repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42639 › chapter...

17
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun terencana yaitu melalui proses pendidikan. 12,13 Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu : 12 1. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau terhadap suatu rangsangan tertentu. Oleh karena itu, ‘tahu’ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang ‘tahu’ tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih berkaitan satu dengan lainnya. Kemampuan analisis ditandai dengan penggunaan kata kerja diantaranya dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada, misalnya dapat menyusun, Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu, baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(overt behavior). Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun terencana yaitu melalui

proses pendidikan.12,13

Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu :12

1. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap

suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau terhadap suatu rangsangan

tertentu. Oleh karena itu, ‘tahu’ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa seseorang ‘tahu’ tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini diartikan sebagai penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih

berkaitan satu dengan lainnya. Kemampuan analisis ditandai dengan penggunaan kata kerja

diantaranya dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada, misalnya dapat menyusun,

Universitas Sumatera Utara

merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori yang telah

ada.

6. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria yang telah ada, misalnya dapat membandingkan, menanggapi,

menafsirkan, dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan memalui wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur, dapat disesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan di atas.12,13,14

2.2 Pencabutan Gigi

Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur bedah yang dapat dilakukan dengan tang

pencabutan, atau secara transalveolar. Pencabutan ataupun dengan secara pembedahan

melibatkan jaringan keras dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh

bibir dan pipi, serta hubungan gerakan lidah dan rahang. Definisi pencabutan gigi yang ideal

adalah pencabutan tanpa rasa sakit dengan gigi utuh dan trauma minimal terhadap jaringan

pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak

terdapat masalah prostetik di masa mendatang.1,5

Pada tindakan pencabutan gigi perlu dilaksanakan prinsip-prinsip keadaan steril dan

prinsip-prinsip pembedahan. Untuk pencabutan lebih dari satu gigi secara bersamaan

tergantung pada keadaan umum penderita serta keadaan infeksi yang ada ataupun yang

mungkin akan terjadi.8

Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila pencabutan dengan biasa

tidak mungkin dilakukan, atau apabila gigi tersebut impaksi (terpendam). Prinsip-prinsip

pembedahan biasanya relatif sama, diawali dengan pembuatan flep, di teruskan pengambilan

tulang kemudian pengambilan gigi. Gigi dapat diambil secara utuh atau separasi. Pada akhir

prosedur ini jaringan lunak dikembalikan ke tempatnya dan dilakukan jahitan. 1,10,11

Pembedahan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar terhindar dari efek

samping/komplikasi yang tidak diinginkan seperti perdarahan, edema, trismus, dry socket dan

masih banyak lagi. Dokter gigi harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang ia

lakukan merupakan suatu tindakan yang ideal, dan untuk mencapai tujuan itu dokter gigi

Universitas Sumatera Utara

harus menyesuaikan tekniknya agar dapat menghadapi kesulitan-kesulitan dan komplikasi

yang mungkin timbul akibat pencabutan dari tiap gigi.1-3,8

2.2.1 Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi

2.2.1.1 Indikasi

Ada beberapa indikasi dilakukannya tindakan pencabutan gigi. Indikasi dilakukan

pencabutan gigi adalah pada gigi supernumerary, gigi impaksi, gigi yang diduga sebagai

fokal infeksi, gigi yang mengalami nekrosis, infeksi periapikal yang tidak dapat dilakukan

terapi endodontik, gigi yang terlibat kista dan tumor, dan gigi sulung yang persistensi.5,18

Selain itu tindakan pencabutan gigi juga dapat dilakukan pada gigi yang sehat dengan tujuan

memperbaiki maloklusi untuk kepentingan perawatan orthodontik dan prostodonsia.5

Sedangkan menurut Starhak (1980) dan Kruger (1974), indikasi dilakukan

pencabutan gigi adalah sebagai berikut :5,18

1. Gigi dengan patologis pulpa, baik akut ataupun kronik, yang tidak mungkin dilakukan

terapi endodontik harus dicabut.

2. Gigi dengan karies yang besar, baik dengan atau tanpa penyakit pulpa atau

periodontal.

