repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › chapter...

36
BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk peran serta atau keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan.Partisipasi masyarakat ini menunjukkan bahwa masyarakat merasa terlibat dan merasa bagian dari pembangunan. Hal ini akan sangat berdampak positif terhadap keberhasilan pelaksanaan suatu program pembangunan (Soetomo, 2006). Mikkelsen (2003),mengatakan bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan prilaku tersebut. Ada enam tafsiran dan makna berbeda tentang partisipasi yaitu: 1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek pembangunan, tetapi mereka tidak ikut terlibat dalam pemgambilan keputusan. 2. Partisipasi adalah proses untuk membuat masyarakat menjadi lebih peka untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek pembangunan. 3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan sesuatu. Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 26-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

2.1. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk peran serta atau keterlibatan

masyarakat dalam program pembangunan.Partisipasi masyarakat ini menunjukkan

bahwa masyarakat merasa terlibat dan merasa bagian dari pembangunan. Hal ini akan

sangat berdampak positif terhadap keberhasilan pelaksanaan suatu program

pembangunan (Soetomo, 2006).

Mikkelsen (2003),mengatakan bahwa pembangunan pada dasarnya

merupakan proses perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang

semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu

perwujudan dari perubahan sikap dan prilaku tersebut. Ada enam tafsiran dan makna

berbeda tentang partisipasi yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek

pembangunan, tetapi mereka tidak ikut terlibat dalam pemgambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah proses untuk membuat masyarakat menjadi lebih peka untuk

meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek

pembangunan.

3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun

kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk

melakukan sesuatu.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara komunitas lokal dan pihak

penyelenggara,pengimplementasian, pemantauan, dan pengevaluasian staf agar

dapat memeperoleh informasi tentang konteks sosial ataupun dampak sosial.

5. Partsisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang

ditentukan oleh dirinya sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan diri,

kehidupan, dan lingkungan mereka.

Partisipasi adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat

umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga ataupun

kesehatan lingkungannya.Dalam suatu masyarakat bagaimanapun sederhananya,

selalu ada suatu stimulus. Mekanisme ini disebut pemecahan masalah atau proses

pemecahan masalah (Depkes, 2006).

Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam berbagai

jenjang kegiatan. Dilihat dari konteks pembangunan kesehatan, partisipasi adalah

keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin kemitraan diantara

berbagai aktivitas program kesehatan, mulai dari pendidikan kesehatan, kemadirian

dalam kesehatan, sampai dengan mengontrol perilaku masyarakat dalam menanggapi

teknologi dan infrastrusktur kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Ramli (1993), Pengertianpartisipasi adalah sangat kompleks,

sehingga tidak mudah untuk mendefinisikannya secara lengkap. Hal ini terlihat dari

pengertian yang di kemukakan beberapa ahli berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

1. Partisipasi adalah suatu konstribusi suka rela dari masyarakat terhadap program

pemerintah yang dapat menunjang pembangunan nasional tanpa turut serta dalam

pembuatan program itu sendiri atau mengeritik tetang isinya.

2. Partisipasi dalam arti yang luas ialah menyadarkan masyarakat dan meningkatkan

kepekaan dan kemampuan untuk memberikan respons terhadap program

pembangunan dan juga mendorong prakarsa setempat.

3. Partisipasi meliputi keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan

dan pelaksanaan program, mengambil bagian dalam hasilnya serta terlibat dalam

evaluasi program tersebut.

4. Partisipasi dalam keterlibatan secara aktif dalam pengambilan keputusan sejauh

hal-hal yang berkaitan dengan mereka

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat yang berhak dan wajib ikut serta dalam

memecahkan masalah (kesehatan), lebih bertanggung jawab dalam memperoleh

kebutuhan (kesehatan), mengerahkan sumber-sumber lokal dan mengusulkan

pemecahan masalah baru, juga menciptakan dan mempertahankan organisasi

setempat.

6. Partisipasi adalah suatu proses aktif, artinya bahwa orang atau kelompok yang

bersangkutan mengambil prakarsa dan memastikan kewenangannya (otonomi)

untuk melakukan hal tersebut.

7. Partisipasi adalah upaya yang terorganisasi untuk menguasai (mengendalikan)

sumber-sumber daya dan kelembagaan yang mengatur di dalam situasi sosial

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

tertentu, bagi kelompok atau gerakan mereka yang selama ini tersisihkan dari

penguasaan/pengendalian tersebut.

