tinjuan pustaka

Upload: phrizy-limen

Post on 10-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tinjauan pustaka

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANGPersalinan atau partus adalah suatu proses fisiologi yang terjadi secara teratur, dimana terasa nyeri saat kontraksi uterus, terjadi penipisan secara progresif dan dilatasi serviks. Penipisan dan dilatasi ini menyebabkan keluarnya janin dari uterus melalui jalan lahir. 1Sebab-sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan partus mulai. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan fisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus, antara lain penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Menurunnya kadar hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm meningkat, lebih-lebih sewaktu partus. 1,2Pada akhir masa kehamilan partus ditandai oleh munculnya kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi serviks dan didorongnya fetus melalui jalan lahir. Persalinan prematur merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan neonatus. Persalinan prematur berkisar 6-10% dari seluruh kehamilan dan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian perinatal tanpa kelainan kongenital yaitu 75% dari seluruh kematian perinatal. Angka kejadian persalinan prematur cenderung makin meningkat setiap tahunnya. 3Pengertian dari persalinan prematur menurut World Health Organization (WHO) adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500g.4Di negara maju angka kejadian kelahiran bayi prematur ialah sekitar 6-7%. Di Amerika Serikat angka kejadian bayi prematur adalah 12% atau 1 di antara 8 bayi yang dilahirkan. Dari 130 juta bayi yang dilahirkan setiap tahun di dunia, 28% meninggal dunia karena dilahirkan prematur, sementara di negara-negara Asia Selatan 18 juta (14%) bayi dilahirkan dengan berat badan rendah setiap tahun dan menjadi 60-80% penyebab kematian pada neonatus. Di Indonesia angka kejadian persalinan preterm dan berat badan lahir rendah 10-20%(10) telah ikut berperan dalam meningkatkan mortalitas dan morbiditas neonatus yang menurut catatan WHO tahun 2003 telah mencapai 29% dengan 94.500 kematian neonatus pada tahun itu.5Disamping keberhasilan hidup, masalah penting lainnya pada bayi prematur adalah mutu hidup yang bisa dicapai dengan berat badan lahir yang sangat rendah dan gangguan gangguan yang cukup bermakna baik pada jasmani maupun intelektual anak nantinya.1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI PERSALINAN FISIOLOGISPersalinan normal atau persalinan fisiologis adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). 6Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:1. Persalinan spontanBila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri2. Persalinan buatanBila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar3. Persalinan anjuranBila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan adalah sebagai berikut:a. Abortus Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan. Umur hamil sebelum 28 minggu. Berat janin kurang dari 1000 gr. b. Persalinan prematuritas Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu. Berat janin kurang dari 2.500 gr.c. Persalinan aterm Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu. Berat janin di atas 2.500 gr.

d. Persalinan serotinus Persalinan melampau umur hamil 42 minggu pada janin tanpa tanda postmaturitas.e. Persalinan presipitatus Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam.

B. DEFINISI PERSALINAN PREMATURPengertian dari persalinan prematur menurut World Health Organization (WHO) adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500g.A Dengan demikian persalinan prematur dapat terdiri dari:1. Persalinan prematur dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan janin sama untuk masa kehamilan (SMK).2. Persalinan prematur dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan kecil untuk masa kehamilan (KMK). Nama lainnya dari golongan ini adalah: Small for gestational age (SGA) Intrauterine Growth Retardation (IUG Rad) Intrauterine Growth Restriction (IUG Rst)A