3. Penyakit periodontal yang terlalu parah untuk dilakukan perawatan merupakan

indikasi. Pertimbangan ini juga meliputi keinginan pasien untuk kooperatif dalam rencana

perawatan total dan untuk meningkatkan oral hygiene sehingga menghasilkan perawatan

yang bermanfaat.

4. Gigi malposisi.

5. Gigi yang mengalami trauma harus dicabut untuk mencegah kehilangan tulang yang

lebih besar lagi.

6. Beberapa gigi yang terdapat pada garis fraktur rahang harus dicabut untuk

mengurangi kemungkinan infeksi, penyembuhan yang tertunda atau tidak menyatunya

rahang.

7. Keperluan ortodontik (misalnya gigi premolar) dan keperluan prostetik.

2.2.1.2 Kontraindikasi

Ada beberapa kontraindikasi untuk dapat dilakukannya tindakan pencabutan gigi:18

Universitas Sumatera Utara

1. Faktor lokal

Perikoronitis akut pada molar 3 dengan fasial selulitis, gingivitis, stomatitis, sinusitis

akut maksila pada molar dan premolar atas.

2. Faktor sistemik

a. Diabetes melitus tidak terkontrol.

b. Kelainan darah ( hemofili, leukemia, anemia).

c. Kehamilan pada trimester ke-1 dan trimester ke-3.

d. Kelainan kardiovaskular ( hipertensi).

e. Pasien dengan kelainan hati (hepatitis).

2.3 Perawatan Pasca Pencabutan

Berdasarkan prosedur setelah dilakukan pencabutan gigi, ada beberapa hal yang harus di

instruksikan kepada pasien, sebagai berikut :1,5

1. Pasien dianjurkan beristirahat setelah pencabutan gigi.

2. Untuk mengontrol perdarahan, gigit tampon, kasa atau kapas 30 menit – 1 jam setelah

pencabutan.

3. Untuk menghilangkan rasa sakit resepkan analgesik.

4. Resepkan antibiotik bila di butuhkan.

5. Anjurkan makan makanan yang lunak, tidak panas, dan tidak pedas.

6. Jangan sering meludah di jam-jam pertama pasca pencabutan.

7. Jangan menghisap daerah bekas pencabutan.

8. Jangan sikat gigi di sekitar bekas pencabutan.

9. Jika terjadi pembengkakan, lakukan kompres dingin.

10. Jika dilakukan penjahitan instruksikan pasien untuk kembali lagi setelah satu minggu

untuk membuka jahitan.

2.4 Proses Penyembuhan Soket

Proses perbaikan jaringan setelah terjadi luka secara fisiologi terdiri dari tiga fase yaitu:

1. Fase inflamasi/fase reaktif

Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-lima, dan terdiri atas

fase vaskuler dan seluler. Pada fase vaskuler, pembuluh darah yang ruptur pada luka akan

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan perdarahan dan tubuh akan mencoba menghentikannya melalui vasokonstriksi,

pengerutan ujung pembuluh darah yang putus, dan reaksi homeostasis. Pada fase ini terjadi

aktivitas seluler yaitu dengan pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah

(diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik

yang membantu mencerna bakteri dan debris pada luka. Beberapa jam setelah luka, terjadi

invasi sel inflamasi pada jaringan luka. Sel polimorfonuklear (PMN) bermigrasi menuju

daerah luka dan setelah 24-48 jam terjadi transisi sel PMN menjadi sel mononuklear atau

makrofag yang merupakan sel paling dominan pada fase ini selama lima hari dengan jumlah

paling tinggi pada hari ke-dua sampai hari ke-tiga. Pada fase ini, luka hanya dibentuk oleh

jalinan fibrin yang sangat lemah. Setelah proses inflamasi selesai, maka akan dimulai fase

proliferasi pada proses penyembuhan luka.1,23

2. Fase proliferasi

Fase ini disebut juga fase fibroplasia, karena yang menonjol adalah proses proliferasi

fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga

yang ditandai dengan deposisi matriks ekstraselular, angiogenesis, dan epitelisasi. Fibroblas

memproduksi matriks ekstraselular, kolagen primer, dan fibronektin untuk migrasi dan

proliferasi sel. Fibroblas berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan

mukopolisakarida, asam amino-glisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar serat kolagen

yang akan mempertautkan tepi luka. Proses angiogenesis juga terjadi pada fase ini yang

ditandai dengan terbentuknya formasi pembuluh darah baru dan dimulainya pertumbuhan

saraf pada ujung luka. Pada saat ini, keratinosit berproliferasi dan bermigrasi dari tepi luka

untuk melakukan epitelisasi menutup permukaan luka, menyediakan barier pertahanan alami

terhadap kontaminan dan infeksi dari luar. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal, terlepas

dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel

baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses ini baru terhenti ketika sel epitel saling

menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka dan

dengan pembentukan jaringan granulasi, maka proses fibroplasia akan berhenti dan

dimulailah proses pematangan dalam fase remodeling.1,23

3. Fase remodeling/fase pematangan

Fase ini merupakan fase terakhir dari proses penyembuhan luka pada jaringan lunak dan

kadang-kadang disebut fase pematangan luka. Pada fase ini terjadi perubahan bentuk,

kepadatan, dan kekuatan luka. Selama proses ini, dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis,

lemas, dan mudah digerakkan dari dasarnya. Terlihat pengerutan maksimal dari luka, terjadi

Universitas Sumatera Utara

peningkatan kekuatan luka, dan berkurangnya jumlah makrofag dan fibroblas yang berakibat

terhadap penurunan jumlah kolagen. Secara mikroskopis terjadi perubahan dalam susunan

serat kolagen menjadi lebih terorganisasi. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan

dinyatakan berakhir apabila semua tanda radang sudah hilang. Tubuh berusaha menormalkan

kembali semua yang abnormal karena adanya proses penyembuhan.1,23

Penyembuhan pada soket pencabutan hampir sama dengan penyembuhan secara umum,

hanya saja ada sedikit karakteristik khusus karena melibatkan tulang dan jaringan lunak.

Tahap penyembuhan dari soket setelah pencabutan adalah :17,19

1. Sesaat setelah dilakukan pencabutan akan terjadi pembentukan bekuan darah pada soket

alveolar. Selama 24-48 jam setelah pencabutan terjadi dilatasi pembuluh darah, migrasi

leukemik, dan pembentukan lapisan fibrin.

2. Minggu pertama setelah pencabutan bekuan darah akan membentuk tahanan sementara,

dimana pada saat yang sama sel-sel inflamasi melakukan migrasi. Epitel dipinggir luka mulai

tumbuh, osteoklas menumpuk pada puncak tulang alveolar yang akan menyebabkan resopsi

tulang serta terjadi angiogenesis pada sisa ligamen periodontal.

3. Pada minggu kedua setelah pencabutan, pembuluh darah yang baru mulai masuk

kedalam bekuan darah, trabekula osteoid meluas dari alveolar ke bekuan darah, serta resorbsi

margin kortikal soket alveolar terlihat lebih jelas.

4. Minggu ketiga setelah pencabutan, soket telah terisi jaringan granulasi, epitel permukaan

telah terbentuk sempurna, dan remodeling tulang terus berlanjut sampai beberapa minggu

berikutnya. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan penyembuhan tulang

secara total akan selesai 4-6 bulan setelah pencabutan.

Dan apabila pada proses penyembuhan tersebut, tidak terbentuknya bekuan darah akan

menyebabkan terjadinya dry socket dan memperlambat penyembuhan soket.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Penyembuhan soket pasca pencabutan24

2.5 Komplikasi Pasca Pencabutan

Komplikasi pasca pencabutan adalah suatu respon pasien tertentu yang dianggap sebagai

kelanjutan abnormal dari pembedahan, yaitu perdarahan, rasa sakit, edema dan dry socket.

Tetapi apabila berlebihan maka perlu ditinjau apakah termasuk morbiditas yang biasa terjadi

atau termasuk komplikasi.1-8,17,21

Komplikasi-komplikasi lain yang mungkin terjadi yaitu kegagalan dalam anastesi dan

mencabut gigi baik dengan tang atau dengan bein, fraktur dari gigi maupun mahkota yang

dicabut, fraktur tulang alveolar, fraktur tuberositas maksila, fraktur gigi tetangga, fraktur

mandibula, perforasi sinus maksilaris, dan laserasi.1,21

Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi setelah pencabutan gigi.

