repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › chapter...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Skizofrenia Kraepelin (1856-1926) salah seorang bapak psikiatri moderen, menyebutkan gangguan skizofrenia sebagai dementia praecox. Istilah ini diambil dari bahasa Latin dementis yang berarti di luar ( de- ) jiwa seseorang (mens) , dan akae yang membentuk kata precocious, berarti sebelum atau tingkat atau kematangan dari seseorang. Kreplin meyakini bahwa dementia praecox adalah sebuah proses penyakit yang disebabkan oleh patologi yang spesifik, meskipun tidak diketahui di dalam tubuh. Sindrom ini dimulai pada masa awal kehidupan, dan proses yang terjadi sering sekali menghasilkan disintegrasi dari kepribadian yang menyeluruh (Krapelin, 1913). Deskripsi Kraepelin tentang dementia praecox meliputi bentuk- bentuk perilaku seperti waham, halusinasi dan perilaku motorik yang aneh. Pada tahun 1911, Psikiater Swiss Eugen Bleuler (1857-1939) mengganti nama dementia praecox menjadi skizofrenia, yang berasal dari kata Yunani schistos yang berarti terpotong atau terpecah, dan phren berarti otak. Bleuler memfokuskan karakteristik utama dari sindrom yaitu terpisahnya fungsi otak yang memperngaruhi kognisi, respon perasaan atau respon afektif dan tingkah laku atau psikomotor. Meskipun akar bahasa Yunani dari skizofrenia berarti otak yang terbelah, skizofrenia tidak diartikan sebagai gangguan identitas atau gangguan kepribadian ganda oleh masyarakat awam. 7 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 25-Feb-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Skizofrenia

Kraepelin (1856-1926) salah seorang bapak psikiatri moderen, menyebutkan

gangguan skizofrenia sebagai dementia praecox. Istilah ini diambil dari bahasa

Latin dementis yang berarti di luar ( de- ) jiwa seseorang (mens) , dan akae yang

membentuk kata precocious, berarti sebelum atau tingkat atau kematangan dari

seseorang. Kreplin meyakini bahwa dementia praecox adalah sebuah proses

penyakit yang disebabkan oleh patologi yang spesifik, meskipun tidak diketahui

di dalam tubuh. Sindrom ini dimulai pada masa awal kehidupan, dan proses yang

terjadi sering sekali menghasilkan disintegrasi dari kepribadian yang menyeluruh

(Krapelin, 1913). Deskripsi Kraepelin tentang dementia praecox meliputi bentuk-

bentuk perilaku seperti waham, halusinasi dan perilaku motorik yang aneh.

Pada tahun 1911, Psikiater Swiss Eugen Bleuler (1857-1939) mengganti

nama dementia praecox menjadi skizofrenia, yang berasal dari kata Yunani

schistos yang berarti terpotong atau terpecah, dan phren berarti otak. Bleuler

memfokuskan karakteristik utama dari sindrom yaitu terpisahnya fungsi otak yang

memperngaruhi kognisi, respon perasaan atau respon afektif dan tingkah laku atau

psikomotor. Meskipun akar bahasa Yunani dari skizofrenia berarti otak yang

terbelah, skizofrenia tidak diartikan sebagai gangguan identitas atau gangguan

kepribadian ganda oleh masyarakat awam.

7

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

16

Meskipun Bleuler menerima penjelasan Kraepelin tentang simtom skizofrenia

namun terdapat perbedaan antara penjelasan Kraepelin dan Bleuler, dimana

Kraepelin mengatakan bahwa skizofrenia harus bermula sejak masa kanak-kanak.

Dalam kehidupan seseorang dan tanpa terelakkan menjadi semakin

memburuk. Bleuler mengemukakan bahwa perkembangan skizofrenia lebih

bervariasi dan belum tentu dimulai saat masih dalam masa kanak-kanak.

Sementara menurut Nevid, dkk (2003), skizofrenia merupakan gangguan

psikotik kronis yang ditandai oleh episode akut yang mencakup kondisi terputus

dengan kenyataan sesungguhnya dan ditampilkan dengan ciri-ciri seperti waham,

halusinasi, pikiran tidak logis, pembicaraan yang tidak koheren, dan perilaku yang

aneh.

Menurut Maslim (2013) dalam buku Panduan Pedoman Diagnosis

Gangguan Jiwa (PPDGJ) III skizofrenia merupakan sindrom dengan variasi

penyebab dan perjalanan penyakit yang luas serta sejumlah akibat yang

tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.