Dari definisi di atas belum mendapatkan batasan pengertianyang jelas,

sehingga ada kemungkinan apa yang disebut partisipasi dalam suatu kegiatan belum

tentu sama dengan kegiatan lainnya. Bagaimanapun luasnya interpretasi tentang

partisipasi itu, suatu hal yang pasti ialah bahwa sebahagian besar dari kita sependapat

bahwa partisipasi itu sesuatu hal yang baik dan merupakan strategi penting untuk

pembangunan.

2.2. Nilai-Nilai Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah suatu pendekatan atau jalan yang terbaik untuk

pemecahan masalah-masalah kesehatan dinegara-negara yang sedang berkembang,

karena hal-hal berikut (Notoatmodjo, 2007):

1. Partisipasi masyarakat adalah cara paling murah. Dengan ikut berpartisipasi

masyarakat dalam program-program kesehatan, itu berarti diperoleh sumber daya

dan dana dengan mudah untuk melengkapi fasilitas kesehatan mereka sendiri.

2. Bila partisipasi itu berhasil, bukan hanya salah satu bidang saja yang dapat

dipecahkan, tetapi dapat menghimpun dana dan daya.

3. Partisipasi masyarakat membuat semua orang bertanggung jawab untuk

kesehatannya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

4. Partisipasi masyarakat didalam pelayanan kesehatan adalah rangsangan dan

bimbingan dari atas, bukan sesuatu yang dipaksakan dari atas. Ini adalah suatu

pertumbuhan yang alamiah, bukan yang semu.

5. Partisipasi masyarakat akan menjamin suatu perkembangan yang langsung,

karena dasarnya adalah kebutuhan dan kesadaran masyarakat.

6. Melalui partisipasi, setiap anggota masyarakat dirangsang untuk belajar

berorganisasi, mengambil peran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing

2.3. Faktor –Faktor Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat

Menurut Cary dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa partisipasi

dapat tumbuh jika tiga kondisi berikut terpenuhi:

a. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti ada kondisi yang memungkinkan anggota

masyarakat untuk berpartisipasi.

b. Mampu untuk berpatisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota

masyarakat sehingga mampu untuk memerikan sumbangan saran yang kontruksif

untuk program.

c. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk

berpatisipasi dalam program.

Ketiga kondisi ini harus hadir secara bersama-sama. Apa bila orang mau dan

mampu tetapi tidak merdeka untuk partisipasi, maka orang tidak akan berpatisipasi.

Menurut Ross dalam Notoatmodjo(2005), terdapat tiga prakondisi tumbuhnya

partisipasi, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan latar belakang yang memadai sehingga

dapat mengidentifikasi masalah, prioritas masalah dan melihat permasalahan

secara komprehensif.

b. Mempunyai kemampuan untuk belajar cepat tentang permasalahan, dan belajar

mengambil keputusan.

c. Kemampuan mengambil tindakan dan bertindak efektif.

Batasan diatas sebenarnya menuntut persyaratan bahwa orang-orang yang

akan berpartisipasi akan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu kognisi tertentu.

Menurut Notoatmodjo(2005), yang mengutip pendapat Chapin, partipasi dapat diukur

dari tinggi rendah sampai yang tertinggi, yaitu:

1. Kehadiran individu dalam pertemuan-pertemuan

2. Memberikan bantuan dan sumbangan keuangan

3. Keanggotaan dalam kepanitiaan

4. Posisi kepemimpinan.

Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu:

1. Adanya penolakan secara internal dikalangan anggota masyarakat dan penolakan

eksternal terhadap pemerintah

2. Kurang dana

3. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat; dan

4. kurang sesuai dengan kebutuhan.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisisipasi Masyarakat

Mikkelsen (2003) mengemukanan bahwa faktor-faktor yang memegaruhi

patisipasi masyarakat itu yaitu:

1. Faktor sosial yaitu dilihat adanya ketimpangan sosial masyarakat untuk

berpartisipasi

2. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional

statis dan tertutup terhadap pembaharuan

3. Faktor politik yaitu apabila prosespembangunanyang dilaksanakan kurang

melibatkan masyarakat pada awal dan akhir proses pembangunan sehingga

terkendala untuk berpatisipasi dan pengambilan keputusan

2.5. Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Kesehatan Menurut Depkes (1991) partisipasi masyarakat adalah di mana individu,

keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan

diri, keluarga atau kesehatan masyarakat dilingkungannya.Pentingnya partisipasi

masyarakat dalam pembangunan kesehatan bukan semata-mata karena

ketidakmampuan pemerintah dalam upaya pembangunan, melainkan memang

disadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk mengenal dan

memecahkan masalah kesehatan yang dihadapinya, mengingat sebagian besar

masalah kesehatan disebabkan perilaku masyarakat itu sendiri.

Dengan kata lain partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, berarti

keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memikirkan, merencanakan,

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

melaksanakan, dan mengevaluasi program-program kesehatan masyarakat. Institusi

kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya.

Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan didasarkan kepada beberapa

hal:

1. Community felt needapabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri,

berakti masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut, artinya pelayanan

kesehatan bukanlah berdasarkan kebutuhan penguasa tapi benar-benar kebutuhan

masyarakat itu.

2. Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan partisipasi

masyarakat adalah salah satu bentuk pengorganisasian masyarakat, ini berakti

fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri.

3. Pelayanan kesehatan akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri, artinya tenaga dan

penyelenggaranya akan ditangani oleh anggota masyarakat itu sendiri yang

didasarkan sukarela (Notoatmodjo,2007).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi partisipasi masyarakat

dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat adalah terciptanya suatu pelayanan

untuk masyarakat dan oleh masyarakat.

2.6. Faktor Sosial Ekonomi yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam

Pengelolaan Sampah

Status sosial ekonomi berkenaan dengan sekelompok orang dengan

penghasilan, jumlah kekayaan, kondisi kehidupan, perubahan gaya hidup yang

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

relative sama. Curran dan Ranzetti (2000) dalam Friedman (2010) menjelaskan

bahwa kelas sosial ekonomi suatu ukuran individu atau stratifikasi ekonomi keluarga,

termasuk didalamnya tiga unsur yaitu kekayaan (unsurmateri), status (unsur pretise),

dan kekuatan politik (unsur pembuatan keputusan). Status sosial ekonomi mempunyai

pengaruh yang menembus kehidupan keluarga dan anggotanya, terutama dalam

kehidupan masyarakat yang heterogen, dan kompleks, menyebabkan perbedaan

dalam kebudayaan keluarga dan gaya hidup yang signifikan. Menurut Dalimunte

(1995), kehidupan sosial ekonomi adalah suatu keadaan sosial ekonomi masyarakat

yang menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan dan penghasilan sebagai tolak

ukur.

Sosialekonomi menurut Rossides (1986) dikutip Yulisanti (2000), adalah

kedudukan seseorang dalam suatu rangkaian strata yang tersusun secara hierarkhis

yang merupakan kesatuan tertimbang dalam hal-hal yang menjadi nilai dalam

masyarakatyang biasanya dikenal sebagai previleseberupa Kekayaan, serta

pendapatan, danprestise berupa status, gaya hidup dan kekuasaan. Tinggi rendahnya

sosial ekonomi seseorang ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan dan pendapatan

(Yulisanti, 2000).

2.6.1. Pendidikan

Pendidikan yang sesuai dengan masyarakat demi hidup yang berkelanjutan

sama penting baik bagi negara berpenghasilan tinggi maupun bagi negara

berpenghasilan rendah. Pendidikan dasar umum bagi semua anak merupakan target

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

pembangunan manusia yang paling penting, karena dapat menyingkapkan potensi

tersembunyi yang dipunyai oleh banyak orang (Walhi, 1993).

Pendidikan menurut Soerjono Soekanto “Pendidikan merupakan suatu alat

yang akan membina dan mendorong seseorang untuk berfikir secara rasional maupun

logis, dapat meningkatkan kesadaran untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya

(seefektif dan seefisien mungkin) dengan menyerap banyak pengalaman mengenai

keahlian dan keterampilan sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejala-gejala

sosial yang terjadi” (Salsabila,2009).

Menurut Kartini Kartono dikutip Salsabila (2009) “Pendidikan adalah segala

perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional dibantu oleh metode dan

teknik ilmiah diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu.Pendidikan yang

ditempuh oleh seseorang akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang sesuai

dengan latar belakang pendidikan ditempuh. Seseorang yang mempunyai

pengetahuan diharapkan dapat memberikan bantuan berupa saran, ide/gagasan yang

dapat membantu untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan guna untuk

meningkatkan pengaman dan penanggulangan bencana alam dan pergolakan sosial.

Pendidikan saja tidak diterima dari bangku sekolah, akan tetapi dapat diterima dari

pendidikan formal dan informal lainnya. Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi

diperlukan keterampilan dan pengetahuanagar dapat mencapai berbagai tingkatannya,

dan untuk selalu dapat ditemukan titik tolaknya untuk mengawalinya (Satropoetro,

1998). Ada asumsi yang mengatakan bahwa pendidikan yang dimikili oleh sesorang

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

akan mencerminkan cara berpikir orang tersebut, dan semakin tinggi tingkat

pendidikan masyarakat maka pola masyarakat tersebut akan lebih baik.