Perdarahan ringan dari alveolar adalah normal apabila terjadi pada 12-24 jam pertama setelah

pencabutan atau pembedahan gigi. 1,7,17,21

Rasa sakit pada seseorang selalu merasa berbeda, dimana rasa sakit tersebut memiliki

ambang atau tingkatan yang berbeda tiap manusia. Pengontrolan rasa sakit sangat tergantung

pada dosis dan cara pemberian obat terhadap pasien. Rasa sakit pada awal pencabutan gigi,

terutama sesudah pembedahan untuk gigi erupsi maupun impaksi sangat mengganggu. 1,21

Edema merupakan kelanjutan normal dari setiap pencabutan dan pembedahan gigi, serta

merupakan reaksi normal dari jaringan terhadap cedera. Edema adalah reaksi individual,

yaitu trauma yang besarnya sama, tidak selalu mengakibatkan derajat pembengkakan yang

sama baik pada pasien yang sama atau pasien yang berbeda. Usaha-usaha untuk mengontrol

edema mencakup termal (dingin), fisik (penekanan), dan obat-obatan.1,21

Universitas Sumatera Utara

2.6 Dry Socket

Dry socket merupakan komplikasi umum setelah pencabutan gigi, terbukanya dinding

soket disebabkan adanya gangguan pembentukan bekuan darah normal yang terjadi pada

tahap proliferasi dari jaringan granulasi dan pembentukan jaringan osteoid sehingga

menyebabkan terjadinya infeksi. Peradangan akut tulang lapisan soket disebabkan oleh invasi

mikroba pada soket, penghalang pelindung alami terhadap invasi adalah bekuan darah yang

mengisi soket segera setelah ekstraksi.1-9,15-20,23

Dry socket ini juga dikenal dengan nama lain alveolar osteitis, localized alveolitis,

alveolitis sicca dolorosa, localized osteitis, postoperative osteitis, localized acute

osteomyelitis dan fibrinolytic alveolitis.2,6,16,24

Gambar 2. Gambaran klinis dry socket25

2.6.1 Etiologi

Etiologi dry socket merupakan multifaktorial dan masih belum jelas diketahui, tetapi

terdapat beberapa faktor predisposisi. Etiologi yang diketahui adalah terjadinya peningkatan

aktivitas fibrinolisis sehingga melarutkan bekuan darah yang sudah terbentuk. Faktor-faktor

penyebab peningkatan aktifitas fibrinolisis ini antara lain anastesi yang mengandung

vasokonstriktor yang berlebihan menyebabkan suplai darah terhalang ke tulang dan daerah

pencabutan sehingga bekuan darah sulit terbentuk, obat-obatan sistemik, aktivator cairan

tubuh, aktivator jaringan dan bakteri yang menghasilkan rasa nyeri, bau mulut, dan rasa tidak

enak. Fibrinolisis terbagi dua yaitu tanpa bakteri dan keterlibatan bakteri,yaitu:1,4,11,22,23

a. Fibrinolisis tanpa keterlibatan bakteri

Universitas Sumatera Utara

Kerusakan bekuan darah disebabkan oleh mediator yang keluar selama inflamasi,

mediator ini secara langsung atau tidak langung mengaktifkan plasminogen kedalam darah.

Ketika mediator dikeluarkan oleh sel tulang alveolar yang mengalami trauma, plasminogen

berubah menjadi plasmin dan menyebabkan kerusakan pada bekuan darah dengan

memisahkan benang-benang fibrin. Perubahan ini terjadi pada proaktivator selular atau

plasma dan aktivator lainnya.11,22

b. Fibrinolisis dengan keterlibatan bakteri

Sebuah penelitian mengemukakan bahwa anaerob penyebab dari terjadinya dry socket

yang dilihat dari aktifitas fibrinolitik dari Treponema denticola yang menyebabkan penyakit

periodontal. Actinomyces viscosus and Streptococcus mutans dapat memperlambat

penyembuhan pasca pencabutan gigi. Beberapa spesies bakteri mensekresikan pirogen yang

menjadi aktivator tidak langsung dari fibrinolisis in vivo. Ketika diinjeksi pirogen intravena

didapatkan hasilnya bahwa hal tersebut meningkatkan aktivitas fibrinolitik.11,22,24