2.2. Penyebab Skizofrenia

Hingga saat ini banyak orang beranggapan bahwa penyebab gangguan

mental merupakan akibat dari dosa-dosa yang diperbuat manusia itu sendiri

semasa hidupnya, karena itu jika masyarakat bertemu orang dengan gangguan

mental mereka akan merasa takut dan akan langsung menjauhi orang tersebut

serta keluarganya. Semakin banyak muncul prasangka, ketakutan, ketakhayulan

dan anggapan misterius mengenai penyakit tersebut dari masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

17

Oleh sebab belum ditemukannya secara pasti penyebab dari skizofrenia

maka para ahli berpendapat dan menemukan beberapa faktor penyebab

skizofrenia.

Adapun faktor-faktor penyebab skizofrenia sebagai berikut :

1. Faktor biologis yaitu faktor gen yang melibatkan skizofrenia, obat-obatan,

anak keturunan dari ibu skizofrenia, anak kembar yang identik.

2. Faktor psikologis yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan

pikiran, keyakinan, pendapat yang salah, ketidakmampuan membina,

mempertahankan hubungan sosial, adanya delusi dan halusinasi abnormal

dan gangguan afektif.

3. Faktor lingkungan yaitu pola asuh yang cenderung memunculkan gejala

skizofrenia, adopsi keluarga skizofrenia dan tuntutan hidup yang tinggi

pada penderita skizofrenia.

4. Faktor organis yaitu adanya perubahan atau kerusakan pada sistem syaraf

sentral dan juga terdapat gangguan-gangguan pada sistem syaraf sentral,

terdapat gangguan-gangguan pada sistem kelenjar adrenalin dan piluitari

yaitu kelenjar yang berada dibawah otak manusia.

Semua gangguan tadi menyebabkan degenerasi pada energi fisik dan

mentalnya. (Julianan & Nengah, 2013). Sedangkan Lumbantobing (2007)

menyebutkan bahwa faktor penyebab skizofrenia bersifat multiple. Diantara faktor

multiple tersebut antara lain : 1) Herediter atau genetik, dan 2) Gangguan

anatomikdi otak.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

18

2.3. Ciri-ciri Skizofrenia

Adapun ciri-ciri klinis utama skizofrenia yang diadaptasi dari SDM-IV-TR

adalah sebagai berikut dimana dua atau lebih dari hal-hal berikut harus muncul

dalam porsi yang signifikan selama munculnya penyakit dalam waktu 1 bulan :

1) Waham / delusi, 2) Halusinasi, 3) Pembicaraan yang tidak koheren, 4) Perilaku

tidak terorganisasi atau katatonik, dan 5) afek datar.

Fungsi pada hubungan sosial, pekerjaan atau perawatan diri selama

perjalanan penyakit secara nyata berada di bawah tingkatan yang dapat dicapai

sebelum munculnya gangguan. Apabila gangguan muncul pada masa kanak-kanak

atau remaja, terdapat suatu kegagalan untuk mencapai tingkat perkembangan

sosial yang diharapkan dimasa yang akan datang.

Tanda-tanda gangguan dalam uraian diatas terjadi secara terus-menerus

setidaknya 6 bulan. Masa 6 bulan ini harus mencakup fase aktif yang berlangsung

setidaknya satu bulan dimana terjadi simtom psikotik seperti uraian diatas, yang

merupakan karakteristik skizofrenia.

2.4. Gejala – gejala Skizofrenia

Berbagai gejala dari skizofrenia dapat ditemukan berdasarkan simtom

2.4.1. Gejala Positif

Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi khas

yang terlihat pada penderita skizofrenia diantaranya :

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

19

1. Halusinasi auditoar ( pendengaran )

Mendengarkan suara, percakapan, bunyi asing dan aneh, atau

mendengarkan musik yang sebenarnya tidak ada, merupakan gejala positif

yang paling sering dialami penderita skizofrenia. Pasien dapat mendengar

satu atau lebih suara yang menyapa dia langsung, berbagai suara yang

didengarkan biasanya mengomentari atau mengejek apa yang dipikiran

penderita atau tingkah lakunya.

Pada beberapa kasus suara-suara ini melekat pada identitas tertentu

dan pasien dapat berkata-kata dan mengucapkan kata-kata seperti berikut : “

situkang ejek datang”, “ngapain datang menemuiku lagi”, atau “gak usah

urusin urusanku”, dan sebagainya. Hal ini sebagai bukti bahwa mereka

mendengarkan suara-suara tersebut.

Bentuk halusinasi lain dapat pula dijumpai, misalnya bau tidak sedap

(olfaktoar), pengecapan (gustatoar), rasa nyeri konstan (somatik) atau

gangguan visual (halusinasi visual). Namun bentuk halusinasi- halusinasi ini

jarang dialami pada pasien skizofrenia.

