acara i - ok
TRANSCRIPT
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
LAPORAN PRAKTIKUM
KONSERVASI TANAH DAN AIR
ACARA I
PENGUKURAN ENERGI KINETIK HUJAN DENGAN METODE SPLASH CUPS
Disusun Oleh :
Nama : Anastiar Putra W
NIM : A1L111027
Kelas : Agroteknologi Paralel
Kelompok : 3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
Konservari Tanah Dan Air | 1
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara kita terdiri atas daratan dan lautan, di mana luas daratannya
diperkirakan sekitar 200 juta hektar. Daratan seluas ini terbagi menjadi ribuan
pulau dan kebanyakan terdiri atas lahan kering, artinya lahan bukan rawa.
Lahan yang demikian ini sangat cocok untuk bercocok tanam, baik untuk
padi, palawija, atau tanaman lainnya. Banyak hal yang menguntungkan bagi
penduduk suatu negara yang terletak di wilayah tropi, dimana mempunyai
dua musim dalam setahun yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Dengan dikarunia Nya tanah yang subur ini, kita tidak boleh gegabah
mengelolanya. Apabila kita salah mengelola bisa mengakibatkan tanah
menjadi rusak dan akibat selanjutnya tanah menjadi kurus dan sulit ditanami
Gejala kesalahan mengelola sekarang ini sudah mulai tampak, bahkan sudah
banyak terjadi, misalnya kerusakan tanah di daerah pegunungan, di daerah
hutan atau tempat-tempat lainnya.
Salah satu penyebab terjadinya kerusakan tanah adalah adanya
pertambahan jumlah penduduk secara terus-menerus. Dengan meningkatnya
jumlah penduduk maka meningkatlah pula kebutuhan tempat tinggal maupun
keperluan bercocok tanam. Dan kelihatannya jalan atau cara yang paling
mudah untuk memenuhi kebutuhan diatas adalah dengan cara penebangan
pohon-pohon di hutan.
Konservari Tanah Dan Air | 2
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
Orang-orang kadang lupa , jika pohon-pohon yang ada di hutan
ditebang secara terus-menerus tanpa adanya penggantian pohon baru,
tanahnya akan menjadi gungul. Tanah yang demikian apabila terjadi hujan
yang deras akan terkikis dan hanyut mengikuti aliran air. Terkikisnya tanah
oleh aliran air ini yang disebut erosi. Dengan terjadinya erosi, maka tanah
lapisan atas yang subur akan hilang dan kemampuan tanah untuk menyerap
air akan berkurang.
Erosi bisa terjadi melalui dua cara yaitu yang terjadi secara alami atau
dikenal dengan nama erosi alam atau erosi geologis dan erosi yang terjadi
akibat tindakan manusia yang disebut erosi dipercepat.
Di daerah tropik basah seperti Indonesia, penyebab utama terjadinya
erosi adalah air. Namun demikian besar kecilnya erosi ditentukan banyak
faktor yang bisa mempengaruhinya. Menurut para ahli tanah faktor-faktor
yang mempengaruhi besar kecilnya erosi adalah iklim, topografi (datar atau
miringnya tanah), vegetasi (keadaan tanaman), tanah (jenis dan sifat
tanahnya), dan manusia. Namun dari sekian banyak faktor, faktor manusialah
yang paling memegang peranan paling penting.
B. Tujuan
1. Mengetahui besarnya energi kinetik hujan melalui pendekatan Splash Cup
dengan media pasir.
2. Mengetahui energi kinetik hujan pada berbagai macam vegetasi.
3. Melihat hubungan antara energi kinetik hujan dengan curah hujan bulanan
Konservari Tanah Dan Air | 3
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
II. TINJAUAN PUSTAKA
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkatnya tanah tau bagian-
bagian tanah dari suatu tempat ke tempat yang lain oleh media alami
( Arsyad, 1989 ). Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian tanah dari suatu
tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat
lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami
yaitu air atau angin.
Pengertian Erosi Menurut Beberapa Ahli
1. Erosi adalah proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan
terangkutnya material bumi oleh tenaga geomorfologis. Proses geomrfologi
tersebut tercakup dalam study geomorfologi yang mempelajari bentuk lahan (
landform ) secara genetic, dan proses yang mempengaruhi proses lahan dan
proses-proses itu dalam susunan keruangan ( Zuidam dan Zuidam
Cancelado ).
