repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › chapter...

31
23 BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL DARI ALAS HAK SURAT PERNYATAAN DIBAWAH TANGAN E. Dasar Hukum Pendaftaran Tanah Hak Milik Dalam rangka penyelenggarakan pendaftaran tanah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Dasar Pokok-Pokok Agraria telah diterbitkan peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah sebagai Pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran tanah. Tujuan ditetapkannya Undang-Undang Dasar pokok Agraria adalah: 1. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang akan merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat tani, Dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur. 2. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak- hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya. 3. Meletakkn dasar-dasar untuk memeberikan kepastian hukum mengenai hak- hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya. 34 Hak milik atas tanah adalah bagian dari hak-hak kebendaan yang dijamin dalam konstitusi. Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 sebagai hasil dari amandemen kedua, dinyatakan sebagai berikut : Pasal 28 g (1): “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa 34 I Wayan Suandra, Hukum Pertanahan Indonesia, Rineka Cipta, 1991, hal. 2 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

23

BAB II

PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL DARI ALAS

HAK SURAT PERNYATAAN DIBAWAH TANGAN

E. Dasar Hukum Pendaftaran Tanah Hak Milik

Dalam rangka penyelenggarakan pendaftaran tanah sebagaimana diamanatkan

oleh Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Dasar Pokok-Pokok Agraria telah

diterbitkan peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

sebagai Pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran

tanah.

Tujuan ditetapkannya Undang-Undang Dasar pokok Agraria adalah:

1. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang akan merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat tani, Dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur.

2. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.

3. Meletakkn dasar-dasar untuk memeberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.34

Hak milik atas tanah adalah bagian dari hak-hak kebendaan yang dijamin

dalam konstitusi. Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945

sebagai hasil dari amandemen kedua, dinyatakan sebagai berikut :

Pasal 28 g (1):

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa

34 I Wayan Suandra, Hukum Pertanahan Indonesia, Rineka Cipta, 1991, hal. 2

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

24

aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak

berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.

(2) Pasal 28 h :

”Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut

tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun”.

Hak milik atas tanah juga diatur didalam KUHPerdata Pasal 571 yang

menyebutkan bahwa:

“Hak milik atas sebidang tanah mengandung di dalamnya kepemilikan atas

segala apa yang ada di atasnya dan di dalam tanah”.

Didalam Undang-Undang pokok Agraria, dasar hukum untuk pemilikan hak milik atas tanah yaitu Pasal 20-27 UUPA: 1. Mempunyai sifat turun temurun; 2. Terkuat dan terpenuh; 3. Mempunyai fungsi social; 4. Dapat beralih atau dialihkan; 5. Dibatasi oleh ketentuan sharing (batas maksimal) dan dibatasi oleh jumlah

penduduk; 6. Batas waktu hak milik atas tanah adalah tidak ada batas waktu selama

kepemilikan itu sah berdasar hukum; 7. Subyek hukum hak milik atas tanah yaitu WNI asli atau keturunan, badan hukum

tertentu.35

Didalam kata “terkuat dan terpenuh” itu bermaksud untuk membedakannya

dengan hak guna-usaha, hak guna-bangunan, hak pakai dan lain-lainnya, yaitu untuk

menunjukkan, bahwa diantara hak-hak atas tanah yang dapat dipunyai orang hak

miliklah yang terkuat dan terpenuh.

Selain itu dasar hukum hak milik adalah Pasal 50 ayat (1) dan Pasal 56 dan ketentuan Konversi Pasal I, II dan VII, dan luar Undang-Undang pokok Agraria

35 http:www.pengertian dan asas hukum agraria.com, diakses senin 28 mei 2013.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

25

hanya merupakan ketentuan pokok, ketentuan lebih lanjut mengenai hak milik selain Undang-Undang pokok agraria adalah: 1) Undang-Undang No 56/Prp/1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian; 2) Peraturan Pemerintah No 24/1997 pengganti Peraturan Pemerintah Nomor

10/1961 tentang Pendaftaran Tanah; 3) Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nomor 9 Tahun

1999, Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan;

4) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Hak Milik; 5) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf jo. Peraturan Pemerintah

Nomor 42 Tahun 2006 tentang Wakaf; 6) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; 7) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nomor 3 Tahun

1999, Tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak Atas Tanah Negara yang menggantikan PMDN Nomor 6 Tahun 1972 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak Atas Tanah jo. Keppres Nomor 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional

8) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.36

Sifat hak atas tanah hak milik meliputi:

a. Dapat dialihkan;

b. Dapat dialihkan kepada ahli waris;

c. Dapat diwakafkan;

d. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 merupakan hak yang

wajib didaftarkan;

e. Turun temurun;

f. Dapat dilepaskan;

g. Jangka waktu tidak terbatas, mengingat sifatnya yang turun temurun.

36Ny. Arie S. Hutagalung, S.H.M.L.I, Supardjo Sujadi dan Rahayu Nurwidari, Asas-Asas

Hukum Agraria, Jakarta: FH UI: 2001, Hal. 28

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

26

F. Syarat-Syarat Dan Prosedur Pendaftaran Tanah Atas Tanah hak Milik.

1. Pengertian Pendaftaran Tanah

Istilah yang dipergunakan dalam pendaftaran tanah yaitu dikenal dengan

sebutan Rechtskadaster. Rechtskadaster adalah pendaftaran tanah yang diselenggarak

an dengan tujuan untuk menjamin kepastian hukum atau kepastian hak. Dari

Rechtskadaster dapat diketahui asal-usul tanah, jenis haknya, siapa yang empunyanya

, letak, luas dan batas-batasnya, dimana data-data tersebut dikumpulkan dalamdaftar-

daftar yang sudah tersedia untuk disajikan bagi pemilik tanah.

Kegiatan Rechtskadaster meliputi :

a. Pengukuran dan pemetaan (tehnis kadaster);

b. Pembukuan hak (kegiatan di bidang yuridis);

c. Pemberian tanda bukti hak umum yang berkepentingan.

Pendaftaran Tanah di Indonesia dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang kemudian diganti dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang

merupakan penyempurnaan dari ruang lingkup kegiatan pendaftaran tanah

berdasarkan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang meliputi: pengukuran, perpetaan dan

pembukuan tanah, pendaftaran dan peralihan hak atas tanah serta pemberian tanda

bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat.

Pendaftaran tanah berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa yang dimaksud dengan pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

27

menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.37

Sebagai mana dalam penjelasan UUPA Nomor 5 Tahun 1960, bahwa tujuan pendaftaran tanah ini dapat di ketahui dalam peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Tujuan pendaftaran tanah adalah untuk menghimpun dan menyediakan informasi yang lengkap mengenai bidang-bidang tanah yang dipertegas dengan kemungkinannya pembukuan bidang-bidang tanah yang data fisik atau data yuridisnya belum lengkap atau masih disengketakan, walaupun untuk tanah-tanah demikian belum dikeluarkan sertipikat sebagai tanda bukti haknya.

38

Pendaftaran untuk pertama kali merupakan kegiatan pendaftaran terhadap

sebelum tanah yang semula belum didaftar menurut ketentuan peraturan pendaftaran

tanah yang bersangkutan, pendaftaran tanah menggunakan dasar objek satuan-satuan

bidang tanah yang disebut persil, yang merupakan bagian-bagian permukaan bumi

Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk

pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah untuk

pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap obyek

pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan PP 10/1961 dan PP 24/1997.

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali berdasarkan Pasal 12 ayat (1)

PP 24/1997.

37 Pengertian umum dalam Pasal 1 peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah 38 Sayuti Thalib, Hubungan Tanah Adat dengan Hukum Agraria di Minangkabau, Bina

Aksara, 1985, hal. 19

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

28

yang terbatas dan berdimensi dua, dengan ukuran luas yang umumnya dinyatakan

dalam meter persegi.

Adapun data yang dihimpun pada dasarnya meliputi 3 (tiga) bidang kegiatan, antara lain: a. Kegiatan dibidang fisik mengenai tanahnya, yaitu sebagaimana telah

dikemukakan bahwa untuk memperoleh data mengenai letaknya, batas-batas, luasnya, banguan-bangunan dan atau tanaman-tanaman penting yang ada diatasnya, setelah dipastikan letak tanahnya kegiatan dimulai dengan penetapan batas-batasnya serta pemberian tanda-tanda batas disetiap sudutnya.

b. Kegiatan bidang yuridis, yaitu: bertujuan untuk memperoleh data mengenai haknya, siapa pemegang haknya dan ada atau tidaknya hak pihak lain yang membebaninya.

c. Kegiatan penerbitan surat tanda bukti haknya. Bentuk kegiatan pendaftaran dan hasilnya, termasuk apa yang merupakan surat tanda bukti hak, tergantung pada sistem pendaftaran yang digunakan dalam penyelenggarakan pendaftaran tanah oleh negara yang bersangkutan.39

2 . Sistem Pendaftaran Tanah Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dapat dilakukan melalui 2 (dua)

cara, yaitu:

a. Secara sisitematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum terdaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Hal ini diselenggarakan atas prakarsa pememrintah berdasarkan suatu rencana kerja panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala badan Pertanahan Nasional. Dalam suatu desa,kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayah pendaftaran tanah secara sistematik pendaftaran tanah dilaksanakan secara sporadik.

b. Secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yang pihak yang berhak atas objek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya. 40

Dalam sistem pendaftaran tanah dikenal adanya sistem publikasi, yaitu

sistem publikasi negatif dan sistem publikasi positif.

39 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Hukum Tanah Nasional, jilid 1,Djambatan,

Revisi 2003, hal.78 40 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

29

1. Sistem publikasi negatif, dalam hal ini negara tidak menjamin kebenaran data

yang tercantum dalam sertipikat sehingga seseorang yang telah tertulis namanya

pada sertipikat tersebut belum tentu sebagai pemilik.41 Sistem ini surat tanda

bukti hak berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat,berarti keterangan-

keterangan yang tercantum didalamnya mempunyai kekuatan hukum dan harus

diterima sebagai keterangan yang benar selama tidak ada alat pembuktian lain

yang membuktikan sebaliknya.42

Ciri pokok sistem ini adalah :

a. Pendaftaran hak atas tanah tidak menjamin bahwa nama yang terdaftar

dalam buku tanah tidak dapat dibantah jika ternyata di kemudian

hari diketahui;

b. bahwa ia bukan pemilik sebenarnya. Hak dari nama yang terdaftar

ditentukan oleh hak dari pemberi hak sebelumnya, jadi perolehan hak

tersebut merupakan mata rantai perbuatan hukum dalam pendaftaran hak

atas tanah;

c. Pejabat pertanahan berperan pasif, artinya ia tidak berkewajiban menyelidiki

kebenaran data-data yang diserahkan kepadanya.

Kelebihan dari sistem negatif ini yaitu adanya perlindungan kepada pemegang

hak sejati.Pendaftaran tanah juga dapat dilakukan lebih cepat karena pejabat pertanah

an tidak berkewajiban menyelidiki data-data tanah tersebut.

41 Mhd. Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis. Op.cit. 42 Effendi Perangin, Hukum Agraria Di Indonesia Suatu Telaah Dari Sudut Pandang

Praktisi Hukum, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1993, Hal. 93-94

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

30

Kelemahan dari sistem negatif adalah : a. Peran pasif dari pejabat pertanahan dapat menyebabkan tumpang tindihnya

Sertipikat tanah; b. Mekanisme kerja dalam proses penerbitan Sertipikat sedemikian rumit sehingga

kurang dimengerti orang awam; c. Buku tanah dan segala surat pendaftaran kurang memberikan kepastian hukum

karena surat tersebut masih dapat dikalahkan oleh alat bukti lain, sehingga mereka yang namanya terdaftar dalam buku tanah bukan merupakan jaminan sebagai pemiliknya.43

2. Sistem publikasi positif, dalam suatu negara menjamin kebenaran data yang ada

dalam alat bukti. Dengan adanya jaminan tersebut tanda bukti hak merupakan alat

bukti yang mutlak. Kelebihan pada sistem pendaftaran ini adalah adanya

kepastian dari pemegang hak, oleh karena itu ada dorongan bagi setiap orang

untuk mendaftarkan haknya. Pihak ketiga yang mempunyai bukti dan beritikad

baik atas dasar bukti tersebut mendapat perlindungan mutlak meskipun kemudian

keterangan-keterangan yang tercantum didalamnya tidak benar.

Ciri-ciri pokok sistem ini adalah :

a. Sistem ini menjamin nama yang terdaftar dalam buku tanah.

b. Tidak dapat di bantah, walaupun ia ternyata bukan pemilik tanah yang

sebenarnya. Jadi sistem ini memberikan kepercayaan yang mutlak pada buku

tanah.

c. Pejabat-pejabat pertanahan dalam sistem ini memainkan peranan yang aktif,

yaitu menyelidiki apakah hak atas tanah yang dipindah itu dapat didaftar atau

tidak, dan menyelidiki identitas para pihak, wewenangnya serta apakah

formalitas yang disyaratkan telah terpenuhi atau belum.

43 Abdurrahman, Beberapa Aspek Hukum Agraria, Alumni, Bandung ,1983, Hal. 94

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

31

Menurut sistem ini, hubungan antara hak dari orang yang namanya tercantum

dalam buku tanah dengan pemberi hak sebelumnya terputus sejak hak tersebut

didaftarkan.

Kebaikan dari sistem positif adalah :

a. Adanya kepastian dari buku tanah, sehingga mendorong orang

untuk mendaftarkan tanahnya;

b. Pejabat pertanahan melakukan peran aktif dalam melaksanakan tugasnya;

c. Mekanisme kerja dalam penerbitan Sertipikat tanah mudah dimengerti oleh

orang awam.

Sedangkan kelemahan dari sistem positif adalah : a. Adanya peran aktif para pejabat pertanahan mengakibatkan diperlukannya

jumlah petugas yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama dalam proses pendaftaran tanah;

b. Pemilik yang sebenarnya berhak atas tanah akan kehilangan haknya oleh kepastian dari buku tanah itu sendiri;

c. Dalam penyelesaian persoalan maka segala hal yang seharusnya menjadi wewenang pengadilan ditempatkan di bawah kekuasaan administratif.44

Sistem pendaftaran tanah di Indonesia menggunakan sistem Stelsel Negatif

sesuai dengan penjelasan Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997,

menurut sistem ini bahwa segala apa yang tercantum didalam sertifikat tanah adalah

dianggap benar sampai dapat dibuktikan suatu keadaan yang sebaliknya (tidak benar)

dimuka sidang Pengadilan. Ciri pokok sistem negatif ini ialah bahwa pendaftaran hak

atas tanah tidaklah merupakan jaminan pada nama yang terdaftar pada buku tanah.

Dengan kata lain buku tanah bisa saja berubah sepanjang dapat membuktikan bahwa

44 Ibid. Hal 92

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

32

dialah pemilik yang sebenarnya melalui putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap.

Seperti yang kita ketahui bahwa bangsa Indonesia tidak menggunakan sistem

negatif yang murni akan tetapi menggunakan sistem negatif yang mengandung unsur

positif. Sistem negatif yang murni tidak akan menggunakan sistem pendaftaran hak.

Juga tidak akan ada pernyataan seperti dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c, Pasal 23 ayat

(2), Pasal 32 ayat (2), Pasal 38 ayat (2)UUPA, bahwa sertifikat merupakan alat bukti

yang kuat. Ayat tersebut tidak menyatakan bahwa surat-surat tanda bukti hak itu

berlaku sebagai alat pembuktian yang mutlak .

Ketentuan ini bertujuan, pada satu pihak tetap berpegang pada publikasi negatif dan pada pihak lain pihak untuk secara seimbang memberikan kepastian hukum kepada pihak yang dengan itikad baik menguasai sebidang tanah dan didaftar sebagai pemegang hak dalam buku tanah, dengan sertipikat sebagai tanda buktinya yang menurut UUPA berlaku sebagai alat pembuktian-pembuktian yang kuat (sistem publikasi positive).45

Mengingat stelsel negative tentang register/pendaftaran tanah yang berlaku di

Indonesia, maka terdaftarnya nama seseorang didalam register bukanlah berarti

absolute menjadi pemilik tanah tersebut apabila ketidak absahannya dapat dibuktikan

oleh pihak lain.

46

45 A. P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia (Berdasarkan PP. 24 Tahun 1997), di

lengkapi dengan Peraturan Jabatan Pembuatan Akta Tanah (PP 37 Tahun 1998), Bandung CV. Mandar Maju, 1999, Hal. 126

46Boedi Djatmiko, Sistem Pendaftaran Tanah ( http:// sertipikat tanah.blogspot.com/ 2009/09/Sistem-pendaftaran-tanah 05 html: diposkan 12;57)

3.Objek Pendaftaran Tanah

Hak-hak atas tanah yang menjadi obyek pendaftaran tanah berdasarkan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

33

1. Tanah Hak milik; 2. Tanah Hak Guna Usaha; 3. Tanah Hak Guna Bangunan; 4. Tanah Hak Pakai; 5. Tanah Wakaf; 6. Tanah Hak Pengelolaan; 7. Hak Milik Satuan Rumah Susun; 8. Hak Tanggungan.

Dari berbagai macam hak atas tanah tersebut, hak milik merupakan

satu-satunya hak primer yang mempunyai kedudukan paling kuat dibandingkan

dengan hak-hak yang lainnya. Hal ini dipertegas dalam ketentuan Pasal 20 ayat (1)

UUPA yang berbunyi:

“Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat, terpenuh, yang dapat dipunyai

orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6.”

