acara i karbohidrat

25
ACARA I KARBOHIDRAT A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Untuk mempelajari isolasi amilum dari umbi / biji- bijian. b. Mempelajari identifikasi karbohidrat (monosakarida, disakarida, dan polisakarida) dengan cara mengetahui sifat-sifat reaksi dan perubahan warnanya. 2. Waktu Praktikum Senin, 28 September 2015 3. Tempat Praktikum Lantai II dan III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram. B. LANDASAN TEORI Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton, yang mempunyai rumus molekul umum (CH 2 O) n . Yang pertama lebih dikenal sebagai golongan aldosan yang kedua adalah ketosa. Dari rumus umum dapat diketahui bahwa karbohidrat adalah suatu polimer. Senyawa yang menyusunnya adalah monomer-monomer. Dari jumlah monomer yang menyusun polimer itu, maka karbohidrat digolongkan menjadi : monosakarida, disakarida, trisakarida dan seterusnya samapi polisakarida, bilaman jumlah monomer

Upload: rizki-amalia

Post on 13-Jul-2016

30 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Biokimia

TRANSCRIPT

Page 1: Acara I Karbohidrat

ACARA I

KARBOHIDRAT

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan Praktikum

a. Untuk mempelajari isolasi amilum dari umbi / biji-bijian.

b. Mempelajari identifikasi karbohidrat (monosakarida, disakarida, dan

polisakarida) dengan cara mengetahui sifat-sifat reaksi dan perubahan warnanya.

2. Waktu Praktikum

Senin, 28 September 2015

3. Tempat Praktikum

Lantai II dan III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton, yang

mempunyai rumus molekul umum (CH2O)n. Yang pertama lebih dikenal sebagai

golongan aldosan yang kedua adalah ketosa. Dari rumus umum dapat diketahui bahwa

karbohidrat adalah suatu polimer. Senyawa yang menyusunnya adalah monomer-

monomer. Dari jumlah monomer yang menyusun polimer itu, maka karbohidrat

digolongkan menjadi : monosakarida, disakarida, trisakarida dan seterusnya samapi

polisakarida, bilaman jumlah monomer yang menyusunnya berturut-turut adalah: satu,

dua, tiga dan banyak. Untuk mudahnya biasanya lalu dibagi menjadi tiga golongan yaitu

: monosakarida, oligosakarida mengandung 2 sampai 10 monomer dan polisakarida

lebih dari sepuluh (Martoharsono, 2012 : 23).

Karbohidrat mempunyai fungsi biologi penting lainnya. Pati dan glikogen

berperan sebagai penyedia sementara glukosa. Polimer karbohidrat yang tidak larut

berperan sebagai unsur struktural dan penyangga di dalam dinding sel baketri dan

tanaman, dan pada jaringan pengikat dan dinding sel organisme hewan. Karbohidrat lain

berfungsi sebagai pelumas sendi kerangka, sebagai senyawa perekat diantara sel, dan

senyawa pemberi spesifisitas biologi pada permukaan sel hewan. Karbohidrat juga

merupakan pusat metabolisme tanaman hijau dan organisme fotosintetik lainnya yang

Page 2: Acara I Karbohidrat

menggunakan energi solar untuk melakukan sintesa karbohidrat dari CO2 dan H2O

(Lehninger, 1982 : 313).

Maltosa merupakan pereduksi sempurna dengan ikatan α-glukosida, dan proses

hidrolisisnya menghasilkan 2 molekul glukosa, sedangkan sukrosa bukan pereduksi dan

mempunyai ikatan α-ß-glikosidik. Untuk memutus ikatan sukrosa menjadi glukosa dan

fruktosa dibutuhkan enzim yang spesifik, yang mungkin kurang dalam cairan rumen

yang dikoleksi untuk mendapatkan enzim kasar. Penambahan ekstrak daun murbei pada

media dengan substrat berupa maltosa mengakibatkan penghambatan aktivitas enzim

maltase (Syahrir,dkk, 2011).

