acara ii syita

29
ACARA II KIMIA LIPIDA A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum : - Identifikasi senyawa dengan menggunakan Grease spot test. - Identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan penyabunan. - Identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan asam. - Identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan peroksida. 2. Hari,Tanggal Praktikum : Senin, 12 November 2012 3. Tempat Praktikum : Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Mataram. B. LANDASAN TEORI Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24; asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang yang menyebabkan kebanyakan lipida bersifat tidak larut di dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. Asam lemak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam

Upload: masyita-balafif

Post on 12-Aug-2015

162 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Acara II Syita

ACARA II

KIMIA LIPIDA

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan Praktikum :

- Identifikasi senyawa dengan menggunakan Grease spot test.

- Identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan penyabunan.

- Identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan asam.

- Identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan peroksida.

2. Hari,Tanggal Praktikum :

Senin, 12 November 2012

3. Tempat Praktikum :

Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon

dari 4 sampai 24; asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon non

polar yang panjang yang menyebabkan kebanyakan lipida bersifat tidak larut di dalam air

dan tampak berminyak atau berlemak. Asam lemak terdapat secara bebas atau berbentuk

tunggal di dalam sel atau jaringan. Tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara

kovalen pada berbagai kelas lipida yang berbeda, asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan

ini oleh hidrolisis kimia atau enzimatis (Lehninger, 2008: 341-343).

Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada

rantai karbonnya, mempunyai rantai zig zag yang dapat cocok satu sama lain sehingga

gaya tarik vanderwaals tinggi dan biasanya berwujud padat. Sedangkan asam lemak tidak

jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai

hidrokarbonnya. Asam lemak dengan lebih dari satu ikatan atau dua tidak lazim, terutama

terdapat pada minyak nabati, minyak ini disebut poliunsaturate (trigliserida tidak jenuh

ganda) cenderung berbentuk minyak (Fessenden, 2010 : 231).

Page 2: Acara II Syita

Lemak yang dimaksud disini adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol.

Gliserol adalah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. jadi tiap atom

karbonmempunyai gugus –OH. Suatu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga

molekul asamlemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida,atau

trigliserida. Lemak padahewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,

sedangkan lemak yang berasal daritumbuhan berupa zat cair. Lemak yang mempunyai

titik lebur tinggi mengandung asam lemakcair atau yang biasa disebut minyak

mengandung asam lemak tak jenuh. Lemak hewan dantumbuhan mempunyai susunan

asam lemak yang berbeda-beda. Untuk menentukan derajatketidak jenuhan asam lemak

yang terkandung didalamnya diukur dengan bilangan iodium.Minyak kelapa sawit

mengandung asam lemak tidak jenuh dan dengan proses hidrogenasi iniakan terjadi lemak

padat. Ini adalah salah satu proses pada pembuatan margarin dan minyakkelapa sawit

(Poedjiadi, 2007:59).

Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan

lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut

dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter, kloroform, benzena dan hidrokarbon

lainnya lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan diatas karena lemak

dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut (Herlina, 2002 : 1).

Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan

minyak pada daging buah kelapa tua adalah 34,7%, minyak kelapa digunakan sebagai

bahan baku industri atau sebagai minyak goreng. Minyak kelapa diperoleh dari daging

buah kelapa segar. Proses untuk membuat minyak kelapa dari daging buah kelapa segar

dikenal dengan proses basah karena pada proses ini ditambahkan air untuk mengekstraksi

minyak (Tarwiyah, 2001:56).

Penggunaan minyak berkali – kali dengan suhu penggorengan yang cukup tinggi

akan mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap atau berbusa dan meningkatkan warna

coklat serta flavour yang tidak disukai pada bahan makanan yang digoreng. Kerusakan minyak

goreng yang berlangsung selama penggorengan akan menurunkan nilai gizi dan mutu bahan

yang digoreng. Namun jika minyak goreng bekas tersebut dibuang selain tidak ekonomis juga

akan mencemari lingkungan (Suirtha, 2009).