Dalam asas hukum nemo plus yuris, seseorang tidak dapat melakukan

tindakan hukum yang melampaui hak yang dimilikinya, dan akibat dari pelanggaran

tersebut batal demi hukum (van rechtswegenietig), yang berakibat perbuatan hukum

tersebut dianggap tidak pernah ada dan karenanya tidak mempunyai akibat hukum

dan apabila tindakan hukum tersebut mengakibatkan kerugian, maka pihak yang

dirugikan dapat meminta ganti rugi kepada pihak-pihak yang melakukan perbuatan

hukum tersebut.47

Asas nemo plus yuris memberikan perlindungan hukum kepada pemegang

hak yang sebenarnya terhadap tindakan pihak lain yang mengalihkan haknya tanpa

sepengetahuan, oleh karena itu asas nemo plus yuris, selalu terbuka kemungkinan

47 Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia, Surabaya, Arkola 2003, hal 189

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

34

adanya gugatan kepada pemilik yang namanya tercantum dalam sertifikat dari orang

yang merasa sebagai pemiliknya.48

a. Jual beli;

4. Peralihan Hak Tanah

Peralihan hak atas tanah dilakukan atas beberapa cara yakni:

b. Tukar-menukar;

c. Hibah;

d. Hibah wasiat, yaitu suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai pemberian

hak atas tanah dan atau bangunan kepada orang pribadi

atau badan hukum tertentu, yang berlaku setelah pemberi hibah wasiat

meninggal dunia;

e. Waris;

f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, yaitu pengalihan

hak atas tanah dan atau bangunan dari orang pribadi atau badan

kepada Perseroan Terbatas atau badan hukum lainnya sebagai penyertaan

modal pada Perseroan Terbatas atau badan hukum lainnya tersebut;

g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, yaitu pemindahan sebagian hak

bersama atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan kepada

sesama pemegang hak bersama;

h. Penunjukan pembeli dalam lelang, yaitu penetapan pemenang lelang oleh Pejabat

Lelang sebagaimana yang tercantum dalam Risalah Lelang; 48 Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

35

i. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap,

yaitu adanya peralihan hak dari orang pribadi atau badan hukum sebagai salah

satu pihak kepada pihak yang ditentukan dalam putusan hakim tersebut;

j. Penggabungan usaha, yaitu penggabungan dari dua badan usaha atau

lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan

usaha dan melikuidasi badan usaha lainnya yang menggabung;

k. Peleburan usaha, yaitu penggabungan dari dua atau lebih badan usaha

dengan cara mendirikan badan usaha baru dan melikuidasi badan badan usaha

yang bergabung tersebut;

l. Pemekaran usaha, yaitu pemisahan suatu badan usaha menjadi dua badan usaha

atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian

aktiva dan pasiva kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa

melikuidasi badan usaha yang lama;

m. Hadiah, yaitu suatu perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas tanah

dan atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan

hukum kepada penerima hadiah.

5. Peralihan Hak Milik Atas Tanah karena Warisan.

Menurut hukum perdata jika pemegang sesuatu hak atas tanah meninggal,

maka hak tersebut karena hukum beralih kepada ahli warisnya. Peralihan harta

kekayaan dari orang yang meninggal, dapat berupa harta kekayaan material maupun

immaterial kepada ahli waris orang yeng meninggal tersebut. Harta kekayaan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

36

ditinggalkan bisa immaterial maupun material, harta kekayaan material antara lain

tanah, rumah ataupun benda lainnya.

Pewaris adalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta

kekayaan, sedangkan ahli waris adalah orang yang berhak atas harta kekayaan dari

orang meninggal.

Hukum Waris yang berlaku di Indonesia ada 3 (tiga) yaitu: Hukum Waris

Adat, Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Perdata. Setiap daerah memiliki hukum

yang berbeda-beda sesuai dengan sistem kekerababatan yang mereka anut. Hukum

Waris adalah suatu hukum yang mengatur peninggalan harta seseorang yang telah

meninggal dunia yang diberikan kepada yang berhak, seperti keluarga atau

masyarakat yang lebih berhak.

Peralihan hak milik atas tanah diatur dalam Pasal 42 ayat PP No 24 Tahun 1997 UUPA yang menyatakan bahwa:

“(1) Untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan mengenai bidang tanah hak yang sudah didaftar dan hak milik atas satuan rumah susun sebagai yang diwajibkan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, wajib diserahkan oleh yang menerima hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan sebagai warisan kepada Kantor Pertanahan, sertipikat hak yang bersangkutan, surat kematian orang yang namanya dicatat sebagai pemegang haknya dan surat tanda bukti sebagai ahli waris. (2) Jika bidang tanah yang merupakan warisan belum didaftar, wajib diserahkan juga dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1) huruf b. (3) Jika penerima warisan terdiri dari satu orang, pendaftaran peralihan hak tersebut dilakukan kepada orang tersebut berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Jika penerima warisan lebih dari satu orang dan waktu peralihan hak tersebut didaftarkan disertai dengan akta pembagian waris yang memuat keterangan bahwa hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun tertentu jatuh kepada seorang penerima warisan tertentu, pendaftaran

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

37

peralihan hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun itu dilakukan kepada penerima warisan yang bersangkutan berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris dan akta pembagian waris tersebut. (5) Warisan berupa hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang menurut akta pembagian waris harus dibagi bersama antara beberapa penerima warisan atau waktu didaftarkan belum ada akta pembagian warisnya, didaftar peralihan haknya kepada para penerima waris yang berhak sebagai hak bersama mereka berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris dan/atau akta pembagian waris tersebut.”

Yang menjadi subjek pewarisan hak milik atas tanah sesuai dengan ketentuan

Pasal 9 Undang-Undang Pokok Agraria dan Pasal 21 ayat (1) UUPA ialah:

”Warga negara Indonesia, laki -laki dan wanita mempunyai kesempatan yang

sama untuk memperoleh suatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat

dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya”.49

”Bahwa warga asing yang sesudah berlakunya Undang – undang ini harus

mendaftarkan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun tidak mendaftarkan

status kewarganegaraannya”.

Selain itu dalam Pasal 21 ayat (3) menyebutkan:

50

1. Sertifikat pewaris;

Dalam pendaftaran peralihan hak karena warisan, ahli waris harus

mendaftarkan tanahnya yang telah dibukukan ke Kantor Pertanahan dengan

menyerahkan:

2. Surat keterangan meninggal dunia dari Kepala Desa atau Lurah. Untuk

memperoleh surat tersebut, ahli waris atau para ahli waris memohon surat yang

49 Pasal 9 UUPA 50 Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

38

disahkan oleh Ketua Rukun Tetangga (RT) dan diketahui oleh Kepala Rukum

Warga (RW) dan dua orang saksi, dilampirkan surat keterangan pemakaman dari

Kantor Pemakaman setempat;

3. Surat keterangan waris;

4. Surat keterangan Pajak Bumi dan bangunan (PBB) terakhir.

Dan apabila tanahnya belum dibukukan, dalam pendaftaran peralihan hak karena

pewarisan maka sesuai dengan ketentuan Pasal 42 ayat (2) PP Nomor 24 tahun 1997

maka ahli waris harus menyerahkan:

1. Ahli waris harus memperlihatkan surat bukti hak berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh panitia Ajudikasi atau Kepala kantor Pertanahan dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.

2. Surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum bersertifikat dari kantor Pertanahan, atau untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari kedudukan kantor Pertanahan, dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan.

3. Berdasarkan data butir 1 (satu) dan 2 (dua) di atas kemudian dibuatkan akta waris oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah.51

6. Pembatalan Hak Atas Tanah Pembatalan hak atas tanah berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 12 Peraturan

Menteri Negara Agraria (PMNA)/ Kepala Badan Pertanahan nasional (KBPN) No. 3

Tahun 1999, yaitu:

“Pembatalan keputusan mengenai pemberian suatu hak atas tanah karena

keputusan tersebut mengandung cacat hukum dalam penerbitannya atau

melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap”.

51 PP Nomor 24 tahun 1997

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

39

Syarat pembatalan hak atas tanah menurut pasal 104 ayat (2) peraturan Menteri

Negara/ Kepala badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara

Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, diterbitkan

apabila terdapat:

a. Cacat hukum administratif; Pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum administratif, diterbitkan

apabila terdapat: 1) Kesalahan prosedur; 2) Kesalahan penerapan peraturan perUndang-Undangan; 3) Kesalahan subyek hak; 4) Kesalahan obyek hak; 5) Kesalahan perhitungan luas; 6) Terdapat tumpang tindih hak atas tanah; 7) Terdapat ketidak benaran pada data fisik dan/atau data yuridis 8) Kesalahan lainnya yang bersifat hukum administratif.52

Pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum administrasi yang diterbitkan

oleh pejabat yang berwenang atas dasar:

1) Permohonan pemohon, pengajuan permohonan pembatalan diajukan secara

tertulis, dapat diajukan langsung kepada Kepala BPN atau melalui Kepala

Kantor Pertanahan.

2) Tanpa permohonan pemohon, pembatalan hak atas tanah yang diterbitkan

tanpa adanya permohonan pemohon.

b. Pelaksanaan hak atas tanah karena melaksanakan putusan pengadilan

Dalam Pasal 124 ayat (1) PMNA/Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 yang

bunyinya “Pembatalan hak atas tanah melaksanakan putusan pengadilan yang

berkekuatan hukum tetap hanya dapat diterbitkan berdasarkan permohonan pemohon, 52 Pasal 107 PMNA/KBPN No. 9 Tahun 1999

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

40

dan selanjutnya dalam ayat (2), dinyatakan batal atau tidak mempunyai kekuatan

hukum atau intinya sama dengan itu”.

Dalam prosedur permohonan pembatalan yaitu pengajuan permohonan

pembatalan diajukan secara tertulis, dapat diajukan langsung kepada Kepala BPN

atau melalui Kepala Kantor Pertanahan.

G. Penerbitan Sertifikat Berdasar Alas Hak Dibawah tangan

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah bertujuan untuk memberikan kepastian hak kepada pemilik tanah dengan

menerbitkan sertipikat untuk memberi rasa aman kepada pemilik tanah akan haknya

pada tanah tersebut. Sertipikat tanah merupakan tanda bukti yang kuat mengenai data

fisik dan data yuridis yang terdapat didalamnya, sepanjang data-data tersebut sesuai

dengan kebenarannya yang terdapat dalam surat ukur dan buku tanah yang

bersangkutan. Kekuatan pembuktian sertifikat tidak lepas dari alas hak untuk

penerbitan sertifikat tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah, salah satu alas hak yang diperkenankan selain akta

autentik adalah surat di bawah tangan. Diperkenankannya surat di bawah tangan

sebagai alas hak dalam penerbitan sertifikat saat ini banyak dilakukan untuk

pendaftaran tanah pertama kali (bagi tanah-tanah yang belum terdaftar). Dalam

kenyataan yang ada, tidak jarang alas hak berupa surat di bawah tangan ini

menimbulkan masalah di kemudian hari. Salah satunya adalah munculnya dua pihak

yang mengaku sebagai pemilik atas tanah yang telah didaftarkan tersebut. Bahkan

tidak jarang terjadi dalam proyek yang dilakukan oleh kantor pertanahan, 1 (satu)

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

41

bidang tanah dikuasai oleh dua orang yang berbeda dengan alas hak yang berbeda

tetapi ditandatangani oleh Kepala Kelurahan/Kepala Desa yang sama sehingga proses

penerbitan menjadi terhambat.

Yurisprudensi dalam Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor 598/Sip/1971 tertanggal 18 Desember 1971, Keputusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia Nomor 601. K/Sip/1972 tertanggal 14 Maret 1973, Keputusan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 393K/Sip/1973 tertanggal 11 Juli 1973

menyatakan bahwa setiap transaksi yang tidak dilakukan dihadapan pejabat yang

berwenang merupakan tranksaksi yang tidak sah menurut hukum, sehingga para

pihak perlu mendapatkan perlindungan hukum.

Dalam Pasal 1888 KUHperdata yang menyebutkan:

“Kekuatan pembuktian dalam suatu tulisan adalah pada akta aslinya. Apabila

akta yang asli itu ada, maka salinan-salinan serta ikhtisar-ikhtisar hanyalah

dapat dipercaya sekedar salinan-salinan serta ikhtisar-ikhtisar itu sesuai

dengan aslinya, yang mana senantiasa dapat diperintahkan

mempertunjukkannya.” 53

Keberadaan surat di bawah tangan sebagai dasar dalam penerbitan Sertifikat

Hak Milik tetap diakui dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah, meskipun surat di bawah tangan tidak memiliki kekuatan hukum.

Untuk dapat dijadikan sebagai alas hak dalam penerbitan Sertifikat Hak Milik dan

dapat memiliki kekuatan pembuktian maka surat di bawah tangan tersebut harus

53 Pasal 1888 KUHPerdata

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

42

memenuhi prosedur dan persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 24 Ayat (1) PP

Nomor 24 Tahun 1997 yang menetapkan bahwa:

“Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.54

1. Fisik tanahnya secara nyata dikuasai dan digunakan sendiri oleh pihak yang mengaku atau secara nyata tidak dikuasai, tetapi digunakan pihak lain secara sewa atau bagi hasil atau dengan bentuk hubungan perdata lainnya.

