acara i karbohidrat
DESCRIPTION
BiokimiaTRANSCRIPT
ACARA I
KARBOHIDRAT
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Untuk mempelajari isolasi amilum dari umbi / biji-bijian.
b. Mempelajari identifikasi karbohidrat (monosakarida, disakarida, dan
polisakarida) dengan cara mengetahui sifat-sifat reaksi dan perubahan warnanya.
2. Waktu Praktikum
Senin, 28 September 2015
3. Tempat Praktikum
Lantai II dan III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton, yang
mempunyai rumus molekul umum (CH2O)n. Yang pertama lebih dikenal sebagai
golongan aldosan yang kedua adalah ketosa. Dari rumus umum dapat diketahui bahwa
karbohidrat adalah suatu polimer. Senyawa yang menyusunnya adalah monomer-
monomer. Dari jumlah monomer yang menyusun polimer itu, maka karbohidrat
digolongkan menjadi : monosakarida, disakarida, trisakarida dan seterusnya samapi
polisakarida, bilaman jumlah monomer yang menyusunnya berturut-turut adalah: satu,
dua, tiga dan banyak. Untuk mudahnya biasanya lalu dibagi menjadi tiga golongan yaitu
: monosakarida, oligosakarida mengandung 2 sampai 10 monomer dan polisakarida
lebih dari sepuluh (Martoharsono, 2012 : 23).
Karbohidrat mempunyai fungsi biologi penting lainnya. Pati dan glikogen
berperan sebagai penyedia sementara glukosa. Polimer karbohidrat yang tidak larut
berperan sebagai unsur struktural dan penyangga di dalam dinding sel baketri dan
tanaman, dan pada jaringan pengikat dan dinding sel organisme hewan. Karbohidrat lain
berfungsi sebagai pelumas sendi kerangka, sebagai senyawa perekat diantara sel, dan
senyawa pemberi spesifisitas biologi pada permukaan sel hewan. Karbohidrat juga
merupakan pusat metabolisme tanaman hijau dan organisme fotosintetik lainnya yang
menggunakan energi solar untuk melakukan sintesa karbohidrat dari CO2 dan H2O
(Lehninger, 1982 : 313).
Maltosa merupakan pereduksi sempurna dengan ikatan α-glukosida, dan proses
hidrolisisnya menghasilkan 2 molekul glukosa, sedangkan sukrosa bukan pereduksi dan
mempunyai ikatan α-ß-glikosidik. Untuk memutus ikatan sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa dibutuhkan enzim yang spesifik, yang mungkin kurang dalam cairan rumen
yang dikoleksi untuk mendapatkan enzim kasar. Penambahan ekstrak daun murbei pada
media dengan substrat berupa maltosa mengakibatkan penghambatan aktivitas enzim
maltase (Syahrir,dkk, 2011).
Oligosakarida yang berasal dari ubi jalar dapat dimanfaatkan sebagai sumber
makanan oleh bakteri probiotik SKT-b untuk menunjang pertumbuhan bakteri tersebut
secara in vitro. Penambahan oligosakarida ke media kultur meningkatkan pertumbuhan
bakteri SKT-b, yang berkorelasi positif terhadap peningkatan dosis prebiotik tersebut,
pada semua perlakuan konsentrasi bakteri. Jumlah inokulan yang ditambahkan ke media
kultur juga menentukan konsentrasi akhir dari biakan bakteri yang dikultur.
Pengurangan jumlah inokulan bakteri SKT-b menyebabkan penurunan konsentrasi akhir
biakan pada semua perlakuan dosis prebiotik (Lesmanawati,dkk, 2013).
Selama asupan karbohidrat sangat rendah, produksi diatur dan dikendalikan ket
on tubuh yang menyebabkan keadaan fisiologis berbahaya yang dikenal sebagat diet
ketosis. Keton tubuh mengalir dari hati menuju jaringan ekstra hati (misalnya: otak)
untuk digunakan sebaga bahan bakar, suku cadang ini me-metabolisme glukosa melalui
mekanisme yang serupa dengan menyelamatkan glukosa oleh oksidasi asam lemak
sebagai bahan bakar alternatif. Dibandingkan dengan glukosa, keton tubuh adalah bahan
bakar yang benar-benar sangat baik bagi pernapasan. Menariknya, efek metabolisme
tubuh keton menyarankan bahwa ketosis ringan mungkin menawarkan potensi terapi
dalam berbagai penyakit umum dan langka yang berbeda. Juga, studi tengara kemarin
menunjukkan bahwa diet sangat tinggi akan karbohidrat mengakibatkan penurunan
yang signifikan dalam massa lemakdan seiring peningkatan massa tubuh pada pria
dengan berat normal (Manninen, 2004).
Polifenol, termasuk flavonoid, asam fenolik, proanthocyanidins dan resveratrol
adalah sekolompok besar dan heterogen phytochemical dalam makanan nabati, seperti
teh, kopi, anggur, kakao, biji-bijian sereal, kedelai, berries dan buah. Bukti yang
berkembang menunjukkan bahwa polifenol diet dapat mempengaruhi metabolisme
karbohidrat di berbagai tingkatan. Pencernaan karbohidrat dan penyerapan glukosa
adalah target jelas untuk mengontrol glikemia lebih baik setelah makan dengan
karbohidrat tinggi. α-amilase dan α-glukosidase adalah kunci enzim yang bertanggung
jawab untuk pencernaan karbohidrat makanan menjadi glukosa. Glukosa dibebaskan
dan diserap di usus enterosit melalui pengangkut tertentu. Inhibisi enzim dan
pencernaan atau pengangkut glukosa akan mengurangi tingkat pelepasan glukosa dan
penyerapan dalam usus kecil, akibatnya akan menekan postprandial hiperglikemia
(Hanhineva,dkk, 2010).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat Praktikum
a. Blender
b. Corong Buchner
c. Filter flashk
d. Gelas arloji
e. Gelas kimia 250 mL
f. Gelas kimia 600 mL
g. Gelas ukur 100 mL
h. Kain perca
i. Kertas Saring Whatmann
j. Penjepit kayu
k. Pipet tetes
l. Pipet volume 2 mL
m. Pisau
n. Pompa vakum
o. Rak tabung reaksi
p. Rubber bulb
q. Spatula
r. Tabung reaksi
s. Timbangan analitik
t. Water Bath
FiltratEndapan
Ubi kayu
Dikupas, dipotong kecil-kecilDitimbang sebanyak 100 gramDicuci + 200 ml aquades ( blender 30 detik )Disaring dengan kain
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquadest(H2O)(l)
b. HCl Encer
c. Indikator Amilum 1%
d. Larutan alkohol (etanol) 95%
e. Larutan α-naftol 10%
f. Larutan Benedict
g. Larutan fruktosa 1%
h. Larutan glukosa 1%
i. Larutan H2SO4 pekat
j. Larutan Iodin
k. Reagen Saliwanoff
l. Ubi kayu (singkong)
D. SKEMA KERJA
1. Isolasi Amilum dari Umbi / Biji-bijian
FiltratEndapan
Didiamkan 20 menit
Didekantasi
+ 200 ml air didiamkan 20 menit
Didekantasi
Larutan
+ 2 mL H2SO4 pekat perlahan-lahan melalui dinding tabung
Hasil
2mL glukosa
+ 2 tetes 10% α-naftol
Larutan
+ 2 ml H2SO4 pekat perlahan-lahan melewati dinding tabung
Hasil
2 mL fruktosa
+ 2 tetes 10% α-naftol
2. Uji Kualitatif Karbohidrat
a. Uji Reaksi Molisch
Glukosa
Fruktosa
FiltratEndapan
Pati Filtrat
Hasil
+ 100 ml etanol 95 %
Larutan campuran
Disaring dengan corong buchner
Dikeringkan dan ditimbang
Larutan
Δ dalam penangas air
Hasil
2 mL Larutan Glukosa 1 %
Dimasukkan 5 ml reagen benedict
Larutan
Δ dalam penangas air
Hasil
2 mL Larutan Fruktosa 5 %
Dimasukkan 5 mL reagen benedict
Diasamkan dengan HCl encer+2 tetes larutan iodin
Hasil
1 ml amilum
b. Uji Reaksi Benedict
Glukosa
Fruktosa
c. Uji Reaksi Iodine
Larutan
Δ dalam penangas air (1menit) atau sampai terbentuk warna merah tua di beberapa tabung reaksi
Hasil
Tabung reaksi
Dimasukkan 2 mL reagen Saliwanoff2 tetes larutan glukosa
Larutan
Δ dalam penangas air (1 menit) atau sampai terbentuk warna merah tua di beberapa tabung reaksi
Hasil
Tabung reaksi
Dimasukkan 2 mL reagen Saliwanoff2 tetes larutan fruktosa
d. Uji Reaksi Saliwanoff
Glukosa
Fruktosa
E. HASIL PENGAMATAN
1. Isolasi Amilum dari Umbi atau Biji-Bijian
No Perlakuan Hasil
1 Ubi kayu dikupas, dipotong kecil-kecil,
ditimbang sebanyak 100 gram
Warna ubi kayu = putih
Massa ubi kayu = 100 gram
2 100 gram ubi kayu + 200 mL aquades lalu Warna awal aquades = putih. Terbentuk
diblender 30 detik larutan kental berwarna kuning muda
3 Larutan disaring dengan kain perca Filtrat berwarna kuning dengan
endapan berwarna kuning dan tertahan
pada kain perca
4 Filtrat diendapkan 20 menit kemudian
didekantasi
Terbentuk endapan berwarna putih
pada dasar gelas kimia dan filtrat
berupa larutan berwarna kuning
5 Endapan + 200 mL aquades, diendapkan
20 menit kemudian didekantasi
Terbentuk endapan berwarna putih
pada dasar gelas kimia dan filtrat
berupa larutan berwarna putih keruh
6 Endapan + 100 mL etanol 95% Warna awal etanol = bening. Warna
larutan campuran = putih keruh
7 Larutan campuran disaring dengan
buchner
Filtrat berwarna bening keruh dan pati
berwarna putih dan teksturnya halus
8 Pati dikeringkan dan ditimbang Berat kertas whatmann kosong = 0,65
gram
Berat kertas whatmann + pati = 14,96
gram
Berat pati = 14,31 gram
2. Uji Kualitatif Karbohidrat
a. Uji Reaksi Molisch
Glukosa
No Perlakuan Hasil
1 2 mL larutan glukosa 1% + 2 tetes larutan
α-naftol 10%
Warna awal glukosa = bening. Warna
awal α-naftol = ungu. Campuran =
larutan glukosa tetap bening dan
terdapat butiran-butiran ungu
mengapung di atas larutan bening
2 + 2 mL larutan H2SO4 pekat secara
perlahan-lahan melalui dinding tabung
reaksi
Tabung reaksi terasa panas dan
terbentuk tiga fase, lapisan atas
berwarna bening keruh, lapisan
tengah berbentuk cincin ungu, lapisan
bawah berwarna bening
Fruktosa
No Perlakuan Hasil
1 2 mL larutan fruktosa 1% + 2 tetes larutan
α-naftol 10%
Warna awal fruktosa = bening
kekuningan. Warna awal α-naftol =
ungu. Campuran = larutan fruktosa
berubah warna menjadi bening dan
terdapat butiran-butiran ungu
mengapung di atas larutan bening
2 + 2 mL larutan H2SO4 pekat secara
perlahan-lahan melalui dinding tabung
reaksi
Tabung reaksi terasa panas dan
terbentuk tiga fase, lapisan atas
berwarna bening keruh, lapisan tengah
berbentuk cincin ungu yang lebig
gelap dan jelas, lapisan bawah
berwarna bening
b. Uji Reaksi Benedict
Glukosa
No Perlakuan Hasil
1 2 mL larutan glukosa 1% + 5 mL reagen
benedict
Warna awal glukosa = bening.
Warna awal reagen benedict = biru.
Warna campuran = biru muda
2 Δ dalam penangas air Terbentuk larutan dan endapan
berwarna merah bata gelap namun
dengan waktu yang lama
Fruktosa
No Perlakuan Hasil
1 2 mL larutan fruktosa 1% + 5 mL reagen
benedict
Warna awal fruktosa = bening
kekuningan. Warna awal reagen
benedict = biru. Warna campuran =
biru muda.
2 Δ dalam penangas air Terbentuk larutan dan endapan
berwarna merah bata terang dengan
waktu yang lebih singkat
c. Uji Reaksi Iodin
No Perlakuan Hasil
1 1 mL amilum 2% diasamkan dengan HCl
encer
Warna awal amilum = bening keruh.
Warna awal HCl = bening. Warna
campuran = bening
2 + 2 tetes larutan iodin Warna awal iodin = bening. Warna
campuran = biru keunguan
d. Uji reaksi Saliwanoff
Glukosa
No Perlakuan Hasil
1 2 mL reagen saliwanoff + 2 tetes larutan
glukosa 1%
Warna awal reagen saliwanoff =
bening. Warna awal glukosa =
bening. Warna campuran = bening
kekuningan.
2 Δ dalam penangas air Larutan tetap berwarna bening
kekuningan (tidak terjadi perubahan
warna)
Untuk Fruktosa
No Perlakuan Hasil
1 2 mL reagen saliwanoff + 2 tetes larutan
fruktosa 1%
Warna awal reagen saliwanoff =
bening. Warna awal fruktosa =
bening kekuningan. Warna campuran
= bening kekuningan.
2 Δ dalam penangas air Terbentuk larutan berwarna merah
tua
F. ANALISIS DATA
1. Perhitungan
Kadar amilum dalam 100 gram singkong
% amilum=massa amilum keringmassa singkong
× 100 %
= 14,31100
×100 %
=14,31 %
2. Persamaan reaksi
a. Reaksi Molisch
CH2OH CH
CH
OH
CH
H
O
OHOH
H2SO4O
H
O
OH
C + C +
pentosa furfuralalfa naftol
CH2OH CH
CH
OH
CH
H
O
OHOH
H2SO4O
H
OCH3
OH
C + C +5-hidroksi furfural
b. Reaksi Benedict
c. Reaksi iodine
Iodium + Amilum Kompleks Iodin Amilum
(biru tua/ungu)
d. Reaksi Saliwanoff
G. PEMBAHASAN
Karbohidrat atau polihidroksi
aldehida atau keton atau senyawa yang
menghasilkan senyawa-senyawa ini bila
O
O
CH3
OH
SO3H
cincin ungu yang terbentuk
dihidrolisa. Nama karbohidrat berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari
golongan ini mempunyai rumus empiris, yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut
adalah karbon “hidrat”, dan memiliki nisbah karbon terhadap hidrogen dan terhadap
oksigen sebagai 1:2:1. Karbohidrat dalam bentuk gula dan pati melambangkan bagian
utama kalori total yang dikonsumsi manusia dan bagi kebanyakan kehidupan hewan,
seperti juga bagi berbagai mikroorganisme (Lehninger, 1982 : 313). Salah satu contoh
karbohidrat adalah pati. Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut
dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama
yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk
fotosintetis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai
sumber energi yang penting. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan
amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda.
Pada praktikum karbohidrat ini memiliki tujuan untuk mempelajari isolasi
amilum dari umbi / biji-bijian dan mempelajari identifikasi karbohidrat (monosakarida,
disakarida dan polisakarida) dengan cara mengetahui sifat-sifat reaksi dan perubahan
warnanya. Terdapat dua percobaan dalam praktikum ini yaitu isolasi amilum dari
umbi/biji-bijian dan uji kualitatif karbohidrat. Uji kualitatif karbohidrat terdiri dari uji
Molisch, uji Benedict, uji Iodine dan uji Saliwanoff.
Percobaan pertama yaitu isolasi amilum dari umbi/biji-bijian. Dalam hal ini ubi
kayu atau singkong digunakan sebagai bahan baku utama dalam percobaan ini, karena
singkong merupakan salah satu umbi-umbian yang mengandung amilum. Pertama-tama
singkong dikupas dan dipotong kecil-kecil, dicuci, dan di blender. Didapatkan larutan
kental berwarna kuning muda yang kemudian disaring sehingga didapatkan endapan
berwana kuning dan filtrat yang berwarna kuning pula. Selanjutnya, filtrat ditambahkan
aquades dan didiamkan 20 menit yang kemudian didekantasi. Didapatkan endapan
berwarna putih dan filtrat berwarna kuning. Endapan yang didapatkan ditambahkan
aquades, larutan berwarna putih keruh dan didekantasi kembali. Didapatkan filtrat
berwarna putih keruh dan endapan berwarna putih. Tujuan dari dekantasi sebanyak dua
kali adalah untuk mengendapkan amilum. Kemudian endapan yang didapatkan
sebelumnya ditambahkan etanol dan didapatkan larutan yang berwarna putih keruh.
Penambahan etanol ini bertujuan untuk melarutkan amilum dan juga menghilangkan
pengotor yang mungkin terdapat dalam endapan sehingga didapatkan amilum yang
murni. Selanjutnya, larutan disaring menggunakan corong buchner untuk memisahkan
pati dengan filtrat. Filtrat yang didapat berwarna putih keruh sedangkan pati berupa
padatan berwarna putih dengan tekstur halus. Kemudian pati yang didapatkan
dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang masih terdapat dalam pati.
Setelah itu, pati ditimbang dan didapatkan berat pati sebesar 14,31 gram dengan %
amilum sebesar 14,31%.
Percobaan kedua yaitu uji kualitatif karbohidrat. Uji kualitatif pertama yaitu uji
Molisch, uji ini merupakan uji spesifik untuk menguji karbohidrat terutama kandungan
gugus heksosa. Di dalam karbohidrat terdapat gugus heksosa yang akan menghasilkan
senyawa hidroksi metil furfural sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa
fulfural dari reaksi dehidrasi tersebut. Furfural adalah senyawa organik siklik dengan
lima atom karbon sebagai penyusun utama kerangkanya. Furfural termasuk dalam
sakarida dan merangsang saraf lidah mersakan manis. Uji positif akan ditandai dengan
terbentuknya cincin ungu pada larutan. Pada percobaan ini digunakan larutan glukosa
dan fruktosa sebagai sampel. Dalam uji molisch, kedua sampel ditambahkan dengan
larutan α-naftol 10% sehingga didapatkan larutan berwarna bening dan terdapat bintik-
bintik ungu di atas larutan. Kemudian ditambahkan larutan H2SO4 pekat, didapatkan 3
fase dalam larutan juga tabung reaksi terasa panas, pada lapisan atas larutan berwarna
bening, lapisan bawah berwarna bening dan pada lapisan tengah terbentuk cincin ungu.
Cincin ungu pada sampel fruktosa terlihat lebih gelap dan jelas. H2SO4 pekat berfungsi
untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini
kemudian bereaksi dengan reagen Molisch α-naftol membentuk cincin yang berwarna
ungu. Dengan terbentuknya cincin ungu pada kedua sampel membuktikan bahwa
glukosa dan fruktosa termasuk dalam jenis karbohidrat.
Uji kedua yaitu uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya
gula pereduksi. Dimana gula pereduksi adalah gula yang memiliki gugus karbonil bebas
berupa gugus aldehid atau gugus keton yang bisa mereduksi ion logam yang memiliki
muatan. Prinsip dari uji Benedict ini adalah berdasarkan adanya gugus karbonil bebas
yang mereduksi Cu2+ dalam kondisi basa membentuk Cu2O (endapan warna merah bata
atau kuning kehijauan). Pada uji kedua ini, kedua sampel (glukosa dan fruktosa)
masing-masing ditambahkan reagen benedict. Didapatkan larutan berwarna biru muda
dan kemudian larutan di panaskan dalam penangas air. Pada sampel glukosa didapatkan
larutan berwarna merah bata gelap dan pada fruktosa didapatkan larutan berwarna
merah bata terang. Perubahan warna pada glukosa terbentuk lebih lama dibandingkan
pada fruktosa. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa glukosa termasuk gula
pereduksi, sedangkan fruktosa bukanlah termasuk gula pereduksi. Hal ini dikarenakan
fruktosa memiliki gugus alpha hidroksi keton, sehingga fruktosa akan berubah menjadi
glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif pada uji
benedict. Perbedaan warna yang terjadi pada kedua sampel dikarenakan kadar gula
pereduksi yang dimiliki oleh masing-masing sampel berbeda.
Yang ketiga adalah uji Iodine, uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya pati
(suatu polisakarida). Pertama-tama amilum yang bening keruh setelah diasamkan
dengan HCl encer didapatkan larutan berwarna bening. Selanjutnya ditambahkan
larutan iodin dan diapatkan hasil larutan berwarna biru keunguan. Warna yang terbentuk
menandakan adanya ikatan kompleks yang terjadi antara pati dan iod. Struktur amilum
berupa heliks akan membuat iod terperangkap atau terikat dalam molekul spiral amilum.
Penambahan HCl encer akan memberikan suasana asam sehingga amilum dapat
terhidrolisis dan memudahkan untuk bereaksi dengan iodin membentuk kompleks
berwarna ungu pada amilopektin dan biru pada amilosa.
Yang terakhir adalah uji Seliwanoff, uji ini digunakan untuk membedakan gula
aldosa dan ketosa. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa.
Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan
pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa.
Pengujian dilakukan dengan memasukkan reagen seliwanoff dalam dua tabung reaksi
kemudian ditambahkan sampel glukosa dan fruktosa pada masing-masing tabung reaksi
yang selanjutnya dipanaskan dalam penangas air. Hasil yang didapatkan, pada glukosa
larutan tetap berwarna kuning bening walaupun telah dipanaskan sedangkan pada
fruktosa larutan berubah warna menjadi merah tua. Reagen seliwanoff ini terdiri dari
resorsinol dan asam klorida pekat, dimana ketosa yang terhidrasi kemudian bereaksi
dengan resorsinol dan menghasilkan warna merah tua. Peristiwa dehidrasi
monosakarida ketosa menjadi furfural lebih cepat dibandingkan dehidrasi monosakarida
aldosa. Hal ini dikarenakan aldosa sebelum mengalami dehidrasi lebih dahulu
mengalami transformasi menjadi ketosa. Dengan demikian aldosa akan bereaksi negatif
pada uji Seliwanoff. Maka hasil dari pengujian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa fruktosa mengandung gula ketosa dan glukosa mengandung gula aldosa.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam mengisolasi amilum dari singkong dapat dilakukan dengan mengendapkan,
mendekantasi filtrat singkong yang kemudian ditambahkan etanol untuk
menghilangkan pengotor yang ada sehingga didapatkan amilum yang murni,
kemudian disaring menggunakan corong buchner dan didapatkan pati yang padat
bertekstur halus. Dalam 100 gram singkong yang digunakan didapatkan % amilum
sebesar 14,31 %.
2. Uji kualitatif karbohidrat dapat dilakukan dengan uji molisch, uji benedict, uji iodine
dan uji seliwanoff. Hasil positif pada uji molisch dengan terbentuknya cincin ungu
pada sampel glukosa dan fruktosa yang menunjukkan bahwa kedua sampel
merupakan karbohidrat. Uji benedict merupakan uji untuk mengetahui adanya gula
pereduksi, dimana fruktosa bukan termasuk dalam gula pereduksi namun
memberikan hasil positif pada uji benedict karena memiliki gugus alpha hidroksi
keton. Uji iodine adalah uji mendeteksi pati, dimana amilum memberikan hasil
positif karena membentuk ikatan kompleks antara pati dan iod yang ditandai dengan
terbentuknya warna biru keunguan. Dan uji seliwanoff adalah uji gula aldosa dan
ketosa, didapatkan bahwa glukosa mengandung gula aldosa dan fruktosa
mengandung gula ketosa.
DAFTAR PUSTAKA
Hanhineva, Kati, dkk. 2010. Impact of Dietary Polyphenols on Carbohydrate
Metabolism. Switzerland : International journal of Molecular Sciences.
Lehninger, Albert L . 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.
Lesmanawati, Wida, dkk. 2013. Potensi Ekstrak Oligosakarida Ubi Jalar sebagai
Prebiotik Bakteri Probiotik Akuakultur. Bogor : Jurnal Sains Terapan Edisi III.
Manninen, Anssi H . 2004. Metabolic Effects of the Very-Low-Carbohydrate Diets :
Misunderstood “Villians”of Human Metabolism. New York : Journal of the
International Society of Sports Nutrition.
Martoharsono, Soeharsono. 2012. Biokimia I. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Syahrir, S, dkk. 2011. Potensi Senyawa 1-Deoxynojirimycin untuk Melambatkan
Hidrolisis Beberapa Jenis Karbohidrat Oleh Enzim Rumen. Makassar : JITP.