2. Erosi dapat disebut pengikisan atau pelongsoran, sesungguhnya
merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air atau
angin, baik yang berlangsung secara alamiah maupun akibat / tindakan
perbuatan manusia (Kartasapoetra, 1995 ).
Kalau dilihat dari proses terjadinya erosi , bisa digolongkan menjadi 2
yaitu erosi alami dan erosi dipercepat. Tetapi ada juga yang meninjau dari
segi lain yaitu bentuk erosi.
Konservari Tanah Dan Air | 4
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
Ada beberapa bentuk erosi . Mula-mula para ahli ilmu tanah
membedakan erosi ada dalam bentuk erosi lembar, erosi alur, erosi selokan,
dan erosi tebing. Rupanya dengan klasifikasi ini banyak para ahi yang belum
begitu yankin dan masih menganggap kurang sempurna. Karena
pengklsaifikasia diatas tanpa mempertimbangkan tentang hancurnya agregat
tanah dan terlepasnya partikel-partikel tanah. Padalah kejadian ini merupakan
peristiwa awal terjadinya erosi sehubungan dengan permasalahan di atas,
maka seorang ahl ilmu tanah meyang bernama Morgan mengklasifikasikan
bentuk erosi menjadi enam, yaitu : erosi percik, erosi aliran perukaan, erosi
aliran bawah permukaan, erosi alur, erosi selokan, dan gerakan massa tanah.
Dan klasifikasi ini lah yang menjadi pedoman bagi orang yang mempelajari
ilmu tanah (Rini,2000).
Air hujan yang turun dari awan mempunyai energi tertentu karena
bergerak jatuh. Energi gerak ini disebut energi kinetik. Dengan adanya energi
kinetik dari tetsan air hujan yang memukul permukaan tanah bisa melepaskan
partikel-pertikel tanah. Seperti terlihat pada tembok bawah, apabila terjadi
hujan terdapat tanah yang terbawa oleh percikan air hujan dan keadian inilah
yang dinamakan erosi percikan. Ada salah satu ahli ilmu tanah bernama Mc
Intyre berpendapat bahwa ada empat tahapan dalam proses terjadinya erosi
perci, yaitu :
- Terjadi perembesan yang cepat pada permukaan tanah sehingga gaya
kohesi antar partikel tanah akan menurun.
Konservari Tanah Dan Air | 5
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
- Timbul pemadatan pada permukaan tanah merupakan akibat pukulan air
hujan.
- Terbentuknya lapisan kerak yang bisa menurunkan daya percik air dan
meningkatkan akumulasi air.
- Terbentiklah aliran turbulensi yang dapat menghanyutkan sebagian lapisan
kerak pada permukaan tanah.
Terlepasnya partikel-partikel tanah dari massa tanah akibat erosi percik
sangat bergantung pada jenis tanah yang tererosi. Jenis tanah liat, yang
mempunyai gaya kohesi sangat kuat antar partikelnya, sangat sulit untuk
melepaskan partikel-partikelnya. Tapi sebaliknya pada jenis tanah berpasir
akan sangat mudah sekali terlepas-lepas karena gaya kohesi yang kurang
kuat. tapi proses pengangkuta tanah malah sebaliknya. Partikel-partikel tanah
berpasir akan lebih suit diangkut dibandingkan dengan partikel dari tanah liat.
Erosi percik terjadi secara maksimum kira-kira 2-3 menit setelah hujan
turun karena pada saat ini tanah dalam keadaan basah, sehingga mudah
dipercikkan. Setelah 2-3 menit percikan akan menurun mengikuti ketebalan
lapisan tanah. Erosi percik terjadi terus-menerus dan akan berhenti apabila
tetesan air hujan sudah tidak mampu lagi untuk menembus ketebala lapisan
air.
Pada daerah yang permukaannya datar, terjadinya erosi percikan kurang
menimbulkan permasalahan. Karena tetesan air hujan yang menimbulkan
percikan akan tersebar merata ke segala arah. Tapi pada derah yang berlahan
miring menimbulkan permsalahan yang serius, karena tana terlempar akibat
Konservari Tanah Dan Air | 6
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
percikan sebagian besar terlempar ke arah bawah sesuai dengan kemiringan
lahan tersebut. Semakin miring permukaan tanah, semakin banyak butiran
tanah yang terlempar ke bawah.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi tanah adalah sifat
hujan,kemiringan lereng dari jaringan aliran air, tanaman penutup tanah dan
kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk menghisap kemudian
merembeskan air ke lapisan yang lebih dalam ( Bever, 1972 ) Menyatakan
bahwa kemampuan mengerosi, kepekaan erosi dari tanah, kemiringan lereng,
dan keadaan alami dari kemampuan penutup tanah, merupakan factor yang
mempengaruhi terhadap terjadinya erosi tanah ( Morgan, 1979 ).