Surat Pernyataan penguasaan fisik yang dibuatkan oleh pemohon pendaftaran

tanah berisi:

2. Tanahnya sedang/tidak dalam keadaan sengketa. Apabila penandatanganan memalsukan isi surat pernyataan, bersedia dituntut dimuka hakim secara pidana maupun perdata karena memberikan keterangan palsu. 55

Jika syarat bagi sebuah surat dibawah tangan telah dipenuhi untuk dapat

dijadikan dasar dalam penerbitan sertifikat hak milik berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 adalah maka surat dibawah tangan tersebut dapat

dijadikan sebagai dasar penerbitan sertifikat dan memiliki kekuatan pembuktian. Alas

pemilikan hak atas tanah yang dijadikan dasar penerbitan sertifikat kepemilikan hak

atas tanah di kantor pertanahan merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai

alat pembuktian data yuridis atas kepemilikan atau pengusaaan suatu bidang tanah.

Tujuan diteliti alas hak ini ternyata akan memperkokoh keabsahan formalitas data yuridis dan data teknis, sehingga pada akhirnya panitia dapat berkesimpulan:

1. Tanah yang didaftarkan tersebut baik dan jelas tanpa keraguan untuk memberikan haknya.

2. Permohonan tersebut tidak dijumpai ada sengketa kepemilikan. 54 Pasal 24 PP Nomor 24 tahun 1997 55 Boedi Harsono, Op.cit, Hal.183

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

43

3. Tanah yang dimohon diyakini sepenuhnya oleh tim ajudikasi atau Panitia Pemeriksaan Tanah untuk dapat diberikan haknya sesuai yang dimohonkan pemilik tanah.

4. Tanah tersebut diadministrasikan dengan pemberian bukti haknya tidak ada yang bersengketa lagi dan tidak ada yang keberatan terhadap kepemilikannya.56

D. Sertifikat Sebagai Bukti Hak Dasar

Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak atas tanah, suatu pengakuan penegasan

dari negara terhadap penguasaan tanah secara perorangan atau bersama atau badan

hukum yang namanya ditulis didalamnya dan sekaligus menjelaskan lokasi, gambar,

ukuran dan batas-batas bidang tanah tersebut.57

Menurut Ali Achmad Chomzah, yang dimaksud dengan sertipikat adalah

“surat tanda bukti hak yang terdiri salinan buku tanah dan surat ukur, diberi

sampul, dijilid menjadi satu, yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional.”

58

Sesuai dengan ketentuan Pasal 19 UUPA sertifikat adalah surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, maka hal ini diulang lagi penegasannya dalam Pasal 39, namun dengan satu klausula bahwa hal ini berlaku

Dalam Pasal 1 angka 20 PP 24/1997 yang dimaksud Sertipikat adalah :

“Surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c

UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas

satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah

dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.”

56 Opcit, hal. 115 57Herman Hermit,Op.cit, . Hal. 3 58 Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan I-Pemberian Hak

Atas Tanah Negara dan Seri Hukum Pertanahan II Sertipikat Dan Permasalahannya,Jakarta, Prestasi Pustaka, 2002, Hal.122

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

44

selama belum berhasil dibuktikan, sebaliknya yang oleh sementara pihak dinilai dapat melemahkan kedudukan sertifikat sebagai alat bukti yang kuat.59

Pembuktian adalah suatu proses bagaimana alat-alat bukti dapat dipergunakan, diajukan ataupun dipertahankan dalam hukum acara. Alat-alat bukti adalah suatu hal, barang, dan non barang yang ditentukan oleh Undang-Undang dapat digunakan untuk memperkuat atau menolak sesuatu dakwaan, tuntutan, atau gugatan.

Sertipikat diberikan bagi tanah-tanah yang sudah ada surat ukurnya ataupun

tanah-tanah yang sudah diselenggarakan pengukuran desa demi

desa, karenanya sertipikat merupakan pembuktian yang kuat, baik subyek

maupun obyeknya.

60

Kekuatan pembuktian formal pada akta otentik memiliki kepastian hukum

karena pejabatlah yang menerangkan kebenaran dari apa yang dilihat, didengar dan

Kekuatan pembuktian antara akta otentik dengan akta dibawah

tangan memiliki perbedaan. Dilihat dari kekuatan pembuktian lahir di mana sebuah

akta autentik ditandatangani oleh pejabat yang berwenang maka beban

pembuktian diserahkan kepada yang mempersoalkan keuatentikannya. Sedangkan unt

uk akta dibawah tangan maka secara lahir akta tersebut sangat berkait

dengan tanda tangan. Jika tanda tangan diakui maka akta dibawah tangan

memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna.Kekuatan yang dimiliki oleh tanda tan

gan bukan kekuatan pembuktian lahir yang kuat karena terdapat kemungkinan untuk

disangkal.

59 Soejono, Prosedur Pendaftaran Tanah, Rineke Cipta, 1995, Hal 36 60 Bambang Waluyo, Sistem Pembuktian dalam Peradilan Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,

1996, Hal. 3

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

45

dilakukan pejabat, sedangkan untuk akta dibawah tangan maka pengakuan dari pihak

yang bertanda tangan menjadi kekuatan pembuktian secara formal.

Daya pembuktian sertifikat tidak bisa dilepaskan dari kewenangan Pejabat

Tata usaha Negara, yakni Kepala Badan Pertanahan Nasional/Kantor Pertanahan

yang telah menempatkan tanda tanganya pada sertifikat yang tentunya dapat

dipercaya oleh orang yang namanya tercantum dalam sertifikat tersebut. Di dalam

daya pembuktian terdapat daya pembuktian formal dan daya pembuktian materil.

Daya pembuktian materil, isi keterangan berlaku sebagai kebenaran buat siapapun

dan orang yang namanya tercantum dalam sertifikat untuk kemanfaatannya, untuk

keperluan siapa keterangan itu diberikan. Sedangkan daya pembuktian formil Kepala

Kepala Badan Pertanahan Nasional/Kantor Pertanahan menerangkan apa yang berada

di atas tanda tangannya dan orang yang tercantum dalam sertifikat benar-benar

pemiliknya.