2. Delusi (Waham)

Bentuk delusi yang paling sering dijumpai pada penderita skizofrenia

adalah penyelipan pikiran, menarik pikiran dan penyiaran isi atau buah

pikiran. Pasien percaya bahwa ada pemikiran yang dimasukkan, diinsersi ke

dalam pikirannya, mengakibatkan terjadi kebingungan, kekacauan dan

disorientasi. Ada buah pikiran yang ditarik mengakibatkan pikirannya

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

20

menjadi kosong atau ada pula kuasa dari luar yang mengakibatkan isi

pikirannya didengar orang lain yang berada disekitarnya atau disiarkan.

3. Gangguan pikiran dan gangguan bicara pada penderita skizofrenia

Gangguan pikiran sering berbentuk asosiasi kata-kata yang tidak

berkaitan, tidak berhubungan dan kata-kata yang sulit dipahami oleh

pendengarnya. Pada gejala skizofrenia dapat dijumpai delusi (waham),

pasivitas (dikendalikan oleh kekuatan dari luar), dan gejala psikotik lainnya

seperti halusinasi auditoar dan waham.

2.4.2. Gejala Negatif

Gejala-gejala berikut disebut gejala negatif karena merupakan ciri

tambahan dari ciri khas yang menandakan seseorang telah kehilangan fungsi

normal dirinya. Termasuk tanda kurang atau ketidakmampuan

menampakkan atau mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku,

kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-

kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan berbicara (alogia).

Nancy Andreas dari University of LOWA menggolongkan gejala negatif atas

5 kelompok, antara lain :

1. Afek yang tumpul, datar atau emosi menumpul

Pada keadaan ini didapatkan gangguan kemampuan untuk

mengekspresikan emosi secara verbal atau non-verbal. Orang yang normal

bila mengekspresikan emosinya, digabungkan dengan berbagai cara,

misalnya mimik wajah, tersenyum, mengerutkan dahi, melakukan gerakan-

gerakantangan, gerakan badan, volume suara dan lain sebagainya. Pada

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

21

penderita skizofrenia dengan gejala negatif hal ini sangat jarang pada diri

penderita.

2. Alogia

Alogia adalah Pembicaraan yang sedikit, dimana penderita sedikit saja

berbicara dan jarang memulai percakapan, pembicaraan. Kadang isi

pembicaraan hanya mengandung sedikit makna atau bahkan tidak

terkandung makna apapun didalamnya. Ada pula pasien yang memulai

berbicara dengan baik dan nyambung namun tiba-tiba saat pembicaraan

berlangsung ia berhenti bicara dan akan berbicara kembali setelah beberapa

menit. Pasien mengalami bloking saat sedang berbicara dengan lawan

bicaranya.

3. Avolisi

Avolisi merupakan keadaan dimana pasien hampir tidak bergerak atau

gerakannya sangat sedikit. Jika seseorang yang memiliki gejala ini dan

dibiarkan duduk seorang diri, ia tidak akan melakukan pergerakan sama

sekali.

4. Anhedonia

Kondisi dimana seseorang tidak mampu menikmati kesenangan atau

kehilangan minat untuk merasakan kebahagiaan. Pada keadaan ini pasien

juga menghindari pertemanan dengan orang lain (asociality). Pasien yang

asosial tidak mempunyai teman sama sekali, namun ia tidak

memperdulikannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

22

5. Katatonia

Pasien yang menderita katatonia dapat mengambil posisi sikap seperti

mematung, posisi badan dan tubuh yang aneh dengan posisi yang sulit

selama beberapa waktu, misalnya membengkokkan lengan, tangan atau

badan.

Gejala negatif mencakup hilangnya ekspresi yang normal pada wajah dan

gestur badannya. Gerakan gestur tubuh berkurang, kurang dalam hal berbicara,

dan buah pikiran yang tidak koheren berhubungan dengan orang lain dan anggota

keluarga serta aktifitas sosial yang ikut menurun.

Para pakar ada yang mengemukakan beberapa gejala untuk menegakkan

diagnosis penyakit skizofrenia yaitu gejala khas. Sekurangnya dua atau lebih

gejala seperti uraian di atas terdapat pada penderita dimana gejala-gejala tersebut

tampak jelas selama lebih dari 1 bulan terakhir, atau selama 6 bulan berlangsung

terus-menerus.

2.5. Klasifikasi Skizofrenia

Adapun pengelompokan tipe skizofrenia adalah sebagai berikut :

Tipe skizofrenia Gejala - gejala Umum

Paranoid 1. Gangguan psikomotor , seperti

adanya stupor, negativisme,

rigiditas, postur aneh, agitasi

dan mutisme (bisu)

2. Cenderung mengalami waham

kebesaran

3. Ansietas, marah dan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

23

agumentatif

4. Hubungan interpersonal

menguat

5. Berpotensi berperilaku agresif

pada diri sendiri atau orang

lain

6. Keterampilan kognitif dan

afektif tetap utuh.

