repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · bab i pendahuluanpkk merupakan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu perwujudan
penyelenggaraan pembangunan harus dimulai dari keluarga. Akan tetapi masalah kemiskinan
masih menjadi masalah sosial khususnya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Masalah kemiskinan ini terus menjadi masalah yang relevan dan terus dikaji untuk menemukan
solusinya.
Menurut Badan Pusat Statistik untuk mengukur kemiskinan yaitu dengan menggunakan
konsep pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs approach) dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan, baik bukan makanan yang dapat diukur dari sisi pengeluaran,kesehatan serta
pendidikan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia terus bertambah pada bulan Maret 2015,
jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta
orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96
persen) dan khusunya di Sumatera Utara jumlah penduduk tahun 2015: 13.937.797 jiwa dengan
Jumlah Pengangguran Agustus 2015: 429 ribu jiwa; Penduduk Miskin September 2015: 1.508,1
ribu jiwa (10,79%)1
Kemiskinan juga masih menjadi masalah di Sumatera Utaradengan persentasi di
Sumatera Utara yaitu pada tahun 2010( 1447.1 jiwa), tahun 2011 (1421.4 jiwa), tahun 2012
.
1http://bps.go.id/brs/view/1158( dikases melalui website)
Universitas Sumatera Utara
(1400.4 jiwa), tahun 2013(1416.4 jiwa), tahun 2014 (1360.6 jiwa), tahun 2015 (1508.1 jiwa), dan
tahun 2016 sebesar (1455.9 jiwa).2
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota, 2011 – 2014
Kota Medan adalah Ibukota Provinsi Sumatera Utara, sebagai Ibukota Medan juga masih
menghadapi kemiskinan, adapun rincian jumlah penduduk miskin dan persentasenya dari tahun
2011-2014 di Kota Medan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota, 2011 – 2014
Kabupaten/Kota Jumlah (000 jiwa) Persentase (%)
2011 2012*) 2013 2014 2011 2012*) 2013 2014
Kabupaten
01. N i a s 25,39 24,99 23,28 22.21 19,11 18,67 17,28 16.39
02. Mandailing Natal
49,05 48,39 40,69 39.68 11,98 11,58 9,62 9.28
03. Tapanuli Selatan
30,39 29,91 30,77 29.38 11,40 11,10 11,33 10.74
04. Tapanuli Tengah
50,21 49,61 52,00 49.86 15,96 15,03 15,41 14.47
05. Tapanuli Utara
33,57 33,09 33,75 32.23 11,89 11,55 11,68 11.06
06. Toba Samosir 16,93 16,64 16,96 16.51 9,67 9,43 9,54 9.23
07. Labuhanbatu 42,61 42,08 38,14 37.35 10,15 9,61 8,53 8.20
08. A s a h a n 73,39 72,32 80,54 76.97 10,85 10,52 11,60 10.98
09. Simalungun 84,35 83,09 87,72 86.25 10,21 9,97 10,45 10.20
10. D a i r i 25,87 25,49 24,00 23.35 9,48 9,28 8,68 8.40
11. K a r o 37,22 36,71 36,93 35.36 10,49 9,93 9,79 9.20
12. Deli Serdang 92,33 91,19 91,97 90.92 5,10 4,78 4,71 4.56
13. L a n g k a t 100,80 99,27 104,31 100.63 10,31 10,02 10,44 9.99
14. Nias Selatan 57,80 56,94 56,96 54.46 19,71 19,05 18,83 17.81
15. Humbang Hasundutan
17,50 17,25 17,94 17.14 10,09 9,73 10,00 9.44
16. Pakpak Bharat
5,39 5,32 4,94 4.72 13,16 12,40 11,28 10.55
17. Samosir 18,95 18,48 17,18 16.27 15,67 15,17 14,01 13.20
18. Serdang Bedagai
60,50 59,53 56,55 54.48 10,07 9,89 9,35 8.98
2http://sumut.bps.go.id/frontend/linkTableDinamis/view/id/16 (diakses melalui website)
Universitas Sumatera Utara
19. Batu Bara 44,34 43,66 46,86 44.72 11,67 11,24 11,92 11.25
20. Padang Lawas Utara
24,04 23,72 25,01 23.86 10,64 9,98 10,28 9.60
21. Padang Lawas
24,04 23,64 21,23 20.34 10,56 9,80 8,59 8.03
22. Labuhanbatu Selatan
41,74 41,21 37,33 35.65 14,86 13,96 12,36 11.54
23. Labuhanbatu Utara
39,34 38,68 39,09 37.30 11,77 11,34 11,34 10.71
24. Nias Utara 39,15 38,51 40,78 38.95 30,44 29,50 30,94 29.28