Pada dasarnya erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor iklim,
topografi, tumbuh-tumbuhan dan manusia terhadap lahan yang dinyatakan
dalam persamaan deskriptif berikut:
E= f (i, r, v, t, m)
Dimana E adalah erosi, i adalah iklim, r adalah topografi atau relief, v
adalah vegetasi, t adalah tanah dan m adalah manusia (Sitanala, 1989).
Baver ( 1972 ) Ramdhon ( 1978 ), menyatakan bahwa erosi merupakan
interaksi antara factor iklim, topografi, tanah, vegetasi dan aktifitas manusia
yang dinyatakan dengan formula sebagai berikut : E = f (c.t.v.s.h)
Dalam hal ini : E = erosi
f = fungsi
c = iklim
t = topografi
Konservari Tanah Dan Air | 7
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
v = vegetasi
s = tanah
h = manusia
Erosivitas hujan adalah tenaga pendorong (driving force) yang
menyebabkan terkelupas dan terangkutnya partikel-partikel tanah ke tempat
yang lebih rendah (Asdak, 1995). Erosivitas hujan sebagian terjadi karena
pengaruh jatuhan butir hujan langsung di atas tanah dan sebagian lagi karena
aliran air di atas permukaan tanah.
Pada metode usle prakiraan besarnya erosivitas hujan dalam kurun
waktu tahunan. Dalam penelitian ini menggunakan persamaan bols (1978)
yang diperoleh dari penelitian data curah hujan bulanan di 47 stasiun
penakaran hujan di pulau jawa yang dikumpulkan selama 38 tahun.
EI 30 = 6,119 (Rain) 1,21 (Days) -0,47 (Maxp) 0,53
R = curah hujan rata-rata tahunan (cm)
D = jumlah hari hujan rata-rata tahunan (hari)
M = curah hujan maksimum rata-rata 24 jam per bulan untuk kurun
waktu
satu tahun (cm) (Asdak, 1995).
Konservari Tanah Dan Air | 8
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan dalam acara ini diantaranya :
a. Splash cup 45 buah
b. Timbangan analitik 2 buah
c. Dapur pengering 2 buah
d. Kantong plastik 135 lembar
e. Botol pemancar 5 buah
2. Bahan yang digunakan diantaranya :
a. Pasir lolos saringan 0,5 mm sebanyak 180 Kg
b. Aquades 30 liter
B. Prosedur Kerja
1. Carilah lokasi yang memiliki berbagai vegetasi dan tentukan titik – titik
pemasangan Splash Cup. Pasang juga di tempat terbuka sebagai
pembanding.
2. Isilah Splash Cup dengan pasir yang dicuci berdiameter 0,25 – 0,50 mm
sampai penuh. Sambil diketuk pelan – pelan hingga rata.
3. Keringkkan Splash Cup ysng terisi air ke dalam dapur pengering hingga
mencapai kering mutlak (pada suhu 110 C – selama 20 – 30 jam)
Konservari Tanah Dan Air | 9
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
4. Dinginkan Splash Cup ke dalam eksikator + 15 – 30 menit dan setelah
dingin ditimbang.
5. Tempatkan Splash Cups yang telah diketahui beratnya pada titik
pengamatan yang telah ditetapkan.
6. Amati setiap 24 jam, catat besarnya curah hujan (dari alat pengukur
curah hujan yang terpasang pada tempat yang terbuka) dan timbang
Splash Cups tersebut setelah dikeringkan.
7. Lakukan prosedur 1 – 6 pada berbagai vegetasi selama 1 (satu bulan) dan
lakukan ulangan secukupnya. Catat hasil pengamatan.
