bab i hengki pesawat angkut ok)

38
TUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT “PERANCANGAN EKSKALATOR TROLLEY BARANG DI DEPARTEMENT STORE” Disusun Oleh : Nama : Hengki Frisa Sukresno NPM : 3331091170 Jurusan : Teknik Mesin Kelas : B (Regular) Dosen : ASWATA, Drs, Ir, SE, MM, IPM. JURUSAN TEKNIK MESIN

Upload: hengky-frisa-sukresno

Post on 30-Nov-2015

142 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

TUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT

“PERANCANGAN EKSKALATOR TROLLEY BARANG DI

DEPARTEMENT STORE”

Disusun Oleh :

Nama : Hengki Frisa SukresnoNPM : 3331091170Jurusan : Teknik MesinKelas : B (Regular)Dosen : ASWATA, Drs, Ir, SE, MM, IPM.

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG

TIRTAYASA

CILEGON-BANTEN

2012

Page 2: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Eskalator adalah salah satu transportasi vertikal berupa konveyor untuk mengangkut

orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti

jalur yang berupa rail atau rantai yang digerakkan oleh motor.

Karena digerakkan oleh motor listrik, tangga berjalan ini dirancang untuk

mengangkut orang dari bawah ke atas atau sebaliknya. Untuk jarak yang pendek eskalator

digunakan di seluruh dunia untuk mengangkut pejalan kaki yang mana menggunakan

elevator tidak praktis. Pemakaiannya terutama di daerah pusat perbelanjaan, bandara, sistem

transit, pusat konvensi, hotel dan fasilitas umum lainnya.

Manfaat dari eskalator cukup banyak seperti mempunyai kapasitas memindahkan

sejumlah orang dalam jumlah besar dan dapat juga dipergunakan untuk mengangkut trolly.

Pada pembahasan tugas pesawat alat angkut ini adalah membahas mengenai pengangkutan

trolly pada eskalator dikarenakan pengangkutan trolley ini merupakan hal yang perlu

diperhatikan. Pengangkutan trolly pada eskalator ini sering mengalami kendala pada sistem

pengangkutanya menimbulkan susahnya trolly ditempatkan di ekskalator dan bisa terjatuhnya

trolly atau belanjaan yang bisa menimbulkan kecelakaan. Oleh karena itu diharapkan ada

sebuah ekskalator yang bisa mengangkut trolly yang aman agar tidak terjatuh.

1.2. Alasan Pemilihan Judul

Eskalator khusus trolley belanja merupakan eskalator yang hanya untuk trolley

belanja. Eskalator Khusus trolley di gedung-gedung departement store di Indonesia masih

belum memiliki. Umumnya Eskalator di departement store di Indonesia tidak bisa digunakan

untuk mengangkut trolly belanja karena dari faktor kemiringan dan model anak Tangga

eskalator, eskalator akan menimbulkan susahnya trolly ditempatkan di ekskalator dan bisa

terjatuhnya trolly atau belanjaan yang bisa menimbulkan kecelakaan. Hal ini agar efisien

maka ekskalator harus membantu untuk pengguna ekskalator didepartement store bisa

menaik-turunkan trolley belanja untuk belanja.

Page 3: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

Karena adanya kendala-kendala seperti diatas, maka disisi lain diharapkan ada

sebuah ekskalator yang bisa mengangkut trolly yang aman agar tidak terjatuh.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di susun beberapa alasan dari

pemilihan judul “Perencanaan Rancang Ekskalator untuk Trolley belanja di

Departement Store”. Maka ada beberapa hal yang menjadi alasan, yaitu :

1. Agar lebih efektif dan efisien

2. Lebih cepat Membawa barang belanjaan

3. Mengutamakan faktor keselamatan

1.2. Rumusan Permasalahan

Spesifikasi Alat :

a) Daya Motor eskalator + 100 Hp

b) Penerus daya pada eskalator ini adalah pulley

c) Kapasitas Maksimum 25 – 30 kg

d) Eskalator hanya digunakan untuk trolley belanja.

e) Kecepatan Escalator bervariasi dari sekitar + 90 meter per menit untuk 180 kaki per

menit (27-55 meter per menit). 

f) Eskalator bergerak 145 kaki (44 m) per menit.

g) Sudut kemiringan eskalator 30o

h) Ukuran lebar eskalator trolley mengikuti ukuran lebar trolley (standard trolley 

Ukuran dimensi : P x L x T : 83cm x 50cm x 95cm)

Gamabar 1.1 Perencanaan pengangkutan trolly pada eskalator

Page 4: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

1.3. Lingkup pembahasan

Dengan melihat latar belakang di atas, Ekskalator merupakan alat tidak dilakukan

oleh manusia secara langsung, sehingga pengguna ekskalator tergantung pada teknologi

handal dari transportasi vertikal ini. Ekskalator ini memiliki komponen-komponen penting

agar eskalator tersebut dapat bergerak. Untuk merancang sebuah eskalator trolley perlu

dilakukan beberapa perencanaan, antara lain:

o Menentukan ruang lingkup konveyer eskalator untuk trolley.

o Perhitungan motor pengerak : memilih jenis motor, menghitung daya, tegangan, arus

mengitung kecepatan dan waktu eskalator trolley.

o Memilih dan menentukan jumlah Pulley atau belt untuk menggerakan eskalator.

o Menentukan komponen yang dirasa perlu untuk digunakan.

o Mampukah mesin ini efisien.

o Desain untuk membuat konstruksi eskalator trolley

o Menganalisa sistem mekanisme kerja.

o Permasalahan yang dapat dijadikan acuan adalah untuk memepermudah dan menjaga

keseimbangan trolley.

Gambar mekanisme eskalator

Gambar 1.2 Gambar Mesin Eskalator

Page 5: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)
Page 6: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

1.4. Batasan Masalah

Dalam penye1esaian masalah perncanaan perancangan eskalator Trolley belanja terdapat

beberapa pembatasan masalah sebagai berikut:

o Kapasitas Maksimum 25 – 30 kg (hanyak untuk trolley)

o Eskalator hanya digunakan untuk trolley belanja (eskalator di desain hanya untuk troley

dengan pencekam roda belakang pada celah penahan eskalator)

o Tidak membahas material eskalator

o Perhitungan mengenai sifat-sifat konversi energi dan geskan dinding tidak dibahas.

o penggunaan mur dan baut diasumsikan aman sehingga tidak dilakukan perhitungan.

Page 7: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

1.6. Diagram Alir

Langkah – langkah sistematika perancangan mesin design eskalator trolley

belanja. untuk mempermudah dan memahami proses konstruksi, seperti yang

diuraikan dalam diagram alir sebagai berikut :

Gambar 1. 4. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Tinjauan Pustaka Pengamatan Lapangan

Konsep

Perencanaan Desain Mesin

Perhitungan Mesin

Pengecekan Kembali Hasil Perhitungan

(Jika Sesuai)

Pembuatan dan Perakitan

Selesai

Penyusunan Laporan

Page 8: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

BAB II

PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ESKALATOR

2.1 Desain Sistem

Sistem ini direncanakan bertujuan untuk memisahkan eskalator trolley dengan

eskalator orang agar tidak terganggu saat menggunakan eskalator dan eskalator ini saat

bergerak trolley seimbang tidak miring.

Gambar 2.1 Sistem kerja eskalator trolley

Pada eskalaotor trolley ini, untuk menaikan atau menurukan trolley perlu dibantu

orang untuk mengepaskan ke penahan eskalator atau mencekamkan roda belakang troley ke

eskaltor trolley agar bisa trolley berjalan di eskalator.

2.2 Teori Bidang Miring

Gerak pada bidang miring dengan permukaan licin, terdapat tiga kondisi yang

berbeda. Sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah. Pada gambar 2.1, benda meluncur

Page 9: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

pada bidang miring yang licin (gaya gesekan = 0) tanpa ada gaya tarik. Jadi benda bergerak

akibat adanya komponen gaya berat yang sejajar bidang miring (w sin θ).

Gambar 2.1. Gerak pada bidang miring dengan permukaan licin 1

Benda bergerak akibat adanya komponen gaya berat yang sejajar permukaan bidang miring.

Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :

∑F = m.a

w sin θ = m.a

a=w sin θm

a=m. g .sin θm

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y (vertikal) adalah :

∑F = m.a a = 0

∑F = 0

N – w cos θ = 0

N – m.g cos θ = 0

∑F = m.a a = 0

∑F = 0

N – w cos θ = 0

N = w cos θ

N = m.g cos θ

2.3 Teori Perhitungan Berat

Untuk mengkalkulasikan berat digunakan data – data yang telah ditentukan

sebelumnya, dapat dimulai untuk mengkalkulasikan total jarak yang telah ditempuh tangga

dan jumlah step yang dibutuhkan (1)

a. Total jarak yang ditempuh (S)

Page 10: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

S=(I +C2

+ D2

+D s

2 )×2

Rumus diatas diambil berdasarkan jarak tempuh rantai, dimana :

I = Panjang lintasan 10 m

C = Panjang lintasan bagian bawah 8 m

D = panjang lintasan bagian atas 6 m

Ds = keliling diameter sproket 0.1 m

S=(10+ 82+ 6

2+ 0 .1

2 )×2=34 .10m

b. Jumlah step yang dibutuhkan

Page 11: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

Gambar 2.2. Jarak Pergeseran Step

Berdasarkan gambar diatas :

Maka jumlah step yang dibutuhkan adalah :

Stp =

SL

Dimana :

Stp = Jumlah step

S = Total jarak yang ditempuh 10 m

L = Panjang diagonal step 8 m

Stp =

108

=1. 25

c. Berat total step

Untuk masing – masing step diasumsikan mempunyai berat Wst

Maka berat total step adalah :

W total=S tp×W st

Dimana :

Wtotal = Berat total step (N)

Stp = Jumlah step 1.25

Wst = Berat masing-masing step 300 N

W total=1.25×300=375 N

Page 12: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

d. Berat Penumpang (Wp)

Untuk satu kali lintasan, jumlah step, Maka berat total penumpang Wp

- Wp = Wp1 + Wp2

Dimana :

Wp2 = Berat setiap step isi trolley (35 kg)

Wp1 = Sisa dari kapasitas troley saat kosong (20kg)

Wp = 20 + 35 = 55 kg

e. Berat rantai (Wc)

Untuk pemilihan rantai diambil kekuatan tarik yang besar dan jarak yang tidak

terlalu panjang, untuk jaminan kekuatan sambungan.

Untuk berat total rantai (Wc)adalah :Wc = Jarak tempuh rantai (m) x Berat rantai (kg/m)

f. Berat sproket (Wsp total)

Didalam mekanisme escalator ini dibedakan macam sproket menurut fungsinya :

1. Sproket (Sp1) yang berada pada reducer dan berfungsi sebagai penggerak.

2. Sproket (Sp2) adalah sproket yang digerakkan sproket (Sp1)

3. Sproket (Sp3) dan (Sp4) sebagai penggerak rantai dan step, begitu pula dengan

sproket yang digerakkan oleh Sp3 dan Sp4 yaitu Sp5 dan Sp6

Semua keterangan mengenai sproket diatas dapat dilihat mekanismenya pada

gambar 2.3.

Page 13: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

Gambar 2.3 mekanisme sistem penggerak

Pada sproket – sproket diatas, Sp1 tidak perlu dihitung beratnya karena tidak

ditumpu oleh frame maupun menambah beban bagi motor (sangat kecil sehingga dapat

diabaikan)

Selanjutnya dalam perhitungan berat sproket diameter yang dipakai adalah

diameter kepala. Diameter sproket dapat dilihat pembahasannya pada perhitungan

mekanisme penggerak .

Rumus berat sproket (massa) Wsp2 =

π4×D2×t×BJ

Wsp2 =

3. 144

×0 .1 m2×10×50 N=39 . 25

a. Berat sproket Sp2 = Wsp2

b. Untuk diameter kepala dari sproket penggerak step

Sp3 = Sp3 = Sp3 = Sp3

Sehingga berat total sproket sebesar :

Wsp total = Wsp2 + Wsp

Untuk kesalahan perhitungan serta gesekan – gesekan yang menimbulkan kerugian

maka :

W = (Wtotal x 5 % )+ W total

2.4 Mekanisme Sistem Penggerak

Gambar 2.4 Gerak pada bidang miring dengan permukaan

Page 14: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

Benda bergerak akibat adanya komponen gaya berat yang sejajar permukaan bidang miring.

Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :

∑F = m.a

w sin θ = m.a,

80 x 10 sin 30o = 80 . a

a=m. g .sin θm

a=80 x 10 sin 30o

80 = 5 m/s2

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y (vertikal) adalah :

∑F = m.a a = 0

∑F = 0

N – w cos θ = 0

N – m.g cos θ = 0

∑F = m.a a = 0

∑F = 0

N – w cos θ = 0

N = w cos θ

N = m.g cos θ

N = 80.10 cos 30o

N = 800 (1/2 √3) = 400 √3 N

a. Gaya dan Pemilihan Motor

Pada pemilihan rantai sudah kita ketahui ukuran dan kekuatannya, serta tipenya adalah OCM HC.

Page 15: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

Gambar 2.5 Gaya Rantai

Karena rantai penggerak step terbagi menjadi dua, sehingga gaya masing – masing rantai adalah :

F=W2

F=300 N2

=150 N

Dimana :

F = Gaya masing-masing rantai (N)

W = Berat beban (N)

Fr = F sin 600

Untuk pemilihan motor :

P =

W⋅vη

P =

150⋅90 m /menit0 .85

=15882. 35 watt

Page 16: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

Dimana :

P = Daya motor (W)

W = gaya yang diterima (N)

v = kecepatan jalan (30m/menit)

= efisiensi motor = 0.85

Dengan :

W = berat total x kerugian-kerugian (15 %) + berat total

Sebagai contoh Spesifikasi motor yang ada di pasaran adalah :

Didapat motor BONFIGLIOLI RIDUTTORI (Italy):

Dipilih :

motor = 900 rpm

tipe : AS 35/p dan AS 35/F

Dimana :

AS = riduttore/gearbox

35 = diameter poros reducer

p = foot mounting (pengikat kaki)

F = flange mounting (pengikat flens)

Daya motor = 5.1 HP = 3.8 kW

Ratio Reducer (i) = 12.62

Momen output (M) = 480 Nm

Putaran output (nr) = 71 rpm

b. Pengereman

Fungsi utama rem adalah menghentikan poros, mengatur putaran poros dan juga

mencegah putaran yang tidak dikehendaki. Efek pengeremen secara mekanis diperoleh

dengan gesekan dan secara listrik dengan serbuk magnet, arus pusar, fasa yang dibalik, arus

searah yang dibalik atau penukaran kutub.

Rem gesekan dapat diklasifikasikan :

Page 17: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

1. Rem blok (tunggal atau ganda )

2. Rem drum

3. Rem cakram

4. Rem pita

Pada perhitungan ini yang akan digunakan adalah rem blok ganda. Pada escalator ini

akan dipasang dua unit rem blok ganda, satu unit dibaian atas dan 1 unit dibagian bawah,

sehingga pengereman dapat berjalan dengan baik.

Gambar 2.6 Letak Rem

Torsi pengereman :

T =

P⋅9 .74⋅105

n

T =

15882 .35⋅9 .74⋅105

5000=3 ,093 , 882. 35 Nm

Dimana :

T = Torsi (Nm)

P = Daya yang hendak di rem (Watt)

N = Putaran poros (rpm)

Atau

T = x Q x D

Page 18: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

T = 0.5 x 200N x 0.2

T = 20 Nm

Dimana :

T = Torsi (Nm)

= Koefisien gesek

Q = Reaksi rem (N)

D = Diameter pengereman (m)

Sehingga didapat reaksi rem Q :

Q =

TD . μ

Gambar 2.7 blok Rem

Maka :

H = D sin (/2)

A = sudut kontak biasanya antara 500 s/d 700, diambil = 600

Tekanan kontak p (N/mm2) dari permukaan rem blok rem adalah :

p =

Qb⋅h

Dalam reaksi rem Q (N), diperlukan pula ukuran – ukuran pendukung lainnya termasuk gaya berat F (pemberat).

Dimana :

Q

h

b

Page 19: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

Q = F x

a+a 'a '

× cc '

× e+e 'e '

Sedangkan mekanismenya adalah sebagai berikut :

Tuas A ditumpu oleh piston b dari silinder otomatis. Jika udara tekan di B dibuang ke atmosfir , A akan jatuh karena pemberat F. Dengan demikian B akan tertarik ke bawah dan memutar tuas C ( disebut engkol bel). Gerakan ini akan menarik D dan E ke kanan, dan mendorong E kekiri.

Disini dianggap gaya Q yang dikenakan dari drum pada E adalah sama dengan gaya Q’ pada E.

c. Teori Perhitungan Sproket dan Poros

Gambar 2.8. Rantai ganda

1. Momen puntir rencana (reducer ) :

Tr = 9.74 x 105 x

Pd

nR

Dimana :

Tr = Momen puntir rencana (Nm)

Pd = Daya rencana (W)

nR = Putaran reducer (rpm)

2. Bahan poros dipilih SNCM 25 b = 120 (N/mm2)

Page 20: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

Pemilihan bantalan, tabel baja poros

Sf1 = (faktor keamanan untuk bahan S-c dan baja paduan )

Sf2 = (faktor kekasaran permukaan, harga antara 1.3 – 3.0)

3. Tegangan ijin a :

a =

σb

S f 1⋅S f 2

- Faktor tumbukan Kt, diasumsikan terjadi kejutan atau tumbukan besar, maka Kt

diambil antara1,5 – 3.0)

- Faktor pembebanan lentur Cb antara 1.2 – 2.3, diambil 1.5.

4. Poros reducer (dc) :

Dc = ( 5,1

aK L⋅Cb⋅T 1)

1/3

5. Poros sprocket :

Ds = ( 5,1

aK L⋅Cb⋅T 1)

1/3

6. Diameter sprocket :

- Diameter lingkaran jarak bagi :

D =

psin(180 /z )

- Diameter lingkaran kepala :

Dk = (0.6 + cos(180/z)-1) . p

- Diameter lingkaran kaki :

Df = p . ( cos(180/z)-1) – 0.76

Dimana : p = pitch (jarak pusat rol rantai )

d. Teori Perhitungan Poros

Page 21: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

Pada perhitungan disini akan dijelaskan perhitungan poros yang meliputi :

1. Poros reducer

2. Poros penggerak atas

3. poros penggerak bawah

Poros Reducer

Pada perhitungan sebelumnya didapat besarnya poros reducer sementara adalah 38

mm. pada perhitungan ini ditinjau berdasarkan pengaruh momen torsi dan momen

bendingnya sehingga didapat hasil yang dijamin kekuatannya.

Gambar 2.9. Poros reducer

Tegangan geser ijin SNCM 25 b = 120 N/mm2

fs=120sf 1⋅sf 2 N/mm2

Dimana :

sf1 = faktor pengaruh massa dan baja paduan dipilih 6.0

Page 22: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

sf2 = factor penggaruh kekasaran permukaan, harga antara 1.2 s/d1.5.

a. Torsi :

T=P⋅45002⋅π⋅n

T=15882 .35⋅45002⋅3 .14⋅5000

=561044013750Nm

b. Gaya tangensial dari roda gigi :

F=2⋅TD

F=2⋅5610440137500. 2 = 280522006875 N

c. Momen bending dari pusat roda gigi :

M=F ( D2 )

M=280522006875 ( 0 . 22 )=280552200687 . 5

d. Twisting momen :

T e=√T 2+M 2

atau :

Te =

π16

⋅f s⋅d3

e. Tegangan geser :

fs =

σb

sf

Page 23: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

e. Teori perhitungan Poros Penggerak Bagian Atas

Gambar 2.10. Poros Penggerak bagian atas

a. Tegangan tarik ijin :

ft =

σb

K t⋅Cb

Kt = factor kejutan/tumbukan yang besar antara 1,5 s/d 3,0

Cb = factor akibat beban lentur, antara 1,2 s/d 2,3

b. Berat roda gigi masing – masing

WB = WC

Km = factor bending akibat kejutan dan fatique dengan kejutan sedang, antara

1.5 s/d 2.0 diambil 2

Kt = factor torsi akibat kejutan dan fatique dengan kejutan sedang antara 1.5 s/d

2.0, diambil 2.

c. Torsi :

Page 24: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

TB =

P⋅45002⋅π⋅nb

- Gaya tangensial FB

FB=T B

DB

2

Beban total pada titik B :

WB + FB

Torsi TC = TB

- Gaya tangnsial Fc

FC=TC

DC

2

Beban total pada titik C adalah :

Wc + Fc

Torsi :

TD =

P⋅45002⋅π⋅nb

- Gaya tangensial FD

FD=T D

DD

2

Beban total pada titik C adalah :

Wc + Fc

f. Teori Perhitungan Bearing

a. Perhitungan berat roda gigi :

Page 25: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

W =2×[( π

4 ) (Dsp 1 )2⋅t⋅BJ ]b. Berat total terhadap poros adalah :

F + W

Gambar 2.11 Poros pada bearing

1. Pertama adalah mencari perbandingan antara panjang dan diameter lubangId=1,6

I = 1.6 x D

2. Kemudian kita dapat mengetahui tekanan bearing

P =

RA

I⋅d

Sedangkan maksimum tekanan bearing 7 s.d 1 N/cm2

p < pijin

3. Kekentalam mutlak dari lapisan oil

Z = 25 centipoise

Modulus bearing pada titik maksimum dari gesekan :

3 K= Z⋅np

K=13 ( z⋅n

p )

Page 26: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

4. koefisien gesek

=

33

1010 ( Z⋅np )( d

c )+k

Dimana K = factor koreksi = 0,002

5. Panas yang timbul

H g=μWV

J

V= π⋅d⋅n

100 (m/min)

J = energi panas = 427 N.m/kcal

V=3 .14⋅0 . 1⋅5000100

=15 . 85

H g=0 .5 .300 . 15.85427

=5 . 57

g. Pulley

Cakra pulley dikonstruksikan ada yang bersatu dengan porosnya (fixed) dan ada yang bebas (moveble) dan ada pula yang dikompensasikan. Diameter dari cakra pulley tidak kurang dari 10 diameter tali, jadi :

D > 10d

Dimana : D = diameter pulley (mm)

d = diameter tali(mm)

Roda puli tali yang berukuran kecil biasanya dicor menjadi satu bagian tanpa tulang penguat, sedangkan untuk roda puli besar diberi tulang penguat dan lubang atau dengan jari-jari silang.

Page 27: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

Tabel 2.2. Dimensi roda puli

Diameter

Tali (d)a b C e h L R r1 r2 r3 r4

4.8 22 15 5 0.5 12.5 8 4 2.5 2 8 66.2 22 15 5 0.5 12.5 8 4 2.5 2 8 68.7 28 20 6 1 15 8 5 3 2.5 9 611 40 30 7 1 25 10 8.5 4 3 12 813 40 30 7 1 25 10 8.5 4 3 12 815 40 30 7 1 25 10 8.5 4 3 12 8

19.5 55 40 10 1.5 30 15 12 5 5 17 1024 65 50 10 1.5 37 18 14 5 5 20 1528 80 60 12 2 45 20 17 6 7 25 15

34.5 90 70 15 2 55 22 20 7 8 28 2039 110 85 18 2.9 65 22 25 9 10 40 30

h. Motor AC

Motor AC adalah motor yang menggunakan arus listrik yang membalikkan arahnya secara teratur pada rentang waktu tertentu. Motor listrik AC memiliki dua buah bagian dasar listrik : stator dan rotor .

Stator merupakan komponen listrik statis. Rotor merupakan komponen listrik berputar untuk memutar as motor. Dalam pemilihan motor diperlukan adanya perhitungan kebutuhan daya motor. Untuk menghitung besarnya kebutuhan daya motor sebagai penggerak utama dalam proses pemindahan barang adalah sebagai berikut :

P = 2. π. n. T

Dimana : P = Daya Motor (kw)

n = Putaran (rpm)

T = Torsi (Nm)

a. Daya Motor (P)

Dari perhitungan diatas, sehingga dapat dihitung kebutuhan daya motor sebagai berikut :

P = 2.π.n.T

Dimana : P = Daya Motor (kw)

Page 28: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

n = Putaran (rpm)

T = Torsi (Nm)

Daya yang dibutuhkan untuk motor pada eskalator adalah :

P = 2.π.n.T

= 2 x π x 900 x 561044013750 Nm

= 3.17 x 1015 Watt

= 3.17 x 1013 KW

i. Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua

mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran sekaligus sebagai penopang dari

benda yang berputar. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Poros untuk mesin, biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan difinis,

baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di “kill”

(baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan di cor; kadar karbon terjamin). Meskipun

demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena

tegangan yang kurang seimbang misalnya diberi alur pasak. Tetapi penarikan dingin

membuat permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar. Harga-harga

yang terdapat di dalam tabel 1.1 diperoleh dari batang percobaan dengan diameter 25 mm,

dalam hal ini harus di ingat. Bahwa untuk poros yang diameternya jauh lebih besar dari 25

mm, harga-harga tersebut akan lebih rendah daripada yang terdapat pada label karena adanya

pengaruh massa.

Tabel 2.2. Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin

untuk poros

Standar danMacam

LambangPerlakuan

PanasKekuatan Tarik

(kg/mm2)Keterangan

Baja karbon konstruksi mesin

(JIS G 4501)

S30C Penormalan 48S35C Penormalan 52S40C Penormalan 55S45C Penormalan 58S50C Penormalan 62S55C Penormalan 66

Batang Baja yang difinis

S35C-D - 53 Ditarik dingin, di gerinda S45C-D - 60

Page 29: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

dingin dibubut, atau gabungan dari

hal-hal tersebut

S55C-D - 72

2.5 Varian

Ada beberapa varian cara yang dapat digunakan untuk menggerus obat diantaranya :

1. Pemindahan trolley barang dengan cara dikaitkan pada kedua ujung trolley

2. Pemindahan trolley barang dengan cara dengan membuat coakan pada permukaan

eskalator

Table varian alat penggerus obat sebagai berikut:

No

Prinsip

Solusi

Fungsi

1 2

A Arah PergerakanDari bawah ke

atas

Dari atas ke

bawah

B Input Troli Manual Otomatis

C Media penggerak Motor AC Motor DC

Dari table diatas, kombinasi prinsip solusi yang didapat adalah :

Kombinasi Prinsip V1= 1A, 1B, 1C

Kombinasi Prinsip V2= 2A, 2B, 2C

Kombinasi Prinsip V3 = 1A, 2A, 2B

Kombinasi Prinsip V4 = 1A, 2B, 1C

Kombinasi Prinsip V5 = 2A, 1B, 1C

Kombinasi Prinsip V6 = 2A, 2B, 2C

Adapun varian yang di pilih :

Page 30: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

Varian 2 = 2A, 2B, 2C

Varian 5 = 2A, 1B, 1C

Varian 6 = 2A, 2B, 2C

Dalam alat penggerus obat dipilih varian cara yakni penggerusan obat dengan cara

pengerollan. Cara pengerollan dengan arah rotasi serta input obat dengan otomatis ini

memiliki kelebihan dengan cara menumbuk, dikarenakan penggerusan obat dengan cara

pengerollan lebih efisien baik dari segi waktu maupun biaya produksi serta operasi.

Dengan faktor-faktor tersebut, maka alat pemindah barang portable pada kamar mesin

dengan penggerak motor, dipilih varian :

“Varian 2 = 2A, 2B, 2C”

2.6 Spesifikasi

Spesifikasi Alat Penggerus obat dengan metode rolling ball

D/W Daftar Persyaratan

D1. Geometri

2. Kapasitas Maksimum 80 kg

3. Eskalator hanya digunakan untuk trolley belanja.

D

4. Kapasitas

Kapasitas angkut pada eskalator trolley barang adalah 80 kg

D

5. Energi

Energi input sekecil mungkin

Efisiensi penggunaan energi sebesar mungkin

W6. Energi

Diusahakan tidak ada energi terbuang

W

7. Ergonomi

Aman

Mudah dioprasikan

D 8. Perakitan

Page 31: BAB I Hengki Pesawat Angkut Ok)

Pemasangan alat mudah dan sederhana

D

9. Perawatan

Pelumasan elemen yang berputar

Penggantian komponen mudah

Elemen berumur panjang

W10. Biaya

Biaya operasi dan produksi ekonomis

Keterangan :

D = Demand (daftar peryaratan yang harus dipenuhi)

W = Wishes (daftar peryaratan yang diharapkan dapat dipenuhi)