teknik persemaian

89
BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN Jl.Pakuan Ciheuleut PO.Box 105 Bogor 16001 Telp./Fax : (0251)8327768 Website : www.bptpbogor.litbang.dephut.go.id

Upload: roker-morgue

Post on 08-Dec-2015

140 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

Teknik Persemaian tanaman yang baik

TRANSCRIPT

Page 1: Teknik Persemaian

BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTANJl.Pakuan Ciheuleut PO.Box 105 Bogor 16001

Telp./Fax : (0251)8327768Website : www.bptpbogor.litbang.dephut.go.id

Oleh : Rina Kurniaty

Danu

BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANANKEMENTERIAN KEHUTANANTahun 2012

Page 2: Teknik Persemaian

BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTANJl.Pakuan Ciheuleut PO.Box 105 Bogor 16001

Telp./Fax : (0251)8327768Website : www.bptpbogor.litbang.dephut.go.id

Oleh : Rina Kurniaty

Danu

BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANANKEMENTERIAN KEHUTANANTahun 2012

Page 3: Teknik Persemaian

TEKNIK PERSEMAIANBALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN

HUTAN

Penanggung JawabKepala Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

KoordinatorKepala Seksi Data Informasi dan Sarana Penelitian

PenyusunRina Kurniaty

Danu

Desain Cover dan Tata LetakIda Saidah

DipublikasikanBalai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

Jl.Pakuan Ciheuleut PO. Box 105 Bogor. Telp./Fax.0251-8327768

Website : www.bptp.litbang.dephut.go.id

Publikasi KhususDesember 2012

KATA PENGANTAR

Persemaian merupakan tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih atau bagian tanaman lain menjadi bibit siap ditanam ke lapangan. Benih yang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula, tetapi benih yang baik akan menghasilkan bibit yang kurang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang tidak sesuai. Bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila teknik persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah baku.

Booklet Teknik Persemaian berisi informasi mengenai tentang pembuatan persemaian, teknik pengadaan bibit dan analisis biayanya.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga booklet ini dapat diterbitkan. Semoga booklet ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2012

Kepala Balai

Ir. Suhariyanto, M.M

NIP. 195804251987031002

Page 4: Teknik Persemaian

TEKNIK PERSEMAIANBALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN

HUTAN

Penanggung JawabKepala Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

KoordinatorKepala Seksi Data Informasi dan Sarana Penelitian

PenyusunRina Kurniaty

Danu

Desain Cover dan Tata LetakIda Saidah

DipublikasikanBalai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

Jl.Pakuan Ciheuleut PO. Box 105 Bogor. Telp./Fax.0251-8327768

Website : www.bptp.litbang.dephut.go.id

Publikasi KhususDesember 2012

KATA PENGANTAR

Persemaian merupakan tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih atau bagian tanaman lain menjadi bibit siap ditanam ke lapangan. Benih yang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula, tetapi benih yang baik akan menghasilkan bibit yang kurang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang tidak sesuai. Bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila teknik persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah baku.

Booklet Teknik Persemaian berisi informasi mengenai tentang pembuatan persemaian, teknik pengadaan bibit dan analisis biayanya.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga booklet ini dapat diterbitkan. Semoga booklet ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2012

Kepala Balai

Ir. Suhariyanto, M.M

NIP. 195804251987031002

Page 5: Teknik Persemaian

i

KATA PENGANTAR

Persemaian merupakan tempat atau areal untuk kegiatan

memproses benih atau bagian tanaman lain menjadi bibit

siap ditanam ke lapangan. Benih yang baik apabila diproses

dengan teknik persemaian yang baik akan menghasilkan bibit

yang baik pula, tetapi benih yang baik akan menghasilkan

bibit yang kurang baik apabila diproses dengan teknik

persemaian yang tidak sesuai. Bibit yang berkualitas dalam

jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila

teknik persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur

yang sudah baku.

Booklet Teknik Persemaian berisi informasi mengenai

tentang pembuatan persemaian, teknik pengadaan bibit dan

analisis biayanya.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak

yang telah membantu sehingga booklet ini dapat diterbitkan.

Semoga booklet ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2012

Kepala Balai

Ir.Suhariyanto, M.M

NIP.195804251987031002

Page 6: Teknik Persemaian

ii

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR......................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................... ..... ii

DAFTAR TABEL ............................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ................................................... ...... v

I. PENDAHULUAN……………………………............................. 1

II. PEMBUATAN PERSEMAIAN……………………................. 2

A. PERENCANAAN PEMBUATAN PERSEMAIAN……. 2

B. PEMILIHAN LOKASI PERSEMAIAN....................... 5

III. TEKNIK PEMBIBITAN…………………………..................... 10

A. SECARA GENERATIF………………………..................... 10

1. ASAL BENIH…………………………............................ 11

2. ASAL ANAKAN ALAM………………...................... 13

B. SECARA VEGETATIF………………………..................... 17

IV. PEMELIHARAAN……………………………........................ 49

A. PENYIRAMAN…………………………………….................. 49

B. PENYIANGAN…………………………………….................. 49

C. PEMUPUKAN……………………........…………................. 50

D. PEWIWILAN DAN PEMOTONGAN AKAR……..... 50

E. PENYULAMAN……………………………………................ 50

F. PEMBERANTASAN HAMA DAN PENYAKIT….... 51

V. AKLIMATISASI DAN PENGANGKUTAN…………........ 59

A. AKLIMATISASI……………………………………… .............. 59

B. PENGANGKUTAN…………………………………............... 60

C. CIRI BIBIT YANG BAIK……………………………........... 61

VI. ANALISA BIAYA……………………………. ....................... 64

Page 7: Teknik Persemaian

iii

Hal

A. BIAYA PRODUKSI BIBIT………………........................ 64

B. CONTOH ANALISIS BIAYA PERSEMAIAN…………. 71

1.PERSEMAIAN PERMANEN…………………………........ 71

2.PERSEMAIAN SEMENTARA……………………........... 75

Page 8: Teknik Persemaian

iv

DAFTAR TABEL

Hal

1. Keuntungan dan kerugian persemaian sementara

dan permanen............................................................... 2

2. Keunggulan dan Kelemahan Polybag dan Polytube......... 6

3. Jadwal Pembuatan Persemaian....................................... 9

4. Kelas Kekompakan Media............................................. 62

5. Kandungan Hara Beberapa Jenis Bahan Organik............. 68

6. Biaya dan Berat Media Beberapa Macam Bahan

Organik........................................................................ 69

7. Biaya Bangunan............................................................ 71

8. Biaya Operasional Tetap................................................ 72

9. Biaya Operasional Tidak Tetap....................................... 73

10. Biaya Produksi Bibit untuk Polytube Ukuran

5x5 cm........................................................................ 74

11. Biaya Produksi Bibit untuk Polytube Ukuran

3,5x3,5 cm................................................................... 75

12. Biaya Produksi Bibit untuk Polytube Ukuran

9x9 cm......................................................................... 75

13. Biaya Produksi Bibit pada persemaian Sementara........... 76

Page 9: Teknik Persemaian

v

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Persemaian Sementara................................................. 3

2. Persemaian Permanen.................................................. 4

3. Semai Nyamplung yang Siap Disapih............................. 13

4. Cabutan Nyamplung....................................................... 14

5. Kemasan untuk Pengangkutan Cabutan.......................... 15

6. Hasil Penyapihan Semai dari Cabutan dengan 2/3 Daun

yang sudah dipotong.................................................... 16

7. Rumah Tumbuh Sistim KOFCO..................................... 24

8. Ruang Pengakaran Stek Model Sungkup......................... 25

9. Ruang Pengakaran Stek Model Sungkup......................... 26

10. Teknik Okulasi............................................................. 32

11. Teknik Penyambungan Tanaman Meranti dengan

Sambung Baji.............................................................. 35

12. Teknik Cangkok........................................................... 41

13. Serangan Hama Penggulung Daun................................. 52

14. Bentuk Kutu Putih pada Daun....................................... 53

15. Penyakit Embun Tepung............................................... 54

16. Gejala Penyakit Bercak Daun Cylindrocladiium sp......... 56

17. Gejala Penyakit yang Disebabkan oleh Virus Penggulung

Daun............................................................................ 58

18. Bibit Jati yang Belum dan Sudah Diaklimatisasi............ 60

19. Contoh Bibit yang Baik................................................ 63

Page 10: Teknik Persemaian

1

I. PENDAHULUAN

Bibit tanaman bermutu merupakan salah satu

faktor produksi dari suatu indutri hutan tanaman. Bibit

bermutu dengan harga murah sangat menentukan

keberhasilan dan keuntungan suatu usaha penanaman

hutan. Untuk menyediaakan bibit tersebut diperlukan

persemaian yang memadai.

Persemaian merupakan tempat atau areal untuk

kegiatan memproses benih atau bagian tanaman lain

menjadi bibit siap ditanam ke lapangan. Benih yang

baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang

baik akan menghasilkan bibit yang baik pula, tetapi

benih yang baik akan menghasilkan bibit yang kurang

baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang

tidak sesuai. Bibit yang berkualitas dalam jumlah yang

cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila teknik

persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang

sudah baku.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pembuatan persemaian adalah sebagai berikut :

pemilihan lokasi persemaian meliputi luas persemaian,

Page 11: Teknik Persemaian

2

kebutuhan air, tenaga kerja, bahan persemaian, benih

bermutu, pelaksanaan persemaian termasuk tata waktu

penyelenggaraan persemaian dan pemeliharaan. Buku ini

menguraikan tentang pembuatan persemaian, teknik

pengadaan bibit dan analisis biayanya.

Page 12: Teknik Persemaian

3

II. PEMBUATAN PERSEMAIAN

A. Perencanaan Pembuatan Persemaian

Sebelum memulai pembuatan persemaian perlu

ditentukan dulu persemaian apa yang akan dibuat

apakah persemaian sementara atau permanen.