Pendidikan yang dibedakan menjadi tiga bagian:

a. Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai rencana untuk jangka

panjang dan memerlukan perencanaan yang lebih matang, misal: pendidikan SD,

SLTP, SMU, Diploma, S1, S2 DAN S3.

b. Pendidikan non formal adalah merupakan suatu pendidikan yang mempunyai

rencana untuk jangka panjang serta memiliki tujuan dan sasaran akhir dari

pendidikan. Secara umum tujuannya:

1 Memberikan pengetahuan umum mengenai ilmu lingkungan

2 Memberikan latar belakang pengetahuan ilmu lingkungan yang cukup untuk

dapat melaksanakan tugasnya dengan berlandasan kelestarian dari lingkungan

yang baik.

3 Memberikan pengetahuan ilmu lingkungan yang cukup bagi para peserta yang

dalam tugasnya memerlukan pengetahuan utama (pokok).

c. Pendidikan in-formal adalah pendidikan yang diterima dari media penyebaran

pengetahuan yang baik dalam jangka pendek, misalnya: penyebaran pengetahuan

melalui srat kabar, majalah, radio, televisi

Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi diperlukan suatu keterampilan dan

pengetahuan agar dapat mencapai berbagai tingkatannya, dan untuk itu selalu dapat

ditemukan titik tolaknya untuk mengawalinya (Sutiyanti, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

Faktor pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap

perilaku.Faktor lingkungan non fisik, akibat masalah-masalah sosial penangananya

diperlukan pendidikan kesehatan.Dalam rangka membina meningkatkan kesehatan

masyarakat ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan kepada masyarakat dan

edukasi atau upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku

kesehatan.Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi ini

mencangkup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, system yang

dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.

2.6.2. Pekerjaan

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala

kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi

namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau

upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya.

Pekerjaan seseorang akan memengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja

merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung

dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup. Dalam kaitan ini

Soeroto memberikan difinisi mengenai pekerjaan sebagai berikut:

Pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa bagi diri sendiri atau

orang lain, baik orang melakukan dengan dibayar atau tidak menurut Soeroto (1986)

dikutip Salsabila (2009).Dengan bekerja orang akan memperoleh pendapatan.

Pendapatan ini memberikan kepadanya dan keluarganya untuk mengkonsumsi barang

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

dan jasa hasil pembangunan dengan demikian menjadi lebih jelas, barang siapa yang

mempunyai produktif, maka ia telah nyata berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam

pembangunan.

Menurut Sedarmayati (2001) yang dikutip oleh Hardywinoti (2007), pekerjaan

yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap

usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan individu, kelompok

maupun pendapatan nasional.

Selanjutnya ditinjau dari aspek ekonomis menurut Ida Bagus Mantra (1991)

dikutip Salsabila (2009) bahwa bekerja itu diartikan sebagai melakukan pekerjaan

untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang dan jasa dengan maksud

untuk memperoleh penghasilan baik berupa uang atau barang dalam kurun waktu

tertentu.

Kemudian menurut pedoman ISCO (International Standart Clasification of

Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan menjadi :

a). Profesional ahli teknik dan ahli jenis

b). Kepemimpinan dan ketatalaksanaan

c). Administrasi tata usaha dan sejenisnya

d). Jasa

e). Petani

f). Produksi dan operator alat angkut.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

2.6.3. Pendapatan

Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan

ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status

sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Penelitian oleh Ongko (1998) dalam

Tukiman, (2001) tentang demand masyarakat ke balai kesehatan masyarakat salah

satunya dipengaruhi oleh faktor harga. Individu akan lebih muda memanfaatkan

pelayanan kesehatan apabila pelayanan yang diberikan bebas biaya

Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut:

1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya

regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal

dari:

a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan

kerja kadang-kadang

b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari

kerajinanrumah

c) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.

Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.

2) Pendapatan yang berupa barang yaitu: Pembayaran upah dan gaji yang ditentukan

dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas Sundoyo Pitono dikutip Salsabila (2009)

mendefinisikan pendapatan adalah sebagai berikut “Seluruh penerimaan baik berupa

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

uang ataupun barang baik dari piak lain maupun dari hasil sendiri, dengan jalan

dinilai sejumlah atas harga yang berlaku saat ini”.

Untuk menentukan besar kecilnya pendapatan jelas tidak bisa, hal ini perlu

penyesuaian dengan perubahan harga yang terjadi.Untuk itu Pemerintah menetapkan

Upah Minimum Regional (UMR).Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang

tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping

memiliki penghasilan pokok setiap Keluarga biasanya memiliki penghasilan lain

yang meliputi penghasilan tambahan dan penghasilan insidentil.

Purwani (Mufidah, 2001) mengatakan pendapatan atau penghasilan

merupakan suatu gambaran tentang posisi ekonomi seseorang atau keluarga dalam

perkapita di masyarakat yang dihitung berdasarkan bulanan, yang kemudian ditambah

dengan penghasilan tambahan lainnya.Hal ini diukur dan disesuaikan dengan

pengeluaran seseorang atau keluarga tersebut.

