repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › chapter ii.pdf... · bab...

23
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab tinjauan kepustakaan ini, beberapa aspek yang relevan untuk penelitian akan disajikan. Adapun penjelasan masing-masing setiap variable akan diuraikan sebagai berikut: 2.1. Kolaborasi Perawat-Dokter 2.1.1. Definisi Kolaborasi Perawat-Dokter 2.1.2. Model Praktek Kolaborasi Perawat-Dokter 2.2. Kepuasan Kerja Dokter 2.3. Landasan Teori 2.3.1. Konsep Kolaborasi Perawat-dokter 2.3.2. Konsep Kepuasan Kerja dokter 2.4. Teori Keperawatan menurut Hildegard Peplau 2.5. Peran Perawat 2.6. Desain Dekriptif Korelasi 2.7. Kerangka Konsep 2.1. Kolaborasi Perawat-Dokter 2.1.1. Definisi Kolaborasi Perawat-Dokter Kolaborasi perawat-dokter adalah perawat dan dokter bekerja bersama- sama, berbagi tanggung jawab untuk memecahkan masalah dan membuat Universita Sumatera Utara

Upload: others

Post on 28-Feb-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab tinjauan kepustakaan ini, beberapa aspek yang relevan untuk

penelitian akan disajikan. Adapun penjelasan masing-masing setiap variable akan

diuraikan sebagai berikut:

2.1. Kolaborasi Perawat-Dokter

2.1.1. Definisi Kolaborasi Perawat-Dokter

2.1.2. Model Praktek Kolaborasi Perawat-Dokter

2.2. Kepuasan Kerja Dokter

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Konsep Kolaborasi Perawat-dokter

2.3.2. Konsep Kepuasan Kerja dokter

2.4. Teori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

2.5. Peran Perawat

2.6. Desain Dekriptif Korelasi

2.7. Kerangka Konsep

2.1. Kolaborasi Perawat-Dokter

2.1.1. Definisi Kolaborasi Perawat-Dokter

Kolaborasi perawat-dokter adalah perawat dan dokter bekerja bersama-

sama, berbagi tanggung jawab untuk memecahkan masalah dan membuat

Universita Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

keputusan dalam merumuskan dan melaksanakan rencana perawatan untuk pesien

(Baggs, et al. 1999 dalam Thomson, 2007). Kolaborasi perawat-dokter

digambarkan sebagai suatu hubungan kerja sama yang dibangun berdasarkan rasa

saling percaya, rasa hormat dan kekuasaan serta memahami pentingnya peran

masing-masing anggota tim dan mampu bertindak dalam situasi kesehatan stres

tinggi, kolegialiti dan komunikasi ( Messmer, 2008). Kolaborasi perawat-dokter

tidak akan terjadi apabila pemberi pelayanan tidak mengetahui makna kolaborasi

itu sendiri. Kolaborasi perawat-dokter tidak dapat didefenisikan atau dijelaskan

dengan mudah, kebanyakan defenisi menggunakan prinsip perencanaan dan

pengambilan keputusan bersama, berbagi saran, kebersamaan, tanggung gugat,

keahlian dan tujuan serta tanggung jawab bersama (ANA, 1980 dalam Sieggler &

Whitney, 2000). Shortridge et al. (1986) dalam Siegler dan Whitney, (2000)

menyebutkan kolaborasi sebagai hubungan timbal balik dimana pemberi

pelayanan memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam

kerangka kerja bidang respektif mereka. Praktik kolaboratif menekankan

tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan pasien, dengan proses

pembuatan keputusan bilateral didasarkan pada masing-masing pendidikan dan

kemampuan praktisi.

American Medical Assosiation (AMA), (1994) mendefinisikan istilah

kolaborasi sebagai berikut; Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat

merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan

dalam batasan-batasan lingkup prektek mereka dengan berbagai nilai-nilai dan

Universita Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk

merawat individu, keluarga dan masyarakat.

2.1.2. Model Praktek Kolaborasi Perawat-Dokter

Menurut Burchell, Thomas, dan Smith (1983) dalam Siegler dan Whitney

(2000) terdapat dua model praktek kolaborasi yaitu:

1. Model Praktek Kolaborasi, Tipe I

Gambar pertama merupakan model praktik kolaborasi yang menekankan

komunikasi dua arah, tapi tetap menempatkan dokter pada posisi utama dan

membatasi hubungan antara dokter dan pasien.

Dokter

Registered Pemberi Nurse Pelayanan Lain

Pasien

Gambar 2.1. Model Praktik Kolaboratif, Tipe I (Burchell, Thomas, dan Smith, 1983 dalam Siegler dan Whitney, 2000)

2. Model Praktek Kolaborasi, Tipe II

Gambar kedua lebih berpusat pada pasien, dan semua pemberi pelayanan

harus saling bekerja sama, juga dengan pasien. Model ini tetap melingkar,

Universita Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

menekankan kontinuitas, kondisi timbal balik satu dengan yang lain dan tak ada

satu pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus menerus.

Dokter Registered Nurse

PASIEN

Pemberi Pelayanan Lain

Gambar 2.2 Model Praktik Kolaborasi, Tipe II (Burchell, Thomas, dan Smith, 1983 dalam Siegler dan Whitney, 2000)

Ruble dan Thomas (1976 dalam Siegler & Whitney, 2000)

mengembangkan suatu ilustrasi yang dapat membantu interpretasi proses

kolaborasi. Gambar ketiga menggambarkan grafik interaksi antara dua pribadi.

Ordinat menyatakan tingkat seseorang memuaskan kebutuhannya sendiri; absis

menyatakan tingkat orang tersebut memuaskan kebutuhan pihak lain. Kolaborasi

terbentuk disaat seseorang berusaha memuaskan kebutuhannya sendiri dan

kebutuhan pihak lain secara maksimal. Maka grafik ini dapat memperlihatkan apa

yang sering tidak dapat dijelaskan dalam defenisi, bahwa proses kolaborasi

membutuhkan sikap yang tegas dan kerjasama, bukan penyerahan seseorang

untuk memuaskan pihak lain demi mempertahankan harmoni. Model ini sangat

terbatas, meskipun dapat digambarkan interaksi potensial antara perawat dan

dokter atau antara dua orang pribadi dalam suatu kelompok yang besar dan antar-

Universita Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

disiplin, tetapi grafik ini tidak dapat menggambarkan interaksi yang kompleks

yang biasa berlangsung dalam kerja kelompok.

Bersaing berkolaborasi

Asertif

Menyetujui

Keasertifan

Tidak asertif menghindari menunjuang

Tidak kooperatif kooperatif

Kekooperatifan

Gambar 2.3. Ilustrasi Proses Kolaborasi (Ruble dan Thomas, 1976 dalam Siegler dan Whitney, 2000)

Gardner (2005) menyebutkan kerjasama yang efektif antara keperawatan

dan profesi kesehatan lainnya untuk mencapai kualitas pelayanan kesehatan yang

tinggi, semakin penting dan tumbuh terus menerus. Kolaborasi adalah kemitraan

yang kompleks. Ini adalah proses yang terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini juga

merupakan suatu hasil sintesis dari perspektif yang berbeda, sebuah solusi yang

Integratif. Hal ini penting untuk mengingat bahwa konflik adalah bagian alami

dari kolaborasi. Konflik ini memberikan kesempatan untuk memperdalam

kesepakatan/ komitmen. Penggunaan strategi ketrampilan resolusi konflik dan

kemampuan dapat efektif dalam meningkatkan keputusan kualitas dan tim

komitmen.

Gardner (2005) menawarkan sepuluh pelajaran untuk meningkatkan

kolaborasi. Berfokus pada nilai kolaborasi dapat memotivasi perawatan kesehatan

profesional untuk menerapkan pelajaran ini dalam praktek sehari-hari mereka:

Universita Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

1. Pelajaran 1

Mengenal diri sendiri (Know thyself) . Ada banyak realitas secara

bersamaan. Realitas setiap orang didasarkan pada pengembangan persepsi diri.

Diperlukan untuk percaya diri dan orang lain untuk mengetahui model mental diri

sendiri (bias, nilai-nilai dan tujuan).

2. Pelajaran 2

Belajar untuk menghargai dan mengelola keragaman (Learn to value and

manage diversity). Perbedaan adalah aset penting untuk proses kolaboratif yang

efektif dan hasil.

3. Pelajaran 3

Mengembangkan keterampilan resolusi konflik yang konstruktif (Develop

constructive conflict resolution skills). Di paradigma kolaboratif, konflik

dipandang alami dan sebagai sebuah kesempatan untuk memperdalam

pemahaman dan kesepakatan.

4. Pelajaran 4

Gunakan kekuatan Anda untuk menciptakan situasi menang -menang (Use

your power to create win-win situations) berbagi kekuasaan dan mengakui

kekuatan dasar sesorang adalah bagian dari kolaborasi yang efektif.

5. Pelajaran 5

Menguasai keterampilan interpersonal dan proses (Master interpersonal

and process skills) . Kompetensi klinis, kerjasama, dan fleksibilitas yang paling

sering diidentifikasi sebagai atribut penting untuk praktek kolaboratif efektif.

Universita Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

6. Pelajaran 6:

Menyadari bahwa kolaborasi adalah sebuah perjalanan (Recognize that

collaboration is a journey). Keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk

kolaborasi efektif membutuhkan waktu dan latihan. Resolusi konflik, keunggulan

klinik, menghargai penyelidikan, dan pengetahuan tentang proses kelompok

adalah ketrampilan belajar seumur hidup.

7. Pelajaran 7

Pengaruh semua forum multidisiplin (Leverage all multidisciplinary

forums). Menjadi baik hadir secara fisik dan mental dalam tim Forum, dapat

memberikan kesempatan untuk menilai bagaimana dan Kapan menawarkan

komunikasi kolaboratif untuk membangun kemitraan.

8. Pelajaran 8

Menghargai bahwa kolaborasi dapat terjadi secara spontan (Appreciate that

collaboration can occur spontaneously). Kolaborasi adalah suatu kondisi yang

saling mapan yang bisa terjadi secara spontan jika faktor-faktor yang tepat di

tempat.

9. Pelajaran 9

Keseimbangan otonomi dan persatuan dalam hubungan kolaboratif

(Balance autonomy and unity in collaborative relationships). Belajar dari

keberhasilan dan kegagalan kolaborasi anda. Menjadi bagian dari sebuah tim yang

eksklusif sama buruknya dengan bekerja dalam isolasi. Bersedia mencari umpan

balik dan mengakui kesalahan untuk keseimbangan dinamis.

Universita Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

10. Pelajaran 10

Mengingat bahwa kolaborasi tidak diperlukan untuk semua keputusan

(Remember that collaboration is not required for all decisions). Kolaborasi tidak

obat mujarab, atau itu diperlukan dalam segala situasi.

Perubahan peran pada perawat dan dokter telah mengakibatkan ketegangan

interdisipliner dan konflik antara perawat-dokter. Praktek kolaboratif yang kuat

memberikan kepuasan untuk pelayanan yang berkualitas tinggi, hemat biaya

perawatan pasien tetapi juga untuk profesional perawat dan dokter. Kerjasama

dalam perawatan dimulai dengan visi bersama dan pelaksanaan visi ini kemudian

mengarah pada kolaborasi. Eksekutif dan manajer bertanggung jawab mendukung

dan memfasilitasi proses yang berkaitan dengan pelaksanaan visi ini. Secara

khusus harus dipastikan bahwa sistem dalam organisasi tidak menimbulkan

konflik antara pelayan kesehatan. Selain itu, mereka harus meningkatkan visi dan

perubahan perilaku dengan kegiatan bersama perawat-dokter yang berpusat di

sekitar kedua professional berbagi minat dalam perawatan pasien yang baik

(LeTourneau, 2004).

Untuk membangun komunikasi dan kolaborasi antara dokter dan perawat

perlu dilakukan beberapa cara (LeTourneau, 2004) yaitu:

1. Melibatkan dokter dalam memberikan pendidikan berkelanjutan bagi perawat,

keduanya dikelas secara resmi juga secara informal dalam pengaturan

pekerjaan.

2. Kembangkan kelompok kolaboratif perawatan di mana perawat-dokter bertemu

dan membahas perbaikan perawatan dalam bidang mereka.

Universita Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

3. Libatkan dokter dan perawat dalam melakukan analisis akar penyebab dan

kegagalan, mode, dan efek.

4. Menunjuk perawat melayani di Komite-komite kunci staf medis seperti

kredensial, kualitas, atau Komite Eksekutif medis. Tugas ini melambangkan

bahwa Anda menghargai dan menghormati perawat.

5. Memiilih dokter dan pemimpin staf medis untuk duduk di Komite praktek

Keperawatan.

2.2. Kepuasan Kerja Dokter

Kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaannya, dan sikap

itu berasal dari persepsi mereka tentang pekerjaannya. Jadi kepuasan kerja

berpangkal dari berbagai aspek kerja seperti upah, kesempatan promosi, supervisi,

dan rekan sekerja. Dan sikap itu sendiri adalah kesiap-siagaan mental yang

dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman, dan mempunyai pengaruh

tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, obyek, dan situasi yang

berhubungan dengannya (Gibson, dkk, 1997 dalam Nurhayani 2006). Menurut

Gitosudarmo, dkk (1997) dalam Nurhayani (2006), kepuasan kerja adalah suatu

pernyataan emosional yang positif, yang berasal dari perkiraan pekerjaan dan

pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan dari karyawan dalam memandang

pekerjaannya. Muchlas (1997) dalam Nurhayani (2006) mendefinisikan kepuasan

kerja adalah sikap umum seorang terhadap pekerjaannya yang berupa perbedaan

antara penghargaan yang diterima dengan penghargaan yang seharusnya diterima

Universita Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

menurut perhitungannya sendiri. Robbins (1996) dalam Nurhayani (2006)

mengartikan kepuasan kerja sebagai tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang

atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi. Berdasarkan uraian beberapa

ahli tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan

kepuasan kerja adalah adanya reaksi emosional positif seseorang dalam

memandang pekerjaannya sebagai hasil interaksi daya lingkungan kerja

(Nurhayani, 2006).

Kepuasan kerja umumnya dipahami sebagai variabel sikap yang

mencerminkan orang-orang yang menyukai pekerjaan mereka, dan secara positif

berkaitan dengan kesehatan dan pekerjaan karyawan (Spector, 1997 dalam

Leary, Wharton, & Quinlan, 2009). Untuk banyak dokter, kepuasan kerja

bergantung pada hubungan yang baik dengan staf dan kolega, kontrol waktu ,

sumber daya yang memadai, dan otonomi klinis (Williams et al., 2003 dalam

Leary, et al, 2009).

Survei terhadap lebih dari 1.000 dokter Swiss, Bovier dan Perneger (2003)

dalam Leary, et al, (2009) menemukan bahwa perawatan pasien, hubungan

profesional, stimulasi intelektual, dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan

kedokteran adalah prediktor kuat kepuasan sementara beban kerja, waktu tersedia

untuk keluarga, teman atau rekreasi, beban administrasi, dan pekerjaan yang

berhubungan dengan pendapatan dan prestise adalah prediktor ketidakpuasan.

Universita Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Konsep kolaborasi perawat-dokter

Kolaborasi menggambarkan suatu hubungan kerjasama yang dibangun

berdasarkan rasa saling percaya, rasa hormat dan kekuasaan, serta memahami

pentingnya peran masing-masing anggota tim dan mampu bertindak dalam situasi

kesehatan stress tinggi, kolegialiti dan komunikasi (Messmer, 2008).

Menurut penelitian yang dilakukan McGrail, Morse, Glessner, dan

Gardner (2008) ada empat faktor yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi

kolaborasi perawat dan dokter yaitu: 1) pemicu kolaborasi (Collaboration

triggers), 2) perilaku fasilitatif (Facillitative behaviors), 3) dampak pada perawat

dan dokter (Infact on the involved professional), 4) kompetensi kolaboratif

(Collaborative competence).

Ada dua tipe pemicu kolaborasi yaitu: krisis perawatan pasien (Patient

care crises) dan krisis sikap (Affective crises). Krisis perawatan pasien (Patient

care crises) adalah perubahan akut status pasien, perubahan yang dirasakan oleh

perawat dan dokter sebagai mengancam kehidupan atau potensial berakibat buruk.

Krisis sikap (Affective crises) adalah pengalaman emosi yang mendasari perawat

dan dokter menjadi khawatir dan/atau kerentanan emosi. Pemicu krisis afek untuk

perawat dan dokter berbeda. Perawat mengalami khawatir, cemas atau terlalu

takut akan perkembangan pasien, sebaliknya pemicu krisis afek pada dokter

paling sering mengalami rasa ketidakmampuan, ketidakpastian, atau perasaan

yang kewalahan dan rasa tanggung jawab atas pasien.

Universita Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

Perilaku fasilitatif (Facillitative Behaviors): seorang dokter dianggap

kolaboratif dengan menampilkan kualitas atau perilaku sebagai berikut: percaya

dan menghargai rekan perawatnya, hadir secara fisik dan intelektual, merespon

dengan cepat, membimbing, cerdik, fleksibel, mendukung dan baik. Kualitas

fasilitatif keperawatan sebagian tumpang tindih dengan dokter, tetapi termasuk

perilaku lebih kompleks yang memerlukan pertemuan secara simultan. Ini

termasuk koordinasi perawatan, advokasi untuk dan pendukung pasien, keluarga

dan rekan-rekan dokter mereka. Fasilitatif keperawatan dianggap sebagai

seseorang yang berpengetahuan, berpengalaman, responsif dan lembut, sebagai

pengambil inisiatif, membimbing dan menghormati kolega/ dokter dan

memberikan waktunya.

Dampak pada perawat dan dokter (Impact on the Involved Professional):

dokter menggambarkan rasa syukur atau menghormati koleganya, Perawat

mengalami kepuasan yang lebih dengan pekerjaan yang dilakukan bersama

dengan baik, Kedua kelompok mencerminkan perasaan dihormati, dihargai dan

dipahami.

Kompetensi kolabaratif (Collaborative Competence): Kemungkinan pada

tingkat tinggi, kolaborasi itu tidak terkait dengan usia, tahun dalam praktek, jenis

kelamin atau profesi. Perilaku kolaborasi tingkat tinggi dapat diidentifikasi pada

kedua perawat dan dokter. Kesetaraan pengalaman, keahlian atau pengetahuan

bukanlah prasyarat untuk sukses dan tingginya kolaborasi. McGrail, Morse,

Glessener, dan Gardner (2008) dalam penelitiannya juga berpendapat bahwa

Universita Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

Kompetensi Kolaboratif terletak dalam lingkungan pendidikan dan kelembagaan

yang kompleks, dan kemampuan dan kesempatan untuk berkolaborasi.

Struktur komponen yang juga berperan dalam tingginya kolaborasi adalah:

Kedekatan fisik perawat dan dokter, berada di tempat/unit yang sama misalnya di

ICU; kontinuitas dan stabilitas perawat dan dokter, seperti operasi, ruang

pemulihan, ruang gawat darurat dan departemen rawat jalan; melihat dan menilai

pasien bersama-sama. Sebagian elemen-elemen ini bukan hasil perencanaan

kelembagaan yang disengaja, tetapi terjadi kebetulan (McGrail, Morse, Glessener,

& Gardner, 2008) Penelitian ini menjelaskan secara mengejutkan bahwa

kolaborasi terlepas dari jenis kelamin, usia, pengalaman, atau profesi.

Thomas Jefferson University, Philadelphia, Pennsylvania, USA

mengembangkan sebuah skala yang digunakan untuk mengukur kolaborasi

perawat-dokter yaitu The Jefferson Scale of Atitudes toward Physician-Nurse

Collaboration (JSAPNC). Skala ini digunakan untuk mengidentifikasi sikap

perawat dan dokter terhadap kolaborasi perawat-dokter di rumah sakit. Ada

empat faktor utama yang dibandingkan antara kelompok dokter dan perawat

menggunakan JSAPNC yaitu: 1) Berbagi pendidikan dan kolaborasi (shared

education and collaboration), 2) Merawat vs menyembuhkan (Caring vs curing),

3) Otonomi perawat (Nurse’s autonomy) dan 4) Otoritas dokter (Physician’s

authority) (Ward, Schaal, Sullivan, Bowen, Erdmann, & Hajat, 2008).

Nilai yang tinggi pada faktor “berbagi pendidikan dan kolaborasi”

menunjukkan sebuah orientasi yang lebih besar ke arah pendidikan interdisiplinari

dan kolaborasi interprofesional. Nilai yang tinggi pada faktor “ merawat lawan

Universita Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

menyembuhkan/caring lawan curing” menunjukkan pandangan yang lebih positif

akan kontribusi perawat terhadap aspek psikososial dan pendidikan pasien. Nilai

yang tinggi pada faktor “otonomi perawat” menunjukkan persetujuan yg lebih

terhadap keterlibatan perawat dalam membuat keputusan tentang perawatan

pasien dan kebijakan. Nilai yang lebih tinggi pada faktor “otoritas dokter”

menunjukkan penolakan terhadap peran dominasi total dokter dalam aspek

pelayanan pasien (Sterchi, 2007).

2.3.2. Konsep Kepuasan Kerja Dokter

Leary, Wharton, dan Quinlan (2009) menemukan dalam penelitiannya

bahwa tingkat kepuasan dokter pria lebih tinggi dari dokter wanita, sementara itu

mereka yang bekerja di Poliklinik lebih puas daripada di rumah sakit. Dokter

wanita lebih puas berhubungan dengan pasien dan koleganya dibandingkan dokter

pria. Sebagian besar dokter tidak puas dengan administrasi dan kendala waktu.

Bertentangan dengan hubungan positif yang dilaporkan antara kepuasan

kerja dokter dan tingginya kualitas perawatan interpersonal di Jepang, tidak

terlihat kaitan antara kepuasan kerja dokter dan kualitas teknis perawatan.

Ditemukan hubungan tidak signifikan secara statistik antara kepuasan kerja dokter

dan kualitas perawatan diamati (Ozaki, Bito, Matsumura, Hayashino, Fukuhara ,

2008).

Scheurer, McKean, Miller, & Wetterneck (2009) menemukan bahwa

Kepuasan Dokter di Amerika Serikat adalah relatif stabil, dengan sedikit

penurunan terutama antara dokter perawatan primer (PCPs). Faktor mediasi

utama yang terkait kepuasan dokter di rumah sakit (hospitalists) meliputi dua

Universita Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

faktor. Faktor-faktor dari dokter (usia dan spesialisasi), dan faktor-faktor dari

pekerjaan (tuntutan pekerjaan, control pekerjaan, dukungan kolegial, pendapatan,

dan insentif), dan faktor-faktor yang tampaknya tidak memiliki efek independen

pada kepuasan adalah jenis kelamin dokter, cara bayar pasien, dan karakteristik

pasien.

Grembowski, Paschane, Diehr, Katon, Martin, dan Patrick (2005)

melakukan penelitian untuk menentukan hubungan antara managed care,

kepuasan kerja dokter, dan kualitas perawatan primer, dan untuk menentukan

apakah kepuasan kerja dokter berhubungan dengan hasil perawatan primer pasien

dengan gejala nyeri dan depresi. Mereka menemukan tiga temuan utama yaitu:

Pertama, ditemukan bahwa kepuasan kerja dokter pada awalnya berhubungan

dengan beberapa item tetapi tidak semua item ukuran kualitas perawatan primer

pasien pada 6 bulan. Untuk pasien dengan rasa nyeri atau gejala depresi, kepuasan

kerja dokter berkaitan dengan lebih besarnya kepercayaan pasien dan keyakinan

terhadap dokter primari mereka, temuan ini menunjukkan bahwa peningkatan

kepercayaan pasien dapat mengurangi ketidak puasan kerja dokter. Di temukan

bahwa kepuasan kerja dokter tidak terkait dengan indeks kualitas perawatan,

menunjukkan bahwa pandangan dokter tentang pekerjaan mereka tidak berkaitan

dengan interaksi pasien. Temuan kedua adalah bahwa kontrol managed care tidak

memperhitungkan hubungan antara kepuasan kerja dokter dan kualitas perawatan

primer pasien. Penemuan besar ketiga adalah bahwa kepuasan dokter primary

pada awalnya tidak berkaitan dengan hasil kesehatan. Kepuasan kerja dokter

Universita Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

mungkin tidak memiliki hubungan sebab-akibat secara langsung dengan hasil

kesehatan.

Lichtenstein (1984) menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja dokter yaitu :1 ) tenaga perawat yang cakap dan

terampil, 2) perawat harus mampu meyelesaikan tugas-tugas yang didelegasikan

dokter dengan baik, 3) perawat harus mampu menyelesaikan tugas rutin klinis

seperti mengukur tekanan darah, mengukur suhu, dan lain-lain. Seibolt dan

Walker dalam Misener et al, ( 1996 ) mengatakan bahwa sikap perawat yang

mampu dan mengerti apa yang seharusnya dikerjakan dan mengerjakannya tidak

dalam keadaan terpaksa merupakan elemen kunci untuk membina hubungan

dengan dokter. Jika hubungan tersebut berjalan dengan baik akan membuat

pekerjaan lebih efektif dan efisien sehingga pada akhirnya akan menimbulkan

kepuasan terhadap pekerjaan yang akan dilakukan.

Ward dan Lindeman (1979) dalam Siegler dan Whitney (2000) telah

mengembangkan Physician’s Perception of the Quality of Nursing Care untuk

mengukur beberapa aspek kepuasan dokter sekaligus memberikan hasil

menyeluruh kepuasan dokter atas pelayanan keperawatan. Kemudian

mengembangkan instrument dengan tehnik quasi-Delphi terdiri dari skala yang

mengukur persepsi dokter tentang lima aspek perawatan: 1) perawatan fisik, 2)

perawatan emosional, 3) hubungan perawat-dokter, 4) administrasi, dan 5)

pengajaran dan persiapan untuk perawatan di rumah.

Universita Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

2.4. Teori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

Peplau membahas tahapan proses interpersonal, peran dalam situasi

keperawatan dan metode untuk mempelajari keperawatan sebagai proses

interpersonal. Menurut Peplau, bahwa keperawatan terapeutik adalah seni

penyembuhan, membantu individu yang sakit atau membutuhkan perawatan

kesehatan. Perawatan adalah proses interpersonal karena melibatkan interaksi

antara dua atau lebih individu dengan tujuan bersama. Perawat dan pasien bekerja

sama sehingga keduanya menjadi dewasa dan berpengetahuan dalam proses kerja.

Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau

menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain

yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen

sentral yaitu:1) pasien, 2) perawat, 3) masalah kecemasan yang terjadi akibat

sakit, 4) proses interpersonal.

1. Pasien

Sistem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,

interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan

mengintegrasikan belajar pengalaman. Pasien adalah subjek yang langsung

dipengaruhi oleh adanya proses interpersonal.

2. Perawat

Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal

dengan pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang

menjadi tujuan. Hal ini berarti dalam hubungannya dengan pasien, perawat

berperan sebagai mitra kerja, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti,

Universita Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

pemimpin dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal. Pendidikan atau

pematangan tujuan yang dimaksud untuk meningkatkan gerakan yang progresif

dan kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun, menghasilkan pribadi

dan cara hidup bermasyarakat.

3. Masalah Kecemasan yang terjadi akibat sakit/ Sumber Kesulitan

Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan

pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang, ansietas terjadi

apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan psikologi dan

biologi individu. Dalam model peplau ansietas merupakan konsep yang berperan

penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit. Dalam keadaan sakit

biasanya tingkat ansietas meningkat. Oleh karena itu perawat pada saat ini harus

mengkaji tingkat ansietas klien. Berkurangnya ansietas menunjukkan bahwa

kondisi klien semakin membaik.

4. Proses Interpersonal

Proses interpersonal didefinisikan sebagai proses interaksi secara simultan

dengan orang lain dan saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan lainnya,

biasanya dengan tujuan untuk membina suatu hubungan. Berkaitan dengan hal

tersebut, maka proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan pasien ini

menggambarkan metode transpormasi energi atau ansietas pasien oleh perawat

yang terdiri dari 4 fase yaitu : fase orientase, fase identifikasi, fase eksplorasi, fase

resolusi.

Universita Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

Fase orientasi

Lebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari ketersediaan bantuan

dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat untuk berperan serta secara efektif

dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Tahap ini ditandai dimana

perawat melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi

pengumpulan data.

Dalam praktek kolaborasi Perawat-dokter perlu didukung adanya rasa

saling percaya antara perawat dan dokter. Perawat diharapkan mempunyai

kecakapan dan ketrampilan untuk mendapatkan kepercayaan dari dokter dan

pasien, dengan menunjukkan kepedulian terhadap pasien, menanggapi semua

keluhan pasien, melakukan komunikasi interpersonal yang baik kepada pasien dan

dokter sehingga data-data pasien dapat terkumpul dengan baik dan bermanfaat

bagi perawat maupun dokter dalam membuat perencanaan untuk pasien.

Fase identifikasi

Terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan

memberikan asuhan keperawatan yang tanpa penolakan diri perawat

memungkinkan pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan untuk

mengorientasi kembali perasaan dan menguatkan bagian yang positif dan

kepribadian pasien. Respon pasien pada fase identifikasi dapat berupa: 1)

Partisipan mandiri dalam hubungannya dengan perawat. 2) Individu mandiri

terpisah dari perawat. 3) Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada

perawat.

Universita Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

Dalam praktek kolaborasi perawat-dokter, perawat menyampaikan kepada

dokter semua ekspresi prilaku pasien, bagian – bagian positif dari perasaan dan

kepribadian yang ditunjukkan oleh pasien.

Fase eksplorasi

Memungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan nilai

hubungan sesuai pandangan/ persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti

hubungan dalam proses interpersonal. Dalam fase ini perawat membantu pasien

dalam memberikan gambaran kondisi pasien dan seluruh aspek yang terlibat

didalamnya.

Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk membantu pasien dengan

menjelaskan dan menggambarkan kondisi pasien, masalah-masalah yang dialami

pasien.

Fase resolusi

Secara bertahap pasien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini

memungkinkan penguatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri

dan menyalurkan energi kearah realisasi potensi.

Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk membantu pasien secara

bertahap untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan membantu pasien untuk

dapat terlepas dari bantuan perawat.

Universita Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

2.5. Peran Perawat

Menurut Peplau, perawat mempunyai 6 peran yaitu: mitra kerja,

narasumber (resources person), pendidik (teacher), kepemimpinan (leadership),

pengasuh pengganti (surrogate), konselor (consellor).

1. Mitra kerja

Perawat menghadapi pasien seperti tamu yang dikenalkan pada situasi

baru. Sebagai mitra kerja, Hubungan P-K merupakan hubungan yang memerlukan

kerja sama yang harmonis atas dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling

percaya, saling mengasihi dan menghargai.

2. Nara sumber (resources person)

Memberikan jawaban yang spesifik terhadap pertanyaan tentang masalah

yang lebih luas dan selanjutnya mengarah pada area permasalahan yang

memerlukan bantuan. perawat mampu memberikan informasi yang akurat, jelas

dan rasional kepada pasien dalam suasana bersahabat dan akrab.

3. Pendidik (teacher)

Merupakan kombinasi dari semua peran yang lain. Perawat harus berupaya

memberikan pendidikan, pelatihan, dan bimbingan pada pasien/ keluarga terutama

dalam megatasi masalah kesehatan.

4. Kepemimpinan (leadership)

Mengembangkan hubungan yang demokratis sehingga merangsang

individu untuk berperan. Perawat harus mampu memimpin pasien/keluarga untuk

memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi aktif

pasien.

Universita Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

5. Pengasuh pengganti (surrogate)

Membantu individu belajar tentang keunikan tiap manusia sehingga dapat

mengatasi konflik interpersonal. Perawat merupakan individu yang dipercaya

pasien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna

membantu memenuhi kebutuhannya.

6. Konselor (consellor)

Meningkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu

kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif. Perawat harus dapat

memberikan bimbingan terhadap masalah pasien sehingga pemecahan masalah

akan mudah dilakukan.

2.6. Desain Deskriptif Korelasi

Penelitian deskriptif korelasi adalah untuk menggambarkan hubungan

antara variabel, selanjutnya menyimpulkan hubungan sebab dan akibat (Polit dan

Beck, 2008).

2.7. Kerangka Konsep

Peneliti ingin meneliti sikap ners dan dokter spesialis tentang kolaborasi

perawat-dokter dan meneliti hubungan antara sikap dokter spesialis tentang

kolaborasi perawat-dokter dengan kepuasan kerja dokter spesialis. Berdasarkan

tinjauan kepustakaan maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Universita Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 46204 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idTeori Keperawatan menurut Hildegard Peplau

KERANGKA KONSEP

Variabel bebas Variabel terikat

Sikap Dokter Spesialis tentang Kolaborasi Perawat-

Dokter

1. Berbagi pendidikan dan Kolaborasi

2. Merawat VS menyembuhkan 3. Autonomi Perawat 4. Autoriti dokter

(Hojat, et al, 1999)

Kepuasan Kerja Dokter Spesialis

1. Kecakapan & ketrampilan Perawat

2. Mampu menyelesaikan tugas yg didelegasikan

3. Mampu menyelesaikan tugas rutin klinis

4. Kepribadian & keramahan perawat

5. Kemampuan pearawat dalam berkomunikasi

(Lictenstein, 1984, Seibolt &

Walker, 1996)

Sikap Ners tentang Kolaborasi Perawat-Dokter

1. Berbagi pendidikan dan Kolaborasi

2. Merawat VS menyembuhkan 3. Autonomi Perawat 4. Autoriti dokter

(Hojat, et al, 1999)

Universita Sumatera Utara