trauma kepala - repository.usu.ac.id

142

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id
Page 2: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

TRAUMA KEPALA

Ridha Dharmajaya

2018

Page 3: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

USU Press

Art Design, Publishing & Printing

Gedung F

Jl. Universitas No. 9, Kampus USU

Medan, Indonesia

Telp. 061-8213737; Fax 061-8213737

Kunjungi kami di:

http://usupress.usu.ac.id

USUpress 2018

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak,

menyalin, merekam sebagian atau seluruh bagian buku ini dalam bahasa

atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

ISBN: 978 602 465 028 5

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Dharmajaya, Ridha

Trauma Kepala / Ridha Dharmajaya – Medan: USU Press 2018.

xi, 128 p.; ilus.; 24 cm

Bibliografi

ISBN: 978-602-465-028-5

Dicetak di Medan, Indonesia

Page 4: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohiiim. Puji syukur kami panjatkan kehadirat

Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya maka buku ini dapat

diselesaikan. Trauma Kepala sebagai kasus operasi terbanyak

dalam bidang Bedah Saraf, memiliki beberapa jenis perdarahan

yang memiliki kekhususan pada gejala dan tanda klinis hingga

gambaran radiologisnya.

Ini adalah salah satu buku referensi dibidang bedah saraf yang

mengangkat judul Trauma Kepala. Buku ini mengupas seluruh

aspek dari Trauma Kepala, mulai dari embriologi otak, anatomi

dan fisiologi serta berbagai kelainan yang terjadi pada Trauma

Kepala yang berujung pada tatalaksana komprehensif.

Selain itu, pada buku ini turut disajikan hasil penelitian tentang

Trauma Kepala, yang bertujuan melihat pengaruh kondisi awal

klinis pasien terhadap luaran tatalaksana operatif.

Buku ini disusun secara ringkas dan sistematis agar mudah

dipelajari dan dipahami. Penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada kepada para guru dan pembimbing, dan tak lupa

penghargaan kepada seluruh subjek penelitian yang telah

memberikan sumbangsih yang sangat berharga bagi dunia

kedokteran. Semoga buku ini bermanfaat bagi dunia akademik

dan menjadi ladang pahala bagi penulis.

Medan, Maret 2018

Penulis,

Dr. dr. Ridha Dharmajaya, SpBS

Page 5: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................... iii

Daftar Isi ......................................................................................iv

Daftar Tabel .................................................................................. v

Daftar Gambar ............................................................................vi

Daftar Singkatan .......................................................................... x

Bab I Embriologi Otak............................................................. 1

1.1 Dasar Embriologi ...................................................... 1

1.2 Meningen Otak ....................................................... 24

Bab II Tekanan Intrakranial .................................................. 31

2.1 Fisiologi Cairan Serebrospinal dan Tekanan

Intrakranial .............................................................. 31

Bab III Klasifikasi Cidera Kepala ........................................... 74

3.1 Klasifikasi Cidera Kepala ....................................... 74

Bab IV Cidera Kepala............................................................... 80

4.1 Epidural Hematomaa .............................................. 80

4.2 Subdural Hematomaa .............................................. 87

4.3 Intracerebral Hematoma ....................................... 100

4.4 Perdarahan Subarachnoid ..................................... 107

4.5 Difus Axonal Injury (DAI) ................................... 110

4.6 Cidera Kepala di RSUP H. Adam Malik Medan

Th. 2013-2017 ....................................................... 114

Daftar Pustaka .......................................................................... 119

Page 6: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Concentrations of Solutes (mEq/kg H2O) in

Plasma and Lumbar Cerebrospinal Fluid (CSS)

in Humans ................................................................. 39

Tabel 3.1 Skala keparahan cidera kepala ................................. 75

Tabel 3.2 Glasgow coma scale ................................................. 75

Tabel 3.3 Klasifikasi cidera kepala berdasarkan Marshall

ScorE ........................................................................ 77

Tabel 3.4 Rotterdam Score ....................................................... 78

Tabel 4.1 ICH Score ............................................................... 106

Tabel 4.2 Risiko kematian berdasarkan ICH score ................ 107

Tabel 4.3 Derajat SAH menurut WFNS ................................. 109

Page 7: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Embrio manusia di Carnegie Tahap 23, akhir

embrio yang periode (GW8). Panjangnya 30

mm .......................................................................... 3

Gambar 1.2 Dua pandangan dari otak

manusia. a. Tampilan lateral (rostral end

adalah kiri, ekor kanan) menunjukkan

permukaan yang tampak seragam yang

ditandai oleh gyri dan sulcal

folds. b. Penampang melintang koral

(dipotong pada kira-kira tingkat garis putus-

putus di A) diwarnai untuk badan sel yang

menandai neuron .................................................... 4

Gambar 1.3 Perkembangan Embrio ........................................... 6

Gambar 1.4 Tahapan perkembangan gestasi pada fase

E13 dan E20 ........................................................... 8

Gambar 1.5 Perubahan morfologi embrio di embrio yang

periode. Pembentukan tabung saraf terjadi

antara E19 dan E29. a. Munculnya neural

ridges diamati pada E19. b. Itu punggung

bukit dilipat untuk memulai proses

pembentukan tabung saraf. c. Penutupan

tabung saraf dimulai pada E22 di daerah

pusat baru membentuk tabung

saraf d. Penutupan berlanjut di rostral dan

caudal arah. Neuropori anterior menutup

pada E25, dan posterior di E27. e. Setelah

penutupan tabung saraf, embrio mulai

berkembang terutama di daerah

anterior. Vesikula primer adalah terbukti

dengan E28. Ini termasuk Prosencephalon,

Page 8: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

vii

Mesencephalon, dan

Rhombencephalon. f. Dengan E49 vesikula

sekunder muncul. Prosencephalon

berdiferensiasi menjadi Telencephalon dan

Diencephalon, dan Rhombencephalon ke

Metencephalon dan Myelencephalon .................. 11

Gambar 1.6 Efek yang berbeda konsentrasi Emx2 dan

Pax6 pada pengembangan sensorimotor

daerah kortikal. Ini kombinasi spesifik

konsentrasi masing-masing molekul yang

menentukan identitas wilayah kortikal ................ 13

Gambar 1.7 Mode yang berbeda dari migrasi neuronal ke

neokorteks. a. Neuron migrasi oleh somal

translokasi dimana sel meluas pada proses

sitoplasma dan melekat pada bagian luar otak

kompartemen (permukaan pial), dan

kemudian inti bergerak naik ke daerah

otak. b. Neuron migraton radial panduan

glial. Glial radial menyediakan perancah

untuk neuron untuk bermigrasi

bersama. c. Neuron migrasi dari kedua zona

proliferasi di eminences ganglionic oleh

migrasi tangensial (Panah menunjukkan arah

migrasi untuk neuron yang berbeda

populations) ......................................................... 17

Gambar 2.1 Bentuk Gelombang TIK normal .......................... 35

Gambar 2.2 Bentuk gelombang tekanan intrakranial

normal pada kecepatan grafik cepat .................... 35

Gambar 2.3 Kurva volume tekanan dan indeks tekanan-

volume menggambarkan respon tekanan

intrakranial (TIK) terhadap penambahan

volume (V). A, Kurva normal menunjukkan

bagaimana perubahan saat volume yang lebih

Page 9: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

viii

besar ditambahkan. Sistem cairan

serebrospinal berada dalam fase kompensasi

spasial pada titik a dibandingkan dengan

dekompensasi spasial pada titik b. B,

Graphing log TIK terhadap perubahan

volume memungkinkan perhitungan indeks

tekanan-volume, yang banyak digunakan

sebagai deskripsi kepatuhan intrakranial .............. 38

Gambar 2.4 Sirkuit listrik ekivalen menunjukkan faktor

utama yang mengatur tekanan intrakranial........... 42

Gambar 2.5 Kurva tekanan-volume ......................................... 47

Gambar 2.6 Contoh pengunaan indeks reaktivitas tekanan

untuk menilai cadangan autoregulasi dan

memprediksi hasil pasien ..................................... 52

Gambar 2.7 Kurva Autoregulasi Serebral ................................ 53

Gambar 2.8 Gelombang TIK berdasarkan klasifikasi

Lundberg............................................................... 54

Gambar 4.1 Epidural hematoma berbentuk lensa dengan

ditemukan buble udara karena fraktur linear

tulang temporal ..................................................... 82

Gambar 4.2 Epidural hematoma dengan bentuk konveks

disertai midline shift ............................................. 83

Gambar 4.3 Potongan MRI T2 menunjukkan hipointens

bikonveks ekstraaxial di regio temporal ............... 84

Gambar 4.4 EDH fossa posterior membutuhkan observasi

ketat dan syarat dilakukan operasi lebih

mudah karena ruang yang lebih kecil di

infratentorial ......................................................... 86

Gambar 4.5 SDH akut pada sisi kanan disertai midline

shift pada CT Scan ................................................ 90

Gambar 4.6 SDH akut pada sisi kiri karena komplikasi

kraniotomi disertai midline shift ........................... 91

Page 10: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

ix

Gambar 4.7 SDH akut pada sisi kanan, tampak

hiperdensitas disertai midline shift ...................... 92

Gambar 4.8 Atrofi cerebral disertai subdural higroma ............ 94

Gambar 4.9 SDH kronis berbentuk cresent atau bulan

sabit ...................................................................... 96

Gambar 4.10 SDH subakut dengan gambaran isodens

dengan otak .......................................................... 97

Gambar 4.11 SDH kronis bilateral tanpa disertai midline

shift karena efek massa pada kedua sisi ............... 98

Gambar 4.12 Terdapat SDH kronis disertai perdarahan

akut sehingga ditemukan densitas yang

berbeda ................................................................. 99

Gambar 4.13 Intracerebral hemoragik pada kedua frontal ...... 103

Gambar 4.14 Subarachnoid hemorrhage di Parietal sebelah

kanan .................................................................. 108

Gambar 4.15 Gambar perjalanan difus axonal injury ............. 110

Gambar 4.16 Multipel ptekie yang menunjukkan difus

axonal injury ...................................................... 111

Gambar 4.17 Multipel fokus lesi pada white gray matter ....... 112

Page 11: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

x

DAFTAR SINGKATAN

AVM : Arteriovenous Malformation

BBB : Blood Brain Barrier

BP : Blood Pressure

Ca : Calcium

CBF : Cerebral Blood Flow

CBV : Cerebral Blood Volume

Cl : Chloride

CO2 : Carbon Dioxide

CSS : Cairan Serebrospina

CT : Computerised Tomography

DAI : Diffuse Axonal Injury

DECRA : Decompressive Craniotomy

DNA : Deoxyribonucleic acid

DVT : Deep Vein Thrombosis

DTI : Diffusion Tensor Imaging

EDH : Epidural Hematoma

FLAIR : Fluid Attenuated Inversion Recovery

GCS : Glasgow Coma Scale

GW : Gestational Week

HCO : Bicarbonate

ICH : Idiopatic Intracranial Hypertension

ICU : Intensive Care Unit

IVH : Intraventricular Hemorrhage

If : Pembentukan Cairan

K : Kalium

kPa : kiloPascal

MAP : Mean Arterial Pressure

mmHg : Millimeter of Mercury

mm H2O : Millimeter of Water

Mg : Magnesium

Page 12: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

xi

MR : Magnetic Resonance

MRI : Magnetic Resonance Imaging

N : Newton

Na : Natrium

OPC : Oligodendrocyte Progenitor Cell

Pa : Pascal

PaCO2 : Partial Pressure of Carbon Dioxide

PaO2 : Partial Pressure of Oxygen

Pd : Pressure of Dural sinus

PRx : Pressure Reactive Index

PVI : Presuure Volume Index

Ro : Resistensi tunggal

SAH : Subarachnoid Haemorrhage

SDH : Subdural Hematoma

SSP : Sistem Saraf Pusat

STICH : Surgical Trial of Intracerebral

Haemorrhage

TIK : Tekanan Intrakranial

TC : Thalamocortical

TPS : Tekanan Perfusi Serebral

V : Volume

VP : Ventriculoperitoneal

VSGS : Ventrikulosubgaleal Shunt

VZ : Ventricularzone

WFNS : World Federation of Neurological

Surgeons

Xe : Xenon

Page 13: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id
Page 14: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

1

BAB I

EMBRIOLOGI OTAK

1.1 Dasar Embriologi

Otak manusia adalah suatu sistem paling kompleks dari seluruh

sistem biologis. Otak dewasa terdiri dari lebih dari 100 miliar

neuron. Neuron adalah pengolahan informasi sel-sel di otak. Ada

banyak jenis neuron yang berbeda ukurannya dan bentuk serta

fungsinya. Neuron membuat koneksi dengan neuron lain untuk

membentuk informasi. Jaringan yang mengolah, bertanggung

jawab atas semua pikiran, sensasi, perasaan dan tindakan. Karena

masing-masing neuron bisa membuat koneksi dengan lebih dari

1.000 neuron lainnya, otak orang dewasa diperkirakan memiliki

lebih dari 60 triliun koneksi neuron. Titik koneksi antara dua

neuron disebut sinaps.1

Perkembangan otak manusia adalah proses yang panjang

dimulai pada minggu gestasi ketiga dengan diferensiasi sel

progenitor saraf dan berkembang setidaknya sampai akhir masa

remaja, bisa dibilang sepanjang masa hidup. Proses yang

berkontribusi pada pengembangan otak berkisar dari kejadian

molekuler ekspresi gen yang dipengaruhi lingkungan. Kedua

ekspresi gen dan pengaruh lingkungan sangat penting untuk

perkembangan otak normal. Perkembangan otak lebih tepat

dicirikan sebagai rangkaian kompleks proses dinamis dan adaptif

yang beroperasi sepanjang jalannya pembangunan untuk

mempromosikan kemunculan dan diferensiasi struktur dan fungsi

saraf baru. Proses ini beroperasi di dalam sangat terbatas dan

terorganisir secara genetis, tapi terus-menerus mengubah konteks

Page 15: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

2

yang seiring waktu, mendukung kemunculannya struktur

kompleks dan dinamis otak manusia.2

Neurogenetika

Gen terkandung dalam urutan nukleotida DNA yang ditemukan di

nukleus setiap sel dalam tubuh. Ekspresi gen memiliki satu hasil

yaitu produksi molekul protein. Ekspresi sangat penting untuk

semua aspek pembentukan. Gen memberikan template untuk

membuat protein dan itu adalah protein yang merupakan zat aktif

dalam perkembangan biologis. Jadi sementara gen mengandung

informasi yang penting untuk perkembangan dan fungsi

organisme biologis, Gen pada dasarnya adalah molekul inert. Gen

tidak bisa ikut langsung dalam proses biologi. Mereka tidak

langsung membuat mata biru, kecenderungan penyakit,

kecerdasan atau perilaku. Ada hubungan tidak langsung antara

informasi dalam gen dan hasil perkembangan. Informasi pada

urutan gen harus diekstraksi, dikodekan ulang dan diterjemahkan

ke dalam protein. Protein ini adalah yang masuk ke dalam

kompleks, kode signaling interaktif yang biasanya melibatkan

banyak produk gen serta pengaruh dari lingkungan. Sebuah

produk gen tertentu dengan demikian merupakan salah satu dari

banyak elemen penting yang berinteraksi untuk mendukung dan

menuntun proses kompleks perkembangan otak. 12

Ada dua konsep penting untuk memahami bagaimana otak

berkembang. Yang pertama melibatkan ekspresi gen : gen apa dan

bagaimana mereka berperan penting dalam perkembangan otak.

Yang kedua adalah hasil perkembangan otak, otak matang :

struktur utama dan prinsip dasar struktur otak. Perkembangan otak

berlanjut untuk waktu yang lama setelah kelahiran. Otak

meningkat dalam ukuran empat kali lipat selama periode

prasekolah, mencapai sekitar volume 90% orang dewasa dengan

usia 6. Tapi perubahan struktural di kedua bagian besar materi

abu-abu dan putih berlanjut sampai masa kanak - kanak dan masa

Page 16: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

3

remaja, dan perubahan struktur ini secara paralel dalam organisasi

fungsional yang juga tercermin dalam tingkah laku. 3

Gambar 1.1 Embrio manusia di Carnegie Tahap 23, akhir embrio

yang periode (GW8). Panjangnya 30 mm

Struktur Dasar Otak

Otak manusia dewasa memiliki karakteristik pola lipatan (sulcus)

dan punggung (gyri). Penutupan Otak matang dianggap adaptasi

yang dramatis dan pertumbuhan ukuran otak selama perjalanan

evolusi. Lipatan jaringan otak memungkinkan otak besar agar

sesuai dengan kubah tengkorak yang relatif kecil, yang harus tetap

kecil untuk proses persalinan. Pengolahan informasi jaringan otak

terbesar dan paling penting melibatkan neokorteks dan subkortikal

yang inti informasi estafet ke dan dari neokorteks. Neokorteks

adalah lapisan sel tebal 2-5 mm yang terletak di atas permukaan

otak (kata korteks berasal dari bahasa Latin Istilah yang berarti

kulit kayu, seperti pada kulit pohon). Dalam potongan koronal

dari otak yang ditunjukkan pada Gambar. 2b neokorteks adalah

tipis, garis abu-abu gelap yang mengikuti permukaan otak. Inti

subkortikal adalah kelompok neuron yang berfungsi sebagai relay

sinyal, keduanya pusat berkomunikasi antara neokorteks dan

Page 17: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

4

sebagai relay di antara berbagai area korteks. Mereka berada jauh

di dalam otak di bawah korteks yang disebut sebagai inti

"subkortikal". Karena keduanya, neokorteks dan inti subkortikal

mengandung sel tubuh neuron abu-abu, sehingga menimbulkan

istilah "grey matter".3,4

Gambar 1.2 Dua pandangan dari otak manusia. a. Tampilan lateral

(rostral end adalah kiri, ekor kanan) menunjukkan permukaan

yang tampak seragam yang ditandai oleh gyri dan sulcal

folds. b. Penampang melintang koronal (dipotong pada kira-kira

tingkat garis putus-putus di A) diwarnai untuk badan sel yang

menandai neuron

Neuron saling terhubung satu sama lain lewat serat yang

membentang dari badan sel neuron. Ada dua jenis serat

penghubung, dendrit dan akson. Dendrit adalah susunan serat

pendek itu terlihat seperti cabang pohon; kumpulan dendrit sering

disebut sebagai dendritik arbors. Mereka hanya memperpanjang

jarak jauh dari badan sel saraf. Fungsi utamanya adalah menerima

sinyal input elektrokimia dari akson neuron lainnya. Akson

adalah serat penghubung yang meluas jarak jauh dan membuat

koneksi dengan neuron yang lain, sering di dendrit. Akson

bertindak sedikit seperti kabel telepon karena mereka bertanggung

jawab untuk mengirim sinyal elektrokimia ke neuron yang terletak

jauh dari lokasi. Kumpulan akson dari banyak neuron berbeda

dalam satu wilayah otak membentuk traktus dan membuat koneksi

Page 18: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

5

dengan kelompok neuron daerah otak lainnya untuk membentuk

proses informasi. Jaringan akson dibungkus dengan zat lemak

yang disebut mielin, seperti isolasi pada kabel telepon, membuat

transmisi sinyal elektrokimia antar daerah efisien. Myelin

berwarna putih dalam penampilan, sehingga jalur serat antara otak

sering disebut sebagai "white matter", atau "substansia alba".5

Di pusat otak ada rangkaian rongga saling berhubungan

yang membentuk sistem ventrikel otak (lihat Gambar. 2b ). Sistem

ventrikel diisi dengan cairan yang disebut cairan serebrospinal

yang benar-benar mengalami siklus beberapa kali per hari. Sistem

ventrikel memiliki sejumlah fungsi penting termasuk bantalan dan

perlindungan otak, pembuangan sisa metabolisme, dan

transportasi hormon dan zat lainnya. 6,7

Meskipun neokorteks otak mungkin tampak berstruktur

relatif seragam (lateral view), namun sebenarnya dibagi ke dalam

wilayah yang secara struktural dan fungsional berbeda. Daerah

berbeda dalam jenis neuron yang dikandungnya, jenis input yang

mereka terima, dan jenis koneksi dengan area otak

lainnya. Struktur ini menghasilkan perbedaan fungsional yang

menciptakan area otak yang khusus untuk melakukan berbagai

jenis proses. 5,8

Perkembangan Otak pada Embrio dan Janin Periode Dini

Pada manusia periode embrio dimulai pada masa konsepsi.

Menjelang akhir periode embrio struktur dasar otak dan sistem

saraf pusat terbentuk dan kompartemen utama sistem saraf pusat

dan perifer didifferensiasikan. Masa janin awal, yang meluas

sampai sekitar pertengahan gestasi, merupakan periode kritis

dalam perkembangan neokorteks. Sebagian besar neuron korteks

yang dihasilkan oleh waktu itu dan banyak yang telah bermigrasi

ke posisi di neokorteks dan mulai dari yang esensial jaringan otak

untuk pengolahan informasi.

Page 19: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

6

Diferensiasi dari Sel Progenitor Neural

Pada akhir minggu kedua setelah konsepsi, embrio adalah struktur

dua lapis yang sederhana berbentuk oval. Gambar 4a memberikan

gambaran tentang dimensi ruang utama dari embrio pada hari ke-

13 (E13; catatan selama Usia periode embrio sering dilambangkan

dengan jumlah hari setelah pembuahan, yang disebut sebagai hari

embrio, maka gastrulasi dimulai pada hari embrio 13, atau E13).

Gambar 4b mengarahkan embrio dalam konteks plasenta embrio,

dan Gambar. 4c menunjukkan bagaimana embrio yang sumbu

spasial berhubungan dengan dimensi spasial utama bayi (lihat

keterangan gambar untuk rinciannya).

Gambar 1.3. Perkembangan Embrio

Masing-masing dari dua lapisan itu berbeda, sangat

berbeda tipe sel primitif (Gambar. 5b ). Lapisan atas berisi

sel epiblast dan lapisan bawah mengandung sel-sel hypoblast.

Page 20: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

7

Menjelang akhir minggu ketiga, embrio ditransformasikan melalui

serangkaian proses yang disebut secara kolektif sebagai

gastrulasi menjadi struktur tiga-lapis. Sementara ini mungkin

tampaknya menjadi perubahan sederhana, transformasi sel yang

terjadi saat gastrulasi mengatur untuk semua perkembangan

selanjutnya pada embrio. Sel epiblast dari lapisan sel atas akan

berdiferensiasi menjadi tiga garis sel induk utama yang pada

akhirnya akan menimbulkan semua struktur dalam embrio

berkembang, sedangkan Sel hipoblas dari lapisan bawah akan

terbentuk ekstraembrio jaringan seperti komponen janin plasenta

dan menghubungkan tangkai di antara garis sel induk yang

muncul selama gastrulasi adalah sel induk saraf. Saraf sel punca

mampu menghasilkan semua sel yang berbeda yang membentuk

otak dan sistem saraf pusat, dan untuk alasan ini sel induk saraf

biasanya disebut dengan sel progenitor saraf. 7

Langkah pertama dalam proses gastrulasi ditandai oleh

munculnya celah seperti celah di lapisan atas embrio

disebut streak primitif (Gambar. 5a ). Pembukaan ini

menyediakan akses ke daerah yang lebih rendah dari embrio.

Selanjutnya, subset dari sel epiblast terlepas dari atas lapisan

embrio dan mulai bermigrasi ke arah primitif saat mereka

mencapai pembukaan mereka berubah arah dan melewati garis

primitif dan bawah lapisan atas (lihat Gambar. 5b ). Mereka

kemudian berubah arah lagi dan mulai bergerak menuju ujung

rostral embrio (lihat Gambar. 5c ). Ujung rostral dari embrio akan

berkembang menjadi kepala bayi. Yang paling awal bermigrasi sel

akan pindah ke posisi paling rostral di embrio, sel yang kemudian

bermigrasi akan berpindah ke kaudal yang berturut-turut akan

berkembang menjadi leher dan batang tubuh. Sel yang bermigrasi

akan membentuk dua lapisan embrio baru. Sel yang membentuk

lapisan terdalam akan menggantikan sel hipoblas dan membentuk

lapisan sel induk endodermal yang akan menimbulkan struktur

usus dan traktus pernafasan. Lapisan sel induk mesoderm akan

Page 21: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

8

menimbulkan struktur tersebut seperti otot, tulang, tulang rawan

dan sistem vaskular. Sel yang tetap berada di lapisan epidermis

ditransformasikan menjadi satu dari dua jenis sel induk lapisan

ektodermal. Epidermal sel ektodermal induk akan menimbulkan

struktur seperti kulit, kuku, dan kelenjar keringat,

sedangkan batang neurectodermal akan menimbulkan otak dan

sistem saraf pusat. Sel induk neuroectodermal adalah nenek

moyang sel saraf. 7

Gambar 1.4 Tahapan perkembangan gestasi pada fase E13 dan

E20

Diferensiasi semua garis sel induk embrio melibatkan

kaskade molekul yang rumit. Hanya diferensiasi sel induk saraf

(neural progenitors) akan dibahas disini pada awal gastrulasi

dimana sel lapisan epiblas yang akan berdiferensiasi menjadi

neural. Sel progenitor terletak di sepanjang garis tengah rostral-

kaudal embrio dua lapis (ditunjukkan dengan warna merah pada

Gambar. 5d ). Diferensiasi sel ini menjadi sel induk progenitor

hasil dari pensinyalan molekul kompleks yang melibatkan

beberapa produk gen (yaitu protein) yang diproduksi oleh

beberapa populasi sel embrio yang berbeda. Pada awal gastrulasi,

sel epiblas mulai bermigrasi ke melalui garis primitif. Sebagai

bagian sel yang bermigrasi sepanjang rostral-kaudal, garis tengah

embrio mendekati pembukaan yang mereka lewati struktur lain

yang disebut node primitif yang terletak di akhir rostral dari streak

primitif (lihat Gambar. 5a, b, c dan d ). Simpul primitif adalah

pusat sinyal molekuler. Sel dari simpul primitif mengirim sinyal

Page 22: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

9

molekuler ke sel yang bermigrasi sepanjang garis tengah rostral-

kaudal embrio dan sinyal itu pada gilirannya memicu ekspresi gen

di sel yang bermigrasi. Ekspresi gen dalam migrasi sel

menghasilkan protein yang disekresikan ke dalam ruang antara sel

yang bermigrasi dan sel yang tersisa di sel daerah garis tengah

lapisan epiblas atas. Yang disekresikan protein mengikat reseptor

pada permukaan sel di lapisan atas embrio dan menginduksi sel

epiblas untuk membedakan diri dengan sel progenitor saraf. 6

Jadi pada akhir gastrulasi sel-sel berada di sepanjang garis

tengah lapisan atas, embrio berubah menjadi sel progenitor saraf

(central red persegi panjang pada Gambar. 5d ). Diferensiasi

progenitor memerlukan sinyal genetik yang kompleks antara

paling tidak tiga populasi sel: sel-sel nodus, sel yang bermigrasi

dan sel yang akan menjadi asal saraf. Namun, sinyal awal ini

bahkan lebih kompleks. Selain menyediakan sinyal molekuler

yang menginduksi migrasi sel, juga untuk menghasilkan protein

yang akan mengubah sel epidermis ke dalam sel progenitor saraf.

Simpul primitif menghasilkan satu set sinyal kedua selama

perubahan gastrulasi dan mendirikan organisasi rostral-kaudal

dasar sistem saraf embrionik. 7

Dengan demikian, sinyal simpul primitif lebih awal

memigrasikan sel epidermis untuk menghasilkan sinyal molekuler

sel-sel di lapisan atasnya untuk berdiferensiasi menjadi neural

progenitor yang mampu menghasilkan sel yang sesuai struktur

otak depan, sementara kemudian sinyal sel bermigrasi diferensiasi

progenitor saraf yang mampu memproduksi sel yang sesuai untuk

struktur otak belakang atau tulang belakang. 7

Pembentukan Tabung Neural

Langkah besar berikutnya dalam pengembangan otak melibatkan

pembentukan struktur saraf pertama yang terdefinisi dengan

baik. Bentuk tabung saraf selama minggu ketiga gestasi, antara

hari ke 20-27. Pada akhir gastrulasi sel induk progenitor dapat

Page 23: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

10

dibedakan dan diposisikan sepanjang rostral-kaudal garis tengah

lapisan atas dari embrio tiga lapisan. Daerah embrio yang

mengandung sel progenitor saraf disebut sebagai Embrionic

Plate.