2.6.2 Gambaran Klinis

Gambaran klinis yang sering terjadi pada dry socket adalah :10,11,21,24

1. Dry socket biasanya muncul pada hari ke 2-4 setelah pencabutan gigi, nyeri hebat yang

menyebar sampai ke telinga

2. Hilangnya bekuan darah pada soket bekas pencabutan dan biasanya dipenuhi oleh debris

3. Pada soket bekas pencabutan, tulang alveolar sekitar diselimuti oleh lapisan jaringan

nekrotik berwarna kuning keabu-abuan

4. Inflamasi margin gingiva disekitar soket bekas pencabutan

5. Mukosa sekitar biasanya berubah warna menjadi kemerahan dibanding jaringan

sekitarnya

6. Demam ringan

7. Halitosis

2.6.3 Patofisiologi

Dry Socket terjadi karena meningkatnya aktifitas dari fibrinolitik yang menjadi faktor

etiologi dry socket. Hasil pengamatan Birn pada jurnal “Review Artice Alveolar Osteitis : a

Comprehensive Review of Concepts and Controversies”, terjadinya peningkatan aktivitas

fibrinolitik pada alveolus dengan dry socket dibandingkan dengan alveolus normal. Birn juga

menyatakankan bahwa lisis total atau partial dan hancurnya bekuan darah disebabkan oleh

Universitas Sumatera Utara

pelepasan mediator selama inflamasi oleh aktivitas plasminogen direct (fisiologik) dan

indirect (nonfisiologik) kedalam darah. Plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang

menyebabkan pecahnya bekuan darah oleh disentegrasi fibrin. 17,30

Rasa sakit yang khas pada dry socket berhubungan dengan pembentukan senyawa kinin

di dalam alveolus. Kinin mengaktifkan terminal nervus primer afferen yang peka terhadap

mediator inflamasi dan substansi allogenik lainnyayang pada konsentrasi 1ng/ml dapat

menyebabkan rasa sakit yang hebat. Plasminogen menyebabkan perubahan kallikrein menjadi

kinin di dalam sumsum tulang alveolar. Sehingga, adanya plasmin menjelaskan

kemungkinan terjadinya dry socket dengan berbagai aspek (seperti neuralgia dan disintegrasi

bekuan darah).17,30

Pada penelitian Nitzan dalam jurnal “Modern Concepts in Understanding and

Management of the Dry Socket Syndrome : Comprehensive Review of the Literature”

menyatakan bahwa Treponema denticola diketahui berkembang biak dan menghancurkan

bekuan darah tanpa menghasilkan gejala klinis yang khas pada infeksi, seperti kemerahan,

bengkak atau terbentuknya pus dan sebelumnya telah diisolasi dari dry socket. Treponema

denticola merupakan bakteri anaerob yang berimplikasi pada penyakit periodontal dan dapat

menghasilkan bau busuk yang khas dari dry socket dan Treponema denticola ini juga

menunjukkan aktivitas fibrinolitik seperti plasmin sedangkan bakteri rongga mulut lainnya

pada umumnya hanya memiliki aktivitas yang minim.4,17,24

Gambar 3. Patofisiologi dry socket17

Universitas Sumatera Utara

2.6.4 Insidensi

Penelitian yang dilakukan oleh Khatab U et al (2008-2011), bahwa dry socket dapat

terjadi sebanyak 0,5%-5% pada kasus pencabutan gigi dan sebanyak 1%-37,5% pada kasus

pembedahan molar 3 atau odontektomi, dimana berdasarkan jenis kelamin laki -laki lebih

banyak dibandingkan perempuan dengan persentase pada laki-laki 53% dan perempuan

47,6%, sedangkan untuk berdasarkan rahang, bahwa dry socket lebih tinggi pada rahang

bawah sebanyak 73,3% dan rahang atas sebanyak 26,7%, dan berdasarkan umur pasien

persentase lebih tinggi pada umur 31-40 yaitu sebanyak 36,6%.9

Penelitian yang dilakukan oleh Kasumaningrum A pada tahun 2008 di RSGM-P FKG

UI, bahwa sebanyak 828 kasus pencabutan gigi terdapat 0,6% kasus dry socket.21

2.6.5 Faktor Resiko

1. Trauma pada saat pencabutan

Peningkatan terjadinya dry socket dapat di sebabkan oleh pencabutan gigi yang sulit dan