Oligosakarida yang berasal dari ubi jalar dapat dimanfaatkan sebagai sumber

makanan oleh bakteri probiotik SKT-b untuk menunjang pertumbuhan bakteri tersebut

secara in vitro. Penambahan oligosakarida ke media kultur meningkatkan pertumbuhan

bakteri SKT-b, yang berkorelasi positif terhadap peningkatan dosis prebiotik tersebut,

pada semua perlakuan konsentrasi bakteri. Jumlah inokulan yang ditambahkan ke media

kultur juga menentukan konsentrasi akhir dari biakan bakteri yang dikultur.

Pengurangan jumlah inokulan bakteri SKT-b menyebabkan penurunan konsentrasi akhir

biakan pada semua perlakuan dosis prebiotik (Lesmanawati,dkk, 2013).

Selama asupan karbohidrat sangat rendah, produksi diatur dan dikendalikan ket

on tubuh yang menyebabkan keadaan fisiologis berbahaya yang dikenal sebagat diet

ketosis. Keton tubuh mengalir dari hati menuju jaringan ekstra hati (misalnya: otak)

untuk digunakan sebaga bahan bakar, suku cadang ini me-metabolisme glukosa melalui

mekanisme yang serupa dengan menyelamatkan glukosa oleh oksidasi asam lemak

sebagai bahan bakar alternatif. Dibandingkan dengan glukosa, keton tubuh adalah bahan

bakar yang benar-benar sangat baik bagi pernapasan. Menariknya, efek metabolisme

tubuh keton menyarankan bahwa ketosis ringan mungkin menawarkan potensi terapi

dalam berbagai penyakit umum dan langka yang berbeda. Juga, studi tengara kemarin

menunjukkan bahwa diet sangat tinggi akan karbohidrat mengakibatkan penurunan

yang signifikan dalam massa lemakdan seiring peningkatan massa tubuh pada pria

dengan berat normal (Manninen, 2004).

Polifenol, termasuk flavonoid, asam fenolik, proanthocyanidins dan resveratrol

adalah sekolompok besar dan heterogen phytochemical dalam makanan nabati, seperti

teh, kopi, anggur, kakao, biji-bijian sereal, kedelai, berries dan buah. Bukti yang

berkembang menunjukkan bahwa polifenol diet dapat mempengaruhi metabolisme

Page 3: Acara I Karbohidrat

karbohidrat di berbagai tingkatan. Pencernaan karbohidrat dan penyerapan glukosa

adalah target jelas untuk mengontrol glikemia lebih baik setelah makan dengan

karbohidrat tinggi. α-amilase dan α-glukosidase adalah kunci enzim yang bertanggung

jawab untuk pencernaan karbohidrat makanan menjadi glukosa. Glukosa dibebaskan

dan diserap di usus enterosit melalui pengangkut tertentu. Inhibisi enzim dan

pencernaan atau pengangkut glukosa akan mengurangi tingkat pelepasan glukosa dan

penyerapan dalam usus kecil, akibatnya akan menekan postprandial hiperglikemia

(Hanhineva,dkk, 2010).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat-alat Praktikum

a. Blender

b. Corong Buchner

c. Filter flashk

d. Gelas arloji

e. Gelas kimia 250 mL

f. Gelas kimia 600 mL

g. Gelas ukur 100 mL

h. Kain perca

i. Kertas Saring Whatmann

j. Penjepit kayu

k. Pipet tetes

l. Pipet volume 2 mL

m. Pisau

n. Pompa vakum

o. Rak tabung reaksi

p. Rubber bulb

q. Spatula

r. Tabung reaksi

s. Timbangan analitik

t. Water Bath

Page 4: Acara I Karbohidrat

FiltratEndapan

Ubi kayu

Dikupas, dipotong kecil-kecilDitimbang sebanyak 100 gramDicuci + 200 ml aquades ( blender 30 detik )Disaring dengan kain