25. Nias Barat 24,24 23,84 24,88 23.76 29,32 28,57 29,65 28.10
Kota
71. S i b o l g a 11,25 11,13 11,08 10.57 13,18 13,00 12,90 12.26
72. Tanjungbalai 24,24 23,86 24,20 23.17 15,52 14,86 14,85 14.02
73. Pematangsiantar
26,45 26,01 26,61 25.43 11,15 10,79 10,93 10.35
74. Tebing Tinggi
18,27 18,02 17,98 17.20 12,44 11,93 11,74 11.08
75. M e d a n 204,19 201,06 209,69 200.32 9,63 9,33 9,64 9.12
76. B i n j a i 17,41 17,16 17,48 16.72 7,00 6,72 6,75 6.38
77. Padangsidimpuan
19,52 19,24 18,44 17.65 10,08 9,60 9,04 8.52
78. Gunungsitoli 40,97 40,40 41,10 37.20 32,12 30,85 30,94 27.63
Sumber: BPS-Survey Sosial Ekonomi Nasional 2011 – 2014
Berdasarkan data-data di atas banyak hal yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk
menanggulangi kemiskinan demi pembangunan bangsa salah satunya adalah dengan
mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 2013 Tentang Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan Dan Kesehjahteraan Keluarga melalui Gerakan
PKK merupakan upaya memandirikan masyarakat dan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat khususnya wanita.3
3Peraturan Menteri Dalam Negri no 1 Tahun 2013Tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
Hal ini ditujukan agar masyarakat yang berada
dalam keluarga pra-sejahtera taraf hidupnya akan meningkat setelah dilakukannya pemberdayaan
masyarakat tersebut. Untuk mendukung keputusan yang sudah dikeluarkan oleh Kementrian
Dalam Negeri maka Kementrian Dalam Negeri juga mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam
Universitas Sumatera Utara
Negeri N0 26 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Terpadu Peningkatan
Perananan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera( PT-P2WKSS).4
Program Terpadu P2WKSS merupakan salah satu program peningkatan peranan wanita
dalam pembangunan, yang berupaya untuk mengembangkan sumber daya manusia dan sumber
daya alam dan lingkungan untuk mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat, sejahtera dan
bahagia dalam rangka pembangunan masyarakat desa/kelurahan, dengan perempuan sebagai
penggeraknya.
Kementrian Dalam
Negeri mengeluarkan peraturan ini dengan tujuan bahwa peningkatan peranan wanita di daerah
perlu dilaksanakan secara terarah, terkoordinasi, terpadu, dan berkesinambungan.
Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera
(P2WKSS), diawali dengan pelaksanaan Crash Program Keluarga Sehat dari tanggal 22
Desember 1978 sampai dengan 21 April 1979, selanjutnya menjadi Program Terpadu P2WKSS
pada tahun 1979. Untuk lebih memantapkan kembali pada tahun 2007, Program Terpadu
P2WKSS telah di revitalisasi sesuai dengan kebutuhan daerah.
5
Program ini sangat penting dilakukan di masyarakat, karena selain untuk
mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam di daerah, program ini juga akan
membantu meningkatkan ekonomi masyarakat miskin yang menjadi sasaran program, dimana
sasaran program Terpadu P2WKSS ini adalah perempuan dengan tingkat kesejahteraan
tergolong rendah dan/atau yang masuk dalam kategori keluarga miskin, keluarga Pra Sejahtera
dan Keluarga Sejahtera Tahap I, dan melihat saat ini permasalahan tentang ketimpangan gender
masih terjadi, dampak ekonomi lokal yang masih relative rendah mengakibatkan perempuan
sulit berkembang, khususnya dalam berbagai sektor pembangunan. Hal tersebut membuat
44Peraturan Menteri Dalam Negri no 26 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Terpadu P2WKSS 5 http//:www.bp3a.baliprov.go.id
Universitas Sumatera Utara
perempuan mengalami penurunan tingkat kualitas hidup yang diikuti penurunan tingkat
kemampuan potensinya.
Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu Kelurahan dari 6
(enam) Kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan Medan Selayang. Berdasarkan Keputusan
Walikota Medan Nomor 414.4/458.K/2016 tentang Penetapan Kelurahan Percontohan Program
Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera tahun 2015-2016
tanggal 06 April 2016, Kelurahan Sempakata ditetapkan sebagai Kelurahan Percontohan PT-
P2WKSS karena berdasarkan hasil evaluasi daerahnya mendukung dilihat dari kondisi sosial
yang terjadi di masyarakat, Kelurahan Sempakata adalah Kelurahan yang masih menghadapi 3R
yaitu Rawan Ekonomi, Rawan Pendidikan, dan Rawan Kesehatan, serta TP PKK Kelurahan
Sempakata mau bekerja sama dan merupakan TP PK yang maju, kondisi sosial yang terjadi Di
Kelurahan tersebut terlihat dari Tabel berikut ini.
Tabel 1.2 Kondisi Penduduk/Tahapan Keluarga Sejahtera Kelurahan Sempakata
NO Tahapan Keluarga Sejahtera Jumlah KK 1. Pra Sejahtera 5 2. Keluarga Sejahtera I 556 3. Keluarga Sejahtera II 1302 4. Keluarga Sejahtera III 798 5. Keluarga Sejahtera III Plus 20
Jumah 2681 Untuk melanjutkan Keputusan Walikota Medan maka dikeluarkannya Keputusan
Camat Medan Selayang Nomor 411.4/01/I/SK/MS/2016 tanggal 16 januari 2016 tentang
penetapan Kelurahan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat
Sejahtera (PT-P2WKSS) Tahun 2016 dan Keputusan Lurah Sempakata Nomor:
414.4/03/I.SK/SPK/2016 tanggal 16 Januari 2016 tentang Penetapan Susunan Program Terpadu
Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera( PT-P2WKSS) tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan
Sejahtera Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang sudah dilaksanakan mulai dari
tanggal 23 November 2015 yaitu persiapan PT.P2WKSS dilanjutkan dengan pendataan warga
binaan, kemudian pembentukan pengurus PT.P2WKSS dan sampai bulan November 2016 masih
tetap dilakukan pembinaan kepada warga binaan PT.P2WKSS. 6
Dalam pelaksanaan program terpadu P2WKSS di Kelurahan Sempakata Kecamatan
Medan Selayang masih menghadapi beberapa permasalahan, berdasarkan wawancara pada
tanggal 21 November 2016 dengan ketua PT.P2WKSS dan Sekertaris PKK Kelurahan
Sempakatadalam pelaksanaan program P2WKSS tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan
perencanaan waktu kegiatan yang telah ada, dimana pelaksanaan yang seharusnya dilakukan
pelatihan atau pembinaan selama 15 hari namun hanya dilakukan selama 10 hari dan setiap
program atau kegiatan yang dilakukan terlambat atau tidak sesuai dengan jadwal yang sudah
ditetapkan oleh setiap SKPD. Masalah lain yang dihadapi dalam pelaksanaan PT.P2WKSS
adalah fasilitas yang diberikan oleh SKPD tidak sesuai dengan jumlah warga binaan PT.
P2WKSS misalnya pelatihan yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Dalam kinerjanya, Badan Pemberdayaan Masyarakat yang sekarang berganti nama
menjadi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pemberdayaan Masyarakat
Kota Medan melakukan koordinasi dalam rangka upaya menyelaraskan program-program yang
ada di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) khususnya dalam upaya peningkatan kualitas
hidup perempuan. Untuk itu dalam rangka penanggulangan kemiskinan melalui program
P2WKSS di Kota Medan ini diharapkan dapat terselenggara dan dapat memberikan ruang
kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri dalam bentuk mobilisasi dan pemanfaatan
seluruh potensi masyarakat dan difasilitasi oleh setiap SKPD terkait.
6 Laporan Lurah dan Ketua Tim Penggerak PKK Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang
Universitas Sumatera Utara
Medan adalah pelatihan jahit menjahit bagi warga binaan PT.P2WKSS dengan jumlah warga
binaan sebanyak 45 orang sementara mesin jahit yang diberikan hanya 5 buah masyarakat yang
mengikuti pelatihan menyatakan pelatihan ini tidak maksimal dikarenakan fasilitas yang kurang.
Keterlambatan setiap program yang dikerjakan mengakibatkan tidak tercapai tujuan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan artinya pelaksanaan program menuntut keefisienan waktu
pelaksanaan serta keefektifan dalam mencapai hasilnya.
Untuk menilai pelaksanaan program dan dampaknya maka perlu dilakukan evaluasi
terhadap program PT-P2WKSS. Evaluasi diarahkan dan difokuskan untuk mendapatkan
gambaran, keterangan dan jawaban terhadap efektifitas pelaksanaan, dampak program terhadap
kesetaraan dan keadilan gender, peran, akses, kontrol serta manfaat yang dirasakan oleh
perempuan serta penurunan jumlah keluarga miskin. Hasil evaluasi dimanfaatkan untuk
meningkatkan efektifitas, relevansi serta memperbaiki program PT-P2WKSS yang akan
dilakukan di daerah selanjutnya, Apabila program ini berhasil pemerintah Kota Medan
khususnya Kelurahan Sempakata dapat diuntungkan dengan berkurangnya angka kemiskinan
serta meningkatkan partisipasi perempuan daam bekerja dan bermasyarakat. Berdasarkan uraian
tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan
Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan
Sejahtera(PT-P2WKSS) Di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang Kota
Medan”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana evaluasi Pelaksanaan Program Terpadu
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera(PT.P2WKSS) Di
Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang Kota Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas agar dapat mengenai sasaran yang
dikehendaki dan dapat pula memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun
tujuan yang ingin dicapai oleh penulis melalui penelitian ini adalah :
1) Untuk menggambarkan pelaksanaan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita
menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan
Selayang Kota Medan
2) Untuk mengetahui manfaat yang diterima oleh masyarakat dengan adanya Program
Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Dan Sejahtera di
Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang Kota Medan
1.4 Manfaat Penelitian
1) Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan
berpikir dalam menulis karya ilmiah tentang pelaksanaan Program Terpadu
Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera.
2) Secara praktis, sebagai masukan bagi pihak yang terkait khususnya BPPKB dalam
menangani masalah dalam pelaksanaan PT.P2WKSS
3) Secara akademis, sebagai bahan masukan bagi pelengkap maupun referensi maupun
bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di bidang
yang sama.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Kerangka Teori
Sebagai tolok ukur dan landasan dalam menyoroti dan memecahkan masalah diperlukan
pedoman yang teoritis yang dapat membantu. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang dapat
menggambarkan dari sudut mana masalah itu akan diteliti. Selanjutnya teori merupakan
serangkaian asumsi, konsepsi, konstruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu
fenomena sosial secara sistematis dengan cara hubungan antar konsep. (Singarimbun, 1995:37).
Oleh karena itu penulis akan mengemukakan kerangka teori yang digunakan sebagai
landasan dalam melakukan penelitian ini.
1.5.1 Kebijakan Publik
Menurut Thomas Dye kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk
melakukan atau tidak melakukan ( public policy is whatever governments choose to do or not to
do). Defenisi kebijakan publik menurut Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa (1)
kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta, (2) kebijakan
publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan pemerintah.7
James E. Andersonmendefenisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan
oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Ada beberapa implikasi dari kebijakan publik ini yaitu
(1) kebijakan publik berorientasi pada maksud dan tujuan dan bukan perilaku secara
serampangan, (2) kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah
dan bukan merupakan keputusan sendiri, (3) kebijakan sebenarnya apa yang dilakukan oleh
pemerintah bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah, (4) kebijakan publik bentuknya bersifat
positif atau negative. Secara positif kebijakan mencakup bentuk tindakan pemerintah yang jelas
7Parsons, Wyne. 2008. Public Policy. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Universitas Sumatera Utara
untuk mempengaruhi masalah tertentu.Secara negatif kebijakan pemerintah untuk tidak
melakukan sesuatu.8
Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan
banyak maupun variabel yang harus dikaji. Tahap-tahap kebijakan publik sebagai berikut:
Kebijakan publik adalah sejumlah kegiatan yang dilakukan maupun tidak dilakukan
pemerintah untuk memecahkan atau memberikan solusi yang mempengaruhi masyarakat.
9
Sumber: William N.Dunn, 1994:17
Gambar1.1Proses Kebijakan Publik
8 Ibid, hal 24 9Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal 9
Universitas Sumatera Utara
Michael Howlet dan M. Rameshmenyatakan bahwa proses kebijakan publik terdiri dari
lima tahapan yaitu:10
1) Penyusunan agenda (agenda setting), yakni suatu proses agar suatu masalah bisa
mendapat perhatian dari pemerintah.
2) Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni proses perumusan pilihan-pilihan
kebijakan oleh pemerintah.
3) Pembuatan kebijakan ( decision making), yakni proses ketika pemerintah memilih
untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan sesuatu tindakan.
4) Implementasi kebijakan (policy implementation), yaitu proses untuk
melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.
5) Evalusi kebijakan ( policy evaluation), yakni proses untuk memonitor dan menilai
hasil atau kinerja kebijakan.
1.5.2 Implementasi Kebijakan
1.5.2.1 Pengertian Implementasi
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik.
suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang
diinginkan. Menurut Ripley dan Franklin implementasi merupakan apa yang terjadi setelah
undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit),
atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). 11
10 Ibid, hal 13 11 Winarno, Budi .2014. Kebijakan Pubik.Yogyakarta: Deresan CT X, hal 148
Meter dan Horn (1975) mendefenisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah maupun swasta secara individu maupun kelompok yang dimaksudkan
untuk mencapai tujuan sebagaimana dirumuskan dalam kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2.2Model-Model Implementasi
Untuk menjelaskan kegiatan dalam tahapan implementasi para ahli merumuskan
beberapa model yang dapat digunakan demi lancarnya implementasi suatu kebijakan. Model-
model tersebut antara lain:12
a) Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)
Menurut Meter dan Horn ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi,
yakni: (1) standar dan sasaran kebijakan, (2) sumber daya, (3) komunikasi antar organisasi dan
penguatan aktivitas, (4) karakteristik agen pelaksana, dan (5) kondisi sosial, ekonomi dan politik
1. Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur
sehingga dapat direalisir. Apabila standard dan sasaran kebijakan kabur, maka akan
terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen
implementasi.
2. Sumberdaya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya
manusia(human resources) maupun sumberdaya non manusia (non human resources).
Dalam berbagai kasus program pemerintah, seperti program Jaringan Pengamanan
Sosial (JPS) untuk kelompok miskin di pedesaan kurang berhasil karena keterbatasan
kualitas aparat pelaksana.
3. Hubungan antar Organisasi. Dalam banyak program, implementasi sebuah program
perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi
dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.
4. Karakteristik Agen Pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah
mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi
12Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal 99
Universitas Sumatera Utara
dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu
program.
5. Kondisi Sosial, politik, dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi
lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauhmana
kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi
kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana
sifat opini publik yang ada di lingkungan, dan apakah elit politik mendukung
implementasi kebijakan.
6. Disposisi implementor. Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting,
yakni: (a) respons implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi
kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, yakni pemahamannya
terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai
yang dimiliki oleh implementor.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.2
Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter dan Van Horn
b) Teori George C. Edwards III
Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:
(1) komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) struktur birokrasi. Keempat variabel
tersebut jugd
1. Komunikasi
Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa
yang harus dilakukan. Apa menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada
kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila
tujuan dan sasaran sesuatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh
kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.
2. Sumberdaya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila
implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan
secara efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia,yakni implementor,
Universitas Sumatera Utara
dan sumberdaya finansial. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar
efektif.Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.
3. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator, seperti
komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka
dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat
kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat
kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.
4. Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.Salah satu dari aspek struktur yang penting dari
setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures
atau SOP).SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi
yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape,
yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya yang menyebabkan
aktivitas organisasi tidak fleksibel.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.3 Model implementasi menurut George Edward III
c) Teori Merilee S. Grindle (1980)
Keberhasilan implemenatsi menurut Merille S. Grindle (1980) dipengaruhi oleh dua
variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of
implementation). Variabel isi kebijakan mencakup:
1) Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan
2) Jenis manfaat yang diterima oleh target group
3) Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan
4) Apakah letak sebuah program sudah tepat
5) Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci
6) Apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai
Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup:
1) Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para actor yang
terlibat dalam implementasi kebijakan
2) Karakteristik institusi dan rejim yang berkuasa
Universitas Sumatera Utara
3) Tingkat kepatuhan dan rsponsivitas kelompok sasaran
Gambar 1.4Model implementasi kebijakan menurut Grindle
d) Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983)
Menurut Mazmanian dan Sabatier (1983), ada tiga kelompok variabel yang
mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni: (1) karakteristik dari masalah (tractability of
the problems), (2) karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure
implementation), (3) variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation).
Karakteristik Masalah
Universitas Sumatera Utara
1) Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu pihak ada beberapa
masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan, seperti kekurangan air minum bagi
penduduk atau harga beras tiba-tiba naik. Di pihak lain terdapat masalah-masalah sosial
yang relatif sulit dipecahkan, seperti kemiskinan, pengangguran, dll. Oleh karena itu, sifat
masalah itu sendiri akan mempengaruhi mudah tidaknya suatu program diimplementasikan.
2) Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Ini berarti bahwa suatu program akan relatif
mudah diimplementasikan apabila kelompok sasarannya adalah homogen. Sebaliknya,
apabila kelompok sasarannya heterogen, maka implementasi program akan relatif lebih
sulit, karena tingkat pemahaman setiap anggota kelompok sasaran terhadap program relative
berbeda.
3) Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi. Sebuah program akan relatif sulit
diimplementasikan apabila sasarannya mencakup semua populasi. Sebaliknya sebuah
program relatif mudah diimplementasikan apabila jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu
besar.
4) Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang bertujuan memberikan
pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif mudah diimplementasikan daripada program
yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat.
Karakteristik Kebijakan
Universitas Sumatera Utara
1) Kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci dari sebuah kebijakan akan
mudah diimplementasikan karena implemntor mudah memahami dan menterjemahkan
dalam tindakan nyata. Sebaliknya, ketidakjelasan isi kebijakan merupakan potensi lahirnya
distorsi dalam impelementasi kebijakan.
2) Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis. Kebijakan yang memiliki
dasar teoritis memiliki sifat lebih mantap karena sudah teruji, walaupun untuk beberapa
lingkungan sosial tertentu perlu ada modifikasi.
3) Besarnya alokasi sumberdaya financial terhadap kebijakan tersebut. Sumberdaya keuangan
adalah faktor krusial untuk setiap program sosial. Setiap program juga memerlukan
dukungan staff untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi dan teknis serta
memonitor program, yang semuanya itu memerluka biaya.
4) Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana.
Kegagalan program sering disebabkan kurangnya koordinasi vertikal dan horizontal
antarinstansi yang terlibat dalam implemntasi program.
5) Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.
6) Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan.
7) Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar yang berpartisipasi dalam implementasi
kebijakan.
Lingkungan Kebijakan
1) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi. Masyarakat yang sudah
terbuka dan terdidik akan relatif mudah menerima program-program pembaruan dibanding
Universitas Sumatera Utara
dengan masyarakat yang masih tertutup dan tradisional. Demikian juga kemajuan teknologi
akan membantu dalam proses keberhasilan implementasikan dengan bantuan teknologi
modern.
2) Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. Kebijakan yang memberikan insentif biasanya
mudah mendapatkan dukungan publik.sebaliknya kebijkaan yang bersifat dis-insentif,
seperti kenaikan harga BBM, atau kenaikan pajak akan kurang mendapat dukungan dari
publik.
3) Sikap dari kelompok pemilih (constituency groups). Kelompok pemilih yang ada dalam
masyarakat dapat mempengaruhi implementasi kebijakan melalui berbagai cara antara lain:
(1) kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan yang dibuat badan-
badan pelaksana melalui berbagai komentar dengan maksud untuk mengubah keputusan, (2)
kelompok pemilih dapat memiliki kemampuan untuk mempengaruhi badan –badan
pelaksana secara tidak langsung melalui kritik yang dipublikasikan terhadap kinerja badan-
badan pelaksana, dan membuat pernyataan yang ditujukan kepada badan legislatif.
4) Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor. Pada akhirnya, komitmen
aparat pelaksana untuk merealisasikan tujuan yang telah tertuang dalam kebijakan adalah
variabel yang paling krusial. Aparat badan pelaksana harus memiliki keterampilan dalam
membuat proritas tujuan dan selanjutnya merealaisasikan prioritas tujuan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.5Model implementasi menurut Sebatier dan Mazmanian
1.5.3 Evaluasi Kebijakan
1.5.3.1 Tujuan Evaluasi
Pentingnya evaluasi menurut Subarsonoyakni:
1) Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh suatu kebijakan
mencapai tujuannya.
2) Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan melihat tingkat
efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.
Universitas Sumatera Utara
3) Memenuhi aspek akuntabilitas publik. Dengan melakukan penilaian kinerja suatu kebijakan,
maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik
sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.
4) Menunjukkan padastakeholders manfaat suatu kebijakan. Apabila tidak dilakukan evaluasi
terhadap sebuah kebijakan, para stakeholders,terutama kelompok sasaran tidak mengetahi
secara pasti manfaat dari sebuah kebijakan atau program.
5) Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya, evaluasi kebijakan bermanfaat
untuk memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar
tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sebaliknya, dari hasil evaluasi diharapkan dapat
ditetapkan kebijakan yang lebih baik.
1.5.3.2 Pendekatan Evaluasi
Ada tiga jenis pendekatan terhadap evaluasi sebagaimana dijelaskan oleh Dunn yakni:13
1) Evaluasi semu (pseudo evaluation) adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan metode
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil
kebijakan, tanpa menanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu,
kelompok, atau masyarakat. Asumsi yang digunakan adalah bahwa ukuran tentang manfaat
atau nilai merupakan sesuatu yang terbukti dengan sendirinya (self evident) atau tidak
controversial.
2) Evaluasi formal adalah (formal evaluation) pendekatan evaluasi yang menggunakan metode
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil
kebijakan berdasarkan sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan secara formal oleh
13Dunn,Wiliam. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Universitas Sumatera Utara
pembuat kebijakan. Asumsi yang digunakan adalah bahwa sasaran dan target yang
ditetapkan secara formal adalah merupakan ukuran yang tepat untuk melihat manfaat atau
nilai dari program dan kebijakan.
3) Evaluasi proses keputusan teoritis (decision theoretic evaluation) adalah pendekatan
evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat
dipercaya dan valid, mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh
berbagai stakeholders. Dalam hal ini, evaluasi keputusan teoritik berusaha untuk
menentukan sasaran dan tujuan yang tersembunyi dan dinyatakan oleh para stakeholders
Tabel 1.3 Pendekatan Evaluasi
Pendekatan Tujuan Asumsi Metodologi Evaluasi
Semu Menggunakan metode
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid tentang hasil
kebijakn
Ukuran manfaat atau nilai terbukti dengan sendirinya atau tidak
kontroversial
1. Eksperimentasi sosial 2. Akuntansi sistem
sosial 3. Pemeriksaan sosial 4. Sintesis riset dan
praktik Evaluasi Formal
Menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil
kebijakan yang secara formal diumumkan
sebagai sasaran program kebijakan
Tujuan dan sasaran dari pengambil kebijakan dan
administrator yang secara resmi diumumkan
merupakan ukuran yang tepat dari
manfaat atau nilai
1. Evaluasi perkembangan
2. Evaluasi eksperimental
3. Evaluasi proses restrospektif
4. Evaluasi hasil retrospektif
Evaluasi Keputusan
Teoritis
Menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil
kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh
berbagai pelaku kebijakan
Tujuan dan sasaran dari berbagai pelaku yang secara formal diumumkan atau
didiamkan merupakan ukuran
yang tepat dari manfaat atau nilai.
1. Penilaian tentang dapat tidaknya
dievaluasi 2. Analisis untilitas
multivariate
Universitas Sumatera Utara
1.5.3.3 Metode Evaluasi
Untuk melakukan evaluasi terhadap program yang telah diimplementasikan ada beberapa
metode evaluasi. Menurut Finsterbusch dan Motz (1980: 140-141) menyebut empat metode
evaluasi yang telah diimplementasikan yakni:14
a) Single program after – only evaluasi dilakukan hanya mengidentifikasi kondisi kelompok
sasaran pada saat kebijakan selesai dilakukan.
b) Single program after- before yaitu evaluasi dilakukan dengan membandingkan kondisi
sebelum dan sesudah dari kelompok sasaran tanpa menggunakan kelompok pembanding.
c) Comparative after- only evaluasi kebijakan dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi
kelompok sasaran setelah diimplementasikan dengan kelompok pembanding.
d) Comparative before-after evaluasi kebijakan dilakukan dengan mengidentifikasi
kelompok sasaran dan kelompok pembanding sebelum dan sesudah implementasi
Tabel 1.4 Metode Evaluasi
NO Jenis Evaluasi Pengukuran Kondisi Kelompok sasaran
Kel. Pembanding
Informasi yang diperoleh
Sebelum Sesudah
1. Single program after-only
Tidak Ya Tidak ada Keadaan kelompok sasaran
2. Single program before- after
Ya Ya Tidak ada Perubahan keadaan kelompok sasaran
3. Comparative after- only
Tidak Ya Ada Keadaan kelompok sasaran dan bukan
sasaran 4. Comparative
before- after Ya Ya Ada Efek program terhadap
kelompok sasaran
14Wibawa, Samodra.1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, hal 74
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Finsterbusch dan Motz
1.5.3.4 Indikator Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan suatu kebijakan perlu dikembangkan beberapa indikator,
indikator yang dikembangkan oleh Dunn (1994) mencakup lima indikator sebagai berikut:15
NO
Tabel 1.5 Indikator Evaluasi Kebijakan
Kriteria Penjelasan
1 Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai
2 Efesiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan?
3 Kecukupan Seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat
memecahkan masalah?
3 Pemerataan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata
kepada kelompok masyarakat yang berbeda?
4 Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuat preferensi/ nilai
kelompok dan dapat memuaskan mereka?
5 Ketepatan Apakah hasil yang dicapai bermanfaat?
Sumber: Analisis Kebijakan Publik William Dunn
1.5.4 PT-P2WKSS ( Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju
Keluarga Sehat dan Sejahtera)
Program Terpadu Peningkatan Peran Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera
(P2WKSS) adalah salah satu program nasional yang diperlombakan untuk meningkatkan
peranan wanita dalam pembangunan yang berupaya untuk mengembangkan sumber daya
manusia dan sumber daya lingkungan untuk mewujudkan dan mengembangkan keluarga
sejahtera dan bahagia dalam rangka pembangunan masyarkat kelurahan dengan perempuan
sebagai penggeraknya.
15 Loc.cit Hal 610
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dalam program P2WKSS terbagi atas tujuan umum dan khusus. Tujuan umum
yang ingin dicapai oleh program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat
Sejahtera adalah Meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan dalam rangka
mewujudkan keluarga yang berkualitas.16
a) Meningkatkan status kesehatan perempuan
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam Program Peningkatan Peranan Wanita menuju
Keluarga Sehat Sejahtera ( P2WKSS) adalah :
b) Meningkatkan status pendidikan perempuan
c) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam usaha ekonomi
produktif
d) Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pelestarian sosial budaya dan
lingkungan hidup
e) Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pengembangan masyarakat
f) Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pemahaman wawasan kebangsaan.
Dasar hukum yang mengatur berjalannya Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita
menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) adalah
• Peraturan Mentri Pemberdayaan Perempuan nomor 2 Tahun 2010 tentang Pedoman
Program Terpadu P2WKSS
• Peraturan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan Dan Kesehjahteraan
Keluarga
16
Universitas Sumatera Utara
• Keputusan Walikota Medan Nomor 414.4/458.K/2016 tentang Penetapan Kelurahan
Percontohan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat
Sejahtera tahun 2016-2017 tanggal 06 April 2016
• Keputusan Camat Medan Selayang Nomor 411.4/01/I/SK/MS/2016 tanggal 16 januari
2016 tentang penetapan Kelurahan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita
Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (PT.P2WKSS) Tahun 2016.
• Keputusan Lurah Sempakata Nomor: 414.4/03/I.SK/SPK/2016 tanggal 16 Januari 2016
tentang Penetapan Susunan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju
Keluarga Sehat Sejahtera( PT. P2WKSS) tahun 2016.
1.6 Defenisi Konsep
Kerangka konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial
(Singarimbun,1987:32). Untuk mendapatkan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai variabel-
variabel yang akan di teliti dalam defensi konsep yang digunakan dalam pengertian ini adalah:
1. Evaluasi Kebijakan ialah menilai keberhasilan/kegagalan kebijakan berdasarkan indikator-
indikator yang telah ditentukan yaitu: ( Efektivitas, Kecukupan, Pemerataan, Responsivitas,
Ketepatan). Pendekatan evaluasi yang digunakan adalah Evaluasi Formal dengan metode
evaluasi adalah Single Program Before-After.
2. Program Terpadu Peningkatan Peran Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera
(P2WKSS) adalah salah satu program peningkatan peranan wanita dalam pembangunan
yang berupaya untuk mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya lingkungan
untuk mewujudkan dan mengembangkan keluarga sejahtera dan bahagia dalam rangka
pembangunan masyarkat kelurahan dengan perempuan sebagai penggeraknya.
Universitas Sumatera Utara
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan/ memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep serta sistematika penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab ini memuat tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, tehnik
pengumpulan data dan tehnik analisis data.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bagian ini berisi tentang gambaran umum mengenai objek ataupun lokasi penelitian yang
sehubungan/relevan dengan topik penelitian tersebut.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini menyajikan data yang diperoleh selama penelitian di lapangan mengenai evaluasi
pelaksanaan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Dan
Sejahtera Di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang Kota Medan.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang uraian analisis data-data yang akan diperoleh setalah melaksanakan
penelitian.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara