repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › chapter ii.pdf... · bab...

36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas konsep-konsep yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu : 1. Fraktur 1.1 Defenisi fraktur Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya (Brunnner & Suddarth, 2001). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang , retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman &Ningsih, 2009) . 1.2 Etiologi Fraktur Etiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur diantaranya peristiwa trauma(kekerasan) dan peristiwa patologis. 1.2.1 Peristiwa Trauma (kekerasan) a. Kekerasan langsung Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau miring (Oswari, 2005). b. Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dibahas konsep-konsep yang terkait dengan penelitian yang

akan dilakukan, yaitu :

1. Fraktur

1.1 Defenisi fraktur

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang

yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya (Brunnner & Suddarth, 2001).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang , retak atau patahnya tulang yang

utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang

ditentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman &Ningsih, 2009) .

1.2 Etiologi Fraktur

Etiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat menyebabkan

terjadinya fraktur diantaranya peristiwa trauma(kekerasan) dan peristiwa

patologis.

1.2.1 Peristiwa Trauma (kekerasan)

a. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik

terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper

mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan.

Patah tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah

melintang atau miring (Oswari, 2005).

b. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang

jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

bagian yang paling lemah dalam hantaran vektor kekerasan. Contoh

patah tulang karena kekerasan tidak langsung adalah bila seorang

jatuh dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu. Yang patah

selain tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan

kemungkinan pula patah tulang paha dan tulang belakang. Demikian

pula bila jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga, dapat

menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan tulang lengan

bawah (Oswari, 2005).

c.Kekerasan akibat tarikan otot

Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah

tulang. Patah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi.

Contohnya patah tulang akibat tarikan otot adalah patah tulang

patella dan olekranom, karena otot triseps dan biseps mendadak

berkontraksi (Oswari, 2005).

1.2.2 Peristiwa Patologis

a. Kelelahan atau stres fraktur

Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas

berulang – ulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat

aktivitas yang lebih berat dari biasanya. Tulang akan mengalami

perubahan struktural akibat pengulangan tekanan pada tempat yang

sama, atau peningkatan beban secara tiba – tiba pada suatu daerah

tulang maka akan terjadi retak tulang (Price, 2005).

b. Kelemahan Tulang

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya

suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang

misalnya osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan

pada daerah tulang yang rapuh maka akan terjadi fraktur (Price

2005).

1.3 KlasifikasiFraktur

Ada beberapa jenis fraktur menurut Brunnner & Suddarth (2001), yaitu :

1.3.1 Fraktur komplit, patah pada seluruh garis tengah tulang dan

biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).

1.3.2 Fraktur tidak komplit (inkomplit), patah yang hanya terjadi pada

sebagian dari garis tengah tulang.

1.3.3 Fraktur tertutup (fraktur simple), tidak menyebabkan robeknya

kulit.

1.3.4 Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks), fraktur dengan luka

pada kulit atau mebran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka

digradasi menjadi : Grade I dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjang

nya ; Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang

ekstensif dan Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami

kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan paling berat.

1.3.5 Berdasarkan bentuk patahan tulang

a. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi

lainnya membengkok.

b.Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

c. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih

tidak stabil dibanding transversal).

d.Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.

e. Kominutif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.

f. Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorng ke dalam (sering

terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).

g.Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada

tulang belakang).

h.Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista

tulang, penyakit Paget, metastasi tulang, tumor).

i. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada

perlekatannya.

j. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang

lainnya.

1.4 Manifestasi klinis

Menurut Lukman & Ningsih (2009), ada beberapa manifestasi klinis

fraktur yaitu :

1.4.4 Nyeri

Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen

tulang.

1.4.5 Hilangnya fungsi dan deformitas

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa ) bukannya

tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau

tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas

yang diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.

Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot

bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.

1.4.6 Pemendekan Ekstremitas

Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya

karena kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur.

Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain 2,5 sampai 5 cm (1-2

inci).

1.4.7 Krepitus

Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu

dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan

lunak yang lebih berat.

1.4.8 Pembengkakan lokal dan perubahan warna

Pembengkakan lokal dan perubahan warna pada kulit terjadi sebagai

akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru

terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

1.5 Proses Penyembuhan Fraktur

Proses penyembuhan fraktur bervariasi sesuai dengan ukuran tulang dan

umur pasien. Faktor lainnya adalah tingkat kesehatan pasien secara

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

keseluruhan, atau kebutuhan nutrisi yang cukup. Berdasarkan proses

penyembuhan fraktur, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1.5.1 Proses Hematom

Merupakan proses terjadinya pengeluaran darah hingga terbentuk

hematom (bekuan darah) pada daerah terjadinya fraktur tersebut, dan yang

mengelilingi bagian dasar fragmen. Hematom merupakan bekuan darah

kemudian berubah menjadi bekuan cairan semi padat (Discon & Wright,

1992).

1.5.2 Proses Proliferasi

Pada proses ini, terjadi perubahan pertumbuhan pembuluh darah

menjadi memadat, dan terjadi perbaikan aliran pembuluh darah (Pakpahan,

1996).

1.5.3 Proses pembentukan callus

Proses pembentukan callus pada orang dewasa antara 6-8 minggu,

sedangkan pada anak-anak 2 minggu. Callus merupakan proses

pembentukan tulang baru, dimana callus dapat terbentuk di luar tulang

(superiosteal callus) dan di dalam tulang (endosteal callus). Proses

perbaikan tulang terjadi sedemikian rupa, sehingga trabekula yang

dibentuk tidak teratur oleh tulang imatur untuk sementara bersatu dengan

ujung-ujung tulang yang patah sehingga membentuk suatu callus tulang

(Pakpahan, 1996).

1.5.4 Proses konsolidasi (penggabungan)

Perkembangan callus secara terus-menerus, dan terjadi pemadatan

tulang seperti sebelum terjadi fraktur, konsolidasi terbentuk antara 6-12

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

minggu (ossificasi) dan antara 12-26 minggu (matur). Tahap ini disebut

dengan penggabungan secara terus-menerus (Pakpahan, 1996).

1.5.5 Proses Remodeling

Proses remodeling merupakan tahapan terakhir dalam penyembuhan

tulang, dan proses pengembalian bentuk semula. Proses terjadinya

remodeling antara 1-2 tahun setelah terjadinya callus dan konsolidasi

(Brunner& Suddarth, 2001).

1.6 Komplikasi fraktur

1.6.1 Komplikasi awal

a. Syok

Pada komplikasi awal dapat terjadi syok hipovolemik atau

trumatik, akibat perdarahan (baik kehilangan darah ekterna

maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel ke

jaringan yang rusak ( Brunner & Suddarth 2001).

b.Sindrom Emboli Lemak

Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk ke dalam

darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan

kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stress

pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya

globula lemak dalam aliran darah( Brunner & Suddarth 2001).

c. Sindrom Kompartemen

Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat

perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk

kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat

atau gips atau balutan yang menjerat. Bisa juga karena penigkatan

isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan

dengan berbagai masalah (misalnya iskemia, cedera remuk,

penyutikan bahan pengahancur jaringan) ( Brunner & Suddarth

2001).

1.6.2 Komplikasi lambat atau lanjutan

a. Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan (Mal-union atau

Non-union)

Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan

kecepatan normal untuk jenis dan tempat fraktur tertentu.

Penyatuan terlambat mungkin berhubungan dengan infeksi

sistemik dan distraksi (tarikan jauh) fragmen tulang.

Tidak adanya penyatuan terjadi karena kegagalan penyatuan ujung-

ujung patahan tulang ( Brunner & Suddarth 2001).

b.Nekrosis avaskular tulang

Nekrosis avaskular terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan

mati. Dapat terjadi setelah fraktur, dislokasi, terapi kortikosteroid

dosis tinggi berkepanjangan, penyakit ginjal kronik, anemia sel

sabit dan penyakit lain. Tulang yang mati mengalami kolaps atau

diabsorpsi dan diganti dengan tulang yang baru ( Brunner &

Suddarth 2001).

c. Reaksi terhadap alat fiksasi interna

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

Alat fiksai interna biasanya diambil setelah penyatuan tulang telah

terjadi, namun pada kebanyakan pasien alat tersebut tidak diangkat

sampai menimbulkan gejala. Nyeri dan penurunan fungsi

merupakan indikator utama telah terjadinya masalah. Masalah

tersebut meliputi kegagalan mekanis (pemasangan dan stabilisasi

yang tidak memadai), kegagalan material (alat yang cacat atau

rusak), berkaratnya alat, menyebabkan inflamasi lokal, respon

alergi terhadap campuran logam yang dipergunakan, dan

remodelingosteoporotik disekitar alat fiksasi (stres yang

dibutuhkan untuk memperkuat tulang diredam oleh alat tersebut

mengakibatkan osteoporosis disuse) ( Brunner & Suddarth 2001).

2. Nyeri

2.1 Definisi nyeri

Menurut The International Association for the Study of Pain (1979,

dalam Potter & Perry 2005), nyeri didefenisikan sebagai perasaan sensori

dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan atau potensial yang menyebabkan kerusakan jaringan.

Sementara itu defenisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang

menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya yang ada

kapanpun individu mengatakannya (Brunner & Suddarth, 2001).

McCaffery(1980 dalamPrasetyo, 2010) menyatakan bahwa nyeri

adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan

terjadi kapan saja saat seseorang mengatakan merasakan nyeri. Definisi ini

menempatkan seorang pasien sebagai expert (ahli) di bidang nyeri, karena

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

hanya pasienlah yang tahu tentang nyeri yang ia rasakan. Bahkan nyeri

adalah sesuatu yang sangat subjektif, tidak ada ukuran yang objektif

padanya, sehingga hanyalah orang yang merasakannya yang paling akurat

dan tepat dalam mendefenisikan nyeri.

2.2 Klasifikasi nyeri

2.2.1 Klasifikasi nyeri berdasarkan awitan

Berdasarkan waktu kejadian, nyeri dapat dikelompokkan sebagai

nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam

waktu atau durasi 1 detik sampai dengan kurang dari enam bulan,

sedangkan nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari

enam bulan. Nyeri akut dapat dipandang sebagai nyeri yang terbatas dan

bermanfaat untuk mengidentifikasi adanya cedera atau penyakit pada

tubuh. Nyeri akut biasanya menghilang dengan sendirinya dengan atau

tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan menyembuh (Tamsuri, 2007).

Nyeri kronis umumnya timbul tidak teratur, intermitten, atau

bahkan persisten. Nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik

(Tamsuri, 2007). Pada individu yang mengalami nyeri kronis timbul suatu

perasaan tidak aman karena ia tidak pernah tahu apa yang dirasakan dari

hari ke hari. Gejala nyeri kronik meliputi keletihan, insomnia, anoreksia,

penurunan berat badan, depresi, putus asa, dan kemarahan. Pasien dengan

nyeri kronis tidak atau kurang memperlihatkan hiperaktivitas autonom

tetapi memperlihatkan gejala irritabilitas, kehilangan semangat, dan

gangguan kemampuan berkonsentrasi. Nyeri kronis ini sering

mempengaruhi semua aspek kehidupan penderitanya, menimbulkan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

distress, kegalauan emosi, dan mengganggu fungsi fisik dan sosial (Potter

& Perry, 2005).

2.2.2 Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi

Berdasarkan lokasi nyeri, nyeri dapat dibedakan menjadi enam

jenis, yaitu nyeri superfisial, nyeri somatik dalam, nyeri viseral, nyeri alih,

nyeri sebar, dan nyeri bayangan (fantom) (Tamsuri, 2007).

Nyeri superfisial biasanya timbul akibat stimulasi kulit seperti pada

laserasi, luka bakar, dan sebagainya. Nyeri berlangsung sebentar,

terlokalisasi, dan memiliki sensasi yang tajam.

Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi

pada otot tulang serta struktur penyokong lainnya, umumnya nyeri bersifat

tumpul dan distimulasi dengan adanya perenggangan dan iskemia.

Nyeri viseral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ

interna. Nyeri bersifat difusi dan dapat menyebar keberbagai arah. Durasi

bervariasi tetapi biasanya berlangsung lebih lama dari pada nyeri

superfisial. Nyeri dapat terasa tajam, tumpul atau unik tergantung organ

yang terlibat.

Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari sensasi

asal ke jaringan sekitar. Nyeri dapat bersifat intermitten atau konstan.

Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan klien yang

mengalami amputasi. Nyeri oleh klien dipersepsikan berada pada organ

yang telah diamputasi seolah-olah organnya masih ada.

Nyeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya

nyeri viseral yang menjalar ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

beberapa tempat dan lokasi. Nyeri jenis ini dapat timbul karena masuknya

neuron sensori dari organ yang mengalami nyeri ke dalam medula spinalis

dengan serabut saraf yang berada pada bagian tubuh lainnya.

2.2.3 Klasifikasi nyeri berdasarkan organ

Nyeri organik adalah nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan

(aktual atau potensial) organ. Nyeri neurogenik adalah nyeri akibat

gangguan neuron, misalnya pada neuralgia dan dapat terjadi secara akut

maupun kronis. Nyeri psikogenik adalah nyeri akibat berbagai faktor

psikologis, umumnya terjadi ketika efek-efek psikogenik seperti cemas

dan akut timbul pada klien (Tamsuri, 2007).

2.3 Fisiologi nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima

rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah

ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat

yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,

secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielin dan ada juga

yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor

dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit

(kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena

letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi

yang berbeda (Potter & Perry, 2005).

Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang

berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.

Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

a. Reseptor A delta Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det)

yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang

apabila penyebab nyeri dihilangkan.

b. Serabut C Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det)

yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat

tumpul dan sulit dilokalisasi.

Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang

terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga

lainnya. Karena struktur reseptornya kompleks, nyeri yang timbul merupakan

nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.

Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi

organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri

yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan

organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi

(Tamsuri, 2007).

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

2.4.1 Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna

dalam berespon terhadap nyeri (Gill,1990dalam Potter & Perry, 2005).

Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin (misalnya,

menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

menangis, sedangkan seprang anak perempuan boleh menangis dalam

situasi yang sama (Potter & Perry, 2005).

2.4.2 Usia

Usia merupakan variabel yang penting dalam merespon nyeri. Cara

lansia merespon nyeri dapat berbeda dengan orang yang berusia lebih

muda. Lansia cenderung mengabaikan nyeri dan menahan nyeri yang berat

dalam waktu yang lama sebelum melaporkannya atau mencari perawatan

kesehatan (Brunner & Suddarth, 2001).

2.4.3 Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang

diterima oleh kebudayaan mereka.Hal ini meliputi bagaimana bereaksi

terhadap nyeri (Calvillo dan Flaskerud, 1991 dalam Potter & Perry, 2005).

Petugas kesehatan seringkali berasumsi bahwa cara yang mereka lakukan

dan apa yang mereka yakini adalah sama dengan cara dan keyakinan orang

lain. Dengan demikian, mereka mencoba mengira bagaimana klien

berespon terhadap nyeri. Misalnya, apabila seorang perawat yakin bahwa

menangis dan merintih mengindikasikan suatu ketidakmampuan untuk

mentoleransi nyeri, akibatnya pemberian terapi mugkin tidak cocok untuk

klien berkebangsaan Meksiko-Amerika yang menangis keras tidak selalu

mempersepsikan pengalaman nyeri sebagai sesuatu yang berat atau

mengharapkan perawat melakukan intervensi (Calvillo dan Flaskerud,

1991 dalam Potter & Perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

2.4.4 Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas

yang dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan

tetapi nyeri juga dapat menimbulkan perasaan ansietas. Sebagai contoh

seseorang yang menderita kanker kronis dan merasa takut akan kondisi

penyakitnya akan semakin meningkatkan persepsi nyerinya (Prasetyo,

2010).

2.4.5 Pengalaman Sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, akan tetapi

pengalaman yang telah dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa

individu tersebut akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa

mendatang. Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan

mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai

pengalaman sedikit tentang nyeri (Prasetyo, 2010).

2.4.6 Pola Koping

Individu yang memiliki lokus kendali internal mempersepsikan diri

mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka

dan hasil akhir suatu peristiwa, seperti nyeri (Gill, 1990 dalam Potter &

Perry, 2005). Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal,

mempersepsikan faktor-faktor lain di dalam lingkungan mereka, seperti

perawat, sebagai individu yang bertanggungjawab terhadap hasil akhir

peristiwa. Individu yang memiliki lokus kendali internal melaporkan

mengalami nyeri yang tidak terlalu berat daripada individu yang memiliki

lokus kendali eksternal (Schulteis, 1987 dalam Potter & Perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

2.4.7 Dukungan Sosial dan Keluarga

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada

anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan,

dan perlindungan. Walaupun klien tetap merasakan nyeri, tetapi akan

mengurangi rasa kesepian dan ketakutan ( Potter & Perry, 2005).

2.5 Pengukuran Nyeri

2.5.1 Skala Numerik Nyeri

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat

ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan

mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik dari 0 hingga

10, di bawah ini, nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri,

sedangkan sepuluh (10), suatu nyeri yang sangat hebat (Brunner &

Suddarth, 2001).

Skala Numerik Nyeri

2.5.2 Visual analog scale

Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka.

Bisa bebas mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah

kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang

(Potter & Perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

Visual Analog Scale (VAS)

Tidak ada rasa nyeri Sangat nyeri

Pasien diminta menunjukkan posisi nyeri pada garis antara kedua

nilai ekstrem. Bila anda menunjuk tengah garis, menunjukkan nyeri yang

moderate/sedang (Brunner & Suddarth, 2001).

2.5.3 Skala Wajah Wong dan Barker

Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda,

menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih, digunakan untuk

mengekspresikan rasa nyeri. Skala ini biasanya dipergunakan mulai anak

usia 3 (tiga) tahun (Potter & Perry, 2005).

Skala wajah untuk nyeri

Pengukuran nyeri yang dipakai untuk mengukur skala nyeri pada

penelitian ini adalah skala numerik nyeri. Skala ini merupakan skala yang

paling umum digunakan untuk mengukur skala nyeri. Nilai 1-4

menggambarkan nyeri ringan, 5-6 menggambarkan nyeri sedang, dan 7-0

nyeri berat (Brunner & Suddarth, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

2.6 Respon Tubuh Terhadap Nyeri

2.6.1 Respon fisik

Respon fisik timbul karena pada saat impuls nyeri ditransmisikan

oleh medulla spinalis menuju batang otak dan thalamus, sistem saraf

otonom terstimulasi, sehingga menimbulkan respon yang serupa dengan

respon tubuh terhadap stres. Pada nyeri skala ringan sampai moderat serta

nyeri superfisial,tubuh bereaksi membangkitkan General Adaptation

Syndrome (Reaksi Fight or Flight), dengan merangsang sistem saraf

simpatis sedangkan pada nyeri yang berat dan tidak dapat ditoleransi serta

nyeri yang berasal dari organ viseral, akan mengakibatkan stimulasi

terhadap saraf parasimpatis (Tamsuri,2007).

2.6.2 Respon perilaku

Respon perilaku yang timbul pada klien yang mengalami nyeri

dapat bermacam-macam. Meinhart dan Mc. Caffery (1983)

menggambarkan fase perilaku terhadap nyeri yaitu: antisipasi, sensasi, dan

pasca nyeri (Mc. Caffery dalam Tamsuri, 2007).

Fase antisipasi merupakan fase yang paling penting dan merupakan

fase yang memungkinkan individu untuk memahami nyeri. Individu

belajar untuk mengendalikan emosi (kecemasan) sebelum nyeri muncul,

karena kecemasan dapat menyebabkan peringatan sensasi nyeri yang

terjadi pada klien dan atau tindakan ulang yang dilakukan oleh individu

untuk mengatasi nyeri menjadi kurang efektif.

Pada saat terjadi nyeri, banyak perilaku yang diungkapkan oleh

seorang individu yang mengalami nyeri seperti menangis, meringis,

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

meringkukkan badan, menjerit, dan bahkan berlari-lari. Pada fase paska

nyeri, individu bisa saja mengalami trauma psikologis, takut, depresi, serta

dapat juga menjadi menggigil.

2.5.6 Respon Psikologis

Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien

terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi individu. Individu

mengartikan nyeri sebagai suatu yang negatif cenderung memiliki suasana

hati sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan dapat berbalik menjadi rasa

marah dan frustasi. Sebaliknya pada induvidu yang memiliki persepsi

nyeri sebagai pengalaman positif akan menerima nyeri yang dialaminya

(Tamsuri, 2007).

2. 7 Manajemen nyeri

Terdapat berbagai tindakan yang dapat dilakukan seorang perawat

untuk mengurangi rasa nyeri yang diderita. Tindakan-tindakan tersebut

mencakup tindakan nonfarmakologis dan tindakan farmakologis. Dalam

beberapa kasus nyeri yang sifatnya ringan, tindakan non-farmakologis adalah

intervensi yang paling utama, sedangkan tindakan farmakologis dipersiapkan

untuk mengantisipasi perkembangan nyeri. Pada kasus nyeri sedang sampai

berat, tindakan non-farmakologis menjadi suatu pelengkap yang efektif untuk

mengatasi nyeri disamping tindakan farmakologis yang utama (Prasetyo,

2010).

2.7.1 Manajemen nyeri secara farmakologis

Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi

farmakologis dilakukan dalam kolaborasi dengan dokter atau pemberi

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

keperawatan lainnya dan pasien (Brunner & Suddarth, 2001). Beberapa

agens farmakologi digunakan untuk menangani nyeri. Semua agen tersebut

memerlukan resep dokter. Keputusan perawat, dalam penggunaan obat-

obatan dan penatalaksanaan klien yang menerima terapi farmakologi,

membantu dalam upaya memastikan penanganan nyeri yang mungkin

dilakukan ( Potter &Perry, 2005).

a. Analgesik

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis meliputi penggunaan

opioid (narkotik), nonopioid/NSAIDs (Nonsteroid Anti-Inflamasi

Drugs), dan adjuvan, serta ko-analgesik. Analgesik opioid (narkotik)

terdiri dari berbagai derivate dari opium seperti morfin dan kodein.

Narkotik dapat menyebabkan penurunan nyeri dan memberi efek

euphoria (kegembiraan) karena obat ini mengadakan ikatan dengan

reseptor opiate (ada beberapa reseptor opiate seperti mu, delta, dan

alppa) dan mengaktifkan penekanan nyeri endogen pada susunan

syaraf pusat. Narkotik tidak hanya menekan rangsang nyeri, tetapi juga

menekan pusat pernapasan dan batuk di medulla batang otak. dampak

lain dari narkotik adalah sedasi dan peningkatan toleransi obat

sehingga kebutuhan dosis obat akan meningkat (Tamsuri,2007).Untuk

nyeri yang sedang sampai berat menggunakan analgesik opioid atau

narkotik (AHCPR, 1992 dalam Potter & Perry, 2005). Analgesik

narkotik yang diberikan secara oral atau injeksi, bekerja pada pusat

otak yang lebih tinggi dan medulla spinalis melalui ikatan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

reseptor opioid untuk memodifikasi persepsi nyeri dan reaksi terhadap

nyeri.