Paranoid 7. Gangguan psikomotor , seperti

adanya stupor, negativisme,

rigiditas, postur aneh, agitasi

dan mutisme (bisu)

8. Cenderung mengalami waham

kebesaran

9. Ansietas, marah dan

agumentatif

10. Hubungan interpersonal

menguat

11. Berpotensi berperilaku agresif

pada diri sendiri atau orang

lain

12. Keterampilan kognitif dan

afektif tetap utuh.

Katatonik 1. Gangguan psikomotor , seperti

adanya stupor, negativisme,

rigiditas, postur aneh, agitasi

dan mutisme (bisu)

2. Respon motorik tidak lazim

dalam bentuk diam dan pada

posisi di tempat (waxy

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

24

flexibility) atau pada posisi

kegiatan eksesif.

3. Tingkah laku ganjil dengan

tubuh dan wajah yang

menyeringai (grimering)

4. Sering mengulang atau meniru

kata-kata orang lain

5. Catatan immobility , yaitu

gangguan perilaku motorik

dimana orang itu tetap diam

tanpa bergerak dalam kurun

waktu lama dengan postur

tubuh yang ganjil.

Tidak terbeban 1. Waham dan halusinasi

2. Inkoheren

3. Perilaku tidak terorganisasi

yang tidak dapat digolongkan

ke dalam salah satu tipe.

Disorganisasi

1. Perilaku kacau balau, bingung

ataupun ganjil yang

menyebabkan gangguan berat

dalam aktivitas sehari-hari.

2. Kurang memiliki hubungan

3. Kehilangan asosiasi

4. Bicara tidak teratur

5. Afek datar dan tidak sesuai

6. Gangguan kognitif

Residual 1. Minimal pernah mengalami

satu episode skizofrenik dengan

gejala psikotik yang menonjol

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

25

diikuti oleh episode lain tanpa

gejala psiotik

2. Emosi tumpul

3. Menarik diri dari dunia realita

4. Pengalaman persepsi tidak

biasa

5. Perilaku eksentrik

6. Pemikiran tidak logis

7. Kehilangan asosiasi

8. Adanya delusi dan halusinasi

yang aneh-aneh dan salah, ide-

ide yang tidak wajar, pemalas

dan memiliki afek yang datar.

Sumber : Narkoba, Psikotropika, dan Gangguan Jiwa Tinjauan Kesehatan

2.6. Penatalaksanaan Skizofrenia

Penatalaksanaan skizofrenia membutuhkan pendekatan yang melibatkan

banyak hal dalam mengatasinya, meskipun demikian psikofarmakoterapi tetap

merupakan pengobatan utama pada skizofrenia. Susunan tindakan penanganan

skizofrenia hendaknya meliputi perawatan pasien, apakah rawat jalan atau rawat

inap di rumah sakit, pemberian farmakoterapi, pelayanan psiko-edukasi,

intervensi keluarga (pendidikan, konseling keluarga, pertemuan keluarga,

supportif terus-menerus, dll), rehabilitasi dan program pendidikan khusus.

2.6.1. Psikofarmakoterapi

Medikasi antipsikotik di indikasikan untuk hampir semua episode

psikosis akut dari skizofrenia. Terapi harus segera dilakukan karena

penderita skizofrenia mempunyai resiko mencelakai diri sendiri (bunuh diri)

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

26

atau orang disekitarnya. Pada kondisi gawat darurat dimana pasien tidak

kooperatif untuk pemeriksaan, medikasi antipsikotik dapat diberikan

mendahului evalusi medis. Obat antipsikotik bersifat relatif aman sehingga

umumnya medikasi psikotik dapat dilakukan dengan terapi clozapine.

2.6.2. Obat Antipskiotik

Saat ini obat antipsikotik menjadi antipsikotik tipikal (antipsikotik

konvensional/antipsikotik klasik) dan antipsikotik atpikal. Tabel dibawah ini

membagi klasifikasi antipsikotik yang umum dipergunakan beserta dosis

pemakaiannya.