Tanda pertama perkembangan tabung saraf adalah

penampilan dua punggung gunung yang terbentuk sepanjang dua

sisi piring saraf kira-kira harike 21 (Gambar. 6a ). Sel progenitor

saraf terletak di antara dua punggung Selama beberapa hari, bukit-

bukit naik, melipat ke dalam dan sering untuk membentuk tabung

berongga, fusion dimulai di tengah tabung saraf, berkembang dan

kemudian arah rostral dan kaudal (Gambar. 6b dan c ). Anterior

neuropore di paling akhir rostral dari tabung saraf dan posterior

neuropore pada akhir ekor adalah segmen terakhir untuk menutup,

masing-masing pada hari ke 25 dan hari ke 27 (Gambar. 6d ). Saat

tabung saraf selesai, progenitor saraf membentuk satu lapisan sel

yang melapisi pusat tabung saraf dengan segera berdekatan

dengan pusat berongga. Pada embrio, cekungan bagian tengah

tabung saraf berbentuk silindris, seperti bagian tengah

sedotan. Tapi seiring otak menjadi lebih besar dan lebih

kompleks, bentuk rongga juga berubah, akhirnya membentuk

sistem ventrikel otak. Karena progenitor saraf berada di wilayah

yang akan menjadi ventrikel, daerah ini disebut "ventrikel zona

"(VZ). Sel progenitor saraf berada pada rostral paling banyak

daerah tabung saraf akan menjadi otak, sementara sel yang

diposisikan secara kaudal akan memunculkan hindbrain dan

tulang belakang. 7

Pada akhir pembentukan saraf, embrio berumur 3 sampai 5

mm, dan pada akhir GW8 itu tumbuh menjadi 27 sampai 31 mm,

meningkat sepuluh kali lipat. Selama periode ini bentuk sistem

saraf primitif berubah secara dramatis. Sebelum penutupan tabung

saraf, ujung anterior tabung mulai memperluas membentuk

tiga vesikel otak primer, atau kantong (Gambar. 6e ). Yang paling

anterior dari embrio vesikula otak disebut "prosencephalon" yang

Page 24: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

11

merupakan prekursor embrio dari otak depan. Vesikel tengahnya

adalah "mesencephalon" yang merupakan asal struktur otak

tengah, dan yang paling posterior adalah "rhombencephalon" yang

akan menjadi hindbrain. Ketiga segmen ini selanjutnya dibagi dan

pada akhir periode embrio lima vesikel otak sekunder yang hadir

(Gambar. 6f ). Prosencephalon terbagi menjadi "telencephalon"

dan "diencephalon", dan rhombencephalon terbagi menjadi

"metencephalon" dan "myelencephalon". Mesencephalon tidak

membagi lagi. Lima subdivisi ini selaras sepanjang sumbu rostral-

kaudal embrio dan membentuk organisasi utama sistem saraf

pusat. 8

E28 E49

Gambar 1.5 Perubahan morfologi embrio di embrio yang

periode. Pembentukan tabung saraf terjadi antara E19 dan E29.

a. Munculnya neural ridges diamati pada E19. b. Itu punggung

bukit dilipat untuk memulai proses pembentukan tabung saraf. c.

Page 25: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

12

Penutupan tabung saraf dimulai pada E22 di daerah pusat baru

membentuk tabung saraf d. Penutupan berlanjut di rostral dan

kaudal arah. Neuropori anterior menutup pada E25, dan posterior

di E27. e. Setelah penutupan tabung saraf, embrio mulai

berkembang terutama di daerah anterior. Vesikula primer adalah

terbukti dengan E28. Ini termasuk Prosencephalon,

Mesencephalon, dan Rhombencephalon. f. Dengan E49 vesikula

sekunder muncul. Prosencephalon berdiferensiasi menjadi

Telencephalon dan Diencephalon, dan Rhombencephalon ke

Metencephalon dan Myelencephalon

Pola Neural pada Periode Embrio

Transformasi dalam keseluruhan bentuk embrio mencerminkan

perubahan pola neural yang lebih spesifik dalam semua hal pada

daerah sistem saraf embrio. Perubahan ini tandai awal proses saraf

yang berlarut-larut dalam pola sistem saraf pusat yang dimulai

pada periode embrio dan meluas selama bertahun-

tahun. Perubahan secara bertahap dan mengikuti jalannya yang

spesifikasi dan penyempurnaan berkelanjutan. 7

Pola yang muncul pada masa embrio hanya menyediakan

peta primitif dari sistem saraf akhirnya terstruktur, tapi ini

menentukan tahap perkembangan selanjutnya. Pola embrio

mempengaruhi seluruh daerah otak dari otak depan melalui bagian

tulang belakang, sehingga pada akhir periode embrio pada pola

primitif GW8 daerah sensorimotor dalam neokorteks terbentuk

kompartemen utama dalam diencephalic dan daerah otak tengah

telah dibedakan dan segmental organisasi dari hindbrain dan

tulang belakang telah ditentukan. 7

Neokorteks matang didefinisikan baik struktural dan

fungsional pada “daerah” berbeda yang dibedakan oleh struktur

selular mereka dan pola konektivitas neuronal. Pola awal dari

neokorteks ke daerah kortikal hasil dari sinyal molekul yang

berbeda hadir di berbagai daerah proliferasi neokorteks. Dua

Page 26: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

13

molekul sinyal, Emx2 dan Pax6, memainkan peran penting dalam

pola awal neokorteks tersebut. Emx2 dan Pax6 adalah transkripsi

protein faktor yang merupakan produk molekul Emx2 dan

Pax6 gen ekspresi. Kedua molekul sinyal yang diproduksi di

gradien berlawanan sepanjang batas anterior-posterior zona

proliferasi neokorteks (lihat Gambar. 7a ). Konsentrasi dari Emx2

tertinggi di posterior dan daerah medial, dan terendah di daerah

lateral yang anterior; Pax6 sebaliknya memiliki pola

ekspresi. Interaksi dua gradien ini berkontribusi untuk pola awal

neokorteks. Konsentrasi tinggi Pax6 dikombinasikan dengan

Emx2 rendah menginduksi progenitor untuk menghasilkan neuron

yang tepat untuk motor korteks (M1), sedangkan konsentrasi

terbalik menginduksi produksi neuron untuk korteks visual

(V1). Pada tingkat menengah dari kedua faktor korteks

somatosensori (S1). 7

Gambar 1.6 Efek yang berbeda konsentrasi Emx2 dan Pax6 pada

pengembangan sensorimotor daerah kortikal. Ini kombinasi

Page 27: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

14

spesifik konsentrasi masing-masing molekul yang menentukan

identitas wilayah kortikal.

Pola-pola sinyal molekul bergradasi terjadi pada daerah

zona proliferasi neokorteks bahwa selama gastrulasi telah

ditetapkan sebagai “anterior”. Jadi nanti pola ini merupakan

penjabaran regional atau perbaikan dari fase sebelumnya tentang

pola saraf. Seperti yang akan dibahas kemudian, pola dalam

wilayah ini masih jauh dari lengkap pada akhir periode

embrio. Fundamental struktur fitur dari korteks sensorik dan

motorik tidak akan muncul sampai periode janin terlambat. Selain

itu, di masa janin dan awal pengembangan postnatal struktural dan

fungsional identitas daerah-daerah otak dasar tetap mudah

dibentuk dan tunduk pada efek dari masukan dan pengalaman. 7

Perkembangan Otak pada Periode Janin

Periode janin pembangunan manusia meluas dari minggu

kesembilan kehamilan sampai akhir kehamilan. Otak manusia

dimulai sebagai struktur “lissencephalic” halus dan secara

bertahap mengembangkan pola dewasa dengan karakteristik

sulkus dan girus. Pembentukan gyri dan sulci mengikuti urutan

tahapan. Sulkus primer pertama kali terlihat sebagai alur

diposisikan di daerah otak yang ditargetkan khusus. Celah

pertama terbentuk adalah celah memanjang yang memisahkan dua

belahan otak. Perkembangannya dimulai di daerah rostral sebagai

awal GW8 dan hasil kaudal sampai selesai di GW22. Bentuk

sulkus utama lainnya antara GW14-26. Ini termasuk: Sylvian,

cingulate, Parietooksipital dan calcarine (GW14-16); Temporal

sentral dan superior (GW20-24); dan Frontal superior, precentral,

Frontal inferior, postsentralis, dan intraparietal (GW25-26).

Sulkus sekunder muncul antara GW30-35; formasi dari sulkus

tersier dimulai selama GW36 dan memanjang ke dalam periode

postnatal. Menjadi perhatian bahwa dengan konvensi nama gen

Page 28: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

15

yang dicetak miring, dan nama protein yang merupakan produk

dari ekspresi gen. 6

Perubahan yang terjadi pada anatomi dari otak janin

mencerminkan perubahan dramatis yang terjadi pada tingkat sel.

Produksi neuron dimulai pada periode embrio pada E42, dan

meluas melalui pertengahan kehamilan di sebagian besar wilayah

otak. Populasi yang berbeda neuron membentuk struktur materi

abu-abu di banyak daerah di otak termasuk otak belakang dan

tulang belakang, otak kecil, struktur otak tengah, inti subkortikal

dalam dan neokorteks. Segera setelah mereka diproduksi, neuron

bermigrasi jauh dari daerah proliferatif. Neuron yang akan

membentuk neokorteks bermigrasi secara teratur membentuk

enam lapis mantel neokorteks. Setelah diposisikan di neuron

korteks mulai membedakan produksi neurotransmitter dan faktor

tropik neuron, dan memperluas proses dendritik dan aksonal yang

membentuk jalur serat dari jaringan saraf otak. Efisiensi transmisi

informasi dalam jalur sangat ditingkatkan dengan mielin yang

membungkus akson. Mielin adalah zat lemak yang berwarna

putih, maka bernama “white matter”. Banyak perkembangan otak

pada periode janin sekitar proses produksi, migrasi dan

diferensiasi neuron. Sisanya bagian ini akan dibahas proses ini

secara lebih rinci. 6

Pembentukan Sel Neuron

Otak manusia mengandung miliaran sel neuron yang sebagian

besar dibentuk pada pertengahan kehamilan. Jumlah sel neural

progenitor yang spesifik pada akhir fase gastrulasi terlalu kecil

untuk mengakomodasi pembentukan sel neuron. Oleh karena itu,

langkah pertama dalam pembentukan sel neuron adalah

meningkatkan populasi sel neural progenitor. Sel neural

progenitor adalah kumpulan sel yang bermitosis menjadi sel saraf

baru. Sel neuron adalah sel pasca-mitosis; sekali terbentuk mereka

tidak lagi mampu membagi dan memproduksi sel-sel baru. Pada

Page 29: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

16

akhir gastrulasi, sekitar fase E42 pada manusia, populasi sel

neural progenitor terbagi dengan cara yang disebut mode

pembelahan sel “simetris”. Pembelahan sel simetris

menghasilkan dua sel saraf progenitor yang identik. Setelah

beberapa fase pembelahan sel antara E25 dan E42, mode ini

mampu menghasilkan penambahan populasi sel neural

progenitor.7

Dimulai pada fase E42, pembelahan sel mulai bergeser

dari simetris menjadi asimetris. \Selama pembelahan sel asimetris,

ada dua jenis sel yang dihasilkan. Pada neural progenitor,

pembelahan sel asimetris menghasilkan satu neural progenitor dan

satu neuron. Sel progenitor baru tetap di zona proliferatif dan terus

membagi, sedangkan neuron post mitotik meninggalkan zona

proliferasi untuk mengambil tempatnya dan mengembangkan

neokorteks. Pergeseran ke mode asimetris di antara populasi

progenitor terjadi secara bertahap dan awalnya hanya mencakup

sebagian kecil dari sel rogenitors, tetapi jumlahnya meningkat

secara dramatis pada akhir kortikal neurogenesis. Pada manusia

neurogenesis kortikal selesai sekitar fase E108. 7

Migrasi neuron

Kebanyakan neuron yang diproduksi di VZ dan bermigrasi radial

dari VZ di pusat otak untuk mengembangkan neokorteks (lihat

Gambar. 8a dan b ). 6

Dalam translokasi sel somal, neuron

memanjang melalui proses basal yang panjang, yang merupakan

perpanjangan dari tubuh sel, hanya di luar tepi VZ ke luar wilayah

kompartemen otak (lihat Gambar. 8a ). Proses basal menempel ke

permukaan pial, yang merupakan bagian terluar permukaan otak

yang akan berkembang. Inti sel kemudian bergerak melalui

sitoplasma basal process. Inti kemudian berlanjut ke proses yang

lebih pendek dan lebih tebal namun tetap melekat pada pial

permukaan. Pada akhir somal translokasi, nukleus sel telah pindah

dari VZ dan ke korteks embrionik. 6

Page 30: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

17

Gambar 1.7 Mode yang berbeda dari migrasi neuronal ke

neokorteks. a. Neuron migrasi oleh somal translokasi dimana sel

meluas pada proses sitoplasma dan melekat pada bagian luar otak

kompartemen (permukaan pial), dan kemudian inti bergerak naik

ke daerah otak. b. Neuron migraton radial panduan glial. Glial

radial menyediakan perancah untuk neuron untuk bermigrasi

bersama. c. Neuron migrasi dari kedua zona proliferasi di

eminences ganglionic oleh migrasi tangensial (Panah

menunjukkan arah migrasi untuk neuron yang berbeda

populations). 6

Sebagai hasil dari perkembangan sel, otak menjadi lebih

besar dan neuron primary mode migrasi dari VZ mengalami

perubahan. Karena jarak yang lebih besar, neuron membutuhkan

apa yang awalnya diidentifikasi sebagai populasi sel khusus dalam

VZ yang disebut “radial glial guides” untuk mendukung migrasi

mereka. Seperti kebanyakan sel neuron yang bermigrasi melalui

somal translokasi, radial glial guides memperpanjang basal

sebuah proses yang menempel pada permukaan pial otak. Namun,

inti dari sel-sel glial radial tetap di VZ, dan proses basal

membentuk sebuah kerangka bersama dimana neuron dapat

bermigrasi (lihat Gambar. 8b ). Migrasi neuron menempel pada

radial glial guides dan bergerak sepanjang kerangka selular dan

berkembang keluar dalam plat kortikal. Setiap glial scaffold dapat

mendukung migrasi banyak neuron. Meskipun radial glial guides

Page 31: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

18

awalnya dianggap menjadi istimewa, baru-baru ini ditemukan

bahwa sel-sel yang menyediakan kerangka sebenarnya adalah sel-

sel saraf progenitor. 6

Studi baru-baru ini telah mengidentifikasi proliferasi

kedua zona yang terletak di ventral telencephalon yang kemudian

akan berkembang menjadi basal ganglia (lihat Gambar. 8c ).

Selama embrio dan janin dibangum tiga compartemen di area ini,

medial, lateral dan caudal eminences ganglionic, yaitu sumber

dari sebuah kelas penting dalam penghambatan interneuron

kortikal. Tidak seperti neuron bermigrasi dari VZ, neuron ini

melintasi panjang jarak menggunakan modus migrasi yang telah

disebut “tangential migration”, karena rute migrasi melintasi

kontur perkembangan kortikal mantel secara tangential. Migrasi

tangensial melibatkan berbagai sinyal jalur yang tidak

teridentifikasi dalam migrasi radial. Neuron menggunakan jumlah

guidance molecule yang diproduksi di daerah sepanjang rute

migrasi untuk mengarahkan gerakan mereka ke korteks. 6

Diferensiasi Neuron

Berbagai lapisan korteks mengandung berbagai jenis neuron. Satu

pertanyaan adalah bagaimana kelas yang berbeda dari neuron

berasal. Pertanyaan ini ditujukan oleh McConnell dan rekan dalam

serangkaian studi, yang menjadi pertanyaan apakah berbeda

kumpulan dari sel progenitor menghasilkan jenis tertentu neuron,

atau jika progenitor yang sama mampu menghasilkan beberapa

jenis neuron? Mereka menemukan bahwa di awal corticogenesis

sel saraf progenitor mampu menghasilkan apapun jenis neuron,

tetapi dengan perkembangan mereka menjadi lebih terbatas dalam

jenis neuron yang dapat dihasilkan. Mereka menggunakan sel

progenitor untuk studi transplantasi untuk menjawab pertanyaan

ini. Mereka mengambil sel progenitor dari janin pada usia

tertentu, dan mentransplantasi sel-sel pada binatang donor dari

usia yang berbeda. Pertanyaan kunci adalah, apa jenis neuron

Page 32: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

19

yang dihasilkan sel progenitor yang ditransplantasi dalam inang

hidup? Pada percobaan pertama, sel-sel progenitor yang diambil

dari hewan donor muda (jika dibiarkan di donor ini, progenitor

akan menghasilkan neuron untuk lapisan ke-6 dari korteks), dan

ditransplantasikan ke dalam host yang lebih tua (yang progenitor

yang memproduksi lapisan 2-3 neuron). Progenitor yang

ditransplantasikan menghasilkan lapisan 2-3 neuron,

menunjukkan bahwa sinyal dari inang diinduksi perubahan di

jenis neuron yang diproduksi oleh ditransplantasikan sel

progenitor. Namun, ketika waktu itu terbalik dan nenek moyang

dari host yang lebih tua ditransplantasikan ke hewan muda, nenek

moyang terus memproduksi sel-sel sesuai untuk hewan

donor. Tampaknya di awal Sel-sel progenitor corticogenesis dapat

menerima sinyal untuk menghasilkan sel saraf, tetapi sebagai hasil

pengembangan dan jenis sel awal ini tidak lagi diperlukan,

progenitor kehilangan kapasitas untuk menghasilkan sel-sel, hal

ini disebut sebagai fate restriction. Sementara ada bukti bahwa

fate restriction mungkin sebagian dikendalikan oleh sel intrinsik

sinyal jalur sinyal tertentu yang menginduksi pergeseran ini pada

populasi progenitor. 6

Begitu mereka telah mencapai wilayah target mereka di

korteks, neuron muda menjadi bagian dari pengolahan informasi

jaringan. Untuk menjadi terintegrasi ke dalam jaringan saraf,

neuron perlu mengembangkan neuron proses (akson dan dendrit)

yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dengan neuron

lain. Akson adalah jalur utama pengiriman sinyal dari neuron,

sedangkan dendrit adalah tempat utama untuk menerima masukan

dari neuron lain. Setiap sel memiliki banyak dendrit yang

membentuk “dens arbors” di sekitar langsung dari sel, dan akson

tunggal yang bisa memperpanjang untuk beberapa jarak jauh dari

sel. Di ujung setiap akson adalah struktur yang disebut growth

cone. Growth cone adalah situs dari akson elongasi dan ekstensi.

Sebagai akson yang diperpanjang, pertumbuhan sampel cone pada

Page 33: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

20

lingkungan lokal untuk molekul yang mengarahkan akson menuju

target. Setelah akson telah mencapai targetnya, koneksi yang

disebut sinapsis terbentuk dengan menargetkan sel. Sinapsis

memungkinkan untuk transmisi elektro informasi bahan kimia

yang merupakan sarana penting komunikasi dalam otak. 6

Dua jalur yang paling penting di otak adalah bahagian

yang mengirimkan informasi sensorimotor, jalur thalamokortikal

(TC) dan corticothalamic (CT). TC merupakan relay informasi

sensorik dan motorik dari reseptor di retina, koklea, otot atau kulit

untuk sensorimotor yang daerah neokorteks melalui sensori

subkortikal utama motor relay, yaitu thalamus. CT jalur

melengkapi umpan balik dengan mengirimkan informasi dari

korteks kembali ke talamus. Jalur-jalur penting mulai terbentuk di

kemudian bagian dari trimester kedua pada manusia, dan lengkap

dengan GW 26 . Sel-sel dari subplate lapisan transien

mengembangkan otak (lihat Gambar. 9b ) Memainkan peran

penting dalam membangun jalur ini. Ketika TC akson tiba di

korteks yang berkembang selama GW22 mereka tidak segera

membuat koneksi dengan neuron pada lapisan input primer dari

korteks (lapisan 4). Sebaliknya, mereka awalnya membuat

sambungan dengan neuron lapisan subplate. TC-subplate koneksi

berakhir selama kurang lebih 4 minggu, selama waktu ini neuron

subplate membuat koneksi dengan neuron dalam lapisan korteks

4. neuron subplate muncul untuk memberikan instruktif masukan

ke neuron TC selama periode ini. Tidak adanya subplate neuron

sinyal, pola konektivitas normal antara akson TC dan lapisan 4

kortikal neuron tidak berkembang. Sebuah pola yang sama dari

instruktif konektivitas terlihat dalam pengembangan CT pathway.8

Sebelum pembentukan hubungan antara neuron dari

lapisan dalam korteks (lapisan 5 dan 6) dan thalamus, neuron

subplate memperluas dan membangun connections dengan neuron

thalamic. Diperkirakan bahwa subplate yang koneksi dapat

berfungsi untuk memandu CT akson untuk mereka posisi di

Page 34: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

21

thalamus. Setelah jalur TC dan CT lengkap, neuron subplate

menarik kembali hubungan mereka dan sel-sel itu sendiri secara

bertahap mati. 6

Perkembangan Otak pada Periode Postnatal

Meskipun produksi dan migrasi neuron merupakan peristiwa yang

sebagian besar prenatal, proliferasi dan migrasi progenitor glial

terus untuk jangka setelah kelahiran, dan diferensiasi dan

pematangan sel-sel ini terus sepanjang masa. Ruang lingkup

interaksi neuron-glia masih belum sepenuhnya didefinisikan,

tetapi jelas bahwa interaksi memainkan peran penting dalam

organisasi fungsional dari sirkuit saraf selama hidup

postnatal. Yang penting, memperkirakan dari perjalanan waktu

perkembangan pada manusia dari postnatal yang proses yang

diuraikan di bawah berasal dengan ekstrapolasi. Dari data yang

diperoleh pada spesies lain, sering tikus, dan dari sangat terbatas

bahan postmortem manusia. Sayangnya, hasilnya tetap membuat

ketidakpastian tentang sejauh mana temporal proliferasi, migrasi,

diferensiasi, dan regresi selama periode postnatal pada manusia,

dan tentang waktu ini merupakan proses relatif satu sama

lain. Dalam pencitraan otak in vivo anak menyediakan petunjuk

penting tentang perjalanan waktu berkaitan dengan usia perubahan

biologis di otak, dan menyediakan kesempatan untuk

menghubungkan perubahan ini ke berkembang perilaku. 6

Postnatal Proliferasi dan Migrasi

Pada periode postnatal, neurogenesis terus terjadi namun padat

ingkat yang sangat terbatas. Di zona subventricular, neuron baru

terus bermunculan dan bermigrasi ke olfactory bulb, dan neuron

juga diproduksi di gyrus dentate dari hippocampus, di mana

mereka bermigrasi dari lapisan subgranular ke sejauh lapisan

granular di dekatnya. Bentuk-bentuk yang luar biasa dari

neurogenesis muncul untuk melanjutkan sepanjang hidup dewasa

Page 35: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

22

tapi menghasilkan hanya sebagian kecil dari populasi

neuronal. Sebaliknya, proliferasi dan migrasi glial progenitor,

sementara mulai sebelum lahir, terus untuk jangka waktu berlarut-

larut seperti perbedaan oligodendrocytes dan astrosit; pada

kenyataannya, glial progentior (khususnya sel progenitor

oligodendrocyte, atau OPC) muncul untuk bertahan tanpa batas di

otak orang dewasa dalam distribusi anatomi yang luas, dan dapat

berbeda saat menanggapi cidera. Glial progenitor berkembang

biak di zona subventricular otak depan dan bermigrasi ke luar ke

dalam materi putih di atasnya dan korteks, striatum, dan

hippocampus, di mana mereka dibedakan sebagai

oligodendrocytes dan astrosit. Tidak seperti neural progenitor,

glial progenitor terus berkembang biak saat mereka bermigrasi. 6

Mielinasi

Setelah akhir dari proses migrasi, sebuah OPC mulai

berdiferensiasi melalui proses panjang dan peningkatan dari

ekspresi protein myelin. Proses-proses tersebut kemudian mulai

membentuk pembungkus-pembungkus membran di sekitar akson

terdekat. Pada akhirnya oligodendrosit membentuk selubung ketat

berlapis ganda yang mana sebagian besar sitoplasmanya telah

diekstrusi. Peningkatan kecepatan konduksi aksonal yang dramatis

telah diketahui berkaitan dengan proses myelinasi. Namun,

penelitian terbaru menunjukkan bahwa interaksi fungsional antara

oligodendrosit dan neuron meluas jauh melampaui efek dari

selubung isolasi elektrik. Oligodendrosit mensintesis sejumlah

faktor trofik yang tampaknya berkontribusi pada pemeliharaan

integritas aksonal dan kelangsungan hidup neuron, dan interaksi

neuron-oligodendrokital telah diketahui mempengaruhi ukuran

neuron dan diameter akson. Bukti terbaru juga menunjukkan

bahwa subset dari OPC tersebar di seluruh wilayah otak

membentuk hubungan eksitasi dan inhibisi dengan neuron, dan

Page 36: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

23

juga mungkin berkontribusi secara aktif dan langsung dalam

pensinyalan saraf.6.