trauma pada saat pencabutan. Dry socket lebih sering terjadi pada pencabutan gigi molar

terutama pada molar ketiga mandibula. Trauma bedah yang cukup besar menyebabkan tulang

alveolar melepaskan aktivator-aktivator jaringan dan merubah plasminogen menjadi plasmin

yang menghancurkan bekuan fibrin sehingga menghasilkan soket yang kering dan rasa

nyeri.4,11,17

2. Usia

Sebagian besar literatur mengatakan bahwa dry socket jarang terjadi di masa kecil dan

insiden yang meningkat pada usia yang berkelanjutan. Penelitian Khitab U (2012)

mengemukakan bahwa 2,2% pada kelompok usia 11-20 tahun, 22,2% pada kelompok usia

21-30 tahun, 36,6% pada usia kelompok 31-40 tahun, 16,7% pada kelompok usia 41-50%,

13,4% pada kelompok usia 51-60 tahun, dan 8,9% pada kelompok usia lanjut. Banyaknya

terjadi pada usia 31-40 tahun tersebut dikarenakan pembentukan tulang alveolar sudah

sempurna dan banyak terjadi penyakit periodontal sehingga adanya trauma pencabutan yang

kemungkinan menimbulkan terjadinya dry socket.7

3. Jenis kelamin dan penggunaan kontrasepsi

Perbedaan jenis kelamin menunjukkan perbedaan angka prevalensi terjadinya dry socket

yang menggambarkan pada wanita lebih besar dibandingkan pada pria. Penggunaan tablet

kontrasepsi menunjukkan peningkatan terhadap terjadinya dry socket. Hal ini disebabkan

Universitas Sumatera Utara

karena di dalam tablet kontrasepsi terdapat estrogen yang memiliki peranan terhadap

terjadinya dry socket sehingga mengakibatkan tingginya level plasminogen dalam darah dan

menstimulasi aktivitas fibrinolisis. Aktivitas fibrinolisis meningkat maksimum pada

pertengahan siklus tablet kontrasepsi dan menurun mendekati normal pada masa tidak aktif

sebab siklus penggunaan tablet kontrasepsi dijadwalkan selama 21 hari dengan diikuti masa

aktif selama 7 hari. Pada hari 2-3 setelah penggunaan tablet kontrasepsi dihentikan maka

siklusnya akan terjadi penurunan. Oleh karena itu, resiko terjadinya dry socket pasien yang

mengkonsumsi tablet kontrasepsi dapat diperkecil jika melaksanakan pencabutan gigi pada

minggu terakhir dari siklus yaitu pada hari 22-28.17,21,25

4. Kebiasaan merokok

Menurut penelitian bahwa merokok mempunyai hubungan yang signifikan dengan

terjadinya dry socket. Hal ini dikarenakan masuknya benda asing yang mengkontaminasi

daerah pencabutan sehingga melarutkan bekuan darah dari alveolus dan menghambat

penyembuhan sebab bahan-bahan yang terkandung dalam rokok dapat menimbulkan masalah

terhadap mekanisme pembekuan darah yang terjadi. Bahan dasar rokok adalah tembakau,

yang mengandung tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO). Pasca pencabutan gigi, pasien

yang merokok menunjukkan keterlambatan dalam penyembuhan luka. Pada nikotin

kemungkinan akan mengganggu suplai oksigen yang menyebabkan berkurangnya aliran

darah pada jaringan melalui efek vasokonstriksi. Nikotin juga dapat meningkatkan viskositas

darah yang disebabkan oleh aktivitas fibrinolitik yang menurun dan augmentasi daya lekat

platelet. Selain nikotin, karbon monoksida dalam rokok dapat menyebabkan putusnya aliran

oksigen ke jaringan, sehingga menyebabkan turunnya jumlah hemoglobin oksigenasi dalam

aliran darah. Serta pada hidrogen sianida juga telah diketahui merupakan komponen dalam

rokok yang dapat merusak metabolisme oksigen seluler dan menyebabkan oksigen yang