Persemaian sementara dibuat apabila kegiatan

persemaian dilakukan paling lama 5 tahun sedangkan

persemaian permanen untuk memproduksi bibit dalam

jangka waktu yang lama dan biasanya melayani areal

penanaman yang luas. Keuntungan dan kerugian dari ke

dua persemaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Keuntungan dan kerugian persemaian sementara

dan permanen

Jenis

Persemaian Keuntungan Kerugian

Persemaian sementara

- dekat lokasi penanaman - ongkos pengangkutan bibit

murah - tenaga kerja yang

dibutuhkan sedikit

- lokasi persemaian tersebar sehingga pengawasan sulit

- biaya pembuatan tinggi karena pekerjaannya tersebar

- sering gagal karena tenaga kurang terlatih dan selalu berganti

Page 13: Teknik Persemaian

4

Jenis Persemaian

Keuntungan Kerugian

Persemaian permanen

- dapat dikerjakan secara mekanis

- tenaga tetap dan terpilih sehingga bibit yang dihasilkan lebih baik

- Produktifitas tinggi - pengawasan dan

pemeliharaan lebih efisien

- jauh dari lokasi penanaman

- selama pengangkutan, bibit beresiko tinggi

- ongkos pengangkutan bibit mahal

- biaya investasi tinggi

(Foto : Rina, 2009)

Gambar 1.Persemaian Sementara

Page 14: Teknik Persemaian

5

(Foto : Rina, 2012)

Gambar 2. Persemaian Permanen

Page 15: Teknik Persemaian

6

B. Pemilihan Lokasi Persemaian

Lokasi persemaian harus memenuhi persyaratan teknis

dan fisik :

1. Aspek Teknis

Aspek teknis adalah kondisi lapangan yang secara

teknis akan berpengaruh terhadap pembuatan

persemaian. Beberapa aspek teknis yang perlu

diperhatikan adalah :

a. Lokasi dekat dengan areal penanaman, mudah

dijangkau, terlindung dari angin kencang,

terbuka/kena sinar matahari secara langsung.

b. Ada jalan angkutan sesuai kebutuhan (jalan darat atau

sungai).

c. Luas lokasi disesuaikan dengan jumlah bibit yang

akan dihasilkan dan cara pembibitan apakah

menggunakan polybag atau polytube. Masing-masing

wadah memiliki keunggulan dan kelemahannya

seperti tercantum dalam Tabel 2.

Page 16: Teknik Persemaian

7

Tabel 2. Keunggulan dan Kelemahan Polybag dan

Polytube

Jenis Wadah Keunggulan Kelemahan

Polybag - Murah - Mudah diperoleh - Memerlukan ruang sedikit

untuk penyimpananya - Ukuran dari kecil sampai

besar - Tidak memerlukan

pendukung tambahan dalam persemaian

- Sekali pakai - Mudah rusak - Akar menembus polybag - Membutuhkan media lebih

banyak - Waktu dan tenaga untuk

pengisian diperlukan lebih banyak

- Pertumbuhan akar kurang baik

- Bibit lebih berat sehingga menyulitkan dalam transportasinya

Polytube - Dapat digunakan berulang

- Sistem perakaran tersebar

- Pruning akar secara alami

- Kokoh dan kuat - Bibit relatif kecil dan

ringan sehingga memudahkan dalam transportasinya

- Mudah diisi dan ekonomis dalam pengisian dan penyiraman

- Relatif mahal - Pemasarannya masih

terbatas - Membutuhkan ruang lebih

luas dalam penyimpanannya

- Memerlukan rak atau bangunan untuk menyokong bibit

Biopotting - Bibit telah bermikroba - Bentuk dapat

disesuaikan keinginan - Bibit bisa langsung

ditanam dengan wadahnya

- Belum banyak yang tahu teknologinya

- Pemasarannya masih terbatas

Page 17: Teknik Persemaian

8

d. Pada umumnya luas persemaian efektif (bedeng tabur,

bedeng semai dan bedeng sapih) adalah 60 % dari

luas areal persemaian dan 40 % digunakan untuk

bangunan lainnya seperti kantor, barak kerja, rumah

jaga, saluran irigasi dan jalan inspeksi.

e. Bedeng tabur dibuat 5 x 1m dengan tinggi/tebal tanah

bedengan 15 cm

f. Ukuran bedeng semai umumnya 5 x 1m, dengan

ukuran ini akan memudahkan menghitung jumlah

bibit yang ada.

g. Arah bedeng semai utara-selatan.Tinggi naungan

sebelah barat 150 cm dan sebelah timur 175 cm

h. Untuk persemaian sementara naungan dapat dibuat

dari kasa plastik, daun kelapa, jerami dan alang-alang.

2. Aspek Fisik

Aspek fisik adalah kondisi lapangan yang secara fisik

akan mempengaruhi pembuatan persemaian, diantaranya

adalah :

a. Tersedia sumber air (sungai, air tanah )

b. Lokasi datar (kemiringan kurang dari 10 %)

Page 18: Teknik Persemaian

9

c. Tersedia tenaga kerja (dekat perkampungan)

d. Tersedia bahan (benih, media tumbuh, kantong

plastik/polybag, fungisida, pestisida dan pupuk)

e. Tersedia peralatan (cangkul dan peralatan kerja

lainnya, barak kerja, rumah jaga, pagar, naungan dsb)

3. Pelaksanaan Persemaian

Penanaman di lapangan umumnya dilakukan pada

musim hujan sedangkan musim hujan untuk setiap

daerah berbeda sehingga permulaan pembuatan

persemaian disesuaikan dengan kondisi setempat. Selain

itu umur bibit siap tanam dari setiap jenis berbeda-beda,

ada yang 5 bulan, 6 bulan bahkan ada yang 12 bulan.

Oleh karena itu permulaan pembuatan persemaian juga

disesuaikan dengan jenis bibit yang akan dihasilkan.

Contoh jadwal pembuatan persemaian dengan usia bibit

siap tanam di lapangan 6 bulan tercantum dalam Tabel 3.

Page 19: Teknik Persemaian

10

Tabel 3. Jadwal Pembuatan Persemaian

Kegiatan Bulan

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

Persiapan lapangan

* *

Penaburan benih

*

Penyapihan semai

*

Pemeliharaan semai

* * * * *

Aklimatisasi *

Penanaman * *

Page 20: Teknik Persemaian

11

III. TEKNIK PEMBIBITAN

Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan 2 cara

yaitu secara generatif dan vegetatif. Pengadaan bibit

secara generatif yaitu perbanyakan bibit tanaman

dilakukan melalui benih, kemudian dikecambahkan pada

media tabur selanjutnya disapih pada media sapih

sehingga bibit siap tanam dilapangan. Selain itu dapat

juga dilakukan dengan menggunakan anakan alam.

Pengadaan bibit secara vegetatif yaitu pengadaan bibit

dilakukan melalui perbanyakan bagian tanaman

induknya, seperti stek, cangkok, okulasi dan kultur

jaringan.

A. Pengadaan bibit secara generatif

Pembibitan secara generatif dapat dilakukan dengan 2

cara yaitu berasal dari benih dan cabutan alam.

Pengadaan bibit asal benih diperuntukan bagi tanaman

hutan yang menghasilkan benih yang dapat disimpan

lama (ortodok). Sedangkan teknik cabutan digunakan

untuk memperbanyak tanaman yang menghasilkan benih

yang tidak bisa disimpan lama (rekalsitran).

Page 21: Teknik Persemaian

12

1. Pembuatan bibit asal benih

Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam

pembuatan bibit asal benih yaitu teknik penaburan benih

dan penyapihan semai.

a. Teknik penaburan

a.1. Skarifikasi

Sebelum penaburan dilakukan, beberapa jenis benih

perlu diberi perlakuan pendahuluan (skarifikasi)

terlebih dahulu yaitu perlakuan yang diberikan kepada

benih untuk mempercepat mulai berkecambah dan

perkecambahan yang serempak. Beberapa cara

skarifikasi yang biasa dilakukan : meretakan

tempurung benih, merendam benih sampai kulit benih

lunak, merendam-jemur sampai kulit benih retak .

a.2. Teknik penaburan:

- Penyiapan media tabur yaitu campuran pasir dan

tanah yang disterilkan terlebih dahulu dengan

cara dijemur sampai kering dan dicampur

nematisida.

- Penaburan benih yaitu benih ditanam dengan

membenamkan 2/3 badan benih kedalam media

Page 22: Teknik Persemaian

13

yang sudah disiram air dengan posisi bagian

pangkal dimana tangkai buah melekat dibenamkan.

- Penempatan bedeng tabur dilakukan pada kondisi

ruang atau tempat dengan suhu cukup tinggi (29–

32 OC) dan kelembaban tinggi (>75%). Apabila

suhu udara terlalu rendah, bedeng/bak tabur

ditutup sungkup plastik.

- Pemeliharaan bedeng tabur dilakukan dengan

selalu membersihkan bedeng dari gulma dan

disiram setiap hari agar media tidak sampai kering.

b. Teknik penyapihan:

- Penyiapan media dalam polybag

- Pemindahan semai dari bak /bedeng tabor ke

polybag, dengan cara mencungkil media disekitar

dan di bawah semai beserta akar-akarnya. semai

yang siap disapih adalah yang telah memiliki

minimal sepasang daun muda yang telah membuka

penuh.

Page 23: Teknik Persemaian

14

(Foto : Rina, 2009)

Gambar 3. Semai nyamplung yang siap disapih

2. Pembuatan bibit asal cabutan anakan alam

Anakan alam yang digunakan sebagai bahan pembuat

bibit diambil dari lapangan dengan cara dicabut sehingga

sering disebut dengan cabutan. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pembuatan bibit asal cabutan, yaitu :

- Bahan cabutan berupa anakan alam yang tumbuh di

areal tanaman yang memiliki tinggi 10-20 cm atau

memiliki 2-3 pasang daun (Gambar 4).