Dapat disimpulkan bahwa proses proliferasi dan migrasi

dari prekursor sel glial serta proses diferensiasi dari sel-sel astrosit

dan oligodendrosit merupakan sebagian besar dari proses-proses

yang terjadi pada pascakelahiran. Meskipun ada sedikit keraguan

bahwa proses-proses ini memiliki peranan penting dalam

pematangan fungsional dari sirkuit saraf yang sedang

berkembang, namun dampak menyeluruh dari proses tersebut

terhadap dinamika saraf mungkin lebih besar dari yang telah

diketahui selama ini. Penelitian yang ada terus berlanjut untuk

menemukan interaksi molekuler tambahan antara neuron,

oligodendrosit,dan astrosit. Adanya interaksi-interaksi ini

menandakan bahwa pematangan akhir dari kumpulan sel-sel glial

mungkin memiliki implikasi fungsional yang luas.6

Studi pencitraan pada morfologi Otak

Karena MRI adalah teknik yang aman untuk digunakan pada

anak-anak, sekarang ini telah diterapkan secara luas dalam

pencitraan anak-anak, dan ini menunjukkan perubahan dramatis

pada jaringan otak yang sedang berkembang selama pertumbuhan

otak pascakelahiran. Perubahan sinyal MRI ini mencerminkan

perubahan kimia jaringan yang diperkirakan menandai proliferasi

oligodendrosit dan deposisi dari myelin, dan hal ini

mengungkapkan banyak hal tentang waktu dan distribusi anatomis

dari proses ini. Gambaran visual otak pada MR mengalami

perubahan selama 2 sampai 3 tahun pertama kehidupan,

mencerminkan pola mielinasi yang teratur dari daerah white

matter. Namun perubahan struktur otak yang berlanjut melewati

usia ini lebih tidak ketara, dan belum tergambarkan dengan baik

hingga teknik morfometri kuantitatif diterapkan. Studi morfometri

MR awal yang membandingkan morfologi otak pada anak-anak

dan orang dewasa menunjukkan bahwa volume gray matter, baik

Page 37: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

24

di korteks serebral dan nukleus subkortikal, jauh lebih besar pada

anak-anak usia sekolah daripada pada orang dewasa muda. Hal Ini

menunjukkan bahwa perubahan jaringan yang terkait dengan

pematangan otak mungkin berlangsung lama selama masa kanak-

kanak daripada yang seharusnya, dan beberapa perubahan ini

mungkin bersifat regresif. Temuan ini dikonfirmasi dan diperluas

oleh penelitian selanjutnya, namun perubahan jaringan yang

mendasarinya tetap masih merupakan spekulasi. Ukuran rongga

kranial meningkat drastis setelah kelahiran namun melambat

setelah dekade pertama. Namun, hasil MRI menunjukkan bahwa

perubahan progresif yang terjadi selama masa kanak-kanak dan

masa remaja tampak berkurang, hal ini berkaitan dengan

pematangan populasi sel glial dan efek neurotropika yang terus

berlanjut, namun secara bersamaan ditentang oleh perubahan yang

regresif, mungkin terkait dengan "pemangkasan" dari proses

neuron. Pengamatan ini sesuai dengan bukti histologis yang ada

pada proses mielinasi yang berlangsung selama periode anak-

anak, dan bukti lain yang membahas tentang pengurangan

kepadatan sinapsis di korteks selama masa kanak-kanak, namun

tetap tidak jelas sejauh mana faktor-faktor ini, dan juga hal lain,

berkontribusi terhadap perubahan morfologi yang diamati dengan

MRI. 8

1.2 Meningen Otak

Anatomi meningen

Secara konvensional, dura mater diuraikan sebagai dua lapisan,

lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Lapisan endosteal tidak

lebih dari suatu periosteum yang menutupi permukaan dalam

tulang – tulang kranium. Pada foramen magnum lapisan endosteal

tidak berlanjut dengan duramater medulla spinalis. Pada sutura,

lapisan endosteal berlanjut dengan ligamentum sutura. Lapisan

endosteal paling kuat melekat pada tulang diatas dasar kranium. 10

Page 38: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

25

Lapisan meningeal merupakan duramater yang

sebenarnya. Lapisan meningeal merupakan membrane fibrosa

kuat, padat menutupi otak, dan melalui foramen magnum

berlanjut dengan duramater medulla spinalis. Lapisan meningeal

ini memberikan sarung tubuler untuk saraf – saraf kranial pada

saat melintas melalui lubang – lubang kranium. Kedalam lapisan

meningeal membentuk empat septa, yang membagi rongga

kranium menjadi ruang – ruang yang berhubungan dengan bebas

dan merupakan tempat bagian – bagian otak. 10

Falx serebri merupakan lipatan duramater yang berbentuk

sabit, terletak dalam garis tengah antara dua hemispherium

serebri. Ujung anteriornya melekat ke Krista frontalis interna dan

Krista galli. Bagian posterior yang lebar bercampur di garis

tengah dengan permukaan atas tentorium serebelli. Sinus sagitalis

superior berjalan dalam tepi bagian atas yang terfiksasi; sinus

sagitalis inferior berjalan pada tepi bagian bawah yang konkaf,

dan sinus rektus berjalan disepanjang perlekatannya dengan

tentorium serebelli. 10

Tentorium serebelli merupakan lipatan duramater

berbentuk sabit yang membentuk atap diatas fossa kranialis

posterior, menutupi permukaan atas serebellum dan menokong

lobus occipitalis hemisperium serebri. Berdekatan dengan apex

pars petrosus os temporale, lapisan bagian bawah tentorium

membentuk kantong kearah depan dibawah sinus petrosus

superior, membentuk suatu resessus untuk n. trigeminus dan

ganglion trigeminal. 10

Falx serebri dan falx serebelli masing – masing melekat ke

permukaan atas dan bawah tentorium. Sinus rektus berjalan di

sepanjang perlekatan ke falx serebri; sinus petrosus superior,

bersama perlekatannya ke os petrosa; dan sinus transverses,

disepanjang perlekatannya ke os occipitalis. Falx serebelli

merupakan suatu lipatan duramater berbentuk sabit, kecil melekat

ke krista occipitalis interna, berproyeksi kedepan diantara diantara

Page 39: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

26

dua hemispherium serebelli. Diaphragma Sella merupakan suatu

lipatan duramater sirkuler, membentuk atap untuk sella tursika.10

Persarafan Duramater

Persarafan ini terutama berasal dari cabang n.trigeminus, tiga

saraf servikalis bagian atas, bagian servikal trunkus simpatikus

dan n.vagus. resptor – reseptor nyeri dalam dura mater diatas

tentorium mengirimkan impuls melalui n.trigeminus, dan suatu

nyeri kepala dirujuk ke kulit dahi dan muka. Impuls nyeri yang

timbul dari bawah tentorium dalam fossa kranialis posterior

berjalan melalui tiga saraf servikalis bagian atas, dan nyeri kepala

dirujuk kebelakang kepala dan leher. 11

Pendarahan Duramater

Banyak arteri mensuplai duramater, yaitu; arteri karotis interna,

arteri maxillaries, arteri paringeal asenden, arteri occipitalis dan

arteri vertebralis. Dari segi klinis, yang paling penting adalah

arteri meningea media, yang umumnya mengalami kerusakan

pada cidera kepala. 11

Arteri meningea media berasal dari arteri maxillaries

dalam fossa temporalis, memasuki rongga kranialis melalui

foramen spinosum dan kemudian terletak antara lapisan

meningeal dan endosteal duramater. Arteri ini kemudian terletak

antara lapisan meningeal dan endosteal duramater. Arteri ini

kemudian berjalan ke depan dank e lateral dalam suatu sulkus

pada permukaan atas squamosa bagian os temporale. Cabang

anterior (frontal) secara mendalam berada dalam sulkus atau

saluran angulus antero – inferior os parietale, perjalanannya secara

kasar berhubungan dengan garis gyrus presentralis otak di

bawahnya. Cabang posterior melengkung kearah belakang dan

mensuplai bagian posterior duramater. 11

Vena –vena meningea terletak dalam lapisan endosteal

duramater. Vena meningea media mengikuti cabang – cabang

Page 40: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

27

arteri meningea media dan mengalir kedalam pleksus venosus

pterygoideus atau sinus sphenoparietalis. Vena terletak di lateral

arteri. 11

Sinus Venosus Duramater

Sinus – sinus venosus dalam rongga kranialis terletak diantara

lapisan – lapisan duramater. Fungsi utamanya adalah menerima

darah dari otak melalui vena – vena serebralis dan cairan

serebrospinal dari ruang – ruang subarachnoidea melalui villi

arachnoidalis. Darah dalam sinus – sinus duramatr akhirnya

mengalir kedalam vena – vena jugularis interna dileher. Vena

emissaria menghubungkan sinus venosus duramater dengan vena

– vena diploika kranium dan vena – vena kulit kepala. 11

Sinus Sagitalis Superior menduduki batas atas falx serebri

yang terfiksasi, mulai di anterior pada foramen caecum, berjalan

ke posterior dalam sulkus di bawah lengkungan kranium, dan

pada protuberantia occipitalis interna berbelok dan berlanjut

dengan sinus transverses. Dalam perjalanannya sinus sagitallis

superior menerima vena serebralis superior. Pada protuberantia

occipitalis interna, sinus sagitallis berdilatasi membentuk sinus

konfluens. Dari sini biasanya berlanjut dengan sinus transverses

kanan, berhubungan dengan sinus transverses yang berlawanan

dan menerima sinus occipitalis. 11

Sinus sagitalis inferior menduduki tepi bawah yang bebas

dari falx serebri, berjalan kebelakang dan bersatu dengan vena

serebri magna pada tepi bebas tentorium cerebelli membentuk

sinus rektus. Sinus rekrus menempati garis persambungan falx

serebri dengan tentorium serebelli, terbentuk dari persatuan sinus

sagitalis inferior dengan vena serebri magna, berakhir membelok

kekiri membentuk sinus transfersus. 11

Sinus transverses merupakan struktur berpasangan dan

mereka mulai pada protuberantia occipitalis interna. Sinus kanan

biasanya berlanjut dengan sinus sagitalis superior, dan bagian kiri

Page 41: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

28

berlanjut dengan sinus rektus. Setiap sinus menempati tepi yang

melekat pada tentorium serebelli, membentuk sulkus pada os

occipitalis dan angulus posterior os parietale. Mereka menerima

sinus petrosus superior, vena – vena serebralis inferior, vena –

vena serebellaris dan vena – vena diploika. Mereka berakhir

dengan membelok ke bawah sebagai sinus sigmoideus. 11

Sinus sigmoideus merupakan lanjutan langsung dari sinus

tranversus yang akan melanjutkan diri ke bulbus superior vena

jugularis interna. Sinus occipitalis merupakan suatu sinus kecil

yang menempati tepi falx serebelli yang melekat, ia berhubungan

dengan vena – vena vertebralis dan bermuara kedalam sinus

konfluens. Sinus kavernosus terletak dalam fossa kranialis media

pada setiap sisi corpus os sphenoidalis. 10

Arteri karotis interna, dikelilingi oleh pleksus saraf

simpatis, berjalan kedepan melalui sinus. Nervus abdusen juga

melintasi sinus dan dipisahkan dari darah oleh suatu pembungkus

endothelial. Sinus petrosus superior dan inferior merupakan sinus

–sinus kecil pada batas – batas superior dan inferior pars petrosus

os temporale pada setiap sisi kranium. Setiap sinus kavernosus

kedalam sinus transverses dan setiap sinus inferior mendrainase

sinus cavernosus kedalam vena jugularis interna. 10

Arachnoidea Mater

Arachnoidea mater merupakan membran tidak permeable, halus,

menutupi otak dan terletak diantara pia mater di interna dan

duramater di eksterna. Arachnoidea mater dipisahkan dari

duramater oleh suatu ruang potensial, ruang subdural, terisi

dengan suatu lapisan tipis cairan, dipisahkan dari piamater oleh

ruang subarachnoidea, yang terisi dengan cairan serebrospinal.

Permukaan luar dan dalam arachnoidea ditutupi oleh sel –sel

mesothelial yang gepeng. 6

Pada daerah – daerah tertentu, arachnoidea terbenam

kedalam sinus venosus untuk membentuk villi arachnoidalis. Villi

Page 42: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

29

arachnoidalis bertindak sebagai tempat cairan serebrospinal

berdifusi kedalam aliran darah. Arachnoidea dihubungkan ke

piamater oleh untaian jaringan fibrosa halus yang menyilang

ruang subarachnoidea yang berisi cairan. 6

Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus choroideus

dalam ventrikulus lateralis, ketiga dan keempat otak. Cairan ini

keluar dari ventrikulus memasuki subarachnoid, kemudian

bersirkulasi baik kearah atas diatas permukaan hemispherium

serebri dan kebawah disekeliling medulla spinalis. 11

Piamater otak

Piamater merupakan suatu membrane vaskuler yang ditutupi oleh

sel – sel mesothelial gepeng. Secara erat menyokong otak,

menutupi gyri dan turun kedalam sulki yang terdalam. Piamater

meluas keluar pada saraf – saraf cranial dan berfusi dengan

epineurium. Arteri serebralis yang memasuki substansi otak

membawa sarung pia mater bersamanya. Piamater membentuk

tela choroidea dari atap ventrikulus otak ketiga dan keempat, dan

berfusi dengan ependyma untuk membentuk pleksus choroideus

dalam ventrikulus lateralis, ketiga, dan keempat otak. 11

Fisiologi Meningen

Otak dan medulla spinalis terbungkus dalam tiga sarung

membranosa yang konsentrik. Membran yang paling luar tebal,

kuat dan fibrosa disebut duramater, membrane tengah tipis dan

halus serta diketahui sebagai arachnoidea mater, dan membrane

paling dalam halus dan bersifat vaskuler serta berhubungan erat

dengan permukaan otak dan medulla spinalis serta dikenal sebagai

piamater. 11

Duramater mempunyai lapisan endosteal luar, yang

bertindak sebagai periosteum tulang – tulang kranium dan lapisan

bagian dalam yaitu lapisan meningeal yang berfungsi untuk

melindungi jaringan saraf dibawahnya serta saraf – saraf cranial

Page 43: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

30

dengan membentuk sarung yang menutupi setiap saraf kranial.

Sinus venosus terletak dalam duramater yang mengalirkan darah

venosa dari otak dan meningen ke vena jugularis interna dileher. 7

Pemisah duramater berbentuk sabit yang disebut falx

serebri, yang terletak vertical antara hemispherium serebri dan

lembaran horizontal, yaitu tentorium serebelli, yang berproyeksi

kedepan diantara serebrum dan serebellum, yang berfungsi untuk

membatasi gerakan berlebihan otak dalam kranium. Arachnoidea

mater merupakan membrane yang lebih tipis dari duramater dan

membentuk penutup yang longgar bagi otak. Arachnoidea mater

menjembatani sulkus – sulkus dan masuk kedalam yang dalam

antara hemispherium serebri. Ruang antara arachnoidea dengan

pia mater diketahui sebagai ruang subarachnoidea dan terisi

dengan cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal merupakan

bahan pengapung otak serta melindungi jaringan saraf dari

benturan mekanis yang mengenai kepala. 11

Piamater merupakan suatu membrane vaskuler yang

menyokong otak dengan erat. Suatu sarung pia mater menyertai

cabang – cabang arteri arteri serebralis pada saat mereka

memasuki substansia otak. Secara klinis, duramater disebut

pachymeninx dan arachnoidea serta pia mater disebut sebagai

leptomeninges. 10

Page 44: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

31

BAB II

TEKANAN INTRAKRANIAL

2. 1 Fisiologi Cairan Serebrospinal dan Tekanan

Intrakranial

Sensitivitas sistem saraf pusat (SSP) yang luar biasa terhadap

cidera fisik dan kimia telah terlindungi oleh serangkaian sistem

pelindung dan sistem homeostatik, alami, demikian pula untuk

mempertahankan fungsi saraf berjalan maksimal. Sistem ini

mencakup perlindungan fisik yang keras dalam bentuk tulang

tengkorak, penyerapan guncangan hidrolik dalam bentuk cairan

serebrospinal, suply-substrat dan homeostasis seluler dalam

bentuk suply vaskular dengan pergantian cairan ekstraselular

yang terus menerus, serta perlindungan dari zat berbahaya

eksternal oleh sawar darah-otak. 10

Sistem pelindung pada keadaan-keadaan patologis tertentu

dapat menjadi sangat merugikan. Jaringan otak terbungkus dalam

struktur yang kaku, tulang tengkorak (kranium). Kranium menjadi

suatu keterbatasan pada proses homeostatik serebral; yaitu

peraturan volume. Bahan yang tidak dapat dikompres seperti

cairan, bila ditambahkan ke wadah yang kaku akan menghasilkan

tekanan, yang dalam kasus SSP adalah tekanan intrakranial (TIK).

Pada kondisi patologis, volume intrakranial yang bertambah akan

mengakibatkan TIK yang meningkat. Sebuah perubahan yang

dengan sendirinya menghadirkan ancaman serius bagi SSP. Efek

dari TIK yang meningkat dapat berkontribusi lebih lanjut pada

proses patologis primer.

Page 45: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

32

Berbagai macam masalah bedah saraf seperti lesi

kongenital, neoplasma, sindrom metabolik dan infeksi, infark,

perdarahan, dan trauma, memerlukan evaluasi dan pengobatan

untuk menjaga TIK yang normal. Pengetahuan klinis yang

berkaitan dengan peningkatan TIK dengan memahami secara

terperinci tentang mekanisme fisiologis yang menghasilkan dan

mempertahankan TIK normal, gangguan-gangguan apa

menyebabkan peningkatan TIK serta sarana yang dibutuhkan

dalam menurunkan peningkatan tekanan intrakranial, adalah hal-

hal yang dibutuhkan dalam melakukan tatalaksana pasien dengan

lesi intrakranial. 10

Pertimbangan Historis

Meskipun masalah dengan pembengkakan otak dan efek potongan

tengkorak dipahami bahkan di zaman Galen, Hippocrates, dan

dokter Mesir awal, pemikiran modern tentang peraturan volume di

dalam tengkorak dimulai dengan tulisan-tulisan George Kellie dan

mentornya. Alexander Monro, yang bekerja di Edinburgh pada

pergantian abad ke-19. Monro, dalam karyanya tentang otak dan

sistem saraf menulis:

Karena sebagai substansi otak, seperti zat padat lainnya

dari tubuh kita, hampir tidak dapat dikompres. Jumlah

darah di kepala harus sama, atau hampir sama setiap saat.

Baik dalam keadaan sehat atau sakit, pada hidup atau

setelah mati. Kasus-kasus tersebut hanya dikecualikan bila

mana air atau materi lainnya tidak ada, atau dikeluarkan

dari pembuluh darah; karena dalam jumlah konstan ini

jumlah darah, sama besarnya dengan zat yang akan ditekan

keluar dari kranium. 11

Beberapa tahun kemudian pada pertemuan Masyarakat Medico-

Chirurgical di Edinburgh, George Kellie mempresentasikan

sebuah laporan di mana dia mengemukakan gagasan ini dan

menyatakannya:

Page 46: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

33

Jika premis ini benar, maka tampak sangat tidak mungkin,

bagaimana sebagian cairan sirkulasi dapat ditarik dari

dalam tengkorak, tanpa tempat yang secara bersamaan

ditempati oleh beberapa ekuivalen; atau bagaimana

sesuatu yang baru atau riang dapat terganggu tanpa

perpindahan yang setara. 11

Ide-ide ini, yang kemudian diformalkan secara fisiologis,

kemudian dikenal sebagai doktrin Monro-Kellie. Selanjutnya

kemajuan dalam pemahaman TIK hadir dengan kemampuan untuk

memantau TIK secara efektif dalam situasi yang berbeda. Quinke

pertama kali menggambarkan punksi lumbal untuk

menghilangkan "tekanan otak" pada tahun 1911. Namun ia tidak

sampai melakukan pemeriksaan seperti Guillaume dan Janny pada

tahun 1951. Lundberg kemudian menerbitkan hasil dari sejumlah

besar pasien di mana dia menggambarkan beberapa konsep dasar

yang digunakan saat ini dalam pemantauan TIK klinis, termasuk

gelombang Lundberg A, B, dan C. 11

Pemantauan TIK hari ini adalah sesuatu yang lazim

dilakukan dalam praktik bedah saraf. Nilai TIK digunakan sebagai

ukuran penyakit dan indikasi respons pengobatan serta untuk

membantu memonopoli perfusi serebral.

Fisiologi Umum Tekanan

Intrakranial

Batas atas TIK normal pada orang dewasa dan anak-anak lebih tua

diberikan 15 sampai 20 mmHg, meskipun rentang yang biasa

adalah 5 sampai 10 mmHg. Perubahan fisiologis transien akibat

batuk atau bersin seringkali menghasilkan tekanan melebihi 30

sampai 50 mmHg, namun TIK kembali dengan cepat ke tingkat

awal. 10

TIK dapat diukur dengan penggunaan transduser

displacement volume rendah untuk berinteraksi dengan jalur

cairan serebrospina (CSS) di ruang intraventricular,

Page 47: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

34

intraparenchymal, subdural, atau epidural. Bentuk gelombang TIK

berdenyut dan dapat dibagi menjadi tiga komponen utama

(Gambar 2-2). Tingkat dasar, atau rata-rata, biasanya disebut TIK,

sedangkan komponen berirama yang dilapiskan pada tingkat ini

terkait dengan aktivitas jantung dan respirasi. Untuk benar-benar

mendeskripsikan TIK, kita harus menentukan besarnya tingkat

baseline, atau "steady state" dan amplitudo serta periodisitas

komponen pulsatile. Perubahan komponen berdenyut ini bisa

menjadi salah satu tanda paling awal bahwa TIK mulai

meningkat, sebagai cerminan dari peningkatan konduktansi

gelombang tekanan melalui pengetatan otak. 10

Aktivitas jantung dan pernafasan menciptakan komponen

pulsatile melalui perubahan siklus dalam volume darah serebral.

Kontraksi ventrikel kiri menyumbang komponen jantung, yang

memiliki frekuensi yang sama dengan denyut arteri perifer.

Pembuluh darah yang mentrasmisikan pulsasi perifer diupayakan

untuk dipertahankan dalam keadaan normal. Studi awal

menunjukkan bahwa pleksus choroid dan arteri pialus

bertanggung jawab terhadap hal tersebut, terakhir diperkirakan

melibatkan pembuluh darah vena.10

Kontribusi pernafasan terhadap bentuk gelombang TIK

muncul sebagai akibat fluktuasi tekanan darah arteri dan aliran

keluar vena serebral selama siklus pernafasan, yang dihasilkan

oleh perubahan perspektif pada rongga toraks dan perut. Selama

inspirasi ada penurunan tekanan darah arteri dan peningkatan

gradien tekanan dari pembuluh darah serebral ke pembuluh darah

vena sentral. Gradien ini mendorong kembalinya aliran vena

serebral, yang meningkat pada inspirasi, dengan mengakibatkan

penurunan volume vena serebral. Ventilasi mekanis dan penyakit

intrathorasik dapat sangat mengubah kontribusi pernapasan ke

bentuk gelombang TIK. Konsep ini telah menghasilkan percobaan

dan uji klinis bagi perangkat yang dapat mengubah tekanan

intrathorasik selama siklus pernafasan resusitasi. Perangkat

Page 48: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

35

ambang batas impedansi membatasi masuknya gas pernafasan dan

oleh karenanya membentuk lebih besar dan lebih negatif tekanan

intratorasik. Alat tersebut telah menunjukkan bukti peningkatan

perfusi serebral dan perfusi koronari selanjutnya mengurangi TIK

pada keadaan henti jantung dan hipotensi. Aplikasinya atau

dampaknya pada peningkatan TIK pada penyakit SSP primer

seperti cidera otak traumatis masih belum dapat ditentukan. 10

Gambar 2.1 Bentuk Gelombang TIK normal

Gambar 2.2 Bentuk gelombang tekanan intrakranial normal pada

kecepatan grafik cepat

Jika bentuk gelombang TIK diperiksa secara lebih rinci

dan pada kecepatan grafik yang lebih tinggi, maka bentuk

Page 49: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

36

gelombang frekuensi tertinggi dapat dilihat terdiri dari lima

puncak yang lebih kecil. Tiga di antaranya relatif konstan

(Gambar 2-2) - gelombang perkusi (W1), gelombang pasang

(W2), dan gelombang dicrotik (W3) . Gelombang perkusi,

amplitudo paling konstan, berasal dari pulsasi pada arteri

intrakranial besar. Gelombang pasang surut memiliki bentuk yang

lebih bervariasi dan diperkirakan timbul dari elastansi otak.

Gelombang pasang dan gelombang dikrotik dipisahkan oleh takik

yang dilekatkan, yang sesuai dengan takik-takik dalam bentuk

gelombang pulsasi arteri. 10

TIK identik dengan tekanan CSS dan didefinisikan sebagai

tekanan yang harus diberikan terhadap jarum yang dimasukkan ke

dalam ruang CSS sehingga hanya mencegah pelepasan cairan.

TIK tergantung pada beberapa parameter yang merupakan ciri

umum pada sistem hidrodinamik: volume cairan internal

(intrakranial), elastisitas sistem, kontribusi dari atmosfer, dan

orientasi sumbu kraniospinal relatif terhadap vektor gravitasi. 10

Tekanan (P) didefinisikan sebagai gaya (F) per satuan luas

(A). Tekanan biasanya dilaporkan dalam satuan milimeter air (mm

H2O) atau milimeter merkuri (mmHg). Konvensi ini muncul

karena kolom fluida memberikan tekanan pada proporsinya

sebanding dengan tinggi kolom (h) kerapatan fluida (p) dan

konstanta gravitasi (g). Karena, untuk cairan tertentu, g dan p

konstan, tekanan dapat dibandingkan dengan hubungannya

dengan tinggi cairan yang diberikan. TIK bervariasi dinyatakan

dalam mmHg atau mm H2O. Membagi tekanan dalam mm H2O

sebesar 13,6 menghasilkan tekanan setara dalam mmHg;

Konstanta ini didasarkan pada rasio kepadatan air terhadap

merkuri. Satuan SI untuk tekanan adalah Pascal (Pa), yang

didefinisikan sebagai 1 Newton (N) / meter persegi. 1 kiloPascal

(kPa) adalah 7,5 mm Hg atau 102 mm H2O. 11

Sebenarnya, tiga tekanan berbeda berkontribusi pada TIK:

tekanan atmosfir, tekanan hidrostatik, dan tekanan pengisian.

Page 50: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

37

Tekanan atmosfer adalah komponen akibat tekanan di atmosfer

yang ditransmisikan ke otak, dan oleh karena itu TIK mutlak

bervariasi dengan ketinggian. Tekanan ini terutama ditransmisikan

melalui pembuluh darah; namun TIK biasanya dilaporkan relatif

terhadap tekanan atmosfir, dan komposisi terakhir ini diabaikan. 11

Seperti halnya kolom cairan, tengkorak dan elevasi kanal

tulang belakang mengalami tekanan hidrostatik yang disebabkan

oleh berat isinya. Kontribusi tekanan hidrostatik bergantung pada

berat cairan dan jaringan di atas titik pengukuran, dibagi dengan

luas penampang melintang pada tingkat tersebut. Misalnya CSS

lumbar lebih besar pada posisi duduk daripada posisi posisi lateral

dekubitus sebagai akibat perbedaan hidrostatik; Tingkat kenaikan

kepala ke bawah mendorong peningkatan tekanan hidrostatik. 11

Tekanan pengisian sistem ditentukan oleh volume isi

intrakranial dan elastis dari struktur yang dilampirkan. Isi

intrakranial terdiri dari darah, otak, CSS, dan massa patologis.

Elastance adalah parameter sistem yang didefinisikan oleh

perubahan tekanan per unit perubahan volume; yaitu, perubahan

tekanan yang sesuai untuk peningkatan volume isi kraniospinal

(Gambar 2-3). Hubungannya tidak selalu linier di semua jilid dan

tidak harus selalu dalam kondisi fisiologis. Kepatuhan adalah

kebalikan dari elastance, dan kedua tindakan tersebut berguna

untuk memahami fisiologi TIK. Elastance muncul sebagai

gabungan hasil distensi dan perpindahan. Dengan kata lain, karena

volume ditambahkan ke sistem, ada dua jalur utama untuk

kompensasi, perluasan, dan hilangnya volume. Secara fisiologis,

hal ini dapat terjadi baik dengan distensi dura mater tulang

belakang atau dengan displacement CSS dan darah. Konsep-

konsep ini akan diuraikan kemudian pada pembahasan dinamika

non-steady-state. Tekanan atmosfer, tekanan hidrostatik, dan

tekanan pengisian semua berkontribusi pada konsep dinamika

keadaan mapan. 11

Page 51: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

38

Fisiologi Umum Cairan Serebrospinal

Pada orang dewasa, kira-kira 87% dari ruang intrakranial

berukuran 1500 mL ditempati oleh otak, 9% oleh kompartemen

CSS (ventrikel, waduk, dan ruang subarachnoid) dan 4 % dengan

volume darah. Ruang ekstraselular memiliki kontak secara

langsung dengan CSS dan membentuk sekitar 15% dari total

volume otak. 10

Volume CSS intrakranial dalam satu waktu, berkisar 164,5

mL, dengan kisaran 62,2 sampai 267 mL. Volume ventrikel juga

bervariasi seperti yang dinilai dengan MRI, dari 7,49 sampai 70,5

mL dengan rata-rata 31,9 mL. Alasan untuk variasi semacam itu

tidak jelas, walaupun jumlah CSS dalam organisme apa pun

mencerminkan keseimbangan dinamis antara produksi dan

pembersihan. 10

Gambar 2.3 Kurva volume tekanan dan indeks tekanan-volume

menggambarkan respon tekanan intrakranial (TIK) terhadap

penambahan volume (V). A, Kurva normal menunjukkan

bagaimana perubahan saat volume yang lebih besar ditambahkan.

Sistem cairan serebrospinal berada dalam fase kompensasi spasial

Page 52: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

39

pada titik a dibandingkan dengan dekompensasi spasial pada titik

b. B, Graphing log TIK terhadap perubahan volume

memungkinkan perhitungan indeks tekanan-volume, yang banyak

digunakan sebagai deskripsi kepatuhan intrakranial.

Tabel 2.1 Konsentrasi larutan (mEq/kg H2O) dalam Plasma dan

cairan Serebrospinal (CSS) in Humans

Plasma CSS

Sodium (Na+) 150 147

Potassium (K+) 4.63 2.86

Magnesium (Mg2+) 1.61 2.23

Calcium (Ca2+) 4.7 2.28

Chloride (Cl-) 99 113

Bicarbonate (HCO3-) 26.8 23.3

Amino acids 2.62 0.72

Osmolality 289.0 289.0

pH 7.397 7.30

CSS pada prinsipnya diproduksi oleh pleksus koroid, yang

merupakan invaginasi pia mater ke dalam rongga ventrikel,

khususnya di atap ventrikel ketiga dan keempat dan dinding

ventrikel lateral. Pada titik-titik ini, rongga pembuluh darah

bercabang padat diinvestasikan oleh pia mater dan ditutupi oleh

sel ependimal khusus, epitel koroidal. Lingkaran sel dalam

struktur ini padat rapat dengan proses villous untuk meningkatkan

luas permukaan. Pembentuk CSS kedua adalah ependyma

ventrikel, kontribusinya proporsional yang bisa dibilang berkisar

antara 50% sampai 100% . 10

Untuk waktu yang cukup lama, CSS digambarkan sebagai

ultrafiltrasi plasma, yang menyiratkan bahwa tekanan hidrostatik

di dalam pembuluh darah memaksa cairan bebas protein melalui

ruang interendotelial. Namun, analisis komposisi CSS (Tabel 2-1)

menunjukkan beberapa perbedaan. dalam komposisi di tingkat

Page 53: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

40

ionik, sebuah temuan yang sangat menentang gagasan

penyaringan sederhana atau proses dialisis. CSS, secara umum,

memiliki konsentrasi natrium, klorida, dan magnesium yang lebih

tinggi daripada yang diharapkan pada filtrat plasma. Konsentrasi

potasium, kalsium, urea, dan glukosa lebih rendah, dengan

osmolalitas keseluruhan sangat mirip. Pemikiran saat ini oleh

karena itu berpendapat bahwa proses penyaringan sederhana

dimodifikasi oleh proses sekresi dan reabsorpsi yang bergantung

pada energi. 10

Estimasi tingkat produksi CSS dapat dilakukan secara

eksperimental melalui pemeriksaan clearance atau omset bahan

yang disuntikkan, oleh teknik pengenceran penanda atau perfusi

ventriculocis. Estimasi dengan teknik ini telah menghasilkan nilai

pada kisaran 0,35 sampai 0,37 mL / menit untuk manusia.Dalam

studi selanjutnya, aliran void pada sinyal resonansi magnetik

(MR) dalam sistem CSS telah digunakan untuk memperkirakan

tingkat produksi CSS. Perkiraan aliran CSS melalui saluran air

pada manusia, yang seharusnya sesuai dengan aliran sekresi CSS

pada ventilasi lateral dan ketiga, menghasilkan nilai 0,48 mL /

min. Ada variasi dalam tingkat absolut produksi CSS, Meskipun

demikian, itu jelas berhubungan dengan berat mutlak jaringan

pleksus koroid pada masing-masing subjek. Selanjutnya tingkat

produksi CSS mengikuti variasi diurnal, dengan tingkat produksi

puncak di malam hari dan pagi hari. 10

Adanya produksi konstan CSS, maka harus ada

pembuangan CSS pada tingkat yang sama. CSS bersirkulasi dari

pleksus koroid, melalui ventrikel, ke sisterna magna, basal, dan

ruang subarachnoid. Situs utama drainase CSS fisiologis masuk ke

sistem vena dural, melalui sinus vena dural. Evaginasi membran

arachnoid masuk ke lumens vena dural dan membentuk granula

arachnoid atau villi. Pengaturan ini membentuk hubungan katup

antara ruang subarachnoid dan sinus dural, sehingga darah tidak

dapat bergejolak ke dalam CSS. Tekanan hidrostatik yang lebih

Page 54: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

41

tinggi di ruang subarachnoid mendorong aliran cairan balik ke

arah depan, sehingga menguras volume CSS. Studi tentang

struktur ini telah mengungkapkan bahwa mereka dapat

membiarkan molekul sampai beberapa mikron melewatinya,

namun hanya secara satu arah. Reabsorpsi CSS telah terbukti

berhenti pada tekanan CSS kurang dari 5 mm Hg. 10

Steady-State Intracranial Pressure And Cerebrospinal Fluid

Dynamics

Dengan tidak adanya patologi, TIK awal dan amplitudo

komponen pulsatile TIK tetap konstan meski terjadi gangguan

transien. Seperti yang disinggung sebelumnya, tengkorak tersebut

harus dianggap sebagai wadah kaku dari unsur yang tidak

terkompres. Oleh karena itu TIK bergantung pada kapasitas dan

volume total di dalam tengkorak (VINTRACRANIAL SPACE), yang

merupakan penjumlahan dari volume cairan cerebrospinal (VCSS),

darah (VBLOOD), dan jaringan otak (VBRAIN). Kemampuan penutup

dural untuk mengembang sangat terbatas, sehingga setiap

perubahan volume dari salah satu dari tiga komponen intrakranial

harus dikompensasi dengan mengorbankan dua komponen

lainnya, untuk menjaga TIK. Persamaan berikut menggambarkan

hubungan ini: vCSS +

VBLOOD +

VBRAIN +

VOTHER =

VINTRACRANIAL

= (konstan)

Hubungan ini merangkum konsep doktrin Monro-Kellie.

Kehadiran komponen abnormal seperti tumor atau hematomaa

(diwakili oleh VOTHER dalam persamaan sebelumnya) menuntut

perubahan timbal balik dalam volume otak, darah, atau CSS, guna

mempertahankan TIK pada tingkat fisiologis. Penting untuk

dicatat bahwa bahkan keadaan fisiologis jauh dari statis; Ini

adalah keseimbangan dinamis. Perubahan konstan yang diinduksi

oleh detak jantung, tekanan darah sistemik, status cairan, dan

tekanan intrathoracic memerlukan perubahan transien dalam

Page 55: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

42

bagian intrakranial yang dianggap sebagai bagian dari steady

state. 10

Seperti yang disinggung sebelumnya, volume CSS yang

tidak sama pada setiap titik waktu bergantung pada keseimbangan

antara tingkat pembentukan, tingkat penyerapan, dan volume

intrakranial. Interaksi antara parameter-parameter ini dapat dilihat

dengan penggunaan model matematis yang menganalisis

mekanisme fisiologis (1) pembentukan CSS; (2) penyimpanan

volume, atau kepatuhan; dan (3) penyerapan cairan (Gambar 2-4).

Gambar 2.4 Sirkuit listrik ekivalen menunjukkan faktor utama

yang mengatur tekanan intrakranial.

Pembentukan CSS dapat digambarkan sebagai pompa

yang secara kontinu memompakan cairan ke ruang CSS pada

sumbu saraf. Tingkat pembentukan cairan (If) dianggap konstan

dan terlepas dari tekanan yang harus dihadapi oleh proses

pembentukan CSS. Sesuai dengan pengamatan bahwa laju

pembentukan CSS dipengaruhi oleh perubahan TIK. Cairan

memasuki ruang penyimpanan yang sesuai, yang dapat melebar

untuk mencapai volume tambahan, dan berlanjut melalui jalur

keluar, untuk diserap melalui villi arachnoid ke dalam sinus vena

dural. Mekanisme kepatuhan diwakili oleh elemen (C), yang

Page 56: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

43

mengurangi kompresibilitasnya dengan volume yang meningkat,

sama seperti ketahanan yang ditawarkan oleh balon karet pada

inflasi maksimum. Baik resistansi saluran CSS yang mengarah ke

villi arachnoid dan resistansi villi terhadap aliran fluida

digabungkan menjadi elemen resistansi tunggal (Ro). Komponen

ini merupakan resistansi total terhadap arus keluar CSS, yang

dalam kondisi normal tetap tetap konstan dan tidak tergantung

pada TIK. Elemen terakhir dari model ini adalah tekanan di dalam

dural sinus (Pd). Proses penyerapan cairan arachnoid villi kedalam

sinus vena duramater harus mengatasi tekanan ini. 10

Berdasarkan kerangka konseptual ini, telah dikembangkan

sebuah teori yang menggambarkan interaksi elemen formasi,

penyimpanan, dan penyerapan dalam keadaan mapan. Pertama,

tekanan dan volume berada dalam ekuilibrium, dan tidak ada

peningkatan atau penurunan bersih pada total volume CSS. CSS

yang terbentuk harus melewati elemen absorptif sehingga tidak

ada cairan bersih yang tersimpan. 10

Semua cairan yang terbentuk melewati elemen resistif

(Ro), gradien tekanan dikembangkan melintasi elemen absorptif

yang sama dengan produk formasi cairan (If) dan resistansi cairan

(Ro). Semakin besar arus atau hambatan, maka semakin besar

gradien tekanan (If X Ro). Selama sistem berada dalam

ekuilibrium, tekanan ruang CSS harus cukup besar untuk

mendorong cairan melalui villi arachnoid pada tingkat yang sama

dengan pembentukannya. Oleh karena itu, TIK harus sama dengan

jumlah gradien tekanan melintasi elemen serapan (If X Ro) dan

tekanan keluar. Persamaan berikut:

TIK = (If x Ro) + Pd

menunjukkan bahwa TIK steady-state sebanding dengan

tiga parameter: (1) laju pembentukan CSS, (2) resistansi terhadap

penyerapan CSS, dan (3) tekanan sinus dural. Bila parametrik ini

tetap konstan, TIK tidak berubah dan elemen kepatuhan tidak

berpartisipasi secara aktif dalam peraturan TIK. Hubungan ini

Page 57: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

44

dapat digambarkan secara visual sebagai rangkaian listrik

ekuivalen (lihat Gambar 2-4). 10

Peningkatan pembentukan CSS, hambatan aliran keluar,

atau tekanan vena di lokasi penyerapan cairan dapat mengubah

keseimbangan dinamis ini dan menghasilkan TIK yang

meningkat. Model matematika telah menunjukkan bahwa

kontribusi tingkat pembentukan CSS dan hambatan aliran keluar

(jika X Ro) kira-kira 10% dari total TIK. Sisanya dikaitkan

dengan besarnya tekanan sinus dural (Pd). Dengan distribusi ini,

resistansi arus keluar harus meningkat secara nyata sehingga

menyebabkan kenaikan TIK yang signifikan. Namun, tekanan

sinus sagital yang lebih kecil (Pd) yang disebabkan oleh obstruksi

sinus vena akan dikirim langsung ke sistem CSS, sehingga

meningkatkan TIK istirahat. Dari persamaan sebelumnya, jelas

bahwa perubahan elemen-elemen ini dapat terjadi secara

independen satu sama lain. Jika Pd naik, absorpsi CSS dapat tetap

konstan, dan pergeseran ke ekuilibrium TIK baru dapat terjadi. 10

Komponen dinamis lain dari persamaan yang mewakili

doktrin Monro-Kellie yang relevan dalam dinamika keadaan yang

stabil adalah volume darah serebral. Volume darah serebral

(CBV) dan aliran darah serebral (CBF) pada dasarnya adalah

fungsi dari perbedaan tekanan arteri pembuluh darah serebral dan

resistansi serebrovaskular, yang sangat ditentukan oleh kaliber

pembuluh darah. Meskipun, seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, ada perubahan berirama dalam volume darah akibat

siklus kardiorespirasi. Akan tetapi, CBV dan CBF dipertahankan

dalam batas sempit melalui proses autoregulasi. Ritme vaskular

dipengaruhi oleh sinyal fisik (gaya) dan kimia (pH, Pco2), dengan

tujuan mempertahankan CBF di berbagai tekanan darah arteri (50

sampai 160 mmHg) dan tingkat metabolisme jaringan (Paco2, 20

sampai 70 mmHg). CBF normal rata-rata orang dewasa adalah

53 mL / 100 g per menit. 10

Page 58: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

45

Non-Steady-State Dynamics

Proses yang baru saja dijelaskan, mempertahankan TIK konstan

sementara tidak ada akumulasi CSS atau perubahan volume

intrakranial lainnya. Sayangnya, banyak keadaan patologis dapat

mempengaruhi VCSS, VBLOOD, VBRAIN, dan VOTHER,

seperti hematomaa, tumor, hidrosefalus, dan edema serebral. Bila

satu atau lebih dari volume ini meningkat, sistem akan beralih ke

status non-steady-state, dan pada gilirannya TIK dapat meningkat.

10

Penyebab klinis yang paling umum dari TIK yang

meningkat adalah cidera otak traumatis, patologi yang mencakup

beberapa kemungkinan VOTHER. Edema otak menyumbang

volume ekstra pada kandungan intrakranial dalam bentuk air.

Trauma dapat menyebabkan pengumpulan darah intraserebral di

lokasi ekstradural, subdural, subarachnoid, atau intraparenchymal,

yang masing-masing menyumbang volume ekstra. Selanjutnya

trauma dapat menyebabkan perubahan VBLOOD sebagai akibat

dari autoregulasi dan hyperemia yang terganggu. Sejauh mana

peningkatan CBV berkontribusi terhadap TIK setelah cidera otak

traumatis tampak kecil, meskipun, dibandingkan dengan edema.

Perdarahan subarachnoid setelah pecahnya pembuluh darah arteri

intrakranial menyebabkan pendarahan dengan tekanan arteri dan

berpotensi menyebabkan TIK meningkat dengan cepat, namun

sebagai TIK mendekati tekanan arteri rata-rata (MAP), perdarahan

melambat, namun tekanan perfusi serebral (TPS) menurun sangat

rendah. Penyebab kenaikan TIK ini adalah kombinasi

pengumpulan darah intraparenchymal, peningkatan volume darah

serebral, dan reaksi vasomotor kuat terhadap luka yang terjadi. 10

Kecepatan onset perubahan volume dapat berdampak besar

pada kemampuan sistem untuk memberi kompensasi. Tumor otak

menyebabkan VOTHER perlahan meningkat sehingga ada

saatnya melakukan perubahan kompensasi. Sehingga masalah TIK

oleh karena tumor lebih jarang terjadi, walaupun dapat terjadi

Page 59: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

46

perubahan mendadak volume intrakranial (seperti pendarahan di

dalam massa tumor) dalam sistem yang sudah terkompensasi dan

hal ini dapat menimbulkan bencana. Demikian pula, periode

peningkatan tekanan hidrostatik yang meningkat (seperti

berbaring), dapat menciptakan peningkatan yang substansial pada

pasien TIK dengan tumor otak. Fenomena ini, ditambah dengan

variasi diurnal dalam pemeriksaan CSS, dapat mendasari sakit

kepala pagi dan mual yang dialami pasien tersebut. 10

Kondisi klinis lainnya dapat menyebabkan TIK meningkat,

termasuk hidrosefalus, hipertensi intrakranial idiopatik (ICH),

meningitis, dan arteriovenosa malformasi (AVMs). Dalam

beberapa kondisi ini, penambahan volume intrakranial secara

langsung bukanlah penyebab utama. Sebagai contoh, pada

hidrosefalus, sistem drainase CSS yang terganggu menyebabkan

akumulasi CSS, berbeda dengan papiloma pleksus koroid, dimana

produksi CSS berlebih adalah masalahnya. Penyebab TIK yang

meningkat pada ICH idiopatik tidak diketahui, walaupun produksi

CSS dan drainase telah diimplikasikan. Meningitis dapat

mempengaruhi TIK dalam beberapa pola, baik dengan cara

memblokir jalur drainase CSS atau dengan merangsang terjadinya

edema. AVMs, di sisi lain, mewakili peningkatan VBLOOD yang

signifikan, yang kemudian dapat membuat VOTHER jika terlibat

dalam peristiwa hemoragik. 10

Edema otak adalah proses patologis spesifik yang timbul

sebagai respons terhadap berbagai perubahan patologis serebral.

Edema otak ditetapkan sebagai peningkatan kandungan air

jaringan otak, oleh karena itu dapat dianggap berkontribusi baik

pada VOTHER atau VBRAIN. Pada pergantian abad Reichardt

melaporkan perbedaan antara otak bengkak kering dan otak

edematous yang basah. Klatzo secara subyektif membuka jalan

untuk semua diskusi edema di masa depan dengan

memperkenalkan dua istilah, "sitotoksik" dan "vasogenik," untuk

mengindikasikan akumulasi air intraselular dan ekstraselular.

Page 60: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

47

Yang terakhir ini secara tradisional dikaitkan dengan Blood Brain

Barrier (BBB) terbuka dan kebocoran cairan. Namun divisi ini

merupakan penyederhanaan karena dua alasan. Pertama, agar air

jaringan otak naik, bahkan di bawah kondisi sitotoksik, air harus

masuk ke jaringan dari sumber luar, yang paling mungkin adalah

pembuluh darah. Oleh karena itu bahkan edema toksik beracun

memiliki asal "vasogenik". Ini adalah penyebab patologis dan

tempat akhir akumulasi edema yang harus membedakan fenomena

ini. Selanjutnya, penelitian tentang cidera otak traumatis, telah

menyarankan bahwa komponen vasogenik dari cidera mungkin

telah terlalu ditekankandan bahwa pentingnya BBB yang

terganggu terletak pada penyediaan jalur resistansi rendah untuk

memindahkan air ke sel-sel yang pembengkakan sitotoksik.

Edema sitotoksik dan edema vasogenik mungkin tidak dapat

dipilah secara terpisah, dan klasifikasi edema berdasarkan istilah

"barrier utuh dan" barrier terbuka "mungkin bermanfaat. 11

Beberapa kemungkinan perubahan volume intrakranial

telah dibahas. Bila perubahan tersebut terjadi dengan cepat atau

melebihi kemampuan kompensasi dengan pengurangan volume

timbal balik, TIK mulai meningkat. Pada kondisi ini, diperlukan

pemantauan TIK yang lebih cermat daripada kondisi stabil.

Gambar 2.5 Kurva tekanan-volume

Page 61: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

48

Hubungan antara volume intrakranial dan TIK tidak linier.

Hubungan tekanan volume dapat digambarkan oleh grafik respons

TIK terhadap volume yang ditambahkan ke dalam sumbu saraf

(lihat Gambar 2-3). Pada orang dewasa normal hubungan ini

menggambarkan kurva hiperbolik. Di sepanjang bagian datar

kurva, kenaikan volume mempengaruhi TIK minimal karena

mekanisme kompensasi dapat secara efektif menjaga TIK dalam

kisaran normal. Bagian kurva ini disebut "periode kompensasi

spasial." Karena volume ditambahkan perubahan tekanan per

satuan volume menjadi semakin besar, dan kepatuhan berkurang;

bagian ini disebut "periode dekompensasi spasial." Pada TIK di

atas 50 mmHg, mendekati tekanan arteri rata-rata (MAP), kurva

cenderung merata lagi; dengan demikian, kurva yang lengkap

tidak hiperbolik melainkan sigmoid. 10

Timbal balik kemiringan kurva ini (AV / AP) mewakili

kepatuhan sistem, yang maksimal dalam periode kompensasi

spasial. Kemiringan kurva tekanan-volume meningkat dengan

cepat selama dekompensasi spasial, dan karena itu aktivitas

menurun. Metode lain untuk mengungkapkan informasi tentang

kepatuhan adalah dengan merencanakan TIK secara logaritma

terhadap volume, yang menghasilkan garis lurus. Kemiringan ini

adalah indeks volume tekanan (pressure-volume index / PVI), atau

volume yang dihitung dalam mililiter yang dibutuhkan untuk

menaikkan TIK dengan faktor ( Gambar 2-5). Pada orang dewasa

normal, PVI adalah 25 sampai 30 mL. Bila kepatuhan dikurangi

dengan proses patologis, PVI berkurang dan oleh karena itu

perubahan volume kecil menyebabkan perubahan tekanan yang

jauh lebih besar. Nilai kurang dari 13 mL dianggap tidak normal.

PVI bergantung pada usia; Namun, bayi normal memiliki PVI di

bawah 10 mL, sedangkan PVI dewasa 25 mL dicapai pada usia

sekitar 14 tahun. PVI secara klinis dapat diukur dengan infus atau

penarikan cairan kecil ke ruang CSS dengan disertai respons

tekanan. 10

Page 62: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

49

Kemampuan kompensasi otak, darah, dan CSS pada titik

tertentu dalam kurva tekanan-volume bergantung pada beberapa

hal yaitu volume masing-masing, kemudahan jalan keluar dari

tengkorak, dan tingkat TIK di mana interaksi terjadi, ditambah

dengan kekakuan dari tengkorak Meskipun otak menempati 80%

ruang intrakranial, volume ini tersedia secara efektif hanya untuk

perbandingan bila terjadi peningkatan pada VOTHER secara

perlahan. Bilamana terjadi perubahan yang lebih cepat, otak

bergeser dan terjadilah herniasi. Meskipun darah dan CSS tidak

menempati ruang intrakranial, volume totalnya dapat dikurangi

lebih cepat, dan biasanya mereka ganti terlebih dahulu sebagai

kompensasi. 10

Konsep ini menjadi lebih kompleks, seperti kebanyakan

model, bila diterapkan pada praktik klinis. Meskipun perubahan

jangka pendek menyebabkan pergerakan di sepanjang kurva

volume tekanan tunggal, perubahan dinamika intrakranial dapat

menciptakan kurva volume tekanan baru berbanding dengan

waktu (Gambar 2-5). Peningkatan volume darah serebral dan

edema serebral juga cenderung berperan dalam menghasilkan

interaksi volume tekanan dinamis ini. Dengan demikian,

pengetahuan tentang tekanan absolut ditambah dengan beberapa

ekspresi kemiringan kurva volume TIK pada titik waktu tertentu,

memberikan. Deskripsi yang lebih lengkap tentang stabilitas atau

instabilitas TIK. 10

Efek Peningkatan Tekanan Intrakranial

Di bawah kondisi tidak stabil, kegagalan mekanisme kompensasi

pada akhirnya menghasilkan TIK yang meningkat dengan

konsekuensi patologis yang berat.

Perfusi otak bergantung pada gradien tekanan arteri

pembuluh darah serebral. TIK ditransmisikan ke vena serebral

oleh karena itu tekanan perfusi serebral (TPS) didefinisikan

sebagai arus masuk arteri yang dikurangi TIK. Jika TIK

Page 63: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

50

meningkat, maka TPS akan berkurang, dan jika batas bawah

autoregulasi habis, Cerebral Blood Flow (CBF) akan mulai turun,

menyebabkan iskemia, yang pada gilirannya akan memperbesar

pembengkakan. 11

Cadangan autoregulator dapat didefinisikan sebagai

perbedaan antara TPS pada saat tertentu dan batas bawah

autoregulasi. Menimbang bahwa batas bawah autoregulasi adalah

berkisar antara 50 sampai 70 mmHg, cadangan autoregulator

untuk TPS 90 mmHg adalah 20 sampai 40 mmHg. Jadi, TPS di

bawah ambang batas autoregulator menghabiskan cadangan

autoregulatory. Saat TPS menurun, ketegangan dinding pembuluh

otak relatif menurun, sehingga meningkatkan transmisi

gelombang nadi arteri ke intrakranial. Demikian pula, ketika

pengurangan TPS disebabkan oleh peningkatan TIK, akan

mengakibatkan penurunan fungsi otak, suatu tindakan yang juga

berfungsi untuk meningkatkan transmisi pulsatile. Penurunan TPS

menyebabkan peningkatan tekanan darah dan pulsatilitas TIK.

Hubungan ini dapat menjadi sangat prediktor untuk hasil yang

fatal, karena meratakan atau mengurangi amplitudo pulsasi TIK

menyiratkan bahwa pembuluh darah serebral tidak lagi memiliki

tekanan reaktif. 11

Dari prinsip-prinsip ini, jelas bahwa korelasi antara

gelombang tekanan darah spontan (BP) dan TIK bergantung pada

cadangan autoregulatori. Koefisien korelasi antara perubahan BP

dan TIK didefinisikan oleh Czosnyka dan associates52

sebagai

indeks reaktivitas tekanan (pressure reactive index / PRx). Contoh

penggunaan indeks reaktivitas tekanan diilustrasikan pada

Gambar 2-6. Pada Gambar 2-7, PRX meningkat dari nilai yang

relatif rendah (tidak ada hubungan) dengan nilai mendekati 1,0

(asosiasi positif yang kuat); nilai ini dihitung dari kenaikan TIK

setiap 1 jam dari 60 sampai 90 mmHg pada pasien yang cidera

kepala. Gambar 2-6 menggambarkan perubahan sementara pada

PRx selama gelombang dataran tinggi TIK dengan pemulihan

Page 64: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

51

cepat PRx ketika TIK kembali ke garis dasar. PRx menyediakan

cara praktis untuk menilai tingkat autoregulasi dan berguna untuk

menjelaskan kontribusi serebrovaskular terhadap mekanisme yang

menyebabkan kenaikan TIK. PRx juga telah terbukti menjadi

penanda yang berguna untuk menentukan sasaran pengobatan

optimal, seperti untuk TPS. 11

Selanjutnya, dalam banyak kasus patologis, autoregulasi

tidak terganggu, sehingga kurva respons bergeser ke kanan dan

lebih linier (Gambar 2-7). Perubahan ini mengurangi cadangan

autoregulator untuk setiap TPS yang diberikan. Jika cadangan

autoregulator habis, CBF mulai turun, yang akhirnya

menyebabkan iskemia jaringan. Iskemia menciptakan edema

sitotoksik, yang kemudian berimplikasi pada TIK tinggi dan TPS

rendah. Jelas lingkaran setan edema dan ketinggian TIK dapat

terjadi jika upaya pengobatan tidak mencegahnya. Kenaikan TIK

yang tidak merespons pengobatan yang tersedia disebut hipertensi

intrakranial refrakter.

Page 65: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

52

Gambar 2.6 Contoh pengunaan indeks reaktivitas tekanan untuk

menilai cadangan autoregulasi dan memprediksi hasil pasien.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, karya klasik

oleh Lundberg5, yang mengukur TIK pada keadaan patologis,

mendefinisikan tiga pola dasar bentuk gelombang: Gelombang

(gelombang dataran tinggi), gelombang B, dan gelombang C

(Gambar 2-6). Gelombang, atau "gelombang dataran tinggi",

ditandai dengan kenaikan TIK yang berlanjut selama beberapa

menit dan kemudian kembali secara spontan ke garis dasar baru,

yang biasanya sedikit lebih tinggi. 11

Sebelumnya Lundberg menyampaikan bahwa gelombang

A adalah hasil dari peningkatan CBV karena vasodilatasi. Rosner

Page 66: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

53

dan rekannya telah menyatakan bahwa gelombang dataran tinggi

ini merupakan respon kompensasi normal terhadap penurunan

TPS, oleh karena itu manajemen pengobatan yang efektif

melibatkan penggunaan vasopressor. Rosner mengusulkan bahwa

gelombang dataran tinggi itu sendiri terdiri dari empat fase yang

mereka sebut "fase drift," fase "dataran tinggi," fase respons

iskemik, dan "fase resolusi." Fase drift ditandai dengan

penurunan TPS, yang memicu pelepasan vasodilator. Vasodilatasi

meningkatkan TIK ke tingkat dataran tinggi, untuk fase dataran

tinggi. Penurunan TPS mendadak menyebabkan tingkat iskemia

serebral, yang memicu batang otak vasomotor untuk memasang

respons Cushing (fase respons iskemik), yang pada gilirannya

akan mengembalikan TPS dalam fase resolusi. 11

Gelombang Lundberg B adalah elevasi pendek yang

sifatnya sederhana (10 sampai 20 mmHg) yang terjadi pada

frekuensi 0,5 sampai 2 Hz dan diperkirakan berhubungan dengan

vasodilatasi akibat fluktuasi pernafasan di PaCO2. Gelombang ini

terlihat pada pasien berventilasi, yang secara teori harusnya

memiliki PaCO2 yang konstan, sehingga elevasi semacam itu

masih dipertanyakan signifikansi klinisnya.

Gambar 2.7 Kurva Autoregulasi Serebral

Page 67: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

54

Gambar 2.8 Gelombang TIK berdasarkan klasifikasi Lundberg

Studi ultrasonografi Transcranial Doppler pada manusia

telah menunjukkan bahwa gelombang B terjadi akibat gelombang

vasomotor intrakranial, menyebabkan variasi dalam CBF. Dasar

fisiologis untuk perubahan siklus dalam ritme vasomotor ini tidak

jelas. Gelombang B dipercaya untuk mencerminkan peningkatan

TIK secara kualitatif, seperti juga gelombang C, fluktuasi

sinusoidal yang lebih cepat terjadi kira-kira setiap 10 detik dan

sesuai dengan fluktuasi Traube-Hering-Mayer dalam tekanan

arteri. 11

Selain efek aliran darah dan autoregulasi, masalah kedua

dengan peningkatan TIK timbul dari pembentukan gradien

tekanan di dalam tengkorak. CSS melakukan tekanan yang

dihasilkan oleh peningkatan volume di satu wilayah otak ke otak

lainnya. Ada lokasi anatomi tertentu dimana gradien tekanan

tersebut dapat menyebabkan pergerakan jaringan otak ke dalam

lokasi anatomi abnormal, atau herniasi otak. Beberapa jenis

herniasi telah dijelaskan, termasuk transtansi transenden ke bawah

(central dan uncal), subfalcine, transtentorial ke atas, dan

transforaminal. 11

Page 68: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

55

Secara anatomi pada herniasi sentral transtentorial,

hemisfer bergeser ke bawah dan kompartemen ganglia basal dan

diencephalon melalui insisura tentorial. Perpindahan batang otak

selanjutnya menyebabkan peregangan cabang arteri basilar, yang

pada gilirannya berkontribusi pada disfungsi diencephalon dan

disfungsi batang otak, dengan gejala klinisnya penurunan tingkat

kesadaran dan pernapasan yang berubah abnormal. Pupil menjadi

kecil dengan reaktivitas yang buruk terhadap cahaya. Lesi pada

satu sisi dapat menyebabkan hemiparesis kontralateral, disertai

fleksor abnormal ipsilateral dan respons dekortikal. Dengan

keterlibatan otak tengah yang progresif, respirasi menjadi takipne

dan pupil midriasis. Oftalmoplegia internal dapat timbul, dalam

hal ini pemeriksaan motor menunjukkan postur decerebrata

bilateral. Saat pons terlibat, respirasi tetap cepat dan dangkal.

Pemeriksaan motor menunjukkan ekstremitas lembek dengan

respon plantar ekstensor bilat. Dengan keterlibatan meduler yang

progresif, respirasi melambat dan menjadi tidak teratur dengan

desahan atau napas panjang. Saat hipoksia terjadi, pupil melebar,

dan kematian otak akan terjadi segera sesudahnya. 14

Pada herniasi uncal, pergeseran gyrus uncus dan

hippocampal secara medial menjadi takik tentorial, mendistorsi

batang otak dan menciptakan disfungsi yang signifikan. Salah satu

pupil bisa menjadi melebar dan kurang reaktif, bahkan pada

tingkat kesadaran normal. Jika kompresi otak tengah terjadi,

kesadaran dapat mulai terganggu, diikuti dengan postur

decerebrata kontralateral. Posturing atau hemiparesis dapat terjadi

ipsilateral pada lesi akibat tekanan pada sisi serebral kontralateral

di tepi serebelli tentorium. Jika sindroma uncal terjadi, respon

plantar ekstensor muncul secara bilateral, bersamaan dengan

pelebaran pupil kontralateral. Akhirnya, pasien menjadi

hiperpnea, pupil midriasis, respons okulovestibular terganggu, dan

kekakuan decerebrate bilateral, terjadilah sindrom herniasi

sentral.13

Page 69: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

56

Herniasi subfalcine dari cingulate gyrus disebabkan oleh

perluasan satu belahan otak yang menyebabkan pergeseran gyrus

cingulate di bawah falx cerebri. Herniasi cingulate dapat menekan

vena serebral internal dan atau arteri serebral ipsilateral. Lesi pada

fossa posterior sedikit berbeda, karena dapat menyebabkan

herniasi transtentorial ke atas dan juga herniasi transforaminal ke

bawah. 13

Efek dari TIK tertentu sangat bergantung pada sifat dan

lokasi anatomis dari kondisi patologis yang mendasarinya. Gejala

dan tanda-tanda TIK yang timbul adalah sakit kepala, muntah, dan

papilledema. Muntah tanpa mual yang bersifat sugestif terhadap

problematika intrakranial. Berbagai tingkat kelumpuhan saraf

kranial dapat timbul sebagai akibat tekanan pada inti batang otak.

Papilledema adalah ukuran peningkatan TIK yang akurat dan

obyektif, dengan spesifisitas yang baik. Namun kepekaannya

sangat bergantung keahlian pengamat. Oleh sebab itu, kecurigaan

gangguan intrakranial dengan tidak adanya papilledema sebaiknya

tidak diabaikan. 16

Tanda-tanda vital juga bisa berubah dalam kondisi

peningkatan TIK. Respons Cushing didefinisikan sebagai

hipertensi arteri dan bradikardia yang timbul sebagai akibat dari

iskemia otak menyeluruh atau iskemia lokal karena tekanan

langsung pada batang otak. Bradikardia kemungkinan dimediasi

oleh saraf vagus dan dapat terjadi secara independen dari

hipertensi. Respirasi abnormal juga dapat terjadi, tergantung pada

lokasi anatomis dari setiap lesi. Pernapasan Cheyne-Stokes

muncul dari kerusakan pada daerah malapetaka, dan hiperventilasi

berkelanjutan terjadi pada pasien dengan disfungsi pada otak

tengah dan pons bagian atas. Lesi midpontin menyebabkan

respirasi yang lambat, lesi pontomedullary menghasilkan respirasi

ataksik, lesio medula oblongata bagian atas menghasilkan

pernafasan yang pendek dan cepat dan dengan keterlibatannya

yang lebih besar, dapat menjadi apnea. 16

Page 70: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

57

Monitoring Tekanan Intrakranial

Beberapa uji klinis yang dipublikasikan menunjukkan bahwa

pemantauan TIK, di bawah situasi di mana TIK kemungkinan

mengalami peningkatan, dapat memfasilitasi pengobatan atau

mendorong penanganan agresif. Ada bukti klinis yang kuat bahwa

kontrol TIK yang hati-hati sangat penting, dan elevasi TIK

dikaitkan dengan hasil pengobatan yang negatif. Data klinis belum

dapat membuat kaitan antara pemantauan TIK dan hasil yang

lebih baik, dan beberapa penelitian telah mempertanyakan

manfaat klinis dari pemantauan TIK. The Benchmark Evidence

from South American Trials: Treatment of Intracranial Pressure

(BEST-TRIP) tidak dapat menunjukkan manfaat apa pun dari

pemantauan TIK.

Namun, ada sejumlah besar data yang melibatkan potensi

dampak positif pemantauan TIK, dan karena itu pemantauan TIK

tetap menjadi komponen yang berguna dalam pengelolaan klinis.

Keputusan untuk memantau TIK pasien didasarkan pada premis

bahwa ICH mengurangi TPS baik secara fokal maupun global dan

dapat menyebabkan iskemia. Hasil akhir dari peningkatan TIK

adalah herniasi otak dan kematian. Onset peningkatan TIK yang

segera dapat dideteksi secara klinis. Pemantauan TIK

memungkinkan masalah tersebut dideteksi dan diobati lebih awal.

Selanjutnya penerapan terapi antiretroviral untuk pengurangan

TIK dapat dihindari, dan jika dilakukan ventrikulostomi, didapati

keuntungan tambahan bahwa elevasi TIK dapat ditolong dengan

drainase CSS. Keunggulan ini harus dipertimbangkan terhadap

kemungkinan komplikasi dari pemantauan invasif.

Hipertensi intrakranial ditemukan pada 40% sampai 60%

cidera kepala berat dan merupakan faktor utama kematian pada

50% dari semua kandungan lemak. Data dari Bank Koma Trauma

telah menunjukkan bahwa proporsi rekaman TIK per jam lebih

besar dari 20 mm Hg sangat penting dalam memprediksi hasil

setelah cidera kepala berat. Peran pemantauan TIK dalam

Page 71: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

58

pengaturan nontraumatik kurang dievaluasi dengan seksama dan

sebagian bergantung pada sifat dan tingkat keparahan proses

penyakit. Penatalaksanaan ICH dapat bermanfaat pada sindrom

Reye dan gagal hati fulminan, walaupun tingkat komplikasi akibat

pemantauan TIK lebih tinggi pada kondisi ini. Pada kasus tumor

intrakranial, kateter ventrikular dapat memberikan dekompresi

ventrikular. Dekompresi sementara sebelum dan sesudah reseksi

tumor, bersamaan dengan uji coba awal pembentukan kembali

jalur CSS normal pada periode awal pascaoperasi. Peran monitor

dalam ensefalopati metabolik, infark serebral, atau serebritis difus

kurang jelas. 24

Yayasan Trauma Otak telah menerbitkan panduan untuk

memulai pemantauan TIK. Panduan untuk pemantauan TIK

setelah trauma pada orang dewasa mencakup skor Skala Koma

Glasgow (GCS) 3 sampai 8, dan temuan tomografi yang tidak

normal (CT). Dengan adanya temuan CT normal, dua atau lebih

dari fitur berikut harus segera dipantau: usia lebih dari 40 tahun,

postur motor unilateral / bilateral, dan tekanan sistolik di bawah

90 mmHg. Pasien dengan nilai GCS lebih tinggi dari 8 mungkin

mendapat manfaat dari pemantauan TIK jika pemindaian CT

menunjukkan lesi atau massa perawatan yang signifikan untuk

cidera terkait. 25

Ventrikulostomy ditambah dengan transduser tekanan

tetap menjadi "standar emas" untuk memantau TIK karena akurasi

dan kemudahan kalibrasi. Akses ke CSS untuk pengujian dan

pengeringan dinamis untuk mengendalikan TIK merupakan

keuntungan tambahan. Kekurangannya adalah penempatan kateter

bisa sulit bila ventrikelnya kecil atau bergeser dari garis tengah

dan risiko infeksi meningkat pada ventriculostomies setelah 5

hari, walaupun risiko ini dapat dikurangi dengan tunneling kateter

di bawah kulit. Perkiraan saat ini berhubungan dengan

pemantauan intraventrikular didapati kurang dari 2% untuk

komplikasi hemoragik dan kurang dari 10% untuk komplikasi

Page 72: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

59

infeksi. Secara profilaktik mengubah kateter pada interval reguler

tampaknya tidak mengurangi tingkat infeksi. Monitor paru-paru ,

di sisi lain, memiliki tingkat komplikasi infeksi kurang dari 1% . 25

Metode pemantauan TIK alternatif dapat ilakukan dengan

pemasangan screw transducer, kateter subdural, transduser

epidural, dan mikrotransduser serat optik. Screw transducer dan

transduser epidural, walaupun kurang invasif, secara teoritis

rentan terhadap ketidakakuratan karena karakteristik fisiknya.

Kateter kateter fiberoptik tidak dapat dikalibrasi ulang secara

eksternal. Namun, ketepatan dalam praktiknya terbukti sangat

baik, mudah dikenali, dan tingkat komplikasinya rendah karena

ukurannya yang kecil dan kurangnya kopling cairan. Semua

pemantauan yang bersifat intraparenchymal sangat rentan

terhadap ketidakakuratan regional, tergantung pada penempatan

mereka terkait lokasi lesi, mengingat TIK yang tinggi mungkin

bersifat regional. Pilihan metode pengukuran harus didasarkan

pada presentasi pasien dan perawatan yang direncanakan. Tidak

ada tingkat referensi yang ditetapkan untuk penggunaan

transduser di ICU, walaupun perangkat biasanya memusatkan

perhatian pada posisi foramen Monro. 26

Fisiologi Terapi Intrakranial Hipertensi

Tidak ada kesepakatan yang seragam tentang tingkat kritis TIK.

Saul dan Ducker membandingkan manfaat pengobatan TIK di atas

15 mmHg dengan 25 mmHg. Marmarou dan rekan meneliti data

dari 428 pasien dan menghitung ambang batas TIK yang paling

prediktif dari hasil 6 bulan dengan menggunakan analisis regresi

logistik. Ambang batas yang berkorelasi paling baik adalah 20

mmHg, dan ini adalah level saat ini yang digunakan untuk

memulai perawatan. Pendapat saat ini menganggap TPS sebagai

variabel penting kedua yang harus dipertimbangkan bersama

dengan TIK, walaupun target ideal untuk TIK tetap kontroversial.

18

Page 73: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

60

Logikanya, terapi terbaik untuk ICH adalah resolusi

penyebab tekanan yang meningkat. Namun, bila tidak

memungkinkan, manipulasi sistem dengan cara lain bisa

menurunkan TIK. Tidak ada satu terapi atau rangkaian terapi yang

sesuai untuk semua kasus TIK yang meningkat, dan strategi

pengobatan harus terus dievaluasi ulang dengan adanya keadaan

patologis yang berubah secara dinamis. 18

Persamaan berikut, yang sebelumnya telah disajikan,

memberikan kerangka konseptual untuk mempertimbangkan

komponen volume intrakranial yang bertanggung jawab atas

situasi TIK dan memungkinkan perawatan diarahkan secara

terfokus (Tabel 2-2):

VCSS + V Darah + V Otak + V Lain = Volume Ruang

Intrakranial

Masing-masing komponen dibahas secara terpisah disini.

Volume CSS

Tatalaksana penumpukan volume CSS dapat bersifat mekanis.

Ketika penyumbatan jalur CSS oleh tumor atau massa lainnya

menyebabkan hydrocephalus, maka akan dilakukan upaya, untuk

mengobati penyumbatan dengan membuka jalur CSS. Bila

hydrocephalus menyebabkan ICH dan etiologinya tidak dapat

dimusnahkan, akan dilakukan pemeriksaan CSS secara permanen

atau sementara. 26

Jika pengalihan CSS diperlukan, ada pilihan yang

memungkinkan dilakukannya drainase eksternal

(ventrikulostomy), drainase internal sementara

(ventriculosubgaleal shunt), atau drainase internal permanen

(ventriculoperitoneal / atrial / pleura shunt atau ven¬triculostomy

ventrikel ketiga). Ventrikulostomi eksternal memiliki nilai sebagai

metode untuk mengukur dan mengendalikan TIK, dan teknik ini

dapat sangat membantu dalam keputusan apakah prosedur

drainase internal permanen akan bermanfaat. Dapat dilakukan satu

Page 74: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

61

pendekatan dengan drainase CSS menggunakan resistensi

minimal sejak dini, dengan elevasi rata-rata ruang tetesan ke

tingkat yang sepadan dengan TIK fisiologis. Tekanan dipantau

terus menerus, dan CSS diperbolehkan untuk lolos saat ambang

batas tingkat TIK terlampaui. Kegunaan TIK normal dan volume

minimal drainase CSS biasanya menunjukkan bahwa

shunt/pintasan permanen tidak diperlukan. 22

Ventrikulosubgaleal shunt (VSGS) adalah metode tertutup

untuk pengalihan CSS secara berlanjut. Ini melibatkan

penempatan kateter ventrikel yang menempel pada reservoir

(dengan atau tanpa mekanisme katup) dengan lengan pendek

membuka ke ruang subgaleal. VSGS mengembangkan

dekompresi ventrikel kontinu selama beberapa minggu sampai

bulan tanpa kebutuhan akan aspirasi perkutan dari reservoir. 22

Pengalihan internal CSS permanen oleh shunt

ventriculoperitoneal (VP) diakibatkan oleh serangkaian indikasi,

pertimbangan teknis, dan risiko. Ventrikulostomy ventrikel tiga

menggunakan teknik endoscopy dapat efektif di dalam kondisi

klinis yang tepat. Ini memiliki keuntungan untuk menghindari

risiko inheren dari perangkat keras implan. Secara mekanis,

ventrikulostomy ventrikel tiga mencoba untuk membangun

kembali aliran CSS oleh karenanya tidak memerlukan pintasan.

Namun, jalur yang telah dibuka ini bisa membentuk scar dan

menutup, mengakibatkan kegagalan bedah. 22

Bila metode mekanisme pengalihan CSS tidak

memungkinkan atau tidak diinginkan, maka dapat dilakukan

terapi tambahan dengan obat-obatan seperti asetaminolamida,

furosemid, dan kortikosteroid yang bertujuan menurunkan

produksi CSS secara sementara. Acetazolamide, yang

menghambat produksi LCS yang dimediasi anhidrase, digunakan

paling banyak, terutama pada ICH. Mengurangi produksi CSS

sebesar 16% sampai 66%. Sinergi pengobatan telah dilaporkan

pada asetazolamida digabungkan dengan furosaide.

Page 75: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

62

Acetazolamide, bagaimanapun, juga memiliki efek vasodilator

serebral, yang dapat memperburuk ICH secara sementara, dan

karenanya. Penggunaannya harus dikoordinasikan bilamana risiko

efek ini sangat tinggi, seperti pada cidera kepala tertutup. 22

Volume Darah

Peran volume darah dalam patologi TIK lebih rumit dibandingkan

CSS. Kelebihan jumlah darah intrakranial (hiperemia) dapat

secara jelas berkontribusi terhadap penurunan kepatuhan dan

peningkatan TIK. Dapat menjadi penyebab ICH dengan

penurunan volume darah dan pada gilirannya dapat menyebabkan

iskemia dan edema otak. Tidak ada nilai CBV atau CBF mutlak

yang normal; Parameter ini ditentukan oleh aktivitas metabolik

otak itu sendiri. Misalnya CBF rata-rata pada subjek normal,

53mL/100g per menit, dapat dianggap hiperemik pada otak

anestesi atau iskemik di sebagian otak dengan kebutuhan

metabolik yang tinggi. 24

Secara umum sebagian besar CBV berada didalam

pembuluh dan vena pial, namun arteriol precapillary

mengendalikan CBF. Hubungan antara berbagai faktor yang

mencerminkan status CBF sangat kompleks dan bervariasi

tergantung pada waktu pengukuran, patologi yang mendasarinya,

ada atau tidak adanya hipoksia atau iskemia, tekanan darah

sistemik, TIK, tingkat metabolisme serebral, dan tingkat analisa

gas darah arterial. 24

Ekstrem CBF, baik yang rendah maupun tinggi, telah

terlihat pada pasien dengan hasil buruk setelah cidera kepala.

Pengukuran CBF dilakukan dalam waktu 6 jam setelah trauma

kepala berat (skor GCS <8) mengalami penurunan (22,5 ± 5,2 mL

/ l00 g / menit) dan berkorelasi dengan skor GCS dan hasil

akhirnya. Temuan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan

cidera diffuse bilateral dibandingkan pada pasien dengan lesi

massa, yang cenderung memiliki CBF global yang lebih tinggi di

Page 76: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

63

bagian lesi massa. Antara 45% dan 65% korban luka kepala

menunjukkan hiperemia dalam 12 sampai 24 jam setelah cidera.

Peningkatan CBF diduga disertai dengan peningkatan CBV, yang

dapat menyebabkan ICH. Peningkatan CBF dan CBV juga terlihat

pada ensefalopati akut dari sindroma Reye. Jelas iskemia dan

hiperemia bukanlah fenomena konstan, namun sebaliknya,

berubah secara dinamis di bawah pengaruh beberapa faktor.

Umumnya, CBF cenderung stabil 36 sampai 48 jam setelah

cidera. 24

Keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi VBLOOD

ini membuat perlakuan rasional menjadi sulit. Hubungan antara

CBF, tingkat metabolisme serebral oksigen, perbedaan oksigen

arteriovenosa, dan parameter klinis (TIK, skor GCS, dan outcome)

lebih mudah didokumentasikan dengan analisis multivariat

dibandingkan bila dijelaskan dalam hal penyebab dan efek

fisiologis. Secara umum, TIK meningkatkan perbedaan oksigen

arteriovenosa disebabkan karena penurunan PO2 vena oleh karena

ekstraksi oksigen yang lebih besar. CBV meningkat dengan

vasodilatasi sebagai respons terhadap penurunan TPS, atau

kenaikan pada PaCO2. Oleh karena itu, hiperventilasi mengurangi

volume darah intrakranial total karena vasokonstriksi hypocapnic

memindahkan darah dari sirkulasi pial ke pembuluh darah dan

sinus. Penurunan tingkat metabolisme otak serebral terlihat

setelah trauma, namun penurunan ini mungkin tidak

mencerminkan kebutuhan energi otak yang cidera. Beberapa

penulis telah menghubungkan penurunan ini dengan

ketidakmampuan mitokondria atau defisiensi enzimatik yang

membuat neuron dapat digunakan untuk memanfaatkan oksigen. 24

Memahami peran CBF dan CBV dalam situasi

peningkatan TIK terhalang oleh kesulitan dalam mengukur CBF.

CBF yang diperoleh dengan metode Kety-Schmidt mencakup

white matter namun tidak memiliki informasi anatomis. CBF

regional yang ditandai dengan metode inhalasi xenon (Xe)

Page 77: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

64

sebagian besar mengabaikan kontribusi white matter, dan daerah

fokus iskemia dapat dilewatkan jika dikelilingi oleh zona aliran

yang relatif tinggi. Pengukuran perfusi serebral berbasis MRI

dapat menghasilkan informasi anatomi yang akurat. Namun akan

menyebabkan penundaan waktu tatalaksana pasien dan belum lagi

kurangnya ketersediaan alat MRI ini. Penggunaan MRI, dapat

menunjukkan variasi parameter CBF yang hebat setelah cidera,

termasuk variasi anatomi yang luas dalam satu hemisfer otak.

Masalah selanjutnya berkaitan dengan kepekaan diferensial pada

struktur otak. Misalnya pada hippocampus penggunaannya sangat

sensitive. 24

Demikian juga tetap sensitif terhadap iskemia walaupun

ringan sekalipun. Sementara CBF yang berkurang di batang otak

tidak berkorelasi dengan perkiraan penurunan klinis fungsi batang

otak. 24

Meskipun setiap upaya harus dilakukan untuk mencegah

iskemia serebral sebagai akibat ICH, pengobatan hiperemia atau

peningkatan CBV dapat membahayakan sampai diketahui lebih

banyak tentang proses patofisiologis ini. Namun, beberapa

keberhasilan tatalaksana telah dilaporkan dengan terapi

mengurangi CBV. Metode paling ampuh untuk mengurangi

volume darah adalah hiperventilasi dan elevasi kepala.

Hiperventilasi menyebabkan kontraksi pembuluh pial ketika

pembuluh darah menahan reaktivitas CO2. Kehilangan reaktivitas

CO2 yang berkepanjangan dianggap sebagai tanda bahaya.Pada

orang dewasa, perubahan 1-torr di PaCO2 dikaitkan dengan

perubahan CBF 3%.24

Demikian pula efeknya pada ritme serebrovaskular,

hiperventilasi menginduksi alkalosis jaringan, yang dapat

menyangga asidosis intraselular dan CSS yang terlihat setelah

cidera kepala parah. Namun manfaat hiperventilasi mungkin

berumur pendek, dan pada tingkat yang lebih tinggi dapat

menyebabkan vasokonstriksi yang menghasilkan iskemia serebral.

Page 78: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

65

Percobaan prospektif yang dilakukan pada pasien trauma kepala

menunjukkan bahwa hiperventilasi pada nilai PaCO2 25 ± 2 pada

pasien dengan skor respons motorik Glasgow sebesar 4 atau 5

menghasilkan Glasgow skor yang lebih buruk daripada kontrol

secara signifikan, pada 6 bulan pasca trauma kepala.

Konsekuensinya hanya hiperventilasi ringan atau sedang yang

digunakan (30 sampai 35 mmHg), yang diperkirakan cukup untuk

menghindari efek iskemik. 24

Beberapa penulis telah mengemukakan konsep "inverse

steal" untuk menjelaskan beberapa efek merusak dari

hiperventilasi. Pada pasien dengan reaktivitas CO2 utuh atau

supersensitif, hypocapnia dapat menyebabkan shunting darah dari

resistansi tinggi, pembuluh yang terbatas pada pembuluh

resistansi rendah, pembuluh darah melebar yang telah kehilangan

respons CO2. Bagian otak yang mengalami kerusakan parah

memiliki permintaan oksigen rendah, sehingga hiperventilasi

cenderung untuk mendistribusikan ulang darah beroksigen dari

jaringan yang layak ke jaringan yang rusak. Bila hiperventilasi

dihentikan, sebaiknya secara bertahap dalam waktu 24 sampai 48

jam. Penghentian yang tiba-tiba dapat menyebabkan vasodilatasi

karena pH ekstraselular turun, dan menyebabkan elevasi TIK. 24

Ketinggian kepala sampai 30 derajat akan menurunkan

TIK dengan memfasilitasi drainase vena yang adekuat dan

demikian pula drainase CSS. Tingkat elevasi ini tidak mengubah

TPS. Feldman dan rekan kerja menunjukkan efek menguntungkan

dari elevasi kepala pada TIK secara klinis. Dalam penelitian ini,

TPS dan CBF tampak tidak terpengaruh oleh posisi kepala sampai

kepala diangkat sampai 60 derajat. Rotasi kepala atau fleksi leher

juga dapat mengganggu aliran vena jugularis dan menaikkan TIK.

Oleh karena itu, usaha harus dilakukan agar kepala tetap dalam

posisi netral. 24

Mekanisme dimana CBV dapat diturunkan adalah

pengurangan TPS. Prinsip ini, ditambah dengan pengurangan

Page 79: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

66

kekuatan hidrostatik di bagian kapiler yang rusak, mendasari

protokol Lund untuk tatalaksana peningkatan TIK, dengan

menganjurkan mengurangi TPS, vasokonstriksi pra-kapiler

dengan dihydroergotamine, dan pemeliharaan osmolaritas plasma

dengan infus albumin. Selanjutnya penggunaan dihidroergotamin.

Uji coba klinis awal dari pendekatan ini menghasilkan hasil yang

tidak lebih buruk daripada teknik konvensional lainnya, namun

sama baiknya, tidak ada uji coba yang tepat sampai saat ini yang

menunjukkan keunggulan klinisnya. Satu tinjauan

mengidentifikasi sepuluh studi yang meneliti hasilnya dengan

menggunakan protokol Lund, dan dalam membandingkan hasil ini

dengan penelitian lain dalam cidera otak traumatis, para peneliti

menyimpulkan bahwa protokol Lund cenderung lebih baik. 24

Protokol ini kontras dengan prinsip umum pengelolaan

TPS dan dengan rekomendasi dari Brain Trauma Foundation,

yang melibatkan perawatan atau peningkatan TPS. Diperkirakan

bahwa selain risiko iskemia, TPS rendah dapat merangsang

vasodilatasi arteriolar, menyebabkan peningkatan CBV dan TIK.

Teori yang berlawanan dengan konsep Lund berpendapat bahwa

dengan elevasi TPS dengan vasopressor, pembuluh darah

dirangsang oleh mekanisme pengatur tekanan terhadap

vasokonstriksi, akibatnya mengurangi CBV dan TIK. Argumen ini

nampaknya hanya berlaku bila mekanisme yang mempertahankan

tekanan tetap berjalan baik. Rosner juga mengusulkan bahwa

dalam kasus di mana terjadi gangguan autoregulasi, mekanisme

tidak hilang, namun kurva digeser ke kanan (lihat Gambar 2-7).

Vasopressor memanipulasi pembuluh darah kembali pada keadaan

di mana ia dapat melakukan autoregulasi. Jika argumen ini benar,

tantangan sebenarnya adalah membedakan otak mana yang akan

mendapatkan manfaat dari jenis terapi ini.24

Page 80: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

67

Volume Otak

Komponen ketiga TIK adalah volume yang ditempati oleh

jaringan otak. Peningkatan dalam volume otak paling sering

terjadi akibat edema serebral, yang merupakan reaksi nonspesifik

terhadap berbagai proses. Secara konseptual, pengobatan

peningkatan TIK karena edema otak diarahkan untuk

menghilangkan penyebab edema, mengendalikan perambatannya,

dan meningkatkan clearance. Edema telah dibagi menjadi jenis

sitotoksik dan vasogenik. Jenis edema pada cidera otak traumatis

masih diperdebatkan, walaupun ada bukti yang mendukung edema

sitotoksik. Studi lanjutan menunjukkan bahwa pembentukan

edema dapat terjadi sepanjang spektrum proses vasogenik dan

sitotoksik, di mana gangguan BBB memungkinkan proses

sitotoksik primer. Upaya menurunkan pembentukan edema

vasogenik meliputi pencegahan hipertensi serebrovaskular dan

pilihan resusitasi cairan yang tepat. 28

Sangat dibutuhkan pengendalian sistemik dan hipertensi

serebrovaskular bila ditemukan ICH atau bila autoregulasi

serebral terganggu. Tekanan darah yang meningkat dapat

meningkatkan pembentukan edema vasogenik dan meningkatkan

CBV, hingga meningkatkan TIK. Sangat berhati-hati dalam

menentukan pilihan obat antihipertensi pada pasien dengan

peningkatan TIK mungkin penting, karena banyak senyawa

vasoaktif memiliki efek lain pada fisiologi serebral. Sebagai

contoh, karena menurunkan kebutuhan jantung dan kadar

epinephrinine dan norepinephrine serum, propranolol telah

terbukti lebih unggul dari hidralazine untuk mengendalikan

hipertensi pada pasien trauma kepala.32

Pilihan resusitasi cairan pada pasien yang cidera kepala

sangat menentukan keberhasilan terapi. Sekitar 10% sampai 15%

pasien yang mengalami cidera kepala mengalami hipotensi karena

cidera itu sendiri atau cidera yang terkait. Koreksi kejutan agresif

akan meningkatkan kelangsungan hidup dan hasil klinis, namun

Page 81: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

68

osmolalitas darah akan memiliki implikasi yang penting bagi TIK.

Penggunaan solusi hipotonik berpotensi memperburuk edema

serebral, dan solusi hipertonik telah dianjurkan sebagai terapi

yang dapat menurunkan peningkatan TIK. Secara umum bolus

dosis garam hipertonik sangat bermanfaat; Namun, terapi

penggantian cairan yang terus-menerus dengan larutan garam

hipertonik terbukti bermanfaat sekaligus merugikan TIK dalam

penelitian yang berbeda. Penggunaan albumin tidak

direkomendasikan pada cidera otak traumatis karena memiliki

hasil yang buruk. 22

Dalam kasus cidera sitotoksik, upaya menurunkan edema

otak pada koreksi etiologi fungsi sel yang tidak teratur. Dengan

toksin, ini akan melibatkan perawatan yang diarahkan pada agen

penyebab. Bila anoksia atau iskemia adalah penyebabnya, pada

masa akut, tindakan oksigenasi dapat pembalikannya dapat

membawa perbaikan.26

Barbiturat efektif dalam mengurangi TIK, namun dalam

banyak penelitian, belum dapat menunjukkan perbaikian hasil.

Penggunaan barbiturat tanpa efek samping menyebabkan kontrol

yang lebih mudah. Mengingat risiko dosis tinggi, maka ini

aplikasi paling tepat untuk pasien yang tindakan pengendalian

TIK konvensionalnya telah gagal. Bolus pentobarbital (5 sampai

10 mg / kg) diberikan lebih dari 30 menit diikuti infus perawatan

per jam 1 sampai 5 mg / kg untuk mencapai konsentrasi serum 3,5

sampai 4,5 mg / 100 mL144 atau 10 sampai 20 detik. Meskipun

mempertahankan volume darah normal dan curah jantung,

hipotensi terjadi pada 50% kasus dan mungkin karena penurunan

resistensi vaskular perifer. Komplikasi potensial terkait dengan

barbiturat dosis tinggi adalah hiponatremia, pneumonia, dan

depresi jantung. 26

Barbiturat berguna dalam berbagai situasi karena

menurunkan tingkat metabolisme otak, sehingga memungkinkan

toleransi terhadap tingkat iskemia / anoksia yang tidak dapat

Page 82: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

69

diterima pada tingkat sel. Toleransi ini pada gilirannya dapat

menurunkan permintaan aliran darah otak, yang oleh karenanya

cenderung menurunkan CBV dan selanjutnya TIK. 26

Barbiturat bersifat antikonvulsan, namun tidak secara rutin

digunakan untuk profilaksis kejang. Obat antikonvulsan

profilaksis lainnya, bagaimanapun, seperti fenitoin dan

levetiracetam, harus diberikan. Kejadian kejang setelah trauma

kepala adalah 4% sampai 25%, dan setelah luka tembus adalah

50% . Kejang dapat meningkatkan TIK melalui beberapa cara,

termasuk peningkatan permintaan metabolik, manuver Valsava,

dan pelepasan eksitotoksin. Pencegahan kejang secara tidak

langsung dapat mengobati TIK. 26

Steroid adalah nilai yang tidak perlu dipertanyakan lagi

dalam pengobatan edema menyeluruh di berbagai setting klinis,

yang paling umum dengan tumor otak. Namun, tidak ada manfaat

pasti yang ditunjukkan saat mereka digunakan pada pasien dengan

cidera kepala. Cara kerja steroid pada tumor otak tidak jelas,

walaupun efek dramatis pada kedua fungsi edemadan pasien dapat

dilihat. Kortikosteroid telah terbukti memiliki efek luas pada

hidrolisis lipid membran dan peroksidasi, proses yang dianggap

penting untuk pengembangan cidera. Penggunaan steroid pada

perdarahan subaraknoid tidak memiliki manfaat yang terbukti,

namun vasospasme yang ditunjukkan secara angiografi dapat

dikurangi. Steroid memperburuk hasil pada iskemia serebral, baik

dengan toksisitas glukokortikoid langsung atau sebagai

konsekuensi peningkatan kadar glukosa serum, yang

memperburuk asidosis laktat iskemik. 37

Akhirnya, volume otak dapat dikurangi dengan

meningkatkan tingkat clear edema. Baik diuretik osmotik maupun

loop diuretik banyak digunakan dan dapat mengobati edema

vasogenik dan edema sitotoksik. Agen osmotik meningkatkan

osmolalitas serum dan menciptakan gradien osmotik antara serum

dan otak. Efek ini menarik air bebas dari otak ke dalam

Page 83: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

70

kompartemen intravaskular di sepanjang gradien osmotik. Sebuah

proses yang dianggap baik mencegah pembentukan edema dan

kecepatan pembersihan. Namun, agen osmotik meningkatkan

aliran darah otak secara independen dalam pengaruhnya terhadap

TIK, sehingga penggunaannya pada hiperemia dan peningkatan

CBV dikontraindikasikan. 37

Obat yang paling sering digunakan untuk meningkatkan

osmolalitas intravaskular adalah manitol, urea, dan gliserol.

Mannitol (20% solution) merupakan agen pilihan. Agen ini

memiliki efek yang cepat pada TIK, oleh karena itu dianggap

bahwa mekanismenya melibatkan pengaruhnya terhadap

karakteristik rheologi darah. Mannitol meningkatkan volume

plasma dan menurunkan hematokrit dan menurunkan viskositas

darah, efek yang dapat menyebabkan vasokonstriksi dan

penurunan TIK. 36

Mannitol (0,25 sampai 1,0 g / kg) dapat diberikan sebagai

bolus berulang atau sebagai infus kontinyu. Komplikasi

penggunaannya dalam terapi osmotik adalah dehidrasi,

ketidakseimbangan elektrolit, dan dengan hipermosmolaritas

ekstrim, gagal ginjal. Penggantian cairan ditujukan pada

preserving isovolemia sambil meningkatkan osmolalitas serum.

Osmolalitas tidak boleh melebihi 320 mOsm / kg karena tubulus

ginjal mudah dilukai, terutama jika obat nefrotoksik lainnya

digunakan secara bersamaan. Pemeliharaan kadar mannitol serum

tinggi dapat menyebabkan penetrasi manitol ke otak yang cidera,

terutama di daerah kekurangan BBB. Dalam kasus ini osmolalitas

jaringan otak cenderung menarik air ke dalam jaringan dan

memperburuk edema. 36

Mannitol digunakan lebih sering daripada urea dan gliserol

karena konsentrasi plasma dan otak cenderung menyeimbangkan

lebih cepat dengan urea dan gliserol dibandingkan dengan

manitol. Gliserol juga dapat menyebabkan hemolisis dan gagal

ginjal saat diberikan secara khusus. Gliserol dimetabolisme,

Page 84: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

71

hiperosmolalitas berlangsung singkat dibandingkan dengan

manitol. Dalam satu studi membandingkan manitol dan gliserol,

gliserol kurang efektif dalam mengurangi TIK. Diuretik loop

seperti furosemid dan etakrilat dapat digunakan bersamaan dengan

manitol untuk mengendalikan TIK yang terkait dengan edema.

Furosemida bekerja secara sinergis dengan manitol untuk

menghilangkan air bebas dan paling tepat pada pasien dengan

kelebihan cairan. Penambahan furosemid meningkatkan

kemungkinan dehidrasi dan hilangnya potassium. Meskipun

furosemide menurunkan produksi cairan serebrospinal, efek ini

mungkin tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap

penurunan TIK dalam keadaan akut. 36

Pendekatan lain untuk membatasi pembentukan edema

adalah hipotermia terapeutik. Hipotermia pertama kali dilaporkan

sebagai pengobatan untuk cidera otak pada pertengahan abad ke-

20. Laporan selanjutnya menunjukkan adanya efek yang baik

dalam menurunkan TIK. Penggunaan hipotermia pada

sekelompok pasien yang mengalami luka parah dengan refrakter

ICH terhadap pengobatan lain, termasuk barbiturat, telah terbukti

mengurangi TIK. Penggunaan hipotermia untuk mengurangi TIK

juga telah terbukti memperbaiki hasil luaran pasien pada 3 dan 6

bulan setelah cidera. Kemampuan hipotermia untuk menurunkan

TIK mungkin berhubungan dengan depresi metabolik serebral,

seperti barbiturat, ditambah dengan melambatnya kejadian seluler

yang merugikan (misalnya peroksidasi lipid). Sejumlah besar

studi telah mengkonfirmasi efek fisiologis yang menguntungkan

dan efek neuroprotektif hipotermia. 41

Namun, terlepas dari hasil yang menjanjikan ini, uji klinis

sampai saat ini belum menunjukkan efek menguntungkan ini.

Studi Cidera Otak Nasional: Hipotermia (NABIS: H), sebuah

penelitian acak besar terhadap 392 pasien, tidak menunjukkan

adanya manfaat akibat hipotermia setelah cidera otak traumatis.

Ada kecenderungan penurunan TIK dengan hipotermia tapi

Page 85: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

72

didapati tingkat komplikasi yang lebih tinggi lainnya. Hipotermia

meningkatkan risiko infeksi, gangguan elektrolit, gangguan

pembekuan darah, aritmia jantung, dan depresi fungsi miokard.

Dua alasan yang diajukan menyangkut tidak adanya manfaat

klinis adalah waktu terjadinya hipotermia dan usia pasien yang

tua. Percobaan kedua, NABIS: H II, dirancang untuk memulai

hipotermia segera setelah cidera dan pada kelompok usia yang

lebih muda, namun tetap belum menunjukkan efek yang

signifikan dengan pasien yang terdaftar dalam. Analisis

subkelompok lebih lanjut menunjukkan signifikansi. Manfaat

hipotermia pada lesi massa yang dievakuasi dibandingkan dengan

cidera yang diffuse. Oleh karena itu, uji klinis sampai saat ini telah

terhambat oleh heterogenitas cidera traumatis dan mekanisme

pembengkakan. Penelitian lanjutan harus mencakup penilaian

yang lebih rinci mengenai indikasi terbaik penggunaan

hypothermia. Hingga saat ini didapati beberapa uji klinis yang

sedang berlangsung yang mengevaluasi hipotermia pada cidera

otak traumatis. 34

Volume Lainnya

Pengobatan volume lain yang paling efektif adalah tindakan

bedah. Bila terjadi, massa abnormal (mis., Tumor, abses, atau

hematomaa) yang bertanggung jawab atas ICH, pertimbangan

harus diberikan untuk mengevakuasi massa tersebut secara aman.

Semua terapi harus dipertimbangkan secara seksama dan

mendukung dalam kasus ini. 33

Hal ini berguna untuk mempertimbangkan beberapa kasus

di mana tengkorak membatasi perluasan otak. Contohnya

termasuk kraniosinstosis multisutural, sindrom slit ventrikel, dan

fraktur tengkorak yang tertekan besar. Keseluruhan doktrin

Monro-Kellie didasarkan pada konsep ruang intrakranial rigid.

Pengurangan ukuran ruang ini juga mempengaruhi hubungan

volume dan tekanan intrakranial. Sama halnya, perluasan ruang

Page 86: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

73

secara teoritis dapat memberikan peningkatan volume, yang pada

gilirannya akan menurunkan tekanan. Ini adalah dasar

penggunaan kraniektomi dekompresi sebagai pengobatan untuk

menurunkan TIK. Namun, uji klinis sangat beragam dalam

melaporkan manfaatnya untuk teknik ini. Uji coba DECRA

(Decompressive Craniotomy) yang acak dengan menggunakan

kraniektomi dekompresi pada 155 pasien untuk mengobati TIK

menunjukkan kemampuan untuk mengurangi TIK dan lamanya

rawatan ICU , tapi tidak ada peningkatan kualitas manfaat hidup.26

Page 87: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

74

BAB III

KLASIFIKASI CIDERA KEPALA

3.1 Klasifikasi Cidera Kepala

Pada dekade 60an para ahli bedah saraf percaya bahwa dengan

mengangkat fragmen tulang yang menekan dan mengevakuasi

hematomaa dapat mempengaruhi outcome setelah cidera kepala.

Namun menjadi tantangan para ahli bedah saraf bagaimana

menilai terjadi peningkatan tekanan intrakranial atau hematoma

intrakranial bertambah selama perawatan. Ini menjadi perhatian

Jennett dan Teasdale tahun 1974 untuk membuat Glasgow Coma

Scale. Awalnya hanya digunakan untuk menilai pasien-pasien

yang mengalami koma, kemudian berkembang menjadi sering

digunakan untuk menilai cidera kepala.52

Klasifikasi cidera otak dibagi berdasarkan tingkat

kesadaran dan gambaran luka-luka yang diderita. Untuk kondisi

klinis dan tingkat kesadaran yang umumnya dipakai adalah

dengan Glasgow Coma Scale (GCS). Diadopsi untuk menilai

tingkat keparahan klinis cidera kepala dan patologi lainnya yang

mengganggu kesadaran. GCS memainkan peran penting dalam

mengkategorikan tingkat keparahan cidera, menentukan standar

status neurologis klinis, hingga mendeteksi kerusakan neurologis.

Perlu dicatat, bahwa kegunaan GCS mulai terbatas dengan terapi

modern. Sebagai contoh, sebagian besar pasien yang datang ke

rumah sakit dengan ambulans tidak respon karena sedasi dan

blokade neuromuskular; Pada pasien ini, skor yang akurat tidak

dapat ditentukan sampai efek farmakologisnya telah selesai atau

habis dimetabolisme. Hal serupa dihadapi selama tatalaksana unit

Page 88: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

75

perawatan intensif (ICU) karena banyak terapi menurunkan TIK

membuat pasien harus memakai sedasi. Selanjutnya, intubasi dan

pembengkakan orbital dapat secara signifikan mengganggu

penilaian skor mata dan skor verbal. Dalam sebuah studi oleh

Gale dan kawan-kawan, 50% pasien tidak dapat diberi nilai GCS

yang akurat karena variabel pengganggu ini. Skala alternatif untuk

menilai kondisi klinis adalah skala keparahan cidera kepala, tetapi

menghadapi tantangan yang sama karena sebagian besar

didasarkan pada skor GCS.53

Tabel 3.1 Skala keparahan cidera kepala

Kategori cidera Skor GCS

Minimal GCS 15, tidak ada penurunan

kesadaran atau amnesia

Ringan GCS 14-15, penurunan kesadaran < 5

menit, amnesia

Sedang GCS 9-13 penurunan kesadaran ≥ 5

menit atau disertai defisit neurologis

Berat GCS 5-8

Kritis GCS 3-4

Dari Stein S. Clasiffication of Head Injury. Neurotrauma. New

York: McGraw-Hill; 1996: 31-41.

Tabel 3.2 Glasgow coma scale

Jenis Pemeriksaan Nilai

Respon buka mata (Eye

Opening)

Spontan

Terhadap suara

Terhadap nyeri

Tidak ada respon

4

3

2

1

Respon motorik

Ikut perintah

6

Page 89: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

76

Jenis Pemeriksaan Nilai

Melokalisir nyeri

Menarik anggota tubuh yang

diberikan rangsang nyeri

Fleksi abnormal (dekortikasi)

Ekstensi abnormal (deserebrasi)

Tidak ada respon

5

4

3

2

1

Respon verbal

Berorientasi baik

Berbicara bingung atau kacau

Kata-kata tidak teratur

Suara tidak jelas

Tidak ada respon

5

4

3

2

1

Ada juga klasifikasi berdasarkan difus atau fokal cidera

kepala yang dialami. Tergolong difus adalah konkusi, diffuse

axonal injury, edema otak berat. Sedangkan yang fokal adalah

contusio dan hematomaa.

Kontusio dapat ditandai dengan mekanisme, lokasi

anatomis, atau luka yang berdekatan. Misalnya, kontusio fraktur

akibat cidera kontak langsung dan terjadi segera. Kontusio coup

adalah cidera yang timbul langsung di tempat benturan dan tidak

adanya patah tulang, sedangkan counter coup adalah cidera akibat

dari benturan dari sisi yang berlawanan. Kontusio biasanya

menghasilkan berbagai tingkat defisit neurologis tergantung pada

area yang terlibat. Kontusio dapat menyebabkan efek massa yang

signifikan karena edema di sekitarnya atau perkembangan

hemoragik menjadi hematomaa intraserebral. Kontusi juga

mewakili sumber cidera kepala sekunder ke jaringan yang

berdekatan melalui pelepasan neurotransmiter dan perubahan

biokimia lokal. Adams dan rekannya mengusulkan sebuah metode

untuk mengkuantifikasi kontusio serebral (indeks kontusio) yang

disebabkan oleh cidera kepala Mereka menemukan bahwa

Page 90: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

77

kontusio paling parah di lobus frontal maupun temporal dan tidak

secara konsisten berkorelasi dengan mekanisme cidera. Kontusio

yang lebih parah bila dikaitkan dengan patah tulang tengkorak,

diffuse axonal injury.

Untuk jenis hematoma terdapat epidural hematoma,

subdural hematomaa, dan intracerebral hematomaa.

Klasifikasi lainnya berdasarkan temuan dari CT Scan

kepala, yaitu Marshall Score dan Rotterdam Score.

Tabel 3.3 Klasifikasi cidera kepala berdasarkan Marshall Score

Kategori Definisi

Diffuse injury I Tidak ditemukan kelainan

intrakranial

Diffuse injury II Sisterna masih terlihat dengan

midline shift 0-5 mm dan atau

tampak lesi dengan tidak

hiperdens atau lesi dengan

mixed density > 25 ml dapat

ditemukan fragmen tulang dan

benda asing

Diffuse injury III

(pembengkakan)

Sisterna terkompresi atau tidak

ada, dengan midline shift 0-5

mm

Diffuse injury IV Midline shift >5 mm

Lesi tidak hiperdens atau

mixed density >25 ml

Lesi masa telah dievakuasi Lesi bekas operasi

Lesi massa yang belum

dievakuasi

Lesi dengan hiperdens atau

mixed density > 25ml, belum

dievakuasi

Page 91: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

78

Dari Marshall L, Bowers S, Klauber M. A new

clasiffication of head injury based on computerized tomography. J

Neurosurg. 1991; 75: 514-520.

Tabel 3.4 Rotterdam Score

Nilai prediktor Skor

Sisterna basalis

Normal

Terkompresi

Hilang

0

1

2

Midline shift

≤5 mm

>5 mm

0

1

Lesi massa epidural

Ada

Tidak ada

0

1

IVH atau traumatik SAH

Tidak ada

Ada

0

1

Skor ditambah +1

Total 1-6

Dari Hukkelhoven C, Marshall L, dkk. Prediction of

Outcome in traumatic brain injury with computed tomographic

characteristics; a comparison between the computed tomographic

clasiffication and combinations of computed tomographic

predictors. Neurosurgery. 2005; 57: 1173-1182.

Kemungkinan meninggal 6 bulan setelah cidera kepala

menurut skor Rotterdam:54

1 ≥ 0%

2 ≥ 7%

3 ≥ 16%

4 ≥ 26%

Page 92: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

79

5 ≥ 53%

6 ≥ 61%

Penelitian dari Huang tahun 2012 menyatakan bahwa Skor

Rotterdam mempunyai hubungan yang signifikan dengan

kematian. Pasien dengan skor Rotterdam minimal satu

mempunyai risiko kematian tiga kali dibanding orang normal.55

Page 93: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

80

BAB IV

CIDERA KEPALA

4.1 Epidural Hematomaa

Epidural hematoma (EDH) adalah perdarahan di ruang antara

duramater dengan kranium. Epi adalah bahasa Yunani yang

berarti di atas atau yang melapisi. EDH juga dapat berarti

extradura. EDH disebabkan adanya gangguan dari pembuluh

darah dura, yaitu cabang arteri meningea media, vena, sinus dura,

dan pembuluh darah kranium. Perdarahan yang terus menerus

menyebabkan tekanan intrakranial meningkat.

Epidural hematoma terjadi 10,6% dari semua cidera kepala

yang masuk ke rumah sakit. Paling sering terjadi di usia kurang

dari 50 tahun. Pada anak-anak EDH terjadi 1,96 kali lebih sering

terjadi ketika ada cidera kepala.56

Trauma adalah penyebab utama EDH. Trauma tumpul

paling sering menyebabkan EDH, seperti jatuh dari ketinggian,

dipukul benda tumpul, dan lainnya. Pada bayi baru lahir dapat

juga menimbulkan EDH, yaitu saat terjadi distosia, menggunakan

forcep saat persalinan, dan moulding kranium berlebihan saat

persalinan.57

Tidak seperti subdural hematomaa, kontusio cerebral, atau

diffuse axonal injury, EDH bukan karena akselerasi atau

pergerakan kepala. Tapi akibat langsung kerusakan struktur

pembuluh dura dan kranium dan biasanya terjadi fraktur kranium.

Laserasi arteri meningea media dan sinus dura adalah penyebab

tersering EDH.

Page 94: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

81

Pada fossa posterior kerusakan pada sinus dura (sinus

transversus dan sigmoid) dapat menyebabkan EDH. Kerusakan

pada sinus sagitalis superior dapat menyebabkan EDH di vertex.

Penyumbang perdarahan pada EDH selain arteri, dapat berasal

dari vena diploe, granulasi arachnoid, dan sinus petrosus.58

Epidural di fossa posterior dapat menyebabkan trombus

pada sinus dengan kompresi dan pergeseran sinus. Ini menjadi

dilema karena terapi untuk trombus adalah antikoagulan, tapi di

satu sisi memperberat perdarahan epidural.59

Selain trauma EDH dapat juga disebabkan oleh infeksi di

kranium, malformasi vaskular dari duramater, dan metastasis ke

kranium. Spontan EDH juga dapat terjadi pada pasien koagulopati

dengan penyakit primer lainnya seperti penyakit liver kronis,

pecandu alkohol, gangguan pembekuan darah.

Gambaran klinis pasien EDH dapat terjadi laserasi kulit

kepala, cephal hematoma, dan yang khas adanya lucid interval.

Lucid interval terjadi 20-50% pasien dengan EDH. Awalnya

terjadi konkusi akibat cidera kepala menyebabkan perubahan

kesadaran. Setelah kesadaran kembali normal, EDH berkembang

terus hingga menyebabkan efek massa, meningkatkan tekanan

intrakranial, setelah itu kesadaran kembali turun.

Setelah tekanan intrakranial naik dapat terjadi cushing

triad, yaitu hipertensi, bradikardi, dan bradipnea. Ini terjadi

karena kompresi ke batang otak. Antihipertensi pada keadaan ini

menyebabkan iskemik cerebral. Jalan-jalan satu-satunya adalah

evakuasi hematoma.

Penilaian neurologis sangat penting untuk evaluasi, yang

dinilai adalah GCS. Karena GCS berkorelasi dengan outcome.

Regio tersering EDH adalah di regio temporal (70-80%)

karena tulang di regio terserbut relatif tipis dan arteri meningea

media dekat dengan bagian tersebut. Insiden EDH pada anak-anak

jarang di temporal karena arteri meningea media belum

membentuk alur di bawah tulang.

Page 95: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

82

Untuk mendiagnosis EDH dapat dilakukan CT Scan

kepala, pada CT scan kepala akan didapatkan bentuk lensa atau

lentiform hyperdensity atau bikonveks. Seperti gambar di bawah

ini. Kemudian hematoma tidak melewati garis sutura.60

Gambar 4.1 Epidural hematoma berbentuk lensa dengan

ditemukan buble udara karena fraktur linear tulang

temporal.

Page 96: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

83

Gambar 4.2 Epidural hematoma dengan bentuk konveks

disertai midline shift

Densitas parenkim tulang dan hematoma dapat berubah

seiring berjalannya waktu. Fase akut terjadi hiperdensitas dan

dapat menjadi isodensitas setelah 2-4 minggu, kemudian menjadi

hipodensitas. Jika ditemukan hipodensitas bisa karena perdarahan

sudah lama atau kadar hemoglobine pasien rendah. Pemeriksaan

berikutnya dilakukan MRI, lebih sensitif dibanding CT Scan, tapi

pemeriksaan MRI bukan untuk memperkuat penemuan CT Scan.

Page 97: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

84

Gambar 4.3 Potongan MRI T2 menunjukkan hipointens

bikonveks ekstraaxial di regio temporal.

Pemeriksaan angiografi pada kasus EDH jarang dilakukan.

Dilakukan hanya untuk mencari sumber perdarahan saja. Lumbal

pungsi tidak boleh dilakukan pada kasus EDH karena

menyebabkan herniasi batang otak.60

Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan tapi buka untuk

mendiagnosis EDH, hanya untuk mencari faktor pemberat EDH

itu sendiri seperti pemeriksaan hemoglobine, faktor pembekuan,

INR dan elektrolit.

Ada tiga penelitian yang menytakan GCS lebih baik

sebagai prediktor outcome dibanding usia. Pasien EDH dengan

GCS 3-5 mempunyai risiko kematian 36% sedangkan pasien GCS

6-8 mempunyai risiko kematian hanya 9%. Pupil anisokor terjadi

hampir 20-30% pasien EDH dan 62% pasien koma. Satu

penelitian menyatakan bahwa midriasis ipsilateral pupil tidak

Page 98: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

85

berhubungan dengan outcome buruk dan akan kembali jika

dioperasi segera dalam 70 menit setelah pupil dilatasi. Namun jika

terjadi dilatasi bilateral, ini berhubungan dengan mortalitas

tinggi.61

Dua pilihan dalam penatalaksanaan EDH, yaitu operasi

segera atau konservatif. Perlu dicatat bahwa EDH berkembang

lebih cepat dibanding subdural hematoma. Tidak semua EDH

harus segera dievakuasi, jika lesinya kecil dan pasien tidak ada

defisit neurologis. EDH pada temporal anterior berjalan perlahan

dan tidak mematikan sehingga cukup dengan evaluasi neurologis

berkala dan CT Scan berkala.62

Penelitian selama 5 tahun pada pasien EDH yang

ditatalaksana konservatif pada awal masuk, hanya 11,2% yang

membutuhkan operasi. Ditemukan juga bahwa usia muda dan

koagulopati bukan faktor signifikan yang membuat pasien harus

dioperasi setelah konservatif.63

Guidelines for the Surgical Management of Traumatic

Brain Injury merekomendasikan pasien EDH dengan perdarahan

kuran dari 30 cc, ketebalan kurang dari 15 mm, dan midline shift

kurang dari 5 mm, tanpa defisit neurologis, GCS lebih dari 8 dapat

dilakukan konservatif. Jika terjadi pupil anisokor dan defisit

neurologis indikasi dilakukan operasi.64

Lokasi EDH menentukan keputusan apakah dioperasi atau

tidak. Hematomaa temporal dapat menyebabkan herniasi uncal

dan dapat cepat menyebabkan perburukan. EDH pada fossa

posterior syarat evakuasi menjadi lebih mudah karena ruang di

infratentorial lebih kecil dibanding supratentorial.65

EDH pada

bagian posterior indikasi dioperasi jika ketebalan lebih dari 15

mm, volume lebih dari 10 cc, midline shift lebih dari 0,5 cm.66

Page 99: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

86

Gambar 4.4 EDH fossa posterior membutuhkan observasi

ketat dan syarat dilakukan operasi lebih mudah karena

ruang yang lebih kecil di infratentorial

Burr hole eksplorasi dapat dilakukan berdasarkan klinis

pasien jika CT Scan tidak dapat dilakukan karena hemodinamik

tidak stabil. Burr hole juga dapat dilakukan pada kondisi pasien

menunggu dirujuk ke rumah sakit lebih lengkap. Namun

kraniotomi tetap menjadi standar dalam penanganan EDH.67

Angka kematian EDH 9,4-33%, rata-rata 10 %. Penelitian

menunjukkan tertunda operasi tidak mempengaruhi outcome jika

GCS dimasukan sebagai salah satu faktor. Pasien dengan pupil

anisokor lebih dari 70 menit mempunyai outcome yang buruk.

Penelitian lain mengatakan jika pasien mengalami penundaan

operasi selama 0,7 ± 1 jam dibanding 3,2 ± 0,5 jam, setelah

diobservasi selama 6 bulan, pasien yang lebih cepat dioperasi

akan mengalami sedikit defisit neurologis.61

Page 100: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

87

4.2 Subdural Hematomaa

Subdural hematomaa (SDH) adalah adanya kumpulan darah di

bawah duramater, tapi masih di atas otak, lebih tepatnya di atas

arachnoid mater. Subdural hematomaa tidak hanya terjadi pada

pasien cidera kepala berat tapi dapat dengan cidera kepala ringan,

khususnya pada orang tua yang mengkonsumsi antikoagulan.

Subdural hematomaa dapat spontan atau disebabkan suatu

prosedur seperti lumbal pungsi. Tingkat mortalitas dan morbiditas

cukup tinggi walaupun dilakukan medikasi terbaik dan pantauan

dokter bedah saraf.

Subdural hematomaa biasanya dicirikan dari ukuran,

lokasi, dan waktu dari awal kejadian (dapat akut, subakut, kronis).

Jika waktu tidak diketahui maka tampilan pada CT Scan dapat

membantu kapan SDH mulai terjadi. Faktor ini, selain klinis

pasien, menentukan pengobatan yang tepat dan mempengaruhi

outcome.

Umumnya SDH akut terjadi kurang dari 72 jam dan

hiperdensitas pada CT Scan kepala. Subakut terjadi 3-7 hari

setelah masa akut. Sedangkan SDH kronis terjadi lebih dari 14

hari dan gambaran hipodensitas dibanding otak pada CT Scan

kepala. Namun dapat juga terjadi mixed density jika SDH kronis

terjadi perdarahan akut. SDH akut biasanya dikarenakan cidera

otak primer yang hebat, 82% pasien koma dengan SDH akut

mempunyai kontusio.68

SDH Akut

SDH akut terjadi 50-60% semua SDH. Paling sering

terjadi karena pergerakan kepala tiba-tiba akibat jatuh atau

benturan. SDH spontan dapat terjadi akibat trauma minor,

pemakaian antikoagulan yang lama, atau ruptur aneurisma arteri

komunikans posterior. Kebanyakan SDH karena robeknya

bridging vein yang berada di subdural mengalirkan darah dari

korteks ke sinus dura.56

Page 101: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

88

Mekanisme yang menyebabkan SDH benturan dengan

kecepatan tinggi ke kepala menyebabkan akselerasi dan deselerasi

pada dura yang terfiksasi, merobek pembuluh darah. Pada usia tua

bridging vein robek karena tertarik oleh otak yang atrofi.

Penyebab lainnya adalah rupturnya arteri kortikal akibat trauma

minor, ruptur arteri ini ditemukan di sekitar sylvian fissure.69

Dengan subdural terisi darah maka arachnoid dan

duramater berpisah, kemudian memberikan tekanan ke parenkim

otak, meningkatkan tekanan intrakranial. Pada penelitian

biomekanik otak didapatkan pola pasien dengan SDH akut yang

sudah dioperasi didapatkan kadar oksigen rendah dan banyaknya

sisa metabolisme seperti laktat pada otak yang mengalami

hematomaa. Pola ini mungkin menjadi signifikan untuk evaluasi

pengobatan.70

Cerebral Blood Flow (CBF) menjadi berkurang, ini

dibuktikan dari pasien SDH akut yang membutuhkan kraniotomi

emergensi, ditemukan CBF pada hemisphere yang mengalami

SDH terjadi CBF yang rendah dari normal. Meningkatnya CBF

dan cerebral blood volume (CBV) setelah operasi tidak disertai

perubahan segera PCO2 dan tekanan darah setelah operasi. Ini

disebabkan SDH menekan mikrosirkulasi yang membuat tekanan

intrakranial meningkat.71

Sama dengan massa lainnya di dalam kranium, SDH juga

menyebabkan efek massa yang dapat menyebabkan herniasi otak,

dua tipe herniasi tersering adalah herniasi subfalcine (gyrus

cingulate) dan trantentorial (Herniasi uncal). Herniasi subfalcine

menyebabkan infark dengan menekan arteri cerebri anterior,

herniasi transtentorial menyebabkan infark dengan menekan arteri

cerebri posterior. Herniasi trantentorial sering menekan nervus

okulomotorius (N. III) sehingga didapatkan dilatasi pupil

ispsilateral. Jika herniasi transtentorial semakin berkembang akan

menyebabkan kematian karena menekan pembuluh darah yang

Page 102: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

89

mensuplai batang otak. Herniasi transtentorial ditandai dengan

bradikardi disertai hipertensi (Cushing’s response).72

Gejala yang dapat ditemukan pada SDH adalah penurunan

kesadaran, sakit kepala, kehilangan keseimbangan, kehilangan

memori, perubahan kepribadian, afasia, kejang, dan hemiparese.

Sakit kepala yang terjadi mempunya ciri onset tiba-tiba, sakit

kepala berat, disertai muntah-muntah, dan dapat dicetuskan

dengan batuk dan aktivitas.

Pemeriksaan fisik pertama yang dilakukan adalah menilai

GCS. Jika menemukan GCS kurang dari 15 dan bukan akibat

alkohol atau obat sedatif, segera dilakukan CT Scan kepala. Untuk

mencari penyebab penurunan kesadaran dan defisit neurologis

lainnya. Karena jika didapatkan SDH pada CT Scan dan dapat

dievakuasi kuran dari 4 jam dapat menghasilkan outcome

neurologis yang signifikan.73

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan penurunan

kesadaran, pupil dilatasi ipsilateral dengan SDH, dan hemiparese

kontralateral dari hematomaa. Dapat juga terjadi dilatasi pupil

kontralaterl, ini terjadi karena kompresi terjadi bagian

kontralateral, disebut kernohan phenomenon. Pasien juga dapat

mengalami lucid interval, dimana saat dilakukan CT Scan

hasilnya negatif karena perdarahan belum terbentuk.68,73

Diagnosis banding pada SDH adalah child abuse, epidural

hematoma, perdarahan subarachnoid, stroke iskemik, meningitis,

dan syok hemoragik.

CT Scan kepala tanpa kontras menjadi pemeriksaan

penting dalam mendiagnosis SDH, terutama jika terjadi

penurunan GCS. Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah

hemoglobin, hematokrit, profil koagulopati, cross match.

Diagnosis SDH akut dengan CT Scan akan ditemukan

hiperdensitas extra-axial dengan cresent shaped atau konkaf dan

tidak terbatas dengan garis sutura. SDH biasanya unilateral. SDH

biasanya jarang terjadi di fossa posterior karena cerebelum sedikit

Page 103: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

90

sekali pergerakannya sehingga melindungi bridging vein kortikal.

SDH tidak melewati falx atau tentorium. Ditemukan juga efek

massa seperti kompresi ventrikel ipsilateral, midline shift, dan

hilangnya sisterna basalis.73

Gambar 4.5 SDH akut pada sisi kanan disertai midline shift pada

CT Scan.

Page 104: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

91

Gambar 4.6 SDH akut pada sisi kiri karena komplikasi kraniotomi

disertai midline shift.

Page 105: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

92

Gambar 4.7 SDH akut pada sisi kanan, tampak hiperdensitas

disertai midline shift

MRI tidak diperlukan pada SDH karena dibutuhkan

penanganan cepat, kecuali jika pada CT Scan sulit dibedakan

karena densitas sama dengan otak.

Keputusan konservatif atau operasi pada kasus SDH

dipengaruhi GCS, midline shift, ketebalan SDH, volume SDH.

Ketebalan SDH lebih dari 10 mm dan midline shift lebih dari 5

mm adalah parameter kuat dilakukan operasi. Penelitian dari

Seeling dan kawan-kawan menyatakan operasi tertunda dari 82

Page 106: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

93

pasien dengan SDH, tingkat kematian 30 % pada pasien yang

dioperasi kurang dari 4 jam setelah trauma dan tingkat kematian

90% pada pasien yang dioperasi lebih dari 4 jam setelah trauma.74

Kraniektomi dekompresi segera dilakukan jika didapatkan

midline shift lebih dari atau sama dengan 5 mm atau ketebalan

SDH lebih dari 10 mm. Namun operasi tetap direkomendasikan

walaupun midline shift kurang dari 5 mm dan ketebalan kurang

dari 10 mm jika GCS kurang 2 poin dari GCS awal, pupil dilatasi

dan reflex cahaya tidak ada, dan tekanan intrakranial lebih dari 20

mmHg.75

Prognosis buruk jika usia lebih dari 40 tahun, GCS < 8,

pupil abnormal, peningkatan tekanan intrakranial post operatif,

dan diagnosis serta operasi yang tertunda.73

SDH Kronis

SDH kronis dikarenakan atrofi cerebral. Menyebabkan bridging

vein teregang dan robek. SDH yang kecil biasanya diresorbsi

dengan sendirinya. SDH kronis biasanya sudah terjadi likuifikasi

dari gumpalan darah sehingga pada CT Scan di dapatkan

hipodensitas. Ini terjadi dalam 1-3 minggu. Awalnya peningkatan

tekanan intrakranial dikompensasi dengan keluarnya cairan

cerebrospinalis, tapi kompensasi ini ada batasnya, ditambah

dengan adanya edema otak yang mengurangi kompensasi ini.

Perubahan sedikit saja di intrakranial sudah dapat meningkatkan

tekanan intrakranial yang besar. Peningkatan tekanan intrakranial

membuat CBF berkurang dan iskemik cerebral luas. Proses ini

semua dapat terjadi hanya beberapa menit.

Pada pasien SDH kronis aliran darah ke talamus dan

ganglia basalis dipengaruhi dibanding bagian otak lainnya.

Tanaka dan kawan-kawan menyatakan gangguan pada talamus

dapat mengganggu fungsi korteks secara keseluruhan. Mereka

menemukan menurunnya CBF 7% biasanya terjadi sakit kepala,

jika menurun 35 % dapat terjadi hemiparese.75

Page 107: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

94

SDH kronis dapat juga terjadi diawali dengan subdural

higroma. Atrofi cerebral atau hilangnya jaringan otak, dapat

disebabkan oleh stroke, pecandu alkohol, menyebabkan ruang

antara duramater dan arachnoid semakin lebar, dapat merobek

arachnoid sehingga cairan cerebrospinalis masuk ke dalam

subdural, terbentuklah subdural higroma. Jika higroma semakin

besar dapat menarik bridging vein sehingga terjadi SDH. Subdural

higroma dapat juga karena trauma tapi biasanya tanpa disertai

gejala.73

Gambar 4.8 Atrofi cerebral disertai subdural higroma

Page 108: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

95

Faktor risiko terjadinya SDH adalah pecandu alkohol,

epilepsi, koagulopati, kista arachnoid, terapi antikoagulan,

penyakit kardiovaskular, trombositopenia, diabetes melitus.

Tekanan intrakranial terlalu rendah. Pada usia muda koagulopati,

pecandu alkohol, trombositopenia merupakan faktor risiko

terseing.73,76

Kista arachnoid sering terjadi pada usia kurang dari

40 tahun. Pada usia tua penyakit kardiovaskular seperti hipertensi

menjadi faktor risiko tersering.

SDH paling sering terjadi pada pria dibanding perempuan

dengan perbandingan 3:1. Insiden SDH kronis sering terjadi pada

usia 50-70 tahun. Subdural hematomaa bilateral biasa terjadi pada

infant. Subdural hematomaa interhemisphere biasa karena child

abuse.77

Gejala SDH kronis paling sering adalah sakit kepala

(51%), kesadaran menurun (47%), tampak bingung (38%),

muntah (30%), dan kelemahan anggota gerak (22%). Manifestasi

klinis pada pasien dengan tanpa riwayat trauma, yaitu peningkatan

tekanan intrakranial tanpa ada pupil anisokor, kesadaran yang

berfluktuasi, dan demensia progresif.20

Page 109: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

96

Gambar 4.9 SDH kronis berbentuk cresent atau bulan sabit.

Page 110: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

97

Gambar 4.10 SDH subakut dengan gambaran isodens dengan

otak.

Pada SDH kronis terjadi gambaran hipodensitas pada CT

Scan tanpa kontras dan lebih mudah dibedakan dibanding kondisi

subakut. SDH bilateral terjadi 20% dari SDH kronis.

Page 111: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

98

Gambar 4.11 SDH kronis bilateral tanpa disertai midline shift

karena efek massa pada kedua sisi.

Pada SDH kronis dapat juga terjadi mixed density karena

terjadi perdarahan berulang sehingga ditemukan hiperdensitas

pada CT Scan.

Page 112: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

99

Gambar 4.12 Terdapat SDH kronis disertai perdarahan akut

sehingga ditemukan densitas yang berbeda.

Pada kasus SDH kronis dapat dilakukan twist drill

craniostomy, tapi jika ditemukan septum atau membran pada SDH

kronis lebih efektif dilakukan kraniotomi. Twist drill craniostomy

dilakukan dengan membuat lubang 3 cm dari midline dan 1 cm di

depan sutura koronaria.76,78

Penelitian dari Lega dan kawan-kawan menyatakan burr

hole craniostomy lebih efektif pada SDH kronis, irigasi saat

Page 113: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

100

intraoperatif dan pemasangan drain pasca operasi tidak

mempengaruhi outcome.79

SDH Akut SDH Kronis

Onset <72 jam >14 hari

Penyebab Ruptur arteri

kortikal

Ruptur bridging

vein

Gejala Gejala segera

memberat disertai

tanda-tanda

peningkatan TIK

Gejala perlahan-

lahan semakin

memberat

CT Scan Hiperdensitas Hipodensitas

Operasi Kraniektomi

dekompresi

Twist drill

craniostomy

4.3 Intracerebral Hematoma

Intracerebral hematoma (ICH) terjadi 20% sampai 30%

dari semua trauma intrakranial. ICH dibedakan dengan kontusio

dari ukuran lesi yang berisi darah atau dapat juga kumpulan dari

kontusio. ICH didefinisikan sebagai hematoma dengan ukuran 2

cm atau lebih yang tidak ada kontak dengan permukaan otak.79

Massa hemoragik ini disebut ICH jika kumpulan darah tersebut

mempunyai densitas yang sama. Trauma tersering di lobus

orbitofrontal dan temporal, yang sering menyebabkan kontusio. 52

Gambaran klinis ICH tergantung lokasi hematomaa.

Manifestasi klinis yang terjadi akibat meningkatnya tekanan

intrakranial:80

- Penurunan kesadaran (hampir 50%)

- Mual dan muntah (40-50%)

- Sakit kepala (40%)

- Kejang (6-7%)

Page 114: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

101

- Defisit neurologis fokal

Biasanya penurunan kesadaran berkorelasi dengan ukuran

hematomaa.81

Sebuah data menunjukkan jika titik hematoma lebih dari 3,

diameter lebih dari 5 mm, dan lebih dari 180 Hounsfield Unit

adalah prediktor independen bahwa hematoma akan bertambah

besar.82

Penyebab ICH ini terbagi dua, trauma dan non trauma.

Penyebab non trauma adalah hipertensi, ruptur aneurisma,

arteriovenous malformation, arteriopati (cerebral amiloid

angiopati), nekrosis hemoragik (tumor), osbtruksi vena (cerebral

venous trombosis), dan gangguan pembekuan darah (konsumsi

antikoagulan, diatesa hemoragik).52

Defisit neurologis fokal yang dapat terjadi tergantung

lokasi terjadinya hematomaa.

Pada putamen dapat terjadi:

- Hemiparese kontralateral

- Kehilangan sensorik kontralateral

- Konjugat gaze paresis kontralateral

- Hemianopia homonim

- Afasia

- Apraxia

Pada talamus dapat terjadi:

- Kehilangan sensorik kontralateral

- Hemiparese kontralateral

- Hemianopia homonim

- Miosis

- Afasia

- Confusion

Pada lobar dapat terjadi:

- Hemiparese kontralateral atau kehilangan sensorik

- Konjugat gaze parese kontralateral

- Hemianopia homonim

Page 115: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

102

- Abulia

- Afasia

- Apraxia

Pada nukleus kaudatus terjadi:

- Hemiparese kontralateral

- Konjugat gaze parese kontralateral

- confusion

Pada batang otak dapat terjadi:

- Tetraparese

- Kelemahan wajah

- Penurunan kesadaran

- Gaze parese

- Ocular bobbing (dimana mata tidak dapat ke posisi tengah)

- Miosis

- Autonom tidak stabil

Pada cerebellum dapat terjadi:

- Ataxia yang diawali dari badan

- Kelemahan wajah ipsilateral

- Kehilangan sensorik ipsilateral

- Gaze parese

- Skew deviasi

- Miosis

- Penurunan kesadaran

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah darah

lengkap protrombine time dan activated partial tromboplastine

time untuk mengidentifikasi koagulopati, dan elektrolit untuk

menilai osmolaritas darah. Pemeriksaan CT Scan kepala akan

didapatkan multifokal hiperdensitas.

Page 116: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

103

Gambar 4.13 Intracerebral hemoragik pada kedua frontal

Volume hematoma dapat dihitung dengan rumus AxBxC/2

dimana ABC adalah garis terpanjang dari dimensi hematoma.

Dapat dianggap A adalah panjang, B lebar, dan C tinggi. Pada

kasus trauma pemeriksaan CT Scan sudah cukup menentukan

penatalaksanaan berikutnya. Pemeriksaan MRI digunakan untuk

mengevaluasi perdarahan yang telah terjadi, yang dipengaruhi

oleh usia hematoma dan paramater yang digunakanm T1 atau

T2.28

Faktor lain yang mempengaruhi adalah lokasi perdarahan,

tekanan parsial oksigen di dalam jaringan, pH di tempat tersebut,

hematokrit, kadar glukosa, konsentrasi hemoglobin, integritas

blood brain barier, dan suhu pasien.84

Page 117: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

104

Tujuan utama MRI adalah untuk evaluasi intrakranial

hemoragik:85

- Untuk melihat perdarahan yang ada

- Untuk melokalisir dan membedakan perdarahan (ekstra-

axial dan intra-axial): jika ekstra-axial, membedakan

subarachnoid hemoragik, subdural hematoma, epidural

hematoma, jika intra-axial untuk melokalisir neuroanatomi

spesifik.

- Untuk menentukan usia perdarahan

- Mengidentifikasi ideologi

- Memanajemen perdarahan dan menentukan prognosis

Karena ICH sering dikaitkan dengan peningkatan tekanan

intrakranial, terapi ditujukan menurunkan tekanan intrakranial

segera. Jika GCS 8 atau kurang intubasi harus dilakukan. Evaluasi

tanda vital, laboratorium (melihat adanya gangguan hematologi

atau tidak), kontrol hipertensi, dan tatalaksana kejang.79

Penurunan tekanan darah terlalu cepat tidak memiliki efek

signifikan terhadap perihematoma perfusi cerebral.85

Pada kasus

dengan sistolik 150-220, reduksi sistolik sampai 140 mmHg aman

dan dapat meningkatkan outcome.86

Pembedahan sering dilakukan pada hematoma lobaris dari

hemisfer cerebral atau hemoragik di cerebellum, pada perdarahan

di lokasi yang dalam seperti talamus, kaudatus, pons, dan

mesencephalon jarang dilakukan pembedahan walaupun indikasi

dilakukan operasi. Beberapa randomized clinical trial

membandingkan pembedahan dengan tanpa pembedahan pada

ICH masih belum dapat disimpulkan karena banyaknya metode

yang digunakan. Mendelow dan kawan-kawan melaporkan dari

STICH (Surgical Trial of Intracerebral Haemorrhage) dari 1033

pasien dengan pembedahan dalam 4 hari onset ICH. Outcome

dinilai setelah 6 bulan 74% dilakukan operasi dan 76% pada

kelompok tanpa pembedahan. Terjadi mortalitas 36% dan 37%.33

Dari hasil tersebut menunjukkan tidak ada terapi yang superior

Page 118: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

105

kecuali lokasi hematoma kurang dari 1 cm dari permukaan korteks

lebih baik dilakukan pembedahan. Berdasarkan hasil tersebut

terapi konservatif pada awal terapi dibanding pembedahan tidak

ada perbedaan signifikan.87

Terapi spesifik untuk peningkatan tekanan intrakranial

dapat diberikan manitol 0,25-1 g/kgBB dan monitoring tekanan

intrakranial dibutuhkan untuk observasi ketat.79

Pasien ICH dengan kriteria di bawah ini tidak perlu

dilakukan operasi:88

- Gejala minimal, seperti pasien sadar dengan hemiparese

minimal, khususnya GCS>10

- Situasi dengan kemungkinan outcome baik kecil:

1. ICH Score tinggi

2. Perdarahan masif dengan destruksi neuron yang

signifikan

3. Perdarahan masif di hemisphere dominan

4. kondisi neurologi yang buruk seperti kehilangan

fungsi batang otak

5. usia > 75 tahun

- Koagulopati berat

- Perdarahan basal ganglia (putamen) atau perdarahan

talamus: operasi tidak lebih baik dibanding dengan

medikamentosa, dan keduanya menawarkan harapan

yang kecil.

Pasien ICH dengan kriteria di bawah ini perlu dilakukan

operasi:87

- Lesi dengan efek massa, edema, midline shift (evakuasi

dipertimbangkan karena potensi herniasi)

- Lesi menyebabkan gejala yang disebabkan peningkatan

tekanan intrakranial atau efek massa dari edema atau

bekuan darah.

- Volume hematoma sedang 10-30cc lebih sesuai

dioperasi dibanding:

Page 119: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

106

Bekuan darah kurang dari 10 cc: efek massa

dari bekuan + edema tidak cukup signifikan

untuk dilakukannya operasi.

Bekuan darah > 30 cc berhubungan dengan

outcome buruk.

Perdarahan masif > 60 cc dengan GCS ≤ 8

Perdarahan masif > 85 cc, tidak ada yang

bertahan hidup.

- Peningkatan tekanan intrakranial yang persisten, sudah

dicoba dengan medikamentosa.

- Perubahan yang cepat seperti kompresi batang otak

Sedangkan perdarahan cerebellum yang direkomendasikan:87

- Pada pasien GCS ≥ 14 dan diameter hematoma < 4 cm,

terapi konservatif

- Pasien dengan GCS ≤ 13 atau hematoma ≥ 4 cm, operasi

evakuasi

- Pasien dengan hilangnya reflex batang otak dan tetraplegi,

tidak perlu terapi intensif.

- Pasien dengan hidrocephalus: ventrikular kateter (jika

tidak ada koagulopati), jangan mengeluarkan drain

berlebihan untuk menghindari cerebellar herniasi.

Untuk prognosis menggunakan ICH Score, dari ICH prognosis

dapat diperkirakan risiko kematiaanya.

Tabel 4.1 ICH Score

Yang Dinilai Yang Ditemukan Poin

GCS 3-4 2

5-12 1

13-15 0

Usia ≥ 80 tahun 1

< 80 0

Lokasi infratentorial 1

supratentorial 0

Page 120: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

107

Yang Dinilai Yang Ditemukan Poin

Volume ICH ≥ 30 cc 1

< 30 cc 0

Perdarahan

Intraventrikular

ya 1

tidak 0

Total poin 0-6

Tabel 4.2 Risiko kematian berdasarkan ICH score

ICH Score Motalitas dalam 30 hari

0 0%

1 13%

2 26%

3 72%

4 97%

5 100%

6 100%

4.4 Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan subarachnoid (SAH) adalah ekstravasasi darah

ke rongga subarachnoid antara piamater dan arachnoid. Ini terjadi

karena berbagai sebab, paling sering disebabkan trauma kepala.

Namun istilah SAH lebih tertuju untuk yang spontan atau non

trauma, seperti ruptur aneurisma atau arteriovenous malformasi

(AVM).

Gejala yang dapat dirasakan adalah sakit kepala (48%),

pusing berputar (10%), sakit di sekitar mata (7%), diplopia (4%),

dan kehilangan penglihatan (4%). Pada pemeriksaan fisik

Page 121: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

108

ditemuka n tekanan darah naik, suhu tubuh naik, takikardi,

papiledema, perdarahan retina, abnormalitas neurologi fokal atau

global. Komplikasi yang dapat terjadi dari SAH adalah

hidrocephalus, perdarahan berulang, vasospasme, dan kejang.88

Gambar 4.14 Subarachnoid hemorrhage di Parietal sebelah kanan

Aneurisma (aneursima berry) adalah penyebab tersering

non traumatik SAH, 80% kasus karena ruptur aneurisma.

Sedangkan pada cidera kepala dapat terjadi SAH tanpa ruptur

aneurisma. Terjadi SAH pada kasus trauma disebabkan karena

cidera pada jaringan sekitar. Pada SAH dapat terjadi

Page 122: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

109

hidrocephalus dengan dua mekanisme, yaitu obstruksi aliran

cairan cerebrospinalis dan memblok granulasi arachnoid oleh

jaringan parut. Pada SAH dapat terjadi perdarahan ulang dalam 2

minggu pertama, disebabkan karena hipertensi, anxietas, dan

kejang. Iskemik cerebral yang tertunda karena kontraksi otot arteri

adalah penyebab tersering kematian, vasospasme dapat

mengganggu autoregulasi cerebral dan menjadi infark cerebri.

Paling sering terjadi pada ujung arteri karotis interna atau

proximal dari arteri cerebri anterior dan arteri cerebri media.

Derajat keparahan SAH menggunakan sistem grading World

Federation of Neurological Surgeons (WFNS).88

Tabel 4.3 Derajat SAH menurut WFNS

Derajat Kondisi Klinis

1 GCS 15 tanpa defisit neurologis

2 GCS 13-14 tanpa defisit

neurologis

3 GCS 13-14 dengan defisit

neurologis

4 GCS 7-12 dengan atau tanpa

defisit neurologis

5 GCS 3-6 dengan atau tanpa

defisit neurologis

Penanganan SAH pada trauma hampir sama dengan cidera

kepala lainnya, jika tekanan intrakranial meningkat dapat

diberikan manitol, rawat di ruang intensif, tekanan darah

dimonitor ketat tidak boleh tinggi (jika mean arterial pressure >

130 dapat dipertimbangkan diberikan antihipertensi).

Page 123: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

110

4.5 Diffuse Axonal Injury (DAI)

Diffuse axonal injury (DAI) adalah cidera paling sering

pada cidera kepala berat, kurang lebih 50% dari semua cidera

kepala berat. Pada kasus ringan tidak ada lesi pada CT Scan

kepala atau MRI. Terkadang ditemukan perdarahan kecil di

ventrikel III dan korpus kalosum atau kapsula interna. Perdarahan

intraventrikuler pada CT Scan pertama dilaporkan sebagai

indikator awal terjadi DAI di korpus kalosum pada MRI.

Meskipun pemeriksaan histopatologi adalah gold standard untuk

diagnostik DAI.90

Gambar 4.15 Gambar perjalanan difus axonal injury.

Pada gambar pertama adalah CT Scan saat awal terjadi

cidera kepala, tampak edema otak. Gambar kedua 7 jam setelah

cidera kepala, mulai tampak perdarahan intraparenkim di temporal

kiri. Gambar ketiga adalah 3 bulan setelah terjadi cidera, tampak

degeneratif luas ditandai dengan temporal horn dilatasi dan

perbedaan white matter temporal dan oksipital pada FLAIR (fluid

attenuated inversion recovery). Gambar keempat 3 bulan setelah

cidera dengan diffusion tensor imaging (DTI) tampak tidak ada

koherensi di temporal kiri. Gambar 5 adalah MRI normal sebagai

pembanding.

Page 124: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

111

Gambar 4.16 Multipel ptekie yang menunjukkan difus axonal

injury.

Perdarahan kecil-kecil digunakan sebagai marker untuk

DAI. Dengan MRI sangat sensitif untuk melihat gambaran

tersebut.91

Gambaran MRI pada DAI dapat ditemukan multifokal lesi

seperti contoh di bawah ini.92

Page 125: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

112

Gambar 4.17 Multipel fokus lesi pada white gray matter.

Penanganan pertama pasien dengan cidera kepala berat

fokus pada tiga aspek, yaitu meminimalkan hipotensi dan

hipoksia, menilai adanya herniasi dan segera mengatasinya, dan

memberikan koagulasi darah yang terganggu karena antiplatelet

atau antikoagulan.

Hipotensi

Hipotensi pada pasien cidera kepala meningkatkan

morbiditas dan mortalitas. Definisi hipotensi adalah tekanan

sistolik di bawah 90 mmHg baik sebelum dirawat maupun setelah

dirawat. Penelitian sebelumnya mengatakan jika tekanan darah di

bawah 110 atau 120 mmHg mempunyai outcome yang buruk.

Jadi sangat penting mengidentifikasi penyebab hipotensi pada

pasien.

Page 126: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

113

Hipoxia didefinisikan saturasi oksigen kurang dari 90%,

dan berhubungan dengan fungsi neurologi after cidera kepala.

Konsekuensinya semua pasien dengan cidera kepala harus

dimonitor dengan ketat. Monitor tekanan intrakranial dengan

external ventrikular drain dengan tekanan dipertahankan 15-20

mmHg dapat memberikan outcome yang baik.93

Mencegah herniasi

Pasien dengan cidera kepala sangat mungkin mengalami

herniasi. Cushing’s triad menjadi tanda terjadinya peningkatan

tekanan intrakranial, hipertensi, bradikardi, dan iregular respirasi.

Manitol 1g/kgBB dapat menurunkan tekanan intrakranial dalam

beberapa menit. Puncak terjadi dalam 15-20 menit dan

berlangsung sampai 6 jam.

Mencegah efek antiplatelet dan antikoagulan

Pencegahan ini terutama untuk kasus perdarahan intrakranial.

Riwayat penggunaan antikoagulan dan antiplatelet sangat penting,

semuanya untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.

Mayoritas pasien cidera kepala membutuhkan monitoring untuk

mencegah hipotensi, hipoksia, herniasi. Monitoring tanda-tanda

peningkatan tekanan intrakranial dan profilaksis kejang, deep vein

thrombosis dibutuhkan dalam manajemen cidera kepala.

Monitor vital sign, saturasi oksigen, status neurologis

dilakukan pada semua pasien dengan cidera kepala sedang dan

berat. Pemeriksaan neurologis dibutuhkan setiap jam dalam 24-48

jam pertama. Monitoring tekanan intrakranial untuk mencegah

tekanan intrakranial lebih dari 20 mmHg agar cerebral blood flow

dapat dijaga 50-70 mmHg karena jika di bawah 50 mmHg terjadi

iskemik.

Pemberian antinyeri sangat penting dalam mengontrol

tekanan intrakranial karena pasien yang mengalami nyeri dan

gelisah dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan metabolisme

otak. Pemberian fentanyl, propofol dan midazolam disukai dan

diperbolehkan untuk mengurangi agitasi. Terapi osmotik dengan

Page 127: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

114

manitol untuk menurunkan tekanan intrakranial di bawah 20

mmHg namun osmolaritas darah harus dijaga kurang dari 320

mOsm.

Dahulu hipotermia dengan suhu 33oC-35

oC digunakan

untuk menurunkan metabolisme otak dan kebutuhan oksigen.

Penelitian sebelumnya didapatkan suhu < 35oC meningkatkan

angka mortalitas. Hipotermia sendiri dapat menyebabkan aritmia,

koagulopati, menggigil yang dapat menyebabkan peningkatan

tekanan intrakranial. Oleh karena itu paradigma mengenai

hipotermia diubah menjadi normotermi, dikarenakan 80% pasien

dengan cidera kepala mengalami demam dalam 72 jam pertama.93

Jika tekanan intrakranial tetap tinggi dengan obat-obatan

maka tindakan kraniektomi dekompresi sangat dianjurkan.

Nutrisi sangat penting untuk semua kasus cidera kepala.

Pasien dengan GCS 8 atau kurang menunjukkan

hipermetabolisme dan kekurangan nitrogen yang signifikan. Oleh

karena itu pemberian nutrisi sangat dianjurkan dalam 7 hari paska

trauma. enteral feeding lebih dianjurkan dibanding parenteral

feeding.

4.6 Cidera Kepala di RSUP H. Adam Malik Medan

Th. 2013-2017

Cidera otak masih merupakan problem yang banyak

dihadapi oleh ahli bedah saraf, dan di Indonesia masih menjadi

penyebab utama dari kecacatan, kematian, dan biaya pengobatan

yang tinggi. Cidera otak atau cidera kepada masih merupakan

masalah yang serius di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Penelitian deskriptif kami mendapati pasien Departemen

Bedah Saraf RSUP.H. Adam Malik Medan sejak Januari 2013

hingga November 2017 didapatkan data sebagai berikut :

Page 128: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

115

Data Pasien Cidera Kepada RSUP H. Adam Malik Medan

Th. 2013-2017

Tahun ∑ Pasien Bedah

Saraf

∑ Pasien Cidera

Kepala

Persentasi

(%)

2013 595 180 30,25%

2014 622 203 32,64%

2015 657 180 27,40%

2016 794 199 25,06%

2017 654 97 14,83%

Angka tertinggi penderita cidera kepala yang tercatat

mencapai 32,64% dari seluruh pasien yang dilayani di

Departemen Bedah Saraf RSUP H.Adam Malik Medan pada

Tahun 2014. Angka terendah didapati 14,83% pada tahun 2017.

Berdasarkan Jenis Kelamin pada kasus-kasus Bedah Saraf

yang dilayani di Rumah Sakit, Cidera Kepala sering dijumpai

pada penderita laki-laki daripada perempuan. Hal ini dapat

dibenarkan oleh hasil laporan yang tercatat di RSUP H.Adam

Malik Medan Pada Tahun 2013 Hingga Tahun 2017 sebagai

berikut :

Data Pasien Cidera Kepala RSUP H.Adam Malik Medan

Th. 2013-2017 Berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

2013 139 41 180 77.22% 22,78%

2014 166 37 203 81,77% 18,23%

2015 146 34 180 81,11% 18,89%

2016 159 40 199 79,90% 20,10%

2017 75 22 97 77,32% 22,68%

Page 129: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

116

Angka kejadian cidera kepala pada laki-laki lebih tinggi

daripada perempuan. Angka kejadian cidera kepala pada laki-laki

tertinggi tercatat pada tahun 2014 yaitu sebesar 81,77%,

sedangkan angka kejadian terendah pada perempuan tercatat

sebesar 18,22% pada tahun 2014.

Berdasarkan umur, angka kejadian cidera kepala paling

sering dijumpai pada kelompok usia Dewasa. Hal tersebut

dinyatakan dalam laporan pasien cidera kepala di RSUP H.Adam

Malik Medan pada tahun 2013 hingga tahun 2017, sebagai

berikut:

Data Pasien cidera Kepala RSUP H. Adam Malik Medan

Th. 2013-2017 Berdasarkan Kelompok Usia :

Tahun ∑ Pasien

Cidera

Kepala

Balita

(0-5 th)

Anak

(6-11 th)

Remaja

(12-17 th)

Dewasa

(18-40 th)

Tua

(> 40 th)

2013 180 10 26 37 69 38

2014 203 13 24 40 91 35

2015 180 8 34 43 65 30

2016 199 9 27 53 66 44

2017 97 5 6 23 40 23

Total 859 45 117 196 331 170

Total Persentase

(%)

5,24% 13,62% 22,82% 38,53% 19.79%

Page 130: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

117

Persentasi Kejadian Cidera Kepala Berdasarkan Kelompok Usia

Th. 2013 – 2017 :

5,24%

13.62%

22,82%

38.53%

19.79%

Balita (0-5th) Anak (6-11 th) Remaja (12-17 th) Dewasa (18-40 th) Tua (> 40 th)

Angka tertinggi berdasarkan kelompok usia pada pasien

cidera kepala yaitu pada usia dewasa sebesar 38,53% dan diikuti

sebesar 22,82% pada usia remaja. Hal tersebut menjelaskan

bahwa kasus-kasus cidera kepala banyak dialami oleh masyarakat

pada kelompok usia produktif.

Berdasarkan hasil Pencitraan radiologi atau CT-Scan

Kepala pada pasien cidera kepala yang ditangani di RSUP H.

Adam Malik dilaporkan bahwa kasus Epidural Hematoma masih

menjadi kasus tertinggi.

Page 131: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

118

Data Pasien cidera kepala RSUP H.Adam Malik Th. 2013-2017

Berdasarkan Jenis Hasil Pencitraan Radiologi :

Tahun Closed

Depressed

Fx

Open

Depressed

Fx

EDH Acute

SDH

Traumatic

ICH

Traumatic

IVH

Corpus

Alienum/Pene

trating Head

Injury

2013 12 46 80 28 14 0 0

2014 16 58 90 27 7 3 2

2015 15 47 73 21 21 0 3

2016 9 56 87 35 5 2 5

2017 9 26 32 20 8 0 2

Total 61 233 362 131 55 5 12

(%) 7,10% 27,12% 42,14% 15,25% 6,40% 0,58% 1,40%

Pada tahun 2013 hingga 2017 Kasus Epidural Hematoma

di tercatat sebesar 42,14% dari seluruh kasus cidera kepala di

RSUP H. Adam Malik Medan. Dan kasus yang paling jarang

dijumpai adalah kasus Traumatic Intraventrikular Hemorrhage

yaitu 0,58%.

Page 132: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

119

DAFTAR PUSTAKA

1. Aminmansour, B., Ghorbani, A., Sharifi, D., Shemshaki, H.,

Ahmadi, A. 2008. Cerebral vasospasm following traumatic

subarachnoid hemorrhage. JRMS 14(6):343-8

2. Atzema, C., Mower, W.R., Homes, J.F., Killian, A.J.,

Wolfson, A.B. 2006. Prevalence and prognosis of traumatic

intraventricular hemorrhage in patients with blunt head

trauma. J Trauma 60(5):1010-7.

3. Bernard, F., Al-Tamimi, Y.Z., Chatfield, D., Lynch, A.G.,

Matta, B.F., Menon, D.K. 2008. Serum albumin level as

predictor outcome in traumatic brain injury : potential for

treatment. J Trauma 64(4):872-5.

4. Blumbergs, P.C., Scott, G., Manavis, J., Wainwright, H.,

Simpson, D.A., McLean, A.J. 1994. Staining of amyloid

precursor to study axonal damage in mild head injury. Lancet

Neurol 344:1055-6.

5. Brown, W.R., Langlois, J.A., Thomas, K.E., Xi, Y.L. 2006.

Incidence of Traumatic Brain Injury in United States, 2003. J

Head Trauma Rehabil, 21(6):544-8.

6. Thach, WT., Montgomerry, EB : Motor System in :

Neurobiology of disease. Pearlman AL, (editors). Oxford

University Press, 1990.

7. Gilbert SF. Developmental biology. In: Sunderland MA, ed.

Sunderland, MA: Sinauer Associates; 1997.

8. O’Rahilly R, Muller F. Neurulation in the normal human

embryo. Ciba Found Symp 1994;181:70–82; discussion 82–

79

9. Copp AJ, Brook FA, Estibeiro JP, Shum AS, Cockroft DL.

The embryonic Development of mammalian neural tube

defects. Prog Neurobiol 1990;35:363–403

Page 133: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

120

10. Kuypers HGSM : The anatomical and functional organization

of motor system, in : Scientific basis of clinical neurology,

swash M, Kennard C (editors). Cgurchill Livingstone 1985.

11. Montemurro DG, Bruni JE ; The Human Brain in Dissection,

WB Sounders, 1981.

12. Carrick, M.M., Tyroch, A.H., Youens, C.A., Handley, T.

2005. Subsequent Development of Thrombocytopenia and

Coagulopathy in Moderate and Severe Head Injury: Support

for Serial Laboratory Examination. J Trauma 58(4):725-30.

13. CDC 2010. QuickStats: Injury and traumatic brain injury-

related death rates by ageUnited States, 2006. MMWR

59:303.

14. Chesnut, R.M., Marshall, L.F., Klauber, M.R., Blunt, B.A.,

Baldwin, N., Eisenberg, H.M., et al. 1993. The role of

secondary brain injury in determining outcome from severe

head injury. J Trauma (34):216-22.

15. Colantonio, A., Harris, J.E., Ratcliff, G., Chase, S., Ellis, K.

2010. Gender differences in self reported long term outcomes

following moderate to severe traumatic brain injury. BMC

Neurol 10:102-9.

16. Coronado, V.G., Xu, L., Basavaraju, S.V., McGuire, L.C.,

Wald, M.M., Faul, M.D., et al. 2011. Surveillance for

Traumatic Brain Injury-Related Deaths-United States, 1997-

2007. MMWR 60(5):1-36.

17. Costa, K.N., Nakamura, H.M., Cruz, L.R., Miranda, L.S.V.F.,

Santos-Neto, R.C., Cosme, S.L., et al. 2009. Hyponatremia

and Brain Injury. Arq Neuropsiquiatr 67(4):1037-44.

18. DeWitt, D.S. & Prough, D.S. 2003. Traumatic cerebral

vascular injury: the effects of concussive brain injury on the

cerebral vasculature. J Neurotrauma 20(9):795- -825.

19. Dhandapani, S.S., Manju, D., Vivekanandhan, S., Sharma,

B.S., Mahapatra, A.K. 2009. Prognostic value of admission

Page 134: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

121

serum albumin levels in patients with head injury. Pan Arab

Journal of Neurosurgery 13(1):60-5.

20. Dua, A., Desai, S., McMaster, J., Aziz, A., Dua, A., Kuy, S.

2013. A Review of the Role Platelets in Vascular Trauma

Patients Compared to Patients With Chronic Vascular

Disease. Vascular Disease Management 10(11):E240-E243.

21. George, T., Ho-Tin-Noe, B., Carbo, C., Benarafa, C.,

O’Donnell, E.R., Zhao, B.Q., et al. 2008. Inflammation

induces hemorrhage in thrombocytopenia. Blood

111(10):4958-64.

22. Gheorghita, E., Bucur, C., Neagoe, L., Ciurea, J., Constantin,

J. 2009. Severe Brain Injury Management. Rom J Neurol

8(4):165-71.

23. Goldwasser, P. & Feldman, J. 1997. Association of serum

albumin and mortality risk. J Clin Epidemiol, 50:6, 693-703.

24. Greeve, M.W., & Zink, B.J. 2009. Pathophysiology of

Traumatic Brain Injury. Mt Sinai J Med 76:97-104.

Gurkanlar, D., Lakadamyali, H., Ergun, T., Yilmaz, C.,

Yucel, E., Altinors, N. 2009. Predictive Value of

Leucocytosis in Head Trauma. Turk Neurosurg 19(3):211-5.

25. Gururaj, G., Kolluri S.V.R., Chandramouli, B.A.,

Subbakrisna, D.K., Kraus, J.F. 2005. Traumatic Brain Injury.

National Institute of Mental Health & Neuro Sciences

Bangalore, India.

26. Haddad, S.H., & Arabi, Y.M. 2012. Critical care management

of severe traumatic brain injury in adults. Scand J Trauma

Resusc Emerg Med 20(12):1-15.

27. Hallevi, H., Dar, N.S., Barreto, A.D., Morales, M.M., Martin-

Schild, S., Abraham, A.T., et al. 2009. The IVH Score: A

novel tool for estimating intraventricular hemorrhage volume:

Clinical and research implications. Crit Care Med 37(3):969-

74.

Page 135: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

122

28. Hanes, S.D., Quarles, D.A., Boucher, B.A. 1997. Incidence

and risk factors of thrombocytopenia in critically ill trauma

patients. Ann Pharmacother 31:285- 9.

29. Jagoda, A. & Bruns Jr., J. 2006. Prehospital Management of

Traumatic Brain Injury. Theories and Practices.

30. Taylor & Francis. p.1-6. Jennet, B. 2005. Development of

Glasgow Coma Scale and Outcome Scale. Nepal Journal of

Neuroscience 2:24-8.

31. Jeremitsky, E., Omert, L.A., Dunham, C.M., Wilberger, J.,

Rodriguez, A. 2005. The impact of hyperglycemia on patients

with severe brain injury. J Trauma 58(1):47-50.

32. Katayama, Y. & Kawamata, T. 2003. Edema fluid

accumulation within necrotic brain tissue as a cause of the

mass effect of cerebral contusion in head trauma patients.

Acta Neurochir Suppl 86:323-7.

33. Krauss, J.F. & McArthur, D.L. 2006. Neurology and Trauma

2nd Kurland, D., Hong, C., Aarabi, B., Gerzanich, V.,

Simard, J.M. 2012. Hemorrhagic Progression of a Contusion

after Traumatic Brain Injury: A Review. J Neurotrauma

29:19-31. edition : Epidemiology of Brain Injury. Oxford

University Press, New York.

34. Lim, H.B. & Smith, M. 2007. Systemic complications after

head injury: a clinical review. Anaesthesia 62:474-82.

35. Lingsma, H.F., Roozenbeek, B., Steyerberg, E.W., Murray,

G.D., Maas, A.S. 2010. Early prognosis in traumatic brain

injury: from prophecies to predictions. Lancet Neurol 9:728-

41.

36. Liu-DeRyke, X., Collingridge, D.S., Orme, J., Roller, D.,

Zurasky, J., Rhoney, D.H. 2009. Clinical Impact of Early

Hyperglycemia During Acute Phase of Traumatic Brain

Injury. Neurocrit Care 11:151-7.

Page 136: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

123

37. Maas, A.I.R., Stocchetti, N., Bullock, R. 2008. Moderate and

severe traumatic brain injury in adults. Lancet Neurol 7:728-

41.

38. MacLeod, J.B.A., Lynn, M., McKenney, M.G., Cohn, S.M.,

Murtha, M. 2003. Early Coagulopathy Predicts Mortality in

Trauma. J Trauma 55(1):39-44.

39. Marmarou, A., Fatouros, P.P, Barzo, P., Portella, G.,

Yoshihara, M., Tsuji, O., et al. 2000. Contribution of edema

and cerebral blood volume to traumatic brain swelling in

head-injured patients. J Neurosurg 93(2):183-93.

40. Matis, G. & Birbilis, T. 2008. The Glasgow Coma Scale - a

brief review Past, present, future. Acta Neurol Belg 108:75-

89.

41. Minors, D.S. 2004. Haemostasis, blood platelets and

coagulation. In: Blood Cells and Coagulation. The Medicine

Publishing Company Ltd. 189-91.

42. Nijboer, J.M.M., Oestern, H., ten Duis, H., Nijsten, M.W.N.

2009. The Platelet Count Early After Blunt Trauma is

Associated with Outcome Independent of Blood Loss. J

Trauma 6:72-81.

43. Rovlias, A. & Kotsou, S. 2004. Classification and regression

tree for prediction of outcome after severe head injury using

simple clinical and laboratory variables. J Neurotrauma

21(7):886-93.

44. Salim, A., Hadjizacharia, P., Dubose, J., Brown, C., Inaba,

K., Chan, L.S., et al. 2009. Persistent hyperglycemia in severe

traumatic brain injury : an independent predictor of outcome.

Am Surg 75(1):25-9.

45. Stein, S.C., Young, G.S., Talucci, R.C., Greenbaum, B.H.,

Ross, S.E. 1992. Delayed brain injury after head trauma:

significance of coagulopathy. Neurosurgery 32:25-30.

46. Tjahjadi, M., Arifin, M.Z., Gill, A.S., Faried, A. 2013. Early

mortality predictor of severe traumatic brain injury: A single

Page 137: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

124

center study of prognostic variables based on admission

characteristics. Indian J Neurotrauma 10:3-8.

47. Venti, M., Acciarresi, M., Agnelli, G. 2011. Subarachnoid

Hemorrhage: A Neurological Emergency. The Open Critical

Care Medicine Journal 4:56-60.

48. Verbalis, J.G., Goldsmith, S.R., Greenberg, A., Schrier, R.W.,

Sterns, R.H. 2007. Hyponatremia Treatment Guidelines 2007:

Expert Panel Recommendations. Am J Med 120(11 Suppl

1):S1-21.

49. Vos, P.E., Battistin, L., Birbamer, G., Gerstenbrand, F.,

Potapov, A., Prevec, T., et al. 2002. EFNS guidline on mild

traumatic brain injury: report of an EFNS task force. Eur J

Neurol 9(3):207-19.

50. Walia, S. & Sutcliffe, A.J. 2002. The relationship between

blood glucose, mean arterial pressure and outcome after

severe head injury: an observational study. Injury 33(4):312-

9.

51. Werner, C. & Engelhard, K. 2007. Pathophysiology of

traumatic brain injury. British Journal of Anaesthesia 99(1):4-

9.

52. Astrand R dan Romner B. Clasiffication of Head Injury.

Management of Severe Traumatic Brain Injury. 2012; hal 11-

7.

53. Shahlaei K, Swienenber M, Muizelaar P. Clinical

Pathophysiology of Traumatic Brain Injury. Neurological

Surgery. Edisi ketujuh. 2017; hal: 2843-60.

54. Papa L dan Goldberg SA. Head Trauma. Rosen’s Emergency

Medicine: Concepts and Clinical Practice. Edisi ke-9.

Philadelphia: Elsevier. 2018; hal: 301-29.

55. Huang Y, Deng Y, Lee TC, Chen WF. Rotterdam Computed

Tomography Score as a Prognosticator in Head Injured

Patient Undergoing Decompressive Craniectomy. Congress

of Neurological Surgeon. 2012; hal: 80-5

Page 138: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

125

56. Shahlaei K, Swienenber M, Muizelaar P. Clinical

Pathophysiology of Traumatic Brain Injury. Neurological

Surgery. Edisi ketujuh. Philadelphia: Elsevier. 2017; hal:

2843-60.

57. Price DD. Epidural Hematomaa in Emergency Medicine.

Dapat diakses di

https://emedicine.medscape.com/article/824029-overview.

Diakses tanggal 3 November 2017.

58. Gean AD, Fischbein NJ, Purcell DD, et al. Benign anterior

temporal epidural hematomaa: indolent lesion with a

characteristic CT imaging appearance after blunt head

trauma. Radiology. 2010. 257(1):212-8.

59. Singh S, Ramakrishnaiah RH, Hegde SV, Glasier CM.

Compression of the posterior fossa venous sinuses by

epidural hemorrhage simulating venous sinus thrombosis: CT

and MR findings. Pediatr Radiol. 2016 Jan. 46 (1):67-72.

60. Ferri FF. Epidural Hematomaa. Ferri’s Clinical Advisor.

Philadelphia: Elsevier. 2018. Hal: 461-62.Bullock Ross, dkk.

Surgical management of Acute Epidural Hematomaa.

Neurosurgery. 2006; 58: 7-15

61.Offner PJ, Pham B, Hawkes A. Nonoperative management of

acute epidural hematomaas: a "no-brainer". Am J Surg. 2006.

192(6):801-5.

62. Basamh M, Robert A, Lamoureux J, Saluja RS, Marcoux J.

Epidural Hematomaa Treated Conservatively: When to

Expect the Worst. Can J Neurol Sci. 2016. 43 (1):74-81.

63. Ullman JS. Epidural Hematomaas Treatment and

Management. Dapat diakses

https://emedicine.medscape.com/article/248840-treatment.

Diakses tanggal 10 November 2017.

64. Songara A, Patil HG, Nayaran S. Traumatic posterior fossa

extradural hematomaa: case report and review of literature.

Int Surg J. 2016. 3(1):369-71.

Page 139: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

126

65. Bullock Ross, dkk. Surgical management of Posterior Fosa

Mass Lesions. 2006; 58: 47-55.

66. Li S, Zhang H, Jiao QF, Liu Z, Mao BY. A comparative study

on therapeutic method of traumatic epidural hematomaa. Chin

J Traumatol. 2007. 10(3):166-70.

67. Megher RJ. Subdural Hematomaa. Dapat diakses di

https://emedicine.medscape.com/article/1137207-overview.

Diakses tanggal 5 November 2017.

68. Matsuyama T, Shimomura T, Okumura Y, Sakaki T. Rapid

resolution of symptomatic acute subdural hematomaa: case

report. Surg Neurol. 1997. 48(2):193-6.

69. Hlatky R, Valadka AB, Goodman JC, Robertson CS.

Evolution of brain tissue injury after evacuation of acute

traumatic subdural hematomaas. Neurosurgery. 2007.

61(1):249-254.

70. Schroder ML, Muizelaar JP, Kuta AJ. Documented reversal

of global ischemia immediately after removal of an acute

subdural hematomaa. Report of two cases. J Neurosurg.

1994. 80(2):324-7.

71. Kamal R. Acute Subdural Hematomaas. Textbook of

Traumatic Brain Injury. New Delhi: Jaypee Brothers Medical

Publishers (P) Ltd. 2012; hal 158-63.

72. Bullock Ross, dkk. Surgical management of Acute Subdural

Hematomaa. Neurosurgery. 2006; 58: 16-24.

73. Giray S, Sarica FB, Sen O, Kizilkilic O. Parkinsonian

syndrome associated with subacute subdural haematoma and

its effective surgical treatment: a case report. Neurol

Neurochir Pol. 2009. 43(3):289-92.

74. Kamal R dan Mahaputra AK. Chronic Subdural Hematomaas.

Textbook of Traumatic Brain Injury. New Delhi: Jaypee

Brothers Medical Publishers (P) Ltd. 2012; hal 197-201.

75. Cohen M, Scheimberg I. Subdural haemorrhage and child

maltreatment. Lancet. 2009. 373(9670):1173.

Page 140: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

127

76. Ducruet AF, Grobelny BT, Zacharia BE, et al. The surgical

management of chronic subdural hematomaa. Neurosurg Rev.

2012. 35(2):155-69.

77. Lega BC, Danish SF, Malhotra NR, Sonnad SS, Stein SC.

Choosing the best operation for chronic subdural hematomaa:

a decision analysis. J Neurosurg. 2010. 113(3):615-21.

78. Goodman JC. Neuropathology of Traumatic Brain Injury.

Youmans and Wins Neurological Surgery. Edisi ketujuh.

2017; hal: 2265-77.

79. Liebeskind DS. Intracranial Hemorrhage Workup. Dapat

diakses di https://emedicine.medscape.com/article/1163977-

overview. Diakses tanggal 5 November 2017.

80. Kase CS dan Shomanesh A. Intracerebral Hermohage.

Bradley’s Neurology. Edisi keenam. Philadelphia: Elsevier.

2016; hal: 968-82.

81. Thompson, A.L., Kosior, J.C., Gladstone, D.J., et al., 2009.

Defining the CT angiography “spot sign” in primary

intracerebral hemorrhage. Can. J. Neurol. Sci. 36, 456–461.

82. Atlas SW, Thulborn KR. Intracranial hemorrhage. Magnetic

Resonance Imaging of the Brain and Spine. 3rd ed.

Philadelphia, Pa: Lippincott Williams & Wilkins; 2002. 773-

832.

83. Bradley WG. Hemorrhage and brain iron. Magnetic

Resonance Imaging. 2nd ed. St Louis, Mo: Mosby; 1992.

84. Asthekar DL. Intracranial Hemorrhage Evaluation with MRI.

Diakses dari https://emedicine.medscape.com/article/344973-

overview#a2. Diakses tanggal 10 November 2017.

85. Butcher, K.S., Jeerakathil, T., Hill, M., et al., 2013. The

Intracerebral Hemorrhage Acutely Decreasing Arterial

Pressure Trial. Stroke 44, 620–26.

86. Anderson, C.S., Heeley, E., Huang, Y., et al., 2013. Rapid

blood-pressure lowering in patients with acute intracerebral

hemorrhage. N. Engl. J. Med. 368, 2355–2365.

Page 141: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

128

87. Mendelow, A.D., Gregson, B.A., Fernandes, H.M., et al.,

2005. Early surgery versus initial conservative treatment in

patients with spontaneous supratentorial intracerebral

haematomas in the International Surgical Trial in

Intracerebral Haemorrhage (STICH): a randomized trial.

Lancet 365, 387–397.

88. Mendelow, A.D., Gregson, B.A., Rowan, E.N., et al., 2013.

Early surgery versus initial conservative treatment in patients

with spontaneous supratentorial lobar intracerebral

haematomas (STICH II): a randomised trial. Lancet 382,

397–408.

89. Greenberg MS. Intracerebral hemorrhage. Handbook of

neurosurgery. Edisi kedelapan. New york: Thieme. 2016; hal

1330-56.

90. Becske T. Subarachnoid Hemorrhage. Dapat diakses

https://emedicine.medscape.com/article/1164341-overview.

Diakses tanggal 5 November 2017.

91. Moenninghoff C, Kraff O, Maderwald S, Umutlu L,

Theysohn JM, Ringelstein A, et al. Diffuse axonal injury at

ultra-high field MRI. PLoS One. 2015. 10 (3):e0122329.

92. Wasserman JR. Diffuse Axonal Injury. Dapat diakses di

https://emedicine.medscape.com/article/339912-overview.

Diakses tanggal 5 November 2017.

93. Kamal R, Kumar R, Mahapatra AK. Traumatic Diffuse

Axonal Injury. Textbook of Traumatic Brain Injury. New

Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. 2012; hal

175-79.

Page 142: TRAUMA KEPALA - repository.usu.ac.id

9 7 8 6 0 2 4 6 5 0 2 8 5