Antipsikotik

Group Kimia

Kisaran dosis

( mg/ hari per oral )

Typical

Chlorpromazine

(Largactictil)

Thioridazine (Melleril)

Trifluoperazine

(Stelazine)

Haloperidol (Serenace)

Pimozide (Orap Forte)

Phenothiazine (Aliphatic)

Phenothiazine (Piperidine)

Phenothiazine

(Piperazine)

Butyrophenone

Dilphenilbutylpiperidine

150 - 600

150 - 600

10 - 15

5 - 15

2 – 4

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

27

Atypical

Clozapine (Clozaril)

Olazapine (Zyprexa)

Quetiapine (Seroquel)

Risperidone (Risperdal)

Sulpiride (Dogmantil

Forte)

Dibenzodiazepine

Dibenzodiazepine

Dibenzothiazepine

Benzisoxazole

Benzamide

25 – 100

10 – 20

50 – 400

2 – 6

300 – 600

Sumber : Skizofrenia Gila. 2007

2.6.3. Psikoterapi dan Rehabilitasi

Psikoterapi suportif merupakan cara yang dapat membantu penderita

untuk kembali ke masyarakat. Dimana penderita akan dibimbing agar

mampu untuk berkontribusi kembali di lingkungan masyarakat. Terapi kerja

sangat baik dilakukan untuk mendorong penderita bergaul kembali dengan

orang lain, terkhusus keluarga. Maksud tindakan ini agar penderita tidak

mengasingkan diri lagi, karena bila penderita terus menerus menarik diri ia

dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.

Meskipun demikian, kesenian bebas dalam bentuk melukis atau

bermain musik tidak dianjurkan karena akan membuat penderita stress saat

tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Namun jika tetap ingin

dilakukan maka harus ada orang lain yang memimpin namun bersifat netral

tidak membuat penderita skizofrenia kembali rendah diri.

Perlu diperhatikan juga lingkungan sekitar penderita, agar diatur

sedemikian rupa sehingga penderita tidak mengalami stress. Jika

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

28

memungkinkan penderita dapat diberikan tanggung jawab dalam pekerjaan

tertentu namun tetap perlu pengawasan dari keluarga. (Febry, 2013).

2.7. Konsep Pengalaman

2.7.1. Definisi Pengalaman

Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia (2008) Pengalaman

berasal dari kata “alami” yang artinya mengalami. Pengalaman merupakan

serangkaian peristiwa yang pernah dijalani, dirasai, dan ditanggung dalam

hidup seseorang. Pengalaman adalah pelajaran yang akan menghasilkan

perubahan ke arah kematangan tingkah laku, pertambahan pengertian serta

pengayaan informasi (Surachmad, 1982).

Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia sehari – hari. Pengalaman juga sangat berharga bagi

setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada orang lain

untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran kepada orang

lain.

2.8. Konsep Caregiver

2.8.1. Pengertian Caregiver

Definisi caregiver merupakan individu yang secara umum merawat

dan mendukung individu lain (pasien) dalam kehidupannya (Awad &

Voruganti, 2008). Sementara definisi caregiver dalam Merriam-Webster

Dictionary (2013) adalah orang yang memberikan perawatan langsung pada

anak atau orang dewasa yang menderita penyakit kronis.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

29

Menurut Elsevier (2009) menyatakan caregiver sebagai seseorang

yang memberikan bantuan medis, sosial, ekonomi, atau sumber daya

lingkungan kepada seseorang individu yang mengalami ketergantungan baik

sebagian atau sepenuhnya karena kondisi sakit yang dihadapi individu

tersebut. Caregiver mempunyai tugas sebagai emotional support, merawat

pasien (memandikan, memakaikan baju, menyiapkan makan,

mempersiapkanobat), mengatur keuangan, membuat keputusan tentang

perawatan danberkomunikasi dengan pelayanan kesehatan formal.

Caregiver adalah individu yang memberikan bantuan informal dan

tidak dibayar kepada orang lain yang membutuhkan bantuan fisik dan

emosional. Cheng (2005) menyatakan bahwa caregiver adalah orang yang

memberikan cinta, kasih sayang berupa bantuan, dukungan sosial, dan

pengetahuan profesional kepada orang yang dirawatnya.

Definisi caregiver dari literatur bahasa Indonesia, dikemukakan oleh

Subroto (2012) sebagai seseorang yang bertugas untuk membantu orang-

orang yang ada hambatan untuk melakukan kegiatan fisik sehari-hari baik

yang bersifat kegiatan harian personal (personal activity daily living) seperti

makan, minum, berjalan, atau kegiatan harian yang bersifat instrumental

seperti memakai pakaian, mandi, menelpon atau belanja.

Caregiver dapat ditunjukkan pada orang yang “dibayar” atau “tidak

dibayar” yang melakukan perawatan pada orang yang mengalami

keterbatasan, sakit atau mengalami gangguan mental (Caregiver, 2016).

Caregiver dan carer adalah istilah yang sering digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

30

mengambarkan orang yang melakukan perawatan pada orang yang

mengalami keterbatasan.

Berdasarkan uraian diatas, caregiver adalah individu baik anggota keluarga,

teman, kerabat ataupun tetangga yang memberikan bantuan, dukungan sosial

tanpa pamrih kepada orang yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari.

2.8.2. Jenis Caregiver

Caregiver terbagi menjadi dua, yaitu formal dan informal. Caregiver

formal merupakan perawat yang dibayar atau sukarela yang berasal dari

sistem pemberian layanan, seperti rumah perawatan kesehatan atau

karyawan rumah perawatan. (Mc Connell & Riggs dalam Sheets & Gleason,

2010 dalam Fadilla 2014). Caregiver formal juga memberikan jenis

perawatan yang tidak diperoleh penderita dari anggota keluarganya seperti

pelayanan secara medis. (Houde, dalam Sun, Kosberg, Kaufman, Leeper &

Burgin, 2007).

Sedangkan caregiver informal merupakan caregiver yang tidak

dibayar atau bukan dilatih oleh badan – badan hukum, seperti pasangan,

anak, menantu atau teman dekat bagi seseorang yang memerlukan

perawatan (Hung, et al., 2012). Koh & McDonald menyatakan bahwa

caregiver informal merupakan orang yang menyediakan perawatan dan

dukungan bagi kesehatan, finansial, sosial, emosional terhadap individu

yang lemah atau menderita penyakit kronis (Lai & Thomson, 2011).

Timonen (2009) menyebutkan terdapat dua jenis caregiver, yaitu

formal dan informal. Caregiverformal atau disebut juga penyedia layanan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

31

kesehatan adalah anggota suatu organisasi yang dibayar dan dapat

menjelaskan norma praktik, profesional, perawat atau relawan. Sementara

informal caregiver bukanlah anggota organisasi, tidak memiliki pelatihan

formal dan tidak bertanggung jawab terhadap standar praktik, dapat berupa

anggota keluarga ataupun teman. Dengan demikian caregiver keluarga

merupakan bagian dari informal caregiver.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka caregiver dibagi ke dalam dua jenis,

yaitu caregiverinformal merupakan kerabat yang tidak dibayar atau sukarela

dalam memberikan perawatan terhadap penderita skizofrenia. Sementara formal

merupakan tenaga ahli dan terlatih yang dibayar dalam memberikan perawatan

terhadap penderita skizofrenia.

2.8.3. Family Caregiver

Familycaregiver atau caregiver keluarga menurut Wenberg (2007)

adalah pasangan, anak dewasa, kenalan pasangan atau teman yang memiliki

hubungan pribadi dengan pasien, dan memberikan berbagai bantuan yang

tidak dibayar untuk orang dewasa yang lebih tua dengan kondisi kronis atau

lemah ataupun yang menderita penyakit serius. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa caregiver keluarga adalah anggota keluarga pasien,

yang bersedia dan bertanggung jawab dalam merawat, memberikan

dukungan secara fisik, sosial, emosional serta menyediakan waktunya untuk

pasien yang menderita skizofrenia ataupun mencegah kekambuhan kembali

pada pasien.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

32

2.9. Keluarga sebagai Caregiver

Orem menganggap individu (klien) sebagai penerima perawatan, sedangkan

keluarga dianggap sebagai syarat dasar bagi anggota keluarga. Orem (1938) dalam

Friedmen, 1998 mengatakan keluarga sebagai pemberi perawatan bagi anggota

keluarga yang tidak mandiri (anggota keluarga dewasa yang merawat individu

yang tidak mandiri) dan dalam melaksanakan tugas ini, mereka dianggap sebagai

individu dalam sebuah keluarga atau subsistem keluarga. Tujuan utama dari

tindakan ini adalah untuk mencapai kesejahteraan yang optimal dan

memungkinkan individu serta keluarga mereka dapat mempertahankan kontrol

atas kesehatan diri mereka sendiri.

Friedman (1988) menyebutkan tugas keluarga dalam pemeliharaan

kesehatan anggota keluarga. Tugas keluarga ini sejalan dengan lima tahap

perilaku sakit individu yang telah dijabarkan oleh Potter & Perry (2005). Tugas

pertama anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan anggota keluarganya

adalah mengenali gangguan perkembangan kesehatan seluruh anggota keluarga.

Skizofrenia sendiri menyerang individu dengan gejala yang khas, sehingga

peran keluarga sangat dibutuhkan dalam menggenali gangguan kesehatan yang

dirasakan oleh salah seorang anggota keluarga. Peran keluarga yang kedua adalah

peran dalam mengambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat, dimana

keluarga harus dapat memutuskan tindakan yang paling tepat untuk diberikan

kepada anggota keluarga mereka yang mengalami sakit dan mengambil alih

sementara kewajiban yang ada pada diri klien.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

33

Peran ketiga adalah memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang

sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri entah disebabkan karena

kecacatan atau karena faktor usia yang muda sehingga belum mampu

melakukannya secara mandiri. Peran keempat yaitu keluarga berperan serta untuk

mempertahankan atau memodifikasi lingkungan rumah agar tetap dalam kondisi

kondusif sehingga tidak membuat anggota keluarga yang menderita skizofrenia

tidak terancam keberadaannya ataupun timbul depresi berulang. Peran kelima

yaitu keluarga pasien skizofrenia membawa anggota keluargnya ke pusat

pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan

kebutuhan klien.

2.10. Masalah yang dihadapi keluarga sebagai caregiver

Berbagai macam masalah yang dihadapi caregiver selama merawat ODS,

berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan ada banyak masalah yang dirasakan

oleh caregiver antara lain caregiver mendapat perlakuan dan sikap negatif dari

lingkungan, di mana hal ini adalah wujud reaksi lingkungan atas adanya ODS di

tengah mereka. Caregiver harus menanggung beban finansial akibat tingginya

biaya pengobatan ODS, biaya pengobatan yang tidak murah menjadi salah satu

masalah bagi caregiver, terlebih apabila caregiver dari keluarga berlatar belakang

ekonomi tingkat bawah. Caregiver juga mendapat perlakuan negatif dari

lingkungan saat mereka merawat ODS sebagai wujud penolakan lingkungan atas

adanya ODS.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

34

2.11. Penanganan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dirumah

Psikoedukasi keluarga merupakan salah satu bentuk dari intervensi keluarga

yang merupakan bagian dari terapi psikososial. Pada psikoedukasi keluarga

terdapat kolaborasi dari klinis dengan anggota keluarga pasien yang menderita

skizofrenia. Tujuan dari program psikoedukasi adalah memberikan atau

menambahkan pengetahuan keluarga untuk merawat pasien skizofrenia sehingga

dapat mencegah kekambuhan pasien skizofrenia dan keluarga mampu

mengatasinya.

Komponen terapi psikososial antara lain :

1. Psikoedukasi keluarga dan pasien : pasien, keluarga dan orang di sekitar

pasien pasien perlu belajar sebanyak mungkin tentang apa itu skizofrenia

2. Kolaborasi membuat keputusan : penting bagi pasien , keluarga, dan

klinisi untuk memutuskan bersama tentang terapi dan tujuan terapi.

Apabila pesien sudah mulai membaik kondisi mentalnya, dia dapat

menjadi bagian dalam pembuatan keputusan.

3. Monitoring gejala dan pengobatan : monitoring secara hati-hati untuk

meyakinkan pasien minum obat dan mengidentifikasi secara dini tanda-

tanda timbulnya relaps sehingga pencegahan dapat dilakukan.

4. Asistensi dalam mencari pelayanan kesehatan, asuransi, dll : pasien

kadang kala membutuhkan bantuan dalam mencari pelayanan kesehatan

yang lain seperti medis, gigi, atau mencari asuransi kesehatan. Pasien dan

keluarga harus berusaha mengeksplorasi sumber-sumber apa saja yang

dapat diperoleh atau disediakan. Termasuk di dalamnya apabila pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

35

sudah mulai ingin bekerja, dicarikan tempat pekerjaan yang sesuai dengan

kondisi pasien.

5. Terapi suportif : termasuk dukungan emosi dan meyakinkan serta

mendorong perilaku sehat pada diri pasien dan membantu pesien

menerima keadaannya.

6. Peer support/ self help group : adanya sebuah kelompok yang memiliki

jadwal bertemu yang reguler tergantung pada kebutuhan dan perhatian dari

kelompok tersebut. Pembicara dapat diundang untuk memberikan

pengetahuan yang dimiliki beliau sehingga terjadi juga diskusi dan sharing

yang dapat saling menguatkan.