1. Jenis Pembuktian Hak Atas Tanah

Sertifikat tanah merupakan alat pembuktian kepemilikan atas tanah, baik itu

sebagai pembuktian hak baru maupun pembuktian hak lama atas tanah.

A. Pembuktian hak baru atas tanah

Dalam pembuktian hak baru atas tanah, alat bukti yang dibuat sesudah

berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tanggal 8 Oktober 1997

sesuai Pasal 23, yang menentukan sebagai berikut:

1) Penetapan pemberian hak baru dan pejabat berwenang bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dan tanah negara atau tanah hak pengelolaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

46

2) Akta pemberian PPAT menurut pemberian hak tersebut oleh pemegang hak milik kepada penerima hak yang bersangkutan mengenai hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik.

3) Hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak pengelolaan dan pejabat berwenang.

4) Tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf. 5) Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan. 6) Pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian

hak tanggungan.

B. Pembuktian hak lama atas tanah

Dalam pembuktian hak lama menunjukkan alat bukti yang sudah ada sebelum

berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu sebelum tanggal 8

Oktober 1997 sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 24, ayat (1) dan ayat (2) yang

isinya:

(1) ”Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh panitia ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pemilik lain membebaninya”.

(2) “dalam hal atau tidak lagi bersedia secara lengkap alat-alat pembuktian sesuai disebutkan pada ayat (1), pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya, dengan syarat: a. Pengusaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkuatn sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya; b. Penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman sebagai dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau Desa Kelurahan yang bersangkuatan ataupun pihak lainnya”.61

61 Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

47

Berkaitan dengan pembuktian hak, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 menetapkan bahwa:

“Untuk keperluan penelitian data yuridis bidang-bidang tanah dikumpulkan

alat-alat bukti mengenai kepemilikan atau penguasaan tanah, baik bukti

tertulis maupun bukti tidak tertulis berupa keterangan saksi dan atau

keterangan yang bersangkutan yang ditujukan oleh pemegang hak atas tanah

atau kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan kepada Panitia Ajudikasi”.

Menurut Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, ada 2 macam

cara perolehan pembuktian hak lama atas tanah yaitu:

1) Berdasarkan pembuktian pemilikan tanah

Dalam pembuktian berdasarkan pemilikan tanah dinyatakan secara tertulis

sesuai konversi hak-hak lama di dalam penjelasan Pasalnya, sebagai berikut, Grose

akta hak eingendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie yang

telah dibubuhi catatan bahwa hak eingendom yang bersangkuatan dikonversi menjadi

hak milik. 62

2) Berdasarkan pembuktian penguasaan tanah.

Dalam pembuktian hak lama berdasarkan penguasaan tanah dibuktikan

berdasarkan pernyataan tertulis yang bersangkutan dan dikuatkan saksi-saksi, sebagai

mana ditentukan dalam penjelasan Pasal 24 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24

tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah harus memenuhi syarat sebagai berikut:

62 S. Chandra,Op.cit.,. Hal 16

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

48

a) Pengusaan tanah yang digunakan secara nyata dengan itikad baik, selama atau

lebih 20 tahun berturut-turut.

b) Penguasaan tanah tersebut dihormati dan tidak diganggu-gugat oleh pihak lain.

c) Penguasaan tersebut dikuatkan oleh saksi-saksi yang dipercaya.

d) Bahwa untuk pendaftaran hak atas tanahnya harus diteliti terlebih dahulu oleh

panitia A dan diumumkan sesuai ketentuan Pasal 26 Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997, serta dikeluarkan surat keputusan pengakuan haknya oleh

pejabat berwenang.

2. Macam-Macam Alat Bukti.

A. Alat Bukti Tertulis atau Surat

Dalam KUHPerdata mengakui adanya akta dibawah tangan, yaitu apabila

memenuhi syarat sah suatu perjanjian sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1320

KUHPerdata. Dalam pembuktian dalam hukum acara perdata, keberadaan akta

dibawah tangan diakui dalam Pasal 268 ayat (1) RBg yang dipandang sebagai akta-

akta yang ditanda tangani dibawah tangan, surat-surat mengenai rumah tangga dan

surat-surat yang dibuat tanpa campur tangan pejabat pemerintah.

Kekuatan nilai pembuktian suatu akta di bawah tangan adalah sepanjang para

pihak mengakuinya atau tidak ada penyangkalan dari salah satu pihak. Didalam pasal

1869 KUHPerdata disebutkan:

“Suatu akta yang karena tidak berkuasa untuk itu tidak cakapnya pegawai

termaksud diatas, atau karena suatu cacat dalam bentuknya, tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

49

diberlakukan sebagai akta outentik, namun demikian mempunyai kekuatan

sebagai tulisan dibawah tangan, jika ditanda tangani oleh pihak.”

Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 Pasal 24 ayat (1) Untuk

keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama

dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti

tertulis dimana bukti-bukti tersebut sebagai dasar kepemilikan dan penguasaan tanah

tersebut. Dasar kepemilikan dan penguasaan tanah disebut sebagai alas hak. Alas hak

pemilikan hak atas tanah yang dijadikan dasar penerbitan sertifikat kepemilikan hak

atas tanah di kantor pertanahan merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai

alat pembuktian data yuridis atas kepemilikan atau pengusaaan suatu bidang tanah,

baik secara tertulis ataupun berdasarkan keterangan saksi.