Konservari Tanah Dan Air | 10
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. luas lingkaransplash cup=3,14 × ¿
2. Berat splash cup
Tanpa naungan I = 4,1 gr
II = 4,1 gr
Naungan I = 3,6 gr
II = 4,9 gr
3. Berat pasir kering mutlak sebelum terkena hujan + berat splash cup
sebelum terkena hujan (A)
Tanpa naungan I = 292 gr
II = 325 gr
Naungan I = 299,5 gr
II = 249 gr
4. Berat pasir kering mutlak + berat splash cup setelah terkena hujan (B)
Tanpa naungan I = 280,09 gr
II =
Naungan I = 284,8 gr
II =
5. Besarnya energi kinetik
Konservari Tanah Dan Air | 11
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
Tanpa naungan I = E= A−Bd
=292−280,0933,166
¿0,36 joule/m3∙ mm
II = E= A−Bd
=325−286,133,166
¿1,17 joule /m3∙ mm
Naungan I = E= A−Bd
=299,9−284,833,166
¿0,45 joule /m3∙ mm
II =E= A−Bd
=249−232,433,166
¿0,50 joule /m3∙ mm
Rata-rata
Tanpanaungan= I + II2
=0,36+1,172
=0,765
Naungan= I+ II2
=0,45+0,502
=0,475
Tabel 1. Besarnya energi kinetik naungan dan tanpa naungan
Kelompok\perlakuan Naungan Tanpa naungan
1 0,31 0,68
2 0,35 0,58
3 0,77 0,48
Konservari Tanah Dan Air | 12
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
4 0,525 0,685
5 0,985 0,375
6 0,29 0,635
Jumlah 3,23 3,43
Rata-rata 0,53 0,57
F table 5% 2,201 2,201
Kesimpulan :
1. Naungan
F hitung < F table maka tidak berpasangan artinya energi kinetik tidak
mempengaruhi erosi percik.
2. Tanpa naungan
F hitung < F table maka tidak berpasangan artinya energi kinetik tidak
mempengaruhi erosi percik.
B. Pembahasan
Energi kinetis (Joule/m2 mm) merupakan hubungan antara selisih berat
pasir kering mutlak sebelum dan sesudah kehujanan dalam gram dengan luas
lingkaran splash cup (m2) dimana jari – jari splash cup adalah 3 cm.
Konservari Tanah Dan Air | 13
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
Terjadinya erosi dipengaruhi interaski kerja antara factor iklim,
topografi, vegetasi, tanah, dan manusia terhadap lahan yang dinyatakan dalam
persamaan deskriptif berikut:
E= f (i, r, v, t, m)
Dimana E adalah erosi, i adalah iklim, r adalah topografi atau relief, v adalah
vegetasi, t adalah tanah dan m adalah manusia (Arsyad, 1989).
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun
di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam
tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan,
perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi atau pembangunan yang
tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan
untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh
lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi
ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan
yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian
yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktek tata guna lahan yang maju dapat
membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktek
konservasi ladang dan penanaman pohon.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian
atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi
lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk
meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke
Konservari Tanah Dan Air | 14
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh
aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi)
yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan
pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur
pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang
alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke
elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. Erosi yang berlebih, tentunya
dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan
ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor iklim, termasuk
besarnya dan intensitas hujan atau presipitasi, rata-rata dan rentang suhu,
begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk
tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringan lahan.
Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan, makhluk yang tinggal di
lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.
Sifat tanah yang mempengaruhi erosi antara lain tekstur, struktur, bahan
organic, sifat lapisan bawah dan tingkat kesuburan tanah. Tanah berstruktur
kasar mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi, begitupun sebaliknya,
sehingga dengan curah hujan yang cukup rendahpun, akan menimbulkan
limpasan permukaan. Namun laju erosi di daerah tropika basah tetap saja
hebat, tanpa mengabaikan perbedaan tekstur. Mengenai infiltrasinya, salah
Konservari Tanah Dan Air | 15
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
satunya adalah bahwa Orodibilitas tanah tidak bisa dijadikan salah satu
alternatif untuk mengendalikan erosi suatu tanah.
Penutupan ini dapat dilakukan dengan bahan alami misalnya tumbuhan
maupun bahan lain seperti plastik, aspal atau batu-batuan. Di bidang
pertanian atau kehutanan, penutupan tanah dilakukan dengan pengolahan
tanaman ( metode vegetatif ) yang melibatkan vegetasi yang mempengaruhi
erosi karena melindungi tanah terhadap kerusakan tanah butir-butir hujan.
Vegetasi mampu mempengaruhi erosi karena adanya :
1. Intersepsi air hujan oleh tajuk dan adsorpsi energi air hujan sehingga
memperkecil erosivitasnya.