Ada asumsi yang mengatakan bahwa semangkin tinggi tingkat pendidikan,

maka pendapatan setiap bulannya yang mereka terima akan menjadi lebih baik.

Partisipasi dapat diwujudkan dalam bentuk sumbangan spontan berupa uang dan

barang.Seseorang yang mampu memberikan sumbangan materi berupa uang (money

participation) dan barang (material participation) menunjukan kemampuan

penghasilan yang dimilikinya lebih dari cukup. Bantuan yang diberikan masyarakat

berupa sumbangan materi yang bersifat sukarela biasa disebut dengan istilah swadaya

masyarakat (Sutiyanti, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

2.7. Faktor Budaya yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta budhaya, bentuk jamak dari

bhudi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan diartikan sebagai

hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Budaya sebagai segala daya dan aktivitas

manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Setiadi, 2002).

Menurut Taylor dikutip Notoatmodjo (2005) kebudayaan sebagai keseluruhan

yang kompleks yang didalamnya terkandung nilai ilmu pengetahuan, kepercayaan,

dan kemampuan seni, moral hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain serta

kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.

Menurut Linton dikutip Setiadi (2002) kebudayaan dapat dipandang sebagai

konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari,

dimana unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat

lainnya. Soemardjan dan Soemardi dikutip Setiadi (2009) merumuskan kebudayaan

sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat

menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah

(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya

agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Noorkasiani (2009) kebudayaan berakti

buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh

kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) selain itu berakti kejayaan

manusia untuk mengatasi rintangan dan kesukaran didalam kehidupannya guna

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

mencapai kesehatan dan kebahagiaan yang pada awalnya bersifat tertib dan damai.

Menurut Koentjaranigrat (1997) kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil

kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan dalam

belajar dan yang semua tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Koentjaranigrat (1997) wujud dari suatu budaya dapat

dikelompokkan dalam 3 (tiga) hal yaitu: (1) wujud dari suatu kompleks dari ide-ide,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan, (2) wujud kebudayaan sebagai suatu

kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan (3)

wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.Menurut Setiadi,

(2002), subtansi/isi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam

ide dan gagasan manusia yang muncul di masyarakat dalam bentuk pengetahuan,

nilai pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos kebudayaan.

Unsur-unsur sosial budaya, ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan

mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1. Melville J. Herskovist yang dikutip igbal (2009) menyebutkan kebudayaan

memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga,

kekuasaan politik.

2. Clyde Kluckhohn dalam Momon (2008)menyebutkan ada tujuh unsur

kebudayaan yaitu, bahasa, sistem pengatahuan, organisasi sosial, sistem peralatan

hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

Wujud dan komponen kebudayaan, menurut J.J. H yang dikutip Noorkasiani

(2009), wujud kebudayaan di bedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas dan artefak

(karya).

1. Gagasan (wujud idea) adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak

(tidak dapat diraba atau disentuh). Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-

kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut

menyatatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari

kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para

penulis warga masyarakat tersebut.

2. Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari

manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial.

Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,

mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola

tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

3. Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,

perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau

hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret

diantara ketiga wujud kebudayaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan sosial

budaya seseorang masyarakat sangat berpengaruh terhadap perilaku dan status

kesehatannya. Beberapa fenomena sosial budaya yang dapat diketahui hubungannya

dengan status kesehatan baik individu maupun masyarakat yaitu stigma sosial dan

kesehatan individu ini adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang

karena pengaruh lingkungannya, dan akan memengaruhi kesembuhan seseorang dari

penyakitnya.

Menurut Hendrik L. Blum (1974) status kesehatan individu atau masyarakat

ditentukan oleh beberapa faktor, seperti lingkungan dan perilaku. Lingkungan ini

termasuk sosial budaya, sementara perilaku adalah yang berasal dari individu itu

sendiri. Sosial budaya ini termasuk bagaimana sistem pendidika, sistem religius,

sistem pemerintah, sistem norma, sitem ekonomi. Perilaku sendiri sebenarnya juga

sangat dipengaruhi oleh sosial budayanya tempat ia dibesarkan. Oleh karena itu,

perilaku dan lingkungan sosial budaya adalah satu hal yang erat kaitanya dan saling

memengaruhi.

2.7.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Notoadmodjo, 2007).

Pengetahuan menurut Mustopadidjaj (2008), pengetahuan adalah informasi

yang dimiliki oleh seorang dalam suatu bidang tertentu dan keterampilan adalah

kemapuan untuk melaksanakan tugas tertentu baik secara mental maupun fisik.

Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007),

pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tantang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

b. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

c. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi-materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

d. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

Merujuk pada beberapa teori dan pendapat yang mendefinisikan tentang

pengetahuan yang dijabarkan diatas maka pengetahuan masyarakatdalam pengelolaan

sampah adalah kemampuan masyarakat terhadap semua tingkatan pengetahuan, mulai

dari tahu, memahami hingga dapat mengevaluasi materi-materi yang telah ditetapkan

sebagai pengetahuan tentang pengelolaan sampah.

2.7.2. Kebiasaan

kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah

dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok

masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.

Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari

generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini,

suatu tradisi dapat punah (Wikipedia, 2010).

Kebiasaan lingkungan sehat dimulai dari Perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua

anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat

menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di

masyarakat Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak

sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga.

Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap

anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan

(totalitas) (Noeroni, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

Kebiasaan masyarakat sering membuang sampah sembarangan telah menjadi

budaya yang telah lama lekat pada masyarakat tersebut sehingga sangat susah untuk

dirubah karena terus-menerus dilakukan serta pengetahuan masyarakat mengenai

pengelolaan sampah masih kurang sehingga kebiasaan tersebut tetap dilakukan,

kebiasaan membuang sampah sembarangan dapat mencemari lingkungan, nilai

estetikan dan dapat mencemari sungai. Selain kebiasaan masyarakat yang membuang

sampah sembarangan, juga ada kebiasaan lain masyarakat yaitu melakukan

pengolahan sampah dengan cara dibakar. Cara ini bertujuan menyusutkan volume

sampah, namun cara ini dapat menimbulkan bahaya kebakaran, pencemaran udara

dan kerusakan pada lingkungan (Dainur, 1995).

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kedaan

lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status

kesehatan yang optimal.Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk

memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan

media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimal bagi manusia yang hidup

didalamnya (Notoatdmodjo, 2003).

2.8. Pelaksanaan Pengelolaan Sampah

2.8.1. Definisi Sampah

Menurut Dewi (2008), sampah atau waste adalah suatu bahan yang terbuang

atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

nilai ekonomis. Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi, yaitu padat, cair

dan gas.

Sampah menurut definisi Word Health Organitation (WHO, 2003), adalah

sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang

dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.Bila

dilihat dari aspek kesehatan, maka sampah harus mendapat penanganan yang

sempurna.Mengingat ada dampak negatif yang ditimbulkan terhadap manusia

maupun lingkungan.

2.8.2. Sumber-Sumber Sampah

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber

berikutnya (Notoatmodjo, 2007).

1. Sampah yang berasal dari pemukiman

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga

yang sudah dipakai dan dibuang, seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah di

masak atau belum, bekas pemungkus berupa kertas, plastik, daun, pakaian-pakaian

bekas, bahan bacaan, perabotan rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau

taman.

2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum seperti pasar, tempat hiburan,

terminal bus, stasiun kereta api. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan

sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

3. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen,

perusahaan. Sampah ini berupa kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya.

4. Sampah yang berasal dari jalan raya

Umumnya berupa kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan pasir, sobekan

ban, daun-daunan, plastik dan sebagainya.

5. Sampah yang berasal dari kawasan industri

Sampah yang berasal dari pembangunan industri dan segala sampah yang berasal

dari proses industri.

6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah yang sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa

sayur mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu patah dan sebagainya.

7. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah berasal dari pertambangan tergantung jenis usaha pertambangannya itu

sendiri, misalnya: batu-batuan, tanah cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran dan

sebagainya.

8. Sampah yang berasal dari pertenakan dan perikanan

Sampah ini berupa kotor-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan

sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

2.8.3. Jenis-Jenis Sampah

Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan

sampah dalam bentuk gas. Sampah yang menurut jenisnya adalah:

1 Sampah organik

Sampah organik yang termasuk diantaranya sisa-sisa bahan makanan ata sisa

makanan, sisa pembungkus dan sebagainya. Keseluruhan dikenal juga sebagai

sampah dapur/sampah buangan rumah tangga, dan juga sampah pasar serta

sampah industri bahan makanan

2 Sampah non organik

Sampah non organik teramasuk diantaranya berbagai jenis sisa gelas, logam

plastik dan sebagainya. Biasanya jenis ini terbagi atas sampah yang dapat

dihancurkan oleh mikroorganisme. Umumnya sampah yang tak dapat dihancurkan

oleh mikroorganisme termasuk sampah anorganik, misalnya sisa-sisa mobil bekas,

gelas dan sebagainya.