Page 24: Teknik Persemaian

15

(Foto : Rina, 2009)

Gambar 4. Cabutan nyamplung

- Anakan sebaiknya dicabut pada musim hujan

- Untuk mengurangi penguapan dalam perjalanan,

bagian akar diberi bahan pelembab seperti lumut,

serbuk sabut kelapa atau arang sekam padi basah

kemudian dibungkus dengan pelepah pisang atau

karung (Gambar 5).

Page 25: Teknik Persemaian

16

(Foto : Rina, 2009)

Gambar 5. Kemasan untuk pengangkutan cabutan

- Sebelum disapih ke dalam polybag, akar dan

daunnya dipotong dan disisakan sepertiga bagian

(Gambar 6).

Page 26: Teknik Persemaian

17

(Foto : Rina, 2009)

Gambar 6. Hasil penyapihan semai dari cabutan dengan

2/3 daun yang sudah dipotong

Page 27: Teknik Persemaian

18

- Letakkan pada tempat yang teduh.

- Setelah satu minggu, pindahkan ke bedeng semai

yang telah disiapkan dengan naungan 50 %.

- Setelah berumur 3-4 bulan di persemaian bibit siap

ditanam.

B. Pengadaan bibit secara vegetatif

Teknik pengadaan bibit secara vegetatif umumnya

digunakan untuk memperbanyak tanaman yang sulit

berbuah, musim buah tidak menentu, dan klon-klon

unggul hasil pemuliaan maupun seleksi alam. Teknik

perbanyakan vegetatif meliputi: stek, okulasi,

penyambungan, cangkok dan kultur jaringan.

1. Teknik perakaran stek

Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan

cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif untuk

ditumbuhkan menjadi tanaman dewasa secara mandiri

dan terlepas dari tanaman induknya. Penggolongan stek

berdasarkan bahan tanaman terdiri dari: stek pucuk, stek

batang, dan stek akar. Faktor yang mempengaruhi

perbanyakan stek diantaranya:

Page 28: Teknik Persemaian

19

a. Sumber bahan stek

- Asal bahan stek

Bahan stek yang masih juvenil (muda secara

fisiologis) memiliki kemampuan berakar yang lebih

baik dari pada biakan stek yang telah tua ). Bahan

tanaman yang berasal dari bagian tanaman dekat

dengan akar lebih juvenil dari pada bahan tanaman

yang berada pada tajuk yang lebih tinggi. Hartman

et al (1990)

- Tipe tunas dari bahan stek .

Bahan stek berasal dari batang atau tunas orthotrop

dari pohon donor yang berkualitas baik sehingga

bibit stek dapat tumbuh tegak dan cepat di lapang.

Biakan stek yang berasal dari tunas plagiothrop

(tumbuh menyamping) ketika ditumbuhkan di

lapang tumbuhnya juga menyamping.

- Kebun pangkas

Untuk menghasilkan bahan stek yang juveni dengan

jumlah banyak dan berkesinambungan diperlukan

kebun pangkas yang dikelola dengan teknik tertentu

(Irsyal & Smits, 1988). Lokasi kebun pangkas

Page 29: Teknik Persemaian

20

sebaiknya dekat atau dalam areal persemaian. Untuk

jenis Dipterocarpaceae diusahakan dipilih lahan

yang kondisi tanahnya mengandung mikoriza atau

dibawah tegakan yang tajuknya terbuka (intensitas

cahaya 50%) (Tolkamp & Leppe, 2002). Untuk

jenis-jenis pioner seperti Benuang (Octomeles

sumatrana) kebun pangkas memerlukan lahan yang

terbuka. Bahan tanaman untuk kebun pangkas dapat

berupa biji/buah atau cabutan dari alam yang

induknya teridentifikasi atau okulasi dimana

entrisnya berasal dari pohon plus (Pramono, 2003).

b. Media

- Media padat.

Syarat utama media pengakaran harus porus,

drainase dan aerasi baik, serta steril. Media

pengakaran stek dapat menggunakan pasir,

cocopeat, vermikulit (Hartmann at al. 1990)

- Media cair.

Pembiakan stek juga dapat dilakukan dengan

menggunakan media air, yang dikenal dengan

sistem water rooting. Sistem ini dikembangkan oleh

Page 30: Teknik Persemaian

21

Wanariset I Samboja (Balai Penelitian Kehutanan

Samarinda), Kalimantan Timur untuk jenis-jenis

Dipterocarpaceae. Untuk memberikan oksigen

yang diperlukan dalam proses pembentukan akar ke

dalam air digunakan kompresor sebagai sistem

aerasinya. Sedangkan bak airnya dapat digunakan

bak yang terbuat dari semen. Tempat untuk

menyimpan stek (standar) digunakan ijuk yang

disusun sedemikian rupa (susunan ijuk dapat dibuka

dan tutup) sehingga stek dapat dengan mudah

dikeluarkan tanpa menggangu sistem perakarannya.

Suhu air selama pengakaran berkisar 27 - 30 C.

Untuk sistem ini diperlukan air yang semi steril

agar stek tidak terganggu oleh serangan jamur atau

bakteri. Untuk itu air perlu diganti setiap 2 minggu

sekali. Selang-selang yang digunakan perlu

disterilkan dengan cara membuka selang tersebut

dan kemudian di jemur dibawah sinar matahari.

Page 31: Teknik Persemaian

22

c. Kondisi lingkungan

Keberhasilan pembibitan secara vegetatif salah

satunya ditentukan oleh kondisi lingkungan / iklim

mikro tempat pengakaran stek. Untuk itu pengakaran

stek dilakukan pada ruangan (rumah tumbuh atau ruang

pengakaran) yang dapat menjaga kondisi lingkungan

agar tetap optimal. Ruang pengakaran stek yang secara

operasional sudah digunakan oleh beberapa perusahaan

dan lembaga penelitian antara lain adalah Rumah

Tumbuh ADH-1, Sistem KOFFCO, MS ( Model

Sungkup ).

1) Rumah Tumbuh ADH-1

Rumah tumbuh ini dikembangkan oleh Balai

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan

(BP2TP) di Kebun Percobaan Nagrak. Model ini

merupakan ruang pengakaran stek sistem penyinaran

matahari. Model ini dibagun menggunakan atap

permanen dari genteng tanah merah yang dikombinasi

dengan genteng kaca. Genteng kaca ini dapat

dipindah-pindahkan sesuai dengan fungsinya yaitu

mengatur pencahayaan sinar matahari pagi maupun

Page 32: Teknik Persemaian

23

sore yang masuk sesuai dengan kebutuhan. Di

bawah atap ini terdapat bak-bak tumbuh yang dibuat

dari batako dan dilapisi semen berukuran ( 1,5 m x 1

m x 60 cm ) dengan alas lantai semen. Di dalam bak-

bak tersebut dapat terdapat pengakaran yang dapat

dimodifikasi kondisinya, seperti dapat diberi kerikil

atau air ( sesuai dengan sifat dari bahan stek ) di dasar

bak-bak tersebut kemudian ditutup dengan fiberglass

transparan. Rumah Tumbuh ADH-1 memiliki kondisi

pada siang hari (jam 08.00 – 16.00) suhu 25 oC – 30

oC, kelembaban nisbi udara 85%-90% dan intensitas

cahaya 300 – 10.000 lux (Pramono et.al. 1999).

2) Sistem KOFFCO

Sistem ini dikembangkan oleh Pusat Litbang Hutan

dan Konservasi, terutama digunakan untuk

pembibitan jenis-jenis Dipterocarpaceae. Sistem ini

memanfaatkan rumah kaca yang dilengkapi dengan

sensor pengatur suhu. Pada saat suhu tidak sesuai

dengan keadaan yang diinginkan maka akan terjadi

pengkabutan secara otomatis. Pengkabutan ini

terjadi dengan cara penyemprotan air melalui nozel-

Page 33: Teknik Persemaian

24

nozel yang mempunyai lubang-lubang yang sangat

halus. Sistem KOFFCO memiliki suhu < 30 oC ,

kelembaban > 95% dan intensitas cahaya 5.000 –

20.000 lux (Shakai, et al. 1995). Dalam sistem ini

bahan stek ditanam di polypot kemudian

dimasukkan ke dalam sungkup plastik transparan

dan dibawahnya diberi batu-batu kerikil. Hal ini

dimaksudkan untuk menstabilkan kelembaban

maupun suhu di dalam sungkup.

Page 34: Teknik Persemaian

25

(Foto : Danu, 2009)

Gambar 7. Rumah Tumbuh Sistim KOFCO Model

Sungkup

Model Sungkup (MS) ini dikembangkan oleh Balai

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hutan

Palembang. Untuk pembuatan MS ini diperlukan plastik

transparan sebagai sungkup, yang dapat dibuka dan

ditutup. Bak tempat media atau polibag ditempatkan

dalam wadah terbuat dari papan dan diberi batu kerikil

Page 35: Teknik Persemaian

26

yang diberi air. Untuk menopang sungkup digunakan

rangka kayu atau besi berbentuk persegi setinggi 100 cm

(Longman, 1993), atau berbentuk setengah lingkaran

setinggi 60 cm (Djam’an et al , 2003).

Gambar 8. Ruang pengakaran stek model sungkup (Longman , 1993)

Page 36: Teknik Persemaian

27

(Foto : Rina ,2009)

Gambar 9. Ruang Pengakaran Stek Model Sungkup Zat

pengatur tumbuh

Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas,

bagian pangkal stek diberi zat pengatur tumbuh dari

kelompok auxin (IBA, IAA, NAA) dan yang banyak

digunakan untuk pembuatan stek atau cangkok yang

dikenal dengan nama dagang Rootone-F maupun Atonik,

sedang dari kelompok sitokinin terutama Kinetin,

Adenin, zeatin.

Page 37: Teknik Persemaian

28

Cara pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dapat

mengunakan cara oles, celup, dan perendaman.

1) Cara Oles

ZPT berbentuk tepung atau pasta, dioleskan pada

pangkal atau bagian bawah dari stek.

2) Cara celup

ZPT berbentuk cair atau ZPT berbentuk tepung dan

pasta kemudian dicairkan. Cara celup dipakai apabila

dosis/konsentrasi yang digunakan tinggi. Stek diikat,

kemudian bagian pangkal atau bawah stek dicelupkan

selama beberapa detik atau menit.