2. Berpengaruh terhadap limpasan permukaan.
3. Peningkatan aktivitas biologis dalam tanah.
4. Peningkatan kecepatan kehilangan air karena terinspirasi.
Pengaruh vegetasi berbeda-beda bergantung pada jenis tanaman,
perakaran, tinggi tanaman, tajuk dan tingkat pertumbuhan dan musim.
Pengaruh musim berhubungan dengan pengolahan lahan atau tanaman.
Adapun Faktor Erosi yang lain, adalah :
1. Iklim
Komponen iklim yang mempengaruhi erosi adalah curah hujan. Bagian
dari curah hujan hujan diantaranya :
a) Energi
Konservari Tanah Dan Air | 16
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
Suatu sifat hujan yang sangat penting dalam mempengaruhi erosi adalah
energi kinetik hujan tersebut, oleh karena merupakan penyebab pokok dalam
penghancuran agregat-agregat tanah.
Rumus : Ek = ½ m v 2
Dimana : Ek = energi kinetik
m = massa butir
v = kecepatan jatuhnya
Energi kinetik hujan didapat dari persamaan (Wiscmeir dan Smith, 1958 &
1978).
E = 210 + 89 log I
Dimana : E = energi kinetik dalam metriton meter per hektar per sentimeter
hujan
I = intensitas hujan dalam cm/jam
Termofraksi energi dengan intensitas max. 30 mnt, didapat dari hubungan :
El30 = E (I30. 10-2)
Dimana : EI30 = intensitas energi dengan intensitas max. 30 mt
E = Ek selama periode hujan ( ton/m/hk )
I30 = intensitas max. 30 mt ( cm / jam )
Lenvain ( 1975 dalam Bols, 1978 ), mendapatkan hubungan antara EI30
dengan curah hujan tahunan ( R ), sebagai berikut :
Konservari Tanah Dan Air | 17
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
EI30 = 2,34 R 1,98. Sedangkan Bols ( 19778 ) mengembangkan
persamaan penduga EI 30 sebagai berikut : EI30 = 6,119 ( RAIN ) 1,21
( DAYS ) –0,47 ( maxp ) 0,53
Dimana : EI30 = indeks erosi hujan bulanan
RAIN = curah hujan kurang lebih bulanan ( cm )
DAYS = jumlah hari hujan kurang lebih ( bln )
Maxp = curah hujan max selama 24 jam dalam bulan
bersangkutan
EI30 tahunan = jumlah EI30 bulanan
b) Intensitas hujan
Intensitas hujan menyatakan besarnya curah hujan yang jatuh dalam suatu
waktu yang sangat singkat yaitu 5, 10, 15 atau 50 menit, yang dinyatakan
dalam mm/jam atau cm/jam.
Klasifikasi intensitas hujan :
Intensitas hujan ( mm/jam ) Klasifikasi
< 6,25 Rendah
6,25 – 12,50 Sedang
12,50 – 50,00 Lebar
> 50,00 Sangat lebar
Klasifikasi intensitas hujan dapat juga dinyatakan dalam curah :
Intensitas Klasifikasi
0 – 5 Sangat sedang
5 – 10 Rendah
Konservari Tanah Dan Air | 18
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
11 – 25 Sedang
26 – 50 Agak tinggi
51 – 75 Tinggi
> 75 Sangat tinggi
Suatu hujan dinyatakan sebagai hujan lebih jika mempunyai laju atau
intensitas paling sedikit.
c) Total hujan ( distribusi hhujan dan waktu hujan )
Distribusi hujan menentukan sampai batas tertentu, apakah suatu jumlah
hujan tahunan akan menyebabkan ancaman erosi yang hebat atau tidak.
d) Erosivitas hujan
Erosivitas hujan yang dimaksud di sini adalah hasil kali energi kinetik
hujan dengan intensitas hujan maksimal 30 menit.
e) Vegetasi
Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam
bagian :
1) Intersepsi hujan oleh tajuk tanaman
Jumlah air hujan yang diintersepsi oleh vegetasi, dinyatakan oleh
persamaan berikut ( wister dan Brata, 1959 ) :
X = a + bt
Dimana : X = jumlah air hujan yang diintersepsi
a = kapasitas intersepsi yang ditentukan oleh bioma tajuk
b = evaporasi
t = lamanya hujan
Konservari Tanah Dan Air | 19
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
Gash ( 1979 ) mengembangkan metode regresi linier sebagai berikut :
I = apq + b
Dimana : I = intersepsi
Pg = hujan yang jatuh di atas tajuk daun
a = koefisien regresi
b = garis potong dengan sumbu I
Ward ( 1975 ) mengembangkan cara penetapan intersepsi dengan persamaan
kuantitas sebagai berikut :
I 5 = R – TF – SF
Dimana : I 5 = intersepsi
R = curah hujan
TF = lolosan tajuk
SF = aliran batang
Hazainin zabait ( 1988 ) dengan menggunakan pendekatan Ward ( 1975 )
dengan curah hujan bulanan antara 50 mm – 250 mm, mendapatkan
hubungan linear antara besarnya intersepsi dengan curah hujan bulanan,
sebagai berikut :
Intersepsi oleh pinus mercusii berumur 30 tahun :
Y = 7,53 +0,26 X : R2 = 0,55
Intersepsi oleh tegakan hutan alami :
Y = 3,06 +0,24 X : R2 = 0,65
Intersepsi oleh tegakan Eucalyptus deglupta :
Y = 2,48 + 0,13 X : R2 + 0,50
Konservari Tanah Dan Air | 20
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
Intersepsi oleh semak campuran yang didominasi oleh Eupatorium sp :
Y = 3,38 + 0,31 X : R2 = 0,86
Intersepsi leh tanaman tembakau :
Y = 3,03 + 0,27 X : R2 = 0,75
2) Mengurangi kecepatan aliran permukaan
3) Pengaruh akar dan kegiatan biologi yang berhubungan dengan
pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas dan
porositas tanah
4) Transpirasi yang dapat memperbesar kapasitas tanah untuk menyerap
air hujan, dengan demikian mengurangi jumlah aliran permukaan
(Anonim. 2009)
2. Tanah
Komponen tanah yang berpengaruh pada erosi tanah adalah :
• Struktur ( prisma, kemah dan kersai )
• Tekstur ( lengkung dan pasir ), atau besar kecilnya butiran.
Tanah yang mudah tererosi adalah tanah yang bertekstur kasar denga
banyak mengandung bahan organic dan sifat lapisan bawah.
Dari percobaan yang dilakukan pada praktikum pengukuran energi
kinetik hujan dengan metode splush cups antara naungan dan tanpa naungan
dengan F tabel 5% sebesar 2, 201 dan dapat kita lihat bahwa F hitung < F
tabel, sehingga diperoleh kesimpulan tidak berbeda nyata untuk naungan
Konservari Tanah Dan Air | 21
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
maupun tanpa naungan yang berarti bahwa energi kinetik tidak
mempengaruhi erosi percik .
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Metode splash cup merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk mengetahui besarnya energi kinetik hujan.
2. Energi kinetik hujan yang diperoleh dengan metode splash cup di bawah
vegetasi pohon (naungan) adalah sebesar 3,23. Sedangkan energi kinetik
yang dihasilkan pada daerah lapang (tanpa naungan) adalah sebesar 3,43.
3. Semakin besar Energi kinetik hujan yang dihasilkan dalam waktu satu
bulan menandakan banyaknya jumlah curah hujan bulanan.
B. Saran
1. Sebaiknya dalam praktikum ini asisten di tingkatkan kuantitasnya agar
praktikum lebih terkontrol dan efisien
2. Lebih efektif dalam praktikum.
Konservari Tanah Dan Air | 22
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. www.konservasi tanah dan air.com. Diakses tanggal 3 juni 2013.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Baver, L. D. dkk. 1972. Soil Physics 4th edition. Wiley Eastern Limited , New
delhi.
Bermanakusumah, Ramdhon. 1978. erosi penyebab dan pengendaliannya. faperta
UNPAD, Bandung.
Kartasapoetra, G. 1985. Teknologi Konservasi Tanah Dan Air. PT. Bina aksara,
Jakarta.
Sitanala, Arsyad. 1989. Konservasi tanah dan air . IPB ,Bogor.
Wischmeier, W.H. and D.D. Smith. 1978. Predicting rainfal erosion losses, A
guide to conservation planning. USDA. Agric. Handbook. 537.
Washington DC.
Wischmeier, W.H., D.D. Smith, and R.E. Uhland. 1958. Evaluation of factors in
the Soil Loss Equation. Agr. Eng. St.Joseph. Mich..
Konservari Tanah Dan Air | 23
Acara I Pengukuran Energi Kinetik Hujan Dengan Metode Splash Cups
Wudianto, Rini. 2000. Mencegah Erosi. Penebar Swadaya , Jakarta.
Konservari Tanah Dan Air | 24