Analgesik non-opioid (analgesik non-narkotik) atau sering disebut

juga Nonsteroid Anti-InflammatoryDrugs, (NSAIDs) seperti aspirin,

asetaminofen, dan ibu profen selain memiliki efek anti nyeri juga

memiliki efek anti-inflamasi dan anti-demam (anti-piretik). Obat-obat

golongan ini menyebabkan penurunan nyeri yang bekerja pada ujung-

ujung syaraf perifer di daerah yang mengalami cedera, dengan

menurunkan kadar mediator peradangan yang dibangkitkan oleh sel-sel

yang mengalami cedera (Tamsuri, 2007). Terapi pada nyeri

postoperasi ringan sampai sedang menggunakan NSAIDs. Mekanisme

kerja pasti NSAIDs tidak diketahui, NSAIDs diyakini bekerja

menghambat sintesis prostaglandin dan menghambat respons selular

selama inflamasi. Kebanyakan NSAIDs bekerja pada reseptor saraf

perifer untuk mengurangi transmisi dan resepsi stimulus nyeri.

NSAIDs tidak menyebabkan sedasi atau depresi pernapasan juga tidak

mengganggu fungsi berkemih atau defekasi. Sehingga agens NSAIDs

dapat menjadi efektif sebagai analgesik yang manjur bagi beberapa

klien atau pemberian analgesik melalui oral dapat semanjur pemberian

injeksi untuk mengatasi nyeri (McKenry & Salerno, 1995 dalam Potter

& Perry, 2005).

b. Analgesik Dikontrol-Pasien (ADP)

Sistem pemberian obat, yang disebut ADP, merupakan metode

yang aman untuk penatalaksanaan nyeri kanker, nyeri pascaoperasi,

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

dan nyeri traumatik. Kebanyakan klien lebih menyukai metode

pemberian injeksi berkala. Hal ini merupakan sistem pemberian obat

yang memungkinkan klien mendapatkan medikasi nyeri ketika mereka

menginginkan obat tersebut tanpa risiko overdosis. Tujuan metode ini

ialah mempertahankan kadar plasma analgesik yang konstan, sehingga

masalah pemberian dosis sesuai kebutuhan dihindari. ADP sistemik

biasanya termasuk pemberian obat intravena, tetapi metode ini juga

dapat diberikan melalui subkutan. ADP merupakan pompa infuse

yang dapat dibawa (biasanya diatur komputer), yang berisi ruang untuk

tempat spuit atau merupakan alat khusus dirancang seperti pengatur

dosis yang menggunakan jam tangan yang diperlengkapi pengaturan

dini pemberian obat dalam dosis kecil. Analgesik yang dipilih ialah

morfin. Untuk menerima dosis, klien menekan tombol yang menempel

pada alat ADP ( Potter & Perry, 2005).

c. Analgesik Epidural

Analgesik epidural merupakan suatu bentuk anastesia lokal dan

terapi yang efektif untuk menangani nyeri pascaoperasi akut, nyeri

persalinan, dan melahirkan, dan nyeri kronik, khususnya yang

berhubungan dengan kanker (McNair,1990 dalam Potter & Perry, 2005

). Analgesik ini memungkinkan pengontrolan atau pengurangan nyeri

yang berat tanpa efek sedative dari narkotik parenteral atau oral yang

lebih serius. Analgesia epidural berlangsung dalam jangka waktu

pendek atau panjang, tergantung pada kondisi klien dan harapan hidup.

Terapi jangka pendek digunakan untuk mengatai nyei akibat bedah

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

intratorak, bedah abdomen, dan bedah orthopedi. Terapi jangka

panjang digunakan untuk nyeri yang tidak dapat dikendalikan, pada

bagian tubuh bawah, khususnya bila bagian tubuh itu bilateral (DuPen

& William,1992 dalam Potter & Perry, 2005).

Tabel 2.1Analgesik dan Indikasi terapi (Potter & Perry, 2005)

Kategori Obat

Indikasi

ANALGESIK NON-NARKOTIK

Asetaminofen (Tylenol)

Asam asetilsalisilat (aspirin)

NSAID

Ibuprofen (Motrin, Nuprin)

Naproksen (Naprosyn)

Indometasin (Indocin)

Tolmetin (Tolectin)

Piroksikam (Feldene)

Ketorolak (Toradol)

ANALGESIK NARKOTIK

Meperidin (Demerol)

Metilmorfin (Kodein)

Morfin sulfat

Fentanil (Sublimaze)

Butofanol (Stadol)

Hidromorfon HCL (Dilaudid)

ADJUVAN

Amitriptilin (Elavil)

Hidroksin (Vistaril)

Klorpromazin (Thorazine)

Diazepam (Valium)

Nyeri pasca operasi ringan

Demam

Dismenore

Nyeri kepala vascular

Artritis rheumatoid

Cedera atletik jaringan lunak

Gout

Nyeri pasca operasi

Nyeri traumatik berat

Nyeri kanker

Infark moikard

Cemas

Depresi

Mual

Muntah

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

2.7.2 Manajemen nyeri secara Non-farmakologis

Intervensi nyeri dengan cara non farmakologis memiliki resiko

yang sangat rendah. Pada nyeri yang sangat hebat, mengkombinasikan

tehnik nonfarmakologis dengan obat-obatan mungkin cara yang efektif

untuk menghilangkan nyeri (Brunner & Suddarth, 2001).

Tindakan nonfarmakologi mencakup intervensi perilaku-kognitif

dan penggunaan agen-agens fisik. Tujuan intervensi perilaku-kognitif

adalah mengubah persepsi klien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri,

dan memberi rasa pengendalian yang lebih besar sedangkan agen-agens

fisik bertujuan memberi rasa nyaman, memperbaiki disfungsi fisik,

mengubah respons fisiologis, dan mengurangi rasa takut yang terkait

dengan imobilisasi(Potter & Perry, 2005).

Berikut ini beberapa teknik manajemen nyeri secara non-

farmakologi :

a. Relaksasi

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan

fisik dari ketegangan dan stress, sehingga dapat meningkatkan

toleransi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010). Menurut Potter & Perry

(2005), teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi

rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Teknik

relaksasi dapat digunakan saat indvidu dalam kondisi sehat atau sakit.

Teknik relaksasi tersebut merupakan upaya pencegahan untuk

membantu tubuh segar kembali. Teknik relaksasi mungkin perlu

diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang optimal, klien yang

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

telah mengetahui teknik ini mungkin hanya perlu diinstruksikan

menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan atau mencegah

meningkatnya nyeri.

Berbagai metode relaksasi digunakan untuk menurunkan

kecemasan dan ketegangan otot sehingga didapatkan penurunan

denyut jantung, penurunan respirasi, serta penurunan ketegangan otot.

(Prasetyo, 2010). Contoh tindakan relaksasi yang dapat dilakukan

untuk menurunkan nyeri adalah napas dalam dan relaksasi otot , dan

juga aromaterapi.

Steward (1996) dalam Rabi’al (2009) menjelaskan teknik relaksasi

sebagai berikut :

1) Nafas dalam

- Diharapkan pasien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru

dengan udara.

- Kemudian perlahan-lahan udara dihembuskan sambil

membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan betapa

nyamannya hal tersebut

- Selanjutnya pasien bernapas beberapa kali dengan irama

normal

- Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-

pelan dan membiarkan hanya kaki dan telapak tangan yang

kendor. Perawat meminta pasien untuk mengkonsentrasikan

pikiran pasien pada kaki yang terasa ringan dan hangat.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

- Setelah itu mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan

pikiran pada lengan perut, punggung, dan kelompok otot-otot

yang lain.

2) Relaksasi progresif

Latihan relaksasi progresif meliputi kombinasi latihan

pernapasan yang terkontrol dan rangkaian kontraksi serta

relaksasi kelompok otot. Klien mulai latihan bernapas dengan

perlahan dan menggunakan difragma, sehingga memungkinkan

abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh.

Saat klien melakukan pola pernapasan yang teratur, perawat

mengarahkan klien untuk melokalisasi setiap daerah yang

mengalami ketegangan otot, berpikir bagaimana rasanya,

menegangkan otot sepenuhnya, dan kemudian merelaksasikan

otot-otot tersebut. Kegiatan ini menciptakan sensasi

melepaskan ketidaknyamanan dan stress. Secara bertahap, klien

dapat merelaksasi otot tanpa harus terlebih dahulu

menegangkan otot-otot tersebut. Saat klien mencapai relaksasi

penuh, maka persepsi nyeri berkurang dan rasa cemas terhadap

pengalaman nyeri menjadi minimal(Potter & Perry, 2005).

Berikut ini cara latihan progresif menurut Steward (1996)

dalam Rabi’al (2009) :

- Kontraksikan masing-masing otot dalam 10 kali hitungan

kemudian lemaskan

Universitas Sumatera Utara

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

- Lakukan latihan diruangan yang tenang dengan posisi duduk

atau sambil berbaring nyaman

- Bawalah seseorang yang berlaku sebagai “pelatih” yang

memberikan perintah untuk mengkontraksikan otot,

menghitung sampai 10 kali dan memerintah untuk melemaskan

otot

3) Aromaterapi

Aromaterapi adalah metode yang menggunakan minyak atsiri

untuk meningkatkan kesehatan fisik dan emosi. Minyak atsiri

adalah minyak alami yang diambil dari tananman aromatik.

Menurut roulier (1990) minyak atsiri yang bersifat analgetik

(menghilangkan rasa sakit) adalah chamomile frankincense,

cengkih, wintergreen, lavender, dan mint (Koensoemardiyah,

2009). Berdasarkan penelitian di UniversitasWarwick di

Inggris,bau yangdihasilkan akan berikatan dengan gugus steroid di

dalam kelenjar keringat,yangdisebutosmon,yang mempunyai

potensisebagaipenenangkimiaalami.Responbauyangdihasilkanakan

merangsangkerjaselneurokimiaotak.Sebagaicontoh,bauyangmenye

nangkanakanmenstimulasithalamusuntukmengeluarkanenkefalinya

ngberfungsisebagaipenghilangrasasakitalamidanmenghasilkanperas

aansejahtera(Primadiati,2002).Enkefalinsepertihalnya endorphin

merupakanzatkimiawiendogen(diproduksiolehtubuh)yangberstrukt

urserupadenganopioid(Brunner & sudarth,2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

Menurut Guyton (1990) enkefalin dianggap dapat menimbulkan

hambatan presinaptik dan hambatan post sinaptik pada serabut-serabut

nyeri tipe C dan tipe delta A dimana mereka bersinaps di kornu

dorsalis. Proses tersebut mencapai inhibisi dengan penghambatan

saluran kalsium. Selanjutnya, penghambatan tampaknya berlangsung

lama karena setelah mengaktivasi sistem analgesia, maka analgesia

seringkali berlangsung selama bermenit-menit bahkan berjam-jam.

b) Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk menciptakan kesan

dalam pikiran klien, kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut

sehingga secara bertahap dapat menurunkan persepsi klien terhadap

nyeri. Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup, upaya

kondisi lingkungan klien mendukung untuk tindakan ini. Kegaduhan,

kebisingan, bau menyengat atau cahaya yang sangat terang perlu

dipertimbangkan agar tidak mengganggu klien untuk berkonsentrasi

(Prasetyo, 2010).

Perawat melatih klien dalam membangun kesan dan berkonsentrasi

pada pengalaman sensori. Mula-mula perawat meminta klien untuk

memikirkan pemandangan yang menyenangkan atau pengalaman yang

meningkatkan penggunaan semua indra. Klien kemudian menjelaskan

kesan tersebut dan perawat mencatatnya sehingga catatan tersebut

dapat digunakan pada latihan berikutnya (Potter & Perry, 2005).

Dengan mata terpejam, pasien diinstruksikan untuk

membayangkan bahwa setiap napas yang diekshalasi secara lambat

ketegangan otot dan ketidaknyamanan dikeluarkan, menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

tubuh rileks dan nyaman dan setiap kali napas dihembuskan pasien

diinstruksikan untuk membayangkan bahwa udara yang dihembuskan

membawa pergi nyeri dan ketegangan. Imajinasi terbimbing

dipraktikkan oleh pasien selama sekitar 5 menit, tiga kali sehari. Selain

itu imajinasi terbimbing dapat berfungsi hanya pada beberapa orang

(Brunner & Suddarth, 2001). Berikut merupakan contoh bagian latihan

imajinasi terbimbing : “ bayangkan diri Anda sekarang berbaring di

atas rumput yang hijau, segar, di atas bukit yang indah. Udara sejuk,

Anda melihat sekitar Anda bunga sedang bermekaran. Anda melihat ke

atas langit cerah, biru, sinar matahari yang redup tidak menyilaukan.

Semerbak wangi bunga meneyelimuti, sungguh suasana yang sangat

indah” (Prasetyo, 2010).

b. Distraksi

Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-

hal lain di luar nyeri, yang dengan demikian diharapkan dapat

menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan

toleransi terhadap nyeri.

Stimulus yang menyenangkan dari luar dapat merangsang sekresi

endorphin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien

berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan

partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang

digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu

stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri (Tamsuri,

2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 30: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

Adapun distraksi ini meliputi :

1) Distraksi visual, misalnya : menonton TV, melihat

pemandangan. Menonton acara-acara yang humor atau acara

yang disukai oleh klien akan menjadi teknik distraksi yang

dapat membantu mengalihkan perhatian klien akan nyeri yang

ia alami (Prasetyo, 2010).

2) Distraksi auditory, misalnya : mendengarkan suara/ musik yang

disukai (Prasetyo, 2010).Musik terbukti menunjukkan efek

yaitu menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi

kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan

tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu. Musik

menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi,

kesunyian, ruang dan waktu. Musik yang dapat memberikan

efek terapeutik harus didengarkan minimal 15 menit. Di

keadaan perawatan akut, mendengarkan musik dapat

memberikan hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi

nyeri postoperasi (Guzetta, 1989 dalam Potter & Perry, 2005).

c. Stimulasi kutaneus

Stimulasi kutaneus merupakan stimulasi kulit yang dilakukan

untuk menghilangkan nyeri. Masase, kompres dingin dan panas, dan

stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah-langkah

sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Salah satu

pemikiran adalah bahwa cara ini menyebabkan pelepasan endorfin,

sehingga memblok transmisi stimulus nyeri. Teori gate kontol

Universitas Sumatera Utara

Page 31: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

mengatakan bahwa stimulus kutaneus mengaktifkan transmisi serabut

saraf sensorik A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini

menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A berdiameter

kecil. Gerbang sinaps menutup transmisi impuls nyeri (Potter & Perry,

2005). Berikut ini beberapa contoh stimulus kutaneus :

1) Masase

Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering

dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat

pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.

(Brunner & Suddarth, 2001).Slow-stroke back massage adalah

tindakan masase punggung dengan usapan yang perlahan selama 3-

10 menit sebanyak 60 kali usapan permenit (Potter & Perry, 2005).

Masase punggung ini dapat menyebabkan timbulnya mekanisme

penutupan terhadap impuls nyeri saat melakukan gosokan

penggung pasien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan

menstimulasi mekanoreseptor. Apabila masukan yang dominan

berasal dari serabut delta-A dan serabut C, maka akan membuka

sistem pertahanan disepanjang urat saraf dan klien

mempersepsikan nyeri.Alur saraf desenden melepaskan opiat

endogen yaitu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh.

(Potter & Perry, 2005).

2) Kompres panas dan dingin

Universitas Sumatera Utara

Page 32: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

Kompres panas dan dingin dapat menghilangkan nyeri dan

meningkatkan proses penyembuhan. (Ceccio, 1990 dalam Potter &

Perry, 2005).

Kompres panas dan dingin pada tubuh bertujuan untuk

meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Kompres panas

atau dingin menghasilkan perubahan fisiologis suhu jaringan,

ukuran pembuluh darah, tekanan darah kapiler, area permukaan

kapiler untuk pertukaran cairan dan elektrolit, dan metabolisme

jaringan (Kozier, 2009).

Kompres dingin adalah suatu teknik dari stimulasi kulit yang

dilakukan untuk menghilangkan nyeri dan merupakan langkah

sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Kompres

dingin dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan proses

penyembuhan yang mengalami kerusakan. Kompres dingin dapat

dilakukan di dekat lokasi nyeri atau di sisi tubuh yang berlawanan

tetapi berhubungan dengan lokasi nyeri, hal ini memakan waktu 5

sampai 10 menit. Pengompresan di dekat lokasi aktual nyeri

cenderung memberi hasil yang terbaik. Seorang klien dengan

merasakan sensasi dingin, terbakar, dan sakit serta baal. Apabila

klien merasa baal, maka es harus diangkat (Potter & Perry, 2005).

Menurut Tamsuri (2007)pada aplikasi dingin, selain

memberikan efek menurunkan sensasi nyeri, aplikasi dingin juga

memeberikan efek fisiologis seperti : menurunkan respon inflamasi

jaringan, menurunkan aliran darah,dan mengurangi edema.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

Menurut kozier (2009) efek fisiologis dari kompres panas yaitu

vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler, meningkatkan

metabolisme seluler, dan meredakan nyeri dengan merelaksasikan

otot.

Kompres panas dan dingin pada tubuh dapat berbentuk kering

dan basah. Kompres panas kering dapat digunakan secara lokal,

untuk konduksi panas, dengan menggunakan botol air panas,

bantalan pemanas elektrik, bantalan akutermia, atau kemasan

pemanas disposibel. Kompres panas basah dapat diberikan,

melalui konduksi, dengan cara kompres kasa, kemasan pemanas,

berendam, atau mandi (Kozier, 2009).

3) Stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS)

TENS (Transkutaneus Electrical Nerve Stimulation) adalah

suatu alat yang menggunakan aliran listrik, baik dengan frekuensi

rendah maupun tinggi, yang dihubungkan dengan beberapa

elektroda pada kutaneus. TENS merupakan prosedur non-invasif,

merupakan metode yang aman untuk mengurangi nyeri baik akut

maupaun kronis (Tamsuri, 2007).

Terdapat penelitian yang menyatakan adanya keefektifan

penggunaan TENS dalam penanganan nyeri post operasi (AHCPR,

1992). Teknik ini terbukti pula efektif dalam pengontrolan nyeri

pada low back pain kronis, nyeri phantom, nyeri menstruasi, dan

yang lainnya (Tamsuri, 2007).

d. Akupresur

Universitas Sumatera Utara

Page 34: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

Berdasarkan teori obat Asia, yang mengatakan bahwa sutatu

kekuatan kehidupan, dalam bentuk energi, bersirkulasi di seluruh

tubuh dalam siklus yang didefinisikan dengan benar, akupresur

memungkinkan alur energi yang terkongesti untuk meningkatkan

kondisi yang lebih sehat.Perawat ahli terapi mempelajari alur energi

atau meridian tubuh dan memberi tekanan pada titik- titik tertentu di

sepanjang alur (Potter & Perry, 2005).

Stimulasi pada titik akupuntur mengaktifkan tiga pusat yaitu spinal

cord, midbrain dan pituitari untuk melepaskan neurokimia seperti

endorphin, serotonin dan norepinehrin yang mampu memblok pesan

nyeri. Selain endorphin, stimulasi pada titik akupuntur juga terjadi

pelepasan adrenocorticotropin hormone (ACTH) dari pituitari. ACTH

menstimulasi adrenal untuk memproduksi kortisol (Pearl, 1999).

Dibawah ini adalah teori terkait mekanisme kerja akupresur.

1)Teori neurotransmitter. Akupuntur mempengaruhi area otak,

menstimulilasi sekresi beta-endorphin dan enkepalin pada otak

dan spinal cord. Pelepasan neurotransmitter mempengaruhi

sistem imun dan sistem antinoceptive.

2) Teori sistem syaraf otonom. Akupuntur menstimulasi pelepasan

norepinephrin, acetylcholine dan beberapa tipe opoid,

menormalkan sistem syaraf otonom dan mengurangi nyeri.

3) Teori gate control. Akupuntur mengaktifkan reseptor

antinoceptive yang menghambat transmisi sinyal nociceptive

pada dorsal horn.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

4) Teori vascular-interstisial akupuntur memanipulasi sistem

elektris tubuh dengan menciptakan atau meningkatkan transpor

sirkuit tertutup pada jaringan. Hal ini memfasilitasi

penyembuhan yang diikuti oleh transfer material dan energi

elektris diantara jaringan yang normal dan jaringan yang

terluka.

5) Teori kimia darah. Akupuntur mempengaruhi konsentrasi

trigliserida, kolesterol dan phospholipid dalam darah, oleh

karena itu akupuntur bisa menaikkan dan menurunkan

komponen darah di perifer, dengan cara demikian akupuntur

mengatur tubuh menuju homeostasis (National Institute of

Health, 1997).

Teknik akupresur dilakukan dengan berbagai cara yang aman, tidak

melukai kulit atau menyebabkan pecahnya pembuluh darah, yaitu

menggunakan beberapa alternatif cara berikut : menggunakan jari

jempol, menggunakan beberapa jari tangan yang disatukan, hanya jari

telunjuk saja, atau dengan telapak tangan, membuat gerakan cubitan

halus, tetapi tidak sampai memar, menepuk-nepuk atau memukul-

mukul ringan, dan menggosok dengan jari jempol atau telapak tangan

(Oka, 2008).

e. Hipnosis

Hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan terhadap klien yang

berada dalam kondisi hipnosis. Kata hipnosis berasal dari bahasa

yunani, yaitu hypnos yang berarti “tidur”. Seseorang yang berada dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 36: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 45155 › Chapter II.pdf... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. 1c.Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

kondisi hipnosis akan menampilkan kecenderungan yang berbeda

dibandingkan dengan seseorang yang tidak dalam kondisi hipnosis.

Dalam kondisi hipnosis, seseorang cenderung lebih mudah menerima

saran atau sugesti ( hiper-sugestion). Dengan sugesti penyembuhan

(hypno-therapeutic), hipnoterapis bisa memodifikasi perilaku klien, dari

emosional, sikap, hingga berbagai macam kondisi, seperti kebiasaan

buruk, kecemasan, stres yang berhubungan dengan penyakit akut

maupun kronis, manajemen rasa sakit dan nyeri, serta pengembangan

pribadi manusia (Hakim, 2010)

Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui

pengaruh sugesti positif. Suatu pendekatan kesehatan holistik,

hipnosis-diri menggunakan sugesti-diri dan kesan tentang perasaan

yang rileks dan damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan

menggunakan berbagai ide pikiran dan kemudian kondisi-kondisi yang

menghasilkan respon tertentu bagi mereka (Edelman dan mandel

dalam Potter & Perry, 2005). Hipnosis-diri sama seperti dengan

melamun . Konsentrasi yang intensif mengurangi ketakutan dan stress

karena individu berkonsentrasi hanya pada satu pikiran. (Potter &

Perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara