. Berdasarkan berat basah didapat nilai kadar air benih rata-rata 6,03% dan berdasarkan berat kering diperoleh nilai kadar air benih rata-rata 6,42%. Dalam usaha penghutanan berdasarkan sistem silvikultur perbijian alami, perlu dilakukan penyeleksian benih secara benar. Biji hendaknya didapatkan dari induk yang bergenotif baik dengan sifat fisiologi batang yang tinggi, lurus, percabangannya sedikit, tinggi bebas cabang yang tinggi, dan tahan terhadap penyakit. Selain itu dalam penyeleksian benih harus dilakukan beberapa perlakuan antara lain pemilihan benih, pembersihan benih dan pengaturan kadar air benih agar didapatkan bibit yang baik dan usaha penghutanan akan berhasil.Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% – 8 %. Kadar air yang terlalui tinggi dapat menyebabkan benih berkecamabah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalambenih, selain itu kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan bagi embrio. Dari hasil pengamatan, kadar air berdasarkan berat basah rata-rata 6,03%, sedangkan berdasarkan berta kering rata-rata 6,42%. Kadar air menunjukkan bahwa benih tersebut melebih kadar air optimum yang dapat menyebabkan benih cepat berkecambah dan benih ini tidak dapat disimpan karena dapat menyebabkan terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih.
BAB VKESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan :Untuk mengetahui apakah suatu benih
berkualitas atau tidak, maka dapat dilakukan dengan pengujian benih terhadap sifat-sifat keaslian, kemurnian, kebersihan, jumlah biji per Kg, kadar air dan viabilitas benih.
Pengujian terhadap benih dengan cara mengecambahkan benih secara langsung di lapangan lebih baik jika dibandingkan dengan pengujian benih secara tidak langsung.
Evaluasi dan tugas Mekansme fisiologis perkecambahan biji
Biji yang sudah masak dan ditabur pada media tumbuh akan mengalami proses imbibisi, setelah beberapa waktu embrio dalam biji tersebut akan terus berkembang karena keadaan lingkungan yang mendukung (lembab) dan pada waktu tertentu maka akan dapat memecahkan kulit biji.
ACARA VLAY OUT PERSEMAIAN
BAB IPENDAHULUAN
1.2 TujuanUntuk mempelajari perencanaan pembuatan persemaian
BAB IIIMETODELOGI
3.1 Lokasi dan waktu praktikumKampus UNIB25 April 2012
3.2 Bahan dan alatKertas gambarAlat tulisClinometerMeteran
3.3 Cara kerjaPelajari peta situasi lahan kampus UNIBPilih lokasi yang akan menjadi obyek persemaianTentukan dimana posisi bedeng tabur, bedeng
sapih, jalan inspeksi, barak kerja, tipe pengairan, dan fasilitas lain dalam kegiatan pengelolaan persemaian
•Hitung produksi bibit yang dapat dikeluarkan oleh persemaian yang dirancang dengan menggunakan rumus:Jbt =
KeteranganJbt = Jumlah kebutuhan bibit siap tanam pertahunLt = Jumlah luas areal yang akan ditanami pertahunJr = Jarak tanam yang dipergunakanPh = Persen jadi tanaman dilapangan
•Cari data tentang ketersediaan tenaga kerja di sekitar lokasi persemaian (desa-desa terdekat
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Gambar lay out persemaian
Diketahui luas areal 450 ha
Jarak tanam 2 x 2 m yang akan ditanami Dryobalanops oblongifolia
4.2 PembahasanDari gambar perencanaa untuk membuat layout persemaian kami rancang posisinya dekat lapangan sepak bola,karena disana masih tanah kosong yang jika diolah kemungkinan besar bias untuk dijadikan tempat persemaian. Posisi bedeng tabur didekat fakultas kedokteran dan bedeng sapih diseberangnya. Jalan inspeksi atau jalan pelarian dimungkinkan dibuat arah mata angin karena mudah sewaktu proses pengangkutan bibit jikalau tidak ada angin yang kuat dari arah sebaliknya. Fasilitas-fasilitasnya mungkin ada sumber air,kantor pengamat,sekre, dll yang dirasakan perlu.
Rencana produksi bibit yang akan dikeluarkanDiketahuiLuas areal 450 ha. Jarak tanam 2 x 2 m yang akan ditanami Dryobalanops oblongifolia (Persen jadi dilapangan 80%, maka jumlah kebutuhan bibit siap tanam pertahun yaitu..
Menggunakan formulaJbt =
KeteranganJbt : Jumlah kebutuhan bibit siap tanam pertahunLt : Jumlah luas areal yang akan ditanami per tahunJr : Jarak tanam yang dipergunakanPh : Persen jadi tanaman di lapangan
Jbt =
=
= 1.406.250 produksi bibit
BAB VKESIMPULAN
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembuatan persemaian adalah penentuan lokasi tempat persemaian yang mencakup aspek ketersediaan air, topografi, drainase, prasarana transportasi, ketersediaan tenaga kerja, dan lain-lain.
Hanya dipersemaian silvikulturis dapat memberikan kondisi pertumbuhan yang mampu membentuk anakan yang sehat.
ACARA VIPEMBUATAN ARANG KOMPOS DARI
LIMBAH LINGKUNGAN
1.2 TUJUANUntuk mengetahui proses pembuatan arang kompos dari serbuk gergaji an mengetahui ciri-ciri arang kompos yang baik
BAB IIIMETODELOGI
Lokasi dan waktu praktikum Laboratorium Kehutanan 25 April 2012
Bahan dan Alat Tungku pengarangan Bak pengomposan Kantong plastik (kemasan arang kompos) Serbuk gergaji Sekam padi Aktivator (pupuk kandang dan EM -4) Air
CARA KERJACara kerjaProses PengaranganArang serbuk gergaji Siapkan serbuk gergaji yang sudah dikeringkan Masukkan serpihan kayu ke bagian bawah pengarangan sebanyak 5 – 10
kg sebagai umpan bakar, biarkan terbakar sampai panas dan membara. Masukkan serbuk gergaji ke bagian pembakaran sebanyak 3 kg melalui
pintu bagian belakang tungku Biarkan serbuk terbakar sampai membara sambil sesekali diaduk
sehingga serbuk yang terbakar akan jatuh ke bawah tempat pengarangan.
Setelah warna serbuk menjadi hitam, lalu tarik menuju bagian penampungan yang berisi air. Jika masih terlihat serbuk berwarna coklat, aduklah sampai semua berubah menjadi hitam/arang
Setiap 30 menit lakukan penambahan serbuk/bahan baku sebanyak 1 karung (kg), lakukan berulang-ulang sampai diperoleh jumlah arang sesuai kebutuhan
Biarkan arang terendam sesaat di dalam bak penampungan, kemudian dikeringkan
Setelah kering arang siap untuk dikemas atau digunakan.
Arang sekam padi Siapkan sekam padi yang sudah dikeringkan Masukkan serpihan kayu ke bagian bawah pengarangan
sebanyak 5 – 10 kg sebagai umpan bakar, biarkan terbakar sampai panas dan membara
Masukkan sekam padi ke bagian pembakaran sebanyak 3 kg melalui pintu bagian belakang tungku
Biarkan serbuk terbakar sampai membara sambil sesekali diaduk sehingga serbuk yang terbakar akan jatuh ke bawah tempat pengarangan
Setelah warna serbuk menjadi hitam, lalu tarik menuju bagian penampungan yang berisi air. Jika masih terlihat serbuk berwarna coklat, aduklah sampai semua berubah menjadi hitam/arang
Setiap 30 menit lakukan penambahan sekam padi/bahan baku sebanyak 1 karung(kg), lakukan berulang-ulang sampai diperoleh jumlah arang sesuai kebutuhan
Biarkan arang terendam sesaat di dalam bak penampungan, kemudian dikeringkan
Setelah kering arang siap untuk dikemas atau digunakan
Proses Pengomposan Kompos serbuk gergaji
Serbuk gergaji ditambah aktivator sebanyak 10% Aduk hingga rata lalu tambahkan air hingga kadar air
berkisar 20 – 30% Masukkan dalam bak pengomposan Lakukan pembalikan setelah pengomposan berjalan 1
minggu dan tambahkan air ke dalam bila campuran bahan kompos kekurangan air/mengering
Proses pengomposan berjalan sempurna bila pada akhir minggu pertama dan kedua suhu mencapai 55 - 60⁰C, lalu menurun pada minggu-minggu berikutnya. Apabila suhu sudah stabil berarti proses pengomposan sudah selesai dan kompos dapat dibongkar. (Pengomposan telah selesai bila kompos yang dihasilkan berwarna gelap, bau seperti tanah, bila dikepal tidak menggumpal, dan suhu konstan)
Kompos sekam padi Sekam padi ditambah aktivator sebanyak 10% Aduk hingga rata lalu tambahkan air hingga kadar air
berkisar 20 – 30% Masukkan dalam bak pengomposan Lakukan pembalikan setelah pengomposan berjalan 1
minggu dan tambahkan air ke dalam bila campuran bahan kompos kekurangan air/mengering
Proses pengomposan berjalan sempurna bila pada akhir minggu pertama dan kedua suhu mencapai 55 - 60⁰C, lalu menurun pada minggu-minggu berikutnya. Apabila suhu sudah stabil berarti proses pengomposan sudah selesai dan kompos dapat dibongkar. (Pengomposan telah selesai bila kompos yang dihasilkan berwarna gelap, bau seperti tanah, bila dikepal tidak menggumpal dan suhu konstan)
Pembuatan arang kompos Arang kompos serbuk gergaji
Untuk menambah daya tarik penampilan, kompos dapat digiling halus
Arang serbuk gergaji dicampur dengan kompos serbuk gergaji dengan perbandingan arang : kompos = 1 : 3
Selanjutnya arang kompos sekam padi dikemas dan disimpan di tempat yang kering dan teduh
Arang kompos serbuk gergaji siap dipasarkan Arang kompos sekam padi
Untuk menambah daya tarik penampilan, kompos dapat digiling halus
Arang sekam padi dicampur dengan kompos sekam padi dengan perbandingan arang : kompos = 1 : 3
Selanjutnya arang kompos sekam padi dikemas dan disimpan di tempat yang kering dan teduh
Arang kompos sekam padi siap dipasarkan
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil
Parameter
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Tekstur kasar ( K ½ )
kasar ( K ½ )
kasar ( K ½ )
kasar ( K ½ )
Bau Alko (BNK) Alko (SDKT) Alko (SDKT) Alko (SDKT)
Warna CK ( ½ ) CK ( ¾ ) CK ( ¾ ) CK ( ¾ )
Keterangan
Adanya miselia
berwarna putih
Adanya miselia
berwarna putih yang semakin banyak
Adanya miselia
berwarna putih yang semakin
banyak dan organisme belatung
Adanya miselia
berwarna putih yang semakin
banyak dan organisme belatung
4.2 PembahasanPada praktikum ini dilakukan pembuatan kompos secara anaerobik dengan menggunakan bahan – bahan yang berasal dari serbuk gergaji, dan sekam padi. Bahan kering yang digunakan sebagai sumber bahan karbon (C), bahan basah (buah-buahan) digunakan sebagai sumber gula (OH CH3-OH C2H5OH), urine digunakan sebagai sumber nitrogen yang didalamnya terkandung amoniak. Amoniak ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan sehingga kandungan kompos yang dihasilkan akan mengandung nitrogen yang baik untuk akar tumbuhan dengan kandungan yang tidak berlebihan, dan stater EM4 yang digunakan akan menghasilkan NO2, NO3, P2O3,K2O. EM4 merupakan suatu kultur mikroorganisme cair yang digabung menjadi satu, mengandung bakteri fotosintetik, ragi, Actinomycetes dan 90 % bakteri genus Lactobacillus dan genus Azotobacter yang dapat memfermentasikan bahan organik (kotoran hewan, sampah, rumput dan sisa-sisa tumbuhan) menjadi senyawa-senyawa organik, sehingga dapat diserap langsung oleh tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi dan mengandung organisme mikro yang dibutuhkan oleh tanah.
Mengetahui kematangan kompos dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu : Dicium : kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum.
Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawasenyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos masih belum matang.
Kekerasan bahan : kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas – remas akan mudah hancur.
Warna kompos : kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam – hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. Selama proses pengomposan pada permukaan kompos seringkali juga terlihat miselium jamur yang berwarna putih.
Penyusutan : terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 – 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang.
Suhu : suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup matang.
BAB VPENUTUP
5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembuatan kompos anaerobik ini dibutuhkan sedikit oksigen sehingga dibuat dalam wadah tertutup dengan diberi lubang dan menggunakan bantuan bakteri yang berasal dari stater EM4 dan kompos yang sudah jadi (inokulum) serta adanya penambahan urine untuk mempercepat proses dekomposisi dan meningkatkan kandungan hara dalam kompos tersebut.Pada hasil akhir kondisi kematangan kompos baru mencapai kematangan III yaitu pada tahap konversi dengan produknya berupa kompos segar yaitu masih banyak terdapat miselia berwarna putih, strukturnya masih kasar (1/2), berwarna coklat kehitaman dan bau alkohol yang semakin berkurang mendekati bau tanah. Kematangan yang lama dipengaruhi rasio C/N bahan dasar yang digunakan, ketidakseimbangan campuran antar bahan basah dan bahan kering serta tidak seragamnya ukuran partikel saat pencacahan. Adanya miselium akibat kondisi yang lembab dan organisme belatung pada media kompos berfungsi untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik tersebut.
ACARA VIIPEMINDAHAN SEMAI (TRANSPALANTING)
1.2 TujuanMengetahui pengaruh cara penyapihan dan jenis kontiner terhadap keberhasilan semai kehutanan dan mengetahui persentase hidupnya.
BAB IIIMETODELOGI
Lokasi dan waktu praktikum Laboratorium Kehutanan 2 Mei 2012
Bahan dan alat Benih kehutanan (diusahakan berukuran
seragam) sebanyak 30 benih/kelompok Media tabor Media sapih Kontiner :Polybag ukuran 5 cm x 10 cm
sejumlah 30 buah, polybag ukuran 10 cm x 20 cm dan bekas kemasan Pop Mie masing-masing berjumlah 25 buah
Gembor
HASIL DANPEMBAHASAN
UKURAN KONTINER
ULANGANJUMLAH RATA-RATA
1 2 3
K1 2,47 2,33 2,4 7,2 2,4
K2 2,8 2,67 2,87 8,34 2,78
K3 3,33 3,53 3,2 10,063,3533333
33
Jumlah 8,6 8,53 8,47 25,68,5333333
33
Hasil
FK = (25,6)2/9 = 72,81JK total = (2,47)2 + (2,33)2 + (2,4)2 + (2,8)2 + (2,67)2 + (2,87)2 + (3,33)2 +
(3,53)2 + (3,2)2 – FK= 74,29 – 72,81
= 1,48JK K = (7,2)2 + (8,34)2 + (10,06)2 – FK
= 222,59 – 72,81= 149,78
JK gal = JK total – JK k= 1,48 - 149,78= -148,31
PembahasanDari data diatas bisa dilihat bahwa ukuran kontiner bisa mempengaruhi pertumbuhan tinggi semai, semakin besar ukuran kontiner semakin besar laju pertumbuhan tinggi, hal ini dikarenakan semakin besar ukuran kontiner semakin besar juga unsur hara yang terkandung di dalam tanah nya yang bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan,dan memberi ruang tumbuh yang luas bagi akar dan batang untuk melakukan pertumbuhan.Tapi pada pengukuran jumlah daun, ukuran kontiner tidak berpengaruh besar hal ini dikarenakan daun semai sulit beradaptasi dengan media baru, selain itu faktor luar juga berpengaruh seperti gangguan dari luar seperti gangguan hewan yang memakan daun semai. Selain itu sebagian kecil semai ada juga yang gagal hidup hal ini dkarenakan kekurangan makanan dan gangguan dari luar.
Dari perhitungan data diatas kami dapatkan nilai FK= 72.81 , nilai JK total= 1.48 , nilai JK kontiner=149.78 , dan nilai JK galat=148.31. Sedangkan untuk anova tidak kami lakukan perhitungan dikarenakan keterbatasan nilai tabel F pada kelompok kami.
BAB VPENUTUP
KESIMPULAN Transplanting dilakukan dengan membalikkan pot
pembibitan secara perlahan-lahan dan menahan permukaannya dengan jemari tangan (bibit dijepit diantara jari telunjuk dan jari tengah). Jika pada pembibitan digunakan polybag, maka cara transplanting bisa dilakukan dengan memotong/menggunting dasar polybag secara horisontal.
Keadaan lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh bibit adalah sangat nyata dan perbedaan kekuatan tumbuh bibit dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan.
Salah satu cara untuk mengatasi kerusakan atau kematian pada saat transportasi bibit adalah bibit yang dipindahkan dibungkus jadi satu yang diusahakan akar tertutup rapat dan bagian atas terbuka.
ACARA VIIIPENGARUH PEMOTONGAN AKAR DAN
UKURAN KONTINER TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI
1.2 TujuanMelihat pengaruh pemotongan akar dan ukuran kontiner terhadap pertumbuhan semai mahoni
BAB IIIMETODELOGI
3.1 Lokasi dan waktu praktikumLaboratorium kehutanan9 Mei 2012
3.2 Bahan dan alat CangkulCaliperPenggarisTopsoil ultisolPolybag ukuran 10 x 20 cm dan 15 x 25 cmPupuk kandang sapiSemai mahoniPisau
3.3 Cara kerja Menyiapkan semai mahoni yang akan diberi perlakuan
tanpa pemotongan akar (P1) dan dengan pemotongan akar masing-masing berjumlah 12 semai
Menyiapkan polybag ukuran 10 x 20 cm (P1) dan 15 x 25 cm (P2) masing-masing sejumlah 12 lembar. Menyiapkan media semai berupa campuran topsoil ultisol dan pupuk kandang dengan perbandingan topsoil ultisol : pupuk kandang = 2 : 1
Melaksanakan penanaman semai Membuat 6 ulangan untuk masing-masing perlakuan Melakukan pemeliharaan semai (penyiraman,
penyiangan) Melakukan pengamatan setiap 2 minggu untuk
variable tinggi dan diameter semai hingga semai berumur 6 minggu. Hitung jumlah daun pada pengamatan terakhir.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh faktor perlakuan terhadap variable yang diamati
Nilai F hitung dari peubah pertumbuhan
F hitungSumber DK Tinggi Diameter Jumlah
Variasi Semai Semai Daun
L 1 2,235 2,087 4,2**
D 2 2,124 0,534 1,412
P 3 142,8** 233,4** 4,4**
Interaksi
L x D 2 0,543 0,109 1,215
L x P 3 0,013 0,823 0,554
D x P 6 1,856 0,843 0,549
L x D x P 6 1,026 0,523 0,078
Galat 72
Total 95
Tinggi Semai Dari hasil uji lanjut (Tabel 2) nilai
rata-rata tanggapan faktor tunggal input Fosfor tertinggi pada P4 (19,542 cm) dan selanjutnya berturut-turut diikuti P3 (17,653 cm), P2 (16,256 cm) dan P1 (13,543 cm). Terlihat bahwa penambahan dosis P meningkatkan tinggi semai Mahoni.
Perlakuan Tinggi semai (cm)
P4 19,542
P3 17,653
P2 16,456
P1 13,543
Diameter semai Dari hasil uji lanjut (Tabel 3) nilai rata-
rata tanggapan faktor tunggal input Fosfor tetinggi didapat pada P4 (0,847 cm) dan selanjutnya berturut-turut diikuti P3 (0,675 cm), P2 (0,552 cm) dan P1 (0,456 cm). Terlihat bahwa penam-bahan dosis fosfor meningkatkan diameter semai Mahoni.
Jumlah daun Dari hasil uji lanjut (Tabel 6) nilai rata-rata
tanggapan faktor tunggal input Fosfor tertinggi pada P3 (16,5 helai), P2 (16,083 helai) dan P1 (15,417 helai). Semakin tinggi dosis P maka se-makin tinggi jumlah daun hingga pada P3 ke-mudian jumlah daun mulai menurun. Tetapi antara P4 dan P3 jumlah daun yang dihasilkan tidak berbeda nyata. Dengan kata lain dapat di-katakan bahwa perlakuan dosis P3 dan P4 mem-berikan jumlah daun yang tidak berbeda nyata. Sedangkan antara P2 dan P1 menunjukkan ber-beda nyata walaupun perbedaan itu tipis sekali.Perlakua
n Jumlah daun (helai)P4 16,500 aP3 16,500 aP2 16,083 abP1 15,417 b
BAB VPENUTUP
KesimpulanDari keseluruhan pengelompokan terlihat bahwa ada dua bagian bear pengelompokan dimana faktor input Fosfor P1 dan P2 mengelompok menjadi satu kelompok sedangkan P3 dan P4 juga mengelompok menjadi satu kelompok. Pengelompokan ini diduga disebabkan bahwa input Fosfor P1 dan P2 memberikan pengaruh yang sama terhadap seluruh variabel yang diamati dan begitu juga dengan input Fosfor P3 dan P4. Sedangkan faktor kedalaman pemotongan akar dan lama tinggal di persemaian memberikan pengaruh yang merata sama pada semua variabel yang diamati. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini hanya input Fosfor yang menunjukkan pengaruh nyata terhadap seluruh variabel yang diamati.
ACARA IXPENGARUH NAUNGAN TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI
TujuanUntuk mengetahui pengaruh naungan terhadap pertumbuhan semai bambang lanang.
BAB IIIMETODELOGI
3.1 Lokasi dan waktu praktikumLaboratorium Kehutanan16 Mei 2012
3.2 Alat dan bahan• Semai kehutanan• Naungan• Gembor• Alat tulis• Chlorophylmeter• Kamera
Cara kerja Siapkan Accacia dan Mahoni sejumlah 20 semai Letakkan 10 semai di tempat ternaungi (N1)
dan 10 semai di tempat tidak ternaungi (N2) Lakukan pemeliharaan berupa penyiraman dan
penyiangan terhadap gulma. Catat tinggi dan diameter awal semai bambang
lanang Lakukan pengamatan setiap 1 minggu untuk
variable tinggi dan diameter semai Lakukan pengamatan selama 4 minggu, pada
pengamatan terakhir lakukan pengamatan pada tinggi semai, diameter semai, kandungan chlorophyll dan jumlah daun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
No PerlakuanUlanga
n
Tinggi (cm)
Accacia Mahoni Ket
(cm) (cm)
1
Tempat terbuka
(B1)
1 2021
19 15
18
18
2 2021
17 21
21
19
3 2021
19 14
18
18
2 Naungan pohon(B2)
1 2320
20 18
19
19
2 1918
21 20
18
18
3 1823
18 18
19
20
Tinggi awal semai Accacia dan Mahoni (cm)
Diameter awal semai Accacia dan Mahoni (cm)
No PerlakuanUlanga
n
Diameter (mm)
Accacia Mahoni Ket
(A1) (A2)
1Tempat terbuka
(B1)
1 2,86 2,552,78
2,44 2,90 1,89
2 2,9 2,862,44
2,12 3,90 2,78
3 3,10 3,043,37
2,05 2,18 2,56
2Naungan pohon
(B2)
1 2.57 2.52.93
2.32 1.55 2.18
2 2.12 1.992.63
2.82 2.33 2.23
3 2.1 3.442.01 2 2.31 1.9
Jumlah daun awal semai acacia dan mahoni (helai)
No Perlakuan Ulangan
Jumlah daun (helai)
Accacia MahoniKet
(A1) (A2)
1Tempat terbuka
(B1)
1 8 7 10 8 5 5
2 8 7 5 6 6 7
3 811 8 5 7 7
2Naungan pohon
(B2)
1 8 9 8 7 6 5
2 7 5 5 10 8 7
3 10 5 5 5 7 6
No PerlakuanUlanga
n
Tinggi (cm)
KetAccacia Mahoni
(A1) (A2)
1Tempat terbuka
(B1)
1 24.525.5 26.5 19 24 21
2 21 25 2024.5 33
28.5
3 2324.5 22
16.5 21 24
2Naungan
pohon(B2)
1 24 20 26 19 20 21
2 22 19 23 23 21 20
3 19,523,5 19 20 23 22
Tinggi semai acacia dan mahoni setelah perlakuan perbedaan naungan selama 4 minggu
No PerlakuanUlanga
n
Diameter (mm)
Accacia Mahoni Ket
(A1) (A2)
1Tempat terbuka
(B1)
1 3,60 3.10 3.40 3.40 4.00 3.30
2 3,15 3.25 2.70 3.15 3.70 3.30
3 3,30 3.05 3.60 2.40 3.00 3.90
2Naungan pohon
(B2)
1 3.30 2.60 3.30 3.20 2.00 2,60
2 2.60 2.00 3.00 3.00 2.35 2,30
3 2.60 3.50 2.25 2.30 2.70 2,00
Diameter semai Accacia dan Mahoni setelah perlakuan perbedaan naungan selama 4 minggu
No Perlakuan Ulangan
Jumlah daun (helai)
Accacia Mahoni Ket
(A1) (A2)
1
Tempat terbuka 1 11 11 10 10 9 10
(B1)2 14 8 8 9 10 10
3 10 12 12 8 12 12
2
Naungan pohon 1 8 10 10 8 7 6
(B2)2 7 6 5 13 10 8
3 10 8 6 6 9 8