Marvin dkk, (2000) menyebutkan bentuk pelayanan lain yang juga

dapat diberikan pada pasien antara lain :

1. Mengatur jadwal pertemuan kembali dengan dokter

2. Assertive community treatment

3. Rehabilitasi terdiri atas :

a. Rehabilitasi psikososial : membantu pasien melatih keterampilan

dengan tujuan mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan

b. Rehabilitasi psikiatri : mengajarkan pasien keterampilan yang

membuatnya dapat meraih tujuan dalam pekerjaan, pendidikan,

sosialisasi, dan tempat tinggal

c. Rehabilitasi pekerjaan : latihan bekerja dan program training yang

dapat membantu pasien untuk menjadi pekerja penuh waktu

d. Intensive partial hospitalization

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

36

e. Aftercare day treatment

Menurut Nurhaeni dkk (2000) dalam hal ini keluarga berfokus pada

pencegahan kekambuhan klien dengan skizofrenia antara lain :

1. Mengenal adanya penyimpangan awal sedini mungkin, mampu

mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan

kesehatan sedini mungkin

2. Memberi perawatan bagi anggota keluarga yang sakit atau

memerlukan bantuan dan menanggulangi keadaan darurat yang

mengancam kesehatan

3. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat

4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan yang ada di masyarakat

5. Memanfaatkan program rekreasi misalnya : mengajak klien nonton

bersama, jalan santai, pergi ketempat rekreasi

6. Melakukan kegiatan sosial dan keagamaan misalnya : mengajak klien

ikut saat arisan keluarga, mengajak pergi ke pengajian, dll

7. Mencegah stigma di masyarakat tentang gangguan jiwa seperti :

pendekatan pada tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh

dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.

8. Saling terbuka dan tidak ada diskriminasi

9. Saling menghargai dan mempercayai

10. Menghadapi ketegangan dengan tenang dan menyelesaikan masalah

kritis/darurat secara tuntas dan wajar.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

37

2.12. Konsep Studi Fenomenologi

Husserl (1938) dalam Moleong 2016, menyebutkan fenomenologi sebagai

pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal dan suatu studi tentang

kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Istilah fenomenologi sering

digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjukkan pada pengalaman

subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih

khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisipliner tentang kesadaran dari

perspektif pertama seseorang. Sebagai sesuatu disiplin ilmu, hal itu dikemukakan

oleh Edmund Husserl (1858-1939) seorang filsuf berkebangsaan Jerman.

Desain fenomenologi merupakan cara terbaik untuk menggambarkan dan

memahami perasaan manusia (Streubrt & Carpenter, 2003). Penelitian kualitatif

fenomenologi merupakan penelitian yang digunakan untuk menggali sesuatu hal

yang ingin diketahui dengan cara menginterpretasikan sesuatu untuk mendapatkan

gambaran mengenai suatu peristiwa yang sedang diteliti. Menurut Creswell

(1994) dalam moleong 2016 menyebutkan penelitian kualitatif fenomenologi

menghasilkan interpretasi, membangun suatu esensi, mengurung dan menginduksi

intuisi dalam menganalisa data.

Penelitian kualitatif fenomenologi menggambarkan riwayat hidup seseorang

dengan cara menguraikan dan makna hidup serta pengalaman mengenai suatu

peristiwa yang dialami. Streubrt & Carpenter (2003) mengemukakan ada tiga

tahapan dalam studi fenomenologi deskriptif, yaitu intuiting, tahap analyzing dan

tahap describing.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67940 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian SkizofreniaHalusinasi auditoar ( pendengaran

38

Tahap intuiting adalah tahapan dimana peneliti mengumpulkan data dengan

cara mengeksplorasi pengalaman partisipan tentang fenomena yang diteliti

(Streubrt & Carpenter, 2003). Creswall pada tahun 1994 dalam Moleong, 2016

Peneliti menggali data lebih dalam dengan menerapkan batas-batas penelitian,

mengumpulkan informasi lebih dalam melalui pengamatan, wawancara

mendalam.

Tahap kedua yaitu analyzing, pada tahap ini peneliti akan mengidentifikasi

pengalaman yang akan diteliti. Dimana Streubert & Carpenter (2003) membagi

langkah-langkah dalam analisis penelitian kualitatif dalam beberapa tahap yaitu 1)

menggambarkan fenomena yang akan diteliti, 2) mengumpulkan data tentang

fenomena dari partisipan, 3) membaca semua gambaran fenomena yang telah

didapatkan dari partisipan, 4) membuat transkrip wawancara , 5) membaca ulang

transkrip wawancara, dan mengidentifikasi data, 6) mengelompokkan data yang

teridentifikasi kedalam grup lalu menentukan tema, 7) melakukan analisis data

kembali untuk memastikan tema yang sudah ada sesuai , 8) setelah selesai akan

dilanjutkan dengan wawancara pada pastisipan selanjutnya.

Tahap ketiga yaitu tahap describing, dimana peneliti menuliskan laporan

data yang digunakan. Penulisan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil

penelitian fenomenologi deskriptif kepada pembaca (Creswall, 1988). Peneliti

mengkomunikasikan dan memberikan gambaran tertulis dari elemen kritikal yang

didasarkan pada pengklarifikasian dan pengelompokkan fenomena. (Moleong,

2016).

Universitas Sumatera Utara