Minyak jelantah adalah miyak goreng bekas pakai. Minyak goreng, dimana

selama proses penggorengannya dan selanjutnya menjadi minyak jelantah, banyak

Page 3: Acara II Syita

membentuki senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik dan biasanya juga banyak

mengandung zat-zat pengotor yaitu sisa-sisa hasil gorengan, kadar air serta asam lemak

bebas (ALB) yang tinggi. Bila ditinjau dari komposisinya, minyak jelantah mengandung

senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan

(Kahar, 2009).

Minyak jelantah adalah miyak goreng bekas pakai. Minyak goreng, dimana

selama proses penggorengannya dan selanjutnya menjadi minyak jelantah, banyak

membentuk senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik dan biasanya juga banyak

mengandung zat-zat pengotor yaitu sisa-sisa hasil gorengan, kadar air serta asam lemak

bebas (ALB) yang tinggi. Bila ditinjau dari komposisinya, minyak jelantah mengandung

senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan.

Dalam cairan yang mengandung asam lemak dikenal peristiwa “tengik”. Bau yang khas ini

disebabkan karena adanya senyawa campuran asam keto dan asam hidroksiketo yang

berasal dari dekomposisi asam lemak yang terdapat dalam cairan itu. Sampai sekarang

reaksi menjadi tengik dikenal sebagai reaksi asam lemak tak jenuh (Martoharsono,

2006:59).

Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan

dinyatakan dengan mg basa per 1 gr minyak. Bilangan asam merupakan parameter yang

penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam

lemak bebas yang ada dalam minyak akibat reaksi hidrolisis akibat reaksi kimia,

pemanasan, proses fisika, atau rewaksi enzimatis (Admin, 2009).

Bilangan peroksida didefinisikan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap

1000 g (1kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan

lemak atau minyak (Saifudin, 2008).

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau gliserol, kedua istilah ini berarti

“trister (dari) gliserol”. Perbedaan suatu minyak dan lemak bersifat sembarang. Pada

temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar

gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan

cenderung berupa minyak. Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak

atau minyak, yang disebut asam lemak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang

dan tak bercabang . Lemak diklasifikasikan berdasarkan panjang rantai karbon yang

dimilikinya. Hampir dua per tiga dari kandungan minyak kelapa merupakan asam lemak

Page 4: Acara II Syita

yang berantai karbon sedang. Hampir 50% dan asam lemak yang terkandung dalam

minyak kelapa adalah golongan lauric acid (Setiabudi, 2004).

Minyak dan lemak terdiri atas trigliserida campuran, yang merupakan ester dari

gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak dan lemak dapat diperoleh dari hewan

maupun tumbuhan. Minyak nabati terdapat dalam buah-buahan, kacang-kacangan, biji-

bijian, akar tanaman, dan sayuran. Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, bergantung

pada komposisi asam lemak yang menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati berbentuk

cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh, sedangkan lemak hewani pada

umumnya berbentuk padat pada suhu kamar karena banyak mengandung asam lemak

jenuh (Hartono, 2006).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat-Alat Praktikum

Corong kaca

Erlenmeyer 100 mL

Erlenmeyer 250 mL

Gelas ukur 100 mL

Timbangan analitik

Pipet tetes

Gelas arloji

Labu alas bundar 500 mL

Pipet volume 25 mL

Statif

Klem

Buret 50 mL

Heat mantel

Kondensor

Rubber bulb

Hot plate

2. Bahan-Bahan Praktikum

Minyak goreng baru

Minyak goreng bekas

Page 5: Acara II Syita

Larutan KOH 0,5 N

Larutan dietil eter

Larutan Alkohol 95%

Indikator PP

Larutan HCl 1 N

Larutan asam asetat glasial : kloroform (3:2)

Larutan KI jenuh

Larutan Na2S2O3 0,1N

Indikator amilum

Aquades

Kertas saring

Kertas label

D. SKEMA KERJA

1. Analisa Kualitatif Lipida

Grease Spot Test (Tes noda Lemak)

o Dituangkan dalam gelas arloji

o + dietil eter

o Dikocok

o Diuapkan eternya

o Diusapkan gelas arloji dengan kertas saring

2. Analisa Kuantitatif Lipida

Hasil

Minyak goreng

Page 6: Acara II Syita

Hasil

Penentuan Bilangan Penyabunan

o Dimasukkan dalam erlenmeyer

o +50 mL KOH 0,5 N dalam etanol

o Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin

tegak (refluks)

o Minyak dididihkan dengan penangas sampai

semua minyak tersabunkan.

o Didinginkan

o + indikator PP

o Dititrasi dengan larutan standar HCl 1 N

Penentuan Angka Peroksida

o Dimasukkan dalam erlenmeyer

o + 30 mL larutan asam asetat glasial :

cloroform (3:2)

o Digoyangkan sampai bahan terlarut

sempurna.

o +0,5 mL larutan KI jenuh

o Dididiamkan selama 20 menit,sesekali

digoyangkan

o Dititrasi dengan larutan Na2S2O3.5H2O 0,1N

Larutan sabun yang bebas dari butiran lemak

Hasil

4 gr Minyak goreng

Hasil

0,5 gr Minyak goreng

Page 7: Acara II Syita

o 3 tetes amilum

o Dititrasi dengan larutan Na2S2O3.5H2O 0,1N

Penentuan Bilangan Asam

o Dimasukkan dalam erlenmeyer

o + 50 alkohol 95%

o Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin

tegak(refluks)

o Δ

o Digojok kuat untuk melarutkan asam lemak

bebasnya

o Didinginkan

o + indikator PP

o Dititrasi dengan larutan standar KOH 0,5 N

(Diulangi semua langkah-langkah diatas untuk minyak bekas)

Pembuatan Larutan blanko

o + 3 tetes Indikator PP

o Dititrasi dengan HCl 1M

Hasil

Hasil

20 gr Minyak goreng

Hasil

Hasil

20 ml KOH 0,5 N

Page 8: Acara II Syita

E. HASIL PENGAMATAN

1. Greas Spot Tets (Tes Noda Lemak)

Langkah kerjaHasil Pengamatan

Minyak Baru Minyak Tengik

Minyak goreng +

dietil eter, kemudian

dikocok dan

dituangkan dalam

gelas arloji (hasil).

Hasil diusapkan

dengan kertas saring.

Minyak baru berwarna

kuning setelah di

tambahkan dietil eter

menjadi lebih bening.

Semakin mengental dan

kertas saring menjadi

transparan, dan

penyebarannya lebih cepat

dibanding minyak bekas

Minyak tengik berwarna

kecoklatan setelah di

tambahkan dietil eter

menjadi lebih kuning

Mengental dan kertas

saring menjadi transparan,

dan penyebarannya lebih

lama dibanding minyak

baru.

2. Penentuan Bilangan Penyabunan

Langkah kerjaHasil Pengamatan

Minyak Baru Minyak Tengik

Minyak goreng +

KOH 0,5N dalam

etanol, kemudian

dihubungkan dengan

pendingin tegak

(hasil).

Hasil didinginkan

+ indikator PP

dititrasi dengan HCl

0,5N

- Setelah ditambahkan KOH

dan dihubungkan dengan

pendingin tegak warna

larutan putih susu.

- Warnanya menjadi kuning

kecoklatan dan berbusa

- Larutan menjadi krem

kecoklatan

- larutan menjadi pink

muda

Volume titrasi = 18 mL.

- Setelah ditambahkan KOH

dan dihubungkan dengan

pendingin tegak warna

larutan putih susu

kekuning-kuningan.

- Warnanya menjadi krem

keruh dan berbusa

- Larutan menjadi pink

kecoklatan

- Larutan menjadi pink

muda.

Volume titrasi = 21 mL.

Volume titrasi blanko : 22 mL

Penentuan Angka Peroksida

Page 9: Acara II Syita

Langkah kerjaHasil Pengamatan

Minyak Baru Minyak Tengik

Minyak goreng + asam

asetat glasial :

kloroform (3:2)

+ KI jenuh

Hasil didiamkan 30

menit + 30 mL aquades

+ 3 tetes amilum dan

dititrasi dengan

Na2S2O3 0,1N

- larutan menjadi kuning

bening

- Tetap kuning bening.

- terbentuk 2 fase : kuning

keruh (bawah) dan bening

kuning (atas) dan lebih

kental

- terbentuk 2 fase : bening

(atas) dan bening

ngegumpal (bawah).

- Volume titrasi : 0,6 mL.

- larutan menjadi kuning

- Larutan etap kunig

- terbentuk 2 fase : kuning

keruh (atas) dan keruh

kecoklatan ngegumpal

(bawah)

- terbentuk 2 fase :bening

(atas) dan kuning bening

ngegumpal (bawah)

- Volume titrasi : 4 mL

Penentuan Bilangan Asam

Langkah kerjaHasil Pengamatan

Minyak Baru Minyak Tengik

Minyak goreng +

alkohol 95%

dihubungkan dengan

pendingin tegak dan Δ

serta digojok dengan

kuat (hasil)

hasil didinginkan +

indikator PP dan

dititrasi dengan KOH

0,1N

- Larut dan berwarna

kuning bening

- terbentuk 2 lapisan :

bening (atas) dan krem

kekuningan (bawah) dan

setelah direfluks larutan

bewarna kuning keruh.

- Setelah ditambahnkan pp

warnanya tetap dan

setelah dititrasi warna

larutan menjadi pink.

- Volume titrasi : 2 mL.

- Larut dan berwarna kuning

bening

- terbentuk 2 lapisan : kuning

(atas) dan fase minyak

dibawah setelah direfluks

larutan menjadi homongen

berwarna seperti teh.

- Setelah ditambahnkan pp

warnanya tetap dan setelah

dititrasi warna larutan

menjadi pink.

- Volume titrasi : 0,5 mL.

Page 10: Acara II Syita

F. ANALISIS DATA

1. Persamaan Reaksi

a. Grease spot test

Minyak + eter melarut dan menguap

CH3-O-CH3 + O2 2CO2 + 3H2O

b. Bilangan penyabunan

CH2COOR3

CHCOOR2

CH2COOR1

3KOH

CH2OH

CH2OH R1COOK

R2COOK

R3COOK

+

Trigliserida

CHOH +

gliserol garam asam lemak

R COOH + KOH R COOK + H2O

Asam lemak Sabun

Minyak + KOH pemanasangliserol + Kalium stearat + H2O↑

3CH2O2C(CH2)16CH3 + 3 KOH pemanasan3 CH2OH + 3 CH3(CH2)16CO2

-

K+↓(sabun)

KOH(aq) + HCl(aq) KCl(aq)+ H2O(l)

c. Bilangan asam

CH2 COOH(CH2)16CH3

CH COOH(CH2)16CH2

CH2 COOH(CH2)16CH3

+ 3CH2OH

CH2OC2H5

CHOC2H5

CH2OC2H5

+ 3CH3(CH2)16COOH

Minyak Etanol Trigliserida Asam lemak

Pada saat titrasi

CH3(CH2)16COOH + KOH CH2 (CH2)16 COO - K++ H2O

Page 11: Acara II Syita

d. Bilangan peroksida

CH3CH2CHCOOH + O2 CH3CH2COOCH2COOH Asam lemak tak peroksida Jenuh

I3 + amilum → kompleks I

3 amilum (ungu)

I2 + 2S2O2

3 → 2I + 3S4O

26

Minyak + kloroform melarut

2I- + Cl2 I2 + 2 Cl-

I2 + 5Cl2 + 6H2O 2IO-+10 Cl- + 12 H+

I2 + Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6

2. Perhitungan

a. Bilangan penyabunan

Minyak goreng baru

Diketahui : VHCl untuk titrasi blanko = 22 mL

VHCl untuk titrasi contoh = 18 mL

Berat minyak goreng = 4 gr

Ditanya : Bilangan penyabunan = ...?

Dijawab :

Bilangan penyabunan =

)(min

5,2821

gramyakBerat

xVV

=(22−18 ) x28,5

4

= 28,5 ml /gram

Minyak goreng bekas

Diketahui : VHCl untuk titrasi blanko = 22 mL

VHCl untuk titrasi contoh = 21 mL

Berat minyak goreng = 4 gr

Ditanya : Bilangan penyabunan = ...?

Dijawab :

Page 12: Acara II Syita

Bilangan penyabunan =

)(min

5,2821

gramyakBerat

xVV

=(22−21 ) x28,5

4

= 7,125 mL/gram

b. Bilangan peroksida

Minyak goreng baru

Diketahui : Berat minyak goreng = 0,5 gr

322 OSNaV= 0,6 ml

322 OSNaN= 0,1 N

Ditanya : bilangan peroksida = ...?

Dijawab :

Bilangan peroksida= )(min

1000322322

gryakBerat

xxNV OSNaOSNa

=0,6 x0,1 x1000

0,5

= 120 mL. N/ gram

Minyak goreng bekas

Diketahui : Berat minyak goreng = 0,5 gr

322 OSNaV= 4 ml

322 OSNaN= 0,1 N

Ditanya : bilangan peroksida = ...?

Dijawab :

Bilangan peroksida= )(min

1000322322

gryakBerat

xxNV OSNaOSNa

= 4 x 0,1 x 1000

0,5

= 800 mL. N/ gram

Page 13: Acara II Syita

c. Bilangan asam

Minyak goreng baru

Diketahui : Berat minyak goreng = 20 gr

VKOH = 2 ml

NKOH = 0,5 N

Ditanya : Bilangan asam = .....?

Dijawab : Bilangan asam = )(min

1,56

gryakBerat

xmlKOHxNKOH

= 2 x 0,5 x56,1

20

= 2,805 mL/gram

Minyak goreng bekas

Diketahui : Berat minyak goreng = 20 gr

VKOH = 0,5 ml

NKOH = 0,5 N

Ditanya : Bilangan asam = .....?

Dijawab : Bilangan asam = )(min

1,56

gryakberat

xmlKOHxNKOH

= 0,5 x0,5 x56,1

20

= 0,70125 mL/gram

d. Bilangan ester

Minyak goreng baru

Diketahui : Bilangan penyabunan = 28,5 mL/gram

Bilangan asam = 2,805 mL/gram

Ditanya : Bilangan ester = ....?

Dijawab :

Bilangan ester = Bilangan penyabunan – Bilangan asam

= 28,5 mL/gram – 2,805 mL/gram

= 25,695 mL/gram

Minyak goreng bekas

Diketahui : Bilangan penyabunan = 7,125 mL/gram

Page 14: Acara II Syita

Bilangan asam = 0,70125 mL/gram

Ditanya : Bilangan ester = ....?

Dijawab :

Bilangan ester = Bilangan penyabunan – Bilangan asam

= 7,125 mL/gram – 0,70125 mL/gram

= 6,424 mL/gram

G. PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini, dilakukan analisis lipida baik secara kualitatif maupun

kuantitatif. Analisis kualitatif lipida terdiri dari 2 pengujian yakni tes noda lemak (Grease

spot test) dan uji gliserol. Sedangkan analisis kuantitatif lipida meliputi penentuan

bilangan penyabunan, bilangan asam, dan bilangan peroksida.

Percobaan pertama yaitu menganalisis senyawa lipida dengan metode grease spot

test (tes noda lemak). Metode ini merupakan tes sederhana bagi lipid. Pada minyak bekas

dan minyak baru, ditambahkan dengan pelarut eter untuk melarutkan minyak. Sifat

minyak tidak dapat larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi dapat larut dalam pelarut

semi atau non polar seperti pelarut organic berupa eter. Hal ini menunjukkan bahwa

minyak bersifat non polar, sesuai dengan pernyataan like dissolve like bahwa suatu larutan

yang bersifat polar akan larut dalam larutan yang polar begitu pula larutan yang non polar

akan larut dalam larutan non polar (Bresnick, 2003 ). Penggunaan eter dalam uji ini adalah

untuk melarutkan zat-zat selain lemak yang terkandung dalam zat yang akan diselidiki

pada praktikum. Zat-zat selain lemak tersebut akan menguap secara cepat bersama eter.

Zat-zat tersebut perlu dihilangkan agar tidak mengganggu jalannya reaksi (Winarno,

1999). Maka dari itu, dilakukan penguapan eter dengan cara meletakkan minyak tersebut

di gelas arloji untuk memperbesar area penguapan, sehingga eter dapat menguap dengan

lebih cepat.

Setelah didiamkan, tidak terlihat ada perubahan baik pada minyak baru maupun

minyak bekas. Langkah selanjutnya yaitu diusapkan kertas saring pada sedikit minyak

yang eternya sudah teruapkan. Kertas saring terbuat dari serat selulosa yang mampu

membentuk pori-pori yang sangat kecil sehingga cukup sukar ditembus cahaya. Tetapi bila

selulosa berikatan dengan partikel lemak, pori-pori tersebut akan meregang sehingga

kertas menjadi lebih mudah ditembus cahaya dan tampak transparan (Sudibyo, 1986).

Page 15: Acara II Syita

Hasilnya diperoleh pada minyak baru tampak noda berwarna agak kuning sedangkan pada

minyak bekas nodanya berwarna kuning mengental, dan keduanya menghasilkan kertas

saring yang tampak transparan. Hal ini menandakan bahwa minyak tersebut mengandung

gliserol yang merupakan hasil hidrolisa dari minyak.

Pada minyak bekas terdapatnya gliserol dikarenakan minyak bekas telah

dilakukan pemanasan sehingga trigeliseridanya berkurang dengan kadar gliserol dan asam

lemaknya bertambah. Pada minyak baru, adanya gliserol disebabkan oleh adanya air

dalam minyak, walaupun dalam jumlah yang sedikit dan dapat menghidrolisa minyak

menjadi gliserol dan asam lemak. Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi

asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan kerusakan

minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa air dapat menurunkan kualitas minyak, karena air pada

minyak dapat dijadikan media bagi mikroorganisme untuk tumbuh (Suasti, 2009).

Percobaan selanjutnya mengenai analisis kuantitatif lipida. Analisis pertama

adalah identifikasi kualitas minyak dengan penentuan bilangan penyabunan. Angka atau

bilangan penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak

yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat

molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya

bila minyak mempunyai berat molekul yang besar ,maka angka penyabunan relatif kecil.

Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk

menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Dalam hal ini KOH berfungsi untuk

melarutkan asam lemak hasil hidrolisa dan mempermudah reaksi

dengan basa sehingga terbentuk sabun KOH akan memutuskan ikatan lemak

menjadi suatu gliserol dan garam dari asam-asam lemaknya (Ketaren, 1986).

Perlakuan dalam menentukan bilangan penyabunan pada minyak baru dan

minyak bekas ini sama. Pada minyak baru setelah ditambahkan KOH terlihat larut dan

berwarna seperti putih susu sementara minyak bekas berwarna putih susu kekuning-

kuningan. Selanjutnya dilakukan proses pemanasan karena reaksi ini tergolong sangat

lambat, maka perlu dipercepat dengan proses pemanasan. Dalam proses pemanasan ini,

labu alas bundar dihubungkan dengan alat refluks agar pelarutnya (KOH) tidak menguap

karena pemanasan, sehingga uap dari pelarutnya akan terkondensasi dan kembali ke dalam

labu alas bundar. Dengan demikian reaksi ini dapat terjadi tanpa pengurangan pelarutnya.

Page 16: Acara II Syita

Setelah larutan direfluks (terbebas dari lemak), selanjutnya larutan didinginkan

dan ditambahkan beberapa tetes larutan indikator PP (fenolftalein). Warna kedua minyak

setelah penambahan indikator PP yaitu berwarna merah muda kecoklatan tetapi pada

minyak baru warnanya terlihat lebih warna coklat krem (muda). Kedua larutan kemudian

dititrasi dengan larutan standar HCl 1M. Pada minyak baru, diperlukan volume HCl untuk

titrasi sebesar 18 mL sedangkan volume titrasi untuk minyak bekas sebesar 21 ml.

Sementara itu volume titrasi untuk blanko diperoleh sebesar 22 mL. Berdasarkan hasil

perhitungan, diperoleh hasil bilangan penyabunan untuk minyak baru dan minyak bekas

masing-masing yaitu 28,5 ml/gram dan 7,125 ml/gram. Terlihat dari hasil tersebut bahwa

bilangan penyabunan pada minyak bekas lebih rendah daripada bilangan penyabunan pada

minyak baru. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa bilangan

penyabunan pada minyak bekas lebih tinggi daripada minyak baru (Ketaren, 1986).

Analisis selanjutnya adalah penentuan angka peroksida. Bilangan peroksida

merupakan jumlah peroksida dalam setiap 1000 gr (1Kg) minyak dimana bilangan

peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan lemak atau minyak (Saifudin, 2008).

Pada masing-masing minyak ditambahkan 12 ml pelarut kloroform dan asam

asetat glasial 18 ml dengan perbandingan volume 2:3 dan dikocok. Berdasarkan hasil

pengamatan, pada minyak baru menghasilkan larutan bening berwarna kuning sedangkan

pada minyak bekas terbentuk larutan bening kekuningan. Setelah itu, kedua minyak

tersebut ditambahkan aquades, dimana pada minyak baru terbentuk 2 fase, fase atas

kuning bening dan fase bawah kental dan keruh kuning sedangkan pada minyak bekas fase

kuning, fase bawah keruh kecoklatan agak kental. Adanya fase bawah yang lebih kental

menunjukkan bahwa fase bawah tersebut adalah minyak yang berarti massa jenis minyak

lebih besar daripada massa jenis air. Proses selanjutnya, kedua larutan minyak tersebut

ditambahkan indicator amilum dan dititrasi dengan Na2S2O3. Larutan amilum digunakan

sebagai indicator dalam proses titrasi dengan menggunakan natrium tiosulfat sebagai

titrannya. Iodine-amilum bertindak sebagai suatu tes yang sensitif untuk iodine dan iodine

akan mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat (Underwood, 2002).

Berdasarkan hasil pengukuran, volume titrasi untuk minyak baru 0,6 mL dan

volume titrasi untuk minyak bekas 4 mL. Dari hasil volume titrasi ini, maka dapat

diperoleh bilangan peroksida untuk minyak baru dan minyak bekas masing-masing

sebesar 120 N/gram dan 800 N/gram. Hasil ini menunjukkan bahwa bilangan peroksida

untuk minyak bekas sangat tinggi yang berarti kerusakannya tinggi. Sebab minyak bekas

Page 17: Acara II Syita

telah mengalami pemanasan yang menyebabkan oksidasi asam lemak tak jenuh menjadi

gugus peroksida monosiklik (Suasti, 2009). Jadi, nilai bilangan peroksida yang cukup

tinggi pada minyak bekas menunjukkan bahwa minyak bekas tak layak digunakan lagi.

Percobaan terakhir adalah penentuan bilangan asam. Bilangan asam menunjukkan

banyaknya asam lemak bebas dalam minyak yang dinyatakan dengan mg basa (KOH) per

1 gram minyak. Bilangan asam merupakan parameter penting untuk penentuan kualitas

minyak, dan bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam

minyak akibat adanya reaksi hidrolisis dari reaksi kimia dan pemanasan (Ketaren, 1986).

Untuk menentukan bilangan asam, dilakukan penambahan etanol 95% yang kemudian

dititrasi menggunakan KOH yang ditambahkan dengan indikator pp. Penggunaan etanol

ini bertujuan agar minyak dapat bereaksi dengan titrannya nanti yang bersifat basa, dalam

hal ini KOH. Larutan yang bercampur dengan etanol harus dikocok kuat-kuat dan

dipanaskan agar semua lemak dapat terdistribusi ke dalam pelarut etanol. Pemanasan

dilakukan dengan menggunakan pemanas listrik dan alat refluks seperti pada percobaan

penentuan bilangan penyabunan. Dari hasil praktikum ini diperoleh bilangan asam untuk

minyak baru 2,805 mL/gr dan untuk minyak bekas 0,70125 mL/gr. Semakin tinggi

bilangan asamnya maka akan semakin banyak minyak yang sudah terhidrolisis. Dalam

reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi

hidrolisa yang dapat menyebabkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena

terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut (Keraten, 1986).

Dari hasil bilangan penyabunan dan bilangan asam ini maka bilangan ester

dapat ditentukan. Bilangan ester dapat dihitung dari selisih antara bilangan penyabunan

dengan bilangan asam. Bilangan ester menunjukkan jumlah asam organik yang

bersenyawa dengan ester. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bilangan ester untuk

minyak baru dan minyak bekas masing-masing sebesar 25,695 mL/gr dan 6,424 mL/gr.

H. KESIMPULAN

1. Identifikasi senyawa dengan menggunakan Test noda lemak ( Grease Spot Test)

menunjukan uji positif untuk sampel minyak baru dan minyak bekas yang ditandai

dengan terjadinya perubahan pada kertas saring menjadi transparan yang menandakan

dalam minyak terdapat adanya minyak (gliserol).

Page 18: Acara II Syita

2. Identifikasi kualitas minayak dengan penentuan bilangan penyabunan menunjukan

banyaknya basa yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak. Dari percobaan

diperoleh bilangan penyabunan untuk minyak baru dan minyak bekas yaitu masing-

masing sebesar 28,5 mL/gram dan 7,125 mL/gram.

3. Identifikasi kualitas minyak dengan penentuan bilangan peroksida. Bilangan peroksida

menunjukkan tingkat kerusakan dari lemak atau minyak, kerusakan minyak disebabkan

karena terjadinya oksidasi asam lemak tidak jenuh membentuk peroksida dan monimer

siklik. Semakin besar bilangan peroksida makin besar pula tingkat kerusakan minyak

dari hasil perhitungan diperoleh bilangan peroksida untuk minyak baru dan minyak

bekas yaitu 120 mL.N/ gram dan 800 mL.N/gram.

4. Identifikasi kualitas minayak dengan penentuan bilangan asam menunjukan banyaknya

asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat reaksi hidrolisis, dari hasil

perhitungan diperoleh bilangan asam untuk minyak baru dan minyak bekas yaitu 2,805

ml /gram dan 0,70125 ml /gram.

Page 19: Acara II Syita

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2009. Minyak Biji Mengkudu. Didownload dari

http://www.cerlabs.com/eksperiments/10875404472.pdf .Pada tanggal 17

November 2012. Pukul 17.00 WITA. Mataram.

Bresnick, Stephen. 2003. Intisari Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Hipokrates.

Fessenden, Ralph. 2010. Kimia Organik Jilid 2 . Jakarta: Erlangga.

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Herlina, Netti MT dan Ginting, M. Hendra, S, ST. 2002. Lemak dan Minyak.Sumatra :

Universitas Sumatra Utara.

Kahar, Abdul. 2009. Kinetika Metanolisis Berkatalis Asam pada Pre-treatment Biodesel

dari Minyak Jelantah Berkadar Asam Lemak Bebas (ALB) Tinggi. Didownload

dari http://www.ipard.com/infosptk/publikasi/e-jurnal/biotek/mp73-02-03.pdf Pada

tanggal 16 November 2012. Pukul 14.00 WITA. Mataram.

Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI Press.

Lehninger, Albert L. 2008. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Martoharsono, Soeharsono. 2006. Biokimia 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Poedjiadi, Anna. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.

Saifudin, Umar. 2008. Analisa Lemak dan Minyak. Didownload dari situs:

http://food4healthy.wordpress.com/2008/10/18/analisa-lemak-dan-minyak.html.

Pada 16 November 2012, pukul 17.10 WITA. Mataram.

Setiabudi, Wahyu dkk. 2004. Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Parameter Viskositas

dan Indeks Bias. Jurnal Berkala. Fisika Vol.no 2. April 2008. Hal 53-74

Suasti, N. G. A. M. Dwi Adhi. 2009. Kadar Air dan Bilangan Asam Dari Minyak Kelapa

yang Dibuat dengan Cara Tradisional dan Fermentasi. Jurnal Kimia: 3(2): 70.

Page 20: Acara II Syita

Suirtha, I Wayan. 2009. Preparasi Biodisel dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit. Jurnal

Kimia: 3(1): 2. Didownload dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21072028.pdf.

Pada tanggal 16 November 2012.Pukul 17.30 WITA. Mataram.

Tarwiyah, Kemal.2001. Minyak Kelapa Dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri.

http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/dipti/minyak_kelapa.p

df . Diunduh pada tanggal 16 November 2012.Pukul 18.34 WITA.Mataram.