Jumlah Daun Semai Accacia dan Mahoni (helai) setelah perlakuan perbedaan naungan selama 4 minggu
Analisis Data Tinggi Semai
Pertambahan tinggi semai setelah perlakukan perbedaan naungan selama 2 bulan menunjukkan adanya respon tinggi yang berbeda. Accacia di tempat terbuka mempunyai rata-rata tinggi yang paling besar yaitu 5.50 cm sedangkan pertambahan yang paling sedikit adalah Mahoni di bawah naungan pohon yaitu 1.78 cm. Rata-rata total pertambahan tinggi semai Accacia adalah 3.32 cm dan Mahoni sebesar 4.05 cm, hal ini dapat dilihat. Analisis varians menunjukkan adanya pengaruh nyata pada taraf 0.05 untuk perlakuan naungan terhadap pertambahan tinggi, tetapi perbedaan jenis tidak memperlihatkan pengaruh nyata. Tidak ada interaksi antara perlakukan jenis dan bentuk naungan terhadap tinggi semai Accacia dan Mahoni.
No Perlakuan Ulangan
Pertambahan tinggi (cm)
Accacia Mahoni(A1) (A2)
1
Tempat terbuka 1 5,50 4,33
(B1)2 2,67 8,333 3,17 3,83
Rata-rata 3,78 5,50
2
Naungan pohon 1 2,33 1,33
(B2)
2 2,00 2,673 1,00 2,67
Rata-rata 4,39 4,44Total 3,32 4,05
Rata-rata pertambahan tinggi semai Accacia dan Mahoni
SOURCE dfSum of
Men square F Sig.squares
JENIS 1 2.457 2.457 0.861 0.372
NAUNGAN 2 25.7 12.85 4.502(*) 0.035
JENIS*NAUNGAN 2 2.267 1.134 0.397 0.681
Error 12 34.253 2.854
Total 18 309.103
Corrected total 17 64.677
Analisis varians pertambahan tinggi semaiKeterangan : (*) Berbeda Nyata pada taraf 0.05
(I) NAUNGAN (J) NAUNGANMean Difference
(I-J) Std. Error Sig.(a)
B1 B2 2.638(*) 0.975 0,019
B3 0.222 0.975 0.824
B2 B1 -2.638(*) 0,975 0.019
B3 -2.417(*) 0,975 0.029
B3 B1 -0.222 0,975 0.824
B2 2.417(*) 0,975 0.029
Uji beda nyata terkecil pengaruh perbedaan naungan terhadap pertambahan tinggi semaiKeterangan : ( *) Berbeda Nyata pada taraf 0.05
Pembahasan
Setelah Penelitian sederhana ini dilaksanakan selama 4 minggu, maka dapat dilihat
respon semai terhadap perlakuan yang diberikan. Walaupun disadari untuk mendapatkan
hasil maksimal diperlukan waktu penelitian yang cukupselama 2 bulan. Dalam waktu 2
bulan tersebut, kemungkinan ada perubahan nilai-nilai parameter yang telah diukur,
sehingga menghasilkan kesimpulan yang berbeda, karena karakteristik pertumbuhan
Jenis Dipterocarpaceae membutuhkan cahaya dalam jumlah yang berbeda untuk tiap
tingkat pertumbuhannya (Smith,1994 dalam Faridah, 1996).
Tinggi Semai
Perbedaan naungan memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.Hal ini
berkaitan langsung dengan intensitas, kualitas dan lama penyinaran cahaya yang
diterima untuk tanaman melaksanakan proses fotosintesis. Seperti yang dikemukan oleh
Daniel et al (1992) bahwa cahaya langsung berpengaruh pada pertumbuhan pohon
melalui intensitas, kualitas dan lama penyinaran.
Semai yang berada ditempat terbuka mempunyai tinggi yang lebih besar dibandingkan
dengan semai yang berada dibawah naungan pohon. Semai yang berada di bawah
naungan pohon hidupnya ”tertekan” karena tidak mendapatkan sinar matahari yang
cukup untuk melaksanakan proses fotosintesis. Accacia pada tempat terbuka
mempunyai pertambahan tinggi 5.50 cm dan di bawah naungan pohon hanya sebesar
2.22 cm. Hal ini menunjukkan bahwa Accacia mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat
di tempat terbuka. Untuk Mahoni di tempat terbuka mempunyai pertambahan tinggi
yang lebih kecil 3.78 cm
Diameter semai Shorea leprosula di tempat terbuka
memperlihatkan pertambahan diameter terbesar yaitu 1.17 mm dibanding dengan dibawah naungan pohon hanya sebesar 0.31 mm. Sama halnya dengan pertambahan tinggi, diameter semai dibawah naungan pohon mempunyai pertumbuhan yang kecil akibat terbatasnya cahaya matahari yang diperoleh.
Jumlah daun semai Dalam pengamatan yang dilakukan daun-daun
semai di bawah naungan pohon mempunyai warna yang lebih gelap.
BAB VPENUTUP
KESIMPULAN Pengamatan selama 4 minggu sudah ada respon yang
berbeda dari semai terhadap perlakuan yang diberikan. Accacia mempunyai rata-rata total pertambahan tinggi yang
lebih besar (4.05 cm) dibanding Mahoni (3.32 cm). Ditempat terbuka Accacia mempunyai pertambahan tinggi terbesar 5.50 cm sedangkan dibawah naungan pohon yang terkecil yaitu 2.22 cm. Mahoni pertambahan tinggi terbesar di dalam green house (4.39 cm) dan yang terkecil dibawah naungan pohon (1.78 cm).
Rata-rata total pertambahan diameter yang terbesar adalah Accacia yaitu 0.80 mm sedangkan Mahoni hanya 0.46 mm. Accacia di tempat terbuka mempuyai rata-rata pertambahan diameter sebesar 1.17 mm sedangkan pada naungan pohon sebesar 0.31 mm.
Pertambahan daun semai Accacia terbanyak di tempat terbuka 3.70 helai dibandingkan dengan di bawah naungan pohon hanya sebesar 1.56 helai.
Saran Untuk mendapatkan hasil yang akurat penelitian
ini perlu dilakukan dalam waktu minimal 6 bulan. Untuk waktu 6 bulan, perlu mengukur parameter-
parameter yang lain seperti luas daun, ketebalan daun, jumlah kandungan klorofil, sudut percabangan, berat kering akar dan berat kering tanaman.
Perlu ulangan dan satuan percobaan yang lebih banyak untuk memperkecil kesalahan percobaan.
Perlu penelitian untuk faktor-faktor lain seperti pemupukan, mikoriza,dan jenis tanah.
LAMPIRAN ACARA IX
Gambar Pengukuran Awal Tinggi Semai
Pengukuran awal diameter semai
Pengukuran tinggi tanaman setelah perlakuan perbedaan naungan
selama 4 minggu
Pengukuran Diameter Semai setelah Perlakuan perbedaan
naungan selama 4 minggu
FOTO-FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM BENIH DAN PERSEMAIAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002. Shorea leprosula Mig. Informasi Singkat Benih, Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Jakarta.Daniel T. W, J.A. Helms and F.S. Baker, 1992. Prinsip-Prinsip Silvikultur (Terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Marjenah, 2001. Pengaruh Perbedaan Naungan di Persemaian Terhadap Pertumbuhan dan Respon Morfologi Dua Jenis Semai Meranti. Jurnal Ilmiah Kehutanan ”Rimba Kalimantan” Vol. 6. Nomor. 2. Samarinda. Kalimantan Timur.Sutisna, M, 1996. Silvikultur Hutan Alam Di Indonesia. Buku Pelengkap Kuliah Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.Faridah E, 1996. Pengaruh Intensitas Cahaya, Mikoriza Dan Serbuk Arang Pada Pertumbuhan Alam Drybalanops Sp Buletin Penelitian Nomor 29. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.Sutopo, L.1985. Teknik Benih. CV. Rajawali: Jakarta Anonim. 1998. Prinsip-prinsip Pada Lahan Pertanian. Yogyakarta : Gajah Mada University PressFandeli, Chahid. 1984. Teknik persemaian. Yayasan Pembina. Fakultas Kehutanan. Universitas Gaja Mada. Yokjakarta.