Alat-alat bukti tertulis yang dimaksudkan dapat berupa: A. Grose Akta Hak Eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings

Ordonantie (Staatsblad. 1834-27), yang telah dibubuhi catatan, bahwa hak eingendom yang bersangkutan dikonversi mnejadi hak milik;

B. Grose Akta Hak Eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonantie (Staatsblad. 1834-27) sejak berlakunya UUPA sanpai tanggal pendaftaran tanah dilaksanakan menurut PP Nomor. 10 tahun 1961 didaerah yang bersangkutan;

C. Surat tanda bukti Hak Milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang bersangkutan;

D. Sertipikat Hak Milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Mentri Agraria Nomor 9 tahun 1959;

E. Surat Keputusan Pemberian Hak Milik dari Pejabat yang berwenang, baik sebelum atau pun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut didalamnya;

F. Akta pemindahan yang dibuat yang dibawah tangan yang dibubuhitanda kesaksian oleh Kepala Ada/kepala desa/Kelurahan yang dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini;

G. Akta Pemindahan Hak Atas tanah yang dibuat oleh Ppat, yang tanahnya belum dibukukan;

Universitas Sumatera Utara

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

50

H. Akta Ikrar Wakaf/Surat Ikrar Wakaf yang dibuat sebelum atau sejak dimulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977;

I. Risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang yang tanahnya belum dibukukan;

J. Surat Penunjukan atau Pembelian kavling tanah pengganti tanah yang diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

K. Petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia sebelum berlaku Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1961;

L. Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh kantor Pelayan Pajak Bumi dan Bangunan;

M. Lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam pasal II, Pasal VI dan Pasal VII Ketentuan-ketentuan Konversi UUPA. 63

B. Bukti Saksi

Pembuktian dengan saksi-saksi diperkenankan dalam segala hal yang tidak

dikecualikan oleh Undang-Undang Pasal 1895 KUHPerdata. Tiap kesaksian harus

disertai keterangan tentang bagaimana saksi mengetahui kesaksiannya. Pendapat

maupun dugaan khusus, yang diperoleh dengan memakai pikiran, bukanlah suatu

kesaksian Pasal 1907 KUHPerdata. Dengan kata lain, Saksi adalah seseorang yang

melihat, mengalami atau mendengar sendiri kejadian (atau peristiwa hukum) yang

diperkarakan. Testimonium de auditu (kesaksian de auditu) adalah keterangan yang

saksi peroleh dari orang lain, ia tidak mendengarnya atau mengalaminya sendiri,

hanya ia dengar dari orang lain tentang kejadian itu. Pada prinsipnya, testimonium de

auditu tidak dapat diterima sebagai alat bukti. Keterangan seorang saksi saja tanpa

alat bukti lain tidak dapat dipercaya, disebut juga dalam Pasal 1905 KUHPerdata.

Didalam Pasal 24 ayat (1) PP No 24 tahun 1997 yang menyebutkan:

63 Mhd. Yamin Lubis, op.cit., Hal.221-223

Universitas Sumatera Utara

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

51

“Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya”. Saksi yang dimaksud disini adalah saksi yang cakap dan selain itu saksi

tersebut mengetahui kepemilikan tanah tersebut sesuai dengan kebenarannya.

C. Persangkaan

Persangkaan adalah kesimpulan yang oleh Undang-Undang atau oleh hakim

ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak

diketahui umum Pasal 1915 KUHPerdata, Pasal 310 RBg. Persangkaan Undang-

Undang atau persangkaan hukum adalah persangkaan berdasarkan suatu ketentuan

khusus Undang-Undang berkenaan atau berhubungan dengan perbuatan tertentu atau

peristiwa tertentu Pasal 1916 KUHPerdata.

Persangkaan-persangkaan semacam ini, antara lain: 1. Perbuatan yang oleh Undang-Undang dinyatakan batal, karena semata-mata demi

sifat dan wujudnya dianggap telah dilakukan untuk menyelundupi suatu ketentuan Undang-Undang.

2. Perbuatan yang oleh Undang-Undang diterangkan bahwa hak milik atau pembebasan utang disimpulkan dari keadaan tertentu.

3. Kekuatan yang oleh Undang-Undang diberikan kepada suatu putusan hakim yg telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

4. Kekuatan yang oleh Undang-Undang diberikan kepada pengakuan atau sumpah salah satu pihak.64

64 Pasal 1916 KUHPerdata

Universitas Sumatera Utara

Page 30: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

52

D. Pengakuan Pasal 1923 KUHPerdata

Didalam UUPA pengakuan disebut juga dengan konversi namun setelah

berlakunya PP No 24 tahun 1997 pelaksanaan konversi tersebut disebut dengan

pembuktian hak lama.

Pasal 24 ayat (2) PP No 24 menyebutkan:

“Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya, dengan syarat: a. penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya; b. penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak lainnya.”

Panitia Ajudikasi mengambil kesimpulan tentang status tanah tersebut dan

mengakui hak kepemilikan seseorang tesebut sebelum dilakukannya proses

pengukuran dan penelitian data yuridis dan pengumuman dari konversi tersebut.

E. Sumpah

Sumpah sebagai alat bukti adalah suatu keterangan atau pernyatan yang

dikuatkan atas nama Tuhan, dengan tujuan agar orang yang bersumpah dalam

memberi keterangan atau pernyataan itu takut atas murka Tuhan apabila dia

berbohong, dianggap sebagai daya pendorong bagi yang bersumpah untuk

menerangkan yang sebenarnya.

Sesuai dengan PP no 24 tahun 1997 Pasal 24 untuk keperluan suatu

pembuktian didalam hukum pembuktian, diperlukan alat bukti secara tertulis maupun

Universitas Sumatera Utara

Page 31: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45674 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL …PENERBITAN SERTIFIKAT

53

pernyataan mengenai suatu hak penguasaan tanah secara nyata serta itikad baik yang

tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat setempat, kemudian dikuatkan

dengan keterangan saksi-saksi.

Sedangkan sesuai dengan ketentuan Pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, alat bukti hak tersebut dapat digunakan untuk : 1. mendalilkan mempunyai sesuatu hak; atau 2. meneguhkan haknya sendiri; atau 3. membantah suatu hak orang lain; atau 4. menunjuk pada suatu peristiwa hukum tertentu.65

65 Pasal 1865 Kitab Undang-Undang Perdata

Pembuktian yang wajib dimiliki pemegang hak selain sertipikat sebagai alat

bukti formal, berdasarkan Pasal 1866 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat

pula dipergunakan alat bukti lain berupa kesaksian seperti untuk keperluan

pendaftaran hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama berdasarkan

Pasal 24 PP Nomor 24 Tahun 1997 yang menentukan alat bukti yang dipergunakan

selain bukti tertulis dipergunakan juga keterangan saksi.

Universitas Sumatera Utara