C. EPIDEMIOLOGIPersalinan preterm merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas pada bayi dan merupakan gambaran tingkat kesehatan suatu negara. Persalinan preterm menurut WHO adalah persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau kurang dari 259 hari, terhitung sejak hari pertama siklus haid terakhir, atau dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.AA,BBDi negara maju angka kejadian kelahiran bayi prematur ialah sekitar 6-7%. Di Amerika Serikat angka kejadian bayi prematur adalah 12% atau 1 di antara 8 bayi yang dilahirkan. Dari 130 juta bayi yang dilahirkan setiap tahun di dunia, 28% meninggal dunia karena dilahirkan prematur, sementara di negara-negara Asia Selatan 18 juta (14%) bayi dilahirkan dengan berat badan rendah setiap tahun dan menjadi 60-80% penyebab kematian pada neonatus.Di Indonesia angka kejadian persalinan preterm dan berat badan lahir rendah 10-20%(10) telah ikut berperan dalam meningkatkan mortalitas dan morbiditas neonatus yang menurut catatan WHO tahun 2003 telah mencapai 29% dengan 94.500 kematian neonatus pada tahun itu.CCMasalah penting yang dihadapi pada bayi prematur mencakup keberhasilan hidup dan mutu hidup yang bisa dicapai karena tampak jelas bahwa gangguan yang cukup bermakna baik pada keadaan jasmani maupun intelektual akan mengenai banyak anak semacam itu. Gilstarp di San Antonio melaporkan keberhasilan hidup dan morbiditas jangka pendek untuk 105 bayi yang dilahirkan dari kehamilan 23 hingga 32 minggu di antara tahun 1979 dan 1984 adalah 82% namun delapan dari sembilan bayi yang dilahirkan dari kehamilan 24 hingga 26 minggu mengalami perdarahan intrakranial ringan hingga berat dan tujuh bayi juga menderita fibroplasia retrolental dengan intensitas yang bervariasi. Yu di Melbourne melaporkan keberhasilan hidup pada 343 bayi dengan berat badan lahir rendah antara tahun 1977 dan 1984 adalah masih dimungkinkan pada bayi yang dilahirkan sampai usia 23 minggu, namun 50% di antaranya akan mengalami gangguan cacat setelah 2 tahun berupa cerebral palsy, retardasi, buta dan tuli neurosensorik. Hack dan Fanaroff di Cleveland melaporkan hasil penelitian mereka terhadap bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 750 gram yaitu 56 bayi yang tidak mendapatkan perawatan intensif meninggal sementara 11 dari 41 yang mendapat perawatan intensif tetap hidup ketika pulang dari rumah sakit namun sepertiganya memiliki gangguan atau cacat neurosensorik sedang hingga berat.DDD. ETIO - PATOFISIOLOGIPersalinan prematur yang didefinisikan terjadi pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu, dapat disebabkan oleh berbagai hal. Keragaman dari berbagai etiologi ini merupakan salah satu alasan mengapa pencegahan dari ancaman persalinan premature menjadi problematik. Secara umum persalinan prematur dapat dikategorikan sebagai spontan atau terindikasi. Kelahiran prematur yang terjadi secara spontan dapat terjadi pada persalinan yang prematur atau pada kasus ketuban pecah dini. Persalinan prematur yang terindikasi terjadi karena faktor medis atau obstetrik yang mengancam keadaan ibu atau janin di mana terminasi merupakan jalan satu- satunya untuk menyelamatkan ibu dan janin. CPersalinan prematur dikaitkan dengan inkompetensi serviks, kelainan haemostasis, infeksi dalam uterus, plasenta abruptio atau perdarahan desidua, janin atau stres ibu dan kehamilan ganda. Dalam beberapa kasus, beberapa dari faktor-faktor tersebut dapat saling berkaitan untuk meningkatkan resiko terjadinya kelahiran premature D

Gambar 1.

Faktor yang dapat menimbulkan persalinan permatur adalah:1. Faktor yang berasal dari maternal:a. Penyakit maternal: Ginjal Hipertensi Penyakit diabetes mellitus Penyakit hati Kelainan uterus

b. Faktor gaya hidup wanita

2. Pertumbuhan janin yang kurang selaras dan serasi:a. Pertumbuhan janin terlambat dan menimbulkan kecil untuk masa kehamilan (KMK) Akibat gangguan sirkulasi retroplasenta Kekurangan nutrisi/ gizi menahunb. Terdapat pemicu persalinan prematur: Terjadi solusio plasenta Terjadi plasenta previa Terjadi infeksi yang menimbulkan korioamnitis tanpa disertai ketuban yang pecah Pada persalinan hamil gandac. Terdapat faktor inkompatibilitas darah: Faktor rhesus inkompatibilitas Faktor inkompatibilitas darah: AB/O3. Faktor khusus: serviks inkompetena. Dapat dijumpai pada abortus/ persalinan prematur berulangb. Overdistensi uterusc. Kehamilan gandad. Kehamilan dengan hidramnionBeberapa mekanisme yang dapat dijelaskan mengenai hubungan antara faktor resiko dan terjadinya persalinan prematur adalah sebagai berikut:a. Infeksi intrauterineInfeksi intrauterine adalah salah satu faktor penyebab yang cukup sering ditemukan dalam kejadian kelahiran prematur. Bakteri merupakan penyebab paling sering dari infeksi dan diasosiasikan dengan kelahiran permatur. Kavum amniom dianggap steril; kurang dari 1% wanita- wanita yang tidak dalam masa kehamilan memiliki bakteri pada cairan amnionnya.E,FBakteri dapat menginvansi uterus dengan cara migrasi dari kavum abdominal melalui tuba fallopi, kontaminasi dari jarum yang tidak digunakan dengan hati- hati saat melakukan amniosintesis atau chorionic-villus sampling, penyebaran secara hematogen melalui plasenta, atau melalui jalur dari vagina ke serviks.

Gambar 2.

Pada wanita yang mengalami persalinan prematur spontan dengan ketuban yang utuh, bakteri- bakteri yang sering ditemukan adalah Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Gardrenella vaginalis, pretostreptococci, dan spesies bakteri yang lain- lainorganisme- organisme vaginal dengan tingkat virulensi yang rendah. Organisme yang sering dihubuungkan dengan infeksi traktus genitalis pada wanita yang tidak hamil seperti Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis sangat jarang ditemukan dalam uterus sebelum ketuban pecah, di mana sangat sering dihubungkan dengan terjadinya korioamnitis atau infeksi pada janin setelah ketuban pecah, sama seperti streptokokus grup B atau Escherichia coli. Organisme non genitalis yang sering terdapat di mulut dari genus capnocytophaga juga kadang ditemukan dalam uterus di mana berhubungan denga persalinan permatur dan korioamnitis, organisme ini mungkin mencapai uterus melalui plasenta dari sirkulasi atau kontak oral dan genital. Meskipun tidak pernah diteliti secara mendetail, tapi infeksi virus mungkin bukan merupakan penyebab umum dari penyebab persalinan prematur.Organisme vaginal awalnya mencapai daerah koriodesidual; pada beberapa wanita mereka dapat melintasi membran korioamniotik yang utuh ke cairan amnion dan janin menjadi terinfeksi. Bukti infeksi melalui rute ini ditemukan dari penelitian pada 609 wanita yang menjalani operasi seksio sesarean sebelum ketuban mengalami ruptur.

Gambar 3.

Mengapa persalinan prematur dan infeksi intrauterine telah dikaitkan dari awal belum pernah dapat dijelaskan dengan memuaskan, begitu pula dengan bagaimana bakteri dari vagina dapat mencapai vagina. Meskipun begitu, bukti terakhir mengajukan bahwa infeksi intrauterine dapat terjadi sedikit lebih dini dalam kehamilan dan belum terdeteksi selama berbulan- bulan. Sebagai contoh bakteri U. urealyticum terdeteksi pada beberapa sampel cairan amnion yang diambil untuk analisis rute kromosomal pada wanita dengan kehamilan 15 sampai 18 minggu. Hampir seluruhnya dari wanita- wanita ini melahirkan pada umur kehamilan 24 minggu. Selanjutnya, konsentrasi yang tinggi dari interleukin-6 dalam cairan amnion pada kehamilan 15 sampai 20 minggu diasosiasikan dengan persalinan preterm kehamilan 32- 34 minggu.Contoh yang lain mengajukan infeksi kronik, konsentrasi tinggi fibronektin di serviks atau vagina saat 24 minggu (dianggap sebagai penanda pada infeksi traktus genitalis bagian atas) diasosiasikan dengan berkembangnya korioamnitis 7 minggu kemudian. Pada akhirnya, beberapa wanita yang tidak hamil dengan bakterial vaginosis yang memiliki kolonisasi dalam intrauterine dikaitkan dengan endometritis kronik.Kolonisasi bakteri dalam intrauterina yang berhubungan dengan persalinan prematur mungkin telah ada saat terjadi konsepsi. Penting untuk menegaskan bahwa kebanyakan dari infeksi traktus genital atas yang kronik bersifat asimtomasik dan tidak diasosiasikan dengan demam, uterus yang rapuh, atau leukositosis preifer. Bila organisme- organisme intrauterin ini tidak ditangani dalam empat atau delapan minggu setelah membran yang berkembang menutup kavum endometrial ketika mendekati pertengahan kehamilan, infeksi menjadi simtomatik dan mengakibatkan persalinan prematur spontan atau ketuban pecah dini. Berdasarkan skenario ini, ketika organisme bakteri yang telah berada dalam uterus dihancurkan oleh sistem imun dari sang ibu, infeksi yang baru akan tetap muncul selama membran ketuban masih utuh, mengingat bakteri- bakteri dari vagina tidak lagi naik mencapai uterus. Meskipun belum dapat dibuktikan, hipotesis ini dapat menjelaskan hubungan yang sering terjadi antara infeksi dan ancaman persalinan dini. Hipotesa alternatif yang lain menjelaskan hubungan ini terkait dengan waktu dari inisiasi respon imun janin di mana si janin mampu menghasilkan sitokin atau respon hormonal yang sangat penting untuk menyebabkan persalinan. Invasi bakterial pada korioresidual menghasilkan endotoksin dan eksotoksin mengaktifkan membran desidua dan ketuban untuk memproduksi sitokin, termasuk tumor necrosis factor , interleukin-1, interleukin-1, interleukin-6, interleukin-8, dam granulocyte colony-stimulating factor. Selanjutnya, sitokin, endotoksin dan eksotoksi merangsang sintesis dan pelepasan prostaglandin serta menginsiasi kemotaksis neutrofil, infiltrasi, dan aktivasi, memuncak dalan sintesis dan pelepasan metalloproteases dan substansi bioaktif yang lain. Prostaglandin menstimulasi kontraksi uterus sementara metalloproteases menyerang membrane korioamniotik menuju kea rah ruptur. Metalloproteases juga mengatur ulang kolagen dan memperhalus serviks.

Gambar 4

Jalur yang lain juga memiliki peran. Sebagai contoh, prostaglandin dehidrogenasi pada jaringan korionik menyebabkan inaktivasi produksi prostaglandin dalam amnion, mencegah substansi- subtansi ini untuk sampai ke myometrium dan menghasilkan kontraksi. Infeksi korionik menyusutkan aktifitas dehydrogenase ini, membiarkan peningkatan kuantitas dari prostaglandin untuk mencapai myometrium. Jalur lain di mana infeksi menghasilkan persalinan prematur juga melibatkan si janin sendiri. Pada janin yang terinfeksi, peningkatan hipotalamik janin dan produksi corticotropin-releasing hormone dari plasenta mengakibatkan peningkatan dalam sekresi kortikotropin janin di mana menyebabkan peningkatan produksi kortisol dari kelenjar adrenal janin yang menghasilkan produksi prostaglandin. Selain itu, ketika janin terinfeksi, produksi dari sitokin mengalami peningkatan dan waktu persalinan menjadi semakin dini. Fb. Penyakit MaternalPenyakit maternal adalah penyakit yang diderita ibu selama kehamilan. Ibu hamil yang menderita hipertensi, diabetes, jantung, liver, berat badan kurang, penyakit yang disertai demam, mengalami perdarahan pervaginam setelah usia kehamilan 12 minggu, serta infeksi, seperti saluran kencing, rahim, dan vagina.G,H HipertensiPenyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas. Gangguan hipertensi dalam kehamilan dikelompokkan sebagai berikut: Hipertensi gestasional yaitu hipertensi yang muncul dalam kehamilan setelah usia gestasi 20 minggu tanpa disertai proteinuria atau ciri khas klinis lainnya yang mengarah ke arah pre-eklamsia serta membaik dalam waktu 3 bulan setelah melahirkan. Pre-eklamsia diartikan sebagai hipertensi yang terjadi setelah usia gestasi 20 minggu disertai dengan proteinuria sementara eklamsia merupakan keadaan awitan kejang grand mal pada penderita pre-eklamsia yang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab lain. Hipertensi kronis diartikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan didiagnosa sebelum usia gestasi 20 minggu dan tidak kembali normal dalam waktu 3 bulan setelah melahirkan. Superimposed pre-eklampsia pada hipertensi kronis dimana terdapat proteinuria yang baru muncul setelah usia gestasi 20 minggu dan meningkat secara mendadak serta peningkatan terkanan darah secara mendadak yang dulunya sudah terkendali dengan baik.HPada penyakit hipertensi terdapat gangguan pada pembuluh darah arteri yang mengalirkan darah ke plasenta sehingga mengakibatkan pengapuran sementara bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan ada pengapuran pada plasenta, makanan dan oksigen yang masuk ke dalam janin berkurang sehingga dapat mengancam terjadinya kelahiran prematur.I DiabetesDiabetes yang secara klinis tampak jelas dan sudah ada sebelumnya dapat tidak terkendali selama kehamilan. Terdapat dua tipe utama diabetes dalam kehamilan yaitu diabetes yang sudah diderita sebelum kehamilan serta diabetes gestasional atau diabetes temporer yang timbul akibat perubahan metabolisme karbohidrat selama kehamilan. Pasien diabetes yang hamil cenderung terjangkit infeksi, khususnya infeksi vaginal dan saluran kemih di mana infeksi merupakan salah satu faktor predisposisi yang sering ditemukan pada kejadian persalinan prematur. J,H Glukosa akan menembus plasenta dan pada diabetes maternal yang tidak terkontrol, janin dapat mengalami hiperglikemia. Keadaan ini meningkatkan sekresi insulin fetal yang selanjutnya akan membuat janin tumbuh besar secara abnormal. Polihidramnion (kehamilan dengan cairan berlebihan) sering dijumpai. Induksi persalinan mungkin diperlukan sebelum kehamilan aterm untuk mencegah penyulit dalam persalinan atau polohidramnion yang dapat dapat menyebabkan persalinan prematur atau ketuban pecah dini. J Penyakit KardiovaskularAdaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk sistem kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi pada saat kehamilan. K

c. Kehamilan gandaKehamilan ganda meningkatkan resiko untuk persalinan prematur. Semakin banyak janin maka semakin sulit bagi tubuh ketika mereka bertumbuh dan meningkatkan kebutuhan untuk oksigen, nutrisi dan ruang. Salah satu dari sebab yang paling besar mengenai kelahiran prematur dengan kehamilan ganda adalah komplikasi seperti inkompetensi serviks di mana serviks mengalami dilatasi sebelum waktu persalinan yang seharusnya. Alasan ini paling mungkin dikarenakan oleh tekanan atau desakan dari uterus itu sendiri. Faktanya situasi ini sering terjadi di mana semakin banyak janin yang dikandung waktu persalinan menjadi semakin dini. Ekspektasi terhadap kelahiran kembar adalah 37 minggu dan bila janin yang dikandung lebih dari itu para dokter berusaha untuk membuat umur kehamilan melewati 32 minggu.L

d. NutrisiHubungan antara berat badan ibu dan persalinan prematur merupakan sebuah topik yang cukup menarik untuk dibahas. Sebagai contoh wanita hamil yang kurus mungkin mengalami masalah ekonomi dan demografi seperti kurangnya perhatian terhadap kesehatan yang pada akhirnya mengarah pada persalinan prematur tapi wanita hamil dengan berat badan lebih memiliki resiko yang lebih besar untuk melahirkan prematur dikarenakan komplikasi- komplikasi medis. Bertambah atau berkurangnya berat badan juga menjadi faktor resiko dari persalinan prematur di mana dapat menyebabkan Kecil Masa Kehamilan (KMK) atau Besar Masa Kehamilan (BMK), keduanya muncul dengan masalah kesehatan masing- masing. Bayi dengan KMK mungkin tidak dapat meregulasi suhu tubuhnya sendiri, menderita hipoglikemi atau berkurangnya asupan oksigen sementara bayi dengan BMK juga berisiko menderita hipoglikemi atau defek- defek dari persalinan. Me. MerokokPenggunaan tobako selama kehamilan dapat mengakibatkan persalinan premature spontan, atau bahkan komplikasi yang lebih buruk, hal ini dijelaskan dalam Preventive Medicine 2010: the Annual Meeting of the American College of Preventive Medicine. N,OMerokok dalam kehamilan dikaitkan dengan berbagai komplikasi seperti BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), ketuban pecah dini, plasenta previa, abrupsi plasenta dan persalinan prematur. Meskipun mekanisme yang terperinci mengenai hubungan antara merokok dan kelahiran prematur masih belum dapat dijabarkan, para peneliti mengemukakan teori mekanisme terganggunya aliran darah plasenta yang dipengaruhi oleh nikotin dan karbon monoksida, yaitu vasokonstriksi poten dari pembuluh darah. Karbon monoksida yang diihasilkan dari rokok dapat mengintervensi oksigenasi janin dengan cara pembentukan karboksihemoglobin, dan nikotin dapat meningkatkan tekanan darah maternal juga menyebabkan gangguan aliran darah dari plasenta ke janin. Komplikasi yang terdapat pada plasenta merupakan salah satu faktor predisposisi yang cukup sering pada persalinan prematur dari ibu yang merokok selama kehamilan.O

f. Aktivitas FisikAktifitas fisik dan pekerjaan terbukti dapat meningkatkan resiko terhadap persalinan spontan. Beberapa penelitian menemukan bahwa pekerjaan yang melibatkan waktu cukup lama (lebih dari 45 jam setiap minggu), aktifitas fisik yang berlebih seperti mengangkat beban berat, atau lingkungan kerja yang buruk melibatkan stres atau kebisingan meningkatkan resiko dari persalinan prematur. P,LSelama masa kehamilan aliran darah uterina meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan atau pada aktifitas fisik. Peningkatan aliran darah saat aktifitas fisik berakibat pada meningkatnya kontraktilitas uterus. Beberapa peneliti mengajukan mekanisme hormonal sebagai penyebab Q, sedangkan penelitian lain mengatakan peningkatan noradrenalin dan mempengaruhi uterus selama aktifitas fisik berlangsung. R Aktifitas fisik sebelum kehamilan menurunkan aliran darah dalam uterus sehingga efek dari aktifitas fisik sebelum dan saat masa kehamilan memiliki efek yang berbeda. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa aktifitas fisik sebelum kehamilan tidak berpengaruh terhadap resiko persalinan prematur. S

g. Genetik dan Riwayat Persalinan Prematur SebelumnyaFaktor genetik memiliki peran yang cukup penting untuk menyebabkan persalinan prematur. Bila salah seorang wanita mengalami persalinan prematur maka kemungkinan anggota keluarga wanita yang lainnya untuk mengalami hal yang sama meningkat. Defek kromosomal dapat terjadi pada seluruh wanita, melibatkan perubahan regulasi genetik pada produksi sitokin servikovaginal yang mengarah pada efek inflamasi yang lebih besar di daerah mikofloral vagina ibu. Inflamasi ini menyebabkan infeksi yang juga merupakan salah satu faktor resiko persalinan prematur. Inflamasi dan infeksi di manapun yang terdapat dalam tubuh dapat menuju ke uterus dan menganggu kehamilan. LBila seorang wanita melahirkan prematur sebelumnya maka kemungkinan untuk mengalami hal yang sama untuk kehamilan selanjutnya cukup besar. Wanita yang mengalami persalinan prematur pada kehamilan pertama (