repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › chapter ii.pdf... · bab...

42
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan Anak Program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu program pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan KIA menjadi tolok ukur dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan dan memiliki 10 (sepuluh) indikator kinerja, antara lain (Depkes RI, 2008c) : 1. Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan target 95%; 2. Persentase cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dengan target 80%; 3. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan dengan target 90%; 4. Persentase cakupan pelayanan nifas dengan target 90% 5. Persentase cakupan neonatus komplikasi yang ditangani dengan target 80%; 6. Persentase cakupan kunjungan bayi dengan target 90%; 7. Persentase cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) dengan target 100%; 8. Persentase cakupan pelayanan anak balita dengan target 90%; 9. Persentase cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan pada keluarga miskin dengan target 100%; 10. Persentase cakupan bayi BBLR yang ditangani dengan target 100%

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Program Kesehatan Ibu dan Anak

Program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu

program pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan KIA menjadi tolok ukur dalam

Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan dan memiliki 10 (sepuluh)

indikator kinerja, antara lain (Depkes RI, 2008c) :

1. Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan target 95%;

2. Persentase cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dengan target 80%;

3. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan dengan target 90%;

4. Persentase cakupan pelayanan nifas dengan target 90%

5. Persentase cakupan neonatus komplikasi yang ditangani dengan target 80%;

6. Persentase cakupan kunjungan bayi dengan target 90%;

7. Persentase cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) dengan

target 100%;

8. Persentase cakupan pelayanan anak balita dengan target 90%;

9. Persentase cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24

bulan pada keluarga miskin dengan target 100%;

10. Persentase cakupan bayi BBLR yang ditangani dengan target 100%

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

Strategi sektor kesehatan yang ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan

akibat kematian ibu dan anak adalah Making Pregnancy Safer/MPS (Gerakan

Nasional Kehamilan yang aman) yang terfokus pada 3 (tiga) pesan kunci yaitu

(Depkes RI, 2001):

a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

b. Setiap komplikasi obsetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

c. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang

tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran

Tujuan MPS adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru

lahir di Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut di atas dilakukan melalui 4 (empat)

strategi utama yaitu :

1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

berkualitas yang cost-effective dan berdasarkan bukti-bukti.

2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas

sektor dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna memaksimalkan sumber

daya yang tersedia serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS.

3. Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan

untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi

baru lahir.

4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan

pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

Ada beberapa program/kegiatan di Dinas Kesehatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kesehatan ibu dan anak antara lain:

1. Pelatihan Tata Laksana Gizi Buruk

Gizi buruk terjadi akibat dari kekurangan gizi tingkat berat, yang bila tidak

ditangani secara cepat, tepat dan komprehensif dapat mengakibatkan kematian.

Pelatihan tata laksana gizi buruk meliputi penjaringan balita Kurang Energi

Protein (KEP) bertujuan untuk melihat status gizinya. Setelah itu dilanjutkan

dengan penanganan balita KEP meliputi program Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita sehingga

meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik, pemeriksaan dan

pengobatan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit penyerta guna

diobati seperlunya sehingga balita KEP tidak semakin berat kondisinya (Depkes

RI, 2006). Sasaran kegiatan ini adalah petugas gizi dan bidan desa

2. Monitoring dan Evaluasi Kinerja Petugas Program Gizi

Sasaran kegiatan ini adalah petugas gizi puskesmas. Kegiatan ini dapat

mengetahui pelaksanaan dan pencapaian tujuan program gizi di puskesmas

sehingga didapatkan informasi secara sistematis dan kontiniu sehingga dapat

dilakukan tindakan koreksi dan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja

petugas.

3. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN)

APN merupakan kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan bidan dalam menangani persalinan normal, BBLR dan asfiksia.

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

4. Kualifikasi Pasca Pelatihan APN

Kualifikasi pasca pelatihan APN merupakan kegiatan lanjutan pelatihan APN.

Sasaran kegiatan kualifikasi pasca APN yaitu bidan yang sudah melakukan APN.

5. Pelatihan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita

(SDIDTKB)

SDDTKB merupakan tindakan skrining atau deteksi secara dini (terutama

sebelum berumur 3 tahun) atas adanya penyimpangan termasuk tindak lanjut

terhadap keluhan orang tua terkait masalah pertumbuhan dan perkembangan

balita, kemudian penemuan dini serta intervensi dini terhadap penyimpangan

kasus tumbuh kembang sehingga memberikan hasil yang lebih baik. Pelatihan

SDIDTKB dengan sasaran bidan desa, diharapkan meningkatkan kemampuan

bidan desa dalam melakukan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang

balita.

6. Pelacakan Kasus Gizi Buruk

Pelacakan kasus gizi buruk merupakan kegiatan dengan sasaran balita. Kegiatan

ini bertujuan agar terlacaknya bailta gizi buruk sehingga segera dapat dilakukan

upaya penanggulangannya.

7. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Balita Gizi Kurang

Balita merupakan kelompok entan terhadap gangguan tumbuh kembang yang

menyebabkan balita gizi kurang dan gizi buruk. Salah satu upaya

penanggulangan balita gizi kurang adalah PMT (Kemenkes RI, 2011c).

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

8. Pemberian PMT ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

Menurut Depkes RI (1996), ibu KEK merupakan keadaan dimana ibu penderita

kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga

mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Seseorang dikatakan

menderita risiko KEK bila Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm. Ibu hamil

KEK cenderung untuk melahirkan BBLR, mempunyai resiko kesakitan dan

gangguan proses persalinan.

9. Pelatihan Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetrik dan Neonatus

(PPGDON)

Kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus adalah kasus obstetrik dan neonatus

yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya.

Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir (Syaifuddin,

2002). Bidan yang mendapatkan pelatihan PPGDON diharapkan mampu

menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal dalam upaya penurunan

angka kematian ibu dan bayi.

10. Monitoring dan evaluasi kinerja bidan koordinator puskesmas

Monitoring dan evaluasi kinerja bidan koordinator puskesmas dapat dilakukan

untuk mengetahui pelaksanaan dan pencapaian tujuan program gizi di

puskesmas. Sasaran kegiatan ini adalah bidan koordinator seluruh puskesmas.

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

11. Pembinaan desa siaga dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K)

P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka

peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan

persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil

termasuk perencanaan dan penggunaan alat kontrasepsi pasca persalinan dengan

menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka

meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru

lahir (Kemenkes RI, 2010). Sasaran kegitan ini adalah bidan penanggungjawab

poskesdes.

12. Pertemuan Audit Maternal Perinatal (AMP)

Audit Maternal Perinatal merupakan kegiatan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan melalui kegiatan menganalisa kasus kesakitan, kematian ibu

dan perinatal yang bertujuan untuk mencari alternatif solusinya sehingga dapat

dijadikan pembelajaran agar tidak terjadi lagi kasus sama dimasa yang akan

datang (Kemenkes RI, 2010). Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh kepala

puskesmas, bidan puskesmas, bidan penolong persalinan dan tim AMP

kabupaten.

13. Supervisi fasilitatif pasca pelatihan APN

Sasaran kegiatan yaitu bidan yang telah dilatih APN, untuk melihat sejauhmana

kelengkapan fasilitatif pasca dilatih APN.

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

14. Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

MTBS merupakan suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi dalam tata

laksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan baik mengenai beberapa

klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi, maupun penanganan balita sakit

dan konseling yang diberikan Pelatihan MTBS bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan petugas kesehatan dalam menerapkan MTBS. Pelatihan ini

dilakukan dengan sasaran bidan desa.

15. Pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita

(SDIDTKB)

Sasaran kegiatan ini yaitu anak balita dan anak prasekolah. Kegiatan ini

diharapkan dapat meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan anak balita dan

anak prasekolah.

16. Monitoring dan evaluasi kinerja program anak

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan anak

dengan diperolehnya data/informasi program anak yang telah dilaksanakan,

dengan sasaran petugas program anak puskesmas.

17. Seminar tentang pola asuh anak

Seminar pola asuh anak bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan petugas kesehatan dan ibu balita dalam pola asuh anak sehingga

dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Sasaran kegiatan ini

adalah petugas anak, bidan desa dan ibu balita.

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

18. Pelatihan supervisi fasilitatif bagi dokter, bidan dan petugas anak

Sasaran kegiatan ini adalah dokter, bidan dan petugas anak. Pelatihan ini

diharapkan dapat meningkatkan kinerja peserta dalam meningkatkan kesehatan

dan mencegah kematian ibu dan anak.

19. Pelayanan kesehatan akibat gizi buruk pada balita keluarga miskin (gakin)

Petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang

tepat pada balita gizi buruk sehingga dapat menurunkan angka gizi buruk/kurang

pada balita gakin.

20. Pelatihan pemantauan pertumbuhan balita

Pemantauan pertumbuhan balita bermanfaat untuk keperluan pencegahan

terhadap kesehatan balita. Penurunan berat badan balita yang terpantau menjadi

indikasi perlunya dilakukan intervensi. Sasaran dalam kegiatan pelatihan ini

adalah petugas gizi dan bidan desa.

21. Pelatihan Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED)

Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan untuk menangani dan

merujuk hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsi), tindakan

pertolongan distosia bahu dan ekstraksi vakum pada pertolongan persalinan;

perdarahan post partum; infeksi nifas; BBLR dan hipotermi, hipoglikemi, ikterus,

hiperbilirubinemia, masalah pemberian minum pada bayi; asfiksia pada bayi;

gangguan nafas pada bayi, kejang pada bayi baru lahir; infeksi neonatal. (Depkes

RI, 2008c). Sasaran dalam pelatihan ini yaitu petugas anak, dokter, dan bidan

desa.

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

22. Pelatihan kelas ibu hamil bagi petugas kesehatan

Sasaran pelatihan kelas ibu hamil yaitu petugas kesehatan dengan tujuan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam kelas ibu

hamil.

23. Pengadaan format MTBS

Pengadaan format MTBS bertujuan untuk meningkatkan pencacatan dan

pelaporan MTBS.

24. Pemantapan pencatatan dan pelaporan pemantauan wilayah setempat (PWS)

bayi dan balita

Kegiatan pemantapan pencatatan dan pelaporan PWS balita bertujuan agar data

dan informasi tersedia dengan akurat dan valid tentang PWS anak, dengan

sasaran kegiatan petugas anak puskesmas.

25. Pelatihan Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan asfiksia

Bayi dengan berat lahir rendah dan asfiksia mempunyai resiko kematian yang

tinggi sehingga dibutuhkan upaya penanganan dengan baik. Pelatihan ini

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bidan desa dalam menerapkan

manajemen BBLR.

26. Pertemuan peningkatan pelaksanaan kelas ibu hamil

Kelas ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu selama hamil.

Petugas yang dilatih dalam pertemuan ini yaitu bidan penanggung jawab ibu

hamil diharapkan mampu melaksanakan kelas ibu hamil sehingga kematian ibu

dan bayi baru lahir dapat direduksi.

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

27. Pembinaan puskesmas pasca pelatihan PONED

Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan

serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu

hamil, bersalin dan nifas dan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang

sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, puskesmas dan

melakukan rujukan ke Rumah Sakit Penanganan Obstetri Neonatal Emergency

Komplikasi (PONEK) pada kasus yang tidak mampu ditangani. (Depkes RI,

2008c). Pembinaan puskesmas pasca pelatihan PONED dilakukan dengan

sasaran dokter, bidan, dan petugas anak Puskesmas PONED.

28. Pelatihan konseling menyusui

Pelatihan konseling menyusui dengan sasaran petugas puskesmas bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dalam konseling menyusui

sehingga program pemerintah untuk ASI eksklusif dapat tercapai.

29. Pembinaan gizi bagi WUS dan ibu hamil

Kegiatan dengan sasaran WUS dan ibu hamil ini bertujuan untuk meningkatkan

status gizi WUS dan ibu hamil. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan

pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja

dan daya tahan tubuh sehingga berakibat meningkatnya angka kesakitan dan

kematian.

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

30. Pemantauan pemberian PMT

Pemantauan pemberian PMT dilakukan tidak hanya ketika memberikan PMT

kepada ibu hamil KEK dan balita gizi kurang tetapi juga setelah pemberian PMT

untuk melihat perkembangan status gizi baik balita maupun ibu hamil.

2.2. Perencanaan

Perencanaan merupakan salah satu fungsi dari manajemen baik organisasi

swasta maupun organisasi pemerintah yang bertujuan mencari keuntungan maupun

nirlaba. Tanpa perencanaan yang baik, suatu organisasi tidak akan dapat mencapai

tujuan yang telah ditentukan dengan efektif dan efisien. Ada beberapa pengertian

perencanaan antara lain:

a. Menurut Arsyad (2002) yang mengutip pendapat Conyers dan Hills (1991),

perencanaan adalah proses yang kontiniu, terdiri dari keputusan atau pilihan dari

berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk

mencapai tujuan tertentu di masa mendatang.

b. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional pada pasal 1 dinyatakan bahwa perencanaan adalah

suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan

pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

c. Menurut Azwar (2008), perencanaan adalah suatu proses kerja yang terus menerus

yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang

akan dilaksanakan secara sistimatik, melakukan perkiraan-perkiraan dengan

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganisir

secara sistimatik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala

keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dari pelaksanaan

keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap target

yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang

telah disusun secara teratur dan baik.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan strategi dan tindakan yang

akan dilakukan di masa datang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.

2.2.1. Jenis-jenis Perencanaan

Perencanaan ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana dibagi menjadi

tiga yaitu (Azwar, 2008):

a. Perencanaan jangka panjang (long-range planning), jika masa berlakunya rencana

antara 12 sampai 20 tahun.

b. Perencanaan jangka menengah (medium-range planning), jika masa berlakunya

rencana antara 5 sampai 7 tahun.

c. Perencanaan jangka pendek (short-range planning), jika masa berlakunya rencana

selama 1 tahun.

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

Adapun perencanaan ditinjau dari tingkatan rencana terdiri dari (Azwar,2008):

a. Perencanaan induk (master planning)

Rencana yang dihasilkan lebih menitikberatkan pada aspek kebijakan, mempunyai

ruang lingkup yang amat luas serta berlaku untuk jangka waktu yang panjang.

b. Perencanaan operasional (operational planning)

Rencana yang dihasilkan lebih menitikberatkan pada aspek pedoman pelaksanaan

yang akan dipakai sebagai petunjuk pada pelaksanaan kegiatan.

d. Perencanaan harian (day to day planning)

e. Rencana yang dihasilkan telah disusun rinci, biasanya disusun untuk program yang

telah bersifat rutin.

2.2.2. Langkah-langkah Perencanaan

Penyusunan perencanaan yang baik harus memperhatikan ciri-ciri yaitu

(Azwar, 2008):

a. Menempatkan perencanaan yang disusun sebagai bagian dari sistem administrasi

secara keseluruhan.

b. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan

Perencanaan dibuat untuk dilaksanakan, apabila hasilnya telah dinilai dilanjutkan

lagi dengan perencanaan, demikian seterusnya sehingga terbentuk suatu spiral

yang tidak mengenal titik akhir.

c. Berorientasi pada masa depan

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

Artinya hasil pelaksanaan perencanaan tersebut akan mendatangkan berbagai

kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang.

d. Mampu menyelesaikan masalah

Penyelesaian masalah dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin pada

pentahapan perencanaan yang akan datang.

e. Mempunyai tujuan

Perencanaan harus mempunyai tujuan yang dicantumkan secara jelas. Tujuan

biasanya dibedakan menjadi dua yakni tujuan umum yang berisikan uraian secara

garis besar dan tujuan khusus yang berisikan uraian lebih spesifik.

f. Bersifat mampu kelola

Artinya bersifat wajar, logis objektif, jelas runtun fleksibel serta telah disesuaikan

dengan sumber daya.

Penyusunan perencanaan disusun dengan mengikuti tahapan atau siklus

tertentu. Tahapan tersebut biasanya berbeda-beda tergantung pada jenis perencanaan,

tujuan perencanaan dan konteks perencanaan. Secara garis besar perencanaan dapat

dirumuskan menjadi lima tahapan yang meliputi (Azwar, 2008):

a. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan asesmen kebutuhan (need

assesment). Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kekurangan yang mendorong

masyarakat untuk mengatasinya. Pengkajian kebutuhan dapat diartikan sebagai

penentuan besarnya atau luasnya suatu kondisi dalam suatu populasi yang ingin

diperbaiki atau penentuan kekurangan dalam kondisi yang ingin direalisasikan.

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

b. Penentuan Tujuan

Tujuan adalah suatu kondisi di masa depan yang ingin dicapai. Penentuan

tujuan dimaksudkan untuk membimbing program kearah pemecahan masalah. Ada

dua jenis atau tingkat tujuan yaitu tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objective).

Tujuan umum dirumuskan secara luas sehingga pencapaian tidak dapat diukur

sedangkan tujuan khusus merupakan pernyataan yang spesifik dan terukur. Rumusan

tujuan khusus yang baik memiliki beberapa ciri yaitu berorientasi pada keluaran

(output) bukan pada proses atau masukan (input); dinyatakan dalam istilah yang

terukur; tidak hanya menunjukkan arah perubahan (misalnya meningkatkan) tetapi

juga tingkat perubahan yang diharapkan (misalnya persen); menunjukkan jumlah

populasi secara terbatas; realistis dalam arti dapat dicapai dan menunjukkan usaha

untuk mencapainya; dan relevan dengan kebutuhan dan tujuan umum.

c. Penyusunan dan pengembangan rencana program

Rencana biasanya dikembangkan dalam suatu pola yang sistematis dan

pragmatis dimana bentuk-bentuk kegiatan dijadwalkan dengan jelas. Program dapat

dirumuskan sebagai suatu perangkat kegiatan yang saling tergantung dan diarahkan

pada pencapaian satu atau beberapa tujuan khusus. Penyusunan program dalam

proses perencanaan mencakup keputusan tentang apa yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan tersebut. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam

proses perumusan program yaitu identifikasi program alternative, penentuan hasil

program, penentuan biaya, dan kriteria pemilihan program.

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

d. Pelaksanaan program

Tahap implementasi program intinya menunjuk pada perubahan proses

perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan kebijakan atau

pemberian pelayanan merupakan tujuan, sedangkan operasi atau kegiatan-kegiatan

untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan. Ada dua prosedur dalam

melaksanakan program yaitu merinci prosedur operasional untuk melaksanakan

program dan merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana.

e. Evaluasi Program

Dalam tahap evaluasi program, analisis kembali kepada peramalan proses

perencanaan untuk menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

Evaluasi menjadikan perencanaan sebagai suatu proses yang berkesinambungan.

Evaluasi dapat dilaksanakan kalau rencana sudah dilaksanakan. Namur demikian

perencanaan yang baik harus sudah dapat menggambarkan proses evaluasi yang akan

dilaksanakan. Pada tahap evaluasi perlu diperhatikan apakah rencana sudah

dilaksanakan, tujuan sudah tercapai, kebijakan atau program sudah berjalan secara

efektif dan efisien.

2.2.3. Model-model Perencanaan

Prinsip-prinsip dalam perencanaan sangat tergantung pada asumsi dan tujuan

dari perencanaan, asumsi dan tujuan dari perencanaan tidak ada yang seragam

melainkan tergantung pada model perencanaan. Adapun beberapa model-model

perencanaan antara lain (Azwar, 2008) :

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

a. Model Rasional Komprehensif

Prinsip utama dalam model ini bahwa perencanaan merupakan suatu proses

yang teratur dan logis sejak dari diagnosis masalah sampai pada pelaksanaan kegiatan

atau penerapan program. Model ini sangat menekankan pada aspek teknis

metodologis yang didasarkan atas fakta-fakta, teori-teori dan nilai-nilai tertentu yang

relevan. Pada model ini, masalah yang ditemukan harus didiagnosis, ditentukan

pemecahannya melalui perancangan program yang komprehensif, kemudian diuji

efektivitasnya sehingga diperoleh cara pemecahan masalah dan pencapaian tujuan

yang baik.

b. Model Inkremental (penambahan)

Prinsip utama model ini mensyaratkan bahwa perubahan-perubahan yang

diharapkan dari perencanaan tidak bersifat radikal, melainkan perubahan-perubahan

kecil atau penambahan-penambahan pada aspek-aspek program yang sudah ada.

Model ini menyarankan bahwa perencanaan tidak perlu menentukan tujuan-tujuan

dan kemudian menentukan kebijakan-kebijakan untuk mencapainya, yang diperlukan

menentukan pilihan terhadap kebijakan yang berbeda secara marginal saja.

c. Model Pengamatan Terpadu

Model pengamatan terpadu atau penyelidikan campuran (mixed scanning

model) merupakan jalan tengah dari model rasional komprehensif dan model

inkremental, yang memadukan unsur-unsur yang terdapat pada kedua pendekatan

tersebut. Keputusan yang fundamental dilakukan dengan menjajagi alternatif-

alternatif utama dihubungkan dengan tujuan, tetapi tidak seperti pendekatan rasional

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

hal-hal yang detail dan spesifikasi diabaikan sehingga pandangan yang menyeluruh

dapat diperoleh. Adapun keputusan yang bersifat tambahan atau inkremental dibuat di

dalam konteks yang ditentukan oleh keputusan-keputusan fundamental.

d. Model Transaksi

Pada model ini menekankan bahwa perencanaan melibatkan proses interaksi

dan komunikasi antara perencana dan para penerima pelayanan. Oleh karena itu,

model ini menyarankan bahwa perencanaan harus dapat menutup jurang komunikasi

antara perencana dan penerima pelayanan yang membutuhkan rencana program.

2.3. Penganggaran

Anggaran adalah ungkapan keuangan dari program kerja untuk mencapai

sasaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan dapat juga diartikan suatu rencana

yang disusun secara sistimatis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang

dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode)

tertentu yang akan datang. Dua pengertian tersebut menunjukkan penganggaran

merupakan hitungan keuangan untuk melaksanakan rencana yang telah disusun

sebelumnya dalam jangka waktu tertentu (Munandar, 2006).