Menurut sifat fisiknya sampah:

a. Sampah kering, yaitu sampah yang dapat dimusnahkan dengan dibakar,

diantaranya kertas, sisa makanan, sisa tanaman yang dapat di keringkan

b. Sampah basah, yaitu sampah yang karena sifatnya fisiknya sukar dikeringkan

untuk dibakar (Dainur, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

2.9. Sistem Pengelolaan Sampah

Dalam proses pengolahan sampah, tahap distribusi memiliki peranan penting.

Hirarki lalu lintas sampah mulai dari tingkat terendah, yaitu rumah tangga hingga

tempat pembuangan akhir (TPA). Sebelum diolah, sampai menyusuri tiga alur

pendistribusian yang saling berkaitan terlebih dahulu, yaitu penampungan,

pengumpulan dan pembuangan sampah ( Dewi, 2008).

a) Penampungan sampah

Penampungan sampah ditingkat rumah tangga memegang posisi terdepan.

Berdasarkan data badan statistik (BPS) tahun 2004, didaerah perkotaan, baru

41,28% sampah yang terangkut petugas 35,59%, dibakar 7,79%, ditimbun 1,15%,

diolah menjadi kompos. Dan sisanya dibuang sembarangan. Akan jauh lebih baik

jika sejak awal pengolahan, sampah telah dipilih berdasarkan jenisnya, sampah

organik atau sampah anorganik. Selain itu, sampah yang hendak dikemas rapi

dalam kantong khusus (bioplastik) atau kantong plastik biasa.

b) Pengumpulan sampah

Sampah yang telah dibuang pada tingkat rumah tangga sudah mulai diserbu oleh

pemulung. Pada tahap pengumpulan oleh para pemulung, sampah biasanya dipilih

secara sederhana menjadi tiga jenis, yaitu sampah layak kompos, dengan jumlah

terbesar 50%, sampah layak jual sebesar 10%, dan sampah layak buang sebesar

34%.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

c) Pembuangan sampah

Sampah yang dikumpul, selanjutnya perlu dibuang untuk dimusnahkan, ditinjau

dari perjalanan sampah, maka pembuangan atau pemusnahan ini adalah terakhir

yang harus dilakukan terhadap sampah.

2.9.1. R (Reuse Reduce Recycle

1. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk

fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya.

)

Contoh kegiatan reuse sehari-hari:

a. Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau

berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada

menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.

b. Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang

sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali

menjadi tempat minyak goreng.

c. Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis

kembali.

d. Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.

e. Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.

f. Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan

1. Reduce

Contoh kegiatan reduce sehari-hari:

berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

a. Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.

b. Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam

jumlah besar.

c. Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa

diisi ulang kembali).

a. Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat

dihapus dan ditulis kembali.

d. Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.

2. Recycle

Contoh kegiatan recycle sehari-hari:

berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau

produk baru yang bermanfaat.

a Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.

b. Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.

c. Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.

d. Lakukan pengolahan sampah non organik menjadi barang yang bermanfaat

(Alamenda, 2010).

2.9.2 Sistem Pembuangan Sampah

Didalam tahap pembuangan, pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa

metode yang dapat digunakan, antara lain: (Chandra, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

1. Sanitary landfill

Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun

sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian,

sampah tidak berada diruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau

menjadi sarang binatang penggerak.

2. Incineration

Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah

dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan

fasilitas pabrik.

3. Compositing

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik

oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan

bahan berupa kompos atau pupuk.

4. Hog feeding

Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak misalnya babi perlu diingat

bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasukan atau direbus)

untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak.

5. Discharge to sewers

Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan kedalam sistem pembuangan air

limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang

baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

6. Open dumping

Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapang, jurang atau tempat

sampah.

7. Dumping in water

Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut, akibatnya, terjadi pencemaran

pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.

8. Individual incineration

Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk

terutama di pedesaan.

9. Recyling

Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau

didaur ulang. Contoh plastik, gelas, kaleng, besi.

10. Reduction

Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah sampai kebentuk

yang lebih kecil.

11. Saluaging

Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali.

2.10. Pengaruh Pengolahan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Pengolahan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi

masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Menurut Dewi Susanna (2007),

pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

a. Pengaruh Positif

Pengolahan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif

terhadap masyarakat dan lingkungan, seperti berikut:

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk memberi lahan semacam rawa-rawa dan

dataran rendah.

2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk

3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses

pengolahan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh

buruk sampah tersebut terhadap ternak.

4. Pengelolaaan sampah dapat menyebabkan berkurangnya tempat untuk

berkembang biak serangga atau binatang pengerak.

5. Menurunkan insiden kasus penyakit menular yang erat hubungan dengan

sampah

6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup

masyarakat.

7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat

8. Keadaan lingkungan yang baik akan menhemat pengeluaran dana kesehatan

suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

b. Pengaruh Negatif

Pengolahan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif

bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya

masyarakat, seperti berikut:

1. Pengaruh terhadap Kesehatan

a) Pengolahan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat

perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus

b) Insiden penyakit demam berdarah dengue akan meningkatkan karena vektor

penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas

yang berisi air hujan.

c) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan, misalnya

luka akibat benda tajam seperti besi, kaca dan sebagainya.

d) Gangguan psikosomatis, misalnya sesak napas, insomnia, stress, dan lain-lain.

2. Pengaruh terhadap Lingkungan

a. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.

b. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas

tertentu yang menimbulkan bau busuk.

c. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kabakaran

yang lebih luas.

d. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran

air terganggu dan saluran air menjadi dangkal

Universitas Sumatera Utara

Page 33: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

e. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk

3. Pengaruh terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat

a. Pengelolahan sampah yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan

hasrat orang lain untuk datang berkunjung kedaerah tersebut.

b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan

hasrat oarang lain untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

c. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak

pengelola.

d. Penumpukan sampah di pinggir menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat

menghambat barang dan jasa kegiatan transportasi.

2.11. Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Tempat pembuangan akhir sampah adalah tempat dimana sampah dikelola

untuk dimusnahkan (Anonimous, 2009). Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia),

lokasi untuk penempatan tempat pembuangan akhir harus memenuhi persyaratan

teknis kesehatan, sebagai berikut:

1. Jarak terhadap pemukiman minimal 300-500 meter

Hal ini mengingat: a. Jarak terbang lalat yang relatif

b. Bau yang ditimbulkan oleh sampah yang membusuk dapat terbawa angin ke

pemukiman

c. Debu dan suara bising yang ditimbulkan sewaktu pembongkaran sampah

Universitas Sumatera Utara

Page 34: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

2. Jarak terhadap sumber air baku untuk minum (mata air, sumur, danau, dll)

minimal 200 meter. Hal ini mengingat bahwa hasil dekomposisi sampah dapat

meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran terhadap sumber air

tersebut.

3. Tidak terletak pada daerah banjir

Hai ini mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan

berakibat pada pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya.Bila sampah

langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan terjadi dalam

waktu yang lama.

4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi

5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar ataupun umum, sedikitnya 200 meter.

2.12. Landasan Teori

Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun

kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk

melakukan sesuatu.Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya

pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka (Mikkelsen, 2003).

Menurut Mikkelsen (2003), faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi

masyarakat itu yaitu:faktor sosial, faktor budaya dan faktor politik. Salah satu faktor

yang menjadi perhatian untuk menelaah tingkat partisipasi masyarakat adalah faktor

sosial ekonomi dan faktor budaya. Faktor sosial ekonomi yaitu pendidikan,

Universitas Sumatera Utara

Page 35: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

pendapatan dan pekerjaan dan faktor budaya yaitu kebiasaan lingkungan sehat dan

pengetahuan

Sosialekonomi menurutRossides (1986)dalam Yulisanti (2000),adalah

kedudukanseseorang dalam suatu rangkaian strata yang tersusun secara hirarkhis

yangmerupakan kesatuan tertimbang dalam hal-hal yang menjadi nilai dalam

masyarakatyang biasanya dikenal sebagai previlese berupa Kekayaan, serta

pendapatan, danprestise berupa status, gaya hidup dan kekuasaan.Tinggi rendahnya

status sosial ekonomi seseorang ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan dan

pendapatan (Yulisanti.A.I, 2000).

Menurut Setiadi, dkk (2002), subtansi/isi utama kebudayaan merupakan

wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang muncul di

masyarakat dalam bentuk pengetahuan, nilai pandangan hidup, kepercayaan, persepsi

dan etos kebudayaan. Menurut Taylor dalam Notoatmodjo (2005), kebudayaan

sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung nilai ilmu

pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan seni, moral hukum, adat-istiadat dan

kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota

masyarakat.Menurut Mikkelsen (2003), Setiadi, dkk (2002), dan Taylor dalam

Notoatmodjo (2005), faktor sosial ekonomi adalah pendidikan, pendapatan dan

pekerjaan dan faktor budaya yang dimaksud adalah pengetahuan dan kebiasaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 32272 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakatsehingga ada kemungkinan apa

2.13. Kerangka Konsep Penelitian

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, alur penelitian ini

digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini:

Variabel Independen (X) Variabel Dependen(Y)

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pengelolaan Sampah

Faktor Sosial Ekonomi

− Pendidikan − Pendapatan − Pekerjaan

Faktor Budaya

− Pengetahuan − Kebiasaan

Universitas Sumatera Utara