3) Cara perendaman

ZPT berbentuk cair atau ZPT berbentuk tepung dan

pasta kemudian dicairkan. Cara perendaman dipakai

apabila dosis/konsentrasi yang digunakan lebih

rendah. Stek diikat, kemudian bagian pangkal atau

bawah stek direndam selama beberapa menit atau

jam.

Page 38: Teknik Persemaian

29

d. Prosedur penyetekan

- Bahan stek dipotong dengan ukuran minimal 2 ruas

daun (3 nodul). Daun-daun bahan stek dipotong

separuhnya dan tunas atau daun muda (Shoot tip)

dibuang.

- Siapkan media stek seperti campuran sabut kelapa dan

sekam padi steril dengan perbandingan 2:1 (v/v).

- Media tanam dalam pot-tray terlebih dahulu dibuat

lubang tanam dengan menggunakan potongan batang

kayu atau bahan lainnya yang telah ditajamkan

ujungnya dengan cara menusukkannya ke dalam

media. Pembuatan lubang tanam ini dimaksudkan

untuk menghindari kulit dan ujung stek terluka.

- Stek yang telah diberi perlakuan hormon tumbuh

ditanam di media pot-tray dan kemudian ditekan

dengan menggunakan dua jari untuk memadatkan

media agar stek tidak bergoyang akibat percikan air

saat penyiraman.

- Selesai penanaman kemudian dilakukan penyiraman

dengan percikan air yang halus, hindari menggunakan

Page 39: Teknik Persemaian

30

siraman air secara langsung dari tekanan pompa air

maupun ledeng.

- Pot-tray yang berisi stek diletakan pada ruang

pengakaran.

- Penyiraman minggu pertama sampai minggu kedua

dilakukan setiap 2 hari sekali, kemudian seminggu 2

kali sampai stek berakar. Stek tanaman yang

tergolong cepat tumbuh mulai berakar antara 2 – 3

minggu, tergantung jenis tanaman.

e. Penyapihan stek

Setelah stek berakar, sungkup stek dapat dibuka

secara bertahap. Pembukaan sungkup dimulai pada

sore hari sekirat jam 4 sore sampai esok hari sekitar

jam 8, setelah itu sungkup ditutup kembali sampai

jam 4 sore. Tahapan ini dilakukan selama 2 minggu,

selanjutnya sungkup dapat dibuka. Stek ini siap

disapih ke media persemaian. Media persemaian dan

tahapan kegiatan sesuai dengan teknik perbanyakan

tanaman secara generatif.

Page 40: Teknik Persemaian

31

2. Okulasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan

okulasi adalah :

a. Bahan tanaman

- Batang pokok (Root stocks ) di dalam polybag

- Mata tunas yang berasal dari tanaman lain yang

sudah diketahui keunggulannya seperti produksi

biji yang banyak atau bentuk batang yang baik.

Pada metode ini dilakukan beberapa tahapan

okulasi yaitu mulai dari penyediaan kemudian. Di

lain sisi, disiapkan pula bahan mata tunas

b. Teknik penempelan okulasi

- Iris batang pokok (root stock) untuk menyisipkan

mata tunas

- Sisipkan atau tempelkan mata tunas pada root

stocks kemudian diikat, bagian atas (pucuk) dari

root stock dibiarkan tumbuh.

- Ada beberapa jenis yang membutuhkan sungkup

untuk menjaga kelembaban

- Beri sungkup untuk setiap tanaman, bisa

menggunakan kantong plastik putih transparan

Page 41: Teknik Persemaian

32

agar dapat dikontrol tanpa harus membuka

sungkupnya.

c. Penyapihan dan pemeliharaan okulasi

Setelah beberapa minggu, apabila mata tunas sudah

terlihat menempel dengan ditandai pecahnya mata

tunas atau paling tidak masih berwarna hijau dan

segar maka batang bagian atas dari root stocks

dipotong guna memberi kesempatan kepada tunas

baru untuk tumbuh sempurna. Apabila mata tunas

sudah terlihat tumbuh sempurna sungkup dapat

dibuka untuk memberi kesempatan beradaptasi

dengan lingkungan. Setelah tunas-tunas baru tumbuh

dengan baik dan berkayu, maka tanaman ini sudah

siap untuk di tanam di lapangan.

Page 42: Teknik Persemaian

33

(Foto, Danu, …)

Gambar 10. Teknik okulasi

3. Penyambungan

Pengertian menyambung atau lebih dikenal dengan

istilah adalah menyambungkan batang bawah dan batang

atas dari tanaman yang berbeda sehingga tercapai

persenyawaan sehingga terbentuk tanaman baru

(Widarto, 1996). Batang bawah disebut root stock

Page 43: Teknik Persemaian

34

dimana berfungsi sebagai pohon pangkal yang sebaiknya

memiliki perakaran yang kuat dan tahan terhadap

serangan hama/penyakit akar dan batang atas disebut

dengan scion.

Menurut Hartman et al (1990), ada beberapa tahap

proses pertumbuhan pada sambungan, yaitu pada

kambium batang atas dan batang bawah pada sambungan

akan terbentuk kalus (sel parenchyma). Kalus tersebut

bersatu membentuk kesatuan yang saling mengikat

(compatibility). Kemudian kalus mengalami

differensiasi sel menjadi sel kambium baru, yang

menggabungkan kambium batang bawah dan batang

atas. Terbentuk jaringan vaskuler baru, dimana jaringan

xylem berada di dalam dan jaringan floem berada di

bagian luar

a. Teknik penyambungan

Teknik penyambungan yang umum digunakan

adalah sambung pucuk dimana dapat dilakukan dengan

cara (a) sambung baji dan (b) sambung pelana.

Page 44: Teknik Persemaian

35

a

b

c

d

Page 45: Teknik Persemaian

36

(Foto : Danu, 2010)

Gambar 11. Teknik Penyambungan tanaman meranti

dengan sambung baji Keterangan: a. tanaman bawah dipotong setinggi 10 cm, b. tanaman

bawah dibelah (celah) sepanjang 1 – 2 cm, c. penyiapan scion dari

pohon unggul, d. scion diselipkan pada tanaman bawah, e.

sambungan diikat dengan plastik, f. sambungan ditempatkan di

ruang tumbuh (Rh: 90% , suhu < 30oC)

Penyambungan dilakukan dengan cara

menggabungkan cabang orthotrop dari tanaman tua yang

sudah diketahui keunggulannya dengan tanaman bawah

yang berumur muda dengan menggunakan sambung baji

atau sambung pelana. Scion pucuk (batang atas)

dipotong sepanjang 3-4 nodus, daun dipotong dan

e f

Page 46: Teknik Persemaian

37

disisakan ¼ bagian. Kemudian sambungan diikat dan

ditutup dengan plastik yang lentur (plastic kemasan es)

supaya ikatan bisa semakin kuat dan rapat. Dalam

proses pengikatan dan pembugkusan sayatan diusahakan

jangan sampai ada yang terbuka, karena akan busuk bila

terkena air. Penyambungan kambium batang atas dan

kambium batang bawah harus betul-betul menempel

pada kedua bagian tersebut. Bila diameter batang bawah

lebih besar dari diameter batang atas, penyambungan

dapat dilakukan pada salah satu kambium batang bawah

harus menempel dengan kambium batang atas.

Sambungan kemudian disimpan dalam sungkup

khusus yang ditempatkan ditempat yang teduh atau

ruang pengkabutan yang memiliki kondisi lingkungan

yang baik selama ± 20 hari.

b. Penyapihan dan pemeliharaan bibit sambungan

Tahapan yang dilakukan sebelum dilakukan

penyapihan:

- Pengecekan sambungan

Bila sambungan telah menyatu secara baik, yaitu

sekitar 20 hari setelah penyambungan, sungkup

Page 47: Teknik Persemaian

38

dapat dibuka untuk pengecekan dan kegiatan

pewiwilan tunas-tunas yang tumbuh pada batang

bawah. Pengecekan selanjutnya dapat dilakukan

seminggu sekali dengan cara membuka sungkup

selama 1 jam pada pagi hari kemudian sungkup

plastik ditutup dengan rapat kembali.

- Aklimatisasi.

Proses aklimatisasi sangat menentukan terhadap

keberhasilan penyambungan. Kesalahan proses

aklimatisasi akan mematikan tanaman yang baru

tumbuh. Aklimatisasi dilakukan terhadap

sambungan yang telah tumbuh yang ditandai

dengan terjadinya kompaktibilitas dan munculnya

tunas baru.

Tahap pertama aklimatisasi dilakukan dengan cara

sungkup dibuka pada pagi hari (jam 8 – 10)

seminggu sekali, kemudian seminggu dua kali, dua

hari sekali, dan setiap hari.

Tahap kedua sungkup dibuka dari sore hari sampai

pagi selama satu bulan.

Tahap ketiga sungkup dibuka sepanjang hari.

Page 48: Teknik Persemaian

39

Tahap keempat bibit dipindahkan ke tempat

persemaian terbuka tapi masih memiliki naungan

berat (80%) selama 1 bulan kemudian naungan

dikurangi menjadi intensitas 50%.

Untuk menambah hara dapat disemprot dengan

pupuk daun dan bila ada serangan hama dapat

dilakukan penyemprotan dengan insektisida.

4. Cangkok

a. Bahan dan media

Bahan cangkok sebaiknya dari pohon induk yang

terpilih: unggul yang nampak kuat, subur, memiliki

penampilan fenotipa bagus, tidak terserang hama

penyakit, dan cukup umur. Pohon induk sebaiknya

tidak terlau muda dan juga tidak terlalu tua. Pada

pohon yang terlalu tua, relatif sulit untuk didapatkan

bahan cangkok yang memenuhi syarat, sedangkan

pohon yang terlalu muda belum diketahui kualitas

pohonnya dengan jelas (Wudianto,1999). Berbuah

(jika menginginkan buah yang cepat).

Page 49: Teknik Persemaian

40

Cabang yang ortotrop yang berukuran diameter 2-5

cm, sehat, segar dan telah berkayu merupakan

cabang yang cukup ideal untuk dicangkok (Kartiko

dan Danu, 2000). Cabang yang terlalu muda, hanya

mempunyai sedikit persediaan makanan, sehingga

pertumbuhan akar cangkok kurang optimal.

Media cangkok digunakan media porus, cukup air

dan hara, sperti mos, serbuk sabut kelapa, pupuk

kandang, kompos. Hindari penggunaan tanah,

terutama tanah mentah karena jika kering tanah akan

mengeras dan berat sehingga dapat mematahkan

cabang cangkokan (Wudianto, 1999).

b. Teknik pencangkokan

Teknik mencangkok dapat menggunakan cara

cangkok sayat atau cangkok belah. Prinsip utama

pembuatan cangkok adalah merangsang bagian

batang tanaman untuk berakar dengan cara memutus

sistem kambiumnya.

Pencangkokan sebaiknya dilaksanakan pada musim

penghujan agar medianya tidak mengalami

kekeringan. Apabila dilakukan pada musim panas

Page 50: Teknik Persemaian

41

atau di daerah yang curah hujannya rendah perlu

penyiraman langsung atau sistem infus. Bahan

pembungkus cangkok dapat menggunakan plastik

transparan yang tidak dilobangi agar tidak terjadi

penguapan, sehingga media tetap memiliki cadangan

air sampai cangkok berakar.

c. Hormon dan pupuk

Untuk mempercepat terbentuknya akar, biasanya

pada luka yang akan tumbuh akar diolesi dengan zat

pengatur tumbuh dari kelompok auxin. Pupuk juga

perlu diberikan pada media cangkok agar dapat

mempercepat pembentukan akar. Jenis pupuk dapat

menggukanan NPK dengan perbandingan 15:15:15

atau 13:13:21 sebanyak 5 gram pupuk dalam satu

kilogram media (Wudianto, 1999).

d. Penyapihan dan pemeliharaan

Apabila perakarannya telah sempurna, batang

cangkok dapat disapih dari pohon induknya dengan

cara memotong batang pada arah batang induknya.

Setelah itu ditanam pada polybag dengan ukuran

yang sudah disesuaikan dengan ukuran cangkoknya,

Page 51: Teknik Persemaian

42

biasanya polybag berukuran diameter lebih dari 30

cm dan disimpan dibawah naungan untuk mencegah

respirasi berlebihan. Cangkok dapat ditanam di

lapangan apabila tunas-tunas baru sudah tumbuh

dengan baik dan penampakan tanaman sudah sehat

(vigor).

(Foto : Danu, 2010)

Gambar 12. Teknik Cangkok

Page 52: Teknik Persemaian

43

5. Kultur Jaringan

Kultur jaringan dikenal dengan sebutan Tissue

Culture. Sistem perbanyakan dengan metoda kultur

jaringan ini menggunakan bagian jaringan atau organ

dari suatu tanaman yang ditanam secara suci hama (

steril ) di dalam ruangan maupun media khusus (in vitro)

dan akan menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak

sampai ribuan dengan sifat yang sama dengan induknya.

Prinsip kerja kultur jaringan ini adalah prinsip totipotensi

yaitu sebuah sel atau jaringan dapat tumbuh menjadi

tumbuhan sempurna apabila ditanam pada media yang

tepat.

Dalam kegiatan kultur jaringan ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan yaitu pemilihan bahan tanaman

yang juvenil (muda), pH media, konsentrasi dan jenis zat

pengatur tumbuh yang akan digunakan, dan yang utama

adalah sterilisasi dari keseluruhan tahapan kerja.

a. Bahan tanaman (explant)

Pengaruh dari bahan tanaman terhadap keberhasilan

perbanyakan kultur jaringan antara lain adalah (Pierik,

1987):

Page 53: Teknik Persemaian

44

1) Genotif. Ada perbedaan yang sangat luas dalam hal

kapasitas regenerasi dari jenis-jenis tanaman.

Tanaman dikotil secara umum lebih mudah

beregenerasi dari pada tanaman monokotil, sedangkan

tanaman gymnospermae mempunyai kapasitas

regenerasi yang sangat terbatas.

2) Umur tanaman. Jaringan embrionik mempunyai

kapasitas regerasi yang tingggi. Misalnya pada jenis-

jenis sereal, embrio dan benih seringkali dipakai

sebagai materi kultur jaringan. Untuk itu bahan kultur

jaringan yang digunakan adalah bahan yang juvenil.

3) Umur jaringan atau organ. Jaringan yang masih muda

dan lunak (tidak berkayu) biasanya lebih baik untuk

dikulturkan dari pada jaringan berkayu yang lebih tua.

4) Status fisiologis. Secara umum organ vegetatif

tanaman lebih mudah beregenerasi secara in vitro

daripada bagian generatif tanaman. Bagian tanaman

yang masih muda (juvenil) lebih mudah beregerasi

dari pada tanaman yang sudah tua.

Page 54: Teknik Persemaian

45

5) Kondisi kesehatan jaringan. Jika tanaman dalam

kondisi sehat ketika proses isolasi, maka cenderung

akan lebih berhasil ketika jaringannya dikulturkan.

6) Posisi explant pada tanaman induk. Pucuk yang

berasal dari bagian atas tajuk tanaman memiliki

kemungkinan lebih kecil dalam pembentukan akarnya

daripada potongan yang berasal dari bagian bawah

tanaman.

Selain itu Pierik (1987) juga menyebutkan bahwa ada

faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap

keberhasilan kultur jaringan,antara lain: ukuran dari

eksplan, pengaruh perbedaan tahun, kondisi

pertumbuhan, dan luas pelukaan.

b. Media

Media yang digunakan mengandung garam mineral,

asam amino, gula, vitamin dan hormon tumbuh dan

biasanya ditambahkan agar-agar supaya bahan tanaman

(eksplan) dapat berdiri. Ada pula media cair tanpa

penambahan agar-agar, hal ini dibedakan sesuai dengan

tujuan produk yang akan dicapai.

Page 55: Teknik Persemaian

46

c. Zat pengatur tumbuh (Hormon Tumbuh)

Hormon tumbuh (fitohormon) bermanfaat untuk

memacu terbentuknya jaringan tertentu dari sel-sel kalus

yang belum terdifferensiasi. Dewasa ini dikenal

beberapa golongan zat yang temasuk hormon tumbuh,

yaitu auksin, giberelin, sitokinin, dan inhibitor serta

etilin. Efektifitas hormon tumbuh tergantung jenis dan

konsentrasi yang digunakan. Untuk pembentukan akar

dan perpanjangan tunas dapat digunakan hormon tumbuh

golongan auksin diantaranyan: Indole acetic acid (IAA),

Indole butryric acid (IBA), dan Naphthalena acetic acid

(NAA), 2,4-Dichorophenoxyacetic acid (2,4-D).

Sitokinin termasuk hormon yang dapat menyebabkan

pembelahan sel dan pertumbuhan tunas. Beberapa

senyawa yang termasuk golongan sitokinin diantaranya

adalah: purine, adenine, kinetin, 6-Benzylamino purine

(BA), Zeatin.

Page 56: Teknik Persemaian

47

d. Sarana dan Kondisi lingkungan

Faktor-faktor fisik yang berpengaruh terhadap

keberhasilan kultur jaringan adalah:

1) Cahaya (komposisi dan lama pencahayaan).

setelah proses penanaman di dalam laminar air flow

selesai, seluruh botol kultur ditutup dengan rapat

dengan menggunakan alumunium foil dan

dipindahkan ke ruang kultur dimana suhu dan

pencahayaan harus diatur sedemikian rupa agar

prosesnya pertumbuhan berlangsung dengan

optimum.

2) Temperatur biasanya pada jenis-jenis tropis suhu

dijaga pada 28-29 oc,

3) Kelembaban udara harus dijaga pada ruang

pertumbuhan in vitro.

4) Ketersediaan air, oksigen, carbón dioksida,

5) Semua alat dan bahan yang digunakan harus steril

Sarana harus disterilisasi untuk mematikan

mikroorganisma yang menggangu, media disterilkan

dengan menggunakan autoclaf pada suhu 100 oc dan

tekanan 1 atmosfir selama 1 jam. Sterilisasi eksplan

Page 57: Teknik Persemaian

48

dilakukan dengan cara merendam dengan alkohol,

natrium hypoclorit. Tempat penanaman (laminar air

flow) dilakukan dengan cara menyemprotkan alkohol

70% dan penyinaran dengan lampu uv selama 1 jam.

e. Tahapan pelaksanaan

Bahan tanaman dapat berupa bakal tunas, potongan

daun muda, batang muda disterilisasi menggunakan

alkohol atau larutan NaCl. Kemudian ditanam dalam

media agar-agar. Bakal tunas akan tumbuh beberapa

tunas baru, kemudian disubkultur sebagai bahan

perbanyakan atau disubkultur ke media perakaran.

Sedangkan potongan daun muda atau potongan jaringan

lainnya akan tumbuh kalus, kemudian disub kultur ke

media pembentukan tunas, selanjutnya disubkultur lagi

ke media perakaran.

Media perakan dapat menggunakan media agar-agar

atau media pasir. Tahapan pengakaran tanaman hasil

kultur jaringan pada media pasir dapat dilakukan sesuai

dengan teknik pengakaran stek berukuran kecil (stek

mini).

Page 58: Teknik Persemaian

49

f. Penyapihan dan pemeliharaan

Penyapihan bibit hasil kultur jaringan yang diakarkan

pada media pasir dapat dilakukan sesuai dengan teknik

penyapihan stek.

Penyapihan bibit hasil kultur jaringan yang diakarkan

pada media agar dapat dilakukan dengan cara: bibit

dibersihkan dari media agar dengan air mengalir,

kemudian disapih pada media pasir yang diberi sungkup

selama ± satu bulan. Selanjutnya sungkup dibuka secara

bertahap. Bila bibit sudah dapat menyesuaikan dengan

lingkungan kemudian disapih ke media persemaian.

Tahapan penyapihan dapat dilakukan sesuai dengan

teknik penyapihan stek.

Page 59: Teknik Persemaian

50

IV. PEMELIHARAAN

A. Pemeliharaan

Pemeliharaan persemaian terdiri dari beberapa kegiatan :

1. Penyiraman

Cara penyiraman yang biasa dikerjakan ialah

penyiraman dengan tangan, yaitu

menggunakan gembor, dilakukan 2 kali setiap hari,

pada pagi hari (sekitar pukul 06-08) dan sore hari

(sekitar pukul 15.00-17.00) . Penyiraman harus

dilakukan hati-hati, terutama di bedengan/bak untuk

menghindari agar kecambah yang masih lemah tidak

rusak.

2. Penyiangan

Penyiangan ialah menghilangkan rumput atau

tumbuh-tumbuhanlain (liar) yang tidak diinginkan

tumbuh bersama semai maupun di sela sela polybag.

Tujuannya ialah membebaskan semai dari persaingan

dengan tumbuhan liar dalam hal memperoleh cahaya,

udara, airdan unsur-unsur hara.

Page 60: Teknik Persemaian

51

3. Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada umur 1 bulan setelah

penyapihan dengan menggunakan pupuk NPK, dan

diulang pada umur 2 bulan, dengan dosis 2 gr per

bibit.

4. Pewiwilan

Pewiwilan dilakukan setelah tinggi bibit minimal 20

cm dengan membuang daun-daun tua, kering, busuk,

atau berpenyakit, dan sisakan 3 pasang daun teratas.

5. Pemotongan

Pemotongan akar rutin dilakukan agar akar tidak

keluar dari polybag dan menembus ke dalam tanah.

Pemotongan terakhir minimal 1-2 minggu sebelum

bibit didistribusikan.

6. Jarak

Jarak antar bibit perlu dijarangkan apabila antar bibit

sudah saling bersinggungan atau daunnya saling

menutupi.

7. Penyulaman

Penyulaman apabila ada bibit yang mati atau hampir

seluruh bagian tanaman terserang hama, penyakit.

Page 61: Teknik Persemaian

52

8. Pemberantasan hama dan penyakit

Beberapa jenis hama dan penyakit yang biasa

menyerang bibit di persemaian adalah sebagai berikut :

a. Ulat penggulung daun,

- Disebut demikian karena ulat dewasa

menghubungkan dua sisi daun sehingga daun

menggulung seperti tabung panjang. Tabung

tersebut digunakan untuk tempat tinggalnya

sambil memakan jaringan daun bagian bawah.

Pada gulungan daun tersebut ulat terlindungi oleh

benang-benang sutera serta kotoran.

- Pengendalian menggunakan insektisida berbahan

aktif permetrin dan BPMC atau insektisda hayati

berbahan aktif Bacillus thuringiensis.

Page 62: Teknik Persemaian

53

(Foto : Illa A, 2009)

Gambar 13. Serangan hama penggulung daun

b. Kutu putih

- Dapat menarik fungi embun jelaga yang tumbuh

pada embun madu yang dihasilkannya. Hama ini

pemakan segala tanaman (polifag).

- Kutu mengisap cairan tanaman sehingga tanaman

menjadi lemah dan pertumbuhannya terhambat.

Bahkan kutu daun ini sebagai perantara dari virus

yang menyebabkan daun mengeriting dan

menggulung.

Page 63: Teknik Persemaian

54

- Pengendalian kutu daun dapat menggunakan

insektisida sistemik yang mengandung senyawa

organophospor. Dapat juga menggunakan cuka

kayu (wood venegar) yang dicampur dengan

insektisida hayati berbahan aktif Bacillus

thuringiensis dengan perbandingan (80 : 20),

untuk membuat volume 10 liter diperlukan cuka

kayu 8 x 40 cc = 320 cc sedangkan .

thuringiensisnya 2 x 4 gram = 8 gram.

(Foto : Illa A, 2009)

Gambar 14. Bentuk kutu putih pada daun

Page 64: Teknik Persemaian

55

c. Penyakit embun tepung

- Sangat mudah diketahui karena adanya lapisan

putih seperti tepung di atas permukaan daun atau

bagian tanaman lain yang terserang. Daun-daun

yang terserang hebat mengalami perubahan

bentuk (malformasi) menjadi mengkerut, keriting

atau bergelombang, daun menjadi kering dan

akhirnya rontok sebelum waktunya. Penyebab

penyakit embun tepung adalah fungi Oidium sp.

- Pengendalian dapat dilakukan dengan

menggunakan fungisida berbahan aktif benomil

dan triadimenol.

(Foto : Illa A, 2009)

Gambar 15. Penyakit embun tepung

Page 65: Teknik Persemaian

56

d. Penyakit bercak daun

- gejala diawali dengan munculnya bercak nekrosis

di tepi daun. Penyebab penyakit bercak adalah

fungi Cylindrocladium sp. Fungi mempunyai

hifa bersekat. Hifa membentuk konidiofor yang

pada ujungnya bercabang dan menghasilkan

konidia sebagai spora vegetatif. Konidia

berbentuk silindris dan bersekat. Fungi dapat

membentuk spora yang berdinding tebal yang

disebut klamidospora.

- Pengendalian penyakit dapat menggunakan

fungisida berbahan aktif mankozeb, benomil,

dan belerang atau dapat langsung menggunakan

tepung belerang yang dihembuskan pada

permukaan tanaman yang terserang.

Page 66: Teknik Persemaian

57

(Foto : Illa A, 2009)

Gambar 16.Gejala penyakit bercak daun Cylindrocladiium sp.

Page 67: Teknik Persemaian

58

e. Penyakit virus penggulung daun

- Penyakit ini umumnya menyerang pucuk daun

muda. Gejala dan tanda penyakit sangat jelas

terlihat karena daun yang terserang menggulung

dan memutar atau memilin. Penyakit virus ini

mengakibatkan tanaman pertumbuhannya

terhambat bahkan kerdil. Penyebaran penyakit ini

umumnya oleh kutu daun, bila kutu tersebut

memakan/mingsap tanaman maka virus akan

terbawa dan keluar lagi apabila kutu tersebut

menisap tanaman yang sehat.

- Pengendalian penyakit adalah dengan cara

mengendalikan vektornya (kutu) terlebih dahulu

dengan inseksida. Bila terlihat gejala daun

mengeriting dan menggulung maka segeralah

bagian tersebut dipotong dan dimusnahkan agar

tidak menular.

Page 68: Teknik Persemaian

59

(Foto : lla A, 2009).

Gambar 17. Gejala penyakit yang disebabkan oleh virus

penggulung daun

Page 69: Teknik Persemaian

60

V. AKLIMATISASI DAN PENGANGKUTAN BIBIT

A. Aklimatisasi

Sebelum dipindah ke lapangan, bibit perlu diadaptasi

selama 3-4 minggu untuk menyesuaikan dengan kondisi

di lapangan dengan cara membuka naungan secara

bertahap dari 50 % , 30 % sampai terbuka, mengurangi

penyiraman serta menjarangkan jarak antar bibit.

Page 70: Teknik Persemaian

61

(Foto, Rina dan Dede, 2009)

Gambar 18. Bibit jati yang belum diaklimatisasi (kiri) dan

sudah diaklimatisasi (kanan)

B. Pengangkutan Bibit

Pengangkutan bibit merupakan pekerjaan pemindahan

bibit dari persemaian ke lokasi penanaman.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan

bibit:

Bibit yang akan diangkut terlebih dahulu harus disiram

Jumlahnya harus sesuai dengan tata waktu penanaman

Page 71: Teknik Persemaian

62

Pengangkutan hendaknya dilakukan pagi hari atau sore

hari

Bila perjalanan terlalu lama agar tetap dijaga

kelembabannya

Untuk pengangkutan dalam jumlah banyak dianjurkan

memakai rak

C. Ciri Bibit Yang Baik

Kegiatan terahir dari pembuatan bibit adalah seleksi

bibit sebelum diangkut ke lapangan. Seleksi ini bertujuan

untuk memilih bibit yang baik dan memenuhi syarat untuk

ditanam di lapangan. Ciri bibit yang baik adalah :

- Batang kokoh, berkayu berwarna kecoklatan

- Batang tunggal, tumbuh tegak, antara diameter dan

tinggi tampak seimbang.

- Pucuk sehat, daun segar dan tidak terserang hama atau

penyakit.

- Media porus dan akarnya kuat mengikat media. Jika

bibit dicabut dari polybag maka media dan akar akan

membentuk gumpalan yang utuh (kompak).

Page 72: Teknik Persemaian

63

Supriadi & Valii, (1988) membagi kekompakan media

menjadi 4 kelas seperti yg tercantum dalam Tabel 4.

Tabel 4. Kelas kekompakan media

Kelas kekompakan media

Uraian/pengertian Keterangan

Utuh

Bila bibit dicabut dari potnya/ polybag, media dan akar membentuk gumpalan yang kompak, padat dan utuh 100%

Pilihan utama

Retak

Bila bibit dicabut dari potnya/ polybag, terdapat bagian media yang retak dan media yang terikat/menempel pada akar bibit > 70%.

Pilihan kedua

Patah

Bila bibit dicabut dari potnya/ polybag, terdapat bagian media yang retak dan patah mengelilingi media terbelah dua media yang menempel pada akar 50% - 70%.

Belum siap tanam dan perlu pemeli-haraan lagi di per-semaian

Lepas

Bila bibit dicabut dari potnya/ polybag, terdapat bagian media yang menempel pada akar < 30%.

Belum siap tanam dan perlu pemeli-haraan lagi di per-semaian

Page 73: Teknik Persemaian

64

(Foto : Rina, 2009)

Gambar 19. Contoh Bibit yang Baik

Page 74: Teknik Persemaian

65

IV. ANALISIS BIAYA

A. Biaya Produksi bibit

Bibit tanaman bermutu merupakan salah satu faktor

produksi dari suatu indutri hutan tanaman. Bibit bermutu

dengan harga murah sangat menentukan keberhasilan

dan keutungan suatu usaha penanaman hutan. Untuk

menyediaakan bibit tersebut diperlukan persemaian yang

memadai dan memerlukan biaya cukup besar. Pengadaan

bibit dapat dilakukan melalui persemaian permanen dan

persemaian sementara. Persemaian permanen umumnya

secara fisik berbentuk persemaian modern. Persemaian

ini dapat memproduksi bibit dalam jumlah besar dan

seragam secara serentak, sehingga persemaian ini

bekerja secara mekanis menggunakan peralatan yang

modern. Persemaian sementara biasanya dibangun

dilokasi penanaman. Jangka waktu penggunaan

persemaian ini paling lama 5 tahun, bibit yang dihasilkan

relatif sedikit, banyak menggunakan tenaga kerja

manusia.

Page 75: Teknik Persemaian

66

Kebutuhan biaya persemaian meliputi 1) biaya

bangunan, 2) tenaga kerja, 3) sarana pengairan, 4) benih,

5) media, 6) wadah bibit, dan 7) peralatan lainnya.

1. Bangunan

Pengadaan bangunan persemaian membutuhkan biaya

yang paling besar (Tabel 7). Bangunan persemaian

terdiri atas: lahan, shading house, Kantor, workshop,

gudang, area jemur benih, resovoir air, meja

kecambah, bedengan, meja bibit, pot-tray, peralatan

system irigasi, dan peralatan operasional lainnya.

2. Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja tergantung pada volume dan

tahapan pekerjaan. Jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan dihitung dari kemampuan seseorang untuk

mengerjakan pekerjaan tersebut, misalnya pengisian

polybag :

- Jumlah polybag yang harus diisi 500.000 buah.

- Kemampuan orang mengisi polybag 500 buah/ hari /

orang

- Untuk menyelesaikan 500.000 polybag dibutuhkan

500.000 : 500 =1000 HOK

Page 76: Teknik Persemaian

67

- Apabila pengisian polybag itu harus selesai dalam

25 hari, maka tenaga yang dibutuhkan adalah

1000 : 25 = 50 orang

- Biaya yang dibutuhkan untuk pengisian polybag :

50 orang x 25 hr x upah setempat

3. Sarana pengairan

Penyiraman persemaian sementara (jumlah bibit

kurang dari 50.000) dapat dilakukan dengan gembor.

Sedangkan pada persemaian permanen (jumlah bibit

lebih dari 50.000) dapat digunakan pompa

penyiraman otomatis atau dengan cara sprinkle

(penyiraman lewat sprayer yang dapat berputar seperti

air mancur).

4. Benih

Kebutuhan benih untuk suatu persemaian tergantung

pada beberapa faktor :

a. Jumlah bibit yang akan dihasilkan

b. Persen kecambah benih

c. Persen tumbuh semai

d. Jumlah benih per kg

Page 77: Teknik Persemaian

68

Jumlah benih yang dibutuhkan = -------------- x kg

a x b x c x d

Misal : Bibit yang akan dihasilkan 500.000 bibit

Persen kecambah 80 %

Persen tumbuh 70 %

Jumlah benih per kg 50.000 butir

500.000

Jumlah benih yang dibutuhkan = -------x kg= 17,85 kg

80/100 x 70/100 x 50.000

Biaya untuk pengadaan benih sama dengan jumlah

benih yang dibutuhkan dikalikan dengan harga benih.

5. Media

Umumnya media yang digunakan adalah tanah.

Namun penggunaan tanah yang terus menerus dan

dalam jumlah yang besar akan merusak lingkungan.

Oleh karena itu penggunaan bahan organik sebagai

bahan pencampur tanah sangat dianjurkan. Beberapa

bahan organik yang dapat digunakan sebagai media

pembibitan diantaranya arang sekam padi, serbuk

sabut kelapa,serbuk gergaji dsb. Kandungan hara

beberapa bahan organik yang dapat dijadikan media

persemaian tercantum pada Tabel 5.

Page 78: Teknik Persemaian

69

Tabel 5. Kandungan hara beberapa jenis bahan organik

Media PH

(H2O) C %

N %

P mg/100gr

K mg/100gr

C/N %

Tanah 5,6 3,36 0,33 137 19 10,18

Sabut kelapa 5,9 35,03 1,93 41 182 18,15

Arang sekam padi 7,73 1,5 0,11 26,97 ppm

0,24 13,64

Sabut kelapa + Arang sekam padi

6,4 17,7 0,91 184 39 19,45

Tanah + Sabut kelapa 5,1 4,71 0,24 129 31 19,63

Tanah + Arang sekam padi

5,8 4,69 0,34 136 78 13,79

Tanah + Sabut kelapa + Arang sekam padi

5,9 5,11 0,73 209 106 7,00

Sabut kelapa sawit 5,1 26,55 2,32 1313,4 384,4 11,44

Sekam padi 5,3 19,27 1,82 1558,56 1007,7 10,59

Sabut kelapa sawit + Sekam padi

4,56 34,95 1,78 1418,07 422,2 19,63

Tanah + Sabut kelapa Sawit + Sekam padi

4,57 19,17 1,28 1171,35 170,76 14,98

Serbuk gergaji 5,23 3,99 0,42 19,71 5,09 9,50

Serbuk gergaji + Sabut Kelapa

5,07 32,1 0,58 - - 55,34

Gambut 5,04 4,72 0,5 10,54 10,88 9,44

Gambut + Sabut Kelapa

4,97 9,27 1,03 24,75 21,76 9,00

Gambut + Serbuk gergaji

6,61 5,64 0,48 29,8 18,52 11,75

Sumber : Hendromono, 1994; Durahim dan Hendromino,

2001; Kurniaty et al, 2006

Page 79: Teknik Persemaian

70

Biaya pembuatan media dari beberapa bahan organik

tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Biaya dan berat media dari beberapa macam

bahan organik

Media

Ukuran 14 x 20 cm

Ukuran 10 x 15 cm

Biaya (Rp)

Berat (gr)

Biaya (Rp)

Berat (gr)

Tanah 223,5 807 82 296

Sabut kalapa 274 435 92 146

Arang sekam padi + sabut kalapa (1:1,v/v)

303 426 87,5 123

Tanah+sabut kalapa (1:1,v/v) 367,5 724 95 187

Tanah + arang skm padi (1:1,v/v) 272 650 82 196

Tanah+sabut kelapa+arang sekam padi ( 1:1:1, v/v)

206,5 576 68,5 191

Sumber : Kurniaty dkk, 2006

6. Wadah bibit

Ada beberpa macam wadah bibit yang dapat

digunakan, diantaranya adalah polybag dan polytube.

Jumlah dan biaya yang dibutuhkan dari masing

masing wadah bibit dapat dihitung sebagai berikut :

a. Kantong plastik/polybag

N + (N x Ns)

Jumlah polybag yang dibutuhkan =--------x kg

Jumlah polybag/kg

Page 80: Teknik Persemaian

71

N = Jumlah bibit yang harus dihasilkan

Ns = persen kerusakan polybag

Misal : Jumlah bibit yang harus dihasilkan 500.000 bibit

Persen kerusakan polybag 10 %

Jumlah polybag per kg 500 lembar

500.000 + (500.000x10/100)

Jumlah polybag yang dibutuhkan = -----x kg = 1100 kg

500

Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan polybag =

1100 x harga polybag

b. Polytube

Harga Polytube ukuran 5 x 5 cm (45 tube per tray) :

Rp 135.000

Apabila bibit yang harus dihasilkan 500.000 batang,

Diperlukan 500.000/45 = 11.111 tray,

Biaya yang dibutuhkan untuk 500.000 bibit adalah

11.111 x Rp 135.000= Rp 1.499.985.000

7. Peralatan lainnya

Biaya pengadaan peralatan berupa cangkul, sabit,

ayakan, ember, gerobak, sapu lidi, gembor, sprayer

dan sebagainya tergantung lokasi persemaian tersebut.

Page 81: Teknik Persemaian

72

B. Contoh Analisis biaya persemaian

1. Persemaian permanen

Biaya persemaian permanen seluas satu hektar

memerlukan biaya bangunan Rp. 7,326,700,000,

dengan waktu penggunaan selama 10 tahun (Tabel

7), sehingga setiap tahun terhitung sebesar Rp.

1,427,290,000,-. Biaya operasional tetap Rp.

209,300,000 per tahun (Tabel 8), dan biaya

opreasional tidak tetap Rp. 85,100,000,- per tahun

(Tabel 9). Dengan demikian biaya per tahun sebesar

Rp. 1,721,690,000,-. Jumlah ini berdasarkan satuan

harga tahun 2010 (Subiakto, 2010).

Tabel 7. Biaya bangunan

Kelompok Biaya Investasi

Unit Jumlah Harga/unit Biaya (Rp) Umur (TH)

Biaya/Tahun

1 Pengadaan lahan

Ha 1 - - - -

2 Shading house (15 x 10 m)

Unit 1 135.000.000

135.000.000

10

13.500.000

3 Kantor (5 x 10 m)

Unit 1 45.000.000

45.000.000

10

4.500.000

4 Workshop (5 x 10 m)

Unit 1 45.000.000

45.000.000

10

4.500.000

5 Gudang (5 x 10 m)

Unit 1 45.000.000

45.000.000

10

4.500.000

6 Area jemur biji (15 x 20 m)

Unit 1 18.000.000

18.000.000

10

1.800.000

7 Reservoir air (15 x 20 m)

Unit 1 60.000.000

60.000.000

10

6.000.000

8 Meja kecambah Buah 30

Page 82: Teknik Persemaian

73

Kelompok Biaya Investasi

Unit Jumlah Harga/unit Biaya (Rp) Umur (TH)

Biaya/Tahun

700.000 21.000.000 5 4.200.000

9 Bak kecambah Buah 360 30.000

10.800.000

2

5.400.000

10 Bahan konstruksi persemaian

m2 7500 300.000

2.250.000.000

10

225.000.000

11 Upah konstruksi persemaian

m2 7500 30.000

65.000.000

10

6.500.000

12 Batu split Truk 190 900.000

171.000.000

5

34.200.000

13 Meja bibit Buah 1176 700.000

823.200.000

5

164.640.000

14 Pot-tray isi 45 tube

Set 23,520

135.000

3.175.200.000

4

793.800.000

15 Peralatan sistim irigasi

Unit 1 80.000.000

80.000.000

4

20.000.000

16 Upah pemasangan sistim irigasi

Unit/ha 1 25.000.000

25.000.000

4

6.250.000

17 Konstruksi jalan & parkir

m2 2000 150.000

300.000.000

3

100.000.000

18 Shading net meter 7500 5.000

37.500.000

3

12.500.000

19 Peralatan operasional

Unit 1 20.000.000

20.000.000

1

20.000.000

Jumlah biaya Investasi

7.326.700.000 1.427.290.000

Tabel 8. Biaya operasional tetap

No. Jenis Unit Jumlah upah/bulan bulan total gaji/upah

1 Gaji

- Supervisor Orang 1 2.500.000 12 30.000.000

- Staf adminisrasi Orang 1 800.000 12 9.600.000

- Teknisi Orang 16 800.000 12 53.600.000

2 Kesejahteraan -

- Supervisor Orang 1 2.500.000 1

Page 83: Teknik Persemaian

74

No. Jenis Unit Jumlah upah/bulan bulan total gaji/upah

2.500.000

- Staf administrasi Orang 1 800.000 1 800.000

- Teknisi Orang 16 800.000 1 12.800.000

Jumlah biaya tetap

209.300.000

Tabel 9. Biaya operasional tidak tetap

No. Jenis satuan Volume Harga Total

harga

Biaya per

tahun

1 Kompos (optional) ton 40 1.000.000 40.000.000 40.000.000

2 Benih paket 2 2.000.000 4.000.000 4.000.000

3 Pupuk (3 gr/bibit) Kg 1100 5.000 5.500.000 5.500.000

4 Listrik Kwatt 2.400.000

5 Sekam padi ton 40 200.000 8.000.000 8.000.000

6 Air M3 9.000.000

7 Administrasi 7.200.000

8 top-soil Ton 20 150.000 3.000.000 3.000.000

9 Transportasi 6.000.000

Jumlah biaya tidak tetap 85.100.000

Page 84: Teknik Persemaian

75

Besarnya harga dasar bibit setiap satuan bibit dapat

ditentukan oleh banyaknya bibit yang diproduksi.

Besarnya jumlah bibit yang dihasilkan tergantung pada

ukuran bibit yang dihasilkan. Satuan harga bibit

ditentukan oleh ukuran wadah media semai. Contoh

biaya investasi pembibitan seluas satu hektar (Subiakto,

2010) :

a. Wadah bibit : Polytube ukuran 5 x 5 cm (45 tube/tray)

Jumlah bibit : 1176 meja x 20 tray x 45 tube =

1.058.400 bibit

Tabel 10. Biaya produksi bibit untuk polytube ukuran

5 x 5 cm

1 Biaya Investasi Rp 1.427.290.000

2 Biaya operasional tetap Rp 209.300.000

3 Biaya opersional tidak tetap Rp 85.100.000

Total biaya Rp 1.721.690.000

Produksi bibit Bibit 1.058.400

Biaya produksi per satuan bibit Rp 1.626,69

b. Wadah bibit : Polytube ukuran 3,5 x 3,5 cm (80

tube/tray)

Jumlah bibit per Ha : 1.176 meja x 20 tray x 80 tubes

= 1.881.600 bibit

Page 85: Teknik Persemaian

76

Tabel 11. Biaya produksi bibit untuk polytube ukuran

3,5 x 3,5 cm

1 Biaya Investasi Rp 1.809.490.000

2 Biaya operasional tetap Rp 302.900.000

3 Biaya opersional tidak tetap Rp 158.800.000

Total biaya Rp 2.271.190.000

Produksi bibit Bibit 1.881.600

Biaya produksi per satuan bibit Rp 1.207,05

c. Wadah bibit : Polytube ukuran 9 x 9 cm (15 tube/tray)

Jumlah bibit : 1176 meja x 20 tray x 15 tube =

352.800 bibit

Tabel 12. Biaya produksi bibit untuk ukuran polytube

9 x 9 cm

1 Biaya Investasi Rp 1.068.610.000

2 Biaya operasional tetap Rp 146.900.000

3 Biaya opersional tidak tetap Rp 98.340.000

Total biaya Rp 1.313.850.000

Produksi bibit Bibit 52.800

Biaya produksi per satuan bibit Rp 3.724,06

2. Persemaian Sementara

Persemaian sementara umumnya dibangun di lokasi

penanaman. Persemaian sementara dibangun

menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lokasi.

Page 86: Teknik Persemaian

77

Setiap hektar dapat dibuat 1.176 bedeng. Bila

menggunakan wadah bibit dengan polybag ukuran 15 x

20 cm dapat menghasilkan 300 bibit/bedeng. Dengan

demikian jumlah produksi bibit per hektar sebanyak :

1176 bedeng x 300 kantong = 352.800 bibit. Biaya

persemaian sementara hanya terdiri atas biaya tidak tetap

(Tabel 13).

Tabel 13. Biaya produksi bibit pada persemaian

sementara No. Jenis Satuan Vol Harga Total harga Umur Biaya per

tahun (Rp)

1 Kompos (optional)

Ton 36 1.000.000

36.000.000 - 36.000.000

2 Benih paket 1 2.000.000

2.000.000 2.000.000

3 Pupuk (3 gr/ bibit)

Kg 1100

5.000 5.500.000 - 5.500.000

4 Polybag Kg 1176

15.000 17.640.000 - 17.640.000

5 Sekam padi

Ton 36 200.000 7.200.000 - 7.200.000

6 Top-soil Ton 36 150.000 5.400.000 5.400.000

7 Shading net

Meter 7500

5.000 37.500.000 3 12.500.000

8 Bambu Batang 500 10.000 5.000.000 5.000.000

9 Lain2 2.000.000

Jumlah 93.240.000

Biaya per Bibit 264.29

Page 87: Teknik Persemaian

78

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2008. Nyamplung (Calophyllum

inophyllum). Sumber Energi Biofuel Yang

Potensial. Badan Penelitian Dan Pengembangan

Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Djam’an, F.D.; Danu, A.A. Pramono. 2003. Kajian

Kriteria perbanyakan tanaman hutan secara

vegetatif. Balai Litbang Teknologi Perbenihan.

Bogor.

Durahim dan Hendromono. 2001. Kemungkinan

Penggunaan Limbah Organik Sabut Kelapa Sawit

dan Sekam Padi Sebagai Campuran Top Soil

Untuk Mikoriza Pertumbuhan Bibit Mahoni

(Swietenia macrophylla King). Buletin Penelitian

Hutan no.628.Hal.13-26.

Hartmann, H.T., Kester, D.E. and Davies, Jr.F.T. 1990.

Plant Propagation, Principles and Practices. Fifth

edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey.

Hendromono.1994. Pengaruh Media Organik dan

Tanah Mineral Terhadap Mutu Bibit Pterygota

alata Roxb. Buletin Penelitian Hutan no.617 : 55-

64.

Kurniaty, R. Budi Budiman dan Made Suartana. 2006.

Teknik Pembibitan Tanaman Hutan Secara

Generatif. Laporan Hasil Penelitian (LHP). Balai

Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Perbenihan Bogor.

Longman, K. A. 1993. Rooting Cuttings of Tropical

Trees. Tropical Trees: Propagation and Planting

Page 88: Teknik Persemaian

79

Manuals. Vol I. Commonwealth Science Council.

London.

Nugroho A. dan H. Sugito. 2002. Pedoman Pelaksanan

Teknik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya.

Cetakan IV. Jakarta.

Pierik. R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants.

Martinus Nijhoff Publisher. Dordrecht.

Netherlands.

Pramono, A. A. 2003. Produksi Bibit Benuang

(Octomeles Sumatrana ) dari Stek. Leaflet. Balai

Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor.

Pramono, A.A., Danu, H.D.P. Kartiko. 2002. Rumah

Perakaran Stek ADH-1: Teknik Pembuatan,

Kondisi Lingkungan dan Perakaran Stek Yang

Dihasilkan. Tekno Benih Vol 7 (1): 46-52. balai

Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Perbemihan. Bogor.

Rahardja, P.C. 1988. Kultur Jaringan: Teknik

Perbanyakan Tanaman Secara Moderen. Penebar

Swadaya. Cetakan II. Jakarta.

Rusmana dan Danu, 2012. Teknik Produksi Bibit

Tanaman Kehutanan. Materi Pelatihan Persemaian.

Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru.

Shakai, C. Y Yamamoto, Hendromono, D Prameswari,

A Subiakto. 1995. Sistem Pendingin Dengan

Pengkabutan Pada Pembiakan Vegetatif

Dipterocarpaceae. Buletin Penelitian Hutan No.

588. Bogor

Subiakto, A. 2010. Analisa biaya Pembuatan Persemaian

Modern. Bahan Rapat Persemaian Modern.

Page 89: Teknik Persemaian

80

Supriadi G & Vall, I. 1988. Manual Persemaian

ATA- 267. Balai Teknologi Reboisasi

Banjarbaru. Penerbitan No. 52.

Tolkamp dan Leppe, 2002. Pembangunan Kebun

Pangkas. Manual Persemaian Dipterocarpaceae.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen

Kehutanan - Tropenbos International – SFMF

(GTZ) – APHI - IFSP (Danida). Jakarta.

Wudianto, R. 1999. Membuat Setek, Cangkok dan

Okulasi. Penebar Swadaya. Cetakan XIII. Jakarta.

Yasman, I. dan W.T.M. Smits, 1988. Metoda Pembuatan

Stek Dipterocarpaceae. Edisi Khusus (03). Balai

Penelitian Kehutanan. Samarinda.