Menurut Nordiawan (2007), menyatakan bahwa anggaran adalah suatu proses

yang dilakukan oleh oragnisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya

yang dimilikinya pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. Pengertian tersebut

mengungkap peran strategis anggaran dalam pengelolaan kekayaan sebuah organisasi

publik. Organisasi sektor publik tentunya berkeinginan memberikan pelayanan

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

maksimal kepada masyarakat, tetapi seringkali terhambat oleh terbatasnya sumber

daya yang dimiliki. Ada beberapa unsur yang ada dalam penganggaran yaitu (Gani,

2004):

a. Rencana yaitu penentuan tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan

diwaktu yang akan datang,

b. Meliputi seluruh kegiatan program kesehatan yaitu mencakup semua kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan pada program/pelayanan kesehatan yang secara

garis besar meliputi kegiatan pelayanan individu, kegiatan pelayanan masyarakat,

kegiatan manajemen dan kegiatan pengembangan.

c. Dinyatakan dalam unit moneter yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada

berbagai kegiatan program kesehatan yang beraneka ragam. Adapun unit moneter

yang berlaku di Indonesia “rupiah”.

d. Jangka waktu tertentu yang akan datang, yang berati bahwa apa yang dimuat di

dalam budget adalah taksiran-taksiran (forecast) tentang apa yang akan terjadi

serta apa yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.

Penganggaran mempunyai kegunaan sebagai berikut (Munandar, 2006)

1. Sebagai pedoman kerja, dimana penganggaran dapat memberikan arah dan target-

target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan program

2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja agar semua bagian yang terdapat dalam

institusi kesehatan dapat saling menunjang dan bekerjasama dengan baik untuk

mencapai kesasaran yang telah ditetapkan.

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

3. Sebagai alat pengawasan kerja, penganggaran berfungsi sebagai tolok ukur, alat

pembanding untuk menilai/evaluasi realisasi kegiatan program kesehatan.

Dalam proses perkembangan hingga saat ini dikenal tiga sistem anggaran

negara yaitu (Sancoko, 2008)

a) Sistem anggaran tradisional (line item budgeting system)

Titik berat pada sistem ini terletak pada segi pelaksanaan dan pengawasan

pelaksanaan anggaran. Berdasarkan segi pelaksanaan, yang dipentingkan adalah

pembelanjaan pengeluaran negara oleh lembaga diharapkan sesuai dengan peraturan

dan prosedur yang berlaku, namun kurang memperhatikan hasil akhir dari

pembelanjaan pengeluaran negara. Untuk pengawasannya yang dipentingkan adalah

kesahihan bukti transaksi dan kewajaran laporan. Bentuk laporan lebih

mengutamakan realisasi anggaran dan cenderung mengabaikan prestasi yang dicapai

dibalik penggunaan anggaran.

b) Sistem anggaran kinerja (performance budgeting system)

Titik berat pada sistem anggaran kinerja terletak pada segi manajemen

anggaran, yaitu dengan memperhatikan baik segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan

anggaran, maupun hasil fisik yang dicapainya. Anggaran berbasis kinerja

(performance budgeting) didasarkan pada hasil proses perencanaan yang realistis dan

sistematis. Proses perencanaan tersebut akan menjamin adanya kesinambungan dan

konsistensi antara masalah, tujuan, kegiatan, output atau kinerja kegiatan, dan input

yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

Ciri lain dari anggaran berbasis kinerja adalah keseimbangan antara anggaran

untuk kegiatan pelayanan langsung dengan kegiatan penunjang. Kegiatan pelayanan

langsung berupa kegiatan pelayanan individu (penemuan kasus dan pengobatan

kasus) dan kegiatan pelayanan masyarakat (intervensi faktor resiko lingkungan,

perilaku dan pemberdayaan masyarakat). Adapun kegiatan penunjang berupa

kegiatan manajemen dan kegiatan pengembangan kapasitas. Pada dasarnya anggaran

berbasis kinerja adalah bagaimana menghitung dan mengalokasikan sejumlah

anggaran yang cukup dan tepat sehingga kegiatan tersebut bisa terlaksana, sehingga

tujuan yang ditargetkan dapat tercapai.

Seiring dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap transparansi

penganggaran belanja publik, maka diperkenalkanlah sistem penganggaran yang

berbasis kinerja (performance based budgeting) sebagai pengganti sistem

penganggaran lama dengan sistem tradisional yang bersifat incrementalism dan

struktur susunan anggarannya bersifat line item. Dalam sistem tradisional penekanan

utama adalah terhadap input, di mana perubahan terletak pada jumlah anggaran yang

meningkat dibanding tahun sebelumnya dengan kurang menekankan pada output

yang hendak dicapai dan kurang mempertimbangkan prioritas dan kebijakan yang

ditetapkan secara nasional.

Secara teori, prinsip anggaran berbasis kinerja adalah anggaran yang

menghubungkan anggaran negara (pengeluaran negara) dengan hasil yang diinginkan

(output dan outcome) sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan dapat

dipertanggungjawabkan kemanfaatannya (Sancoko, 2008). Performance based

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

budgeting dirancang untuk menciptakan efesiensi, efektivitas dan akuntabilitas dalam

pemanfaatan anggaran belanja publik dengan output dan outcome yang jelas sesuai

dengan prioritas nasional sehingga semua anggaran yang dikeluarkan dapat

dipertangungjawabkan secara transparan kepada masyarakat luas. Penerapan

penganggaran berdasarkan kinerja juga akan meningkatkan kualitas pelayanan publik,

dan memperkuat dampak dari peningkatan pelayanan kepada publik.

Proses penyusunan anggaran dalam penganggaran kinerja dimulai dari seluruh

satuan kerja yang ada di Pemerintah Daerah (Pemda), melalui dokumen usulan

anggaran yang disebut Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). RKA kemudian diteliti

oleh tim anggaran eksekutif untuk dinilai kelayakannya (berdasarkan urgensi dan

ketersediaan dana), diakomodasi dalam RAPBD yang akan disampaikan kepada

legislatif. RAPBD kemudian dipelajari oleh panitia anggaran legislatif dan direspon

oleh semua komisi dan fraksi dalam pembahasan anggaran.

Dalam pembahasan anggaran, eksekutif dan legislatif membuat kesepakatan

melalui bargaining dengan acuan arah kebijakan umum sebelum anggaran ditetapkan

sebagai suatu peraturan daerah. Anggaran yang telah ditetapkan menjadi dasar bagi

eksekutif untuk melaksanakan aktivitasnya dalam pemberian pelayanan publik dan

acuan bagi legislatif untuk melaksanakan fungsi pengawasan dan penilaian kinerja

eksekutif dalam hal pertanggungjawaban kepala daerah.

c) Sistem anggaran program (planning programming budgeting system)

Perhatian pada sistem ini tidak lagi terletak pada segi pengendalian anggaran,

melainkan pada segi persiapan anggaran. Dalam tahap persiapan ini semua implikasi

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

positif dan negatif dari setiap keputusan yang telah dan atau akan diambil,

dipertimbangkan secara matang. Dengan demikian diharapkan rencana serta program

yang disusun, benar-benar merupakan rencana dan program yang paling baik

2.4. Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT)

P2KT merupakan perencanaan dan penganggaran program kesehatan tahunan,

yang merupakan implementasi tahunan dari rencana strategis. Dengan demikian,

dokumen Renstra Kesehatan Daerah harus menjadi rujukan dalam menyusun P2KT,

dengan kata lain P2KT perencanaan kesehatan untuk seluruh wilayah kabupaten/kota

(areawide planning). Oleh sebab itu, suatu masalah kesehatan dilihat kaitannya

dengan ekologi daerah secara keseluruhan. Masalah KIA misalnya, dilihat dalam

perspektif host - agent - environment dimana host adalah individu dan penduduk

secara keseluruhan dalam lingkungan daerah yang multi dimensi (sosial budaya, pola

hidup, ekonomi, dan kemasyarakatan) (Depkes RI, 2007).

P2KT menekankan pentingnya eksplorasi atau menemukan intervensi

terhadap faktor-faktor resiko terjadinya suatu masalah kesehatan, yaitu (1) faktor

resiko lingkungan dan (2) faktor resiko perilaku, yang mengintegrasikan kegiatan

langsung (pelayanan klinis dan kesehatan masyarakat) dengan kegiatan penunjang

(manajemen) dan kegiatan pengembangan (capacity building). (Depkes RI, 2007)

Penyusunan anggaran dalam P2KT didasarkan pada (1) target kinerja

program, (2) biaya satuan, (3) ketersediaan dan sumber biaya dan melibatkan semua

unit Dinas Kesehatan, Puskesmas dan sedapat mungkin juga melibatkan RSUD.

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

Terdapat lima kegiatan pokok dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran

terpadu dalam program kesehatan adalah (1) analisis situasi dan perumusan masalah,

(2) penentuan tujuan, (3) identifikasi kegiatan, (4) penyusunan rencana operasional

dan (5) integritas perencanaan. Adapun proses perencanaan dan penganggaran

kesehatan terpadu antara lain (Depkes RI, 2007):

1. Analisis situasi dan perumusan masalah

Analisa situasi dan masalah adalah proses untuk mengidentifikasi adanya

masalah kesehatan dan cakupan program apakah sudah mencapai target yang telah

ditetapkan. Rumusan deskripsi masalah sangat penting untuk merumuskan tujuan

umum (outcome) yang akan dicapai kegiatan.

Analisis situasi kesehatan daerah akan menghasilkan:

a. Gambaran besaran masalah kesehatan dan distribusinya menurut penduduk,

tempat dan waktu;

b. Faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan masalah kesehatan tersebut, mencakup

faktor resiko lingkungan dan perilaku;

c. Pencapaian program tahun lalu;

d. Kesenjangan dalam pencapaian target menurut program dan wilayah puskesmas;

e. Kebijakan pembangunan kesehatan nasional dan daerah (termasuk target

program);

f. Hal-hal yang perlu diprioritaskan dalam rencana tahun mendatang.

Permasalahan kesehatan yang ada kemudian di analisis penyebab masalahnya.

Analisis penyebab masalah merupakan suatu proses sistematik untuk menilai faktor-

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

faktor yang merupakan penyebab langsung maupun tidak langsung. Seringkali

penyebab masalah yang terjadi jumlahnya banyak dan tidak semua dapat diatasi,

untuk itu perlu dilakukan prioritas penyebab masalah yang akan ditangani sehingga

muncullah suatu kegiatan prioritas (Depkes RI, 2008a).

Salah satu cara untuk menentukan prioritas masalah adalah metode Skoring.

Metode ini digunakan untuk memberikan nilai terhadap penyebab masalah yang

telah diidentifikasi. Batasan kriteria yang digunakan berupa: a) besarnya penyebab

masalah yaitu kesenjangan antara target tahun sebelumnya dengan tahun terakhir, b)

kepentingan yaitu gambaran seberapa jauh pelayanan dianggap penting untuk

ditanggulangi, c) kemudahan/kelayakan artinya seberapa jauh masalah pelayanan

dapat ditanggulangi, dapat dilihat dari tersedianya sarana, prasarana, SDM, metoda,

dana, dan teknologi, d) dukungan untuk perubahan adalah besarnya dukungan dari

stakeholder dapat berupa kebijakan, dana dan keterlibatan, e) resiko adalah besarnya

resiko apabila penyebab masalah tidak segera ditangani (Depkes RI, 2008a).

Berdasarkan prioritas masalah yang telah ditetapkan kemudian dibuat

berbagai upaya kegiatan untuk selanjutnya dilakukan penentuan prioritas kegiatan

sehingga apabila anggaran program terbatas kegiatan dapat dikurangi sesuai dengan

prioritasnya. Ada berbagai kriteria untuk memilih prioritas kegiatan yaitu: a)

konsistensi yaitu kegiatan sesuai dengan strategi nasional dan rencana kerja

kabupaten/kota yang sudah ada; b) evidence based, kegiatan yang telah terbukti

efektif dalam menanggulangi masalah kesehatan; c) penerimaan, kegiatan dapat

diterima oleh semua institusi terkait termasuk masyarakat setempat; d) mampu

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

laksana, kegiatan mampu dilaksanakan berdasarkan kondisi setempat, fasilitas, SDM,

dana, dan infrastruktur yang dibutuhkan tersedia/bisa didapat (Depkes RI, 2008a).

2. Penentuan tujuan

Tujuan yang ditetapkan dan dirumuskan adalah target program untuk tahun

mendatang. Ada dua hirarki dalam perencanaan program kesehatan yaitu pertama

tujuan yang berkaitan dengan perbaikan derajat kesehatan yaitu penurunan morbiditas

dan mortalitas dan kedua tujuan yang berkaitan dengan perbaikan kinerja program.

Tujuan yang berkaitan dengan pencapaian sejumlah output (target) disebut tujuan

khusus yang mengacu pada rumusan kinerja program, sedangkan tujuan yang

berkaitan dengan outcome disebut tujuan umum yang mengacu pada rumusan

masalah.

3. Identifikasi kegiatan

Identifikasi kegiatan sangat penting dalam perencanaan karena kaitannya yang erat

dengan perhitungan kebutuhan anggaran. Secara garis besar, kegiatan dalam program

kesehatan dapat dibagi lima, yaitu: 1) kegiatan pelayanan individu : penemuan kasus

(case finding), pengobatan kasus (case treatment); 2) kegiatan pelayanan masyarakat

: kegiatan intervensi terhadap faktor resiko lingkungan dan perilaku, mobilisasi sosial

(kemitraan); 3) kegiatan manajemen untuk mendukung pelayanan individu dan

masyarakat, termasuk sistem informasi, monitoring, supervisi, koordinasi; 4) kegiatan

pengembangan/peningkatan kapasitas (untuk 1, 2 dan 3), yaitu kegiatan untuk

memelihara dan mengembangkan kapasitas program termasuk kegiatan pelatihan,

pembelian alat, penambahan fasilitas, pengadaan kenderaan.

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

Untuk keperlukan penyusunan anggaran berbasis kinerja, kegiatan-kegiatan

program tersebut diatas dibagi dua kelompok kegiatan, yaitu: (1) kegiatan langsung

terdiri dari pelayanan individu (temuan kasus, pengobatan, kegiatan pengembangan)

dan pelayanan masyarakat (intervensi lingkungan dan perilaku, mobilisasi masyarakat

dan peranserta, serta kegiatan pengembangan); (2) kegiatan tidak langsung terdiri dari

kegiatan rutin (perencanaan, monitoring, supervisi, evaluasi) dan kegiatan

pengembangan

4. Penyusunan rencana operasional

Dari langkah-langkah sebelumnya kemudian disusun rencana operasional

yang berisi daftar kegiatan, output kegiatan, lokasi, jadwal pelaksanaan dan

penanggungjawab pelaksana.

5. Integritas perencanaan

Dalam melakukan integritas perencanaan perlu diperhatikan kesamaan

sasaran, jadwal dan output kegiatan. antara kegiatan yang berbeda. Apabila ada

rencana kegiatan yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan lain maka rencana

program untuk kegiatan bersangkutan perlu dirubah dan kegiatan tersebut dialihkan

ke program lain.

Adapun siklus perencanaan dan penganggaran tahunan terkait pada siklus

perencanaan daerah yang diatur oleh Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah yang terdiri dari (Depkes RI, 2007) :

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

1) Analisa Situasi

Analisis situasi merupakan langkah paling awal dalam perencanaan kesehatan

yang harus mulai dikerjakan sejak Desember sampai Januari.

2) Rapat Kerja Perencanaan Pertama

Rapat kerja ini dilaksanakan pada bulan Januari dengan melibatkan

puskesmas dan perangkat desa, dilanjutkan dengan rapat kerja yang melibatkan

semua unit di bawah Dinas Kesehatan antara lain sekretaris dan kepala subbagian,

kepala bidang, kepala seksi, kepala puskesmas, tim perencanaan puskesmas, RSUD,

bila memungkinkan Bappeda, Dinas Kesejahteraan Rakyat, provider swasta, dan

Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) kesehatan.

Dinas Kesehatan dalam rapat kerja ini menyampaikan kebijakan kesehatan,

pencapaian program sampai saat sekarang, gap yang ada (tidak tercapainya target

program), hambatan yang dihadapi, dan target-target kabupaten yang harus dicapai.

Pihak-pihak yang diundang diminta masukannya untuk rencana tahun mendatang.

Target-target program yang harus dicapai oleh masing-masing Puskesmas harus

sudah disepakati, dalam rangka mencapai target kabupaten/kota.

Target-target antara Puskesmas bisa berbeda tergantung pada kinerja

Puskesmas bersangkutan pada tahun lalu. Agar tidak terjadi tumpang tindih usulan

antar Dinas Kesehatan dan Puskesmas, harus disepakati jenis kegiatan dari setiap

program yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Usulan

puskesmas juga disampaikan dalam musrenbang desa dengan melibatkan perangkat

desa.

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

3) Musrenbang Desa/Kelurahan

Musrenbang desa/kelurahan adalah forum musyawarah tahunan para

pemangku kepentingan (stakeholder) desa/kelurahan untuk menyepakati Rencana

Kerja Pembangunan (RKP) desa/kelurahan tahun anggaran yang direncanakan.

Musrenbang desa/kelurahan dilaksanakan setiap bulan Januari dengan mengacu pada

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) desa/kelurahan. Setiap desa

diamanatkan untuk menyusun dokumen rencana 5 (lima) tahunan yaitu RPJM

desa/kelurahan dan dokumen rencana tahunan yaitu RKP desa/kelurahan (Djohani,

2008 dan Muluk, 2008).

Musrenbang desa/kelurahan akan lebih ideal apabila diikuti oleh berbagai

komponen masyarakat yang terdiri atas (Djohani, 2008 dan Muluk, 2008):

a. Keterwakilan wilayah (dusun/kampung/RW/RT)

b. Keterwakilan berbagai sektor (ekonomi/pertanian/kesehatan/pendidikan/

lingkungan)

c. Keterwakilan kelompok usia (generasi muda dan generasi tua)

d. Keterwakilan kelompok sosial dan perempuan (tokoh masyarakat, tokoh adat,

tokoh agama, bapak-bapak, ibu-ibu, kelompok marjinal)

e. Keterwakilan unsur tata pemerintahan (pemerintah desa/kelurahan, kalangan

swasta/bisnis, masyarakat umum)

f. keterwakilan berbagai organisasi yang menjadi pemangku kepentingan dalam

upaya pembangunan desa/kelurahan.

Page 30: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

Musrenbang desa/kelurahan memiliki tujuan: 1) menampung dan menetapkan

prioritas kebutuhan masyarakat, 2) menetapkan prioritas kegiatan yang akan dibiayai

melalui alokasi dana desa/kelurahan yang berasal dari APBD maupun sumber dana

lainnya, 3) menetapkan prioritas kegiatan untuk dibahas pada musrenbang kecamatan.

4) Musrenbang Kecamatan

Musrenbang kecamatan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku

kepentingan di tingkat kecamatan untuk mendapatkan masukan mengenai kegiatan

prioritas pembangunan di wilayah kecamatan didasarkan pada masukan dari

desa/kelurahan, serta menyepakati rencana kegiatan lintas-desa/kelurahan di

kecamatan yang bersangkutan. Masukan itu sekaligus sebagai dasar penyusunan

Rencana Pembangunan Kecamatan (RPK) yang akan diajukan kepada SKPD yang

berwenang sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah

(Renja SKPD) kabupaten/kota pada tahun berikutnya. Musrenbang kecamatan

dilakukan setiap tahun pada bulan Februari dengan hasil berupa Dokumen Rencana

Pembangunan Kecamatan (DRPK) serta masukan untuk Renja SKPD kecamatan.

Lembaga penyelenggara Musrenbang kecamatan adalah kecamatan dan

Bappeda. Kecamatan bertugas untuk menyiapkan teknis penyelenggaraan

Musrenbang kecamatan serta mempersiapkan dokumen Rancangan Rencana

Pembangunan Kecamatan (RRPK). Bappeda bertugas untuk mengorganisasi

penjadwalan seluruh Musrenbang kecamatan, mempersiapkan tim pemandu, dan

dokumen-dokumen yang relevan untuk penyelenggaraan Musrenbang kecamatan.

Musrenbang kecamatan tidak semata-mata menyepakati prioritas masalah daerah

Page 31: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

yang ada di desa/kelurahan yang diusulkan dari Musrenbang desa/ kelurahan, tetapi

untuk menghasilkan prioritas masalah dan kegiatan yang menjadi urusan dan

kewenangan wajib dan pilihan pemerintah daerah. Selain itu Musrenbang juga

merupakan forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tata pemerintahan

dan pembangunan.

Musrenbang kecamatan dihadiri oleh para kepala desa dan lurah, delegasi

musrenbang desa, delegasi kelurahan, pimpinan dan anggota DPRD kabupaten/kota

asal daerah pemilihan kecamatan bersangkutan, perwakilan SKPD, tokoh masyarakat,

keterwakilan perempuan dan kelompok masyarakat rentan termarginalkan dan

pemangku kepentingan skala kecamatan.

5) Perencanan tahunan oleh Puskesmas dan unit-unit Dinas Kesehatan

Setelah rapat kerja pertama, Puskesmas dan unit-unit Dinas Kesehatan

diminta menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) masing-masing. Isi RKT tersebut

antara lain target yang akan dicapai tahun depan, kegiatan yang akan dilakukan untuk

mencapai target tersebut, jadwal pelaksanaan kegiatan, dan tambahan sumber daya

yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan (dana, tenaga, sarana).

Penyusunan RKT oleh masing-masing unit tersebut dilakukan dalam bulan

Januari sampai bulan Februari. Rencana usulan kegiatan Puskesmas yang dituangkan

dalam sebuah dokumen RKT Puskesmas harus didasarkan pada sebuah fakta di

lapangan, berorientasi pada masalah dan kebutuhan masyarakat setempat dan tidak

semata-mata memenuhi kebutuhan program. Puskesmas mengajukan rencana usulan

Page 32: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

kegiatan tersebut ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk mendapat persetujuan

pembiayaannya.

6) Rapat Kerja Perencanaan Kedua

Rapat kerja perencanaan kedua ini dilaksanakan pada akhir Februari atau awal

Maret, sebelum Musrenbang kabupaten/kota dilaksanakan. Unit-unit Dinas Kesehatan

dan Puskesmas menyampaikan RKT yang sudah disusunnya dengan cara presentasi

atau desk programer Puskesmas dengan programer Dinas Kesehatan. Hal yang harus

diperhatikan oleh para programer adalah :

a. Dalam menerima usulan kegiatan Puskesmas, programer Dinas Kesehatan harus

memperhatikan latar belakang rencana usulan tersebut (analisis situasi), dan

Puskesmas dalam memberikan rencana usulannya harus disertai dengan data

pendukungnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pencoretan usulan oleh

programer Dinas kesehatan apabila pagu anggaran dari APBD tidak sesuai

dengan jumlah yang diusulkan;

b. Apabila pagu anggaran bersumber APBD kabupaten/kota tidak sesuai dengan

jumlah yang diusulkan, sebaiknya programer Dinas Kesehatan atau Bina Program

melakukan langkah penyesuaian volume kegiatan terlebih dahulu sebelum

pencoretan usulan kegiatan atau mengalihkan pembiayaannya ke sumber

anggaran lain seperti APBD propinsi, DAK, dan APBN Dekon;

c. Kewajiban Puskesmas yang sudah disetujui oleh Dinas Kesehatan, harus segera

membuat rencana pelaksanaan kegiatannya.

Page 33: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

Tujuan rapat kedua ini adalah melakukan konsolidasi rencana dan

mempersiapkan draft awal rencana kerja (Renja). Hasil rapat kerja ini adalah sebuah

dokumen renja yang terdiri dari hasil analisis situasi, prioritas masalah, tujuan

pembangunan kesehatan tahun mendatang, target-target program yang akan dicapai,

uraian kegiatan yang akan dilakukan dan estimasi awal biaya yang diperlukan.

7) Penyampaian Renja dalam Forum SKPD

Forum SKPD adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk

membahas prioritas program dan kegiatan pembangunan hasil musrenbang

kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD, serta menyusun dan

menyempurnakan Renja SKPD, yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh

SKPD terkait. Forum SKPD dan/atau forum gabungan SKPD bertujuan untuk:

a. Mensinergikan prioritas program dan kegiatan pembangunan hasil musrenbang

kecamatan dengan rancangan Renja SKPD.

b. Menetapkan prioritas program dan kegiatan pembangunan dalam Renja SKPD.

c. Menyesuaikan prioritas Renja SKPD dengan alokasi anggaran indikatif SKPD yang

tercantum dalam rancangan awal RKPD.

d. Mengidentifikasi efektivitas regulasi yang berkaitan dengan fungsi SKPD.

Bahan yang perlu dipersiapkan adalah 1) pihak kecamatan berupa daftar

prioritas program dan kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan hasil

musrenbang kecamatan, daftar peserta kecamatan yang diutus untuk mengikuti

pembahasan pada forum SKPD dan atau forum gabungan SKPD; 2) pihak SKPD

Page 34: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

berupa hasil evaluasi kinerja pelaksanaan rencana kerja SKPD pada tahun

sebelumnya, daftar prioritas program dan kegiatan pembangunan berdasarkan

rancangan awal Renja SKPD, daftar prioritas program dan kegiatan pembangunan

berdasarkan rancangan awal RKPD, rancangan Renja SKPD; daftar alokasi anggaran

indikatif untuk masing-masing SKPD.

Forum SKPD dihadiri wakil musrenbang kecamatan, para perwakilan SKPD,

8) Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten/Kota

pimpinan atau anggota komisi DPRD kabupaten/kota yang terkait dengan tugas dan

fungsi SKPD, dapat diundang menjadi narasumber dalam pembahasan forum SKPD.

Dalam bulan yang sama (Maret atau April), Pemda/Bappeda menyelenggarakan

pertemuan dengan SKPD, termasuk Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan dalam forum

ini menyampaikan Renja dan perlu dilakukan advokasi untuk meyakinkan pengambil

keputusan.

Musrenbang kabupaten/kota adalah forum musyawarah tahunan para

pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota untuk mematangkan RKPD

kabupaten/kota yang disusun berdasarkan kompilasi seluruh rancangan renja SKPD

hasil forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antara seluruh rancangan Renja

SKPD yang hasilnya digunakan untuk pemuktahiran rancangan RKPD dengan

merujuk kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Musrenbang kabupaten/kota adalah arena staregis bagi para pihak dalam merumuskan

perencanaan pembangunan secara kolaboratif dengan melibatkan 3 pilar pemerintah,

Page 35: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

yaitu pemerintah daerah (eksekutif dan legislatif) kalangan masyarakat dan kalangan

swasta. Dengan demikian musrenbang menjadi arena strategis untuk para pihak

dalam merumuskan perencanaan pembangunan daerah

Dinas Kesehatan menyampaikan usulan rencana dan anggaran sektor

kesehatan tahun mendatang dalam Musrenbang. Selain itu Dinas Kesehatan juga

mengakomodir usulan-usulan yang disampaikan dalam Musrenbang tersebut, yang

digunakan untuk memperbaiki draft renja. Biasanya Musrenbang ini diselenggarakan

dalam bulan Maret dan April.

9) Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam bulan Februari-Maret

biasanya melakukan penjaringan aspirasi masyarakat. Aspirasi masyarakat

diharapkan mempengaruhi kebijakan umum anggaran, yang dibahas bersama antara

DPRD dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) selama bulan April-Mei.

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) selanjutnya dibahas untuk dibuat

nota kesepakatan antara pemerintah daerah dengan DPRD yang akan menjadi dasar

SKPD dalam penyusunan RKA.

10) Konsultasi Anggaran

Konsultansi atau asistensi anggaran berlangsung antara Juni sampai dengan

Desember. Dalam asistensi ini dilakukan pembahasan usulan RKA antara Dinas

Kesehatan dengan TAPD yang terdiri dari Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah,

Bagian Administrasi Pembangunan Pemerintah Kabupaten dan Bappeda. Selama

proses asistensi anggaran ini dilakukan penyesuaian-penyesuaian RKA, yaitu tentang

Page 36: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

target, kegiatan dan anggaran. Prosesnya bersifat berulang-ulang, tergantung proses

negosiasi dengan pihak TAPD.

11) Keputusan Anggaran

Setelah RKA-SKPD selesai dibahas dan disetujui TAPD, maka seluruh RKA-

SKPD dijadikan bahan dalam menyiapkan rancangan peraturan daerah tentang

APBD. Apabila dalam pembahasannya didapati adanya rencana program, kegiatan

dan anggaran yang tidak sesuai dengan pedoman dimaksud, maka dilakukan

perbaikan atau penyempurnaan oleh SKPD yang bersangkutan, kemudian dibahas

kembali antara DPRD dan SKPD setelah disempurnakan. Selanjutnya dibuat

keputusan anggaran untuk tahun mendatang pada akhir tahun sebelumnya, yaitu

sekitar bulan Nopember-Desember.

2.5. Dinas Kesehatan

Berdasarkan pedoman teknis pengorganisasian dinas kesehatan daerah,

dinyatakan bahwa Dinas Kesehatan merupakan organisasi yang menangani urusan

kesehatan bersifat konruen, yaitu ada atau bahkan hampir seluruh urusan kesehatan

penanganannya dapat atau dilaksanakan secara bersama baik antara

kabupaten/kota dengan provinsi maupun antar kabupaten/kota. Secara substansial

urusan kesehatan antara provinsi dan kabupaten/kota tampak homogen dengan

sasaran seluruh masyarakat tanpa terkecuali (Depkes RI, 2008b).

Page 37: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

Pola Dinas Kesehatan kabupaten/daerah dapat dibagi sebagai berikut

(Depkes RI, 2008b) :

1. Pola Maksimal terdiri dari

a. Bidang Pelayanan Kesehatan, mempunyai fungsi :

1) Penyelenggaraan upaya kesehatan dasar dalam penyelenggaraan upaya

kesehatan dasar termasuk kesehatan komunitas.

2) Penyelenggaraan upaya kesehatan rujukan meliputi kesehatan rujukan/

spesialistik, dan sistem rujukan.

3) Penyelenggaraan upaya kesehatan khusus meliputi kesehatan jiwa, mata,

kesehatan kerja, haji, gigi dan mulut.

b. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan

1) Pengendalian dan pemberantasan penyakit meliputi surveilans

epidemiologi, pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian

penyakit bersumber binatang, pengendalian penyakit tidak menular,

imunisasi dan kesehatan matra.

2) Pengendalian wabah dan bencana meliputi kesiapsiagaan, mitigasi,

tanggap darurat dan pemulihan.

3) Penyelenggaraan penyehatan lingkungan meliputi penyehatan air,

pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan dan sanitasi

darurat, sanitasi makanan dan bahan pangan serta pengamanan limbah.

c. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Page 38: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

1) Perencanaan dan pendayagunaan

2) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

3) Penyelenggaraan registrasi dan akreditasi meliputi registrasi, perizinan

dan akreditasi tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non

medis/tradisional terlatih.

d. Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan, mempunyai fungsi :

1) Penyelenggarakan jaminan kesehatan meliputi kepesertaan,

pemeliharaan kesehatan dan pembiayaan.

2) Pelayanan sarana dan peralatan kesehatan meliputi monitoring dan

evaluasi, registrasi, akreditasi dan sertifikasi sarana dan peralatan

kesehatan.

3) Penyelenggaraan kefarmasian meliputi obat, makanan dan minuman,

napza, kosmetika dan alat kesehatan.

e. Sekretariat, mempunyai fungsi:

1) Penyusunan program meliputi penyusunan program dan anggaran.

2) Penyelenggaraan ketatausahaan meliputi urusan rumah tangga,

kepegawaian, hukum, organisasi, dan hubungan masyarakat.

3) Penyelenggaraan urusan keuangan dan perlengkapan meliputi urusan

perbendaharaan, akuntansi, verifikasi, ganti rugi, tindak lanjut Laporan

Hasil Pemeriksaan (LHP) dan perlengkapan.

2. Pola Minimal, terdiri dari:

a. Bidang Pelayanan Kesehatan, mempunyai fungsi :

Page 39: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

1) Penyelenggaraan upaya kesehatan dasar.

2) Penyelenggaraan upaya kesehatan rujukan meliputi kesehatan rujukan/

spesialistik, dan sistem rujukan.

3) Penyelenggaraan upaya kesehatan meliputi kesehatan jiwa, kesehatan

mata, kesehatan kerja, haji, gigi dan mulut.

b. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan

1) Pengendalian dan pemberantasan penyakit meliputi surveilans

epidemiologi, pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian

penyakit bersumber binatang, pengendalian penyakit tidak menular,

imunisasi dan kesehatan matra.

2) Pengendalian wabah dan bencana meliputi kesiapsiagaan, mitigasi dan

kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan.

3) Penyelenggaraan penyehatan lingkungan meliputi penyehatan air,

pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan dan sanitasi

darurat, sanitasi makanan dan bahan pangan serta pengamanan limbah.

c. Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan, mempunyai fungsi :

1) Penyelenggarakan jaminan kesehatan meliputi kepesertaan,

pemeliharaan kesehatan dan pembiayaan.

2) Pengelolaan ketenagaan perencanaan, pendayagunaan, pendidikan dan

pelatihan, registrasi, perizinan dan akreditasi tenaga dan sarana

kesehatan medis, tenaga para medis dan tenaga non medis/tradisional

terlatih.

Page 40: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

3) Penyelenggaraan kefarmasian dan sarana kesehatan meliputi obat,

makanan dan minuman, napza, kosmetika dan alat kesehatan, registrasi,

akreditasi dan sertifikasi sarana dan peralatan kesehatan.

d. Sekretariat

1) Penyusunan program meliputi penyusunan program dan anggaran.

2) Penyelenggaraan urusan ketatausahaan meliputi urusan rumah tangga,

kepegawaian, hukum dan organisasi, hubungan masyarakat.

3) Penyelenggaraan urusan keuangan dan perlengkapan meliputi urusan

perbendaharaan, akuntansi, verifikasi, ganti rugi

2.6. Landasan Teori

Perencanaan sebagai suatu proses berkesinambungan yang mencakup

pengambilan keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumber

daya yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu atau

kenyataan-kenyataan yang ada dimasa datang (Arsyad, 2000), sedangkan anggaran

ialah suatu rencana (plan), uraian tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

dinyatakan dalam bentuk uang.

Perencanaan di organisasi publik seperti Dinas Kesehatan pada prinsipnya

menerapkan konsep dan langkah strategis yang sama dengan perencanaan di

organisasi private. Pendekatan perencanaan yang dilakukan adalah perencanaan dan

berbasis kinerja.

Page 41: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

Langkah-langkah P2KT adalah (1) analisis situasi dan perumusan masalah,

(2) penentuan tujuan, (3) identifikasi kegiatan, (4) penyusunan rencana operasional

dan (5) integritas perencanaan. Secara teknis pelaksanaan P2KT didasarkan pada

target kinerja program, biaya satuan, ketersediaan dan sumber biaya dan keterlibatan

semua unit Dinas Kesehatan dan unit layanan kesehatan (Depkes RI, 2007). Konsep

perencanaan dan penganggaran dalam program KIA dalam penelitian ini didasarkan

pada konsep P2KT, bahwa pendekatan dan teknik perencanaan serta penganggaran

secara terpadu dari program kesehatan, mengacu siklus pemecahan masalah.

Pendekatan secara teoritis menggunakan konsep sistem yang terdiri dari input,

proses, output dan outcome untuk mengevaluasi perencanaan dan penganggaran

program KIA, seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.1. Analisis Sistem Perencanaan dan Penganggaran Program KIA

Proses Penyusunan Rencana dan Anggaran

1. Analisis Situasi dan perumusan masalah

2. Penentuan tujuan 3. Identifikasi

Kegiatan/Program 4. Penyusunan Rencana

Operasional dan Anggaran

5. Integritas Perencanaan

Input 1. Sumber Daya

Manusia 2. Sarana dan

Prasarana 3. Regulasi 4. Pendanaan

Keluaran Alokasi

Anggaran Program

KIA

Dampak 1. AKI 2. AKB 3. AKABA

Page 42: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 61716 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Kesehatan Ibu dan AnakProgram pelayanan Kesehatan

Sistem anggaran berbasis kinerja, menitikberatkan pada segi manajemen

anggaran, yaitu dengan memperhatikan baik segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan

anggaran, maupun hasil fisik yang dicapainya. Anggaran berbasis kinerja

(performance budgeting) didasarkan pada hasil proses perencanaan yang realistis dan

sistematis, dan menjamin adanya kesinambungan dan konsistensi antara masalah,

tujuan, kegiatan, output atau kinerja kegiatan, dan input yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan tersebut (Depkes RI, 2007).

2.7. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori, maka dapat dirumuskan

kerangka pikir penelitian seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian

Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Program KIA

Proses Perencanaan dan Penganggaran Program

KIA 1. Analisis situasi dan

perumusan masalah 2. Penentuan tujuan 3. Identifikasi

kegiatan/program 4. Penyusunan rencana

kegiatan dan anggaran 5. Integritas perencanaan

Sumber Daya Manusia 1. Kompetensi SDM 2. Kuantitas SDM

Sarana dan prasarana

Dana atau biaya dalam proses perencanaan & penganggaran program KIA

Regulasi & Petunjuk Teknis Dokumen

Anggaran Program KIA