2. Bahan-bahan Praktikum

a. Aquadest(H2O)(l)

b. HCl Encer

c. Indikator Amilum 1%

d. Larutan alkohol (etanol) 95%

e. Larutan α-naftol 10%

f. Larutan Benedict

g. Larutan fruktosa 1%

h. Larutan glukosa 1%

i. Larutan H2SO4 pekat

j. Larutan Iodin

k. Reagen Saliwanoff

l. Ubi kayu (singkong)

D. SKEMA KERJA

1. Isolasi Amilum dari Umbi / Biji-bijian

FiltratEndapan

Didiamkan 20 menit

Didekantasi

+ 200 ml air didiamkan 20 menit

Didekantasi

Page 5: Acara I Karbohidrat

Larutan

+ 2 mL H2SO4 pekat perlahan-lahan melalui dinding tabung

Hasil

2mL glukosa

+ 2 tetes 10% α-naftol

Larutan

+ 2 ml H2SO4 pekat perlahan-lahan melewati dinding tabung

Hasil

2 mL fruktosa

+ 2 tetes 10% α-naftol

2. Uji Kualitatif Karbohidrat

a. Uji Reaksi Molisch

Glukosa

Fruktosa

FiltratEndapan

Pati Filtrat

Hasil

+ 100 ml etanol 95 %

Larutan campuran

Disaring dengan corong buchner

Dikeringkan dan ditimbang

Page 6: Acara I Karbohidrat

Larutan

Δ dalam penangas air

Hasil

2 mL Larutan Glukosa 1 %

Dimasukkan 5 ml reagen benedict

Larutan

Δ dalam penangas air

Hasil

2 mL Larutan Fruktosa 5 %

Dimasukkan 5 mL reagen benedict

Diasamkan dengan HCl encer+2 tetes larutan iodin

Hasil

1 ml amilum

b. Uji Reaksi Benedict

Glukosa

Fruktosa

c. Uji Reaksi Iodine

Page 7: Acara I Karbohidrat

Larutan

Δ dalam penangas air (1menit) atau sampai terbentuk warna merah tua di beberapa tabung reaksi

Hasil

Tabung reaksi

Dimasukkan 2 mL reagen Saliwanoff2 tetes larutan glukosa

Larutan

Δ dalam penangas air (1 menit) atau sampai terbentuk warna merah tua di beberapa tabung reaksi

Hasil

Tabung reaksi

Dimasukkan 2 mL reagen Saliwanoff2 tetes larutan fruktosa

d. Uji Reaksi Saliwanoff

Glukosa

Fruktosa

E. HASIL PENGAMATAN

1. Isolasi Amilum dari Umbi atau Biji-Bijian

No Perlakuan Hasil

1 Ubi kayu dikupas, dipotong kecil-kecil,

ditimbang sebanyak 100 gram

Warna ubi kayu = putih

Massa ubi kayu = 100 gram

2 100 gram ubi kayu + 200 mL aquades lalu Warna awal aquades = putih. Terbentuk

Page 8: Acara I Karbohidrat

diblender 30 detik larutan kental berwarna kuning muda

3 Larutan disaring dengan kain perca Filtrat berwarna kuning dengan

endapan berwarna kuning dan tertahan

pada kain perca

4 Filtrat diendapkan 20 menit kemudian

didekantasi

Terbentuk endapan berwarna putih

pada dasar gelas kimia dan filtrat

berupa larutan berwarna kuning

5 Endapan + 200 mL aquades, diendapkan

20 menit kemudian didekantasi

Terbentuk endapan berwarna putih

pada dasar gelas kimia dan filtrat

berupa larutan berwarna putih keruh

6 Endapan + 100 mL etanol 95% Warna awal etanol = bening. Warna

larutan campuran = putih keruh

7 Larutan campuran disaring dengan

buchner

Filtrat berwarna bening keruh dan pati

berwarna putih dan teksturnya halus

8 Pati dikeringkan dan ditimbang Berat kertas whatmann kosong = 0,65

gram

Berat kertas whatmann + pati = 14,96

gram

Berat pati = 14,31 gram

2. Uji Kualitatif Karbohidrat

a. Uji Reaksi Molisch

Glukosa

No Perlakuan Hasil

1 2 mL larutan glukosa 1% + 2 tetes larutan

α-naftol 10%

Warna awal glukosa = bening. Warna

awal α-naftol = ungu. Campuran =

larutan glukosa tetap bening dan

terdapat butiran-butiran ungu

Page 9: Acara I Karbohidrat

mengapung di atas larutan bening

2 + 2 mL larutan H2SO4 pekat secara

perlahan-lahan melalui dinding tabung

reaksi

Tabung reaksi terasa panas dan

terbentuk tiga fase, lapisan atas

berwarna bening keruh, lapisan

tengah berbentuk cincin ungu, lapisan

bawah berwarna bening

Fruktosa

No Perlakuan Hasil

1 2 mL larutan fruktosa 1% + 2 tetes larutan

α-naftol 10%

Warna awal fruktosa = bening

kekuningan. Warna awal α-naftol =

ungu. Campuran = larutan fruktosa

berubah warna menjadi bening dan

terdapat butiran-butiran ungu

mengapung di atas larutan bening

2 + 2 mL larutan H2SO4 pekat secara

perlahan-lahan melalui dinding tabung

reaksi

Tabung reaksi terasa panas dan

terbentuk tiga fase, lapisan atas

berwarna bening keruh, lapisan tengah

berbentuk cincin ungu yang lebig

gelap dan jelas, lapisan bawah

berwarna bening

b. Uji Reaksi Benedict

Glukosa

No Perlakuan Hasil

1 2 mL larutan glukosa 1% + 5 mL reagen

benedict

Warna awal glukosa = bening.

Warna awal reagen benedict = biru.

Warna campuran = biru muda

2 Δ dalam penangas air Terbentuk larutan dan endapan

Page 10: Acara I Karbohidrat

berwarna merah bata gelap namun

dengan waktu yang lama

Fruktosa

No Perlakuan Hasil

1 2 mL larutan fruktosa 1% + 5 mL reagen

benedict

Warna awal fruktosa = bening

kekuningan. Warna awal reagen

benedict = biru. Warna campuran =

biru muda.

2 Δ dalam penangas air Terbentuk larutan dan endapan

berwarna merah bata terang dengan

waktu yang lebih singkat

c. Uji Reaksi Iodin

No Perlakuan Hasil

1 1 mL amilum 2% diasamkan dengan HCl

encer

Warna awal amilum = bening keruh.

Warna awal HCl = bening. Warna

campuran = bening

2 + 2 tetes larutan iodin Warna awal iodin = bening. Warna

campuran = biru keunguan

d. Uji reaksi Saliwanoff

Glukosa

No Perlakuan Hasil

1 2 mL reagen saliwanoff + 2 tetes larutan

glukosa 1%

Warna awal reagen saliwanoff =

bening. Warna awal glukosa =

bening. Warna campuran = bening

Page 11: Acara I Karbohidrat

kekuningan.

2 Δ dalam penangas air Larutan tetap berwarna bening

kekuningan (tidak terjadi perubahan

warna)

Untuk Fruktosa

No Perlakuan Hasil

1 2 mL reagen saliwanoff + 2 tetes larutan

fruktosa 1%

Warna awal reagen saliwanoff =

bening. Warna awal fruktosa =

bening kekuningan. Warna campuran

= bening kekuningan.

2 Δ dalam penangas air Terbentuk larutan berwarna merah

tua

F. ANALISIS DATA

1. Perhitungan

Kadar amilum dalam 100 gram singkong

% amilum=massa amilum keringmassa singkong

× 100 %

= 14,31100

×100 %

=14,31 %

2. Persamaan reaksi

a. Reaksi Molisch

CH2OH CH

CH

OH

CH

H

O

OHOH

H2SO4O

H

O

OH

C + C +

pentosa furfuralalfa naftol

Page 12: Acara I Karbohidrat

CH2OH CH

CH

OH

CH

H

O

OHOH

H2SO4O

H

OCH3

OH

C + C +5-hidroksi furfural

b. Reaksi Benedict

c. Reaksi iodine

Iodium + Amilum Kompleks Iodin Amilum

(biru tua/ungu)

d. Reaksi Saliwanoff

G. PEMBAHASAN

Karbohidrat atau polihidroksi

aldehida atau keton atau senyawa yang

menghasilkan senyawa-senyawa ini bila

O

O

CH3

OH

SO3H

cincin ungu yang terbentuk

Page 13: Acara I Karbohidrat

dihidrolisa. Nama karbohidrat berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari

golongan ini mempunyai rumus empiris, yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut

adalah karbon “hidrat”, dan memiliki nisbah karbon terhadap hidrogen dan terhadap

oksigen sebagai 1:2:1. Karbohidrat dalam bentuk gula dan pati melambangkan bagian

utama kalori total yang dikonsumsi manusia dan bagi kebanyakan kehidupan hewan,

seperti juga bagi berbagai mikroorganisme (Lehninger, 1982 : 313). Salah satu contoh

karbohidrat adalah pati. Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut

dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama

yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk

fotosintetis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai

sumber energi yang penting. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan

amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda.

Pada praktikum karbohidrat ini memiliki tujuan untuk mempelajari isolasi

amilum dari umbi / biji-bijian dan mempelajari identifikasi karbohidrat (monosakarida,

disakarida dan polisakarida) dengan cara mengetahui sifat-sifat reaksi dan perubahan

warnanya. Terdapat dua percobaan dalam praktikum ini yaitu isolasi amilum dari

umbi/biji-bijian dan uji kualitatif karbohidrat. Uji kualitatif karbohidrat terdiri dari uji

Molisch, uji Benedict, uji Iodine dan uji Saliwanoff.

Percobaan pertama yaitu isolasi amilum dari umbi/biji-bijian. Dalam hal ini ubi

kayu atau singkong digunakan sebagai bahan baku utama dalam percobaan ini, karena

singkong merupakan salah satu umbi-umbian yang mengandung amilum. Pertama-tama

singkong dikupas dan dipotong kecil-kecil, dicuci, dan di blender. Didapatkan larutan

kental berwarna kuning muda yang kemudian disaring sehingga didapatkan endapan

berwana kuning dan filtrat yang berwarna kuning pula. Selanjutnya, filtrat ditambahkan

aquades dan didiamkan 20 menit yang kemudian didekantasi. Didapatkan endapan

berwarna putih dan filtrat berwarna kuning. Endapan yang didapatkan ditambahkan

aquades, larutan berwarna putih keruh dan didekantasi kembali. Didapatkan filtrat

berwarna putih keruh dan endapan berwarna putih. Tujuan dari dekantasi sebanyak dua

kali adalah untuk mengendapkan amilum. Kemudian endapan yang didapatkan

sebelumnya ditambahkan etanol dan didapatkan larutan yang berwarna putih keruh.

Penambahan etanol ini bertujuan untuk melarutkan amilum dan juga menghilangkan

pengotor yang mungkin terdapat dalam endapan sehingga didapatkan amilum yang

murni. Selanjutnya, larutan disaring menggunakan corong buchner untuk memisahkan

Page 14: Acara I Karbohidrat

pati dengan filtrat. Filtrat yang didapat berwarna putih keruh sedangkan pati berupa

padatan berwarna putih dengan tekstur halus. Kemudian pati yang didapatkan

dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang masih terdapat dalam pati.

Setelah itu, pati ditimbang dan didapatkan berat pati sebesar 14,31 gram dengan %

amilum sebesar 14,31%.

Percobaan kedua yaitu uji kualitatif karbohidrat. Uji kualitatif pertama yaitu uji

Molisch, uji ini merupakan uji spesifik untuk menguji karbohidrat terutama kandungan

gugus heksosa. Di dalam karbohidrat terdapat gugus heksosa yang akan menghasilkan

senyawa hidroksi metil furfural sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa

fulfural dari reaksi dehidrasi tersebut. Furfural adalah senyawa organik siklik dengan

lima atom karbon sebagai penyusun utama kerangkanya. Furfural termasuk dalam

sakarida dan merangsang saraf lidah mersakan manis. Uji positif akan ditandai dengan

terbentuknya cincin ungu pada larutan. Pada percobaan ini digunakan larutan glukosa

dan fruktosa sebagai sampel. Dalam uji molisch, kedua sampel ditambahkan dengan

larutan α-naftol 10% sehingga didapatkan larutan berwarna bening dan terdapat bintik-

bintik ungu di atas larutan. Kemudian ditambahkan larutan H2SO4 pekat, didapatkan 3

fase dalam larutan juga tabung reaksi terasa panas, pada lapisan atas larutan berwarna

bening, lapisan bawah berwarna bening dan pada lapisan tengah terbentuk cincin ungu.

Cincin ungu pada sampel fruktosa terlihat lebih gelap dan jelas. H2SO4 pekat berfungsi

untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini

kemudian bereaksi dengan reagen Molisch α-naftol membentuk cincin yang berwarna

ungu. Dengan terbentuknya cincin ungu pada kedua sampel membuktikan bahwa

glukosa dan fruktosa termasuk dalam jenis karbohidrat.

Uji kedua yaitu uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya

gula pereduksi. Dimana gula pereduksi adalah gula yang memiliki gugus karbonil bebas

berupa gugus aldehid atau gugus keton yang bisa mereduksi ion logam yang memiliki

muatan. Prinsip dari uji Benedict ini adalah berdasarkan adanya gugus karbonil bebas

yang mereduksi Cu2+ dalam kondisi basa membentuk Cu2O (endapan warna merah bata

atau kuning kehijauan). Pada uji kedua ini, kedua sampel (glukosa dan fruktosa)

masing-masing ditambahkan reagen benedict. Didapatkan larutan berwarna biru muda

dan kemudian larutan di panaskan dalam penangas air. Pada sampel glukosa didapatkan

larutan berwarna merah bata gelap dan pada fruktosa didapatkan larutan berwarna

merah bata terang. Perubahan warna pada glukosa terbentuk lebih lama dibandingkan

Page 15: Acara I Karbohidrat

pada fruktosa. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa glukosa termasuk gula

pereduksi, sedangkan fruktosa bukanlah termasuk gula pereduksi. Hal ini dikarenakan

fruktosa memiliki gugus alpha hidroksi keton, sehingga fruktosa akan berubah menjadi

glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif pada uji

benedict. Perbedaan warna yang terjadi pada kedua sampel dikarenakan kadar gula

pereduksi yang dimiliki oleh masing-masing sampel berbeda.

Yang ketiga adalah uji Iodine, uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya pati

(suatu polisakarida). Pertama-tama amilum yang bening keruh setelah diasamkan

dengan HCl encer didapatkan larutan berwarna bening. Selanjutnya ditambahkan

larutan iodin dan diapatkan hasil larutan berwarna biru keunguan. Warna yang terbentuk

menandakan adanya ikatan kompleks yang terjadi antara pati dan iod. Struktur amilum

berupa heliks akan membuat iod terperangkap atau terikat dalam molekul spiral amilum.

Penambahan HCl encer akan memberikan suasana asam sehingga amilum dapat

terhidrolisis dan memudahkan untuk bereaksi dengan iodin membentuk kompleks

berwarna ungu pada amilopektin dan biru pada amilosa.

Yang terakhir adalah uji Seliwanoff, uji ini digunakan untuk membedakan gula

aldosa dan ketosa. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa.

Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan

pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa.

Pengujian dilakukan dengan memasukkan reagen seliwanoff dalam dua tabung reaksi

kemudian ditambahkan sampel glukosa dan fruktosa pada masing-masing tabung reaksi

yang selanjutnya dipanaskan dalam penangas air. Hasil yang didapatkan, pada glukosa

larutan tetap berwarna kuning bening walaupun telah dipanaskan sedangkan pada

fruktosa larutan berubah warna menjadi merah tua. Reagen seliwanoff ini terdiri dari

resorsinol dan asam klorida pekat, dimana ketosa yang terhidrasi kemudian bereaksi

dengan resorsinol dan menghasilkan warna merah tua. Peristiwa dehidrasi

monosakarida ketosa menjadi furfural lebih cepat dibandingkan dehidrasi monosakarida

aldosa. Hal ini dikarenakan aldosa sebelum mengalami dehidrasi lebih dahulu

mengalami transformasi menjadi ketosa. Dengan demikian aldosa akan bereaksi negatif

pada uji Seliwanoff. Maka hasil dari pengujian yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa fruktosa mengandung gula ketosa dan glukosa mengandung gula aldosa.

H. KESIMPULAN

Page 16: Acara I Karbohidrat

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam mengisolasi amilum dari singkong dapat dilakukan dengan mengendapkan,

mendekantasi filtrat singkong yang kemudian ditambahkan etanol untuk

menghilangkan pengotor yang ada sehingga didapatkan amilum yang murni,

kemudian disaring menggunakan corong buchner dan didapatkan pati yang padat

bertekstur halus. Dalam 100 gram singkong yang digunakan didapatkan % amilum

sebesar 14,31 %.

2. Uji kualitatif karbohidrat dapat dilakukan dengan uji molisch, uji benedict, uji iodine

dan uji seliwanoff. Hasil positif pada uji molisch dengan terbentuknya cincin ungu

pada sampel glukosa dan fruktosa yang menunjukkan bahwa kedua sampel

merupakan karbohidrat. Uji benedict merupakan uji untuk mengetahui adanya gula

pereduksi, dimana fruktosa bukan termasuk dalam gula pereduksi namun

memberikan hasil positif pada uji benedict karena memiliki gugus alpha hidroksi

keton. Uji iodine adalah uji mendeteksi pati, dimana amilum memberikan hasil

positif karena membentuk ikatan kompleks antara pati dan iod yang ditandai dengan

terbentuknya warna biru keunguan. Dan uji seliwanoff adalah uji gula aldosa dan

ketosa, didapatkan bahwa glukosa mengandung gula aldosa dan fruktosa

mengandung gula ketosa.

Page 17: Acara I Karbohidrat

DAFTAR PUSTAKA

Hanhineva, Kati, dkk. 2010. Impact of Dietary Polyphenols on Carbohydrate

Metabolism. Switzerland : International journal of Molecular Sciences.

Lehninger, Albert L . 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.

Lesmanawati, Wida, dkk. 2013. Potensi Ekstrak Oligosakarida Ubi Jalar sebagai

Prebiotik Bakteri Probiotik Akuakultur. Bogor : Jurnal Sains Terapan Edisi III.

Manninen, Anssi H . 2004. Metabolic Effects of the Very-Low-Carbohydrate Diets :

Misunderstood “Villians”of Human Metabolism. New York : Journal of the

International Society of Sports Nutrition.

Martoharsono, Soeharsono. 2012. Biokimia I. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Syahrir, S, dkk. 2011. Potensi Senyawa 1-Deoxynojirimycin untuk Melambatkan

Hidrolisis Beberapa Jenis Karbohidrat Oleh Enzim Rumen. Makassar : JITP.