membahayakan bagi jaringan.4,17,26,30

5. Gigi yang dicabut

Pembedahan molar tiga mandibular relatif sulit dilakukan dan memakan waktu yang

lama, sehingga kemungkinan memicu terjadinya dry socket. Hal ini disebabkan tulang

mandibula yang padat dan vaskularisasi nya lebih sedikit dari pada maksila sehingga

pencabutan gigi geligi mandibula biasanya lebih sulit dibandingkan gigi geligi maksila dan

gaya berat menyebabkan soket pada mandibula lebih cenderung untuk terkontaminasi

terhadap sisa-sisa makanan.21,25

6. Penggunaan anastesi lokal

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan anastesi lokal lebih meningkat resiko terjadinya dry socket dibandingkan

dengan anastesi umum, jenis bahan anastesi lokal juga berpengaruh. Dengan menggunakan

xylocaine yang mengandung vasokonstriktor (bahan adrenalin) dapat menyebabkan

kemungkinan terjadinya terjadinya dry socket lebih besar dibanding dengan citanest.11.17

7. Oral higien yang buruk

Peranan mikroorganisme pada pasien dengan oral hygiene yang buruk dan adanya

inflamasi secara signifikan dapat meningkatkan insidens terjadinya dry socket. Sebuah teori

mengemukakan bahwa adanya mikroorganisme dalam flora normal mulut dapat

menyebabkan luka pencabutan gigi terinfeksi.4,11,17,21

2.6.6 Pencegahan

Ada beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya dry socket adalah :

a. Pencabutan gigi pada waktu yang tepat

Melakukan pencabutan gigi pada saat adanya inflamasi sangat tidak dianjurkan karena

akan menimbulkan komplikasi pasca pencabutan, seperti terjadinya dry socket. Hal ini terjadi

karena pada dinding alveolus terdapat jaringan yang meradang sehingga menghalangi suplai

darah ke tulang dan daerah pencabutan. Untuk itu ada baiknya menunda pencabutan gigi

terlebih dahulu sampai inflamasi sembuh dan memberikan obat-obatan.2,3,15

b. Teknik pencabutan yang tepat

Sebuah teori menyatakan bahwa trauma yang besar terhadap tulang dapat merusak tulang

alveolar sehingga resistensi terhadap infeksi menurun dan enzim bakteri menghancurkan

bekuan darah. Pada kasus yang sukar pencabutan gigi dengan pembukaan flep dapat

meminimalkan trauma sehingga penyembuhan primer akan lebih cepat terjadi.3,15,20,25

c. Sterilisasi alat yang baik

Mensterilkan alat-alat sebelum melakukan pencabutan sangat penting, seperti skapel,

elevator, tang, dan jarum jahit dapat berpotensi terhadap terjadinya infeksi. Sebab alat-alat ini

berkontak langsung dengan jaringan lunak, tulang, darah, dan saliva. Jika pada saat

melakukan tindakan alat tersebut dalam keadaan tidak steril kemungkinan akan terjadi

kontaminasi oleh mikroorganisme yang terdapat pada alat dengan darah dan saliva pada

daerah pencabutan gigi. Oleh karena itu, sebaiknya alat-alat dalam keadaan steril sehingga

dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga memperkecil terjadinya dry

socket setelah pencabutan gigi.2,3,15,20,25

d. Anastesi yang cukup pada pasien

Universitas Sumatera Utara

Dengan menggunakan anastesi yang mengandung vasokonstriktor dapat mengurangi

perdarahan pada saat pencabutan atau pembedahan, menghasilkan daerah kerja yang

darahnya sedikit dan anastesi yang lama. Akan tetapi apabila jumlah anastesi dengan

vasokonstriktor terlalu banyak sehingga dapat mengurangi suplai darah ke tulang daerah

pencabutan sehingga menghilangkan bekuan darah yang mengakibatkan kuman-kuman

masuk ke dalam alveolus. Oleh karena itu, sebaiknya jumlah anastesi dengan vasokonstriktor

diberikan dengan dosis yang cukup, agar alveolus tidak kering dan tidak menimbulkan rasa

nyeri yang hebat pasca pencabutan.15,19,20

e. Penggunaan antibiotik

Penggunaan antibiotik dapat mencegah luka pencabutan gigi terinfeksi dan

terkontaminasi baik yang ada di rongga mulut maupun dari alat-alat yang digunakan. Dengan

menggunakan antibiotik efektif untuk mencegah dry socket. Biasanya dengan menggunakan

bubuk, suspensi, atau dengan diletakan di kasa.3,15,20

f. Penggunaan klorheksidin

Penggunaan klorheksidin baik dengan obat kumur atau irigasi efektif mengurangi soket

yang kering. Dengan menggunakan klorheksidin 0,2% dapat mencegah gangguan bakteri dari

membran sel serta efektif melawan berbagai bakteri gram (-) dan gram (+) yang dapat

mengakibatkan terjadinya dry socket.3,4,11,30

g. Penggunaan saline isotonik (NaCl 0,9%)

Dengan menggunakan saline isotonik (NaCl 0,9%) pada pencabutan gigi dapat

membebaskan rongga mulut secara menyeluruh dari bakteri yang merupakan faktor

terjadinya dry socket. Larutan saline isotonik ini tidak menghambat penyembuhan, dan tidak

menyebabkan alergi pada soket pencabutan.3,19,28

Penatalaksaan

Perawatan dry socket karena adanya lisis pada fibrin, yaitu26,27,29 :

a. Fibrinolisis keterlibatan bakteri

1. Pertama soket diirigasi dengan larutan saline dengan tujuan untuk membersihkan sisa

jaringan nekrotik pada soket bekas pencabutan gigi. Soket tidak boleh di kuretase sampai

ke tulang bagian dalam, karena dapat mengenai tulang yang terbuka dan meningkatkan

rasa sakit pada pasien. Soket yang diirigasi dengan larutan saline sebaiknya disedot

dengan hati-hati agar bagian yang utuh dapat dipertahankan.

2. Buatlah pendarahan pada soket untuk merangsang terjadinya bekuan darah.

Universitas Sumatera Utara

3. Letakkan alvogyl pada soket bekas pencabutan gigi. Kandungan alvogyl yaitu

iodoform dapat memberikan efek antimikroba, eugenol atau benzokain dapat

memberikan efek analgesik saat dimasukkan ke dalam soket dan butamben dapat

memberikan anastesi moderate yang efektif. Penggunaan obat lain yaitu meletakkan kasa

yang telah diberi iodoform dimasukkan ke dalam soket bekas pencabutan gigi.

Kandungan pada obat tersebut eugenol atau benzokain yang dapat menurunkan rasa sakit

pada pasien.

4. Kasa diganti setiap hari untuk 3-6 hari ke depan, tergantung keparahan rasa sakit oleh

pasien. Untuk penggantian kasa sebaiknya diirigasi terlebih dahulu dengan larutan saline.

5. Jika rasa sakit pasien sudah berkurang, kasa dapat dilepas karena apabila kasa

diletakkan terlalu lama pada soket akan bertindak sebagai benda asing dan penyembuhan

soket akan lebih lama.

6. Setelah kasa dilepas instruksikan pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan

pemberian obat non steroid anti inflamasi (NSAID) analgesik, jika pasien tidak ada

kontraindikasi dalam riwayat medis.

b. Fibrinolisis tanpa keterlibatan bakteri, yaitu:

Dengan meresepkan multivitamin yang dapat meningkatkan imunitas dan daya tahan

tubuh pasien seperti vitamin c. Vitamin c dapat menjaga dan meningkatkan sistem imun

tubuh, vitamin c juga suatu benteng pertahanan tubuh yang memiliki tugas menghalangi serta

memusnahkan virus dan bakteri yang membahayakan tubuh.

Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Teori

Perawatan Pasca Pencabutan Pencabutan

Proses Penyembuhan

   Komplikasi

Dry Socket

Patofisiologi Etiologi Penatalaksanaan

Gambaran Klinis

Faktor Resiko

Insidens

Pencegahan

Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konsep

 

 

 

 

 

 

 

Pengetahuan Mahasiswa Kepanitraan Klinik

Departemen Bedah Mulut FKG USU

Pencegahan terjadinya Dry Socket

Defenisi

Etiologi

Gambaran Klinis

Patofisiologi

Pencegahan

Universitas Sumatera Utara